• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat penting perannya terhadap pembangunan nasional. Sebagaimana tertuang dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian terpenting dari pembangunan nasional yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat yang berdasarkan pancasila. Perlu adanya usaha keras yang mendasar guna memperkokoh dan mencapai tujuan pembangunan nasional yang diharapkan.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya diluar indikator yang lain. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003). Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dapat dilihat dari ketersediaan pembangunan wilayah atau daerah pada bidang produksi maupun infrastruktur yang lebih baik.

(2)

industri pengolahan; 4) listrik,gas,dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa.

Sembilan sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer meliputi : pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder meliputi : industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi/bangunan. Sedangkan sektor tersier meliputi : perdagangan, pengangkutan, keuangan, persewaan dan jasa-jasa.

Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah atau wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Dalam hal laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dapat dilihat dari data PDRB suatu daerah yang disajikan atas harga konstan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor yang telah dibahas diatas. Berbagai sektor-sektor ekonomi saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan perekonomian pada suatu daerah tertentu.

(3)

pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional. Pemerintah daerah serta masyarakatnya harus memiliki niat yang kuat, semangat serta usaha yang keras agar dapat meningkatkan pembangunan daerahnya yang berlandaskan pada aturan yang berlaku. Hal itulah yang terlihat dan seharusnya ditingkatkan di daerah Kabupaten Cirebon.

Kabupaten Cirebon adalah daerah dimana terdapat banyak sumberdaya yang seharusnya dapat dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, Kabupaten Cirebon pun terkenal akan pertaniannya beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu yang beberapa komoditi prospek pemasarannya hingga ekspor ke luar negeri. Kabupaten Cirebon juga terkenal akan sentra industri pengolahan rotannya dan lain sebagainya. Selain itu juga, daerah ini terkenal akan usaha udangnya. Dengan berbagai potensi yang mereka punya dan letak daerah yang juga strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat.

(4)

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

2005 2006 2007 2008 2009 *) 2010 **) 1.Pertanian 1.989.626 1.991.037 2.106.894 2.220.658 2.363.237 2.442.050,77 2.Pertambangan/

Penggalian

26.237 27.683 26.458 29.037 30.170 32.019,35

3.Industri Pengolahan

1.003.855 1.062.537 1.073.203 1.105.024 1.097.080 1.097.542,23

4.Listrik, Gas dan Air Bersih

131.926 139.506 149.427 156.431 166.376 175.847,56

5.Bangunan/Konstru -ksi

421.073 456.040 499.538 531.654 562.036 605.021,72

6.Perdagangan,Hot-el dan restoran

1.400.054 1.527.252 1.589.629 1.677.752 1.784.925 1.873.433,74

7.Pengangkutan dan Komunikasi

369.852 398.213 425.734 430.154 448.764 482.727,89

8.Keuangan,

Persewaan dan jasa Perusahaan

274.813 291.765 303.119 318.562 333.638 356.997,47

9.Jasa-jasa 726.344 773.707 850.561 902.351 955.121 1.064.684,34 Total PDRB 6.343.779 6.670.000 7.026.564 7.371.622 7.746.385 8.130.325,07

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011

(5)

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha

PDRB Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000

2005 2006 2007 2008 2009 *) 2010 **) 1.Pertanian 34942015.45 34822021.09 35687490.42 36505378.31 41250967.21 42137000

2.Pertamba-ngan/ Penggalia-n

7143208.64 6982246.74 6676681.59 6850432.92 7424423.87 7465000

3.Industri Pengolah-an

105334047.2 114299625.7 122702671.3 133756556.4 131432864.6 135247000

4.Listrik, Gas dan Air Bersih

5649829.62 5427579.55 5750578.63 6025769.41 7039234.75 7316.000

5.Banguna- n/Konstr-uksi

7780823.72 8232950.09 8928178.08 9730820.28 10299411.23 11810000

6.Perdagan-gan,Hot-el dan restoran

47259969.72 50719350.06 54789912.15 56937922.74 62701714.12 70083000

7.Pengangk-utan dan Komunika si

10329164.21 11143253.97 12271024.9 12233939.92 13191977.79 15353000

8.Keuangan, Persew-aan dan jasaPerus-ahaan

7623682.08 7672322.47 8645553.06 9075519.51 9618612.27 10565000

9.Jasa-jasa 16821141.16 18200096.05 18728217.67 19063681.58 19670444.46 21900000 Total PDRB 242883881.74 257499445.75 274180307.83 290180021.06 302629550.34 321876000

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011

Keterangan :

*) Angka perbaikan

**) Angka Sementara

(6)

digunakan dalam penelitian ini adalah teori basis ekonomi yaitu teori LQ dan analisis Shift Share.

1.2. Perumusan Masalah

Sektor ekonomi yang sangat beragam di Kabupaten Cirebon, merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar peranannya dalam pembangunan daerah Kabupaten Cirebon. Peran dan fungsi setiap sektornya terus meningkat seiring peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Di Kabupaten Cirebon itu sendiri memiliki potensi yang beraneka ragam. Dari mulai sektor pertaniannya yaitu beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Kabupaten Cirebon pun terkenal akan usaha udangnya dan industri rotannya.

Kabupaten Cirebon terkenal sebagai sentra industri rotan yang sangat berpotensi. Berbagai sektor masih tercampur aduk antara satu dengan yang lainnya. Dimungkinkan ada sektor-sektor ekonomi lainnya yang lebih unggul dan berpotensi dalam meningkatkan perekonomian selain hal-hal diatas. Perlu adanya spesifikasi antara sektor ekonomi yang termasuk ke dalam sektor unggulan (basis) dan nonunggulan (nonbasis).

(7)

dalam sektor ekonomi unggulan yang harapannya akan meningkatkan pula sektor ekonomi nonunggulan lainnya.

Hal ini yang menyebabkan betapa pentingnya menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon sehingga pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan potensi sektor-sektor unggulan kita juga berfokus pada dayasaing dan pertumbuhan sektor unggulan.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu perhitungan dan analisis potensi dan dayasaing sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005-2010. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sektor ekonomi apa sajakah yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 ?

2. Bagaimana pertumbuhan dan dayasaing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 ?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu :

1. Mengidentifikasi sektor ekonomi apa saja yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010.

(8)

3. Menganalisis dan merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memprioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut. 1.4. Kegunaan Penelitian

Pengkajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat pada semua pihak. Baik bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon, pembaca maupun bagi penulis. Harapannya bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat dijadikan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam meningkatkan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Cirebon. Bagi pembaca diharapkan bisa sebagai masukan dan sumber informasi. Sedangkan bagi penulis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan daya analisis suatu permasalahan dan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh ketika masa perkuliahan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 menggunakan pendekatan analisis LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Lingkup analisis lebih tertuju dan berfokus pada kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010. Penggunaan analisis Location Quotient dimaksudkan untuh melihat sektor-sektor ekonomi mana sajakah yang termasuk kedalam sektor-sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, Sedangkan analisis Shift Share dimaksudkan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Cirebon.

(9)
(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Pembangunan ekonomi dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakatnya. Pembangunan ini merupakan permasalahan-permasalahan negara yang saling berkaitan dan berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu perlu adanya pemecahan masalah dengan pendekatan multidisiplin (Sukirno, 1985). Pendekatan multidisiplin ini merupakan bauran berbagai disiplin ilmu lain, baik dari geografi, ekonomi, sosial, maupun politik (Rustiadi,et al., 2007).

(11)

2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan, menurut Putong (2003) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu.

Jika kita membicarakan pertumbuhan ekonomi, pasti berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya diluar indikator yang lain. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003).

Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah yang digambarkan oleh kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Hal ini juga yang nantinya akan menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah ditentukan pula dengan seberapa besar bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Setiap negara akan selalu menargetkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada setiap daerahnya, karena hal itu menggambarkan kemakmuran di daerah tersebut (Tarigan, 2005).

(12)

tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take off), lepas landas (the take off), gerakan kearah kedewasaan (the drive to

maturity) dan massa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).

Penjelasan pertumbuhan Rostow ini dijelaskan dalam Arsyad (1999), yaitu sebagai berikut :

a. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang perekonomiannya masih bertumpu pada sektor pertanian dan memiliki fungsi produksi yang terbatas dan relatif primitif yang kehidupannya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang turun-menurun dan cenderung kurang rasional.

b. Tahap Prasyarat Lepas Landas (The Precondition For Take Off)

Dalam kondisi ini, merupakan transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang. Segala sesuatunya dipersiapkan untuk mencapai pertumbuhan dengan kekuatan sendiri termasuk ilmu pengetahuan yang akan menghasilkan penemuan baru.

c. Tahap Lepas Landas (The Take Off)

Berlakunya perubahan yang sangat besar dalam masyarakat misalnya tercipta kemajuan yang pesat dalam inovasi, revolusi politik dan sebagainya.

d. Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity)

(13)

e. Tahap Konsumsi Tinggi (The Age Of High Mass Consumption)

Konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada permasalahan yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu menurut Kuznets dalam bukunya Modern Economic Growth

tahun 1966, definisi pertumbuhan ekonomi itu sendiri ialah suatu kenaikan yang terus-menerus dalam produk perkapita, seringkali diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan, 2004). Pakar-pakar ekonomi pembangunan pun berpendapat, menurutnya pertumbuhan ekonomi tersebut berbeda dengan pembangunan ekonomi. Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya sedangkan pembangunan ekonomi itu digunakan untuk negara yang sedang berkembang (Putong, 2003).

Sebenarnya banyak sekali teori pertumbuhan ekonomi yang berasal dari pakar-pakar ekonomi terdahulu. Teori klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith melalui bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations

(14)

Sementara itu, David Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1917, menyatakan pandangan yang bertentangan dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk yang rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

Menurut Keynes, untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan belanja pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung. Keynes mengemukakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, demikian sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ini ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat.

(15)

Proses pertumbuhan menurut pandangan Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh para pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam proses siklikal tersebut, tingkat keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya. Pada intinya, dari semua teori yang ada sama-sama menjelaskan tentang bagaimana kita mengelola sumberdaya yang ada (manusia, alam dan teknologi) pada suatu wilayah agar perekonomian dapat berjalan sesuai harapan (Putong, 2003).

Menurut Adam Smith dalam Boediono (1982), yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yaitu 1) sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah), 2) sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk), 3) stok barang kapital yang ada.

2.3. Teori Ekonomi Basis

(16)

Teori basis ekonomi ini terbagi menjadi dua, yaitu sektor basis (unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan). Sektor basis (unggulan) adalah sektor yang hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Sektor basis ini merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya, karena kegiatan ini adalah kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah (Tarigan, 2005). Menurut Glasson (1977), diperlukannya metode

Location Quotient guna menentukan apakah sektor tersebut basis (unggulan) atau tidak. Menurutnya, semakin banyak sektor unggulan dalam suatu wilayah maka akan menambah arus pendapatan wilayah tersebut. Kemudian jika semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah maka akan menimbulkan kenaikan pula dalam volume sektor nonunggulan (Glasson, 1977).

Teori basis ini pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan teori ini yaitu selain teori ini sederhana, mudah diterapkan dan dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum secara keseluruhan dari perubahan-perubahan jangka pendek. Sedangkan kelemahan pada teori ini yaitu kegagalan menghitung ketidakseragaman permintaan dan produktivitas nasional secara menyeluruh, selain itu teori ini mengabaikan fakta bahwasannya produksi nasional adalah untuk orang asing yang tinggal di wilayah tersebut.

(17)

a. Metode Pengukuran Langsung

Metode ini dilakukan dengan cara survei langsung kepada pelaku usaha, kemana mereka memasarkan barang produksi, dan darimana mereka membeli berbagai bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut.

b. Metode Pengukuran Tidak Langsung

Metode pengukuran tidak langsung terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Metode Asumsi

Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam penentuan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) disuatu wilayah. Metode ini mengasumsikan bahwa sektor primer dan sekunder termasuk sektor basis (unggulan), sedangkan sektor tersier termasuk kedalam sektor nonbasis (nonunggulan). Metode ini cukup baik diterapkan pada daerah yang luasnya relatif kecil dan tertutup serta jumlah sektornya sedikit. Tetapi kelemahan dalam metode ini yaitu, penentuan sektor basis dan non-basis tersebut mungkin saja bisa menjadi tidak akurat dalam keadaan-keadaan tertentu. Dalam hal lain pun, di beberapa daerah perkotaan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) ini dengan menggunakan asumsi sangat sulit dilakukan dikarenakan jumlah dan jenis sektornya yang sangat beragam.

2. Metode Location Quotient (LQ)

(18)

sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya.

3. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum

Metode ini mirip dengan metode LQ, hanya saja jika LQ mengacu kepada perbandingan relatif pangsa pendapatan/tenaga kerja antara daerah bawah dengan daerah atas maka dalam metode pendekatan kebutuhan minimum ini daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu.

2.4. Konsep Sektor Unggulan (Basis)

Sektor unggulan adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi. Tergantung seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Salah satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah (endowment factors). Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

(19)

terjadinya kemunduran pada sektor unggulan yaitu perubahan permintaan di luar daerah dan kehabisan cadangan sumberdaya.

Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap pembangunan tersebut, diantaranya (Tarigan, 2005) :

1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi

2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar

3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang.

4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi

2.5. Metode Analisis Sektor Unggulan

2.5.1. Metode analisis LQ (Location Quotient)

Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya.

(20)

Tambunan (2001), LQ adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk lebih memperluas dan memperjelas anlisis Shift Share. Dasar pemikiran metode ini atau dasar teori metode ini adalah teori basis ekonomi.

Menurut Tarigan (2005), Metode LQ ini yaitu metode yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ yang berada diatas 1 atau tidak. Analisis ini sangat menarik bila dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

2.5.2. Metode analisis SS (Shifht Share)

Analisis Shift Share ini pertama kali diperkenlakan oleh Perloff, et al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode.

(21)

Menurut Budiharsono (2001) dalam Priyarsono, et al. (2007), secara umum terdapat tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share, yaitu :

1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component)

Yaitu perubahan produksi atau kesempatan suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth Component)

Komponen ini tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth Component)

Komponen ini timbul karena peningkatan atau penurunan produksi atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

(22)

wilayah. Apabila PP + PPW > 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke-i pada wilayah ke-j termasuk pertumbuhannya lambat.

Sumber : Budiharsono dalam Priyarsono, et al. (2007)

Gambar 2.1 Model Analisis Shift Share

2.6. Penelitian Terdahulu

Putra (2004) dengan penelitiannya tentang menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada waktu sebelum dan masa otonomi daerah. Metode yang digunakan adalah metode analisis Shift Share. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya

(23)

dua tahun saja yaitu tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparatif pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan.

Sondari (2007) dengan judul penelitiannya yaitu “Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik,gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Ana (2010) dalam penelitiannya tentang analisis sektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (periode 2000-2009) menggunakan analisis LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis

(24)

perusahaan serta subsektor komunikasi dan sewa bangunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang.

Triseptina (2006) penelitiannya tentang analisis sektor-sektor unggulan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan indikator pendapatan dengan menggunakan analisis LQ dan turunannya. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis dapat digunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dengan metode arbiter, LQ dan kebutuhan minimum.

Harisman (2007) dengan judul penelitiannya “Analisis Struktur Perekonomian dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode 1993-2003” menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi.

(25)

terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi, baik dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja.

Aziz (2011) dengan judul penelitiannya “Analisis Potensi, Dayasaing, dan Pajak Sektor Hotel Terhadap Perekonomian Kota Yogyakarta periode 2005-2009” menggunakan metode analisis Shift Share, LQ dan Poeter’s Diamond. Hasil penelitiannya menunjukkan sektor hotel memiliki pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kerusakan fasilitas akibat adanya bencana alam di Kota Yogyakarta. Tetapi keadannya semakin membaik setelah adanya perbaikan fasilitas. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor hotel pada periode 2005-2009 termasuk ke dalam sektor basis ekonomi Kota Yogyakarta.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah fenomena-fenomena lapangan yang dikaji, metode serta daerah dan periode yang dikaji. Pada penelitian terdahulu, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan LQ saja ataupun pendekatan Shift Share saja. Selain itu terdapat penelitian terdahulu lainnya yang menggunakan pendekatan LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Selain itu ada juga yang menggunakan metode LQ dan Shift Share tetapi hanya satu sektor saja yang dikaji.

(26)

kedalam sektor unggulan (basis) di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 serta bagaimana pertumbuhan dan dayasaing dari sektor unggulan tersebut.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi dan letak daerah yang strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat yang berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon tidak terlepas dari adanya sektor-sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, perlu dilakukannya analisis yang dapat menspesifikasikan sektor-sektor unggulan dan sektor-sektor nonunggulan yang ada di Kabupaten Cirebon.

(27)

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Location Quotient

(28)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 2.2 sebagai berikut :

Gambar 2.2. Sistematika Kerangka Pemikiran

Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang didukung sektor-sektor unggulan dan adanya keterbatasan pada APBD Kabupaten Cirebon

Perlunya menganalisis, menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor basis

(unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan)

Dianalisis dengan

Metode Location Quotient (LQ)

Analisis Shift Share (SS)

Sektor-sektor unggulan dan kondisi pertumbuhan serta daya saing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 Mengklasifikasikan sektor unggulan

dan sektor nonunggulan

Pertumbuhan & daya saing sektor unggulan

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan Rumusan Kebijakan Pemerintah

(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000 pada periode tahun 2005-2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, BPS Kabupaten Cirebon, instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, berbagai literatur, internet dan sumber-sumber lainnya.

Penulis menggunakan data tahun 2005 sampai tahun 2010 karena laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya. Kabupaten Cirebon pun mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,37 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya dan 2010. Selama kurun waktu tersebut, PDRB Kabupaten Cirebon juga menunjukkan trend yang meningkat walaupun pada tahun 2008 dan 2010 mengalami sedikit perlambatan.

3.2. Metode Analisis Data

(30)

dengan metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share) dan pengolahan datanya menggunakan program Microsoft Excel 2007.

3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient)

Metode ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat dituliskan :

LQ = Si /S

Si /S

Keterangan :

Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat)

Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat)

(31)

Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.

Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu :

1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kabupaten Cirebon) identik sama dengan pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat)

2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya.

3. Setiap penduduk di Kabupaten Cirebon mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat provinsi Jawa Barat.

3.3.2. Analisis SS (Shift Share)

(32)

paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Kegunaan lainnya, yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melihat perbandingan laju sektor-sektor perekonomian disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor-sektornya.

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Cirebon.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Cirebon dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor ekonomi berdasarkan lapangan usahanya yang terdiri dari 9 sektor, yaitu : sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa yang ada di Kabupaten Cirebon.

4. Menghitung perubahan indikator ekonomi.

a) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis.

(33)

Keterangan :

Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar

analisis

b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis.

Y’i = ∑��= Y’ij (3.2) Keterangan :

Y’i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir

analisis

c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut : ∆ Yij = Y’ij - Yij (3.3) d) Persentase perubahan PDRB

% ∆ Yij = [(Y’ij - Yij)/ Yij]* 100 % (3.4) Keterangan :

∆Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis 5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi

Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra.

a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon)

(34)

Keterangan :

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis

b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat)

Ri = (Y’i-Yi)/Yi (3.6) Keterangan :

Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis

Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis

c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat)

Ra = (Y’…-Y…)/Y… (3.7) Keterangan :

Y… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis Y’… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis 6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah

a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra) Yij (3.8) Keterangan :

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon

(35)

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

PPij = (Ri-Ra) Yij (3.9) Keterangan :

PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut :

a. Jika, PPij < 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya lambat.

b. Jika, PPij > 0 maka menujukan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya cepat.

c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

PPWij = (ri-Ri)Yij (3.10) Keterangan :

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon

ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar

(36)

Jika :

PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai

dayasaing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 7) Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut :

a. Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Cirebon), dirumuskan sebagai berikut :

∆ Yij = PRij + PPij + PPWij (3.11) ∆ Yij =Y’ij + Yij (3.12) b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :

∆ Yij = PRij + PPij + PPWij (3.13) Y’ij + Yij = Yij(Ra)+Yij(Ri-Ra)+Yij(ri-Ri) (3.14) c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :

%PR = Ra (3.15) %PP = Ri-Ra (3.16) %PPW= ri-Ri (3.17) atau

%PR = (PRij)/Yij * 100% (3.18) %PP = (PPij)/Yij * 100% (3.19) %PPW = (PPWij)/Yij * 100 % (3.20) 8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan

pergeseran bersih (PB)

(37)

PPW PPW PPW

Kuadran III Kuadran II

PP

Jika :

PBij > 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan progressive

(maju).

PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan tidak

progressive.

9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :

Kuadran IV Kuadran I

Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian

Sumber : Priyarsono,et al. (2007)

Pada gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih.

(38)

1. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya).

2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif).

3. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan dayasaing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.

4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai negatif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif).

3.3.3. Definisi Operasional

3.3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(39)

Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer, yaitu sektor yang bergantung pada jenis lapangan usaha pertanian serta pertambangan dan penggalian kepada sektor sekunder (lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas,dan air minum, konstruksi/bangunan) serta sektor tersier (lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, bank/lembaga keuangan, perusahaan persewaan, jasa pemerintahan dan jasa swasta.

Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu PDRB atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga setiap tahunnya. Selain itu ada PDRB atas harga konstan yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2010.

3.3.3.2. Manfaat Data PDRB

Ketersediaan data dan penyusunan PDRB ini secara berkala, bermanfaat untuk memperoleh informasi antara lain:

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi

(40)

b. Tingkat kemakmuran suatu daerah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat kalau perkembangan penduduk juga tinggi. Tingginya pertumbuhan pendapatan perkapita lebih menunjukan perkembangan kemakmuran sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah harus tersedia angka pembanding dari daerah lainnya dan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Adanya angka pembanding dari pendapatan perkapita dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dari daerah lainnya. Selain itu dapat dilihat peningkatan kemakmuran daerah tersebut dari tahun ke tahun.

c. Tingkat inflasi dan deflasi

Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi ataupun deflasi yang terjadi. d. Gambaran struktur perekonomian

(41)

pemerintahan maupun swasta, untuk menentukan ke arah mana daerah tersebut akan dikembangkan.

3.4. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis

(42)

IV. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cirebon

4.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon secara geografis terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Barat dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini berada pada posisi 108°40' BT - 108°48' BT dan 6°30` LS - 7°00` LS dengan batas- batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu  Sebelah Barat Laut : Kabupaten Majalengka  Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan

 SebelahTimur : Kota Cirebon dan Kabupaten Brebes

Luas wilayah keseluruhan 990.36 km2 dengan ketinggian sebesar 0-130 m dari permukaan laut. Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura.

(43)

letak ketinggian antara 0-10 m dari permukaan air laut, sedangkan wilayah kecamatan bagian selatan memiliki letak ketinggian 11-130 m dari permukaan laut.

Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan perbukitan terutama daerah bagian utara, timur, dan barat, sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah perbukitan. Berbagai macam karakteristik terbentuk karena letak wilayah Kabupaten Cirebon itu sendiri. Semua itu merupakan suatu modal untuk kemajuan daerah. Di sini pengaruh pembangunan modernisasi berdampak jelas terhadap perubahan kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan, apalagi Kabupaten Cirebon merupakan pintu gerbang memasuki wilayah Provinsi Jawa Tengah.

4.2. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 belum merata. Data terbaru yang didapat yaitu jumlah penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 mencapai 2.067.196 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cirebon dari tahun 2000 sampai dengan 2010 yaitu sebesar 0,70 persen. Dengan luas wilayah 990,36 Km2, maka rata-rata setiap Km2 ditempati penduduk sebanyak 2.087 orang pada tahun 2010. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2010,

sex ratio sebesar 105,13 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan

(44)

Tabel 4.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Cirebon

Uraian Tahun 2010

Jumlah Penduduk (jiwa) 2.067.196

Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010 (%) 0,70 Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 2.087

Rasio Jenis Kelamin 105,13

Jumlah Rumahtangga 547.786

Rata-rata ART per Rumahtangga 3,77

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2010

Persebaran penduduk Kabupaten Cirebon per kecamatan hingga pada tahun 2010 masih menunjukkan kondisi kurang merata seperti tahun-tahun sebelumnya. Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sumber yaitu sebanyak 80.950 jiwa dengan sebaran penduduknya sebesar 3,29 persen dan yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya 24.968 jiwa dengan sebaran penduduk sebesar 1,21 persen.

4.3. Ketenagakerjaan

Salah satu modal penting dalam proses meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyukseskan program pembangunan adalah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan pengangguran.

(45)

termasuk perikanan dan peternakan), diikuti sektor sekunder (industri pengolahan, listrik,gas dan air bersih dan konstruksi) sisanya kedalam sektor tersier ( jasa transportasi, keuangan, dan lain sebagainya).

4.4. Pendidikan

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Fasilitas-fasilitas pendidikan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu ditingkatkan agar tercapainya standar pendidikan yang lebih baik pula. Data terbaru didapat yaitu pada jenjang pendidikan SD di Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2010/2011 seorang guru SD rata-rata mengajar 30 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit dimana untuk jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru mengajar 19 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru hanya mengajar 14 murid saja.

(46)

Gambar 4.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki

Tabel 4.2. Indikator Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun 2010

Uraian 2010

Angka melek Huruf 92,33

Rata-rata Lama Sekolah 6,85

Sumber : Dinas Pendidikan kabupaten Cirebon, 2011

Indikator pendidikan diatas, dapat terlihat bahwa pada tahun 2010 masih ada sebanyak 7,67 persen penduduk di Kabupaten Cirebon yang masih buta huruf. Maka dari itu perlu diadakannya upaya-upaya untuk mendukung peningkatan dalam bidang pendidikan tersebut.

4.5. Kesehatan

Kesehatan termasuk salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan dan meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan. Dapat dilihat peningkatan fasilitas-fasilitas kesehatan

27%

37% 15%

12%

5% 4%

Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas

Menurut Ijazah tertinggi Yang Dimiliki

Tidak Punya

(47)

Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 cukup baik walaupun belum terlalu signifikan. Data terbaru yang didapat yaitu fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 yaitu terdapat sebanyak 7 Rumah Sakit Umum, 283 Puskesmas yang terdiri dari 56 Puskesmas Umum, 56 Puskesmas Pembantu, dan 171 Puskesmas Keliling.

Tabel 4.3. Statistik Fasilitas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Uraian Perkembangan Fasilitas Kesehatan

2005 2006 2007 2008 2009 2010

RSU 6 6 6 6 6 7

Puskesmas

Umum 53 58 53 53 53 56

Pembantu 63 64 66 67 65 56 Keliling 44 58 63 58 208 171 Balai Pengobatan 137 171 110 55 77 53

Klinik Bersalin 7 5 5 33 26 6

BKIA - 53 - 35 51 -

BP gigi 31 31 - 44 15 -

Apotik 71 74 79 76 68 103

Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Cirebon, 2011

(48)

Banyaknya bayi yang ada di Kabupaten Cirebon selama tahun 2010 adalah sebanyak 50.150 bayi. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan imunisasi selama tahun 2010 untuk jenis imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 1, Polio 3, Campak, dan HB0 masing masing sebanyak 33.906 ; 46.659 ; 46.113 ; 44.877 ; 43.225 ; 44.527 ; dan 42.509 (Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2010).

4.6. Keadaan Perekonomian Daerah

Perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alamnya. Karakteristik ekonomi Kabupaten Cirebon didominasi oleh sektor-sektor sebagai berikut : sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan, sektor komunikasi, jasa serta industri pengolahan. Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang tergolong cukup cepat dalam bertransformasi dari tatanan ekonomi yang secara tradisional bertumpu pada sektor yang mengandalkan nilai tambah sumber daya.

Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2008

Pertanian

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon

tahun 2008

(49)

Adapun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2009 yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2009

Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu meningkat tetapi mengalami sedikit perlambatan pada tahun 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon pada tahun 2005-2010

Keterangan Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon

2005 2006 2007 2008 2009 2010

PE Kabupaten Cirebon

(%)

5,06 5,11 5,37 4,91 5,08 4,96

Sumber data: BPS dan BAPPEDA Kab.Cirebon, 2011

Pertanian

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon

tahun 2009

(50)

Secara letak geografis, Kabupaten Cirebon ini terletak di jalur perlintasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini yang menjadikan daerah ini memiliki kelebihan sendiri. Selain kota transit, kota ini dapat menjadi daerah tujuan yang baik untuk berwisata maupun berbisnis. Kegiatan perdagangan ini juga merupakan hal biasa bagi warganya, transaksi jual beli sangat berarti bagi denyut perekonomian daerah ini. Industri pengolahan non migas justru tercatat sebagai lapangan usaha dengan kontribusi yang paling dominan untuk penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Cirebon.

4.7. Perkembangan Ekonomi Sektoral

4.7.1. Sektor Pertanian

Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat khususnya padi. Sejak tahun 2005 hingga 2010 tanaman pangan ini semakin meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2006 dan 2008. Hasil pertanian yang unggul dilihat dari perkembangannya yaitu padi, bawang merah, dan mangga gedong gincu (dapat dilihat dalam lampiran 3 sampai lampiran 8).

(51)

Tabel 4.5. Statistik Luas Panen Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011

Produksi padi di Kabupaten Cirebon pun dapat dilihat peningkatan setiap tahunnya yaitu sebagai berikut :

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011

Gambar 4.4. Statistik Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

2005 2006 2007 2008 2009 2010

463197

383652

482398 450910 541039 544784

(52)

Selain dari hasil pertanian, Kabupaten Cirebon yang merupakan daerah pantai tentunya menjadikan sektor perikanan termasuk kedalam sektor unggulan terutama produksi udangnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Produksi Udang di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Kategori Produksi (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ikan darat

Udang tawar 4.4 3.4 10.0 - 2.90 -

Udang lainnya - 3.4 10.0 6.3 5.80 12.0 Ikan Tambak

Udang Windu 1032.0 1032 1142.6 334.10 254.90 818.30 Udang Vanane - - 400.0 420 1200.00 5223.66 Udang Api-api 443.2 416 320.9 - - - Ikan Laut

Udang Putih 615.7 639.7 225.00 3865.8 552.1 513.2

Udang Windu - - - - 613.5 163.0

Udang Dogol 177.0 - 651.30 3422.3 486.7 731.9 Udang lain 540.7 453.9 146.80 287.1 65.4 411.6 JUMLAH 2813 2548.4 2906.6 8335.6 3181.3 7873.7 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2011

4.7.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

(53)

4.7.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu Industri Migas yang terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair, dan Industri tanpa migas. Untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan industri yang ada adalah industri tanpa migas. Kegiatan ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumahtangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Sedangkan industri kecil 5 sampai 19 orang, dan industri rumahtangga dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Di Kabupaten Cirebon terkenal dengan industri pengolahannya yaitu lebih spesifikasinya industri pengolahan rotan atau industri rotan.

4.7.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik merupakan sumber penerangan dan energi di berbagai sektor, listrik memegang peranan yang sangat vital. Sejak tahun 2005 hingga 2010, pelanggan listrik semakin meningkat tiap tahunnya. Data terbaru yang didapat yaitu pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 sebanyak 320.697 pelanggan. Jika dilihat dari angka yang ada maka pelanggan dan daya terpasang di Kabupaten Cirebon dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

(54)

Jika dilihat dari data pelanggan listrik menurut golongannya, lebih dari 90 persen pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 adalah rumahtangga. Adapun data pelanggan listrik menurut golongannya pada tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut :

Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011 Gambar 4.5. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Menurut

Golongan Pelanggan Tahun 2010

Secara keseluruhan pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon sudah cukup baik, yaitu dengan adanya peningkatan untuk setiap tahunnya. Peningkatan tersebut selalu diupayakan setiap tahunnya oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon. Data statistik pelanggan listrik untuk Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 4.7.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

6853

293404

7916 497 1163 10864

(55)

Tabel 4.7. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun

2007-Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011

Selain energi listrik, fasilitas penyediaan air minum juga penting bagi masyarakat. Perubahan dari tahun ke tahun jumlah pelanggan air minum yang dikelola PDAM Kabupaten Cirebon jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 2009 sebanyak 25.833 pelanggan dan pada tahun 2010 terjadi penambahan pelanggan PDAM sebanyak 1.104 pelanggan. Jumlah pelanggan PDAM 26.937 ebanyak 96,02 persen adalah pelanggan rumah tempat tinggal.

Sumber : PDAM Kabupaten Cirebon, 2011

Gambar 4.6. Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon 22338 22831 23475

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di

Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di

(56)

4.7.5. Sektor Konstruksi

Sektor ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau saran lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha agar sektor konstruksi ini dapat lebih berkembang dan meningkat setiap tahunnya.

4.7.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Tabel 4.8. Statistik Hotel di Kabupaten Cirebon,Tahun 2010

Uraian 2010

Akomodasi

Hotel Bintang 3

Hotel Non Bintang/Melati 10

Jumlah Kamar

Hotel bintang 142

Hotel Non Bintang/Melati 423

Jumlah Tempat Tidur

Hotel bintang 244

Hotel Non Bintang/Melati 325

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011

(57)

hotel berbintang, sedangkan sekitar 423 kamar terdapat pada hotel nonbintang/melati.

Berdasarkan statistik kunjungan tamu yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik, sedangkan tamu mancanegara hanya sebanyak 43 orang. Adapun beberapa objek wisata unggulan di Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : Taman Rekreasi Plangon, Kawasan Wisata Gunung Jati, Kura-kura Belawa, Situ Patok, Situ Sedong, Banyu Panas Palimanan, Kawasan Wisata Ciperna, Kawasan Wisata Cikalahang, dan Kawasan Bondet.

4.7.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya transportasi darat. Sektor ini masih memiliki kontribusi yang besar dari tahun 2005 hingga tahun 2010.

Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011 Gambar 4.7. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2010

Baik, 268.5

Sedang, 219.73 Rusak, 85.23

(58)

Data pada tahun 2010 yang didapat yaitu dari total panjang jalan yang ada yaitu sepanjang 642,36 Km sebanyak 76,01 persen berkategori jalan baik dan sedang, sementara hampir seperempatnya sisanya berkategori rusak.

Secara keseluruhan kondisi jalan di Kabupaten Cirebon rata-rata selalu mengalami peningkatan yaitu dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan jalan yang rusak. Data statistik kondisi jalan di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2005- 2010

Kondisi Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Cirebon

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Baik

553.40 250.00 247.26 455.40 154.11 268.50

Sedang 83.70 210.40 120.60 197.21 219.73

Rusak 72.20 180.00 139.30 68.16 202.61 85.23

Rusak Berat 15.40 127.46 46.20 - 88.43 68.90

JUMLAH 641.00 641.16 643.16 644.16 642.36 642.36 Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011

(59)

4.7.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Subsektor ini mencakup sektor keuangan yaitu Bank Sentral dan Bank Komersial yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain misalnya menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit atau pinjaman, baik kredit jangka pendek, menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel atau kertas dagang dan sejenisnya, menyewakan tempat dan menyimpan barang berharga dan sejenisnya. Adapun lembaga keuangan lainnya seperti kegiatan asurasi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Dalam subsector ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya.

Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan bangunan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen dan lain sebagainya. Sektor jasa perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.

4.7.9. Sektor Jasa-Jasa

Sektor Jasa-jasa terbagi menjadi 2 subsektor yaitu : 1. Subsektor Jasa Pemerintahan Umum

(60)

1. Jasa Pemerintahan Umum

Subsektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumahtangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. 2. Jasa Swasta

Subsektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumahtangga.

a. Jasa Sosial Kemasyarakatan

Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Subsektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, taman hiburan, bar, karaoke, diskotik, bilyard, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya.)

c. Jasa Perseorangan dan Rumahtangga

(61)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Dalam hal sektor unggulan, pendekatan yang digunakan biasanya menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ). Pada umumnya Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) adalah indikator pendekatan LQ ini, sehingga dapat lebih menspesifikasikan antara sektor unggulan dan sektor nonunggulan yang peranannya berkaitan dengan pendapatan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini menggunakan periode dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dan menggunakan PDRB Harga Konstan baik PDRB Kabupaten Cirebon maupun PDRB Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan periode tersebut dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga 2010 lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, walau ada perlambatan di tahun 2008 dan 2010. Laju perekonomian Kabupaten Cirebon mencapai pertumbuhan tertinggi dalam tahun 2007 yaitu sebesar 7,32 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya.

(62)

analisis LQ menurut pendekatan pendapatan untuk seluruh sektor yang ada di Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Nilai LQ

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1.Pertanian 2.18 2.21 2.30 2.39 2.24 2.29

2.Pertambangan/penggalian 0.14 0.15 0.15 0.17 0.16 0.17 3.Industri Pengolahan 0.36 0.36 0.34 0.33 0.33 0.32 4.Listrik, Gas dan Air

Bersih 0.89 0.99 1.01 1.02 0.92 0.95

5.Bangunan/Konstruksi 2.07 2.14 2.18 2.15 2.13 2.03 6.Perdagangan, Hotel

dan restoran 1.13 1.16 1.13 1.16 1.11 1.06

7.Pengangkutan dan

Komunikasi 1.37 1.38 1.35 1.38 1.33 1.24

8. Keuangan, Persewaan

dan jasa Perusahaan 1.38 1.47 1.37 1.38 1.36 1.34

9. Jasa-jasa 1.65 1.64 1.77 1.86 1.90 1.92

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, sektor yang termasuk pada sektor unggulan di Kabupaten Cirebon adalah :

a. Sektor Pertanian

(63)

di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura. Selain itu telah dibahas diawal bahwasannya Kabupaten Cirebon terkenal akan pertaniannya yaitu bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Pada saat ini yang menjadi primadona mangga gedong gincu, tetapi produksinya musiman. Sektor ini pun menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.

b. Bangunan/Konstruksi

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor bangunan/konstruksi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sektor ini merupakan sektor unggulan peringkat kedua setelah sektor pertanian. Memang benar adanya, pesatnya pertumbuhan sektor ini juga didukung oleh kurangnya bangunan-bangunan yang bersifat sosial di daerah Kabupaten Cirebon.

(64)

c. Jasa-Jasa

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor jasa-jasa dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan yang cepat akibat banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta, sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon.

Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga , pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan lain sebagainya.

d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Gambar

Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian
Gambar 4.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah
Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2008
Tabel 4.4.  Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh bauran industri (M ij ) di tingkat Jawa Tengah secara keseluruhan dari tahun 2006 – 2010 berpengaruh positif terhadap laju pertumbuhan penyerapan tenaga

4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sondari tahun 2007, dengan judul penelitian Analisis Sektor Unggulan Dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Cilacap periode 2002-2013 dan PDRB Provinsi Jawa Tengah periode 2002-2013. Alat analisis

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Lumajang selama periode tahun 2003 sampai dengan 2008, mengetahui sektor apa saja

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Lumajang selama periode tahun 2003 sampai dengan 2008, mengetahui sektor apa saja

Nilai (P) yang positif menunjukan bahwa sektor jasa keuangan dan asuransi di Provinsi Papua mengalami pertumbuhan yang lebih besar dari pertumbuhan total PDRB

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs merupakan sebuah perbandingan antara pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah studi dengan pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah referensi

2, Desember 2017 144 subsektor i pada tahun analisis Eirt = PDRB Provinsi Jawa Timur disektor dan subsektor i pada tahun awal periode penelitian ∆Er = Perubahan PDRB Provinsi