• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

AGUSTYO EKO WASPODO NPM. 05 43010 317

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan

judul “Pemaknaan Karikatur Clekit (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur

Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)” dengan

sebaik-baiknya.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih sebanyak – banyaknya

kepada Ibu Dra. Diana Amalia, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu memberikan bimbingan serta dorongan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis

juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Suparwati, S.Sos, Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.

2. Bpk Juwito, S.Sos, Msi , Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

3. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan

ilmu dan dorongan.

4. Mama, Papa, Adik beserta keluarga tercinta yang terus memberi motivasi

dan semangat.

5. Terima kasih yang sebanyak - banyaknya kepada Lina Dewi Budiarti yang

selalu memberi dukungan demi terselesaikannya penelitian ini.

6. Teman-teman “The Nyorngat” ( Erwin Doni, Ana, Merly, Qiqhie, Vicha,

(3)

telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,

khususnya teman-teman di program studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 2 Maret 2011

(4)

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... viii

ABSTRAKSI ………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Media Cetak ... 11

2.1.2. Kartun Dan Karikatur ... 12

2.1.3. Karikatur Dalam Surat Kabar ... 13

2.1.4. Kritik Sosial ... 18

(5)

2.1.9. Wakil Rakyat ……. ……….... 31

2.1.10. Rakyat ………...…… 33

2.1.11. Merdeka!! ……… 35

2.1.12. Pemaknaan Warna ……… 36

2.2. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 40

3.2. Korpus ... 41

3.3. Unit Analisis Data ... 41

3.3.1. Ikon (Icon) ... 41

3.3.2. Indeks (Index) ... 42

3.3.3. Simbol (Symbol) ... 42

3.4. Penempatan Ikon, Indeks, dan Simbol ... 43

3.5. Teknik pengumpulan Data ... 43

3.6. Teknik Analisis Data ……… 44

(6)

” Edisi Selasa, 17 Agustus 2010” Di surat Kabar Jawa Pos .... 52

4.3.2. Tanda dan Acuan Tanda ……… 54

4.3.3. Penggambaran Karikatur Editorial Clekit ”Edisi Selasa, 17 Agustus 2010” Di Surat Kabar Jawa Pos ... ... 54

4.3.4. Karikatur Editorial Clekit Edisi Selasa, 17 Agustus 2010 Di Surat Kabar Jawa Pos Dalam Kategori Tanda Pierce ... 55

4.4. Analisis Karikatur Editorial Clekit Edisi Selasa, 17 Agustus 2010 Di Surat Kabar Jawa Pos Dalam Tiga Kategori Tanda Model Semiotik Pierce ... .. 59

4.4.1. Ikon ... 59

4.4.2. Indeks ... 62

4.4.3. Simbol ... 65

4.5. Makna Keseluruhan Karikatur Editorial Clekit Edisi Selasa, 17 Agustus 2010 Di Surat Kabar Jawa Pos Dalam Triangle of Meaning Pierce ……… ….. 69

(7)
(8)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana “Pemaknaan Karikatur Clekit (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)”. tentang “kesenjangan sosial antara wakil rakyat dan rakyat”. Edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos.

Landasan teori yang digunakan pada penelitian ini antara lain : teori segitiga makna Charles Sanders Pierce, Kritik Sosial, Etika komunikasi, Kartun dan Karikatur, Karikatur dalam Surat Kabar, Konsep Makna, Pemaknaan Warna, Semiotika. Sumber atau teori tersebut digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pembahasan penelitian.

Korpus dalam penelitian ini adalah karikatur gambar clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010. Analisis semiotik ini menggunakan penedekatan semiotika model C.S. Pierce. Dengan menggunakan model semiotik dari Pierce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan deskriptif karikatur, yang mengkategorikan tanda tersebut menjadi ikon, indeks, simbol.

Dari hasil interpretasi, maka Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010 membentuk makna semiotik yaitu adanya hubungan sebab akibat diantara seluruh obyek dalam karikatur, hubungan ini membentuk suatu sifat kurang baik dari wakil rakyat dimana dalam gambar karikatur clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 adalah sebagai wakil rakyat yang sepatutnya menjaga amanah rakyat serta memahami aspirasi rakyat kurang menghiraukan jeritan rakyat yang belum mendapatkan haknya sebagai warga negara.

(9)

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan di Indonesia semakin lama semakin tidak dirasakan

oleh rakyat Indonesia. Berbeda halnya ketika bangsa Indonesia baru

memperoleh kemerdekaannya. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia,

pemerintah begitu memperdulikan nasib rakyat Indonesia yang kondisinya

sangat tertindas karena penjajahan bangsa asing. Sedangkan saat ini,

pemerintahan di Indonesia tak lagi memperdulikan esensi akan kemerdekaan

bagi rakyatnya. Hal ini disebabkan oleh individu-individu di pemerintahan

yang kurang bertanggung jawab atas kewajiban dan jabatan yang seharusnya

dijalankan dengan dedikasi untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan tidak

seharusnya wakil rakyat lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya diatas

kepentingan rakyat Indonesia.

Mengapa kekuasaan menjadi rebutan, sementara tanggung jawab

mengemban amanat penderitaan rakyat cenderung diabaikan. Kesombongan

intelektual liberalisme menguasai sistem ekonomi yang kita pilih sekarang,

akibatnya ekonomi liberal yang liar mencabik-cabik kekayaan bangsa yang

terbagi-bagi hanya di kalangan elit. Pemerintah hanya menjadi penagih pajak

yang tunduk pada kekuasaan yang telah dikuasai elit politik dan penguasaha.

(10)

ketidakseimbangan dimana-mana, semangat separatisme masih bergelaora

seiring dengan antisipasi otonomi daerah yang miskin persiapan.

Makna kemerdekaan adalah awal terwujudnya mimpi membangun

bersama NKRI untuk kesejahteraan rakyat. Menjaga keamanan seluruh warga

dalam lindungan sistem hukum yang adil dan kokoh. Bukan personifikasi

kekuasaan individual ke dalam sistem seperti terjadi di wilayah Yudikatif dan

eksekutif, atau rancangan sikut-menyikut di legislatif. Diperlukan keinsyafan

massal tentang pentingnya kesadaran bersama dalam mengelola seluruh

potensi bangsa.

Makna kemerdekaan dalam kerangka demokrasi masih bisa menerima

segala hiruk pikuk persaingan para elit untuk menjadi pengelola negara,

namun semua itu dalam kepatuhan terhadap aturan main. Yang lebih penting

lagi adalah keseriusan serta keberanian dalam menempuh jalan pembangunan

yang akan berdampak luas dan positif bagi bangsa Indonesia. Segala

perdebatan harus bisa dilaksanakan dalam semangat persatuan dan pada

saatnya harus berhenti, para pihak harus mengerti dan mampu menerima

secara legowo. Meskipun dendam dan sakit hati itu adalah sifat manusiawi,

namun bila kebenaran sedang membimbing Indonesia Raya, kita patut

mendukungnya. Sebaliknya bila kegelapan sedang berkuasa kita juga wajib

(11)

Pada saat ini Indonesia banyak problem internal pemerintahan. Seperti

halnya pada kasus dana reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebesar Rp.

404 miliar yang dinilai sebagai pemborosan uang negara. Jumlah tersebut

didapat melalui laporan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) DPR tahun

2010.

Anggaran komunikasi anggota DPR mencapai Rp. 580 juta per orang

setiap bulan. Dana tersebut cukup untuk membiayai hidup 162.400 warga

miskin selama setahun.

Anggaran komunikasi intensif ini ditujukan untuk keperluan

penyerapan aspirasi konstituen di daerah pemilihan. Total anggaran

komunikasi intensif pada tahun 2010 untuk seluruh anggota DPR (560 orang)

mencapai Rp. 230 miliar atau Rp. 412 juta per orang.

Faktanya anggota Dewan sudah mendapat uang komunikasi Rp 14

juta per bulan atau Rp 168 juta per tahun. “Jika ditotal, setiap anggota DPR

akan mendapat Rp 580 juta per tahun,” ujar Uchok Sky Kadafi, Koordinator

Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran

(Fitra), Kamis (22/7).

Pada tahun 2009 uang komunikasi intensif anggota DPR mencapai Rp

211.209.191.000. “Ini benar-benar pemborosan. Uang komunikasi bulanan

saja sudah sangat berlebih, apalagi ditambah komunikasi intensif untuk

penyerapan aspirasi,” kata Uchok.

Menurut Uchok, uang komunikasi intensif ini bagian dari dana reses

(12)

miliar untuk dana komunikasi intensif, Rp 125 miliar untuk kunjungan kerja

reses (4 kali setahun), Rp 33 miliar untuk kunjungan kerja sesuai tata tertib (4

kali setahun), dan Rp 13 miliar untuk kunjungan kerja perseorangan (1 kali

setahun).

“Istilahnya, uang reses sebanyak itu untuk keperluan pulang kampung

anggota DPR saja. Kunjungan kerja DPR tidak pernah ada hasilnya, yang ada

hanya meningkatkan kecemburuan sosial dan mempertinggi tingkat

kesenjangan sosial antara wakil rakyat dan rakyat dari Negara itu sendiri.”

tandas Uchok.

(http://www.vhrmedia.com/Pulsa-DPR-=-Biaya-Hidup-162.400-Orang-Miskin-Setahun--berita5010.html)

Dari pembahasan dan fakta-fakta yang terkumpul diatas penulis

memilih media cetak Koran harian Jawa Pos dikarenakan Koran harian Jawa

Pos memiliki banyak pembaca yang tersebar di nusantara dan didalam Koran

harian tersebut terdapat rubrik yang menampilkan gambar karikatur, dimana

karikatur tersebut menggambarkan kejadian yang terjadi dan menjadi topik

berita.

Latar belakang penulis memilih permasalahan ini karena dari

karikatur editorial Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa

Pos ini terlihat jelas kesenjangan sosial antara wakil rakyat dan rakyat yang

digambarkan, wakil rakyat menggunakan setelan jas berdasi membawa koper

serta berteriak “merdeka!!” secara lantang dan rakyat menggunakan pakaian

compang-camping yang menjerit “kami belum!!”. Wakil rakyat sebagai elit

(13)

Media cetak seperti surat kabar tidak hanya berperan sebagai

pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi juga mempunyai

suatu karakteristik yang menarik. Dari keseluruhan fungsi pers yaitu

memberikan informasi, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi pers sebagai

kontrol sosial adalah yang terpenting. Karena pada hakekatnya dianggap

sebagai kekuatan keempat yakni dalam menjalankan kontrol masyarakat

terhadap pemerintah, baik berupa dukungan maupun kritikan.

Kontrol sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara baik eksplisit

maupun implisit. Secara eksplisit kontrol sosial ini dapat terlihat dari

penulisan tajuk rencana surat kabar dalam menanggapi

permasalahan-permasalahan yang terjadi dan berkembang yang merupakan berita utama dari

surat kabar tersebut ataupun berita yang menjadi wacana publik saat itu.

Secara implisit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya adalah

dengan tampilan karikatur. Keberadaan karikatur pada surat kabar, bukan

berarti hanya melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain

berita-berita utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan

tambahan pengetahuan terhadap masyarakat.

Menurut Nimmo (2000:46) dalam penyajiannya di media cetak,

karikatur merupakan salah satu unsur penting, bahkan tak terpisahkan

disamping tajuk rencana, opini, dan artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca

atau setidak-tidaknya para pembaca awam, karikatur membawa arti

(14)

dalam bentuk tulisan, maka karikatur seringkali justru bermakna penting

karena bisa diinterpretasikan menurut pengalaman personal. Fakta-fakta yang

kadang merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan tanpa menyinggung

perasaan.

Gambar karikatur adalah karya pribadi, produk suatu keahlian seorang

kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi,

maupun bagaimana dia memilih tema atau isu yang tepat. Karikatur

merupakan tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian,

tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Gambar karikatur

merupakan simbolic speech (komunikasi tidak langsung) artinya bahwa

penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar karikatur tidak dilakukan

secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain

makna yang terkandung dalam karikatur adalah makna yang terselubung.

Simbol-simbol pada gambar karikatur tersebut merupakan simbol yang

disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang

mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima).

Karikatur clekit merupakan pemaknaan dari peristiwa yang terjadi di

masyarakat yang meliputi peristiawa politik, sosial, ekonomi, budaya dan

sebagainya yang terjadi. Karikatur clekit dalam satu minggu di muat hanya

tiga kali, penyampaian pesan secara implisit dalam artian karikatur sebagai

komunikasi tidak langsung (symbolic speech) dimaksudkan untuk

mengeembangkan kreatifitas, imajinasi pembaca dalam menginterpretasikan

(15)

dari makna tersebut yang diharapkan mampu memberikan solusi, pemecahan

atau koreksi diri bagi kalangan masyarakat, pemerintah ataupun

individu-individu tentang suatu permasalahan.

Berdasarkan latar belakang di atas pemilihan gambar karikatur Clekit

tentang permasalahan yang terjadi dimana tergambar dalam karikatur

editorial Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos, penulis

hendak menjabarkan makna yang terkandung dalam karikatur secara semiotik

berdasarkan ikon, indek dan simbol. Penulis akan mengartikan karikatur

seorang pejabat atau wakil rakyat yang digambarkan sebagai seorang yang

merasa merdeka karena telah mendapatkan haknya webagai pejabat

pemerintah dan seorang rakyat biasa yang digambarkan sebagai seorang yang

belum merdeka karena belum mendapatkan hakya sebagai warga negara,

karikatur editorial merupakan karikatur yang memiliki sifat mengkritik atau

memiliki makna sosial.

Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur clekit adalah

adanya deformasi jasmani terhadap pihak-pihak yang menjadi sasaran,

pembuatan karikatur dalam gambar karikatur clekit yang menyebabkan

keimplisitan pesan, yaitu di dalam gambar karikatur terdapat perubahan

gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli karena

adanya tambahan efek-efek gambar dari kartunis sehingga karikatur tersebut

memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi bagi pembaca dalam

menyikapi gambar karikatur clekit, dan karikaturis menciptakan sensasi

(16)

yang menggelitik bagi pembaca. Disamping itu penulis tertarik meneliti

gambar karikatur tersebut karena dalam hal ini seorang wakil rakyat dan

rakyat biasa menggambarkan adanya terlihat jelas kesenjangan sosial antara

wakil rakyat dan rakyat yang digambarkan, wakil rakyat menggunakan

setelan jas berdasi membawa koper serta berteriak “merdeka!!” secara lantang

dan rakyat menggunakan pakaian compang-camping yang menjerit “kami

belum!!”. Dimana dalam gambar karikatur editorial Clekit edisi Selasa, 17

Agustus 2010 adalah sebagai wakil rakyat yang sepatutnya menjaga amanah

rakyat serta memahami aspirasi rakyat hanya menikmati hak-haknya secara

pribadi dan kurang menghiraukan rakyat yang belum mendapatkan haknya

sebagai warga negara.

Istilah semiotika yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh

filusuf aliran pragmatic Amerika, Charles Sanders Pierce merujuk pada

“Doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar semiotika adalah

konsep tentang tanda, tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang

tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun sejauh terkait

dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena jika tidak

begitu manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realistis.

Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi

manusia, sedangkan tanda-tanda non verbal seperti gerak-gerik,

bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya dapat di

pandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang

(17)

adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan lambang.

Akhirnya peneliti menemukan ide untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul “Pemaknaan Karikatur Clekit (Studi Semiotik

Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17

Agustus 2010)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Bagaimana “Pemaknaan Karikatur Clekit” dalam Karikatur

Editorial Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari uraian tentang latar belakang masalah dari perumusan masalah

yang telah diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah “Pemaknaan Karikatur

Clekit” dalam Karikatur Editorial Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di

surat kabar Jawa Pos?

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan praktis

Memberikan landasan pada pengelola media massa, dalam hal ini bahwa

informasi atau berita tidak hanya bisa dijabarkan melalui tulisan maupun

siaran, namun dapat pula berbentuk gambar kartun berupa karikatur yang

menarik, memiliki nilai humor didalamnya, mengandung kritikan dan

(18)

2. Kegunaan teoritis

Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya

ilmu komunikasi kepada para peneliti yang lain mengenai studi analisis

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun

elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat

di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media

massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas

kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator

dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam

masyarakat.

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang

mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih

(20)

2.1.2. Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya

kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi

adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur (latin: carricare) sebenarnya memiliki arti sebagai gambar

wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dipelototkan secara karakteristik

tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni memletotkan wajah ini

sudah berkembang sejak abad ke-17 di Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika

bersamaan dengan perkembangan media cetak pada masa itu.

Di Indonesia, konon karikatur mulai berkembang sejak negeri ini

dibawah penjajahan Belanda. Yaitu pengaruh dari gambar karikatur yang

secara berkala dimuat di surat kabar berbahasa Belanda, misalnya “de

locomotif” yang beredar di Indonesia pada saat itu.

Karikaktur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari

segi pengetahuan, intelektual, cara melukis, psikologis, cara melobi, referensi,

bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita

bisa mendeteksi intelektual dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang

secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. (Sobur,

2006:140).

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam

bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan

(21)

karikatur dijadikan sarana untuk kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat

karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.

(Sobur, 2006:140)

2.1.3. Karikatur dalam Surat kabar

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain, komunikator kepada

komunikan, pada dasarnya pikiran bisa serupa gagasan atau ide, opini,

informasi dan lain sebagainya, dimana gagasan, opini dan informasi tersebut

muncul dari pemikiran seseorang itu sendiri, perasaan bisa berupa keyakinan,

kepastian, kekhawatiran, kemarahan, kepuasan, keberanian dimana hal-hal

tersebut bisa muncul dari perasaan masing-masing. Banyak pengertian yang

memberi penjelasan tentang komunikasi massa secara umum, komunikasi

massa diartikan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan

dengan menggunakan media massa adalah komunikasi yang pesannya

ditujukan oleh sejumlah besar orang anonym, heterogen dan tersebar luas

melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima

secara serentak serta tidak mengenal batas geografis kultural. Dengan kata

lain komunikasi massa adalah penyaluran pesan-pesan kepada sejumlah orang

melalui melaui media massa. Media dalam disipilin bahasa komunikasi

adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan untuk berkomunikasi. Dalam

konteks masyarakat modern, ia merupakan dengan apa berbagai bentuk

(22)

Dalam masyarakat dari yang primitif hingga terkomplek komunikasi

massa memiliki beberapa fungsi. Menurut Laswell fungsi komunikasi ada

tiga, yaitu:

1. The surveillance of the environment

Fungsi ini biasa disebut pengamatan lingkungan, yaitu pengamatan

yang dilakukan untuk mengetahui kejadian-kejadian apa yang sedang

terjadi.

2. The correlation of part of society in responding to the environment

Fungsi ini adalah fungsi korelasi, fungsi yang menghubungkan

bagian-bagian yang ada dalam masyarakat yang menanggapi

lingkungan, yakni dengan menghasilkan atau memiliki

alternatif-alternatif solusi dalam menangani permasalahan sosial.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the

next

Fungsi ini biasa disebut sosialisasi dan pendidikan yaitu fungsi

transmisi nilai dan norma sosial dari satu generasi ke generasi

berikutnyan (Winarso, 2005: 21)

Media berfungsi sebagai jembatan pengetahuan, pengalaman dan

pandangan bagi masyarakat yang dapat membuat kita mengetahui apa yang

terjadi di sekitar kita tanpa adanya sikap memihak maupun turut campurnya

(23)

apa yang ingin disampaikan dan mengetahui bagaimana komunikator dalam

menyampaikan pesan kepada komunikan. Salah satu komponen media massa

adalah media cetak dalam bentuk surat kabar, dan dengan sendirinya media

cetak memiliki fungsi-fungsi komunikasi massa. Media cetak berupa surat

kabar mempunyai pengaruh besar terhadap pola pemikiran masyarakat dalam

menyikapi berita tentang hal-hal yang terjadi di sekitar. Wilbur Schram

(Rivers, 2003:34) menggunakan istilah yang lebih sederhana, yaitu sistem

komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar

menambahkan fungsi keempat: sumber hiburan.

Karikatur merupakan salah satu dari isi surat kabar yang bersifat

hiburan karena karikatur merupakan gambar lelucon yang bersifat lucu dan

mengandung unsur humor dengan membawa pesan sosial. Berasal dari

bahasa Italia, caricature tempat kartun pertama muncul didunia pada abad

XVII. Perintisnya bernama Amnibale Carrici, seorang karikaturis yang

mampu mengubah wajah seseorang menjadi bentuk binatang atau sayuran

namun tetap mirip dengan subyeknya yang bertujuan sebagai ungkapan

protes ataupun kritik sosial. Akan tetapi kariaktur pertama muncul di Inggris

oleh Thomas Rowlandson (1756-1872) dan James Gillary ( 1757-1815).

Dalam perkembangan selanjutnya karikatur dihubungkan dengan jurnalisme

(Panuju, 2005:86)

Di Indonesia saat ini sendiri karikatur memiliki kedudukan yang

cukup berperan khususnya dalam surat kabar, karena karikatur kebanyakan

(24)

bentuk karikatur yang didefinisikan oleh Junaedhie “karikatur adalah gambar

kartun yang menggambarkan atau memiripkan subyeknya dengan gaya satiris

atau mengolok-olok” (Panuju, 2005:85). Memuat karikatur berarti kita

dihadapkan pada tanda-tanda visual dan kata-kata. Untuk menguak makna

karikatur pada kenyataannya bukan hal yang mudah, para pembaca di ajak

untuk berpikir tentang arti dan makna karikatur dan memahami pesan-pesan

yang tersirat dalam gambar tersebut.

Karya seni karikatur adalah bagian yang kini tidak dapat dipisahkan

dari suatu media terutama media cetak atau surat kabar, karikatur diartikan

sebagai opini redaksi media dalam memasukkan unsur lelucon, anekdot dan

humor agar siapapun yang melihatnya dapat tersenyum termasuk obyek atau

yang dikarikaturkan itu sendiri (Sumandiria, 2004:3). Karikatur penuh dengan

perlambangan yang kaya makna, oleh karena itu karikatur diharapkan dapat

menjadi salah satu jembatan bagi informasi pembacanya karena suatu

informasi yang disajikan melalui karikatur dapat berfungsi sebagai hiburan

yang memiliki nilai bagi pembacanya. Selain dikaji sebagai teks dan gambar

juga harus dilakukan menghubungkan karya seni tersebut dengan kejadian

yang terjadi disekitar masyarakat yang sedang menonjol atau saat berita

tersebut sedang hangat diperbincangkan dan diperdebatkan oleh masyarakat.

Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah karikatur

tidak akan menyebabkan revolusi. Karikatur tidak akan menjadi pendobrak,

(25)

Dengan karikatur kita dapat mengangkat suatu permasalahan yang

sedang hangat ke permukaan dengan kemasan yang sangat menarik dan

memiliki unsur humor, seorang karikaturis diharapkan berperan sebagai

nurani yang bisa diajak berwawancara dengan diri sendiri dan menjadi

semacam medium untuk mengungkap suatu permasalahan.

Karikatur merupakan salah satu media yang dapat mengetengahkan

suatu masalah yang sedang bergejolak ke permukaan, dapat mengangkat

suatu permasalahan yang sedang terjadi, baik masalah tersebut melibatkan

seseorang maupun melibatkan beberapa pihak atau sebuah badan, karikatur

diharapkan bisa dijadikan sarana penyampaian kritik sosial yang sehat dan

tetap tidak melepaskan budaya pers yang bebas namun bertanggung jawab,

begitu banyak berita atau “news” yang dapat diketahui dari berbagai literatur,

satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut yang berbeda.

Beberapa tahun lalu, para ahli mendefinisikan berita dengan

pandangan dari sudut surat kabar saja. Dan kenyataan menunjukkan bahwa

penyiaran radio oleh stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap

jurnalistik surat kabar, antara lain dengan kecepatan sampainya berita kepada

khalayak. Kalau suatu peristiwa baru dapat diberitakan surat kabar keesokan

harinya, lain dengan radio dan televisi hanya dalam hitungan jam saja, bahkan

suatu peristiwa nasional dapat disiarkan pada saat kejadian itu sendiri

berlangsung, akan tetapi karena ketiga media massa yakni, surat kabar, radio

dan televisi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, maka pada

(26)

Dari puluhan bahkan ratusan definisi berita yang dapat dibaca dalam

berbagai buku berkala, ada satu definisi yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel

V. Charnley dalam bukunya “Reporting”, yang berbunyi: “News is the timely

report of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a

considerable number of people” (Berita adalah laporan tercepat mengenai

fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau

kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk) (1965:34).

2.1.4. Kritik Sosial

Kritik berasal dari Yunani (kritike = pemisahan, krinoo =

memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti

evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian

yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti interaksi

sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terkait dengan

kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan sebagai

evaluasi atau penilaian yang menyangkut kehidupan bermasyarakat

menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. Dalam kritik sosial,

pers dan politik Indonesia, kritik sosisal adalah suatu bentuk komunikasi

dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol

terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat.

Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam

memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini

(27)

sosial atau masyarakat (Masoed, 1999:47). Kritik sosisal juga dapat berarti

inovasi sosial, dalam arti bahwa kritik sosial dapat juga membangun gagasan

baru yang didapat dari kritik sosial tersebut, perspektif kritik sosial yang

demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka

melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan

perubahan sosial (Masoed, 1999:49).

Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan

kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak

masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata

dalam masyarakat. Kritik merupakan bagian essensial dari masyarakat,

meskipun teori sosiologi cenderung mengabaikannya. Yang membedakan

antara masyarakat satu dengan yang lain hanya cara pernyataannya. Karena

dominasi budaya jawa yang sangat kuat, masyarakat Indonesia cenderung

menggunakan cara kritik yang tersirat, yang disampaikan secara tidak

langsung, misalnya melalui simbol dan sebagainya. Akan tetapi, penyerapan

cara kritik jawa itu tidak dapat dilakukan begitu saja, tanpa

mempertimbangkan tatanan masyarakat secara keseluruhan.

Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam

menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan

pemerintahnya. Tidak tertutup mata atas kenyataan bahwa kritik adalah

modus sebuah proses input, sehingga otomatis tidak mungkin dihindari.

Kritik akan mengingatkan agar masyarakat selalu bertindak sedemikian rupa,

(28)

mencapai pemecahan terhadap masalah kehidupan dalam masyarakat atau

lingkunganya, dilaksanakan dengan akibat yang semanusiawi mungkin.

Kontrol sosial merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, yang

selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila kontrol

sosial cenderung dipahami sebagai aktifitas pengendalian, di dalam

percakapan sehari-hari sistem pengendalian sosial sering kali diartikan

sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintah

(Soekanto, 2002:205). Kritik sosial dapat disampaikan mulai dengan

ungkapan-ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan

komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam

komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa seperti karikatur.

Wahana kritik sosial sering kali ditemui di dalam media cetak, seperti

surat kabar, majalah dan tabloid. Di dalam media ini karikatur biasanya

disajikan selingan setelah pembaca menikmati rubrik-rubrik atau

artikel-artikel yang lebih serius. Meskipun pesan-pesan di dalam beberapa karikatur

sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel

tetapi lebih mudah dicerna atau dipahami sehubungan dengan sifatnya yang

menghibur. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka tidak

begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004: 04).

2.1.5. Etika Komunikasi

Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos adalah Ilmu yang membahas

(29)

oleh pikiran manusia. Tujuan mempelajari etika, untuk mendapatkan konsep

yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam

ruang dan waktu tertentu. Pengertian baik Sesuatu hal dikatakan baik bila ia

mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia

(Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif), sedangkan pengertian

buruk segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang

bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling

mendasar. Bila hak itu tidak dijamin akan mengebiri pikiran atau kebebasan

berpikir sehingga tidak ada lagi otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi

di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang

didasarkan pada kebebasan nurani dan kebebasan untuk berekspresi (B.

Libois, 2002:19). Jadi, untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya

mungkin apabila hak untuk berkomunikasi di publik dihormati. Etika

komunikasi merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi

demokrasi tersebut.

Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika

komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi (politik). Aspek etisnya

ditunjukkan pada kehendak baik untuk bertangung jawab. Kehendak baik ini

diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern yang

mengatur profesi. Aturan semacam ini terumus dalam deontologi jurnalisme.

(30)

1. Hormat dan perlindungan atas hak warga negara akan informasi dan

sarana-sarana yang perlu untuk mendapatkannya. Masuk dalam kategori

ini adalah perlindungan atas sumber berita; pemberitaan informasi yang

benar dan tepat, jujur dan lengkap; pembedaan antara fakta dan

komentar, informasi dan opini; sedangkan metode untuk mendapatkan

informasi harus jujur dan pantas (harus ditolak jika ternyata hasil curian,

menyembunyikan, menyalahgunakan kepercayaan, dengan menyamar,

pelanggaran terhadap rahasia profesi atau instruksi yang harus

dirahasiakan)

2. Hormat dan perlindungan atas hak individual lain dari warga negara.

Termasuk dalam hak ini ialah hak akan martabat dan kehormatan; hak

atas kesehatan fisik dan mental; hak konsumen dan hak untuk berekspresi

dalam media; serta hak jawab. Selain itu harus mendapat jaminan juga

ialah hak akan privacy, praduga tak bersalah, hak akan reputasi, hak akan

citra yang baik, hak bersuara dan hak akan rahasia berkomunikasi. Jadi,

hak akan informasitidak bisa memberi pembenaran pada upaya yang

akan merugikan pribadi seseorang. Setiap orang mempunyai hak untuk

menerima atau menolak penyebaran identitasnya melalui media

3. Ajakan untuk menjaga harmoni masyarakat. Unsur ketiga deontologi

jurnalisme ini melarang semua bentuk provokasi atau dorongan yang

(31)

Deontologi jurnalisme ini membantu dalam mempertajam makna

tanggung jawab. Ia bisa menjadi faktor stabilisasi tindakan yang berasal dari

dalam diri aktor komunikasi. (Haryatmoko, 2007 : 45-46)

2.1.6. Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti

“tanda “ atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika atau dalam istilah

Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify)

dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak

berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda

(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53) dalam Sobur (2001:15).

Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial

memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang

disebut sebagai “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat

tentang keberadaan suatu tanda. (Sobur, 2006:87)

Tokoh semiotika Charles Sanders Pierce adalah seorang filsuf

Amerika. Sedangkan Ferdinand De Saussure adalah pendiri linguistic

modern, sarjana dan tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya

tentang tanda. (Sobur, 2006:43)

Membuat kajian komik-kartun-karikaur berarti berhadapan dengan

(32)

kajian kritis yang bertujuan untuk mengungkapan makna tanda-tanda atau

simbol-simbol yang ada.

Setiawan mengakui bahwa untuk menguak makna kartun pada

kenyataannya bukan pekerjaan mudah, mengingat berbagai persoalannya

menyangkut permasalahannya yang berkembang dalam masyarakat,

khususnya mengenai masalah sosial dan politik. Selain itu, elemen

pembentuk kartun-komik pun cukup kompleks, yakni terdiri atas unsur-unsur

berbagai disiplin. (Sobur, 2006:132)

Bagaimana persisnya bisa menganalisis kartun, dalam hal ini ada

contoh menarik yang dikemukakan Tomy dengan catatan bahwa kartun yang

dibuat pada tahun 2001 ini ini harus diletakkan dalam konteks ketika

Abdurrahman Wahid masih menjabat presiden RI, dan Megawati sebagai

wakil presiden RI, Amien Rais ketua MPR dan Akbar Tanjung ketua DPR.

(Sobur, 2006:133)

Langkah pertama, menurut Tomy, kita mesti dapat mendeskripsikan

jalinan tanda di kartun tersebut. Upamanya, kita bisa menandai berdasarkan

pola : gesture, komposisi ruang dan hubungan diantara objek. Berdasarkan

pengamatan sekilas kita menemukan suatu ruangan dibagi secara diagonal

dan disetiap ujung diletakkan empat gambar tokoh politik, keempat tokoh

tersebut secara diametral menatap ke arah yang berbeda dengan mata mereka

(33)

Lanjut Tomy, mungkin bisa mengatakan bahwa gambar kartun

tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara gambar dengan

objeknya. Ada hubungan ikonis antara gambar itu. Dengan demikian

menurutnya, kartun itu memiliki pola: proposition indexical type

(legysign). Suatu pernyataan (proposisi) yang mengacu pada objeknya secara

indeksikal dan menjadi “tanda” karena hukum / tradisi / kesepakatan. (Sobur,

2006:134)

Berikutnya, kita bisa mengamati aspek bahasa yang tercantum di

bawah ilustrasi tersebut, kemudian mendeskripsikannya dengan

mempertimbangkan sign, object, dan interpretant.

Apabila dicermati wacana yang terdapat dalam kartun terkait melalui

frase “tokoh”. Acuan dari proposisi tersebut dapat ditemukan di dalam kartun.

Dengan demikian proposisi sudah mendapatkan acuan dari teks kartun

sendiri.

Sudut interpretan, kalimat tersebut, dalam penilaian Tomy, adalah

sebuah proposisi. Artinya, suatu teks yang terbuka dan siap untuk

dikonfrontasikan dengan realitas atau tanda lainnya. Teks bahasa

diperhadapkan dengan ilustrasi kartun.

Demikian, kata Tomy, secara formal kita bisa mengatakan bahwa

proses semiosis yang dominan dalam kartun tersebut gabungan atau proposisi

(visual dan verbal) yang dibentuk oleh kombinasi tanda argumen indexical

(34)

Dalam menganalisa kartun atau komik-kartun, kita seyogyanya

menempatkan diri sebagai kritikus, agar bisa secara leluasa melakukan

penilaian dan memberi tafsiran terhadap komik-kartun tersebut. Melihat

entitas tanda-tanda visual dalam komik, dapat dianggap sebagai “teks”

tersebut. Akan tetapi guna mempertajam interpretasi makna serta menjaga

validitas kajian, diperlukan data yang berfungsi sebagai penguat tafsiran.

Hal lain yang cukup berperan adalah adanya narasi penyerta gambar.

Narasi-narasi tersebut kadang berupa rangkaian kata-kata, kadang juga berupa

onomatopea suara binatang, bunyi benda jatuh, desiran angin, dan

sebagainya. Berkaitan dengan teks narasi tentu akan menyentuh bidang

kesusastraan. (Sobur, 2006:136)

Pada dasarnya, kartun mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas

namun tajam dan humoritis sehingga tidak jarang mebuat pembaca tersenyum

sendirian. Karena itu, pada umumnya satu “kisah” kartun hanya terbit satu

kali di dalam surat kabar atau majalah meskipun beberapa kartun yang telah

dimuat media massa dapat juga kemudian dihimpun dan diterbitkan kembali.

(Sobur, 2006:140)

2.1.7. Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce

Menurut Pierce, semiotik adalah suatu tindakan, pengaruh atau kerja

sama antara tiga subjek yang terdiri dari tanda (sign), objek (object) dan

interpretant (Sobur, 2001:109).  Beberapa pengertian dalam SEMIOTIK

(35)

1. MODEL ANALISIS CHARLES S.PIERCE

Semiotik berangkat dari elemen utama yang disebut Pierce teori segitiga

makna (Triangle meaning):

 Tanda : adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap

oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk /

merepretasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini

disebut objek.

 Acuan tanda (objek): adalah konteks social yang menjadi referensi

dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

 Pengguna tanda (interpretan): adalah konsep pemikiran dari orang

yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna

tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek

yang dirujuk sebuah tanda. Hubungan tanda, Objek dan

Interpretan: 

Tanda merupakan pencitraan indrawi yang menampilkan pengertian

dari objek yang dimaksudkan. Sedangkan objek adalah produk yang

merupakan fokus peran. Interpretant merupakan pengertian yang diturunkan.

Model semiotk menurut Pierce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga

(36)

Gambar 2.1 : Model Semiotik Pierce

Dengan mengacu pada segitiga elemen makna Pirece, maka dapat

diketahui mengenai persoalan bagaimana makna yang muncul dari sebuah

tanda (sign) ketika tanda itu digunakan orang pada waktu orang itu

berkomunikasi (Sobur, 2003:115).

Pierce mengelompokkan tanda (sign) menjadi tiga komponen, antara

lain : ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol). Ketiga kategori tanda

tersebut, digambarkan dalam sebuah model segitiga berikut :

Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Pierce

Ikon (ikon) adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang

menyerupai apa yang dipresentasikan dan ditandai dengan kemiripan atau

sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia Sign

Object  Interpretant

Icon

(37)

dan merupakan sesuatu yang merujuk / merepretasikan hal lain di luar tanda

itu sendiri. Misal : Patung Sukarno adalah ikon Sukarno.

Indeks (index) adalah suatu tanda yang secara alamiah

mempresentasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan

sebab akibat yang mempunyai hubungan eksistensi. Misal : awan gelap

adalah indeks hujan yang akan turun.

Simbol (symbol) adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan

sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Simbol

meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang

maknanya disepakati bersama. Misal : Bendera (Mulyana, 2000: 84).

2.1.8. Konsep Makna

Makna dari makna (meaning) merupakan gabungan semiotik dari sisi

teoritis maupun terminologis. Akan tetapi banyak ahli semiotikan

mendefinisikan istilah makna (meaning) dalam pengertian yang sempit yang

meniadakan aspek acuan.

Ogden dan Richard membedakan tidak kurang dari dua puluh tiga

makna tentang makna. Pemahaman tentang makna-makna itu dan makna lain

dari makna memerlukan penjelasan termonologis. Pedoman yang diambil

dalam menentukan istilah-istilah itu yang merupakan marke orientasi adalah

(38)

Makna (meaning) telah diadopsi sebagai istilah umum yang mencakup

arti (sense) dan acuan (reference) dalam linguistik dan dalam filsafat bahasa.

Menurut Greimas & Courtes, makna “bisa ditetapkan”, dan “ muncul

lebih dahulu dibandingkan pemroduksian semiotik”: ”Tidak ada sesuatu pun

yang bisa dikatakan tentang makna, kecuali diperkenalkannya pra anggapan

metaforis yang penuh implikasi”. Bersinggungan dengan makna, dan efek ini

merupakan realitas tunggal yang bisa dipahami, namun tidak bisa dilihat

secara langsung. Argumen-argumen mengenai sulit dimengertinya makna itu

jelas dinyatakan dalam tradisi perdebatan filsafat tentang kesulitan

pemahaman atas acuan.

Makna, merupakan konsep abstrak yang telah menarik perhatian para

ahli filsafat dari para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak

Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultrarealitas”, para pemkir besar telah sering mempergunakan konsep itu

dengan penafsiran yang sangat luas merentang sejak pengungkapan mental

dari Locke sampai respons yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi, kata

Jerold Katz (dalam Fisher) setiap usaha untuk meberikan jawaban yang

langsung telah gagal”. Beberapa, seperti misalnya jawaban Plato, telah

terbukti terlalu samar dan spekulatif yang lainnya memberikan jawaban yang

(39)

2.1.9. Wakil rakyat

Wakil rakyat adalah para individu utusan rakyat yang terpilih di

antara yang terpilih yang duduk sebagai anggota badan perwakilan rakyat.

Wakil Rakyat memiliki sebuah tanggung jawab yang besar. Sebuah tanggung

jawab yang tidak bisa diberikan begitu saja kepada sembarang orang yang

dinilai dewasa secara umur. Sebuah tanggung jawab yang besar yang

diberikan kepada orang yang dewasa dalam bertindak dan berpikir, seorang

yang mampu memegang amanah dan kompetensi didalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab tersebut. (http://kamusbahasaindonesia.org)

Hak Wakil Rakyat :

1. Interpelasi ; (penjelasan Pasal 27 UU No. 22 Tahun 2003 menyatakan

bahwa hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis

serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara).

2. Angket ; (penjelasan Pasal 27 UU No. 22 Tahun 2003 menyatakan, hak

angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas

pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

(40)

Hak Anggota Wakil Rakyat :

1. Mengajukan rancangan peraturan daerah.

2. Mengajukan pertanyaan.

3. Menyampaikan usul dan pendapat.

4. Memilih dan dipilih.

5. Membela diri.

6. Imunitas ; (penjelasan UU No. 22 Tahun 2003, bahwa hak imunitas adalah

hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan dan

pendapat yang disampaikan dalam rapat rapat DPR dengan pemerintah dan

rapat- rapat DPR lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Protokoler.

8. Keuangan dan administrative.

Kewajiban Wakil Rakyat :

1. Mengamalkan Pancasila.

2. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945, serta mentaati segala peraturan

perundang-undangan.

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

(41)

4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

6. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindak-lanjuti aspirasi

masyarakat.

7. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok

dan golongan.

8. Memberi pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih di

daerah pemilihannya.

9. Mentaati Kode Etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD.

10. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang

terkait.

2.1.10. Rakyat

Rakyat adalah bagian dari suatu negara atau elemen penting dari

suatu pemerintahan.Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai

ideologi sama dan tinggal di daerah/pemerintahan yang sama dan mempunyai

hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk membela negaranya bila

diperlukan. Elemen rakyat terdiri dari wanita , pria , anak-anak , kakek dan

nenek. Rakyat akan dikatakan rakyat jika telah disahkan oleh negara yang

(42)

Rakyat diambil dari kata Rahayat artinya yang mengabdi, pengikut,

pendukung. Konotasinya sangat merendahkan karena dianggap sebagai

"hamba,budak dan sejenisnya". Sehingga agak berbeda dengan maksud dari

kata people ( Inggris ), apalagi kalau dengan konotasi rakyat sebagai sebuah

kekuatan atau pemilik sebuah negara.

Rakyat mempunyai kewajiban sebagai berikut :

 Ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.

 Ikut mengkritik dan membangun roda pemerintahan.

 Menjadi elemen penting dalam aspek politik.

 Berkewajiban mengikuti politik praktis.

 Berkewajiban mengikuti peraturan-peraturan politik yang telah ditetapkan

negara dan siap menerima sanksi jika melanggar.

 Menjadi fundamental ekonomi pemerintahan.

 Menjadi fundamental sosial kenegaraan.

 berkewajiban membayar pajak.

 Berkewajiban mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku tentang

pembelaan tanah air dan menjalankan hak dan kewajibannya yang telah

tertulis di undang undang dasar.

Adapun hak-hak rakyat adalah :

 Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34, Bab XIV,

(43)

 Rakyat berhak meminta penghidupan yang layak (Pasal 27, Bab X, UUD

1945).

 Rakyat berhak meminta layanan kesehatan , pendidikan , dan hiburan

kepada negaranya.

 Rakyat berhak didampingi pengacaranya jika dituduh melakukan tindak

kriminal.

 Rakyat berhak untuk membela dan menjaga kestabilitas negara.

(http://id.wikipedia.org)

2.1.11. Merdeka!!

Merdeka adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Melayu yang berarti kemerdekaan atau kebebasan . Ini adalah berasal dari

bahasa Sansekerta Maharddhika yang berarti "kaya, makmur dan kuat". Di

kepulauan Melayu, istilah ini telah memperoleh arti budak dibebaskan. Para

Mardijker Istilah korupsi Belanda versi Portugis dari kata-kata Sanskerta asli

dan digunakan untuk menunjuk budak Portugis dan Belanda mantan dari

India di Hindia Timur, yang dikenal sebagai Mardijkers, dimana arti Melayu

"free (dom)" berasal. Kemerdekaan adalah saat di mana seseorang

mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan

orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi serta saat di mana

sebuah negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian

negaranya. Tanda seru adalah tanda bahasa yang digunakan untuk penegasan,

(44)

(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.or

g/wiki/Merdeka&ei=vRbRTKbyIZD6swP67qS4Cw&sa=X&oi=translate&ct

=result&resnum=4&ved=0CDQQ7gEwAw&prev=/search%3Fq%3Dmerdek

a%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DWME%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26prmd%3Dinl)

2.1.12. Pemaknaan Warna

Warna merupakan aspek visual dari tanda, seperti masalah corak dan

kejernihannya. Dalam beberapa masalah kejernihan warna mungkin lebih

penting dari pada warna itu sendiri dalam menyampaikan pesan. (Berger

Arthur Asa, 2005 : 39). Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan

dalam suatu hal. Warna juga boleh dianggap sebagai suatu fenomena

psokologis, warna juga sering digunakan untuk menunjukan suasana

emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan keyakinan. Berikut respon

psikologi dari masing – masing warna :

1. Merah : Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi,

bahaya, menggairahkan, merangsang

2. Biru : Kepercayaan, konservatif, keamanan, tekhnologi,

kebersihan, keteraturan, kenyamanan

3. Hijau : Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan,

kalem, kedamaian, ketentraman

4. Kuning : Optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran,

(45)

5. Ungu : Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi,

kekasaran, keangkuhan, kewibawaan, keagungan

6. Orange : Energy, keseimbangan, kehangatan

7. Coklat : Tanah atau bumi, reliability, daya tahan

8. Abu - abu : Intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan

9. Putih : positif, steril, kebersihan serta netral dan fleksibel.

10. Hitam : power, seksualitas, kecanggihan, kematian,

misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, patah hati.

(http://.toekangweb.or.id/07-tips-bentukwarna1.html)

2.2. Kerangka Berpikir

Manusia adalah homo semioticus di mana masing-masing individu

mempunyai latar belakang pemikiran yang berbeda, dalam memaknai suatu

objek atau peristiwa. Manusia dapat memproklamasikan sesuatu, apa saja,

sebagai tanda karena hal itu dapat dilakukan oleh semua manusia. Makna

yang akan diidentifikasi pertama adalah makna denotatif yaitu, mencatat

semua tanda visual yang ada atau makna mengambang dan bisa dibaca di

permukaan. Selanjutnya akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi

yaitu makna konotatif atau kita membaca yang tersirat yang memungkinkan

terbacanya nilai-nilai yang digunakan sebagai referensi untuk

(46)

Peneliti tertarik untuk meneliti Karikatur editorial Clekit edisi Selasa,

17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Karena menurut analisis peneliti,

unsur kesenjangan sosial yang seharusnya sudah hilang sejak kemerdekaan

telah didapatkan oleh Indonesia masih terlihat di Negara kita dan tergambar

dalam karikatur tersebut.

Dalam Karikatur ” Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar

Jawa Pos, terdapat beberapa gambar yang memperlihatkan unsur kesenjangan

sosial yang ditunjukkan dengan gambar wakil rakyat dan rakyat yang

digambarkan, wakil rakyat menggunakan setelan jas berdasi membawa koper

serta berteriak “merdeka!!” secara lantang dan rakyat menggunakan pakaian

compang-camping yang menjerit “kami belum!!”.

Penelitian pemaknaan Karikatur editorial Clekit edisi Selasa, 17

Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos, menggunakan kategori tersebut diatas

yang ditentukan oleh penulis berdasarkan isi Karikatur Editorial Clekit edisi

Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Adapun hasil kerangka

(47)

Gambar 2.3 : Kerangka Berfikir Pemaknaan Karikatur editorial Clekit edisi

Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos.

Analisis Kualitatif dengan pendekatan semiotika Pierce :

Icon :

 Pria gemuk mengenakan

setelan jas dan bersepatu hitam

 Koper

 Dasi

 Pria kurus mengenakan

pakaian compang-camping

 Pria kurus tak beralas kaki

Index :

 Ekspresi wajah pria gemuk

 Pria gemuk tertawa lebar

 Lirikan mata besar pria gemuk

 Gaya rambut jambul pria

gemuk

 Mengangkat tangan pria

gemuk dan pria kurus

 Menggenggam tangan pria

gemuk dan pria kurus

 Ekspresi wajah dan mata kecil

pria kurus

 Pria kurus menolehkan wajah

ke pria gemuk

 Kebotakan rambut pria kurus

 Ukuran celana pria kurus

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode semiotika yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

kualitatif interpretative (interpretation) yaitu sebuah metode yang

memfokuskan dirinya pada “tanda dan teks” sebagai objek serta bagaimana

memahami dan menafsirkan kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut,

karikatur dalam penelitian ini merupakan kartun editorial, kartun jenis ini

merupakan kartun yang memiliki makna kritikan. Sesuai dengan pandangan

“paradigma” kritis, analisis semiotik bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini

memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi

alternatif. Dalam hal ini akan diinterpretasikan untuk mengetahui makna

pesan yang disampaikan oleh karikaturis mengenai Karikatur Editorial Clekit

edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos. Interpretasi yang

didapat diperkuat oleh data-data yang berguna untuk memperkuat tafsiran

tersebut.

Alasan digunakannya metode kualitatif ini dikarenakan menyesuaikan

metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda

(multipretable). Selain itu metode ini lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap

(49)

3.2. Korpus

Dalam penelitian kualitatif perlu adanya pembahasan masalah yang

disebut dengan korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas

dari unsur yang memiliki sifat bersama, tertentu atau tunduk pada aturan yang

sama dan karena itu dapat dianalisa secara keseluruhan. Korpus dalam

penelitian ini adalah karikatur gambar clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di

surat kabar Jawa Pos yang terlihat jelas kesenjangan sosial antara wakil

rakyat dan rakyat. Sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks

yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak

aspek dari sebuah pesan yang tidak ditangkap atas dasar suatu analisis yang

bertolak dari unsur tertentu.

3.3. Unit Analisis Data

Unit analisis data pada penelitian ini adalah tanda-tanda yang ada

dalam karikatur gambar Clekit di Jawa Pos, edisi Selasa, 17 Agustus 2010

yang dimaknai dengan menggunakan ikon, indeks, simbol pada karikatur

gambar clekit. Pada karikatur gambar Clekit tersebut dalam kaitannya

menggunakan metode Charles Sanders Pierce.

3.3.1. Ikon (Icon)

Ikon (ikon) adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang

menyerupai apa yang dipresentasikan dan ditandai dengan kemiripan. Pada

karikatur gambar “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa

(50)

Pria gemuk menggunakan setelan jas dan bersepatu hitam, Dasi, Koper,

Pria kurus menggunakan pakaian compang-camping, Pria kurus tak

beralas kaki.

3.3.2. Indeks (Index)

Indeks (index) adalah suatu tanda yang secara alamiah

mempresentasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan

sebab akibat yang mempunyai hubungan eksistensi. Pada karikatur “Clekit

edisi Selasa, 17 Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos” ditunjukkan dengan :

Merdeka!!, Wakil rakyat, Kami belum!!, Rakyat, Bentuk elips, Bentuk

lingkaran, Bentuk zig-zag.

3.3.3. Simbol (Symbol)

Simbol (symbol) adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan

sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Simbol

meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang

maknanya disepakati bersama. Pada karikatur “Clekit edisi Selasa, 17

Agustus 2010 di surat kabar Jawa Pos” ditunjukkan dengan :

Ekspresi wajah pria gemuk, Pria gemuk tertawa lebar, Lirikan mata besar

pria gemuk, Gaya rambut jambul pria gemuk, Mengangkat tangan pria

gemuk dan pria kurus, Menggenggam tangan pria gemuk dan pria kurus,

Ekspresi wajah dan mata kecil pria kurus, Pria kurus menolehkan wajah ke

pria gemuk, Kebotakan rambut pria kurus, Ukuran celana pria kurus.

(51)

3.4. Penempatan Ikon, Index, dan Symbol

Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, dan simbol

tergantung dari kebutuhan sudut pandang khalayak (point of interest) yang

memaknainya. Sehingga penempatan-penempatan tanda-tanda dalam

karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa Pos” di

atas, yang mana sebagai ikon, mana indeks dan mana sebagai simbol tersebut

hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak,

karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang

menginterpretasikan karikatur clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010

pada surat kabar Jawa Pos” sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan

secara langsung karikatur Clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada

surat kabar Jawa Pos”. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui

penggunaan bahan dokumenter seperti surat kabar, studi kepustakaan,

bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya

data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dan data

dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran

gambar karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa

(52)

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini

disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang

dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti.

Analisis data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari

Charles Sanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign) dalam karikatur yang

dijadikan korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda

dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Pierce terbagi kedalam

tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol).

Dengan studi semiotik peneliti dapat memakai gambar dan pesan yang

terkandung dalam karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat

kabar Jawa Pos” serta membentuk berbagai interpretasi terhadap karikatur ini.

Karikatur clekit “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa

Pos” akan di interpretasikan dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang

terdapat dalam setiap penggambaran karikatur.

Untuk mengetahui antara tanda, penggunaan tanda dan realitas

eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Pierce.

Sistem tanda (gambar,warna,perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang

digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan

menggunakan deskriptif karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada

(53)

Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara tanda,

penggunaan tanda, dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan

menggunakan Model Semiotik dari Pierce. Sistem tanda (gambar, kata-kata,

warna, perilaku nonverbal, dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai

(54)

4.1. Karikatur Clekit

PADA HARIAN Jawa Pos dalam memuat karikatur tidak dilakukan

secara periodik atau bertahap dan karikatur dalam muatannya di Jawa Pos

tidak memiliki nama yang khusus, seiring berjalannya pemuatan karikatur di

Jawa Pos pada bulan Oktober 1994 karikatur dimuat secara rutin yaitu dalam

satu minggu sekali karikatur dimuat di Jawa Pos dan terletak di halaman

empat dengan nama clekit. Beberapa bulan kemudian atas berbagai

pertimbangan, salah satunya para pembaca Jawa Pos yang sangat antusias

dalam menerima karikatur clekit, maka dengan kesepakatan redaksi karikatur

clekit di Jawa Pos ditambah pemuatannya, yaitu dari pemuatan satu minggu

sekali menjadi dua kali satu minggu setiap hari rabu dan sabtu. Januari 1997

pemuatan karikatur clekit di Jawa Pos ditambah menjadi tiga kali dalam satu

minggu tiap hari selasa, kamis, dan sabtu.

Karikatur clekit adalah nama yang diberikan seorang karikaturis yang

bernama Leak Koestiya, Leak Koestiya juga adalah sang karikaturis yang

menciptakan gambar karikatur Clekit, Leak menciptakan karikatur di Jawa

Pos dan diberi nama clekit dengan maksud dia ingin menyapa

teman-temannya sesama karikaturis dan memberitahukan kepada mereka bahwa

(55)

diwakili oleh tokoh sentral anak kecil bercelana pendek menggunakan kaos

oblong dengan menggunakan topi terbalik berwarna merah. Leak Koestiya

dulu adalah mahasiswa di IKIP PGRI di Semarang, dan selama Leak kuliah

dia juga mengerjakan rubrik yang bernama clekit di majalah “FOKAL”

majalah mahasiswa IKIP PGRI Semarang. Leak Koestiya menggambar

karikatur sampai Desember 2002 dan setelah itu Leak menjabat sebagai

redaktur pelaksana Jawa Pos dan jabatan itu masih disandangnya sampai

sekarang.

Wahyu Kokkang adalah ilustrator dan karikaturis Radar Surabaya

(Jawa Pos Group) sejak 1998, dan di tahun 2003 Wahyu Kokkang dipercaya

untuk mengerjakan karikatur clekit. Clekit yang digambar Wahyu Kokkang

menggunakan tokoh sentral seorang pemuda berambut gondrong mengenakan

kaos lengan panjang yang dilipat sebatas siku lengan dengan menggunakan

topi sebagai penutup rambutnya yang gondrong dan menggunakan celana

jeans. Nama clekit diambil dari bahasa daerah yaitu bahasa Jawa yang berarti

rasa sakit dikarenakan gigitan serangga, cubitan yang kecil, badan yang kotor

karena keringat, tidak mandi dan lain sebagainya. Clekit pada Jawa Pos tidak

dimaksudkan untuk menyakiti hati orang lain atau pihak tertentu, karikatur

clekit ini hanya ditujukan sebagai media yang mengingatkan kepada

masyarakat bahwa di negara kita atau di masyarakat kita telah terjadi sesuatu,

namun dalam penyampaiannya diharapkan tidak membuat orang

(56)

Karikatur clekit memiliki misi yaitu ingin menyampaikan kepada

masyarakat luas tentang hal apa yang telah dan sedang terjadi di sekitar kita,

namun clekit ingin menyajikan berita melalui sesuatu yang berbeda yaitu

berupa gambar karikatur, jadi masyarakat yang membacanya tidak hanya

mendapatkan berita namun juga mendapatkan sajian humor segar yang dapat

membuat orang yang membacanya tersenyum, topik yang diangkat clekit

merupakan cerminan dari masalah yang sedang terjadi baik itu masalah

politik, pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi, moral masyarakat, kejahatan,

kesejahteraan masyarakat, pendidikan, seni, olah raga, dan human interest.

Clekit dalam fungsinya hanya ingin mengingatkan seluruh pihak agar tidak

lupa terhadap tugas dan kewajibannya, misalnya : Presiden, Menteri,

Lembaga serta publik figur lain. Clekit bertindak sebagai penyalur keinginan

politis dari surat kabar, keinginan politis suatu peristiwa dapat berupa kritikan

atau komentar suatu kejadian dan isu yang sedang terjadi di masyarakat,

sehingga dapat dikatan karikatur clekit merupakan tajuk rencana suatu surat

kabar yang dituangkan dalam bentuk gambar kartun yang bersifat humor dan

memiliki bobot kritik yang membangun.

Pada dasarnya karikatur clekit mewakili suara rakyat kecil dan

masyarakat bawah tentang kejadian-kejadian yang berkembang ditengah

masyarakat untuk diangkat ke permukaan. Dengan begitu, penelitian terhadap

karikatur ini juga harus dipahami sebagai sebuah studi komunikasi melalui

Gambar

Gambar 2.1 : Model Semiotik Pierce
Gambar 2.3 : Kerangka Berfikir Pemaknaan  Karikatur editorial Clekit edisi
gambar karikatur “Clekit edisi Selasa, 17 Agustus 2010 pada surat kabar Jawa
Gambar 4.3.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gambar sebuah cangkang dari seekor siput yang terdapat dalam karikatur clekit tersebut digunakan untuk bentuk penggambaran rumah aspirasi yang ketika itu diusulkan wakil rakyat

Berdasarkan analisis peneliti mengenai pemaknaan karikatur Editorial Clekit versi Koalisi Oposisi dengan pendekatan semiotika Peirce, maka dapat disimpulkan : Dalam

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos

Berdasarkan analisis peneliti mengenai pemaknaan karikatur Editorial Clekit versi Koalisi Oposisi dengan pendekatan semiotika Peirce, maka dapat disimpulkan : Dalam

Dari hasil intrepretasi, maka karikatur Editorial Clekit edisi 3 November 2009 membentuk makna semiotika symbolic indexical legisign yaitu adanya hubungan sebab akibat antara

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana pengembangan pada Ilmu Komunikasi khususnya dalam mempelajari makna karikatur Clekit pada Surat

Kesimpulan dalam penelitian Pemaknaan Clekit pada kolom Opini Jawa Pos edisi 3 April 2012 adalah masyarakat Indonesia menginginkan pemerintah untuk lebih adil dan terbuka