Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya.
Peneliti menggunakan Teori S-O-R. Terpaan berita penculikan anak di televisi (variabel x) diukur melalui indikator frekuensi dan durasi dalam menyaksikan tayangan berita penculikan anak. Sedangkan kewaspadaan ibu rumah tangga (variabel y) setelah mendapat terpaan berita penculikan anak di televisi, operasionalisasinya dapat diukur melalui indikator yang meliputi; waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal , dan waspada dengan selalu mendampingi anak.
Metodologi penelitian yaitu korelasi kuantitatif dengan populasi penelitian Ibu rumah tangga di Surabaya, yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan tipe multistage cluster random sampling. Dengan jumlah populasi 100 ibu rumah tangga maka peneliti akan mengambil semua populasi sebagai sampel peneliti.
Teknik pengukuran data menggunakan skala likert dengan kriteria sistem skor; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t dimana tingkat signifikansi (α) dalam penelitian ini adalah 5%.
Kesimpulannya, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya walau memiliki tingkat hubungan yang rendah.
Kata Kunci : Hubungan Terpaan, Berita Penculikan Anak , Kewaspadaan
HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI
TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA
DI SURABAYA
(STUDI KORELASIONAL KUANTITATIF TENTANG HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI
SURABAYA)
Oleh :
INDRA YUDHA KUSUMA NPM. 0643010077
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia serta rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : “Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan
berjalan lancar dan berwujud baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Sumardjijati, DRA, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, S.Sos., M.Si. selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.
4. Bapak Ibu dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.
5. Bapak dan Ibu serta keluarga yang turut membantu baik dukungan maupun materiel hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
v
dari segi teknis maupun dalam segi penyusunannya. Untuk itu, penulis senantiasa
bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Besar harapan penulis agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua, Amin.
Surabaya, November 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………..………... i
HALAMAN PENGESAHAN..………... ii
KATA PENGANTAR ………... iv
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xii
ABSTRAKSI ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………..………...1
1.2. Perumusan Masalah ……….………...18
1.3. Tujuan Penelitian ……..…………...18
1.4. Kegunaan Penelitian …..………….………...18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20
2.1. Landasan Teori ………..………...…………...20
2.1.1. Televisi sebagai Media Elektronik...……....………...20
2.1.2. Berita Penculikan Anak di Televisi………...21
2.1.3. Terpaan Media...…………..………...34
2.1.4. Teori S – O – R ...35
2.3. Hipotesis Penelitian ...48
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...49
3.1.1. Definisi Operasional...49
3.1.2. Pengukuran Variabel...53
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel…………...59
3.2.1. Populasi ………...59
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...60
3.3. Teknik Pengumpulan Data………...67
3.4. Metode Analisis Data………...68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...72
4.1. Gambaran Obyek Penelitian ...72
4.2. Penyajian Data ...73
4.2.1. Identitas Responden ...73
4.2.2. Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner ...75
4.2.2.1. Variabel Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi ...75
4.2.2.2. Variabel Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya ...79
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ...93
4.3.1. Analisis Data ...94
viii
4.3.2. Pengujian Hipotesis ...95
4.3.3. Interpretasi Hasil ...96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...98
5.1. Kesimpulan ...98
5.2. Saran ...99
DAFTAR PUSTAKA………...100
xi
Gambar 2.1. Teori S – O – R ...36
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya …48
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan ...64
Tabel 3.2. Jumlah Sampel ...67
Tabel 3.3. Tabel Penolong Perhitungan Rank Spearman ...69
Tabel 3.4. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...70
Tabel 4.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia ...74
Tabel 4.2. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...74
Tabel 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Berita Penculikan Anak Di Televisi ...75
Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Durasi Menonton Berita Penculikan Anak Di Televisi ...76
Tabel 4.5. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Untuk Variabel Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi (X) Secara Keseluruhan ...78
Tabel 4.6. Responden Berpesan Pada Anak Agar Jangan Mau Diajak Pergi Dengan Orang Yang Belum Dikenal ...79
Tabel 4.7. Responden Memberitahu Anak Agar Selalu Menjaga Jarak Dengan Orang Asing ………...81
x
Tabel 4.10. Responden Memberitahu Pada Anak Agar Jangan Memberikan
Alamat Rumah Dan Nomor Telepon Kepada Orang Yang Belum Dikenal ...85
Tabel 4.11. Responden Akan Mengantar Jemput Anak Apabila
Jarak Sekolah Dan Rumah Cukup Jauh ...86 Tabel 4.12. Responden Akan Memperketat Pengawasan Anak Jika Pergi Ke
Tempat Umum Yang Ramai Pengunjungnya ...87 Tabel 4.13. Responden Tidak Akan Membiarkan Anak Mengangkat Telepon Atau
Membukakan Pintu ...89 Tabel 4.14. Responden Memastikan Bahwa Pintu Dan Jendela
Tertutup Dan Terkunci Untuk Mencegah Terjadinya Penculikan
Anak ...90 Tabel 4.15. Responden Akan Lebih Banyak Mencari Informasi Tentang
Pencegahan Terjadinya Penculikan Anak ...91 Tabel 4.16. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Untuk
Variabel Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga (Y) Secara
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ...103
Lampiran 2 Tabulasi Hasil Kuesioner ...107
Lampiran 3 Tabel penolong Rank Spearman ...112
Lampiran 4 Tabel Distribusi Nilai t ...115
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa adalah bagian yang tidak terpisahkan oleh masyarakat.Karena media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan informasi, sedangkan masyarakat sendiri adalah bagian dari bahan pemberitaan atau informasi yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri. Fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan
dari informasi yang seimbang. Karena itu setiap perspektif media dalam mengelola berita dan informasi akan selalu berbeda dalam kemasannya serta
yang paling penting penampilannya. Hal ini bisa jadi dikarenakan visi, misi serta manajemen perusahaan yang dibangun oleh perusahaan media itu sendiri berdasarkan segmentasinya.
Media massa dibedakan menjadi dua yakni media cetak dan elektronik. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pers termasuk bagian dari media
massa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bagian pertimbangan dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang tertindas dari tindakan
anarkis (Suroso, 2001 : 176).
Pers mempunyai dua (2) pengertian, yakni pers dalam arti sempit adalah
media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.
2
Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain
radio siaran dan televisi siaran. (Effendy, 2000 : 90).
Adapun Djajakusumah mengartikan televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang dapat memancarkan suara dan gambar, yang
berarti sebagai reproduksi dari suara dan gambar yang disiarkan melalui gelombang – gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat –
pesawat penerima di rumah – rumah. (Djajakusumah, 1991 : 163). Dan hal inilah yang menjadikan salah satu alasan mengapa televisi begitu amat diminati oleh masyarakat dalam pemilihan program acara.
Banyaknya program acara televisi yang ditayangkan di televisi memiliki sasaran segmentasi pada umumnya. Serta program acara televisi
juga dapat menjadikan acara favorit tersendiri bagi khalayaknya. Tidak terkecuali dalam acara berita (news program), acara berita di televisi mempunyai sasaran bagi khalayak umum, dan sebuah berita menjadi menarik
untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu berita dengan berita yang lainnya. Nilai berita
Kasus penculikan anak adalah fenomena yang tengah terjadi di
masyarakat saat ini.Berita kasus penculikan anak ini menjadi suatu hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat resah bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Dapat dilihat di media,dari tahun ke tahun jumlah kasus
penculikan anak selalu meningkat. Pun,beritanya juga selalu ada (bertambah banyak). Akan tetapi, tokoh pemerhati anak, seperti Afrinaldi, Ketua Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Seto Mulyadi, dan Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait percaya bahwa angka riilnya jauh lebih banyak yang tak terungkap atau dilaporkan. Kasus-kasus yang mencuat
selama ini ibaratnya baru puncak dari gunung es. Dari yang dilaporkan ke kepolisian pun, hanya sebagian kecil yang terungkap. Berdasarkan data Biro
Analisa Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dari 765 kasus selama empat tahun terakhir, hanya 371 kasus atau sekitar 48 persen yang terungkap. (http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca
kompas@yahoogroups.com/7678802.html).
Jumlah kasus penculikan anak berdasarkan data yang dimiliki jajaran
Kepolisian Daerah Jawa Tengah tiap tahunnya mengalami peningkatan. “Pada tahun 2007 tercatat 15 kasus penculikan bayi dan anak serta di tahun 2008 ada 17 kasus penculikan dengan rata-rata jumlah yang terselesaikan
sebanyak sepuluh kasus,” kata Direktur Reserse Kriminal Polda Jateng, Kombes Pol Edy Mulyono, di Semarang.
4
Aksi penculikan terhadap anak-anak dan bayi sepertinya mulai marak
di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Jika selama ini yang menjadi sorotan aparat keamanan dan pemerhati masalah anak-anak adalah kerentanan penculikan terhadap anak jalanan, sebagai orangtua harus
menyikapi kerentanan itu bagi anak-anak secara umum. Kekhawatiran akan terjadinya penculikan terhadap anak-anak harus ditunjukkan para orangtua
secara bersama-sama dengan cara mengawasi anak-anak mereka lebih ketat. Pengawasan harus dilakukan sejak anak-anak keluar dari pagar rumah hingga kembali ke dalam rumah lagi.
Kerentanan cukup tinggi bisa dilihat saat anak sedang bermain di luar rumah atau sedang bersekolah. Saat anak berangkat dan pulang sekolah
merupakan saat yang paling rentan. Sebab, dalam keadaan ini, biasanya anak sudah tidak berada dalam jangkauan pengawasan orangtua, namun juga belum masuk dalam tanggungjawab pihak sekolah.
Di sinilah kemungkinan terjadinya penculikan lebih tinggi. Pelaku, dengan gaya dan cara yang bisa menarik anak-anak, biasanya bisa
meyakinkan calon korbannya. Apalagi dalam situasi berangkat sekolah seperti ini, anak-anak biasanya masih terlalu gembira. Sedangkan saat pulang sekolah,anak-anak dalam kondisi terlalu capek. Situasi psikis
semacam ini bisa membuat anak-anak terlena. Karena itu, sebagai orangtua harus sama-sama menjaga anak-anak mereka. Keamanan anak-anak kita
Dari sekian banyak peristiwa yang menarik dan memiliki nilai berita,
ada beberapa contoh berita kasus penculikan anak antara lain seperti akan dikemukakan berikut ini. Sepanjang 2009 tercatat ada 102 kasus penculikan. Jumlah ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu sebanyak 87 kasus.
Rata-rata motif penculikan karena alasan sulitnya perekonomian.
Belum selesai kasus penculikan terhadap Michael Anthoni Gracia,
bocah berusia empat tahun, di Bekasi, Jawa Barat, terjadi lagi penculikan di Semarang, Jawa Tengah. Korbannya seorang bayi yang baru dua hari lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Modus pelaku pura-pura sebagai
keluarga bayi. Jika penculikan Michael dilatarbelakangi perebutan anak, kasus di Semarang justru diduga terkait dengan praktik perdagangan bayi.
Komisi Nasional Perlindungan Anak mengakui banyak motif di balik kasus penculikan anak. Kebanyakan ujung-ujungnya duit. Penjualan anak, khususnya bayi, dilakukan secara berlapis. Harga seorang bayi pun semakin
mahal. Apabila tangan pertama atau si penculik menjual Rp 6 juta untuk seorang bayi, di level berikutnya bayi bisa dijual Rp 20
juta.(http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/10/27/9 2947).
Lalu ada pula berita kasus penculikan anak yang baru dilahirkan di
Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Yang lebih memprihatinkan, sang pelaku begitu mudahnya dalam menjalankan aksi sehingga nyaris tak diketahui orang-orang di lokasi kejadian. Mendengar berita itu,kita kian
6
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang,22 Oktober 2009.
Hingga sekitar tiga bulan berjalan, sang pelaku juga tak kunjung tertangkap.Kasus pun masih tertutup rapat karena seperti halnya yang terjadi di Jakarta, polisi begitu kesulitan mencari jejak pelaku.
Begitu rapinya aksi-aksi mereka, tak salah jika muncul dugaan perbuatan kriminal ini melibatkan orang-orang dalam atau pegawai rumah
sakit. Prediksi ini tak berlebihan karena memang dengan berkembangnya teknologi, modus perdagangan anak ini kian, canggih terorganisasi,dan rapi. Dalam buku Pedoman Penegakan Hukum dan Perlindungan Korban dalam
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM), disebutkan bahwa modus operandi perdagangan anak memang beragam.
Di antaranya adalah anak diculik pada saat pulang sekolah, lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan; anak-anak dikirim ke
kota-kota besar atau ke luar negeri dengan alasan training/ pelatihan atau TKW, tetapi ternyata dipaksa bekerja di hotel; bahkan ada yang ditawari sebagai
duta budaya kemudian dilacurkan. Selain itu, anak dijadikan pengantin pesanan di mana anak perempuan remaja dijanjikan dinikahkan dengan warga negara asing, tetapi kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu
rumah tangga atau dilacurkan. Tren perdagangan anak terakhir adalah dengan mencuri mereka sejak masih bayi.
(http://www.fpkb-
Terhitung sejak awal 2010 saja, sudah 13 kasus penculikan anak
terjadi di Jabodetabek. Ironisnya, sebagian besar dari mereka diculik di sekitar tempat tinggal. Untuk perbandingan, data 2009 menunjukkan, 102 anak diculik dan hanya 8 anak yang kembali ke orang tuanya . Ini berarti,
sekitar 10 anak diculik setiap bulan di jabodetabek.
Kasus penculikan baru-baru ini menimpa Nurhasanah. Ia mendatangi
Polsek Tebet, Jakarta Selatan, untuk melaporkan putra tunggalnya, Muhammad Nur Ilman. Ilman yang baru berusia dua tahun itu sudah hampir tiga bulan menghilang. Nurhasanah sudah mencari sang buah hati ke
mana-mana, termasuk mendatangi panti-panti asuhan, namun tak membuahkan hasil. Kasus penculikan lain terjadi empat hari setelah Ilman menghilang.
Eka Dwi Lestari, bocah berusia tiga tahun diculik dekat rumahnya di Pasar Darurat Kapuk, Jakarta Barat. Dalam kasus ini, sang ayah, Ade Suryana, menerima SMS dari penculik yang isinya meminta tebusan uang.
(http://berita.liputan6.com/hukrim/201002/262233/Penculikan.Anak.Kemba li.Marak).
Lalu ada pula berita dimana personel Kepolisian Sektor Cibadak berhasil mengungkap kasus penculikan Muzayanah, warga kompleks Pasir
Indah Cinanggung, Serang, Banten, baru-baru ini. Bocah perempuan berusia tiga tahun ini ditemukan tengah menangis di balik rumpun ilalang di tepi
8
Cibadak Raya. Saat bersamaan, muncul Raden Sholeh alias Ujang yang
mencoba menghampiri korban setelah buang air. Ujang yang melihat polisi berusaha melarikan diri. Namun, polisi yang curiga langsung meringkus tersangka. Belakangan Ujang mengaku menculik Muzayanah. Bocah ini
hilang sejak empat hari silam. Saat diculik, anak bungsu dari empat bersaudara tersebut sedang bermain tanpa pengawasan orang tua. Sang ayah
sibuk bekerja sedangkan ibunya pergi ke pasar.
Tersangka adalah warga Way Kanan, Lampung Timur. Di hadapan polisi, Ujang mengatakan berniat membawa korban ke Lampung untuk
dijual dengan harga Rp 3 juta. Namun, ketika membawa korban dirinya salah menaiki bus yang justru membawanya ke daerah Cibadak.
Berdasarkan keterangan pelaku, personel Polsek Cibadak menduga tersangka termasuk dalam jaringan penculikan anak. Orang tua Muzayanah kemudian dipertemukan dengan anaknya. Ketika mereka bertemu,
Muzayanah sempat tidak mengenali wajah ibunya. Wajah Muzayanah tampak pucat dan suhu badannya panas. Sebab selama diculik Muzayanah
tidak pernah diberi makan. Kembalinya Muzayanah tidak hanya membahagiakan kedua orang tuanya. Warga di kompleks langsung berebut menggendong bocah tersebut.
Sementara itu, tersangka kini mendekam di tahanan Markas Kepolisian Resor Serang, Banten, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut
anak kini semakin marak. Umumnya pelaku tidak meminta uang tebusan
kepada orang tua korban, melainkan membawa untuk diperdagangkan. (http://buser.liputan6.com/berita/200507/105956/Pelaku.Penculikan.Anak.D ibekuk.di.Serang).
Ada pula berita yang dikutip dari situs resmi Indosiar,yakni berita
bocah perempuan 6 tahun putri seorang anggota TNI Angkatan Darat di Jakarta yang menjadi korban penculikan akhirnya ditemukan disebuah rumah kontrakan di Serang, Banten. Nika, nama bocah yang tinggal di
Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur ditinggalkan begitu saja oleh penculiknya di sebuah rumah kontrakan mereka di Cimuncang, Banten.
Setelah sempat beberapa hari menghilang, Maharani Nuranika, bocah 6 tahun siswa TK Mekar yang diculik dari rumahnya di Jalan Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur akhirnya ditemukan.
Putri anggota staf intel Mabes TNI Angkatan Darat ini dibawa kabur Teguh Yudha, kenalan orangtuanya ke kawasan Serang, Banten. Disini
Yudha menyewa sebuah rumah di Komplek Widara, Cimuncang, Serang, Banten. Selama di rumah kontrakan, Teguh Yudha mengakui Maharani sebagai adiknya. Terakhir Yudha menitipkan Maharani kepada ibu kostnya
dengan alasan hendak membeli es. Tapi ternyata Yudha tidak pernah kembali. Para tetangga yang memang curiga terhadap keberadaan Yudha
10
beberapa hari sebelumnya.
(http://www.indosiar.com/patroli/76568/penculikan-anak-anggota-tni).
Di TvOne ada berita penculikan lagi,yaitu Direktorat Reserse
Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya memeriksa intensif Febriari Irianto (18 tahun) sebagai tersangka penculikan
gadis di bawah umur, Marieta Nova Triani (14 tahun). "Keduanya masih menjalani pemeriksaan untuk mengungkap motifnya," kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di
Jakarta Selatan. Nova sudah menjalani visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun Boy menuturkan, korban mengaku sudah
melakukan berhubungan intim sebanyak tiga kali bersama tersangka. Namun demikian, Kabid Humas Polda belum bisa memberikan keterangan apakah tersangka melakukan hubungan badan bersama korban dengan cara
memaksa atau tidak karena masih dalam tahap pendalaman.
Sebelumnya, tersangka membawa kabur Nova di rumahnya di Cluster
Alamanda Blok L No. 14, Bumi Serpong Damai (BSD), Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Kemudian keluarga korban melaporkan kepada pihak kepolisian terkait dengan dugaan Nova yang menjadi korban
penculikan pacarnya ke suatu lokasi. Penyidik melakukan pendalaman diduga pelaku yang membawa kabur anak pasangan Heri Kristiono dan Sri
akhirnya polisi menemukan Nova yang sedang jalan bersama pelaku di
sebuah rumah makan di Tangerang, Senin malam sekitar pukul 23.00 WIB. Perwira menengah kepolisian itu mengungkapkan, tersangka terancam dikenakan Pasal 332 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Penculikan Anak dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun. "Karena masih gadis dibawah
umur, siapa pun yang mengajak tanpa sepengetahuan orang tuanya dapat dituduhkan melarikan anak di bawah umur," ujar Boy.
(http://hukum.tvone.co.id/berita/view/32860/2010/02/09/polisi_periksa_ters
angka_penculik_nova/).
Contoh lain dari berita penculikan anak disiarkan di TransTV, yakni mengenai pemburu bayi yang kian menggurita. Sindikat penjualan & penculikan bayi beredar di masyarakat. Banyaknya kasus bayi hilang dan
penjualan bayi baru-baru ini sungguh memprihatinkan. Memburu bayi ini diduga dilakukan oleh sindikat terorganisir dan menggunakan modus-modus
baru yang semakin beragam bahkan dari pihak-pihak yang tidak terduga. Bagaimanakah sindikat penjualan dan penculikan ini beraksi? Apa modusnya? Saksikan penelusurannya dalam Reportase Investigasi episode
‘Waspada Pemburu Bayi’, Sabtu 16 Januari 2010 Jam 17:00 – 17:30.
12
Dari beberapa pemberitaan tentang penculikan anak di atas,
menyebabkan masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga menjadi semakin was-was. Dari beberapa kasus penculikan anak yang dimuat di media massa, baik cetak maupun elektronik, bisa dilihat media elektronik televisi yang
mampu memberikan pengaruh sangat besar bagi masyarakat. Karena keunggulan televisi sebagai media komunikasi yang muncul belakangan
dibandingkan media cetak dan radio, memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi – sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa dalam berbagai usia menunjukkan
bahwa media ini telah menimbulkan berbagai permasalahan. Hasil penelitian Robert yang dikutip Rakhmat, menjelaskan bahwa tayangan berita kriminal
sebagai salah satu media komunikasi massa televisi yang dianggap mampu menimbulkan efek pada diri khalayak berupa perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. (Rakhmat, 2002 : 218).
Dengan fenomena tingginya pemberitaan kasus penculikan anak maka menuntut berbagai pihak untuk turut serta dalam upaya penanganan dan
pencegahan terjadinya penculikan anak tersebut. Salah satu upaya penanganan dan pencegahan terjadinya penculikan anak serta untuk lebih meningkatkan kewaspadaan ibu rumah tangga dengan tidak mudah percaya
pada orang asing / yang belum dikenal serta dengan selalu mendampingi anak, adalah melalui bentuk komunikasi dengan menggunakan media massa.
kewaspadaan adalah suatu sikap berhati – hati terhadap segala kemungkinan
penyebab suatu hal yang mengandung resiko penyebab terjadinya penculikan anak. Perlunya kewaspadaan pada ibu rumah tangga disebabkan karena ibu rumah tangga mempunyai anak yang tentu harus selalu dijaga agar jangan
sampai menjadi korban penculikan.
Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk
informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa ( Sobur, 2004 : 162).
Penayangan berita penculikan anak di berbagai stasiun televisi merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menambah informasi dan
pengetahuan, melihat kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap keselamatan sang anak. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti kewaspadaan ibu rumah tangga setelah mendapat terpaan berita penculikan anak.Penelitian ini tidak
dibatasi pada satu stasiun televisi saja, melainkan beberapa stasiun, yakni TV One, Metro TV, Trans TV, SCTV, Indosiar. Pemilihan beberapa stasiun
televisi tersebut dengan pertimbangan bahwa tayangan berita penculikan anak yang akan diteliti pada penelitian ini ditayangkan oleh stasiun – stasiun televisi tersebut dan setiap stasiun televisi mempunyai program acara berita
yang mampu menjangkau berbagai segmen khalayak. Seperti, Kabar Siang di TV One, Metro Siang di Metro TV, Reportase Siang di Trans TV, Liputan 6
14
stasiun televisi dapat memberikan dampak perubahan sikap pada masyarakat.
Steven M. Chaffe mengatakan bahwa dalam melihat efek media massa, dapat dilihat dari jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak, komunikasi massa (penerima informasi), seperti perubahan perasaan atau sikap dan
perubahan perilaku. Dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan konatif (behavioural). (Rakhmat, 2002 : 218)
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, bahwa berbagai pemberitaan penculikan anak secara teori, upaya pencegahan dari menjadi korban penculikan anak
telah dilakukan melalui berbagai media massa, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat khususnya ibu rumah tangga banyak yang
masih menganggap sepele masalah penculikan anak ini (misalnya anak kecil dibiarkan main di jalan sendirian,tidak ditemani) sehingga banyak ibu rumah tangga yang kurang waspada terhadap maraknya kasus penculikan anak
tersebut. Dengan adanya pemberitaan tersebut diharapkan masyarakat dalam hal ini ibu rumah tangga mempunyai kewaspadaan terhadap berita penculikan
anak.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan antara terpaan berita
penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga. Dalam penelitian ini, ibu rumah tangga yang dipilih menjadi responden akan diminta
diukur dengan menggunakan indikator frekuensi dan durasi yaitu berapa kali
serta berapa lama responden menonton acara tersebut selama periode pengamatan. Sedangkan kewaspadaan ibu rumah tangga pada penelitian ini diukur dari seberapa besar kewaspadaan ibu rumah tangga dengan tidak
mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan selalu mendampingi anak. Dengan seringnya ibu rumah tangga diterpa berita atau
informasi seputar penculikan anak maka akan berdampak pada kewaspadaannya.
Hal tersebut didukung oleh teori komunikasi massa yang menjadi
dasar dalam penelitian ini yaitu teori Stimulus – Organisme – Response (S-O-R). Menurut Teori Srimulus-Organisme-Response (rangsangan-penerima
pesan-tanggapan) ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen:
sikap, opini , perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus response, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulasi
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara kesan dan reaksi komunikasi. (Effendy, 2000 : 254).Media mempunyai pengaruh langsung kepada khalayaknya sehingga menghasilkan
pengaruh yang sesuai dengan isinya. Kemudian mengikuti perkembangan masyarakat yang dipandang tidak bersikap dan bertindak pasif, melainkan
16
melalui media massa berbeda antara satu orang dengan orang lain sebab
setiap orang memiliki kharakterisrik personalitas sendiri. Ini berarti pengaruh yang terjadi tidak semata-mata diakibatkan oleh adanya stimulus tetapi ditentukan juga oleh faktor personalitas. Tiga elemen penting yang terdiri dari
stimulus (S), pesan organisme (O), dan respon (R) berarti akibat atau pengaruh yang terjadi. Bila dilihat berdasarkan teori ini, media massa
elektronik memberikan suatu pesan yang sekaligus dianggap merupakan rangsangan bagi pemirsa yaitu tampilan berita penculikan anak di televisi, untuk memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan tersebut. dengan
kata lain, tampilan berita penculikan anak diasumsikan sebagai stimulus yang dapat menimbulkan reaksi tertentu pada diri khalayaknya.
Obyek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja karier dan juga sebagai tenaga kerja domestik
(keduanya), yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi pekerjaan rumah tangga dan tidak
bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada (Mubyanto, 1985 : 93). Dalam hal ini, ibu rumah tangga tergolong target penonton yang paling
gemar menonton televisi. Ibu rumah tangga merupakan salah satu pemirsa yang dianggap setia menyaksikan tayangan televisi daripada laki-laki.
masuk dalam proses kota Metropolitan, dan di tahun 2008 berdasarkan
website resmi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya, jumlah penduduk Surabaya mencapai 2.885.862 jiwa.
(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?view=berita&id=1)
Sistem komunikasi juga cenderung memelopori perubahan, melalui media televisi-lah dengan kemampuannya menyebarkan pesan ke banyak
orang di berbagai tempat sekaligus (Rivers, 2003 : 38), termasuk di Surabaya menjadikannya sebagai sumber kekuatan,terlepas dari informasi atau gagasan apa yang disebarkannya. Serta pada umumnya masyarakat perkotaan
memiliki ciri – ciri kosmopolitan, yaitu terbuka dengan informasi, dekat dengan media massa, aktif, bersifat modern, dan cenderung individualis.
Namun di satu sisi tetap memiliki kelompok – kelompok eksklusif, longgar dalam kehidupan agama, dan cenderung sekuler dalam lingkungan sosial yang luas dan heterogen. Dan dalam hal ini adalah kota Surabaya yang terdiri
dari berbagai macam etnis dan suku yang berbaur menjadi satu membentuk masyarakat dengan latar belakang jenis kelamin, pendidikan, agama dan lain
sebagainya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Polrestabes Surabaya, kejahatan kasus penculikan anak di Surabaya dari tahun 2006 – 2010 (sampai bulan Juli) tercatat jumlah yang dilaporkan sebanyak 36 kasus.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Terpaan Berita
18
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Apakah Terdapat Hubungan
Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk memperkaya kajian ilmu
komunikasi, khususnya pengaruh media massa dan lebih melengkapi khasanah ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Praktis
Dapat menjadi masukan bagi para orang tua khususnya ibu rumah tangga dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya menjaga
adanya pemberitaan tersebut,ibu rumah tangga dan masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Televisi sebagai Media Elektronik
Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan radio
(broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Dari segi jauh “jauh” dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan dari segi “penglihatan” oleh
gambar. (Effendy, 2000 : 174).
Sedangkan menurut Kuswandi, menjelaskan televisi sebagai
gabungan dari media gambar dan media dengar serta pesan yang berisi informasi, politik, hiburan dan pendidikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang
disampaikan lewat televisi akanmudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. (Kuswandi, 1996 : 7).
Adapun Djajakusumah mengartikan televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang dapat memancarkan suara dan gambar, yang berarti sebagai reproduksi dari suara dan gambar yang disiarkan melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah-rumah. (Djajakusumah, 1991 : 163).
2.1.2. Berita Penculikan Anak di Televisi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “berita” diartikan sebagai surat kabar atau warta. Berita (news) di kalangan wartawan ada yang memberi pengertian news sebagai singkatan dari north (utara), east (timur),
west (barat) dan south (selatan). Sehingga mempunyai makna bahwa berita berasal dari keempat penjuru angin yang mempunyai arti dari segala arah.
(Effendy, 2000 : 130). Namun arti berita bisa diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.
DeFleur dan Dennis mendefinisikan berita sebagai suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang isu, peristiwa, atau proses yang dapat
menarik minat khalayak dan informasi yang disajikan dalam berita harus memiliki nilai yang lebih (signifikan, aktual, luar biasa dan seterusnya), yang dapat menambah dan mempertegas pengetahuan khalayak. (McQuail, 1989 :
604).
Adapun Mitchel dalam Gunadi dan Herfan, mendefinisikan berita
sebagai berikut :
News the timely of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people. (Berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua – duanya untuk sejumlah besar penduduk). (Gunadi & Herfan, 1998 :
22
Selanjutnya Mitchel juga menjelaskan bahwa berita sebagai informasi
yang memberikan kepuasan atau membangkitkan semangat bagi khalayak luas. Sedangkan Deutchman membedakan “berita” dikategorikan berdasarkan aspek geografisnya, yaitu lokal, nasional, dan internasional, sehingga kondisi
ini dapat mempengaruhi jangkauan peliputan berita. Sedangkan masalah-masalah yang diungkap dalam berita pada umumnya seperti ; kriminalitas,
sosial, politik dan budaya.
Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu berita
dengan berita yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat bergantung pada pertimbangan sebagai berikut :
a. Timeliness
Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memilih berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat
pemirsa atau pembaca. b. Proximity
Proximity artinya kedekatan. Kedekatan yang dimaksud disini maknanya bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan yang terkait
c. Prominance
Prominance artinya adalah orang yang terkemuka / menonjol. Semakin seseorang itu terkenal, maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.
d. Consequence
Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.
e. Conflict
Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi, karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain, berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.
f. Development
Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan
baik.
g. Disaster and Crime
24
h. Weather
Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu. Tetapi selalu menjadi hal yang dinantikan.
i. Sport
Berita olah raga sudah lama menjadi sesuatu yang mempunyai daya tarik
tinggi.
j. Human Interest
Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih,
dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. (Muda, 2003 : 29 – 39).
Dari pengertian tentang berita tersebut, maka untuk memahami dalam satu pemahaman mengenai yang dimaksud dengan berita kriminalitas, perlu
dipahami pengertian kriminalitas, yakni sebagai suatu tindak kejahatan atau perbuatan yang melanggar hukum pidana. (Poerwadarminta, 1984 : 526). Jadi
yang dimaksud dengan berita kriminalitas adalah suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak dari informasi suatu tindak kejahatan, atau perbuatan
yang melanggar hukum pidana yang disajikan dalam berita harus memiliki nilai yang lebih (signifikan, aktual, luar biasa dan seterusnya) yang dapat
kejahatan tersebut, seperti : pencurian, penculikan, penipuan, perampokan,
pemerkosaan, dan pembunuhan.
Kasus penculikan anak adalah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat saat ini.Kasus penculikan anak ini menjadi suatu hal yang
sangat mengkhawatirkan dan membuat resah bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Dapat dilihat di media,dari tahun ke tahun jumlah kasus
penculikan anak selalu meningkat. Pun,beritanya juga selalu ada (bertambah banyak). Akan tetapi, tokoh pemerhati anak, seperti Afrinaldi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Seto Mulyadi,
dan Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait percaya bahwa angka riilnya jauh lebih banyak yang tak terungkap atau dilaporkan. Kasus-kasus
yang mencuat selama ini ibaratnya baru puncak dari gunung es. Dari yang dilaporkan ke kepolisian pun, hanya sebagian kecil yang terungkap. Berdasarkan data Biro Analisa Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri,
dari 765 kasus selama empat tahun terakhir, hanya 371 kasus atau sekitar 48 persen yang terungkap.
(http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/7678802.html).
Jumlah kasus penculikan anak berdasarkan data yang dimiliki jajaran
Kepolisian Daerah Jawa Tengah tiap tahunnya mengalami peningkatan. “Pada tahun 2007 tercatat 15 kasus penculikan bayi dan anak serta di tahun
26
sebanyak sepuluh kasus,” kata Direktur Reserse Kriminal Polda Jateng,
Kombes Pol Edy Mulyono, di Semarang.
( http://koranindonesia.com/2010/01/25/kasus-penculikan-anak-meningkat/)
Aksi penculikan terhadap anak-anak dan bayi sepertinya mulai marak di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Jika selama ini yang
menjadi sorotan aparat keamanan dan pemerhati masalah anak-anak adalah kerentanan penculikan terhadap anak jalanan, sebagai orangtua harus menyikapi kerentanan itu bagi anak-anak secara umum. Kekhawatiran akan
terjadinya penculikan terhadap anak-anak harus ditunjukkan para orangtua secara bersama-sama dengan cara mengawasi anak-anak mereka lebih ketat.
Pengawasan harus dilakukan sejak anak-anak keluar dari pagar rumah hingga kembali ke dalam rumah lagi.
Kerentanan cukup tinggi bisa dilihat saat anak sedang bermain di luar
rumah atau sedang bersekolah. Saat anak berangkat dan pulang sekolah merupakan saat yang paling rentan. Sebab, dalam keadaan ini, biasanya
anak sudah tidak berada dalam jangkauan pengawasan orangtua, namun juga belum masuk dalam tanggungjawab pihak sekolah.
Di sinilah kemungkinan terjadinya penculikan lebih tinggi. Pelaku,
dengan gaya dan cara yang bisa menarik anak-anak, biasanya bisa meyakinkan calon korbannya. Apalagi dalam situasi berangkat sekolah
semacam ini bisa membuat anak-anak terlena. Karena itu, sebagai orangtua
harus sama-sama menjaga anak-anak mereka. Keamanan anak-anak kita akan lebih baik jika mereka dalam pengawasan orangtua sendiri. (http://bataviase.co.id/detailberita-10510043.html)
Dari sekian banyak peristiwa yang menarik dan memiliki nilai berita, ada beberapa contoh berita kasus penculikan anak antara lain seperti akan
dikemukakan berikut ini. Sepanjang 2009 tercatat ada 102 kasus penculikan. Jumlah ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu sebanyak 87 kasus. Rata-rata motif penculikan karena alasan sulitnya perekonomian.
Belum selesai kasus penculikan terhadap Michael Anthoni Gracia, bocah berusia empat tahun, di Bekasi, Jawa Barat, terjadi lagi penculikan di
Semarang, Jawa Tengah. Korbannya seorang bayi yang baru dua hari lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Modus pelaku pura-pura sebagai keluarga bayi. Jika penculikan Michael dilatarbelakangi perebutan anak,
kasus di Semarang justru diduga terkait dengan praktik perdagangan bayi. Komisi Nasional Perlindungan Anak mengakui banyak motif di balik kasus
penculikan anak. Kebanyakan ujung-ujungnya duit. Penjualan anak, khususnya bayi, dilakukan secara berlapis. Harga seorang bayi pun semakin mahal. Apabila tangan pertama atau si penculik menjual Rp 6 juta untuk
seorang bayi, di level berikutnya bayi bisa dijual Rp 20 juta.(http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/10/27/9
28
Lalu ada pula berita kasus penculikan anak yang baru dilahirkan di
Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Yang lebih memprihatinkan, sang pelaku begitu mudahnya dalam menjalankan aksi sehingga nyaris tak diketahui orang-orang di lokasi kejadian. Mendengar berita itu,kita kian
miris saja.Apalagi, kasus dengan modus hampir serupa juga pernah terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang,22 Oktober 2009.
Hingga sekitar tiga bulan berjalan, sang pelaku juga tak kunjung tertangkap.Kasus pun masih tertutup rapat karena seperti halnya yang terjadi di Jakarta, polisi begitu kesulitan mencari jejak pelaku.
Begitu rapinya aksi-aksi mereka, tak salah jika muncul dugaan perbuatan kriminal ini melibatkan orang-orang dalam atau pegawai rumah
sakit. Prediksi ini tak berlebihan karena memang dengan berkembangnya teknologi, modus perdagangan anak ini kian, canggih terorganisasi,dan rapi. Dalam buku Pedoman Penegakan Hukum dan Perlindungan Korban dalam
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM), disebutkan bahwa modus operandi perdagangan anak memang beragam.
Di antaranya adalah anak diculik pada saat pulang sekolah, lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan; anak-anak dikirim ke
kota-kota besar atau ke luar negeri dengan alasan training/ pelatihan atau TKW, tetapi ternyata dipaksa bekerja di hotel; bahkan ada yang ditawari sebagai
warga negara asing, tetapi kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu
rumah tangga atau dilacurkan. Tren perdagangan anak terakhir adalah dengan mencuri mereka sejak masih bayi. (http://www.fpkb-
dpr.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1292:menguak-tabir-perdagangan-anak-&catid=104:a&Itemid=476).
Terhitung sejak awal 2010 saja, sudah 13 kasus penculikan anak terjadi di Jabodetabek. Ironisnya, sebagian besar dari mereka diculik di sekitar tempat tinggal. Untuk perbandingan, data 2009 menunjukkan, 102
anak diculik dan hanya 8 anak yang kembali ke orang tuanya . Ini berarti, sekitar 10 anak diculik setiap bulan di jabodetabek.
Kasus penculikan baru-baru ini menimpa Nurhasanah. Ia mendatangi Polsek Tebet, Jakarta Selatan, untuk melaporkan putra tunggalnya, Muhammad Nur Ilman. Ilman yang baru berusia dua tahun itu sudah hampir
tiga bulan menghilang. Nurhasanah sudah mencari sang buah hati ke mana-mana, termasuk mendatangi panti-panti asuhan, namun tak membuahkan
hasil. Kasus penculikan lain terjadi empat hari setelah Ilman menghilang. Eka Dwi Lestari, bocah berusia tiga tahun diculik dekat rumahnya di Pasar Darurat Kapuk, Jakarta Barat. Dalam kasus ini, sang ayah, Ade Suryana,
menerima SMS dari penculik yang isinya meminta tebusan uang.
(http://berita.liputan6.com/hukrim/201002/262233/Penculikan.Anak.Kemba
30
Lalu ada pula berita dimana personel Kepolisian Sektor Cibadak
berhasil mengungkap kasus penculikan Muzayanah, warga kompleks Pasir Indah Cinanggung, Serang, Banten, baru-baru ini. Bocah perempuan berusia tiga tahun ini ditemukan tengah menangis di balik rumpun ilalang di tepi
Jalan Raya Cibadak. Kasus penculikan terungkap ketika polisi yang sedang berpatroli menghampiri Muzayanah yang tengah menangis di tepi Jalan
Cibadak Raya. Saat bersamaan, muncul Raden Sholeh alias Ujang yang mencoba menghampiri korban setelah buang air. Ujang yang melihat polisi berusaha melarikan diri. Namun, polisi yang curiga langsung meringkus
tersangka. Belakangan Ujang mengaku menculik Muzayanah. Bocah ini hilang sejak empat hari silam. Saat diculik, anak bungsu dari empat
bersaudara tersebut sedang bermain tanpa pengawasan orang tua. Sang ayah sibuk bekerja sedangkan ibunya pergi ke pasar.
Tersangka adalah warga Way Kanan, Lampung Timur. Di hadapan
polisi, Ujang mengatakan berniat membawa korban ke Lampung untuk dijual dengan harga Rp 3 juta. Namun, ketika membawa korban dirinya
salah menaiki bus yang justru membawanya ke daerah Cibadak. Berdasarkan keterangan pelaku, personel Polsek Cibadak menduga tersangka termasuk dalam jaringan penculikan anak. Orang tua Muzayanah
kemudian dipertemukan dengan anaknya. Ketika mereka bertemu, Muzayanah sempat tidak mengenali wajah ibunya. Wajah Muzayanah
membahagiakan kedua orang tuanya. Warga di kompleks langsung berebut
menggendong bocah tersebut.
Sementara itu, tersangka kini mendekam di tahanan Markas Kepolisian Resor Serang, Banten, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Serang Ajun Komisaris Polisi Jules Abraham Abas, kasus penculikan dengan modus perdagangan
anak kini semakin marak. Umumnya pelaku tidak meminta uang tebusan kepada orang tua korban, melainkan membawa untuk diperdagangkan. (http://buser.liputan6.com/berita/200507/105956/Pelaku.Penculikan.Anak.D
ibekuk.di.Serang).
Ada pula berita yang dikutip dari situs resmi Indosiar,yakni berita bocah perempuan 6 tahun putri seorang anggota TNI Angkatan Darat di Jakarta yang menjadi korban penculikan akhirnya ditemukan disebuah
rumah kontrakan di Serang, Banten. Nika, nama bocah yang tinggal di Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur ditinggalkan begitu saja oleh
penculiknya di sebuah rumah kontrakan mereka di Cimuncang, Banten. Setelah sempat beberapa hari menghilang, Maharani Nuranika, bocah 6 tahun siswa TK Mekar yang diculik dari rumahnya di Jalan Bulaksari, Pasar
Rebo, Jakarta Timur akhirnya ditemukan.
Putri anggota staf intel Mabes TNI Angkatan Darat ini dibawa kabur
32
Banten. Selama di rumah kontrakan, Teguh Yudha mengakui Maharani
sebagai adiknya. Terakhir Yudha menitipkan Maharani kepada ibu kostnya dengan alasan hendak membeli es. Tapi ternyata Yudha tidak pernah kembali. Para tetangga yang memang curiga terhadap keberadaan Yudha
dan Maharani akhirnya melaporkan hal ini ke pihak kepolisian. Setelah dicek, Maharani ternyata memang dilaporkan hilang karena diculik
beberapa hari sebelumnya. (http://www.indosiar.com/patroli/76568/penculikan-anak-anggota-tni).
Di TvOne ada berita penculikan lagi,yaitu Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya
memeriksa intensif Febriari Irianto (18 tahun) sebagai tersangka penculikan gadis di bawah umur, Marieta Nova Triani (14 tahun). "Keduanya masih menjalani pemeriksaan untuk mengungkap motifnya," kata Kepala Bidang
(Kabid) Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Jakarta Selatan. Nova sudah menjalani visum di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), namun Boy menuturkan, korban mengaku sudah melakukan berhubungan intim sebanyak tiga kali bersama tersangka. Namun demikian, Kabid Humas Polda belum bisa memberikan keterangan
apakah tersangka melakukan hubungan badan bersama korban dengan cara memaksa atau tidak karena masih dalam tahap pendalaman.
Selatan, Provinsi Banten. Kemudian keluarga korban melaporkan kepada
pihak kepolisian terkait dengan dugaan Nova yang menjadi korban penculikan pacarnya ke suatu lokasi. Penyidik melakukan pendalaman diduga pelaku yang membawa kabur anak pasangan Heri Kristiono dan Sri
itu, yakni pacarnya bernama Febriari Irianto atau Ari yang dikenalnya melalui jejaring sosial (facebook). Boy menuturkan, melalui penyelidikan
akhirnya polisi menemukan Nova yang sedang jalan bersama pelaku di sebuah rumah makan di Tangerang, Senin malam sekitar pukul 23.00 WIB. Perwira menengah kepolisian itu mengungkapkan, tersangka terancam
dikenakan Pasal 332 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Penculikan Anak dengan
ancaman hukuman penjara selama lima tahun. "Karena masih gadis dibawah umur, siapa pun yang mengajak tanpa sepengetahuan orang tuanya dapat dituduhkan melarikan anak di bawah umur," ujar Boy.
(http://hukum.tvone.co.id/berita/view/32860/2010/02/09/polisi_periksa_ters angka_penculik_nova/).
Contoh lain dari berita penculikan anak disiarkan di TransTV, yakni mengenai pemburu bayi yang kian menggurita. Sindikat penjualan &
penculikan bayi beredar di masyarakat. Banyaknya kasus bayi hilang dan penjualan bayi baru-baru ini sungguh memprihatinkan. Memburu bayi ini
34
Bagaimanakah sindikat penjualan dan penculikan ini beraksi? Apa
modusnya? Saksikan penelusurannya dalam Reportase Investigasi episode ‘Waspada Pemburu Bayi’, Sabtu 16 Januari 2010 Jam 17:00 – 17:30.
(http://www.transtvnews.co.id/index.php/component/).
2.1.3. Terpaan Media
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikasi sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Salah
satu efek dari komunikasi massa yaitu efek konatif. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media, melainkan didahului oleh
kognitif dan efek afektif. (Effendy, 2003 : 319).
Media exposure mempunyai artian sebagai terpaan media massa terhadap khalayak (audience). Terpaan media massa ini tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran
media massa, akan tetapi hal ini juga meliputi adanya keterbukaan seseorang dengan adanya pesan-pesan di media massa tersebut. Exposure merupakan
kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan dalam media massa yang terjadi pada individu atau kelompok. Terpaan media dalam penelitian ini juga diartikan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film,
Terpaan media pada penelitian ini adalah seberapa sering (frekuensi)
dan berapa lama (durasi) menonton berita penculikan anak, yang dalam hal ini tentu saja dalam acara berita (news program) di televisi.
2.1.4. Teori S – O – R
Teori S – O – R berasal dari psikologi, dan dengan perkembangan
komunikasi, maka menjadi teori komunikasi yang disebabkan oleh objek materinya sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen perilaku, sikap, opini, kognisi, afeksi dan konasi. Efek akan
muncul dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Unsur-unsur yang terdapat dalam model ini ialah : Stimulus (pesan), Organisme (komunikan), dan Respon (efek). (Effendy, 2000 : 254). Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian,
pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur respon berupa efek, maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S – O – R untuk dipakai sebagai
pijakan teori dalam penelitian. Berita-berita penculikan anak di televisi yang disampaikan komunikator mungkin akan diterima atau ditolak oleh komunikan. Hovland mengatakan bahwa dalam mengkaji sikap yang baru ada
tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan. Kemauan komunikan selalu mengikuti berita-berita penculikan anak di
36
Teori S – O – R dapat digambarkan sebagai berikut :
Organisme : Respon :
- Perhatian - Kognitif
Stimulus
- Pengertian - Afektif
- Penerimaan - Konatif
Gambar 2.1. Teori S – O – R
2.1.5. Kewaspadaan Pemirsa Melihat Berita di Televisi
Kewaspadaan berarti sikap berhati-hati terhadap segala kemungkinan yang mengandung resiko maupun bahaya. Pada dasarnya setiap orang harus
memiliki kewaspadaan baik terhadap dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997 : 576), waspada mengandung makna awas, teliti, siap-siap. Waspada dapat
diartikan sebagai bersiap-siap atau berhati-hati terhadap suatu hal. Waspada dapat juga diartikan sebagai suatu sikap berhati – hati atau lebih sadar
(aware) terhadap segala kemungkinan baik berupa penyebab maupun akibat dari suatu hal yang ada di sekitar lingkungan kita.
Menurut Kamus Psikologi (Dr. Kartini & Dali Gulo, 1995 : 14),
mekanisme waspada (alerting mechanism) adalah “mekanisme, siap-siap (berjaga-jaga): sesuatu yang membuat organisme menjadi bersiap siaga,
Berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi, kewaspadaan / alertness berarti “(kesiapan, kesiagaan, kewaspadaan, ketajaman perasaan menanggapi sebelumnya); 1. Penuh perhatian; kondisi kesiagaan; atau kondisi berjaga-jaga penuh perhatian. 2. Kecepatan reaktivitas. 3. Suatu kondisi neurologis,
dalam mana daya elektroensefalogram menyatakan suatu tingkat yang tinggi dari kegiatan kortikal (kulit otak), sebagai akibat dari rangsangan buatan pada
formasi rektikuler.”. (C.P. Chaplin – Penerjemah: Dr. Kartini Kartono, 1997 : 17).
Waspada bukan berarti takut untuk melakukan suatu hal atau
perbuatan, tetapi waspada lebih menunjukkan kesiapan kita baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi suatu hal. Dengan waspada seseorang
tidak akan mudah menyerah dan berputus asa, karena dia telah siap dengan segala kemungkinan yang akan dia terima. kewaspadaan menunjukkan seberapa besar kesiapan seseorang dalam menghadapi suatu hal dalam hal ini
adalah segala kemungkinan penculikan anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Indikator kewaspadaan antara lain waspada dengan tidak mudah
percaya pada orang asing / yang belum dikenal serta waspada dengan selalu mendampingi anak.
Waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum
dikenal. Misalnya dengan beberapa cara berikut, yaitu :
a. Menggunakan pengalaman sehari-hari untuk mengajarkan anak mengenai
38
terlihat baik atau ramah serta menjanjikan sesuatu. Dan jika anak merasa
tidak aman, ajarkan untuk pergi ke restoran, pos polisi terdekat atau tempat umum lainnya untuk meminta pertolongan.
b. Memberitahu anak agar selalu menjaga jarak dengan orang asing dan
sebaiknya segera lari atau berteriak jika orang asing tersebut semakin mendekat.
c. Beritahu anak agar selalu berjalan atau bermain bersama teman-temannya dan jangan pergi sendirian.
d.Memberitahu anak batasan mengenai sikap yang boleh atau tidak boleh
dilakukan orang lain terhadap dirinya. Seperti tidak boleh memegang bagian tubuh si anak, sehingga anak akan berusaha untuk menghindar
jika ada orang lain yang ingin menyentuhnya. Jika orang tersebut tetap memaksa, beri tahu anak agar segera menghindar atau berlari.
e. Menggunakan pengalaman orang lain atau teman dalam mengajarkan
anak, karena anak akan lebih mudah mengingat sebuah cerita. Setelah itu beritahu anak hal apa yang harus dilakukannya jika berada pada situasi
seperti itu.
f. Ajarkan anak agar tidak menerima atau mengonsumsi apapun yang diberikan oleh orang lain. Beritahu anak bagaimana menolak yang sopan,
jika anak terpaksa menerima sebaiknya jangan langsung dikonsumsi. g.Beritahu anak mengenai nama orangtua dan nomor telepon yang bisa
nalurinya, jika anak merasakan sesuatu yang aneh maka segera melarikan
diri.
(http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculika n-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).
Selain itu, waspada dengan selalu mendampingi anak, dapat
dilakukan berikut ini :
1. Jika jarak sekolah dan rumah cukup jauh, maka anak bisa diantar jemput. Beritahu anak agar jangan mau pulang dengan orang asing atau orang
tidak biasa menjemputnya. Orangtua juga bisa berpesan pada gurunya agar menemani sang anak sampai dirinya atau orang yang sudah dikenal
menjemputnya.
2. Jika pergi ke mal yang ramai pengunjungnya, sebaiknya orangtua tetap menggenggam tangan sang anak dan jangan sampai terlepas. Namun, jika
anak masih kecil tidak ada salahnya untuk menggendongnya.
3. Jangan meninggalkan anak sendirian dimanapun dan kapanpun, termasuk
saat anak ingin ke kamar mandi di mal atau tempat umum lainnya. 4. Saat anak bermain di tempat bermain umum, dampingi selalu anak di
sampingnya. Jika tidak bisa masuk ke dalam, jangan melepaskan
pandangan mata atau pengawasan dari sang anak.
5. Saat anak berada di rumah, pastikan pintu dan jendela tertutup dan
40
6. Jangan biarkan anak mengangkat telepon atau membukakan pintu, karena
hal ini sangat berisiko. Penculik saat ini sangat berani dan hanya butuh waktu beberapa menit untuk membawa kabur sang anak.
7. Cari informasi lebih banyak tentang pencegahan terjadinya penculikan
anak (dari buku,televisi, internet, maupun dari mulut ke mulut) untuk mengindari anak agar tidak menjadi korban.
(http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculikan-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).
Kewaspadaan berarti meningkatkan kesadaran para pemirsa terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar mereka yang rentan atau memiliki resiko
menjadi penyebab terjadinya penculikan anak. Waspada akan lebih menjadikan para pemirsa sadar tentang pentingnya memiliki perilaku waspada (alert) serta menghindarkan anak dari resiko terjadinya penculikan.
Hal ini dikarenakan adanya penayangan berita penculikan anak di berbagai stasiun televisi merupakan informasi yang dapat digunakan untuk
informasi dan pengetahuan, sebagai sikap kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap keselamatan sang anak, sehingga berita penculikan anak yang ditayangkan itu dapat dilihat apakah direspon positif, negatif atau bahkan
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang
penting ialah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi, content) yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan, maka terdapat hubungan, yaitu antara sikap dan dampak yang
dihasilkan dari media televisi pada isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, adapun dampak yang dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya yaitu :
a. Dampak Kognitif b. Dampak Afektif
c. Dampak Konatif (behavioural)
Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya
mengubah pikiran diri komunikan.
Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di
sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak konatif (behavioural), yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan,
42
Effendy mencontohkan mengenai tiga jenis dampak di atas dapat
diambil dari berita di televisi tentang seorang anak yang menderita penyakit kepala membesar berisi air (Hydrocipallus). Peristiwa yang diberitakan secara lengkap itu menarik perhatian banyak orang, maka berita tersebut dapat
menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seorang pemirsa hanya tertarik untuk melihat saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya kognitif
saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan seorang anak yang terlahir dari orang tua yang tidak mampu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi jika pemirsa yang tersentuh hatinya itu kemudian menyumbangkan
uang untuk diberikan kepada si penderita, maka berarti itu menimbulkan dampak konatif (behavioural).
Herbert H. Hyman menjelaskan tentang hasil analisanya tentang isi pesan melalui televisi tentang peningkatan acara-acara agresif seperti ; berita tentang ancaman, penculikan, kekerasan fisik, pembunuhan, peredaran ganja,
masalah sosial di luar nikah dan mabuk. Hyman menemukan dalam penelitiannya suatu sikap pemirsa yang cemas, tegang dan menimbulkan rasa
takut. (Astrid, 1998 : 165).
Dengan demikian teknologi informasi berpengaruh lewat 2 cara, yaitu : lewat kehadirannya (physical presence) dan isinya (contents). Dari segi
kehadirannya (physical presence) disebutkan oleh Steven H. Chaffe, terdapat 5 efek televisi yaitu ; efek ekonomis, efek sosial, efek penyaluran,
Adapun pengaruh televisi tidak harus langsung terlihat, namun terpaan
yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dann tindakan masyarakat pemirsa. (Mulyana, 1999 : 143).
2.1.6. Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemirsa Televisi
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam
proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-terpencar, dimana satu
sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing - masing berbeda dalam berbagai jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita
dan lain sebagainya. (Effendy, 1993 : 25).
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal, yaitu :
1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai
44
2. Kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa,
maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa sifatnya aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari suatu acara di sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interpretasi. Mereka
bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif, dia memilih program televisi yang
disukainya. (Effendy, 1992 : 84).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran
(target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik, dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran
adalah untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain. ( Effendy, 1993 : 25 – 26).
Ibu rumah tangga di Surabaya, Ibu rumah tangga secara umum. Ibu
rumah tangga merupakan wanita dalam keluarga dan rumah tangga yang pada dasarnya mempunyai peran ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga yang
tangga merupakan suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung
menghasilkan pendapatan, tetapi pekerjaan itu memberikan dukungan bagi pencaari nafkah lain untuk memanfaatkan peluang kerja serta sebagai istri dan ibu, dimana apa yang dikerjakan wanita mencerminkan “Peranan
Kewanitaan” (Mubyanto, 1985 : 100). Dalam hal ini, ibu rumah tangga tergolong target penonton yang paling gemar menonton televisi. Ibu rumah
tangga merupakan salah satu pemirsa yang dianggap setia menyaksikan tayangan televisi daripada laki-laki (Mulyana, 1997 : 115), merupakan khalayak sasaran (target audience) atau sebagai pemirsa televisi dalam
penelitian ini.
Menurut fungsi dalam masyarakat, ibu rumah tangga sendiri dibagi
menjadi dua (2) yakni ibu rumah tangga karier dan ibu rumah tangga domestik. Sementara itu Ibu rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja karier dan juga
sebagai tenaga kerja domestik (keduanya), yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi
pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada (Mubyanto, 1985 : 93)
Ibu rumah tangga sebagai khalayak sasaran (target audience) atau pemirsa televisi juga mempunyai sifat yang aktif dan selektif. Dikatakan aktif
46
oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak. Sedangkan dikatakan selektif
yaitu mereka memilih program televisi yang mereka sukai. Jadi tidak semua program acara yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi menjadi kesukaan ibu-ibu rumah tangga, ada program-program acara tertentu yang
disukai dan yang tidak disukai.
2.2. Kerangka Berpikir
Media Massa mempunyai peranan penting dalam proses komunikasi, hal ini disebabkan oleh efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai
komunikasi yang banyak. Televisi merupakan salah satu media elektronik dalam komunikasi massa. Televisi adalah generasi baru elektronik yang dapat
menyampaikan pesan-pesan audio dan visual secara serentak. Apabila produk acara televisi disajikan secara kreatif dalam tata warna yang tepat dan diiringi oleh pesan audio yang sesuai akan mampu meyuguhkan realita yang ada, oleh
karena itu berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya.
Terpaan berita penculikan anak di televisi pada masyarakat Surabaya yang dalam hal ini adalah ibu rumah tangga, dapat mengakibatkan efek berupa kewaspadaan. Jadi ibu rumah tangga sebagai komunikan atau pemirsa
aktif terkena terpaan berita penculikan anak di televisi. Terpaan tayangan yang berulang-ulang dalam frekuensi dan durasi pada akhirnya dapat