• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Dalam hal sektor unggulan, pendekatan yang digunakan biasanya

menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ). Pada umumnya Produk

Domestik Bruto Regional (PDRB) adalah indikator pendekatan LQ ini, sehingga

dapat lebih menspesifikasikan antara sektor unggulan dan sektor nonunggulan

yang peranannya berkaitan dengan pendapatan dan pertumbuhan wilayah

Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini menggunakan periode dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dan

menggunakan PDRB Harga Konstan baik PDRB Kabupaten Cirebon maupun

PDRB Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan periode tersebut

dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005

hingga 2010 lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya dan mengalami

peningkatan setiap tahunnya, walau ada perlambatan di tahun 2008 dan 2010.

Laju perekonomian Kabupaten Cirebon mencapai pertumbuhan tertinggi dalam

tahun 2007 yaitu sebesar 7,32 persen walaupun mengalami penurunan kembali

pada tahun berikutnya.

Nilai LQ merupakan indikator untuk menyatakan sektor unggulan dan

nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu maka

sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan, yaitu artinya peranan suatu

sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan

(2)

analisis LQ menurut pendekatan pendapatan untuk seluruh sektor yang ada di

Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Nilai LQ

2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.Pertanian 2.18 2.21 2.30 2.39 2.24 2.29 2.Pertambangan/penggalian 0.14 0.15 0.15 0.17 0.16 0.17

3. Industri Pengolahan 0.36 0.36 0.34 0.33 0.33 0.32

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 0.89 0.99 1.01 1.02 0.92 0.95 5. Bangunan/Konstruksi 2.07 2.14 2.18 2.15 2.13 2.03 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 1.13 1.16 1.13 1.16 1.11 1.06 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.37 1.38 1.35 1.38 1.33 1.24 8. Keuangan, Persewaan

dan jasa Perusahaan 1.38 1.47 1.37 1.38 1.36 1.34 9. Jasa-jasa 1.65 1.64 1.77 1.86 1.90 1.92 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, sektor yang termasuk pada sektor unggulan di

Kabupaten Cirebon adalah :

a. Sektor Pertanian

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada

kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya

(3)

di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen

beras yang terletak di jalur pantura. Selain itu telah dibahas diawal bahwasannya

Kabupaten Cirebon terkenal akan pertaniannya yaitu bawang merah, cabai merah

dan mangga gedong gincu. Pada saat ini yang menjadi primadona mangga gedong

gincu, tetapi produksinya musiman. Sektor ini pun menyerap tenaga kerja dalam

jumlah yang cukup besar.

b. Bangunan/Konstruksi

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor bangunan/konstruksi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar

daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.

Sektor ini merupakan sektor unggulan peringkat kedua setelah sektor pertanian.

Memang benar adanya, pesatnya pertumbuhan sektor ini juga didukung oleh

kurangnya bangunan-bangunan yang bersifat sosial di daerah Kabupaten Cirebon.

Sektor bangunan/konstruksi ini mencakup kegiatan pembangunan fisik

(konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang

dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan.

Misalnya saja baru-baru ini Kabupaten Cirebon membangun Mall yaitu Cirebon

Square yang telah berdiri bangunanya, selanjutnya akan dibangun Mall lain yaitu

Plumbon Square yang rencana pembangunannya akan berjalan pada saat ini

hingga beberapa waktu kedepan. Bangunan ini dilaksanakan dan dibangun dengan

tujuan agar fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat Kabupaten Cirebon sendiri

dapat menjadi jauh lebih berkembang dan lengkap. Contoh hal lainnya,

Kabupaten Cirebon pun sedang membangun rumah sakit-rumah sakit, sekolah,

(4)

c. Jasa-Jasa

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor jasa-jasa dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada

kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini

dikarenakan terjadinya pertumbuhan yang cepat akibat banyaknya penambahan

jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan

rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta,

klinik swasta, sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang

merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC),

rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta

yang ada di Kabupaten Cirebon.

Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan

seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya

seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng

dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian

meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga , pemangkas rambut

dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir

sepatu dan lain sebagainya.

d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dalam perekonomian Kabupaten

Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian

Provinsi Jawa Barat. Dalam sektor ini, Kabupaten Cirebon hanya terdapat Bank

(5)

asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga

pembiayaan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Hal ini didukung oleh meningkatnya sektor pertanian, jasa-jasa dan sektor

unggulan lainnya yang menyebabkan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan pun meningkat. Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon

mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut

bangunan tempat tinggal maupun sarana fasilitas umum. Sedangkan sektor jasa

perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa

pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa

periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin, peralatan dan lain

sebagainya.

e. Pengangkutan dan Komunikasi

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor pengangkutan dan komunikasi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon

lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa

Barat. Sektor ini sangat dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya diantaranya

khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan seperti industri rotan,

industri tekstil, industri sandal, sepatu dan lain sebagainya. Pengangkutan dan

komunikasi ini memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Cirebon.

Sektor komunikasi pun kian meningkat sejalan peningkatan sektor transportasi

(pengangkutan).

Jalan sebagai sarana penunjang transportasi, memiliki peran penting

khususnya transportasi darat. Walaupun kondisi jalan di Kabupaten Cirebon

(6)

yang ukurannya besar seperti bus, fuso, truk dan lain sebagainya. Tetapi untuk

sekarang, sedang dilakukan perbaikan jalan guna mencapai peningkatan pada

sektor pengangkutan tersebut. Selain itu angkutan kereta api pun tidak kalah

meningkat dibanding pengangkutan lainnya. Angkutan kereta api di Kabupaten

Cirebon mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya terutama

peningkatan penumpang yang menggunakan jasa pelayanan kereta api, walaupun

untuk angkutan barang secara volume sedikit mengalami penurunan. Pemerintah

selalu mengupayakan usaha-usaha terbaiknya guna meningkatkan sektor

pengangkutan dan komunikasi tersebut.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi

sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam perekonomian Kabupaten Cirebon

lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa

Barat. Pesatnya perkembangan sektor ini didukung adanya objek wisata dan seni

budaya yang ada di Kabupaten Cirebon ini. Walaupun dari data yang ada tamu

yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik daripada tamu

mancanegara. Hal ini tidak menurunkan perkembangan sektor hotel di Kabupaten

Cirebon. Karena letak Kabupaten Cirebon yang strategis maka sektor

perdagangan menjadi semakin pesat.

Kabupaten Cirebon merupakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa

Tengah sehingga pusat perekonomian dan perdagangan terpusat pada daerah

tersebut. Itulah yang menjadikan sektor perdagangan semakin meningkat dan

merupakan sektor unggulan. Sektor restoran pun tidak kalah, pertumbuhan yang

(7)

maupun Kabupaten Cirebon yang ada di Kabupaten Cirebon. Makanan khasnya

seperti : nasi jamblang, empal gentong, bubur sop, nasi lengko Cirebon, tahu

gejrot, doclang, makanan seafood sejenis cumi yang disebut oleh masyarakat sana

blakutak, udang, rajungan dan lain sebagainya.

Keanekaragaman makanan khas ini membuat para wisatawan domestik

maupun wisatawan mancanegara senang untuk singgah di restoran-restoran yang

ada di Kabupaten Cirebon ini. Hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan

restoran yang ada di Kabupaten Cirebon kian meningkat.

g. Listrik, Gas dan Air Bersih

Jika dilihat dari hasil analisis LQ diatas, sektor ini termasuk sektor non-

unggulan. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008, sektor ini sempat masuk ke dalam

golongan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Dalam sektor listrik, gas dan air

bersih pada tahun 2007 dan 2008 nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya

kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih dalam perekonomian Kabupaten

Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian

Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 2009, sektor ini kembali menurun dan tidak tergolong sektor

unggulan kembali. Dilihat dari analisis LQ tersebut, sektor ini pada tahun 2007

dan 2008 memiliki nilai koefisien LQ > 1 walaupun mengalami penurunan di

tahun berikutnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa, sektor ini

memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan karena sektor ini sebagai salah

satu sumber utama energi penggerak mesin-mesin produksi pada industri

pengolahan. Untuk itu perlu adanya dorongan yang kuat dari Pemerintah

(8)

Berdasarkan analisis LQ pada Tabel 5.1, adapun sektor-sektor

perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk ke dalam sektor nonunggulan

yaitu : industri pengolahan, pertambangan/penggalian serta sektor listrik, gas dan

air bersih.

Seperti yang kita ketahui, bahwasannya Cirebon terkenal dengan sentra

industri pengolahan rotan. Kondisi ekspor rotan yang kian meningkat dari tahun

ke tahunnya. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa sektor industri pengolahan

rotan ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Tetapi dari hasil

analisis LQ di atas, industri pengolahan tidak termasuk kedalam sektor unggulan.

Hal ini disebabkan karena penelitian ini dilakukan dalam periode 2005 hingga

2010, pada pertengahan tahun 2005 pemerintah mengeluarkan kebijakan rotan

mentah yang diatur dalam SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan

Ekspor Rotan Mentah.

Adanya Kebijakan ekspor rotan mentah ini, mengakibatkan krisis pada

perkembangan industri rotan tersebut dengan ditandai menurunnya persediaan

bahan baku rotan domestik dan meningkatnya harga bahan baku rotan. Sejak saat

itu industri rotan mengalami krisis bahan baku yang mengakibatkan penurunan

pada volume dan nilai ekspor. Sehingga industri pengolahan rotan pun

perkembangannya menurun setelah diberlakukannya kebijakan tersebut pada

tahun 2005. Maka dari itu industri rotan termasuk pada sektor nonunggulan dalam

periode 2005-2010 karena adanya kebijakan pembebasan ekspor rotan mentah.

Selain itu industri pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja,

(9)

Dalam hal sektor pertambangan/penggalian khususnya untuk wilayah

Kabupaten Cirebon kegiatan yang ada hanyalah subsektor penggalian. Tidak

adanya sektor pertambangan disebabkan oleh kondisi alam Kabupaten Cirebon

yang tidak berpotensi untuk dilakukannya kegiatan pertambangan seperti halnya

di daerah Kalimantan. Akibatnya sektor pertambangan/penggalian ini tidak

termasuk kedalam sektor unggulan. Sedangkan untuk sektor listrik, gas, dan air

bersih pun termasuk kedalam sektor nonunggulan tetapi pada tahun 2007 dan

2008 sektor ini berpotensi kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon.

5.2. PDRB (Produk Domestik Bruto Regional), Pertumbuhan Wilayah, dan Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon

5.2.1. Pertumbuhan Total PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Nilai riil PDRB Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 atas dasar harga

konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6,34 triliun dan meningkat pada tahun 2010

menjadi Rp 8,13 triliun, sehingga pada periode 2005-2010 terjadi peningkatan

dengan pertumbuhan sekitar Rp 1,78 triliun. Persentase pertumbuhan semua

sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon pada periode 2005 sampai dengan

2010 menunjukkan peningkatan kontribusi sebesar 271,91 persen ( Tabel 5.2).

Pada Tabel 5.2 jelas terlihat bahwa presentase pertumbuhan perekonomian

tertinggi adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 46,58 persen. Pada tahun 2005

kontribusi sektor jasa-jasa yang diberikan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon

adalah sebesar Rp 726,34 miliar dan meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 1,06

triliun, sehingga pada periode 2005 hingga 2010 sektor jasa-jasa meningkat

sebesar Rp 338,34 miliar. Maka dari itu sektor jasa-jasa di Kabupaten Cirebon

(10)

kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan

rumahtangga oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Selain itu juga di dukung oleh

faktor seni budaya Cirebon dalam hal jasa hiburan dan kesenian seperti grup

tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya. Adapun tabel pertumbuhan

PDRB Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2005 2010 ∆ PDRB Persen 1.Pertanian 1.989.626 2.442.050,77 452.425 22,74 2.Pertambangan/penggalian 26.237 32.019,35 5.782 22,04 3. Industri Pengolahan 1.003.855 1.097.542,23 93.687 9,33 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 131.926 175.847,56 43.922 33,29 5. Bangunan/Konstruksi 421.073 605.021,72 183.949 43,69 6. Perdagangan, Hotel dan

restoran 1.400.054 1.873.433,74 473.380 33,81

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 369.852 482.727,89 112.876 30,52

8. Keuangan, Persewaan dan jasa

Perusahaan 274.813 356.997,47 82.184 29,91

9. Jasa-jasa 726.344 1.064.684,34 338.340 46,58

Total PDRB 6.343.779 8.130.325,07 1.786.546 28.16 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah)

Persentase pertumbuhan perekonomian terendah adalah industri

pengolahan yang tumbuh sebesar 9,33 persen. Pada tahun 2005 kontribusi industri

pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 1,00 triliun dan

meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 1,09 triliun. Selama periode 2005

(11)

pengolahan ini menjadi sektor perekonomian yang pertumbuhannya terendah

karena adanya kebijakan rotan mentah yang diatur dalam SK No.

12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Selain itu industri

pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja, industri pengolahan

tekstil, sandal, sepatu dan lain sebagainya.

Hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2005

nilai riil PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar

Rp 242,88 triliun dan meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp 321,87 triliun

(Tabel 5.3). Sedangkan pada pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 78,99 triliun.

Pada Tabel 5.3 jelas terlihat bahwa persentase pertumbuhan perekonomian

tertinggi adalah sektor bangunan/konstruksi sebesar 51,78 persen. Sektor ini pada

tahun memiliki PDRB sebesar Rp 7,78 triliun dan meningkat menjadi Rp 11,81

triliun di tahun 2010. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada

sektor pertambangan/penggalian. Pada tahun 2005 kontribusi sektor

pertambangan/penggalian terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp

7,14 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 7,46 triliun.

Selama periode 2005 hingga 2010 sektor ini meningkat sebesar 321,79 miliar.

Adapun sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar dan terendah.

Sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar yaitu sektor industri pengolahan

sebesar 29,91 triliun. Nilai ini didapatkan dari selisih antara PDRB sektor industri

pengolahan tahun 2010 sebesar Rp 135,24 trilliun dengan PDRB sektor industri

(12)

Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2005 2010 ∆ PDRB Persen 1.Pertanian 34.942.015,45 42.137.000,00 7.194.984,55 20,59 2.Pertambangan/pen

-ggalian 7.143.208,64 7.465.000,00 321.791,36 4,50 3. Industri

Pengolahan 105.334.047,2 135.247.000,00 29.912.952,85 28,40 4. Listrik, Gas dan

Air Bersih 5.649.829,62 7.316.000,00 1.666.170,38 29,49 5.Bangunan/Konstru -ksi 7.780.823,72 11.810.000,00 4.029.176,28 51,78 6.Perdagangan,Hotel dan restoran 47.259.969,72 70.083.000,00 22.823.030,28 48,29 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10.329.164,21 15.353.000,00 5.023.835,79 48,64 8.Keuangan,

Persewaan dan jasa Perusahaan

7.623.682,08 10.565.000,00 2.941.317,92 38,58

9. Jasa-jasa 16.821.141,16 21.900.000,00 5.078.858,84 30,19 Total PDRB 24.883.881,74 321.876.000,00 78.992.118,25 32,52 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah)

Sektor yang memiliki perubahan PDRB terendah yaitu sektor

pertambangan/penggalian sebesar 321,79 miliar. Nilai ini didapatkan dari selisih

antara PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2010 sebesar Rp 7,46 trilliun

dengan PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2005 sebesar Rp 7,14

(13)

5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2010

Pada umumnya kontribusi semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon

dan Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan. Dalam setiap sektor

perekonomian memiliki rasio yang berbeda-beda baik pada PDRB Kabupaten

Cirebon maupun Provinsi Jawa Barat. Rasio yang dimiliki tiap sektor biasanya

terlihat dari nilai Ra, Ri dan ri. Nilai Ra diperoleh dari selisih antara jumlah

PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat

tahun 2005 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005. Antara

tahun 2005-2010, nilai Ra adalah sebesar 0,33 (Tabel 5.4). Hal ini menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 0,33.

Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i

pada tahun 2010 dengan PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 2005.

Kontribusi pada setiap sektor perekonomian mengalami peningkatan, sehingga

seluruh sektor perekonomian memiliki nilai Ri yang positif.

Nilai Ri paling besar terdapat pada sektor bangunan/kontruksi yaitu sebesar

0,52. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi adalah

terbesar di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor

pertambangan/penggalian karena letak topografi Provinsi Jawa Barat yang tidak

memiliki daerah pertambangan, sehingga memiliki laju pertumbuhan yang kecil.

(14)

Tabel 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lapangan Usaha Ra Ri ri

1.Pertanian 0,33 0.21 0.23

2.Pertambangan/penggalian 0,33 0.05 0,22

3. Industri Pengolahan 0,33 0.28 0.09

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 0,33 0.29 0.33

5. Bangunan/Konstruksi 0,33 0.52 0.44

6. Perdagangan, Hotel dan

restoran 0,33 0.48 0.34

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 0,33 0.49 0.31

8. Keuangan, Persewaan dan

jasa Perusahaan 0,33 0.39 0.30

9. Jasa-jasa 0,33 0.30 0.47

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005 dan 2010 (diolah)

Dalam hal nilai ri , ini diperoleh dari selisih antara PDRB sektor i di

Kabupaten Cirebon tahun 2010 dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon

tahun 2005 dibagi dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2005. Nilai

ri terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa sebesar 0,47 karena sektor ini didukung

banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa

perseorangan dan rumahtangga. Selain itu juga didukung oleh seni budaya

kesenian Cirebon dalam hal jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon seperti grup

tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya.

Sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu

sebesar 0,09 karena adanya kebijakan yaitu SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005

(15)

pada perkembangan industri rotan tersebut dan mengalami laju pertumbuhan yang

menurun dan kecil.

5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Pembangunan suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor komponen

pertumbuhan wilayah. Begitu pun yang terjadi pada pembangunan wilayah

Kabupaten Cirebon. Komponen pertumbuhan wilayah tersebut terdiri dari

komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional

(PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Jika laju pertumbuhan

semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon meningkat setiap tahunnya, maka

ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut bernilai positif.

Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini diperoleh dari hasil kali antara

rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dengan PDRB sektor i pada Kabupaten Cirebon

tahun 2005. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini terjadi disebabkan oleh

adanya perubahan kebijakan ekonomi di tingkat provinsi dan adanya perubahan

dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian di sektor-sektor perekonomian

Kabupaten Cirebon. Jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Barat tahun 2005 hingga 2010 telah memengaruhi peningkatan

PDRB Kabupaten Cirebon sebesar Rp 2,06 triliun (32,52 persen).

Berdasarkan Tabel 5.5, sektor-sektor perekonomian yang ada di

Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan kontribusi. Sektor perekonomian

yang memiliki peningkatan kontribusi terbesar yaitu terdapat pada sektor

pertanian sebesar Rp 647,08 miliar. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi

(16)

Tabel 5.5. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Pertumbuhan Regional (PRij) Juta Rupiah Persen

1.Pertanian 647.077,82 32,52

2.Pertambangan/penggalian 8.532,95 32,52

3. Industri Pengolahan 326.479,60 32,52

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 42.905,75 32,52

5. Bangunan/Konstruksi 136.943,83 32,52

6. Perdagangan, Hotel dan restoran 455.333,76 32,52

7. Pengangkutan dan Komunikasi 120.285,43 32,52

8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 89.376,29 32,52

9. Jasa-jasa 236.225,85 32,52

Total 2.063.160,95 32,52

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2010 (diolah)

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian adalah

sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah di tingkat

Provinsi Jawa Barat. Jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah, maka

kontribusi sektor pertanian beserta subsektornya akan mengalami perubahan.

Dalam hal pertumbuhan proporsional, diperoleh dari hasil kali antara

PDRB Kabupaten Cirebon sektor i tahun 2005 dengan selisih antara Ri dan Ra.

Dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Selain itu juga dapat dilihat dalam Tabel 5.6, sektor

unggulan yang memiliki nilai PP yang positif (PPij > 0) adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 220,79 miliar (15,77 persen), sektor

bangunan/konstruksi yaitu sebesar 81,10 miliar (19,26 persen), sektor

pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 56,60 miliar (16,11 persen), dan

(17)

persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang

pertumbuhannya cepat.

Tabel 5.6. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha

Pertumbuhan Proporsional (PPij)

Juta Rupiah Persen

1.Pertanian -237.389,71 -11,93

2.Pertambangan/penggalian -7.351,01 -28,02

3. Industri Pengolahan -41.403,05 -4,12

4. Listrik, Gas dan Air Bersih -3.999,94 -3,03

5. Bangunan/Konstruksi 81.102,15 19,26

6. Perdagangan, Hotel dan restoran 220.787,60 15,77 7. Pengangkutan dan Komunikasi 59.600,92 16,11 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 16.650,22 6,06

9. Jasa-jasa -16.918,57 -2,33

Total 71.078,62 7,77

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)

Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PP yang negatif (PPij < 0)

adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki nilai PP

yaitu sebesar -237,39 miliar (-11,93 persen). Sedangkan sektor jasa-jasa memiliki

nilai PP sebesar -16,92 miliar (-2,33 persen). Sektor pertanian memiliki nilai PP

yang negatif, hal ini karena rusaknya beberapa infrastruktur jalan yg ada di

beberapa daerah Provinsi Jawa Barat yang memengaruhi pasokan pertanian di

seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat termasuk Kabupaten Cirebon.

Pada sektor jasa-jasa memiliki nilai PP negatif dikarenakan Pemerintah

(18)

kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan

rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kedua sektor tersebut termasuk kedalam

sektor yang pertumbuhannya lambat (PPij < 0). Pada sektor non unggulan dapat

dilihat pada Tabel 5.6 terlihat bahwa semua sektor nonunggulan memiliki nilai PP

yang negatif sehingga sektor-sektor non unggulan tersebut memiliki pertumbuhan

yang lambat.

Dalam Tabel 5.7 dapat dilihat tentang hal komponen pertumbuhan pangsa

wilayah. Hal komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) memiliki ketentuan

yaitu sektor yang memiliki nilai PPWij > 0 atau positif maka sektor tersebut

termasuk kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan jika

suatu sektor memiliki nilai PPWij < 0 atau negatif maka sektor tersebut termasuk

kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang kurang baik.

Pada Tabel 5.7, sektor unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif

(PPWij > 0) adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian

memiliki nilai PPW sebesar 52,45 miliar (2,15 persen), sedangkan sektor jasa-jasa

memiliki nilai PPW sebesar 174,48 miliar (16,39 persen).

Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki

dayasaing yang baik. Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW yang

negatif (PPWij < 0) adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan,

(19)

Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha

Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij) Juta Rupiah Persen

1.Pertanian 52.454,63 2,15

2.Pertambangan/penggalian 5.614,29 17,53

3. Industri Pengolahan -209.251,20 -19,07

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6.685,62 3,80

5. Bangunan/Konstruksi -48.992,89 -8,10

6. Perdagangan, Hotel dan restoran -271.291,67 -14,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi -87.461,53 -18,12 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan -30.972,14 -8,68

9. Jasa-jasa 174.480,19 16,39

Total -408.734,70 -28,57

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)

Sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar -48.99 miliar (-8,10 persen),

sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar -271.29miliar (-14,48

persen), sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar -87.46 miliar (-18,12

persen), dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar -30.97

miliar (-8,68 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan

yang memiliki dayasaing yang kurang baik.

Pada sektor non unggulan dapat dilihat pada Tabel 5.7 terlihat bahwa

sektor non unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif (PPWij > 0) adalah

sektor pertambangan/penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor

pertambangan/penggalian memiliki nilai PPW sebesar 5.62 miliar (17,53 persen),

(20)

persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor nonunggulan yang

memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan sektor non unggulan lainnya yang

memiliki nilai PPW yang negatif (PPWij < 0) adalah sektor industri pengolahan

yaitu sebesar -209.25 miliar (-19,07 persen). Sektor ini termasuk kedalam sektor

nonunggulan yang memiliki dayasaing yang kurang baik.

Sektor unggulan yang memiliki laju pertumbuhan pangsa wilayah terbesar

adalah sektor jasa-jasa sebesar 16,39 persen, hal ini dikarenakan dayasaing sektor

tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa

Barat. Sedangkan sektor dengan laju PPW terendah adalah sektor industri

pengolahan yaitu sebesar -19,07 persen, hal ini dikarenakan adanya kebijakan

pembebasan ekspor rotan mentah mengakibatkan industri pengolahan rotan di

Kabupaten Cirebon mengalami krisis. Banyak perusahaan-perusahaan yang tidak

mampu melewati krisis tersebut sehingga bangkrut. Kebangkrutan

perusahaan-perusahaan industri pengolahan rotan inilah berdampak kepada keseluruhan

pertumbuhan dayasaing industri pengolahan secara keseluruhan. Hal itu

mengakibatkan dayasaing industri pengolahan menjadi rendah dan kurang baik.

5.2.4. Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-Sektor Unggulan

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat

dayasaing juga pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian Kabupaten Cirebon.

Untuk melihat profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten

Cirebon dapat dilakukan dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis

bilangan.

Nilai-nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai

(21)

pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan nilai-nilai tersebut nantinya dapat terlihat

masing-masing sektor pada setiap kuadrannya. Adapun nilai presentase

pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 5.8. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Cirebon

Lapangan Usaha % PP % PPW

1.Pertanian -11,93 2,15

2.Pertambangan/penggalian -28,02 17,53

3. Industri Pengolahan -4,12 -19,07

4. Listrik, Gas dan Air Bersih -3,03 3,80

5. Bangunan/Konstruksi 19,26 -8,10

6. Perdagangan, Hotel dan restoran 15,77 -14,48

7. Pengangkutan dan Komunikasi 16,11 -18,12

8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 6,06 -8,68

9. Jasa-jasa -2,33 16,39

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)

Jika dilihat secara keseluruhan, nilai presentase pertumbuhan proporsional

dan pertumbuhan pangsa wilayah tidak terdapat kedua nilai yang bersifat positif.

Maka dari itu perlu analisis lebih lanjut dalam pergeseran bersih yaitu melihat

(22)

Berikut adalah profil pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang dapat

dilihat secara keseluruhan dalam keempat kuadran, yaitu sebagai berikut :

Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010

Berdasarkan Gambar 5.1, terlihat bahwa profil pertumbuhan sektor-sektor

perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005 hingga 2010 terihat pada setiap

kuadrannya yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Pada hasil analisis, didapatkan bahwa

tidak ditemukannya sektor perekonomian yang berada di kuadran I pada periode

-25.00 -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 pertanian pertambangan/penggalian industri pengolahan listrik, gas dan air bersih bangunan/konstruksi perdagangan, hotel dan restoran

pengangkutan dan komunikasi

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan jasa-jasa PPW PP I II III IV

(23)

2005 hingga 2010. Ini berarti tidak ada sektor perekonomian di Kabupaten

Cirebon yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan memiliki dayasaing yang

tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Dalam kuadran II terdapat sektor bangunan/konstruksi, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Artinya sektor-sektor tersebut

memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki dayasaing yang rendah

untuk wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran III terdapat sektor industri pengolahan, yang berarti bahwa

sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang

rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan

pada kuadran IV terdapat sektor pertanian, sektor pertambangan/penggalian.

Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor jasa-jasa. Artinya, sektor-sektor

tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki dayasaing yang

tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat.

5.2.5. Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Cirebon

Adapun pertumbuhan bersih dari sektor-sektor unggulan yang ada di

Kabupaten Cirebon, dapat dilihat pada Tabel 5.9. Nilai pergeseran bersih ini

didapatkan dari hasil penjumlahan antara nilai pertumbuhan proporsional dengan

nilai pertumbuhan pangsa wilayahnya pada semua sektor perekonomian. Jika

suatu sektor memiliki nilai PB > 0 atau bernilai positif, maka sektor

perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang progressive (semakin

(24)

negatif, maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak

progressive.

Tabel 5.9. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Pergeseran Bersih (PBij) Juta Rupiah Persen

1.Pertanian -184.935,08 -9,78

2.Pertambangan/penggalian -1.736,72 -10,48

3. Industri Pengolahan -250.654,25 -23,19

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.685,69 0,77

5. Bangunan/Konstruksi 32.109,26 11,16

6. Perdagangan, Hotel dan restoran -50.504,07 1,29

7. Pengangkutan dan Komunikasi -27.860,60 -2,00

8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan -14.321,93 -2,62

9. Jasa-jasa 157.561,62 14,06

Total -337.656,09 -20,80

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)

Dapat dilihat dalam Tabel 5.9, sektor perekonomian yang memiliki

pertumbuhan yang progressive (semakin meningkat) yaitu sektor listrik,gas dan

air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa. Selama periode 2005

hingga 2010 sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan

sektor jasa-jasa memiliki pertumbuhan yang progressive. Hal ini dapat dilihat

dari, keadaan sektor listrik,gas dan air bersih yang semakin meningkat karena

sektor ini terbilang memengaruhi sektor lain seperti sektor industri pengolahan

dan lain sebagainya.

Sektor bangunan/konstruksi semakin meningkat pada periode tersebut

(25)

proyek-proyek bangunan untuk mendukung pengembangan wilayah Kabupaten

Cirebon. Sedangkan sektor jasa-jasa pun terus meningkat sebagaimana penjelasan

sebelumnya yaitu akibat dari banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan,

jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial

kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta,

sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan,

panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan

sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di

Kabupaten Cirebon.

Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan

seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya

seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng

dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian

meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga , pemangkas rambut

dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir

sepatu dan lain sebagainya.

5.3. Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon

5.3.1. Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon pada tahun 2005-2010 Kebijakan yang diterapkan di Kabupaten Cirebon selama periode

2005-2010 itu untuk mencapai agenda pembangunan daerah yaitu dengan meningkatkan

mutu sumber daya manusia yang beriman, berakhlak, sehat, berilmu, cerdas,

berbudaya dan sejahtera. Jika mutu sumberdayanya meningkat maka akan

mendukung pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebijakan Pemerintah

(26)

diterapkan pada bidang dan sektornya masing-masing sesuai Peraturan Bupati

Cirebon Nomor 92 Tahun 2005 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun

2005-2010. Hal ini akan dijelaskan pada uraian selanjutnya.

Struktur perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005-2010, secara

keseluruhan memperhatikan bahwa sektor pertanian sangat dominan. Primadona

untuk tanaman pangan yaitu padi, sedangkan primadona untuk palawija yaitu

kacang hijau, sayurannya yaitu bawang merah dan untuk produk buahnya yaitu

mangga gedong gincu. Berdasarkan uraian di atas maka kebijakan atau program

yang dilakukan yaitu :

1. Meningkatkan produksi pertanian sehingga rata-rata hasil produksi ditiap

kecamatan memiliki proporsi yang sama.

2. Mempertahankan luas areal pertanian dengan pengendalian alih fungsi lahan

pertanian produktif menjadi kawasan industri.

3. Pemberdayaan sumberdaya pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani.

Penyumbang terbesar lainnya yaitu sektor industri dan perdagangan.

Walaupun pertanian masih menjadi dominan di Kabupaten Cirebon, secara

perlahan mengalami pergeseran dengan meningkatnya industri dan perdagangan.

Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha yang dapat

meningkatkan baik sektor industri maupun sektor perdagangan, yaitu melalui

kegiatan :

1. meningkatkan investasi.

2. Memberdayakan pelaku ekonomi.

(27)

4. Meningkatkan kerjasama perdagangan internasional.

Selain itu pemerintah juga mengadakan program pelestarian budaya dan

pembinaan kesenian daerah, yaitu melalui serangkaian kegiatan :

1. Melaksanakan pemeliharaan bangunan, prasarti, situs bersejarah.

2. Menggali sejarah dan budaya Kabupaten Cirebon.

3. Pembauran bahasa Cirebon dalam aktifitas masyarakat.

4. Mengaktifkan dan meningkatkan sanggar-sanggar kesenian dan budaya

daerah.

5. Melaksanakan misi dan pentas kesenian.

Adapun program-program lainnya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten

Cirebon guna mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang

berkelanjutan, yaitu sebagai berikut :

1. Program peningkatan investasi.

Melalui kegiatan :

a. Mempromosikan potensi investasi.

b. Mengembangkan koordinasi penanaman modal daerah.

c. Melaksanakan sosialisasi kebijakan investasi.

d. Melaksanakan perluasan bentuk kerjasama investasi dengan investor

dalam dan luar negeri.

e. Memberikan layanan perijinan investasi.

2. Ketahanan pangan.

Melalui kegiatan :

a. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pertanian,

(28)

b. Memberikan pembinaan bidang usaha pertanian, peternakan dan

perikanan.

c. Mengoptimal sumber daya lahan dan meningkatkan mutu intensifikasi.

d. Mengembangkan produk olahan (agroindustri) pangan.

3. Penanggulangan kemiskinan.

Melalui kegiatan :

a. Memberikan fasilitas subsidi silang baik dri Pemerintah Pusat maupun

Propinsi serta memfasilitasi bantuan program pemerintah.

b. Memberikan bantuan pada keluarga miskin.

c. Memberikan bantuan Modal Usaha pada keluarga miskin.

4. Peningkatan dalan bidang ketenagakerjaan.

Melalui kegiatan :

a. Meningkatkan dayasaing tenagakerja.

b. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan.

c. Memfasilitasi penciptaan lapangan pekerjaan.

d. Meningkatkan upah minimum dan perlindungan serta pengawasan

ketenagakerjaan.

5. Pengembangan usaha industri andalan, dan unggulan, jasa, perdagangan dan

pariwisata.

Melalui kegiatan :

a. Memberikan advokasi manajemen, fasilitasi permodalan dan stimulan

usaha.

b. Mengembangkan kelembagaan usaha masyarakat, koperasi dan Badan

(29)

c. Menentukan sentra perdagangan.

d. Meningkatkan koordinasi kemitraan.

e. Membangun sarana transportasi dan meningkatkan teknologi.

f. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata bestandar

internasional.

6. Pengembangan potensi PAD.

Melalui kegiatan :

a. Melakukan pendataan potensi objek pajak dan retribusi daerah.

b. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan daerah.

c. Melakukan uji efisiensi pemungutan pajak dan retribusi pada dinas

penghasil.

7. Peningkatan komunikasi dan media massa.

Melalui kegiatan :

a. Mempublikasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pembangunan.

b. Melaksanakan forum dialog interaktif (temu wicara dan dialog bersama

media).

c. Mengembangkan kemitraan dengan pers.

8. Peningkatan kerjasama lembaga keuangan.

Melalui kegiatan :

a. Mengusulkan dan menyalurkan dana bantuan program.

b. Meningkatkan koordinasi pemerintah pusat, provinsi dan lembaga

keuangan.

(30)

d. Melakukan kerjasama bisnis dengan investor.

9. Regulasi tata ruang dan pengendalian tata guna lahan.

Melalui kegiatan :

a. Verifikasi pembangunan infrastuktur dan perumahan.

b. Menyusun dokumen rencana tata ruang.

c. Menetapkan dan menegaskan subyek dan obyek redistribusi tanah

kelebihan batas maksimum.

d. Melaksanakan pemetaan penguasaan tanah, meneyelesaikan masalah

pertanahan dan member ijin lokasi.

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pemanfaatan tanah.

Program-program diatas adalah kebijakan-kebijakan di Kabupaten Cirebon

yang ada pada periode 2005-2010. Dalam hal ini, sebenarnya masih banyak

kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon berupa program-program kegiatan

lainnya. Kebijakan yang ada ini perlu lebih ditingkatkan untuk kedepannya agar

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai (BAPEDDA, 2011).

5.3.2. Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon dari Hasil Penelitian

Jika kita lihat dalam hasil penelitian ini, dengan menggunakan metode

Location Quotient (LQ) diperoleh sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten

Cirebon yaitu sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa,

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan

komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Dalam upaya peningkatan

peranan sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

(31)

unggulan. Sektor unggulan yang perlu diprioritaskan Pemerintah dapat dilihat

dalam analisis lanjut yaitu perbandingan pergeseran bersih dan dayasaingnya.

Tabel 5.10. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sektor Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Sektor Unggulan Peringkat Sektor Unggulan (LQ) Dayasaing (PPW) Pergeseran Bersih (PB) 1.Pertanian 1 2,15 % -9,78 % 2.Pertambangan/penggalian Nonunggulan 17,53 % -10,48 % 3. Industri Pengolahan Nonunggulan -19,07 % -23,19 % 4. Listrik, Gas dan Air Bersih Nonunggulan 3,80 % 0,77 % 5. Bangunan/Konstruksi 2 -8,10 % 11,16 % 6. Perdagangan, Hotel dan

restoran 6 -14,48 % 1,29 %

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 5 -18,12 % -2,00 %

8. Keuangan, Persewaan dan

jasa Perusahaan 4

-8,68 % -2,62 %

9. Jasa-jasa 3 16,39 % 14,06 %

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)

Sektor nonunggulan yang mempunyai pergeseran bersih yang progressive

dan memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dari

hasil penelitian menggunakan LQ pun terlihat sektor ini sempat menjadi sektor

unggulan yaitu pada tahun 2007 dan 2008. Sedangkan sektor unggulan yang jelas

terlihat memiliki pergeseran bersih yang progressive dan memiliki dayasaing yang

baik adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan Tabel 5.10 rumusan kebijakan

pemerintah Kabupaten Cirebon adalah lebih memprioritaskan dan

mengembangkan sektor unggulan jasa-jasa karena selain memiliki pertumbuhan

Gambar

Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha  Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta  rupiah)
Tabel 5.8. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Cirebon
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten  Cirebon Periode 2005-2010
Tabel 5.10. Perbandingan  Pergeseran  Bersih dan Dayasaing Sektor  Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010

Referensi

Dokumen terkait

This decree requires that imported and domestically produced refined vegetable oils be enriched with vitamin A; it also requires that imported and domestically produced soft

Dari enam indikator sasaran strategis, sumbangan terbesar indikator yang capaian kinerjanya melebihi target berturut-turut adalah indikator Jumlah Pegawai yang

sepak takraw putra Unit Kegiatan Mahasiswa UNESA dan Asian Games 2018, karena dalam beberapa tahun terakhir tim sepak takraw UKM UNESA berhasil meraih beberapa

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Qardh, Istishna, dan Ijarah pada dua.. bank umum syariah

Masa kerja dimulai baik sejak menjadi guru honorer atau guru bantu maupun ketika diangkat langsung menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan (3) variabel terikat

Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan pada remaja awal di Dusun Perigi Parit Desa Sebagu dilakukan oleh orang tua dan masyarakat informan yaitu dengan memberikan nasihat

9 Ridho Alamanda Bahasa Prancis Juara 2 lomba pidato dalam rangka Pekan Frankofoni yang diadakan oleh Jurusan Bahasa Prancis Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan