SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh : NILA ASRI RAHANDARI
NPM. 0543010046
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
iv
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul HUBUNGAN ANTARA TERPAAN
IKLAN HILO SCHOOL VERSI “ JUNGKAT – JUNGKIT “ DI TELEVISI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA Ini dapat disusun dengan baik dan lancar.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Nasional “Veteran”Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
dengan kesabaran telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga
penyusunan laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa sejak
melakukan tugas akhir ini banyak kekurangan, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Nasional”Veteran”Jawa Timur.
2. Bapak Juwito,S.Sos,M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu
Komunikasi, Universitas Nasional”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Catur Suratnoaji, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. My Luply Krisna “icha” Siregar yang telah menjadi inspirasi dan motivator
dengan terus memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
6. Sahabatku Deasy Listiyani Pitasari dan Dewi Laros, anak – anak CG Crew
Pipiet, Ardina dan Ratih, teman – teman “ Tungik Family “ serta teman – teman
ikom Sari, Lia, Mbak Putri, Mbak Dini yang selalu memberi semangat serta
dorongan agar penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Dengan menyadari kemampuan yang terbatas dalam penulisan skripsi
ini, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan, serta
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan dari penulisan laporan skripsi ini.
Penulis
Nila Asri Rahandari
v
SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan penelitian... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 9
2.2.1 Televisi sebagai media periklanan ... 9
2.2 Periklanan... 12
2.2.1 Proses Komunikasi Visual Periklanan... ... 12
2.2.2 Tujuan Iklan dan Daya Tarik Iklan televisi ... 14
2.2.3 Fungsi Iklan... 18
2.2.7 Iklan HiLo School... ... 22
2.3 Masyarakat Sebagai Pemirsa Televisi... 22
2.3.1 Ibu Rumah Tangga Sebagai Responden Peneliti ... 23
2.4 Terpaan Iklan ... 24
2.5 Tingkat Pengetahuan... 25
2.5.1 Kesenjangan pengetahuan... 26
2.5.2 Bentuk – Bentuk Operasional Kesenjangan Pengetahuan ... 26
2.5.3 Alasan – Alasan Yang Mungkin Menyebabkan Kesenjangan Pengetahuan ... 27
2.6 Teori S – O – R ... 28
2.7 Kerangka Pikiran... 30
2.8 Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 33
3.1.1 Variabel bebas / Variabel X ... 34
3.1.2 Variabel terikat atau Variabel Y ... 35
3.2 Tingkat Pengetahuan... 35
3.2.1 Faktor – faktor yang menentukan tingkat Pengetahuan Ibu - ibu Rumah Tangga ... 38
vii
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 42
3.5 Teknik Analisis Data... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 46
4.2 Penyajian Analisis Data ... 49
4.2.1 Identitas Responden ... 50
4.3 Terpaan Iklan HiLo School... 52
4.4 Tingkat Terpaan Iklan HiLo School ... 57
4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai Iklan HiLo School 59 4.5.1 Dampak dan Bahaya Obesitas Pada Anak ... 51
4.5.2 Pengetahuan Responden tentang Faktor Genetik Penyebab Obesitas Pada Anak ... 62
4.5.3 Pengetahuan Responden Anak tentang Obesitas Penyebab Diabetes... 62
4.5.4 Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Obesitas Pada Anak ... 63
4.5.5 Susu HiLo School Adalah Susu Mineral Yang Alami... 64
4.5.6 Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Susu HiLo School . 64 4.5.7 Model (Talent) yang Digunakan Dalam Iklan HiLo School di Televisi ... 65
4.5.10 Pengetahuan Komposisi Warna Gambar (graphic) dalam Iklan HiLo
School di Televisi ... 68
4.5.11 Pengetahuan Mengenai Slogan dalam Iklan HiLo School di
Televisi ... 68
4.6 Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai Iklan HiLo School versi
” jungkat – jungkit ”... 69
4.7 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
ix
Tabel 2 : Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 51
Tabel 3 : Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan 52
Tabel 4 : Frekuensi Responden dalam Menyaksikan Iklan HiLo 53
Tabel 5 : Durasi Responden dalam Menyaksikan Iklan Hilo 54
Tabel 6 : Waktu Menonton Televisi 55
Tabel 7 : Stasiun Televisi Swasta 56
Tabel 8 : Tingkat Terpaan Iklan HiLo School 59
Tabel 9 : Dampak dan Bahaya Obesitas Pada Anak 61
Tabel 10 : Pengetahuan Responden Tentang Faktor Genetik 62
Tabel 11 : Pengetahuan Responden Tentang Obesitas Penyebab
Diabetes 63
Tabel 12 : Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan
Obesitas Pada Anak 63
Tabel 13 : Pengetahuan Mengenai Susu HiLo School 64
Tabel 14 : Pengetahuan Mengenai Manfaat Susu HiLo School 65
Tabel 15 : Pengetahuan Mengenai Model 65
Tabel 16 : Pengetahuan Mengenai Alat Peraga 66
Tabel 17 : Pengetahuan Mengenai Latar Belakang 67
Tabel 18 : Pengetahuan Mengenai Komposisi Warna Gambar 68
Tabel 19 : Pengetahuan Mengenai Slogan 69
xi
Lampiran 2 : Data Responden Variabel Terpaan Iklan HiLo School di Televisi
Lampiran 3 : Data Responden Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga di Surabaya
xii
DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA
Penelitian ini didasarkan pada fenomena obesitas atau kelebihan berat badan pada anak – anak. Maka, merupakan tanggung jawab orang tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Pengetahuan orang tua mengenai fenomena tersebut masih kurang. Untuk itu perlu ada tindakan penyebaran informasi tentang cara pencegahan obesitas melalui media massa. Hilo School mencoba memberi pengetahuan kepada orang tua tentang cara sosialisasi melalui iklan di televisi. Iklan Hilo School membahas tentang fase penting dalam pertumbuhan anak diberikan untuk menjawab kebutuhan para ibu rumah tangga untuk memberikan penanganan yang tepat pada anak yang memilikki tinggi dan berat badan yang kurang ideal. Terpaan iklan HiLo School yang tinggi memiliki peran yang penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga mengenai fenomena obesitas pada anak yang disampaikan oleh iklan HiLo School, mereka diharapkan memilikki perhatian, pemahaman dan penerimaan pesan yang disampaikan oleh iklan.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Televisi sebagai Media Periklanan, Proses Komunikasi Visual Periklanan, Tujuan dan Daya Tarik Iklan di Televisi , Fungsi Iklan, Unsur – unsur Iklan, Pengaruh Iklan, Terpaan Media, Tingkat Pengetahuan, Teori Stimulus-Organism-Respon dan Hipotesis Penelitian.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional,yang termasuk dalam penelitian kuantitatif dan data diperoleh dari hasil kuesioner. Analisis statistik yang digunakan adalah chi quadrat. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik non propobality sampling dan Purposive Sampling.
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai efek
negatif untuk kesehatan. Anak-anak yang masih kecil tentu saja tidak memahami
bahaya ini. Maka, merupakan tanggung jawab orang tua menjaga agar anak
mereka tetap sehat. Orang tua harus mengetahui apa penyebab obesitas dan
bagaimana cara mencegah atau mengatasi masalah obesitas anak.
Adapun dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, misalnya :
1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak obese sering menjadi bahan olok-olokan teman
main dan teman sekolah. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan
suatu tugas/kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh
kegemukannya.
2. Pertumbuhan fisik/linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut
dibanding usia biologinya.
3. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat: slipped capital
femoral epiphysis.
4. Gangguan pernapasan: infeksi saluran napas, tidur ngorok, sering mengantuk
siang hari.
5. Gangguan endokrin: menars lebih cepat terjadi.
(http://dr-anak.com/biaya-kesehatan-anak-obes-lebih-mahal.html)
Jumlah anak-anak yang mengalami obesitas semakin meningkat.
Statistik menunjukkan bahwa 1 dari 10 anak usia sekolah mengalami obesitas atau
kegemukan. Apabila terus dibiarkan, mereka akan tetap mengalami obesitas
sampai dewasa.
Sunber : http://www.hilo.co.id/diet-untuk-anak-perlukah
Kondisi semakin parah bila ada faktor genetik. Menurut Dr dr Boerhan
Hidajat SpA(K), kepala Instalasi Rawat Inap Anak RSU dr Soetomo, bila salah
seorang orang tua mengalami obesitas, mungkin anaknya mengalami masalah
yang sama mencapai 40 persen. Bila kedua orang tua mengalami obesitas,
persentasenya naik menjadi 60-70 persen. Berdasar data yang dihimpun RSU dr
Soetomo bagian anak, jumlah anak kegemukan bertambah. Dari penelitian yang
dilakukan terhadap sampel 1.660 anak SD, jumlah yang kegemukan naik dari 8
persen pada 2004 menjadi 11,5 persen tahun lalu. Beberapa sekolah SD dan SMP
yang dikunjungi mengaku bahwa obesitas merupakan salah satu problem. Salah
satu sekolah yang memberikan penjelasan adalah Sekolah Cita Hati. Pada tiap
jenjang (SD dan SMP), ada 25 hingga 30 anak yang obesitas, dengan total siswa
sekitar 730 anak di setiap jenjang.
Sumber : http://groups.yahoo.com/group/the_untold_stories/message/384
Cara mencegah obesitas anak dimulai dari orang tua. Memberikan
contoh yang benar dengan menjaga pola hidup sehat. Bila orang tua menjaga berat
badan dan mempunyai pola hidup yang sehat, anak pun akan mengikuti dengan
mudah. Makanan tidak bisa dijadikan alat untuk memodifikasi perilaku, akan
tetapi banyak orang tua yang belum paham tentang cara mencegah obesitas anak.
melalui media massa. Hilo School mencoba memberi kesadaran pada orang tua
tentang cara sosialisasi melalui iklan di televisi.
Kehadiran iklan media massa merupakan gejala awal yang menandai
kehidupan modern masyarakat sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui
meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media
massa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada
khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan masyarakat
pada media tersebut.
Media massa dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan
komunikator dengan komunikan yang melintas jarak, waktu, bahkan pelapisan
sosial dalam suatu masyarakat. Media massa memilikki pengaruh besar dalam
pembentukan respons dan kepercayaan masyarakat. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokok media massa membawa pula pesan – pesan yang
berisi sugesti yang mengarahkan respon seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal yang memberikan suatu landasan kognitif baru terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut.
Informasi adalah sumber daya. Informasi mempunyai nilai dan informasi
memungkinkan khalayak untuk melakukan hal – hal yang tidak dapat mereka
laksanakan tanpa adanya informasi tersebut.
khalayak yang kaya informasi adalah yang berpendidikan tinggi dan
memiliki banyak akses informasi seperti perpustakaan dan komputer. Sedangkan
khalayak yang miskin secara finansial juga miskin informasi adalah mereka yang
berpendidikan rendah dan tak memiliki akses informasi.
Informasi yang diberikan kepada kedua kelompok tersebut dalam
khalayak akan lebih dinikmati oleh khalayak yang kaya informasi daripada
khalayak yang miskin informasi, sehingga semakin memperlebar kesenjangan
diantara kedua kelompok tersebut. Dalam banyak studi yang dilakukan,
kesenjangan informasi bukan saja ada tetapi semakin diperlebar oleh media.
Berdasarkan heterogenitas khalayak itulah media massa elektronik
hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi tayang,
kelas ekonomi penonton, peredaran dan sebagainya. Media massa elektronik yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu televisi.
Televisi lebih terpilih sebagai media elektronik yang paling efektif
mempunyai kelebihan – kelebihan yaitu daya jangkau yang sangat luas dan
sangat besar dengan sifatnya yang audio visual. Onong U, Effendy, mengatakan
“ Televisi mempunyai fungsi mempengaruhi memang bisa diandalkan sebab
televisi mempunyai daya tarik yang kuat, karena mereka memilikki unsur kata –
kata, musik juga unsur visual yang berupa gambar hidup yang mampu
menimbulkan kesan mendalam pada penontonnya “ (Effendy, 1989 : 40).
Iklan adalah suatu pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 1995 : 9). Iklan yang
ditayangkan di media elektronik merupakan suatu bentuk komunikasi informatif
dan persuasif yang ditujukan pada khalayak, namun karena perkembangan iklan
produk pesaing maka iklan yang disampaikan harus mampu memperkuat brand
Susu Hilo School adalah susu mineral alami dengan tinggi kalsium
rendah lemak dan bernutrisi lengkap pada anak – anak. Produk ini memberikan
informasi tentang pertambahan tinggi dan berat badannya secara tepat melalui
iklan media televisi. Iklan yang ditayangkan ini memberikan inovasi terbaru
dalam dunia kesehatan yang menggunakan pengenalan indikator pertumbuhan
yang baik terhadap anak – anak kepada masyarakat serta informasi lain yang
berguna.
Iklan Hilo School membahas tentang fase penting dalam pertumbuhan
anak diberikan untuk menjawab kebutuhan para ibu rumah tangga untuk
memberikan penanganan yang tepat pada anak yang memilikki tinggi dan berat
badan yang kurang ideal. Dengan adanya iklan Hilo School maka ibu – ibu rumah
tangga yang memilikki anak tidak perlu khawatir apabila anaknya memilikki
postur tubuh yang kurang ideal, sebab iklan Hilo School sudah memberikan
informasi yang dibutuhkan.
Alasan memilih iklan Hilo School versi “ jungkat – jungkit “ di televisi
sebagai obyek penelitian, karena iklan tersebut merupakan iklan yang diangkat
sesuai dengan kasus yang terjadi disekitar kita. Di Indonesia, aspek lingkungan
yang diciptakan orang dewasa juga cukup memborbardir anak untuk berpeluang
overweight, serta kurangnya ruang untuk pejalan kaki juga membuat sulit untuk
melakukan aktivitas fisik. Selain itu penulis meneliti tingkat pengetahuan ibu –
ibu rumah tangga di Surabaya tentang iklan Hilo School versi “ Jungkat – jungkit
” di televisi, karena iklan tersebut termasuk dalam iklan komersil sebab dari
penayangannya diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
sekaligus mempromosikan produk Hilo School.
Khalayak disini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu rumah
tangga maupun wanita karier yang memilikki anak berusia 5 tahun keatas dan
berdomisili di wilayah Surabaya. Alasan peneliti menjadikan ibu rumah tangga
sebagai obyek penelitian adalah karena ibu rumah tangga dirasa sangat
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan anak dan ibu juga sangat mengerti apa
saja yang penting dan dibutuhkan anak (Jalaludin, 2001 : 23). Alasan peneliti
memilih kota Surabaya sebagai obyek penelitian dikarenakan tingkat daya beli
masyarakat Surabaya terhadap produk susu Hilo sangat tinggi selain itu penulis
memilih Surabaya untuk cakupan penelitian karena Surabaya sebagai kota
metropolis dengan ketersedian medianya terutama media televisi.
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas peneliti mencoba
mengangkat fenomena komunikasi terhadap hubungan antara terpaan iklan Hilo
School versi “ jungkat – jungkit “ di televisi. Peneliti bermaksud mengetahui
tingkat pengetahuan ibu – ibu rumah tangga Surabaya dan membuktikan
pernyataan verbal yang berarti menggunakan kata – kata baik lisan maupun
tertulis yang dipraktekkan oleh ibu – ibu dari anak mereka sehingga digunakan
sebagai salah satu cara untuk mengatasi tingginya angka obesitas pada anak.
Maka dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
Surabaya tentang iklan Hilo School versi “ jungkat – jungkit “ di televisi.
Peneliti berlandaskan pada teori S-O-R terdiri dari singkatan Stimulus,
proses aksi – reaksi, artinya model ini nantinya berguna untuk memberikan
gambaran tentang efek media, dimana teori tersebut menunjukkan adanya respon
dari audience selaku komunikan dalam menanggapi stimulus berupa akan
merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Uraian diatas
merupakan permasalahan yang melatar belakangi ketertarikan peneliti untuk
meneliti hubungan antara terpaan iklan HiLo School versi ” jungkat – jungkit ” di
televisi dengan tingkat pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat disimpulkan
perumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara terpaan iklan HiLo
School versi ” jungkat – jungkit ” di televisi dengan tingkat pengetahuan ibu
rumah tangga di Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
terpaan Iklan HiLo School versi ” jungkat – jungkit ” di televisi dengan tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga di Surabaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengembang ilmu komunikasi terutama mengenai tingkat pengetahuan dan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan masukan kepada produsen iklan agar mampu
menciptakan iklan – iklan yang lebih berkualitas baik iklan produk atau jasa
maupun khalayaknya. Serta mampu memberikan masukan kepada produsen iklan
tentang kelebihan dan kekurangan iklan Hilo School yang ditayangkan sudah
sesuai dengan keinginan masyarakat.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu – ibu rumah tangga di
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun
elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat
di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media
massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator
dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam
masyarakat.
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih
(Kasali, 1992:99).
2.1.2. Kartun dan Karikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.
Karikatur (latin: carricare) sebenarnya memiliki arti sebagai gambar
wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dipelototkan secara karakteristik
tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni memletotkan wajah ini
sudah berkembang sejak abad ke-17 di Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika
bersamaan dengan perkembangan media cetak pada masa itu.
Di Indonesia, konon karikatur mulai berkembang sejak negeri ini
dibawah penjajahan Belanda. Yaitu pengaruh dari gambar karikatur yang
secara berkala dimuat di surat kabar berbahasa Belanda, misalnya “de
locomotif” yang beredar di Indonesia pada saat itu.
Karikaktur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, cara melukis, psikologis, cara melobi, referensi,
bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita
bisa mendeteksi intelektual dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang
secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. (Sobur,
2006:140).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
karikatur dijadikan sarana untuk kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat
karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
(Sobur, 2006:140)
2.1.3. Karikatur dalam Surat kabar
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain, komunikator kepada
komunikan, pada dasarnya pikiran bisa serupa gagasan atau ide, opini,
informasi dan lain sebagainya, dimana gagasan, opini dan informasi tersebut
muncul dari pemikiran seseorang itu sendiri, perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, kekhawatiran, kemarahan, kepuasan, keberanian dimana hal-hal
tersebut bisa muncul dari perasaan masing-masing. Banyak pengertian yang
memberi penjelasan tentang komunikasi massa secara umum, komunikasi
massa diartikan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan media massa adalah komunikasi yang pesannya
ditujukan oleh sejumlah besar orang anonym, heterogen dan tersebar luas
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak serta tidak mengenal batas geografis kultural. Dengan kata
lain komunikasi massa adalah penyaluran pesan-pesan kepada sejumlah orang
melalui melaui media massa. Media dalam disipilin bahasa komunikasi
adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan untuk berkomunikasi. Dalam
konteks masyarakat modern, ia merupakan dengan apa berbagai bentuk
komunikasi dilangsungkan (Budiman, 2002: 57).
Dalam masyarakat dari yang primitif hingga terkomplek komunikasi
massa memiliki beberapa fungsi. Menurut Laswell fungsi komunikasi ada
tiga, yaitu:
1. The surveillance of the environment
Fungsi ini biasa disebut pengamatan lingkungan, yaitu pengamatan
yang dilakukan untuk mengetahui kejadian-kejadian apa yang sedang
terjadi.
2. The correlation of part of society in responding to the environment
Fungsi ini adalah fungsi korelasi, fungsi yang menghubungkan
bagian-bagian yang ada dalam masyarakat yang menanggapi
lingkungan, yakni dengan menghasilkan atau memiliki
alternatif-alternatif solusi dalam menangani permasalahan sosial.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsi ini biasa disebut sosialisasi dan pendidikan yaitu fungsi
transmisi nilai dan norma sosial dari satu generasi ke generasi
berikutnyan (Winarso, 2005: 21)
Media berfungsi sebagai jembatan pengetahuan, pengalaman dan
pandangan bagi masyarakat yang dapat membuat kita mengetahui apa yang
terjadi di sekitar kita tanpa adanya sikap memihak maupun turut campurnya
apa yang ingin disampaikan dan mengetahui bagaimana komunikator dalam
menyampaikan pesan kepada komunikan. Salah satu komponen media massa
adalah media cetak dalam bentuk surat kabar, dan dengan sendirinya media
cetak memiliki fungsi-fungsi komunikasi massa. Media cetak berupa surat
kabar mempunyai pengaruh besar terhadap pola pemikiran masyarakat dalam
menyikapi berita tentang hal-hal yang terjadi di sekitar. Wilbur Schram
(Rivers, 2003:34) menggunakan istilah yang lebih sederhana, yaitu sistem
komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar
menambahkan fungsi keempat: sumber hiburan.
Karikatur merupakan salah satu dari isi surat kabar yang bersifat
hiburan karena karikatur merupakan gambar lelucon yang bersifat lucu dan
mengandung unsur humor dengan membawa pesan sosial. Berasal dari
bahasa Italia, caricature tempat kartun pertama muncul didunia pada abad
XVII. Perintisnya bernama Amnibale Carrici, seorang karikaturis yang
mampu mengubah wajah seseorang menjadi bentuk binatang atau sayuran
namun tetap mirip dengan subyeknya yang bertujuan sebagai ungkapan
protes ataupun kritik sosial. Akan tetapi kariaktur pertama muncul di Inggris
oleh Thomas Rowlandson (1756-1872) dan James Gillary ( 1757-1815).
Dalam perkembangan selanjutnya karikatur dihubungkan dengan jurnalisme
(Panuju, 2005:86)
Di Indonesia saat ini sendiri karikatur memiliki kedudukan yang
cukup berperan khususnya dalam surat kabar, karena karikatur kebanyakan
digunakan untuk melengkapi artikel-artikel dalam surat kabar, salah satu
bentuk karikatur yang didefinisikan oleh Junaedhie “karikatur adalah gambar
kartun yang menggambarkan atau memiripkan subyeknya dengan gaya satiris
atau mengolok-olok” (Panuju, 2005:85). Memuat karikatur berarti kita
dihadapkan pada tanda-tanda visual dan kata-kata. Untuk menguak makna
karikatur pada kenyataannya bukan hal yang mudah, para pembaca di ajak
untuk berpikir tentang arti dan makna karikatur dan memahami pesan-pesan
yang tersirat dalam gambar tersebut.
Karya seni karikatur adalah bagian yang kini tidak dapat dipisahkan
dari suatu media terutama media cetak atau surat kabar, karikatur diartikan
sebagai opini redaksi media dalam memasukkan unsur lelucon, anekdot dan
humor agar siapapun yang melihatnya dapat tersenyum termasuk obyek atau
yang dikarikaturkan itu sendiri (Sumandiria, 2004:3). Karikatur penuh dengan
perlambangan yang kaya makna, oleh karena itu karikatur diharapkan dapat
menjadi salah satu jembatan bagi informasi pembacanya karena suatu
informasi yang disajikan melalui karikatur dapat berfungsi sebagai hiburan
yang memiliki nilai bagi pembacanya. Selain dikaji sebagai teks dan gambar
juga harus dilakukan menghubungkan karya seni tersebut dengan kejadian
yang terjadi disekitar masyarakat yang sedang menonjol atau saat berita
tersebut sedang hangat diperbincangkan dan diperdebatkan oleh masyarakat.
Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah karikatur
tidak akan menyebabkan revolusi. Karikatur tidak akan menjadi pendobrak,
Dengan karikatur kita dapat mengangkat suatu permasalahan yang
sedang hangat ke permukaan dengan kemasan yang sangat menarik dan
memiliki unsur humor, seorang karikaturis diharapkan berperan sebagai
nurani yang bisa diajak berwawancara dengan diri sendiri dan menjadi
semacam medium untuk mengungkap suatu permasalahan.
Karikatur merupakan salah satu media yang dapat mengetengahkan
suatu masalah yang sedang bergejolak ke permukaan, dapat mengangkat
suatu permasalahan yang sedang terjadi, baik masalah tersebut melibatkan
seseorang maupun melibatkan beberapa pihak atau sebuah badan, karikatur
diharapkan bisa dijadikan sarana penyampaian kritik sosial yang sehat dan
tetap tidak melepaskan budaya pers yang bebas namun bertanggung jawab,
begitu banyak berita atau “news” yang dapat diketahui dari berbagai literatur,
satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut yang berbeda.
Beberapa tahun lalu, para ahli mendefinisikan berita dengan
pandangan dari sudut surat kabar saja. Dan kenyataan menunjukkan bahwa
penyiaran radio oleh stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap
jurnalistik surat kabar, antara lain dengan kecepatan sampainya berita kepada
khalayak. Kalau suatu peristiwa baru dapat diberitakan surat kabar keesokan
harinya, lain dengan radio dan televisi hanya dalam hitungan jam saja, bahkan
suatu peristiwa nasional dapat disiarkan pada saat kejadian itu sendiri
berlangsung, akan tetapi karena ketiga media massa yakni, surat kabar, radio
dan televisi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, maka pada
akhirnya masing-masing memiliki upaya saling mengisi.
Dari puluhan bahkan ratusan definisi berita yang dapat dibaca dalam
berbagai buku berkala, ada satu definisi yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel
V. Charnley dalam bukunya “Reporting”, yang berbunyi: “News is the timely
report of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a
considerable number of people” (Berita adalah laporan tercepat mengenai
fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau
kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk) (1965:34).
2.1.4. Kritik Sosial
Kritik berasal dari Yunani (kritike = pemisahan, krinoo =
memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti
evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian
yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti interaksi
sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terkait dengan
kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan sebagai
evaluasi atau penilaian yang menyangkut kehidupan bermasyarakat
menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. Dalam kritik sosial,
pers dan politik Indonesia, kritik sosisal adalah suatu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol
terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat.
Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam
memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini
sosial atau masyarakat (Masoed, 1999:47). Kritik sosisal juga dapat berarti
inovasi sosial, dalam arti bahwa kritik sosial dapat juga membangun gagasan
baru yang didapat dari kritik sosial tersebut, perspektif kritik sosial yang
demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka
melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan
perubahan sosial (Masoed, 1999:49).
Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan
kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak
masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata
dalam masyarakat. Kritik merupakan bagian essensial dari masyarakat,
meskipun teori sosiologi cenderung mengabaikannya. Yang membedakan
antara masyarakat satu dengan yang lain hanya cara pernyataannya. Karena
dominasi budaya jawa yang sangat kuat, masyarakat Indonesia cenderung
menggunakan cara kritik yang tersirat, yang disampaikan secara tidak
langsung, misalnya melalui simbol dan sebagainya. Akan tetapi, penyerapan
cara kritik jawa itu tidak dapat dilakukan begitu saja, tanpa
mempertimbangkan tatanan masyarakat secara keseluruhan.
Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam
menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan
pemerintahnya. Tidak tertutup mata atas kenyataan bahwa kritik adalah
modus sebuah proses input, sehingga otomatis tidak mungkin dihindari.
Kritik akan mengingatkan agar masyarakat selalu bertindak sedemikian rupa,
sehingga pemikiran, program dan tindakan yang dirancangkan untuk dapat
mencapai pemecahan terhadap masalah kehidupan dalam masyarakat atau
lingkunganya, dilaksanakan dengan akibat yang semanusiawi mungkin.
Kontrol sosial merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, yang
selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila kontrol
sosial cenderung dipahami sebagai aktifitas pengendalian, di dalam
percakapan sehari-hari sistem pengendalian sosial sering kali diartikan
sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintah
(Soekanto, 2002:205). Kritik sosial dapat disampaikan mulai dengan
ungkapan-ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan
komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam
komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa seperti karikatur.
Wahana kritik sosial sering kali ditemui di dalam media cetak, seperti
surat kabar, majalah dan tabloid. Di dalam media ini karikatur biasanya
disajikan selingan setelah pembaca menikmati rubrik-rubrik atau
artikel-artikel yang lebih serius. Meskipun pesan-pesan di dalam beberapa karikatur
sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel
tetapi lebih mudah dicerna atau dipahami sehubungan dengan sifatnya yang
menghibur. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka tidak
begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004: 04).
2.1.5. Etika Komunikasi
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos adalah Ilmu yang membahas
oleh pikiran manusia. Tujuan mempelajari etika, untuk mendapatkan konsep
yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam
ruang dan waktu tertentu. Pengertian baik Sesuatu hal dikatakan baik bila ia
mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia
(Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif), sedangkan pengertian
buruk segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling
mendasar. Bila hak itu tidak dijamin akan mengebiri pikiran atau kebebasan
berpikir sehingga tidak ada lagi otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi
di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang
didasarkan pada kebebasan nurani dan kebebasan untuk berekspresi (B.
Libois, 2002:19). Jadi, untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya
mungkin apabila hak untuk berkomunikasi di publik dihormati. Etika
komunikasi merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi
demokrasi tersebut.
Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika
komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi (politik). Aspek etisnya
ditunjukkan pada kehendak baik untuk bertangung jawab. Kehendak baik ini
diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern yang
mengatur profesi. Aturan semacam ini terumus dalam deontologi jurnalisme.
Tiga prinsip utama deontologi jurnalisme (B. Libois, 1994:6-7) :
1. Hormat dan perlindungan atas hak warga negara akan informasi dan
sarana-sarana yang perlu untuk mendapatkannya. Masuk dalam kategori
ini adalah perlindungan atas sumber berita; pemberitaan informasi yang
benar dan tepat, jujur dan lengkap; pembedaan antara fakta dan
komentar, informasi dan opini; sedangkan metode untuk mendapatkan
informasi harus jujur dan pantas (harus ditolak jika ternyata hasil curian,
menyembunyikan, menyalahgunakan kepercayaan, dengan menyamar,
pelanggaran terhadap rahasia profesi atau instruksi yang harus
dirahasiakan)
2. Hormat dan perlindungan atas hak individual lain dari warga negara.
Termasuk dalam hak ini ialah hak akan martabat dan kehormatan; hak
atas kesehatan fisik dan mental; hak konsumen dan hak untuk berekspresi
dalam media; serta hak jawab. Selain itu harus mendapat jaminan juga
ialah hak akan privacy, praduga tak bersalah, hak akan reputasi, hak akan
citra yang baik, hak bersuara dan hak akan rahasia berkomunikasi. Jadi,
hak akan informasitidak bisa memberi pembenaran pada upaya yang
akan merugikan pribadi seseorang. Setiap orang mempunyai hak untuk
menerima atau menolak penyebaran identitasnya melalui media
3. Ajakan untuk menjaga harmoni masyarakat. Unsur ketiga deontologi
jurnalisme ini melarang semua bentuk provokasi atau dorongan yang
Deontologi jurnalisme ini membantu dalam mempertajam makna
tanggung jawab. Ia bisa menjadi faktor stabilisasi tindakan yang berasal dari
dalam diri aktor komunikasi. (Haryatmoko, 2007 : 45-46)
2.1.6. Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti
“tanda “ atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika atau dalam istilah
Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify)
dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53) dalam Sobur (2001:15).
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut sebagai “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat
tentang keberadaan suatu tanda. (Sobur, 2006:87)
Tokoh semiotika Charles Sanders Pierce adalah seorang filsuf
Amerika. Sedangkan Ferdinand De Saussure adalah pendiri linguistic
modern, sarjana dan tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya
tentang tanda. (Sobur, 2006:43)
Membuat kajian komik-kartun-karikaur berarti berhadapan dengan
tanda-tanda visual dan kata-kata. Maka itu, pembahasan ini menggunakan
kajian kritis yang bertujuan untuk mengungkapan makna tanda-tanda atau
simbol-simbol yang ada.
Setiawan mengakui bahwa untuk menguak makna kartun pada
kenyataannya bukan pekerjaan mudah, mengingat berbagai persoalannya
menyangkut permasalahannya yang berkembang dalam masyarakat,
khususnya mengenai masalah sosial dan politik. Selain itu, elemen
pembentuk kartun-komik pun cukup kompleks, yakni terdiri atas unsur-unsur
berbagai disiplin. (Sobur, 2006:132)
Bagaimana persisnya bisa menganalisis kartun, dalam hal ini ada
contoh menarik yang dikemukakan Tomy dengan catatan bahwa kartun yang
dibuat pada tahun 2001 ini ini harus diletakkan dalam konteks ketika
Abdurrahman Wahid masih menjabat presiden RI, dan Megawati sebagai
wakil presiden RI, Amien Rais ketua MPR dan Akbar Tanjung ketua DPR.
(Sobur, 2006:133)
Langkah pertama, menurut Tomy, kita mesti dapat mendeskripsikan
jalinan tanda di kartun tersebut. Upamanya, kita bisa menandai berdasarkan
pola : gesture, komposisi ruang dan hubungan diantara objek. Berdasarkan
pengamatan sekilas kita menemukan suatu ruangan dibagi secara diagonal
dan disetiap ujung diletakkan empat gambar tokoh politik, keempat tokoh
tersebut secara diametral menatap ke arah yang berbeda dengan mata mereka
Lanjut Tomy, mungkin bisa mengatakan bahwa gambar kartun
tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara gambar dengan
objeknya. Ada hubungan ikonis antara gambar itu. Dengan demikian
menurutnya, kartun itu memiliki pola: proposition indexical type
(legysign). Suatu pernyataan (proposisi) yang mengacu pada objeknya secara
indeksikal dan menjadi “tanda” karena hukum / tradisi / kesepakatan. (Sobur,
2006:134)
Berikutnya, kita bisa mengamati aspek bahasa yang tercantum di
bawah ilustrasi tersebut, kemudian mendeskripsikannya dengan
mempertimbangkan sign, object, dan interpretant.
Apabila dicermati wacana yang terdapat dalam kartun terkait melalui
frase “tokoh”. Acuan dari proposisi tersebut dapat ditemukan di dalam kartun.
Dengan demikian proposisi sudah mendapatkan acuan dari teks kartun
sendiri.
Sudut interpretan, kalimat tersebut, dalam penilaian Tomy, adalah
sebuah proposisi. Artinya, suatu teks yang terbuka dan siap untuk
dikonfrontasikan dengan realitas atau tanda lainnya. Teks bahasa
diperhadapkan dengan ilustrasi kartun.
Demikian, kata Tomy, secara formal kita bisa mengatakan bahwa
proses semiosis yang dominan dalam kartun tersebut gabungan atau proposisi
(visual dan verbal) yang dibentuk oleh kombinasi tanda argumen indexical
legisign.
Dalam menganalisa kartun atau komik-kartun, kita seyogyanya
menempatkan diri sebagai kritikus, agar bisa secara leluasa melakukan
penilaian dan memberi tafsiran terhadap komik-kartun tersebut. Melihat
entitas tanda-tanda visual dalam komik, dapat dianggap sebagai “teks”
tersebut. Akan tetapi guna mempertajam interpretasi makna serta menjaga
validitas kajian, diperlukan data yang berfungsi sebagai penguat tafsiran.
Hal lain yang cukup berperan adalah adanya narasi penyerta gambar.
Narasi-narasi tersebut kadang berupa rangkaian kata-kata, kadang juga berupa
onomatopea suara binatang, bunyi benda jatuh, desiran angin, dan
sebagainya. Berkaitan dengan teks narasi tentu akan menyentuh bidang
kesusastraan. (Sobur, 2006:136)
Pada dasarnya, kartun mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas
namun tajam dan humoritis sehingga tidak jarang mebuat pembaca tersenyum
sendirian. Karena itu, pada umumnya satu “kisah” kartun hanya terbit satu
kali di dalam surat kabar atau majalah meskipun beberapa kartun yang telah
dimuat media massa dapat juga kemudian dihimpun dan diterbitkan kembali.
(Sobur, 2006:140)
2.1.7. Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce
Menurut Pierce, semiotik adalah suatu tindakan, pengaruh atau kerja
sama antara tiga subjek yang terdiri dari tanda (sign), objek (object) dan
interpretant (Sobur, 2001:109). Beberapa pengertian dalam SEMIOTIK
1. MODEL ANALISIS CHARLES S.PIERCE
Semiotik berangkat dari elemen utama yang disebut Pierce teori segitiga
makna (Triangle meaning):
Tanda : adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap
oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk /
merepretasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini
disebut objek.
Acuan tanda (objek): adalah konteks social yang menjadi referensi
dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Pengguna tanda (interpretan): adalah konsep pemikiran dari orang
yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna
tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang dirujuk sebuah tanda. Hubungan tanda, Objek dan
Interpretan:
Tanda merupakan pencitraan indrawi yang menampilkan pengertian
dari objek yang dimaksudkan. Sedangkan objek adalah produk yang
merupakan fokus peran. Interpretant merupakan pengertian yang diturunkan.
Model semiotk menurut Pierce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga
makna, seperti berikut:
Gambar 2.1 : Model Semiotik Pierce
Dengan mengacu pada segitiga elemen makna Pirece, maka dapat
diketahui mengenai persoalan bagaimana makna yang muncul dari sebuah
tanda (sign) ketika tanda itu digunakan orang pada waktu orang itu
berkomunikasi (Sobur, 2003:115).
Pierce mengelompokkan tanda (sign) menjadi tiga komponen, antara
lain : ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol). Ketiga kategori tanda
tersebut, digambarkan dalam sebuah model segitiga berikut :
Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Pierce
Ikon (ikon) adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang
menyerupai apa yang dipresentasikan dan ditandai dengan kemiripan atau
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia
Sign
Object Interpretant
Icon
Symbol
dan merupakan sesuatu yang merujuk / merepretasikan hal lain di luar tanda
itu sendiri. Misal : Patung Sukarno adalah ikon Sukarno.
Indeks (index) adalah suatu tanda yang secara alamiah
mempresentasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan
sebab akibat yang mempunyai hubungan eksistensi. Misal : awan gelap
adalah indeks hujan yang akan turun.
Simbol (symbol) adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Simbol
meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang
maknanya disepakati bersama. Misal : Bendera (Mulyana, 2000: 84).
2.1.8. Konsep Makna
Makna dari makna (meaning) merupakan gabungan semiotik dari sisi
teoritis maupun terminologis. Akan tetapi banyak ahli semiotikan
mendefinisikan istilah makna (meaning) dalam pengertian yang sempit yang
meniadakan aspek acuan.
Ogden dan Richard membedakan tidak kurang dari dua puluh tiga
makna tentang makna. Pemahaman tentang makna-makna itu dan makna lain
dari makna memerlukan penjelasan termonologis. Pedoman yang diambil
dalam menentukan istilah-istilah itu yang merupakan marke orientasi adalah
tiga istilah yakni makna, arti dan acuan.
Makna (meaning) telah diadopsi sebagai istilah umum yang mencakup
arti (sense) dan acuan (reference) dalam linguistik dan dalam filsafat bahasa.
Menurut Greimas & Courtes, makna “bisa ditetapkan”, dan “ muncul
lebih dahulu dibandingkan pemroduksian semiotik”: ”Tidak ada sesuatu pun
yang bisa dikatakan tentang makna, kecuali diperkenalkannya pra anggapan
metaforis yang penuh implikasi”. Bersinggungan dengan makna, dan efek ini
merupakan realitas tunggal yang bisa dipahami, namun tidak bisa dilihat
secara langsung. Argumen-argumen mengenai sulit dimengertinya makna itu
jelas dinyatakan dalam tradisi perdebatan filsafat tentang kesulitan
pemahaman atas acuan.
Makna, merupakan konsep abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dari para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak
Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultrarealitas”, para pemkir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas merentang sejak pengungkapan mental
dari Locke sampai respons yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi, kata
Jerold Katz (dalam Fisher) setiap usaha untuk meberikan jawaban yang
langsung telah gagal”. Beberapa, seperti misalnya jawaban Plato, telah
terbukti terlalu samar dan spekulatif yang lainnya memberikan jawaban yang
2.1.9. Wakil rakyat
Wakil rakyat adalah para individu utusan rakyat yang terpilih di
antara yang terpilih yang duduk sebagai anggota badan perwakilan rakyat.
Wakil Rakyat memiliki sebuah tanggung jawab yang besar. Sebuah tanggung
jawab yang tidak bisa diberikan begitu saja kepada sembarang orang yang
dinilai dewasa secara umur. Sebuah tanggung jawab yang besar yang
diberikan kepada orang yang dewasa dalam bertindak dan berpikir, seorang
yang mampu memegang amanah dan kompetensi didalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab tersebut. (http://kamusbahasaindonesia.org)
Hak Wakil Rakyat :
1. Interpelasi ; (penjelasan Pasal 27 UU No. 22 Tahun 2003 menyatakan
bahwa hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara).
2. Angket ; (penjelasan Pasal 27 UU No. 22 Tahun 2003 menyatakan, hak
angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Menyatakan Pendapat.
Hak Anggota Wakil Rakyat :
1. Mengajukan rancangan peraturan daerah.
2. Mengajukan pertanyaan.
3. Menyampaikan usul dan pendapat.
4. Memilih dan dipilih.
5. Membela diri.
6. Imunitas ; (penjelasan UU No. 22 Tahun 2003, bahwa hak imunitas adalah
hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan dan
pendapat yang disampaikan dalam rapat rapat DPR dengan pemerintah dan
rapat- rapat DPR lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Protokoler.
8. Keuangan dan administrative.
Kewajiban Wakil Rakyat :
1. Mengamalkan Pancasila.
2. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945, serta mentaati segala peraturan
perundang-undangan.
3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
6. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindak-lanjuti aspirasi
masyarakat.
7. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan.
8. Memberi pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih di
daerah pemilihannya.
9. Mentaati Kode Etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD.
10. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang
terkait.
2.1.10. Rakyat
Rakyat adalah bagian dari suatu negara atau elemen penting dari
suatu pemerintahan.Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai
ideologi sama dan tinggal di daerah/pemerintahan yang sama dan mempunyai
hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk membela negaranya bila
diperlukan. Elemen rakyat terdiri dari wanita , pria , anak-anak , kakek dan
nenek. Rakyat akan dikatakan rakyat jika telah disahkan oleh negara yang
ditempatinya dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai rakyat/warga negara.
Rakyat diambil dari kata Rahayat artinya yang mengabdi, pengikut,
pendukung. Konotasinya sangat merendahkan karena dianggap sebagai
"hamba,budak dan sejenisnya". Sehingga agak berbeda dengan maksud dari
kata people ( Inggris ), apalagi kalau dengan konotasi rakyat sebagai sebuah
kekuatan atau pemilik sebuah negara.
Rakyat mempunyai kewajiban sebagai berikut :
Ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Ikut mengkritik dan membangun roda pemerintahan.
Menjadi elemen penting dalam aspek politik.
Berkewajiban mengikuti politik praktis.
Berkewajiban mengikuti peraturan-peraturan politik yang telah ditetapkan
negara dan siap menerima sanksi jika melanggar.
Menjadi fundamental ekonomi pemerintahan.
Menjadi fundamental sosial kenegaraan.
berkewajiban membayar pajak.
Berkewajiban mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku tentang
pembelaan tanah air dan menjalankan hak dan kewajibannya yang telah
tertulis di undang undang dasar.
Adapun hak-hak rakyat adalah :
Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34, Bab XIV,
Rakyat berhak meminta penghidupan yang layak (Pasal 27, Bab X, UUD
1945).
Rakyat berhak meminta layanan kesehatan , pendidikan , dan hiburan
kepada negaranya.
Rakyat berhak didampingi pengacaranya jika dituduh melakukan tindak
kriminal.
Rakyat berhak untuk membela dan menjaga kestabilitas negara.
(http://id.wikipedia.org)
2.1.11. Merdeka!!
Merdeka adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Melayu yang berarti kemerdekaan atau kebebasan . Ini adalah berasal dari
bahasa Sansekerta Maharddhika yang berarti "kaya, makmur dan kuat". Di
kepulauan Melayu, istilah ini telah memperoleh arti budak dibebaskan. Para
Mardijker Istilah korupsi Belanda versi Portugis dari kata-kata Sanskerta asli
dan digunakan untuk menunjuk budak Portugis dan Belanda mantan dari
India di Hindia Timur, yang dikenal sebagai Mardijkers, dimana arti Melayu
"free (dom)" berasal. Kemerdekaan adalah saat di mana seseorang
mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan
orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi serta saat di mana
sebuah negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian
negaranya. Tanda seru adalah tanda bahasa yang digunakan untuk penegasan,
penekanan, dan perintah dari suatu kata ataupun kalimat.
(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.or
g/wiki/Merdeka&ei=vRbRTKbyIZD6swP67qS4Cw&sa=X&oi=translate&ct
=result&resnum=4&ved=0CDQQ7gEwAw&prev=/search%3Fq%3Dmerdek
a%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DWME%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26prmd%3Dinl)
2.1.12. Pemaknaan Warna
Warna merupakan aspek visual dari tanda, seperti masalah corak dan
kejernihannya. Dalam beberapa masalah kejernihan warna mungkin lebih
penting dari pada warna itu sendiri dalam menyampaikan pesan. (Berger
Arthur Asa, 2005 : 39). Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan
dalam suatu hal. Warna juga boleh dianggap sebagai suatu fenomena
psokologis, warna juga sering digunakan untuk menunjukan suasana
emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan keyakinan. Berikut respon
psikologi dari masing – masing warna :
1. Merah : Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi,
bahaya, menggairahkan, merangsang
2. Biru : Kepercayaan, konservatif, keamanan, tekhnologi,
kebersihan, keteraturan, kenyamanan
3. Hijau : Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan,
kalem, kedamaian, ketentraman
4. Kuning : Optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran,
5. Ungu : Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi,
kekasaran, keangkuhan, kewibawaan, keagungan
6. Orange : Energy, keseimbangan, kehangatan
7. Coklat : Tanah atau bumi, reliability, daya tahan
8. Abu - abu : Intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan
9. Putih : positif, steril, kebersihan serta netral dan fleksibel.
10. Hitam : power, seksualitas, kecanggihan, kematian,
misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, patah hati.
(http://.toekangweb.or.id/07-tips-bentukwarna1.html)
2.2. Kerangka Berpikir
Manusia adalah homo semioticus di mana masing-masing individu
mempunyai latar belakang pemikiran yang berbeda, dalam memaknai suatu
objek atau peristiwa. Manusia dapat memproklamasikan sesuatu, apa saja,
sebagai tanda karena hal itu dapat dilakukan oleh semua manusia. Makna
yang akan diidentifikasi pertama adalah makna denotatif yaitu, mencatat
semua tanda visual yang ada atau makna mengambang dan bisa dibaca di
permukaan. Selanjutnya akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi
yaitu makna konotatif atau kita membaca yang tersirat yang memungkinkan
terbacanya nilai-nilai yang digunakan sebagai referensi untuk
mengkonstruksikan makna karikatur.
Peneliti tertarik untuk meneliti Karikatur editorial Clekit edisi Selasa,
17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Karena menurut analisis peneliti,
unsur kesenjangan sosial yang seharusnya sudah hilang sejak kemerdekaan
telah didapatkan oleh Indonesia masih terlihat di Negara kita dan tergambar
dalam karikatur tersebut.
Dalam Karikatur ” Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar
Jawa Pos, terdapat beberapa gambar yang memperlihatkan unsur kesenjangan
sosial yang ditunjukkan dengan gambar wakil rakyat dan rakyat yang
digambarkan, wakil rakyat menggunakan setelan jas berdasi membawa koper
serta berteriak “merdeka!!” secara lantang dan rakyat menggunakan pakaian
compang-camping yang menjerit “kami belum!!”.
Penelitian pemaknaan Karikatur editorial Clekit edisi Selasa, 17
Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos, menggunakan kategori tersebut diatas
yang ditentukan oleh penulis berdasarkan isi Karikatur Editorial Clekit edisi
Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Adapun hasil kerangka
Gambar 2.3 : Kerangka Berfikir Pemaknaan Karikatur editorial Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos.
Analisis Kualitatif dengan pendekatan semiotika Pierce :
Icon :
Pria gemuk mengenakan
setelan jas dan bersepatu hitam
Koper
Dasi
Pria kurus mengenakan
pakaian compang-camping
Pria kurus tak beralas kaki
Index :
Ekspresi wajah pria gemuk
Pria gemuk tertawa lebar
Lirikan mata besar pria gemuk
Gaya rambut jambul pria gemuk
Mengangkat tangan pria
gemuk dan pria kurus
Menggenggam tangan pria
gemuk dan pria kurus
Ekspresi wajah dan mata kecil pria kurus
Pria kurus menolehkan wajah ke pria gemuk
Kebotakan rambut pria kurus
Ukuran celana pria kurus Karikatur
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode semiotika yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
kualitatif interpretative (interpretation) yaitu sebuah metode yang
memfokuskan dirinya pada “tanda dan teks” sebagai objek serta bagaimana
memahami dan menafsirkan kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut,
karikatur dalam penelitian ini merupakan kartun editorial, kartun jenis ini
merupakan kartun yang memiliki makna kritikan. Sesuai dengan pandangan
“paradigma” kritis, analisis semiotik bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini
memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi
alternatif. Dalam hal ini akan diinterpretasikan untuk mengetahui makna
pesan yang disampaikan oleh karikaturis mengenai Karikatur Editorial Clekit
edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Interpretasi yang
didapat diperkuat oleh data-data yang berguna untuk memperkuat tafsiran
tersebut.
Alasan digunakannya metode kualitatif ini dikarenakan menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda
(multipretable). Selain itu metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
3.2. Korpus
Dalam penelitian kualitatif perlu adanya pembahasan masalah yang
disebut dengan korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas
dari unsur yang memiliki sifat bersama, tertentu atau tunduk pada aturan yang
sama dan karena itu dapat dianalisa secara keseluruhan. Korpus dalam
penelitian ini adalah karikatur gambar clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di
surat kabar Jawa Pos yang terlihat jelas kesenjangan sosial antara wakil
rakyat dan rakyat. Sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks
yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak
aspek dari sebuah pesan yang tidak ditangkap atas dasar suatu analisis yang
bertolak dari unsur tertentu.
3.3. Unit Analisis Data
Unit analisis data pada penelitian ini adalah tanda-tanda yang ada
dalam karikatur gambar Clekit di Jawa Pos, edisi Selasa, 17 Agustus 2010
yang dimaknai dengan menggunakan ikon, indeks, simbol pada karikatur
gambar clekit. Pada karikatur gambar Clekit tersebut dalam kaitannya
menggunakan metode Charles Sanders Pierce.
3.3.1. Ikon (Icon)
Ikon (ikon) adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang
menyerupai apa yang dipresentasikan dan ditandai dengan kemiripan. Pada
karikatur gambar “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa
Pos” ditunjukkan dengan :
Pria gemuk menggunakan setelan jas dan bersepatu hitam, Dasi, Koper,
Pria kurus menggunakan pakaian compang-camping, Pria kurus tak
beralas kaki.
3.3.2. Indeks (Index)
Indeks (index) adalah suatu tanda yang secara alamiah
mempresentasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan
sebab akibat yang mempunyai hubungan eksistensi. Pada karikatur “Clekit
edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos” ditunjukkan dengan :
Merdeka!!, Wakil rakyat, Kami belum!!, Rakyat, Bentuk elips, Bentuk
lingkaran, Bentuk zig-zag.
3.3.3. Simbol (Symbol)
Simbol (symbol) adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Simbol
meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang
maknanya disepakati bersama. Pada karikatur “Clekit edisi Selasa, 17
Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos” ditunjukkan dengan :
Ekspresi wajah pria gemuk, Pria gemuk tertawa lebar, Lirikan mata besar
pria gemuk, Gaya rambut jambul pria gemuk, Mengangkat tangan pria
gemuk dan pria kurus, Menggenggam tangan pria gemuk dan pria kurus,
Ekspresi wajah dan mata kecil pria kurus, Pria kurus menolehkan wajah ke
pria gemuk, Kebotakan rambut pria kurus, Ukuran celana pria kurus.
3.4. Penempatan Ikon, Index, dan Symbol
Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, dan simbol
tergantung dari kebutuhan sudut pandang khalayak (point of interest) yang
memaknainya. Sehingga penempatan-penempatan tanda-tanda dalam
karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa Pos” di
atas, yang mana sebagai ikon, mana indeks dan mana sebagai simbol tersebut
hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak,
karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang
menginterpretasikan karikatur clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010
pada surat kabar Jawa Pos” sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan
secara langsung karikatur Clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada
surat kabar Jawa Pos”. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui
penggunaan bahan dokumenter seperti surat kabar, studi kepustakaan,
bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya
data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dan data
dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran
gambar karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa
Pos”.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini
disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang
dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti.
Analisis data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari
Charles Sanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign) dalam karikatur yang
dijadikan korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda
dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Pierce terbagi kedalam
tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol).
Dengan studi semiotik peneliti dapat memakai gambar dan pesan yang
terkandung dalam karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat
kabar Jawa Pos” serta membentuk berbagai interpretasi terhadap karikatur ini.
Karikatur clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa
Pos” akan di interpretasikan dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang
terdapat dalam setiap penggambaran karikatur.
Untuk mengetahui antara tanda, penggunaan tanda dan realitas
eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Pierce.
Sistem tanda (gambar,warna,perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang
digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan
menggunakan deskriptif karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada
Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara tanda,
penggunaan tanda, dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan
menggunakan Model Semiotik dari Pierce. Sistem tanda (gambar, kata-kata,
warna, perilaku nonverbal, dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai
indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
4.1. Karikatur Clekit
PADA HARIAN Jawa Pos dalam memuat karikatur tidak dilakukan
secara periodik atau bertahap dan karikatur dalam muatannya di Jawa Pos
tidak memiliki nama yang khusus, seiring berjalannya pemuatan karikatur di
Jawa Pos pada bulan Oktober 1994 karikatur dimuat secara rutin yaitu dalam
satu minggu sekali karikatur dimuat di Jawa Pos dan terletak di halaman
empat dengan nama clekit. Beberapa bulan kemudian atas berbagai
pertimbangan, salah satunya para pembaca Jawa Pos yang sangat antusias
dalam menerima karikatur clekit, maka dengan kesepakatan redaksi karikatur
clekit di Jawa Pos ditambah pemuatannya, yaitu dari pemuatan satu minggu
sekali menjadi dua kali satu minggu setiap hari rabu dan sabtu. Januari 1997
pemuatan karikatur clekit di Jawa Pos ditambah menjadi tiga kali dalam satu
minggu tiap hari selasa, kamis, dan sabtu.
Karikatur clekit adalah nama yang diberikan seorang karikaturis yang
bernama Leak Koestiya, Leak Koestiya juga adalah sang karikaturis yang
menciptakan gambar karikatur Clekit, Leak menciptakan karikatur di Jawa
Pos dan diberi nama clekit dengan maksud dia ingin menyapa
teman-temannya sesama karikaturis dan memberitahukan kepada mereka bahwa
diwakili oleh tokoh sentral anak kecil bercelana pendek menggunakan kaos
oblong dengan menggunakan topi terbalik berwarna merah. Leak Koestiya
dulu adalah mahasiswa di IKIP PGRI di Semarang, dan selama Leak kuliah
dia juga mengerjakan rubrik yang bernama clekit di majalah “FOKAL”
majalah mahasiswa IKIP PGRI Semarang. Leak Koestiya menggambar
karikatur sampai Desember 2002 dan setelah itu Leak menjabat sebagai
redaktur pelaksana Jawa Pos dan jabatan itu masih disandangnya sampai
sekarang.
Wahyu Kokkang adalah ilustrator dan karikaturis Radar Surabaya
(Jawa Pos Group) sejak 1998, dan di tahun 2003 Wahyu Kokkang dipercaya
untuk mengerjakan karikatur clekit. Clekit yang digambar Wahyu Kokkang
menggunakan tokoh sentral seorang pemuda berambut gondrong mengenakan
kaos lengan panjang yang dilipat sebatas siku lengan dengan menggunakan
topi sebagai penutup rambutnya yang gondrong dan menggunakan celana
jeans. Nama clekit diambil dari bahasa daerah yaitu bahasa Jawa yang berarti
rasa sakit dikarenakan gigitan serangga, cubitan yang kecil, badan yang kotor
karena keringat, tidak mandi dan lain sebagainya. Clekit pada Jawa Pos tidak
dimaksudkan untuk menyakiti hati orang lain atau pihak tertentu, karikatur
clekit ini hanya ditujukan sebagai media yang mengingatkan kepada
masyarakat bahwa di negara kita atau di masyarakat kita telah terjadi sesuatu,
namun dalam penyampaiannya diharapkan tidak membuat orang
mengernyitkan kening.