• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN CALON IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA versi “Ibu Rumah Tangga” di media Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan layanan Masyarakat Keluarga Berencana ve

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN CALON IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA versi “Ibu Rumah Tangga” di media Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan layanan Masyarakat Keluarga Berencana ve"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah Tangga” di media Televisi

(Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan

layanan Masyarakat Keluar ga Berencana versi “Ibu RumahTangga” di media

Televisi)

SKRIPSI

Oleh :

Christanio Pradana P

NPM. 0643010337

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)
(3)

TELEVISI (Studi Deskr iptif Tingka t Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga ter hadap Iklan Layanan Masyar akat ver si “Ibu Rumah Tangga” di Televisi).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan layanan masyarakat keluarga berencana versi “ibu rumah tangga”. Teori yang digunakan dalam teori ini adalah teori S-O-R. Teori komunikasi S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima tanda lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan.selanjutnya respon diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan analisis deskriptif. Penyebaran kuesioner kepada 100 responden dilakukan dengan teknik sample multistage sampling untuk mengetahui tinggi, sedang, rendah, tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan KB versi “ibu rumah tangga”.

(4)

at as segala karun ia sert a rahm at -Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ Tingkat Penget ahuan Calon Ibu Ru mah Tangga

t erhadap Iklan Layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi “ Ibu Rumah Tangga” di media Televisi (St udi Deskript if Tingkat Penget ahuan Calon Ibu Rumah Tangga t erhadap Iklan layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi “ Ibu Rum ah Tangga” di m edia Televisi).

Penulis menyadari bahw a dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan berjalan lancar dan berw ujud baik t anpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan Terim a Kasih kepada :

Bapak Juw it o, S.Sos, M .Si. selaku Dosen Pembimbing yang t eleh memberikan pet unjuk dan bimbingan sehingga t erselesaikannya skripsi ini., Penulis juga menyampaikan ucapan t erima kasih kepada :

1. Dra.Ec.Hj. Suparw at i, M .Si selaku Dekan Fakult as Ilm u Sosial dan Ilmu Polit ik Universit as Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M .Si. selaku Ket ua Program St udi Ilmu Komunikasi Fakult as Ilmu Sosial dan Ilmu Polit ik Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, S.Sos, M .Si. selaku Sekert aris Program

(5)

5. Keluarga penulis dengan segala doa dan dorongan sert a bimbingan yang t erus m enerus.

6. St hefania Liona yang selalu m enemani ke kampus

7. Seluruh pihak yang t idak mungkin yang saya sebut kan sat u persat u, yang t elah membant u dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Besar Harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak. Akhir kat a, penulis mengucapkan t erima kasih dan Semoga ALLAH BAPA senant iasa memberikan pet unjuk bagi kit a semua. Amin.

Surabaya, 03 M ei 2012

(6)

HALAMAN J UDUL………...i

LEMBAR PERSETUJ UAN………ii

LEMBAR PENGESAHAN………iii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL………ix

DAFTAR GAMBAR………...x

DAFTAR LAMPIRAN………...xi

ABSTRAKSI………...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Perumusan Masalah………....8

1.3. Tujuan Penelitian………8

1.4. Kegunaan Penelitian………...8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori………...9

2.1.1. Televisi Sebagai Media Beriklan……….9

2.1.2. Periklanan………...10

(7)

2.2. Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons) ………..31

2.3. Kerangka Berpikir………...33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………...36

3.1.1. Tingkat Pengetahuan………...36

3.1.2. Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu Rumah Tangga” di Televisi...40

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...41

3.2.1. Populasi………...41

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………..42

3.3. Teknik Pengumpulan Data………...47

3.4. Metode Analisis Data………...47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian………49

4.2. Penyajian dan Analisis Data………50

4.2.1. Identitas Responden………...50

4.2.2. Penggunaan Media...52

(8)

4.2.3.1. Video visual...54

4.2.3.2. Talent...57

4.2.3.3. Props...59

4.2.3.4. Setting...61

4.2.3.5. Slogan...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..67

5.2. Saran………68

DAFTAR PUSTAKA………....69

(9)

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada

sebagian atau seluruh khalayak dengan menggunakan media. Menurut Wahyu

Wibowo (2003 : 5) iklan atau periklanan didefinisikan sebagai kegiatan

berpromosi atau berkampanye melalui media massa.

Iklan dianggap sebagai teknik penyampaian pesan yang efektif dalam

menjual dan menawarkan suatu produk. Oleh karenanya dalam aktivitas

perpindahan informasi tentang produk yang diiklankan pada khalayak

tentunya harus mengandung daya tarik setelah pemirsa atau khalayak ketahui

sehingga mampu menggugah perasaan, maka untuk menampilkan kekuatan

iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus

menampilkan pesan non verbal yang mendukung iklan.

Salah satu media untuk menyampaikan pesan berupa iklan adalah

televisi. Hal ini dikarenakan peranan televisi memiliki kelebihan jika

dibandingkan dengan media lain dalam upaya membantu proses keberhasilan

penyebaran iklan. Selain memiliki sisi kreasi dan inovasi, dalam hal ini

mengedepankan informasi dan hiburan, iklan televisi juga mampu

mempengaruhi emosi masyarakat yang bertempat tinggal tersebar dan

heterogen dalam memenuhi standar serta gaya hidup permisanya. Didukung

(10)

sebagai medium yang intim dan personal. Bukan sesuatu yang mudah bila

sebuah iklan bermaksud untuk menarik perhatian pemirsa. Terlebih lagi bila

seseorang membiasakan diri menjadi pemirsa televisi, dimana dia

terus-menerus dibombardir oleh pesan – pesan iklan yang nyaris mengendap dalam

pemikirannya ( Kasali, 2003 : 236 ).

Iklan televisi telah menciptakan karakteristik dan memiliki opera

sabunnya sendiri. Semuanya itu menambah nilai positif dan menimbulkan

pengaruh terhadap khalayak tang menonton ataupun melihat tayangan iklan

tersebut di televisi. Kelebihan – kelebihan televisi sebagai media iklan ini

berlaku dimana saja dan berlaku secara umum. Berkesan Realistic, sifatnya

visual dan merupakan kombinasi warna, gerakan, dan audio, maka iklan

yang disuguhkan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan

ini, para pengiklan dapat menunjukkan isi pesan iklan tersebut secara detil.

Diharapkan melalui iklan yang ditayangkan di televisi, masyarakat atau

khalayak dapat lebih tanggap memberikan perhatian terhadap iklan yang

sedang ditampilkan.

Pengaruh iklan terhadap khalayak umumnya dapat menambah

pengetahuan dan memberikan informasi, sedangkan khususnya setelah

melihat tayangan iklan tersebut, diharapkan khalayak secara langsung dapat

terpengaruh sehingga khalayak dapat mengerti isi pesan yang terdapat pada

iklan tersebut dan akhirnya khalayak dapat memberikan respon yang positif

karena seringnya iklan tersebut ditayangkan berulang – ulang dalam sehari.

(11)

tertentu. Akibatnya secara komulatif terpaan iklan dapat terjadi sepanjang

kehidupan seseorang dan berperan untuk pengaruh nilai – nilai baru,

memodifikasi serta membuang nilai – nilai lama. Iklan telah mempengaruhi

manusia untuk apa saja mulai dari kebutuhan barang atau jasa.

Di antara berbagai jenis iklan, Iklan Keluarga Berencana adalah Iklan

layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat sama halnya dengan iklan

komersial tetapi, iklan ini tidak menjual produk dalam bentuk barang atau

jasa. Iklan layanan masyarakat adalah berupa pesan, informasi dan berita

seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada

masyarakat, misalnya saja : iklan keluarga berencana, iklan sumber daya

manusia, iklan tentang listrik dan BBM, iklan tentang dunia pendidikan dan

gemar membaca, iklan tentang hak asasi manusia, iklan tentang flu burung

dan demam berdarah, iklan tentang pelestarian lingkungan dan lain

sebagainya. Semua iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi

tersebut diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, selain itu dengan

adanya terpaan iklan layanan masyarakat tersebut masyarakat dapat mengerti

isi pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan. Masyarakat juga diharapkan

mengerti maksud dan tujuan serta program yang dicanangkan oleh

pemerintah.

Iklan layanan masyarakat ini ditujukan untuk masyarakat luas, iklan

ini dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik tertentu dalam menarik

perhatian khalayaknya. Iklan layanan masyarakat umumnya dibuat oleh

(12)

masyarakat mengerti isi pesan iklan tersebut dan dapat menarik perhatian

masyarakat sehingga dapat menimbulkan respon yang positif pula bagi

masyarakatnya. Melalui penampilan beberapa orang model iklan, kata – kata

yang mudah diingat, gambar serta ilustrasi yang dibuat sedemikian rupa agar

menarik perhatian khalayak, atau iklan yang dibuat dengan tujuan agar tidak

terjadi hal – hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Karena sasaran iklan

adalah masyarakat, maka tujuan periklanan adalah mempengaruhi kognisi

khalayak ( Jefkins, 1997 : 17 ). Efek kognitif dari adanya pesan iklan adalah

perubahan pengetahuan.

Pengetahuan sendiri merupakan proses di dalam menerima stimuli

dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis sehingga

dengan adanya iklan yang ditayangkan di televisi, khalayak yang belum

mengetahui akan mengerti, paham, dan jelas mengenai informasi yang

disampaikan oleh pengiklan.

Mengambil iklan layanan masyarakat ”Tentang Keluarga Berencana

Dua Anak Lebih Baik” versi ”Ibu Rumah Tangga”, di televisi sebagai obyek

penelitian, karena iklan ini merupakan bagian dari kampanye nasional

bertema ”KB 2 anak lebih baik” yang merupakan bagian dari program –

program pemerintah dalam mensosialisasikan tentang pentingnya KB, kepada

masyarakat melalui media. Iklan layanan masyarakat ”KB 2 Anak Lebih

Baik”, ini merupakan versi terbaru dari iklan – iklan layanan masyarakat

tentang ”KB” sebelumnya. Pemerintah lebih banyak melakukan sosialisai

(13)

dan diharapkan memberikan dampak atau pengaruh yang kuat terhadap

pengetahuan masyarakat.

Sebagai negara dunia ketiga atau negara berkembang, Indonesia

memiliki problem kependudukan yang serius, seperti masalah kemiskinan,

pemerataan pembangunan, pengangguran dan lain-lain. Dengan jumlah

penduduk pada tahun 2010 kurang lebih 235 juta (BPS 2010), Maka

Indonesia merupakan negara yang berusaha bagaimana mengatasi masalah

dan mengatur masalah kelahiran anak. KB, Indonesia sudah menjalankan

sejak pemerintahan Orde baru dengan slogan 2 anak cukup, tetapi sejak

reformasi, saat pemerintahan SBY, maka slogan KB berubah menjadi 2 anak

lebih baik. Tidak bisa dihindari apabila ledakkan penduduk tidak

dikendalikan melalui pengatuiran jumlah anak dan pengaturan kelahiran,

akan menjadi bencana dan malapetaka. Seperti kemiskinan, masalah

pendidikan anak, kesehatan anak, lowongan pekerjaan dan lain-lain..

Sejauh ini, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

mensukseskan keluarga berencana dengan slogan 2 anak lebih baik, dengan

menghidupkan posyandu-posyandu dengan melibatkan kader-kader desa dan

bidan desa di seluruh pelosok Indonesia. Memberikan pemahaman kepada

pasangan usia subur, penyuluhan tetntang usia perkawinan kepada para

remaja, pentingnya mempersiapkan sebuah keluarga yang kuat secara

ekonomi, pentingnya mengatur jarak kelahiran dan lain-lain.

Kampanye ini berisi pesan himbauan dan ajakan kepada masyarakat

(14)

masalah sosial, kesehatan, pendidkan, lapangan pekerjaan dan lain-lain.

Sedangkan dari sudut rakyat/masyarakat, kesehatan ibu terjamin, kesehatan

anak terjamin, pendidikan terjamin dan lain-lain..

Iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik versi ibu

rumah tangga ini merupakan kelanjutan dari iklan layanan masyarakat yang

sudah diluncurkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), sebelumnya. Dalam versi ibu rumah tangga ini menonjolkan

informasi atau pesan bahwa sebagai ibu rumah tangga yang berperan

langsung untuk mendidik anak-anaknya begitu berat dan sangat merepotkan

apabila harus mengurusi anak lebih dari 2, hal ini tempat pada tayangan

dimana harus mencuci banyak pakaian, mencuci alat-alat dapur, permintaan

anak akan uang jajan, uang sekolah dan lain-lain. Slogan yang menjadi

penutup dalam iklan layanan tersebut adalah ” 2 Anak Lebih Baik”. Iklan

layanan masyarakat ini berdurasi ± 60 detik. Dalam versi ini terdapat 5 orang

anak yang dijadikan sebagai model iklan serta seorang ibu rumah tangga yang

banyak mengerjakan pekerjaan rumah.

Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa iklan layanan masyarakat yang

disiarkan di televisi memiliki beberapa daya tarik intelektual untuk

membangkitkan kognisi seseorang, daya tarik nilai kuantitas yaitu karena

seringnya iklan tersebut ditayangkan dalam satu waktu tertentu. Fenomena

tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Liliweri ( 1992 : 75 ).

Diharapkan masyarakat mampu memahami dan mengerti pesan yang

(15)

Pengetahuan masyarakat terhadap iklan merupakan aspek yang sangat

penting untuk menentukan keberhasilan pengiklan dalam

mengkomunikasikan sebuah iklan layanan masyarakat. Melalui iklan,

khalayak diharapkan mengetahui isi pesan maupun informasi yang

ditayangkan televisi. Tanggapan khalayak mengenai pesan yang disampaikan

dalam iklan layanan masyarakat ini, merupakan proses dimana pesan tersebut

dapat dimengerti atau tidak, dan menjadi bahan pengetahuan khalayak

terhadap iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik di televisi.

Iklan ini ditayangkan di TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, TPI,

GLOBAL TV, TRANS7 dan stasiun televisi lainnya.

Pengetahuan disini mengacu pada apakah seseorang memiliki

mengetahui dan mengerti informasi/pesan dari suatu isu tertentu, sehingga ia

dapat secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut (Eriyanto,

1999:238). Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi di wilayah Surabaya

karena masyarakatnya yang heterogen yaitu berasal dari tingkat sosial dan

pendidikan, ekonomi, dan pekerjaan yang beraneka ragam dengan

pertimbangan tingkat kepadatan penduduknya.. Selain itu mobilisasi

masyarakatnya yang tinggi, dengan berbagai problematikanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji

sejauh mana tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga televisi di Surabaya

tentang iklan layanan masyarakat KB 2 anak lebih baik, versi ”Ibu Rumah

Tangga”. Disini peneliti mengambil sampel dari sebagian pemirsa di wilayah

(16)

keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan

sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah

bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono, 2004 : 14).

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa perumusan masalahnya adalah “Tingkat pengetahuan Calon Ibu

Rumah Tangga terhadap iklan layanan masyarakat KB versi “Ibu Rumah

Tangga”, di televisi ”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “ untuk

mengetahui Tingkat Pengetahuan calon Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan

Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu Rumah Tangga”, di

televisi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, yaitu dapat menambah wacana dan

memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau

referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis, yaitu dapat memberikan evaluasi bagi pihak

pengiklan dalam mengkomunikasikan pesan verbal ataupun non

(17)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Televisi Sebagai Media Ber iklan

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas

dan penyampaian dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan di

televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi

juga dapat dalam gambar yang bergerak (audio visual).

Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan.

Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang merupakan unsur

audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu

menambah daya tarik iklan dan televisi juga diyakini sangat berorientasi

meningkatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan ( Kasali,

2003 : 242 ). Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat

pada kepercayaan iklan yang kuat terhadapnya serta selalu

menggunakannya secara tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan

yang dimiliki televisi yaitu :

a. Efisiensi biaya merupakan keunggulannya mampu menjangkau

khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau

khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga

khalayak yang tidak terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini

(18)

b. Memberi dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi

mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua indera

sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali, 2003 : 242).

Selain membawa pesan dalam bentuk audio visual juga karena

jangkauan dan efisiensi biayanya telah dapat dibuktikan sehingga

mencapai khalayak sasaran dengan biaya rendah (Katopo, 1994 : 64).

2.1.2. Per ik lanan

Periklanan bertujuan didalam mengubah atau mempengaruhi sikap

– sikap khalayak (Jefkins, 1997 : 17). Sehingga sikap khalayak terhadap

iklan akan terpengaruh, apabila terlebih dahulu mempengaruhi kognisi

khalayak. Kognisi merupakan usaha untuk mengembangkan diri lewat

tindakan berpikir. Dalam Websters Dictionary mendefinisikan kognisi

sebagai pernyataan dari kemampuan seseorang untuk menangkap obyek

dan ide – ide atau dapat dikatakan bahwa kognisi merupakan kemampuan

khalayak di dalam merespon objek, benda – benda atau ide – ide yang

berada di luar dirinya dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan

kegiatan penyebaran informasi mengenai produk barang atau jasa dari

komunikator kepada komunikan dan menimbulkan efek kognitif.

Sedangkan Kasali (1995 : 9) menyebutkan iklan adalah suatu pesan

yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat

suatu media. Masyarakat Periklanan Indonesia (Kasali, 1995 : 11)

(19)

disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh

masyarakat.

Dari beberapa pengertian iklan yang disebut diatas, peneliti

berkesimpulan iklan adalah suatu bentuk pesan baik berupa ide, gagasan,

pemberitahuan, barang atau produk yang disampaikan kepada sebagian

atau seluruh masyarakat melalui media dengan melakukan pembayaran

atas penayangannya. Untuk dapat menarik perhatian, maka iklan haruslah

menerapkan prinsip – prinsip VIPS yang terdiri dari : visibilitas artinya

mudah dilihat atau sudah memikat perhatian khalayak, identitas

periklanan, dan promise atau janji perusahaan kepada konsumen (Jefkins,

1997 : 15 -16).

2. 1. 3. Iklan Layanan Masyar akat KB ver si ”ibu r umah tangga”.

Secara periodik umumnya iklan terdiri atas dua jenis yaitu : iklan

layanan masyarakat dan iklan standart (Bitner dalam Liliweri, 1992 : 36) :

”iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non-profit, jadi iklan ini tidak mencari keuntungan akibat dari pemasangannya kepada khalayak. Sedangkan iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media”

Iklan layanan masyarakat memiliki definisi menurut Liliweri (1992

: 32) disebutkan jenis iklan yang berifat non-profit yang tidak mencari

(20)

Anak Lebih Baik, bertujuan untuk menyampaikan informasi, bahwa

pemerintah Indonesia mensosialisasikan tentang KB, 2 Anak Lebih Baik

agar masyarakat dapat mengetahui pentingnya keluarga berencana,

sehingga tingkat kepadatan penduduk dapat tekan.

Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana yang disiarkan di

televisi sebagai berikut :

Dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dimulai

dengan seorang ibu yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah

tangga, ibu tersebut sedang mencuci piring. Tidak lama kemudian

datanglah seorang anak perempuan yang paling kecil, ia mengatakan

’’mama, minta eskrim’’, ibu menjawab, ’’ iya nanti mama belikan abis

nyuci’’. Tidak lama kemudian datang anak kedua seorang perempuan juga,

dia mengatakan, ’’mama, hp temenku kan blackberry, aku juga mau ma’’,

ibu menjawab; ’’ iya nanti ya mama belikan’’. Lalu datang lagi anak

laki-laki kembar, mereka berkata, ’’mama, minta uang buat beli motor, ayo

ma’’, ibu menjawab, ’’iya nanti ya’’, lalu mereka pergi. Dan datanglah

anak laki-laki yang paling tua, dia berkata , ’’ ma, minta uang buat bayar

spp nih, terakhir besok. Ibu menjawab,’’ iy, sebentar ya’’. Setelah ibu habis

mencuci piring dengan muka lemas sang ibu menoleh kebelakang dan

semua anak-anaknya meminta uang kepada sang ibu. Iklan ini ditutup

dengan slogan iklan yaitu ” 2 Anak Lebih bAik”. Dari iklan tersebut yang

memberikan informasi kepada masyarakat yang meliputi pesan iklan yaitu :

(21)

2. Tingkat Pengetahuan terhadap mimik wajah

3. Tingkat Pengetahuan terhadap model iklan

4. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya anak kembar

5. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya piring sebagai alat peraga

6. Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sederhana sebagai Latar

belakang

7. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya Jemuransebagai latar

belakang

8. Tingkat Pengetahuan adanya slogan dalam iklan

9. Tingkat Pengetahuan terhadap manfaat slogan dalam iklan

Dengan demikian iklan layanan masyarakat bisa muncul sewaktu –

waktu tanpa melihat adanya masyarakat (khalayak) tertentu yang harus

menyaksikan iklan layanan masyarakat tersebut. Dengan munculnya iklan

layanan masyarakat di televisi ini, menurut Kuswandi (1996 : 124) terdapat

tiga hal pokok yang dapat kita lihat, yakni dapat menggugah kesadaran

pemirsa untuk berbuat sesuatu, isi pesannya menggunakan kata himbauan

atau kata anjuran dan isi pesannya bersifat umum. Dari pengertian diatas,

maka iklan layanan masyarakat tentang Keluarga Berencana ini dapat

menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat yang telah melihat iklan

layanan masyarakat tentang KB untuk mendukung program KB disamping

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mencegah meningkatnya angka

kematian ibu, KB dilakukan untuk meringankan perekonomian seorang ibu

(22)

2.1.3. Keluar ga Ber encana

1. Sejar ah

Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini

bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik didalam maupun

diluar negeri. Pada awal abad ke 19, di Inggris, upaya Keluarga

Berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang

menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes

(1880-1950) menganjurkan peraturan kehamilan di kalangan kaum buruh di

Inggris. Di Amerikat Serikat di kenal Margareth Sanger (1883-1966)

yang dengan program birth control-nya merupakan pelopor keluarga

berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League

dan pada November 1921 di adakan American National Birth Control

Conference yang pertama. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah

pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger

sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasi Konferensi

International di New York yang menghasilkan pembentukan

International Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada

1927 Margareth Sanger menyelenggarakan World Population

Conference di Jenewa yang melahirkan International Women for

Scientific Study on Population dan International Medical Group for

The Investigation of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut

mempelopori pembentukan International Commitee on

(23)

1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood

Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama

Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah

perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia,

termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia (PKBI).

Sebelum PKBI di dirikan di Indonesia, sudah banyak

dilakukan usaha-usaha membatasi kelahiran secara individual. Diantara

pelopor keluarga berencana itu, Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta,

pada 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran

mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan

dihadapi oleh Dr. Sulianti Saroso, antara lain dari Gabungan Organisasi

Wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah pada waktu itu. Di

Jakarta perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan

FKUI/RSUP (sekarang rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh

tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono,

Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr. Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto dan

Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan keluarga berencana dilakukan

secara diam-diam di poliklinik Kebidanan FKUI/RSUP. Sesudah

mengadakan hubungan dengan IPPF serta dukungan dari para pelopor

keluarga berencana setempat, pada 23 Desember 1957 Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) diresmikan berdirinya, dengan

(24)

tokoh-tokoh non medik seperti Nanik Suwondo, SH, Ny. Sjamsuridjal,

dan lain-lain. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera

melalui 3 macam usaha, yaitu (1) mengatur kehamilan atau

menjarangkan kehamilan, (2) mengobati kemandulan, dan (3) memberi

nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan masih

dilakukan secara terbatas. Hal ini mengingat masih banyaknya

kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang melarang

penyebar-luasan gagasan Keluarga Berencana.

Pada Januari 1967 diadakan Simposium Kontrasepsi di

Bandung, dan dengan demikian persoalan-persoalan kontrasepsi diikuti

oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari 1967

diadakan kongres PKBI pertama yang antara lain mengharapkan agar

Keluarga Berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan.

Pernyataan PKBI ini sangat tepat waktunya, karena pada tahun 1967 ini

pulalah Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan se

Dunia bersama 30 Kepala Negara lainnya. Pada bulan April 1967

Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menganggap sudah waktunya

kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta, dengan

menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta Raya.

Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana National (LKBN)

pada November 1968, yang dalam menjalankan tugasnya diawasi dan

(25)

kristalisasi dan kesungguhan Pemerintah dalam kebijaksanaan Keluarga

Berencana.

Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam

perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia adalah masuknya

Program KB itu ke dalam Repelita I dan berdirinya Badan Koordinasi

Keluarga Berencana (BKKBN) melalui keputusan Presiden RI nomor 8

tahun 1970, menggantikan LKBN. Stuktur BKKBN yang merupakan

badan koordinasi, dan bukan merupakan bagian dari Departemen

Kesehatan, memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini

memungkinkan program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang

jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula besarnya

peranan pakar-pakar non medis dalam mengsukseskan program KB di

Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi BKKBN

terus di kembangkan dan disempurnakan melalui keputusan Presiden

RI nomor 33 tahun 1972, nomor 38 tahun 1978, dan nomor 64 tahun

1983.

2. Per k embangan Pr ogr am KB di Indonesia

Program KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau

dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara

operasional, dan nampaknya terhadap pencegahan kelahiran.

Pada zaman PKBI tahun 1950an dan 1960an, tujuan KB

(26)

dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Juga diusahakan

agar pasangan suami istri yang mandul mendapatkan keturunan yang

diinginkan. Masalah pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah

kependudukan tidak pernah disinggung.

Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN

melalui logo KB dimana dicantumkan 4 anak, 2 laki-laki dan 2

perempuan. Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama

dengan KB. Pesannya adalah, bahwa semua agama di Indonesia dapat

menerima upaya KB. Di dalam Pelita I (1969/70-1973/74) KB

disatukan dengan Kesehatan. Target demografis cukup sederhana,

yakni mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama 5 tahun.

Diharapkan tercegah 600.000-700.000 kelahiran. Program ini

dikhususkan untuk pulau Jawa dan Bali yang padat penduduknya.

Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita I. pada Pelita

II program KB sudah berdiri sendiri. Malah pada Pelita III dan IV

jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi sehingga program

tersebut di dalam buku Repelita berada di bawah judul Kependudukan

dan Keluarga Berencana.

Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong

Pemerintah untuk meluaskan program ke 10 propinsi lainnya di luar

(27)

pada Pelita III program diperluas ke seluruh Indonesia. Kelompok

propinsi terakhir ini dinamakan Luar Jawa Bali II.

Kalau pada mulanya BKKBN mencanangkan cukup tiga

anak atau pancawarga, maka kemudian digunakan “cukup dua anak”

atau caturwarga. Sejak Pelita III dampak demografis dari program KB

sangat diperhatikan. Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak

50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada 2000, dipercepat 10

tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam

rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi yang

dinamakan Panca Karya.

Sejak Pelita V program KB Nasional berubah menjadi

Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah Gerakan

masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan

membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber

daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukan

bahwa Gerakan KB Nasional telah berakhir merampungkan landasan

pembentukan Keluarga Kecil, dalam rangka pelembagaan dan

pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKBBS).

Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan

Keluarga Kecil Sejahtera.

Tujuan Gerakan KB Nasional ialah mewujudkan keluarga

(28)

masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran

pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran gerakan KB Nasional ialah

(1) Pasangan Usia Subur, dengan prioritas PUS muda dengan paritas

rendah, (2) Generasi Muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan

Pengelola KB, dan (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju

pertumbuhan penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra

industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah

terpencil.

3. Kontr asepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas.

Daya guna (effectiveness) suatu cara kontrasepsi diukur

dengan rumus Pearl yang diajukan pada Tahun 1930-an. Menurut

rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate = kehamilan per 100

tahun- wanita) ialah 1200 x jumlah kehamilan / jumlah siklus

seluruhnya. Asumsi yang dipakai oleh Pearl ialah bahwa setiap

akseptor mempunyai kesuburan yang homogen, sehingga 100 akseptor

yang di observasi selama 1 tahun sama dengan 50 akseptor yang di

observasi selama 2 tahun, atau sama dengan 200 akseptor selama 6

(29)

seberapa tepat karena umumnya yang hamil lebih dahulu ialah para

akseptor yang motivasinya rendah dan kesuburannya tinggi; sebaliknya

yang tidak/belum hamil adalah akseptor yang motivasinya tinggi dan

kesuburannya rendah.

Untuk keperluan penilaian secara statistik, lama pemakaian

kontrasepsi merupakan komponen penting, sebab kehamilan dan

penghentian pemakaian oleh karena hal-hal lain berbeda dari bulan ke

bulan untuk masing-masing cara kontrasepsi. Cara Life Table yang

dikemukakan oleh Potter dan Tietze dapat memenuhi keperluan ini.

Dasar cara ini ialah angka kehamilan dan angka penghentian

pemakaian ( dalam hal AKDR, ekspulsi dan pengangkatannya; dalam

hal kontrasepsi oral, pindah ke cara lain) selama bulan-bulan yang

berurutan, sehingga kemudian di dapat angka kumulatif per 100

akseptor sampai akhir bulan ke n. Cumulative Rates dapat dihitung

sebagai event rates atau closure rates. Event rates berdasarkan semua

kehamilan dan penghentian pemakaian kontrasepsi oleh karena

berbagai alasan, di ikuti atau tidak diikuti dengan pemakaian

kontrasepsi lain. Closure rates berdasarkan hal yang sama tetapi tidak

di ikuti dengan reinsersi atau pemakaian kontrasepsi lain. Gross rates

dapat menggambarkan insiden jenis penghentian pemakaian

masing-masing, dengan tidak menghiraukan jenis penghentian lainnya. Net

rates menggambarkan hal yang sama dengan menmperhatikan pula

(30)

closure rates disebut total closure rate. Perbedaan total closure rate

dengan 100 merupakan presentasi akseptor tetap pada akhir bulan ke n.

Cara life table ini dapat di pakai untuk membandingkan hasil-hasil yang

diperoleh para penyelidik, jenis kontrasepsi, dan jenis akseptor yang

berlainan.

Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau

fisiologik (theoritical effectiveness), daya guna pemakaian (use

effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness).

Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila

dipakai dengan tepat, sesuai dengan intruksi dan tanpa kelalaian. Daya

guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata

pada keadaan sehari-hari yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidak

hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial-ekonomi-budaya,

pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukan berapa

banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran.

Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang

100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna,

aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus

menerus, dan efek sampingnya minimal.

Efek sampingan (side-effects) dapat pula dan sebaiknya

dinilai dengan cara life table. Dalam hal efek sampingan yang jarang,

maka cara ini memerlukan jumlah per contoh yang besar untuk

(31)

digunakan cara kasus terhadap kontol, walaupun dengan cara ini hanya

dapat diperoleh gambaran relatif suatu keadaan efek sampingan pada

golongan akseptor dibandingkan dengan non-akseptor.

Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa

cara kontrasepsi sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara

kontrasepsi yang dibicarakan ialah: a) pantang berkala; b) obat

spermatisid/pil vagina; c) kondom; d) AKDR; e) kontrasepsi hormonal;

dan f) sterilisasi.

2.1.5. Calon Ibu Rumah Tangga sebagai Pemir sa Televisi

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak

tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Komuniator atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat

yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang

dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara

terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan

tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai

jenis: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan,

pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya

(Effendy, 1993 : 25)

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui

media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat

(32)

diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat

dibedakan dalam 4 hal, yaitu :

1. Heterogen ( aneka ragam ) yakni pemirsa televisi adalah massa,

sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen

terpencar-pencar diberbagai tempat. Selainitu pemirsa televisi dapat dibedakan

pula menurut jenis kelmin, umur, tingkat pendidikan, taraf kehidupan

dan kebudayaan.

2. Kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa

maka isi pesan yang di sampaikan melalui telivisi bersifat pribadi

dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa sifatnya aktif, mereka aktif, seperti apabila

mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah statiun televisi

mereka berfikir aktif, aktif melalui interpretasi. Mereka bertanya-tanya

pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi

benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif, dia memilih program televisi

yang disukainya (Effendy, 1992 :84)

Berdasarkan pengelompokan tersebut maka sejumlah acara

diperuntukkan bagi kelompok tertentu dan sebagai sasaran (target

group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau

khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak

sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain.

(33)

mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama islam, dan lain-lain

(Effendy, 1993 : 25-26).

calon Ibu rumah tangga sebagai khalayak sasaran (target

audience) atau pemirsa televisi mempunyai sifat aktif dan selektif.

Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang

menarik dari sebuah stasiun televisi, mereka bertanya-tanya kepada

dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau

tidak. Sedangkan dikatakan selektif yaitu mereka memilih program

televisi yang mereka sukai. Jadi tidak semua program acara yang

ditayangkan diberbagai stasiun televisi menjadi kesukaan calon ibu

rumah tangga, ada program-program acara tertentu yang disukai dan

yang tidak disukai.

2.1.6. Unsur -unsur Ik lan

Iklan di televisi merupakan suatu rangkaian gambaran yang

dibuat dalam bentuk yang serupa dengan layar televisi, yang

menampilkan alur cerita atau yang dikenal dengan story board (Jefkins.

1997 : 249). Dalam proses pembuatan iklan di televisi, prodiser iklan

merancang unsur-unsur iklan sedemikian rupa pesan iklan dapat

dipahami oleh khalayak (Weels, Burnett, dan Moriarty, 1989 : 39).

(34)

1. Video Visual

Untuk merancang sebuah iklan, copywriter menggunakan

unsur visual sebagai cara dalam menyampaikan pesan. Visual iklan

dapat berupa : mimik wajah, gerakan tubuh dan gaya model iklan,

dan unsur pewarnaan. Penampilan gambar berwarna serta sosok

pemeran iklan, merupakan stimulus yang merangsang perhatian

khalayak dalm menerima kehadiran sebuah obyek, dan dapat

diharapkan khalayak akan lebih mudah menerima dan mempersepsi

makan yang disampaikan (Kroch, Crthfield, dan Ballachey, 1996 :

19) Iklan di televisi selalu menampilkan gabungan beberapa

karakter yang berbeda.

2. Audio

Pada dasarnya unsur audio (musik dan voice) pada iklan di

televisi sama dengan yang ada di radio. Seorang model iklan

menyampaikan pesan secara langsung kepada khalayak melalui

dialog yang terekam dalam kamera (Wells, Burnets, dan Morierty,

1989 : 39). Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara cepat

dan tepat adalah dengan menggunakan kata-kata singkat yang

menarik.

3. Talent (model Iklan)

Salah satu unsur terpenting dalam iklan di televisi adalah

model iklan yang berperan dalam menyampaikan pesan yang dapat

(35)

4. Props (alat peraga dan gambar)

Iklan harus merefleksikan karakter dan kegunaan produk

seperti : logo, kemasan dan cara penggunaan terhadap produk

tersebut, untuk dapat menjelaskannya diperlukan gambar dan alat

peraga (Wells, Buernett dan Morierty, 1987 : 293).

5. Setting

Setting adalah tempat atau lokasi dimana shooting

(pengambilan gambar) dalam iklan berlangsung. Lokasi tersebut

dipilih berdasarkan tema iklan (Wells, Burnett, dan Morierty, 1987 :

393)

6. Pencahayaan (Lighting)

Sangat penting untuk menarik perhatian khalayak dalam

menerima suatu obyek tentang kejelasan gambar.

7. Grafik (Graphic)

Gambar / tampilan yang bisa dilihat pada iklan di telivisi

merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak dalm

menerima kehadiran sebuah obyek. Dan diharapkan khalayak akan

lebih mudah menerima dan mempersepsikan makna yang

disampaikan. Unsur gambar ini misalnya mengandalkan komposisi

warna / bahasa tubuh (Gesture) dari penerima iklan.

8. Kecepatan (pengulangan)

Merupakan unsur yang sering dipakai yaitu dengan

(36)

misalnya pengulangan nama merek / keunggulan produk di

bandingkan yang lain. Sebagaimana teori dalam gaya bahasa bahwa

sesuatu hal yang di sampaikan berkali-kali bisa disertai variasi akan

menarik perhatian orang.

Dari beberapa definisi diatas dimpulkan bahwa suatu iklan

akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen

iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model,

peraga, latar pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen

iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal.

Karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan

tersebut tidak menarik.

Pemirsa yaitu sebagai obyek acara televisi memang

terkadang aktif dalam artian selalu memberikan reaksikan tayangan

acara televisi jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu

mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian secara

emosional, intelektual maupun sosial. Setiap proses komunikasi selalu

ditunjukkan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

Istilah khalayak media berlaku universal dan secara sederhana

dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,

pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya. Mereka adalah

sasaran komunikasi massa melalui media televisi siaran. Komunikasi dapat

(37)

minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan aktivitas apa yang

diinginkan pembicara (Effendy, 2000 : 84)

Penerima adalah mereka yang menjadi pemirsa dari media massa

yang bersangkutan dimana pemirsa televisi tersebut bersifat luas,

heterogen, dan anonym (Nasution, 1993 : 20) dalam sosiologi komunikasi

massa.

Sifat khalayak yang demikian menyulitkan pihak komunikator

dalam menyebarkan pesannya dalam media massa sebab setiap individu

dari khalayak ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis

kelamin, usia, pekerjaan, agama, pendidikan (Effendy, 2000 : 20).

Terlebih selama menyaksikan televisi orang dapat melakukan

berbagai kegiatan sambil tetap menonton televisi. Selain itu juga yang

paling penting adalah pemirsa akan mendapatkan pengetahuan yang luas

terhadap sesuatu yang disajikan oleh televisi.

2.1.7. Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga

Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, dalam setiap pengetahuan

mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis

menginformasikan dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi

pengetahuan ini berupa konsep atau fakta yang dapat ditransmisikan

kepada orang lain melalui ekspresi tulisan atau lisan.

Tingkat pengetahuan disini merupakan proses pemanggilan kembali

(38)

tingkat pengetahuan disini adalah variabel, pengetahuan adalah konsep

yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi bila ada

perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh

khalayak serta juga terkait dengan pentransmisian pengetahuan (Rakhmat,

1999 : 219).

Jadi tingkat pengetahuan disini yang dimaksud adalah sejauh mana

komunikan dapat menerima, kemudian mengingat pesan dari komunikator

melalui media panca indera tentang sebuah iklan yang diungkapkan

melalui penggunaan kata – kata (Rakhmat, 1999 : 219).

Definisi lain tentang pengetahuan mengacu kepada apakah

seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah,

tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah

dan bagaimana orang tersebut menggapai serta memecahkan masalah itu

secara jelas (Eriyanto, 1999 : 239).

Pada penelitian ini melihat sejauh mana komunikan menerima,

mengetahui iklan yang ditangkap oleh panca indera dan bagaimana

komunikan tersebut menanggapi iklan layanan masyarakat Keluarga

Berencana versi ” ibu rumah tangga” di televisi.

Menurut Moekijat (1993 : 137) pengguna kata – kata baik tertulis

maupun lisan disebut dengan verbal. Jadi pengukuran subyek penelitian

adalah skor pernyataan verbal mengenai isi pesan iklan yang terdapat

dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”ibu rumah

(39)

kualitas jawaban dari pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner, dimana

nantinya jawaban responden tersebut diberikan skor sehingga dapat

diketahui tinggi, sedang dan rendahnya tingkat pengetahuan dalam

penelitian ini adalah sejauh mana calon ibu rumah tangga Surabaya dalam

menerima atau mengingat iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana

versi ”ibu rumah tangga” di televisi yang diukur melalui skor jawaban yang

diberikan oleh masyarakat sebagai pemirsa di wilayah Surabaya.

2.2. Teor i S – O – R ( Stimulus – Or ganisme – Respons )

Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan

obyek meterial dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu

komunikasi. Yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen

opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus – Organisme – Respons.

Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu

komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa

tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri

komunikan sebagai penerima tanda, lambang maupun gambar. Kemudian

komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan

yang disampaikan. Selanjutnya Respons diartikan efek sebagai akhir dalam

proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah

(40)

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy,

2000 : 254).

Akibat yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan

tertentu. Artinya stimulus dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus

tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja, 1999 : 71).

Teori S-O-R ini akan lebih dijelaskan melalui gambar model

sebagai berikut :

Gambar 2.1. Model Teori S-O-R ( Stimulus-Organisme-Respons )

Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa stimulus

atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan

berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang

disampaikan maka akan memperlihatkan. Proses selanjutnya komunikan

tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir

adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan

(41)

Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat

kesesuaian antara unsur – unsur dari teori tersebut dengan topik yang

diangkat yaitu tingkat pengetahuan pemirsa di Surabaya tentang isi pesan

iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”ibu rumah tangga” di

televisi. Kesesuaian yang dimaksud peneliti dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Stimulus, berupa isi pesan tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga

Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi.

2. Organisme, berupa komunikan atau pemirsa di Surabaya yang

memperhatikan, mengerti, kemudian menerima isi pesan tayangan iklan

layanan masyarakat Keluarga Berencana di televisi.

3. Respon, berupa efek pengetahuan dengan tingkat tertentu dari pemirsa

di Surabaya, setelah melihat iklan layanan masyarakat Keluarga

Berencana versi ”ibu rumah tangga” di televisi.

2.3. Ker angka Berpikir

Televisi merupakan sebagai salah satu media elektronik yang dapat

menyampaikan informasi kepada khalayak atau masyarakat secara luas.

Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur

audio dan visual sehingga mampu memenuhi segala macam tujuan

komunikasi, yakni memiliki jangkauan dan dapat menyentuh pendengaran

dan penglihatan manusia, dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau

(42)

cepat, dapat dikatakan ’meniadakan’ perbedaan jarak dan waktu. Sehingga

televisi disukai oleh para pengiklan termasuk iklan layanan masyarakat.

Iklan layanan masyarakat yang berupa pesan, informasi dan berita

seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada

masyarakat yang dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik tertentu

dalam menarik perhatian khalayaknya. Dengan adanya terpaan iklan

layanan masyarakat dan diharapkan khalayak dapat mengerti isi pesan yang

disampaikan oleh pihak pengiklan. Dalam hal ini iklan layanan masyarakat

yang dimaksud adalah iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi

’’ibu rumah tangga’’ di televisi.

Khalayak atau masyarakat mengenal iklan layanan masyarakat

tentang Keluarga Berencana setelah mendapatkan stimulus dari

komunikator melalui tahapan perhatian, pengertian dan penerimaan. Untuk

kemudian direspon sebagai hasil proses komunikasi. Respon itulah yang

nantinya menimbulkan efek kognitif, sehingga dari stimulus atau pesan

dalam hal ini terpaan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana di

televisi yang terus menerus disampaikan oleh komunikator membuat

komunikan atau khalayak menjadi lebih mengerti dan mengetahui isi pesan

tayangan iklan layanan masyarakat tanggap flu burung.

Maka peneliti mencoba melihat tingkat pengetahuan (efek kognitif)

(43)

Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah

Tangga Tentang Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana

versi ”ibu rumah tangga” di Televisi. Stimulus yang berupa unsur

iklan layanan masyarakat

Keluarga Berencana versi “ibu

rumah tangga” di televisi yang

berupa : isi pesan dari

kampanye BKKBN bertema

“2 anak lebih baik”.

Pemirsa di Surabaya :

1. Perhatian

2. Pengertian

3. Penerimaan

Tingkat pengetahuan calon ibu

rumah tangga tentang iklan

layanan masyarakat Keluarga

Berencana versi “Ibu Rumah

Tangga” di televisi :

1. Tinggi

2. Sedang

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian tingkat pengetahuan Calon ibu rumah tangga

tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah

tangga’’ menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan

atau mendeskriptifkan dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta

dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999 : 22).

Peneliti akan menggambarkan secara sistematis tingkat pengetahuan calon

ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana

versi ”ibu rumah tangga” di televisi. Untuk dapat lebih mudah

pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

3.1.1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari

lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis. Tingkat

pengetahuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan calon ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat

Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi. Sedangkan hal

– hal yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan calon ibu

(45)

Berencana adalah jawaban dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang

disebarkan peneliti.

Indikator atau dimensi tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga

tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana di ukur dari :

1. Tingkat Pengetahuan terhadap gesture tubuh

2. Tingkat Pengetahuan terhadap mimik wajah

3. Tingkat Pengetahuan terhadap Model Iklan

4. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya Anak Kembar

5. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya piring sebagai alat peraga

6. Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sederhana sebagai Latar

belakang

7. Tingkat Pengetahuan terhadap Adanya Jemuran sebagai Latar

belakang

8. Tingkat Pengetahuan terhadap Adanya slogan dalam iklan

9. Tingkat Pengetahuan terhadap Manfaat dari slogan dalam iklan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga,

didasarkan oleh skor dari seluruh jawaban responden atas pertanyaan yang

terdapat dalam kuisioner. Tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan

pemirsa tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dapat

diketahui melalui skor jawaban yang didapat dari responden dari pengisian

kuisioner dimana skor jawaban akan dikategorikan pada tinggi, sedang,

(46)

Pengukuran tingkat pengetahuan dalam penelitian ini

menggunakan skala pengukuran ordinal yang terdiri dari isi pertanyaan

dalam dua macam kategori jawaban yaitu : ”Mengetahui” dan Tidak

Mengetahui”, adapun pemberian skornya adalah sebagai berikut :

A. Mengetahui diberi skor 2

B. Tidak Mengetahui diberi skor 1

Setiap responden diberi nilai bilangan (skor), respon positif diberi

skor paling tinggi dan skor negatif diberi skor paling rendah. Nilai yang

diperoleh dari masing – masing indikator variabel kebutuhan dijumlahkan

lalu ditentukan termasuk dalam jenjang tinggi, sedang, atau rendah. Untuk

mengetahui tingkatan tinggi, sedang, rendah dengan mencari lebar interval

kelas dari masing – masing variabel tingkat pengetahuan dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai tertinggi (Mengetahui / skor 2) dikalikan dengan jumlah

keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

(47)

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah (Tidak Mengetahui / skor 1) dikalikan dengan

jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan dalam

bentuk tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang, rendah. Jadi jenjang

yang ditemukan disini yang digunakan untuk melihat bagaimana

tingkat pengetahuan pemirsa tentang iklan layanan masyarakat

Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi.

Jumlah pertanyaan yang terkait dengan tingkat pengetahuan

pemirsa tentang isi pesan iklan layanan masyarakat tanggap Keluarga

Berencana versi ”ibu rumah tangga” di televisi ada 11 pertanyaan,maka

dalam penelitian ini disediakan 9 pertanyaan dengan perhitungan :

Skor Terendah = 11 x 1 = 11

Skor Tertinggi = 11 x 2 = 22

Skor Interval = 22 – 11 = 4

3

Jadi batasan skor dalam lebar interval tingkat pengetahuan calon

ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat ”keluarga berencana”

di televisi adalah rendah, sedang, dan tinggi.

Kategori Rendah : 11 – 14

Kategori Sedang : 15 – 18

(48)

Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori

antara 11 - 14 maka tingkat pengetahuan rendah artinya

responden tidak mengetahui iklan KB versi ”ibu rumah

tangga.

b. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori

antara 15 - 18 maka tingkat pengetahuan sedang artinya

responden mengetahui unsur iklan dalam iklan KB tetapi

belum memahami makna dari Iklan KB versi ”ibu rumah

tangga”.

c. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori

antara 19 - 22 maka tingkat pengetahuan tinggi artinya

responden mengetahui unsur iklan dan mengetahui makna

dalam iklan KB versi ”ibu rumah tangga”.

3.1.2. Iklan Layanan Masyar akat Keluar ga Ber encana Ver si ”Ibu Rumah

Tangga” di Televisi.

Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”Ibu Rumah

Tangga” di televisi merupakan iklan yang bersifat non profit yang tidak

menghasilkan keuntungan akibat pemasangannya. Iklan layanan

(49)

Berencana sebagai wakil pemerintah untuk mensosialisasikan tentang

peningkatan pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana yang

memiliki isi pesan diantaranya pengetahuan tentang pentingnya

melaksanakan program KB yang memberitahukan kepada masyarakat

dampak tanpa melakukan program KB.

Iklan layanan masyarakat ”keluarga berencana” yang ditayangkan

di televisi, yang pada penelitian ini mengukur tentang bagaimana tingkat

pengetahuan calon ibu rumah tangga setelah menonton iklan layanan

masyarakat, apakah sekedar mengetahui atau mengerti makna dalam iklan

KB versi ”ibu rumah tangga”.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Surabaya

yang bertempat tinggal di kota Surabaya dan terdaftar sebagai warga kota

Surabaya yang berusia di atas 17 tahun yang merupakan remaja putri atau

calon ibu rumah tangga yang pernah menonton iklan layanan masyarakat

Keluarga Berencana di televisi. Dengan alasan bahwa pada saat berusia 17

tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, kematangan

emosional dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk

dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono,

(50)

Menurut Badan Pusat Statistik dalam buku Surabaya dalam angka

tahun 2007 jumlah penduduk Surabaya berjumlah 2.599.796 jiwa

sedangkan yang berusia 17 tahun keatas berjumlah 1.905.619 jiwa.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan

pemirsa yang bertempat tinggal di kedua wilayah yang telah terpilih secara

acak, dan yang menjadi responden adalah yang berusia 17 tahun keatas dan

yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi

”Ibu Rumah Tangga” di televisi.

Mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas

dalam wilayah kota Surabaya, maka dalam teknik penarikan sampel

menggunakan teknik penarikan sampel multistage cluster random sampling

yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling N

N. 1

N. 1.a

N. a N. b

N. 1.b

N. c N. d

N. 2

N. 2.a

N. e N. f

N. 2.b

(51)

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling

dapat dilakukan melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah

penelitian kota Surabaya,di mana kota Surabaya terbagi dalam

5 bagian wilayah yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara,

Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat.

Setelah dilakukan random akhirnya terpilih dua (2) wilayah

Surabaya sebagai lokasi yaitu Surabaya Selatan dan Surabaya

Pusat.

b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan.

Kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing – masing

dua kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Setelah dipilih

secara acak maka terpilih empat (4) kecamatan yaitu untuk

Surabaya Selatan terpilih kecamatan Gayungan dan kecamatan

Karang pilang. Sedangkan untuk Surabaya Pusat terpilih

kecamatan Genteng dan kecamatan Tegalsari.

c. Tahap ketiga, dilakukan pemilihan kelurahan yang mana

setelah dilakukan pemilihan secara random maka terpilih dua

wilayah kelurahan masing – masing kecamatan. Pada masing –

masing wilayah kecamatan akhirnya terpilih delapan (8)

wilayah kelurahan yaitu untuk kecamatan Gayungan terpilih

(52)

Tegalsari terpilih kelurahan Tegalsari dan kelurahan

Keduungdoro. Kecamatan Genteng terpilih kelurahan Embong

Kaliasin dan kelurahan Ketabang sedangkan Kecamatan

Karang Pilang terpilih keurahan Karang Pilang dan kelurahan

Kebraon.

Setelah dilakukan pengundian maka diperoleh masing – masing

populasi dari tiap kelurahan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Masyarakat di 8 Kelurahan Terpilih

NO Kelurahan Jumlah

1 Kelurahan Gayungan 8864

2 Kelurahan Menanggal 5308

3 Kelurahan Tegalsari 13.453

4 Kelurahan Kedungdoro 15.584

5 Kelurahan Embong Kaliasin 8835

6 Kelurahan Ketabang 8291

7 Kelurahan Karang Pilang 7632

8 Kelurahan Kebraon 20.669

Jumlah 88636

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Jumlah populasi yang terdapat pada 8 (delapan) kelurahan yang

diteliti adalah sebanyak.88636 orang. Penentuan jumlah sampel

ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane, yaitu jumlah

(53)

dengan tingkat kepercayaan 90 %. Rumus yang sederhana untuk

ini adalah sebagai berikut : (Rakhmat, 2001 : 82)

n = N

N(d)² + 1

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Presisi 10 % derajat ketelitian (0,1)

Maka dengan perhitungan responden sebagai berikut :

n = N

N(d)² + 1

n = 88636

88636(0,1)² + 1

n = 88636

887,36

n = 99,88 ≈ 100

Jadi sampel yang akan diambil untuk dijadikan responden sebanyak 100

orang.

Guna lebih proporsional dalam menentukan sampel yang digunakan maka

dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sample untuk masing – masing

kelurahan yang diteliti dengan rumus :

n1= N1 x n

Gambar

Gambar 2.1.  Model Teori S-O-R ( Stimulus-Organisme-Respons )
Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan rapat agar nyamuk Aedes aegypti tidak dapat bertelur di.. Adapun tempat-tempat yang perlu ditutup yaitu tempayan, bak penampungan air seperti ember maupun bak mandi.

Pada 31 Desember 2014, Perseroan melayani sebagian besar pelanggan perumahan yang berlangganan satu atau lebih dari dua layanan berlangganan utama Perseroan (internet broadband

Hasil analisis dari contoh kasus ini, jumlah tenaga kerja yang diperlukan adalah sebanyk enam orang tenaga kerja dengan tiga shift setiap harinya, dan juga memerlukan waktu

The theoretical framework is basically based on the Employee Satisfaction Theory and the relation among the variables where the alternative employment opportunities, turnover

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud lansia adalah seseorang yang berumur 60 sampai akhir kehidupan seseorang atau meninggalnya

Artikel ini membahas temuan dari penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik peserta didik SMK Negeri 1 Purwakarta kelas

Dari grafik 4.3 dapat diamati semakin dekat jarak titik api dengan robot maka tegangan yang dihasilkan akan semakin besar, sampai pada level tegangan dimana

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia