Rumah Tangga” di media Televisi
(Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan
layanan Masyarakat Keluar ga Berencana versi “Ibu RumahTangga” di media
Televisi)
SKRIPSI
Oleh :
Christanio Pradana P
NPM. 0643010337
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
TELEVISI (Studi Deskr iptif Tingka t Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga ter hadap Iklan Layanan Masyar akat ver si “Ibu Rumah Tangga” di Televisi).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan layanan masyarakat keluarga berencana versi “ibu rumah tangga”. Teori yang digunakan dalam teori ini adalah teori S-O-R. Teori komunikasi S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima tanda lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan.selanjutnya respon diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan analisis deskriptif. Penyebaran kuesioner kepada 100 responden dilakukan dengan teknik sample multistage sampling untuk mengetahui tinggi, sedang, rendah, tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan KB versi “ibu rumah tangga”.
at as segala karun ia sert a rahm at -Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ Tingkat Penget ahuan Calon Ibu Ru mah Tangga
t erhadap Iklan Layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi “ Ibu Rumah Tangga” di media Televisi (St udi Deskript if Tingkat Penget ahuan Calon Ibu Rumah Tangga t erhadap Iklan layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi “ Ibu Rum ah Tangga” di m edia Televisi).
Penulis menyadari bahw a dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan berjalan lancar dan berw ujud baik t anpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan Terim a Kasih kepada :
Bapak Juw it o, S.Sos, M .Si. selaku Dosen Pembimbing yang t eleh memberikan pet unjuk dan bimbingan sehingga t erselesaikannya skripsi ini., Penulis juga menyampaikan ucapan t erima kasih kepada :
1. Dra.Ec.Hj. Suparw at i, M .Si selaku Dekan Fakult as Ilm u Sosial dan Ilmu Polit ik Universit as Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M .Si. selaku Ket ua Program St udi Ilmu Komunikasi Fakult as Ilmu Sosial dan Ilmu Polit ik Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, S.Sos, M .Si. selaku Sekert aris Program
5. Keluarga penulis dengan segala doa dan dorongan sert a bimbingan yang t erus m enerus.
6. St hefania Liona yang selalu m enemani ke kampus
7. Seluruh pihak yang t idak mungkin yang saya sebut kan sat u persat u, yang t elah membant u dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Besar Harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Akhir kat a, penulis mengucapkan t erima kasih dan Semoga ALLAH BAPA senant iasa memberikan pet unjuk bagi kit a semua. Amin.
Surabaya, 03 M ei 2012
HALAMAN J UDUL………...i
LEMBAR PERSETUJ UAN………ii
LEMBAR PENGESAHAN………iii
KATA PENGANTAR………...iv
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR TABEL………ix
DAFTAR GAMBAR………...x
DAFTAR LAMPIRAN………...xi
ABSTRAKSI………...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1
1.2. Perumusan Masalah………....8
1.3. Tujuan Penelitian………8
1.4. Kegunaan Penelitian………...8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori………...9
2.1.1. Televisi Sebagai Media Beriklan……….9
2.1.2. Periklanan………...10
2.2. Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons) ………..31
2.3. Kerangka Berpikir………...33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………...36
3.1.1. Tingkat Pengetahuan………...36
3.1.2. Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu Rumah Tangga” di Televisi...40
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...41
3.2.1. Populasi………...41
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………..42
3.3. Teknik Pengumpulan Data………...47
3.4. Metode Analisis Data………...47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian………49
4.2. Penyajian dan Analisis Data………50
4.2.1. Identitas Responden………...50
4.2.2. Penggunaan Media...52
4.2.3.1. Video visual...54
4.2.3.2. Talent...57
4.2.3.3. Props...59
4.2.3.4. Setting...61
4.2.3.5. Slogan...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..67
5.2. Saran………68
DAFTAR PUSTAKA………....69
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada
sebagian atau seluruh khalayak dengan menggunakan media. Menurut Wahyu
Wibowo (2003 : 5) iklan atau periklanan didefinisikan sebagai kegiatan
berpromosi atau berkampanye melalui media massa.
Iklan dianggap sebagai teknik penyampaian pesan yang efektif dalam
menjual dan menawarkan suatu produk. Oleh karenanya dalam aktivitas
perpindahan informasi tentang produk yang diiklankan pada khalayak
tentunya harus mengandung daya tarik setelah pemirsa atau khalayak ketahui
sehingga mampu menggugah perasaan, maka untuk menampilkan kekuatan
iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus
menampilkan pesan non verbal yang mendukung iklan.
Salah satu media untuk menyampaikan pesan berupa iklan adalah
televisi. Hal ini dikarenakan peranan televisi memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan media lain dalam upaya membantu proses keberhasilan
penyebaran iklan. Selain memiliki sisi kreasi dan inovasi, dalam hal ini
mengedepankan informasi dan hiburan, iklan televisi juga mampu
mempengaruhi emosi masyarakat yang bertempat tinggal tersebar dan
heterogen dalam memenuhi standar serta gaya hidup permisanya. Didukung
sebagai medium yang intim dan personal. Bukan sesuatu yang mudah bila
sebuah iklan bermaksud untuk menarik perhatian pemirsa. Terlebih lagi bila
seseorang membiasakan diri menjadi pemirsa televisi, dimana dia
terus-menerus dibombardir oleh pesan – pesan iklan yang nyaris mengendap dalam
pemikirannya ( Kasali, 2003 : 236 ).
Iklan televisi telah menciptakan karakteristik dan memiliki opera
sabunnya sendiri. Semuanya itu menambah nilai positif dan menimbulkan
pengaruh terhadap khalayak tang menonton ataupun melihat tayangan iklan
tersebut di televisi. Kelebihan – kelebihan televisi sebagai media iklan ini
berlaku dimana saja dan berlaku secara umum. Berkesan Realistic, sifatnya
visual dan merupakan kombinasi warna, gerakan, dan audio, maka iklan
yang disuguhkan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan
ini, para pengiklan dapat menunjukkan isi pesan iklan tersebut secara detil.
Diharapkan melalui iklan yang ditayangkan di televisi, masyarakat atau
khalayak dapat lebih tanggap memberikan perhatian terhadap iklan yang
sedang ditampilkan.
Pengaruh iklan terhadap khalayak umumnya dapat menambah
pengetahuan dan memberikan informasi, sedangkan khususnya setelah
melihat tayangan iklan tersebut, diharapkan khalayak secara langsung dapat
terpengaruh sehingga khalayak dapat mengerti isi pesan yang terdapat pada
iklan tersebut dan akhirnya khalayak dapat memberikan respon yang positif
karena seringnya iklan tersebut ditayangkan berulang – ulang dalam sehari.
tertentu. Akibatnya secara komulatif terpaan iklan dapat terjadi sepanjang
kehidupan seseorang dan berperan untuk pengaruh nilai – nilai baru,
memodifikasi serta membuang nilai – nilai lama. Iklan telah mempengaruhi
manusia untuk apa saja mulai dari kebutuhan barang atau jasa.
Di antara berbagai jenis iklan, Iklan Keluarga Berencana adalah Iklan
layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat sama halnya dengan iklan
komersial tetapi, iklan ini tidak menjual produk dalam bentuk barang atau
jasa. Iklan layanan masyarakat adalah berupa pesan, informasi dan berita
seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada
masyarakat, misalnya saja : iklan keluarga berencana, iklan sumber daya
manusia, iklan tentang listrik dan BBM, iklan tentang dunia pendidikan dan
gemar membaca, iklan tentang hak asasi manusia, iklan tentang flu burung
dan demam berdarah, iklan tentang pelestarian lingkungan dan lain
sebagainya. Semua iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi
tersebut diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, selain itu dengan
adanya terpaan iklan layanan masyarakat tersebut masyarakat dapat mengerti
isi pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan. Masyarakat juga diharapkan
mengerti maksud dan tujuan serta program yang dicanangkan oleh
pemerintah.
Iklan layanan masyarakat ini ditujukan untuk masyarakat luas, iklan
ini dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik tertentu dalam menarik
perhatian khalayaknya. Iklan layanan masyarakat umumnya dibuat oleh
masyarakat mengerti isi pesan iklan tersebut dan dapat menarik perhatian
masyarakat sehingga dapat menimbulkan respon yang positif pula bagi
masyarakatnya. Melalui penampilan beberapa orang model iklan, kata – kata
yang mudah diingat, gambar serta ilustrasi yang dibuat sedemikian rupa agar
menarik perhatian khalayak, atau iklan yang dibuat dengan tujuan agar tidak
terjadi hal – hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Karena sasaran iklan
adalah masyarakat, maka tujuan periklanan adalah mempengaruhi kognisi
khalayak ( Jefkins, 1997 : 17 ). Efek kognitif dari adanya pesan iklan adalah
perubahan pengetahuan.
Pengetahuan sendiri merupakan proses di dalam menerima stimuli
dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis sehingga
dengan adanya iklan yang ditayangkan di televisi, khalayak yang belum
mengetahui akan mengerti, paham, dan jelas mengenai informasi yang
disampaikan oleh pengiklan.
Mengambil iklan layanan masyarakat ”Tentang Keluarga Berencana
Dua Anak Lebih Baik” versi ”Ibu Rumah Tangga”, di televisi sebagai obyek
penelitian, karena iklan ini merupakan bagian dari kampanye nasional
bertema ”KB 2 anak lebih baik” yang merupakan bagian dari program –
program pemerintah dalam mensosialisasikan tentang pentingnya KB, kepada
masyarakat melalui media. Iklan layanan masyarakat ”KB 2 Anak Lebih
Baik”, ini merupakan versi terbaru dari iklan – iklan layanan masyarakat
tentang ”KB” sebelumnya. Pemerintah lebih banyak melakukan sosialisai
dan diharapkan memberikan dampak atau pengaruh yang kuat terhadap
pengetahuan masyarakat.
Sebagai negara dunia ketiga atau negara berkembang, Indonesia
memiliki problem kependudukan yang serius, seperti masalah kemiskinan,
pemerataan pembangunan, pengangguran dan lain-lain. Dengan jumlah
penduduk pada tahun 2010 kurang lebih 235 juta (BPS 2010), Maka
Indonesia merupakan negara yang berusaha bagaimana mengatasi masalah
dan mengatur masalah kelahiran anak. KB, Indonesia sudah menjalankan
sejak pemerintahan Orde baru dengan slogan 2 anak cukup, tetapi sejak
reformasi, saat pemerintahan SBY, maka slogan KB berubah menjadi 2 anak
lebih baik. Tidak bisa dihindari apabila ledakkan penduduk tidak
dikendalikan melalui pengatuiran jumlah anak dan pengaturan kelahiran,
akan menjadi bencana dan malapetaka. Seperti kemiskinan, masalah
pendidikan anak, kesehatan anak, lowongan pekerjaan dan lain-lain..
Sejauh ini, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
mensukseskan keluarga berencana dengan slogan 2 anak lebih baik, dengan
menghidupkan posyandu-posyandu dengan melibatkan kader-kader desa dan
bidan desa di seluruh pelosok Indonesia. Memberikan pemahaman kepada
pasangan usia subur, penyuluhan tetntang usia perkawinan kepada para
remaja, pentingnya mempersiapkan sebuah keluarga yang kuat secara
ekonomi, pentingnya mengatur jarak kelahiran dan lain-lain.
Kampanye ini berisi pesan himbauan dan ajakan kepada masyarakat
masalah sosial, kesehatan, pendidkan, lapangan pekerjaan dan lain-lain.
Sedangkan dari sudut rakyat/masyarakat, kesehatan ibu terjamin, kesehatan
anak terjamin, pendidikan terjamin dan lain-lain..
Iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik versi ibu
rumah tangga ini merupakan kelanjutan dari iklan layanan masyarakat yang
sudah diluncurkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), sebelumnya. Dalam versi ibu rumah tangga ini menonjolkan
informasi atau pesan bahwa sebagai ibu rumah tangga yang berperan
langsung untuk mendidik anak-anaknya begitu berat dan sangat merepotkan
apabila harus mengurusi anak lebih dari 2, hal ini tempat pada tayangan
dimana harus mencuci banyak pakaian, mencuci alat-alat dapur, permintaan
anak akan uang jajan, uang sekolah dan lain-lain. Slogan yang menjadi
penutup dalam iklan layanan tersebut adalah ” 2 Anak Lebih Baik”. Iklan
layanan masyarakat ini berdurasi ± 60 detik. Dalam versi ini terdapat 5 orang
anak yang dijadikan sebagai model iklan serta seorang ibu rumah tangga yang
banyak mengerjakan pekerjaan rumah.
Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa iklan layanan masyarakat yang
disiarkan di televisi memiliki beberapa daya tarik intelektual untuk
membangkitkan kognisi seseorang, daya tarik nilai kuantitas yaitu karena
seringnya iklan tersebut ditayangkan dalam satu waktu tertentu. Fenomena
tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Liliweri ( 1992 : 75 ).
Diharapkan masyarakat mampu memahami dan mengerti pesan yang
Pengetahuan masyarakat terhadap iklan merupakan aspek yang sangat
penting untuk menentukan keberhasilan pengiklan dalam
mengkomunikasikan sebuah iklan layanan masyarakat. Melalui iklan,
khalayak diharapkan mengetahui isi pesan maupun informasi yang
ditayangkan televisi. Tanggapan khalayak mengenai pesan yang disampaikan
dalam iklan layanan masyarakat ini, merupakan proses dimana pesan tersebut
dapat dimengerti atau tidak, dan menjadi bahan pengetahuan khalayak
terhadap iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik di televisi.
Iklan ini ditayangkan di TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, TPI,
GLOBAL TV, TRANS7 dan stasiun televisi lainnya.
Pengetahuan disini mengacu pada apakah seseorang memiliki
mengetahui dan mengerti informasi/pesan dari suatu isu tertentu, sehingga ia
dapat secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut (Eriyanto,
1999:238). Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi di wilayah Surabaya
karena masyarakatnya yang heterogen yaitu berasal dari tingkat sosial dan
pendidikan, ekonomi, dan pekerjaan yang beraneka ragam dengan
pertimbangan tingkat kepadatan penduduknya.. Selain itu mobilisasi
masyarakatnya yang tinggi, dengan berbagai problematikanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
sejauh mana tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga televisi di Surabaya
tentang iklan layanan masyarakat KB 2 anak lebih baik, versi ”Ibu Rumah
Tangga”. Disini peneliti mengambil sampel dari sebagian pemirsa di wilayah
keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan
sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah
bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono, 2004 : 14).
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perumusan masalahnya adalah “Tingkat pengetahuan Calon Ibu
Rumah Tangga terhadap iklan layanan masyarakat KB versi “Ibu Rumah
Tangga”, di televisi ”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “ untuk
mengetahui Tingkat Pengetahuan calon Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan
Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu Rumah Tangga”, di
televisi.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis, yaitu dapat menambah wacana dan
memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau
referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis, yaitu dapat memberikan evaluasi bagi pihak
pengiklan dalam mengkomunikasikan pesan verbal ataupun non
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Televisi Sebagai Media Ber iklan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas
dan penyampaian dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan di
televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi
juga dapat dalam gambar yang bergerak (audio visual).
Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan.
Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang merupakan unsur
audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu
menambah daya tarik iklan dan televisi juga diyakini sangat berorientasi
meningkatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan ( Kasali,
2003 : 242 ). Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat
pada kepercayaan iklan yang kuat terhadapnya serta selalu
menggunakannya secara tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan
yang dimiliki televisi yaitu :
a. Efisiensi biaya merupakan keunggulannya mampu menjangkau
khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau
khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga
khalayak yang tidak terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini
b. Memberi dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi
mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua indera
sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali, 2003 : 242).
Selain membawa pesan dalam bentuk audio visual juga karena
jangkauan dan efisiensi biayanya telah dapat dibuktikan sehingga
mencapai khalayak sasaran dengan biaya rendah (Katopo, 1994 : 64).
2.1.2. Per ik lanan
Periklanan bertujuan didalam mengubah atau mempengaruhi sikap
– sikap khalayak (Jefkins, 1997 : 17). Sehingga sikap khalayak terhadap
iklan akan terpengaruh, apabila terlebih dahulu mempengaruhi kognisi
khalayak. Kognisi merupakan usaha untuk mengembangkan diri lewat
tindakan berpikir. Dalam Websters Dictionary mendefinisikan kognisi
sebagai pernyataan dari kemampuan seseorang untuk menangkap obyek
dan ide – ide atau dapat dikatakan bahwa kognisi merupakan kemampuan
khalayak di dalam merespon objek, benda – benda atau ide – ide yang
berada di luar dirinya dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan
kegiatan penyebaran informasi mengenai produk barang atau jasa dari
komunikator kepada komunikan dan menimbulkan efek kognitif.
Sedangkan Kasali (1995 : 9) menyebutkan iklan adalah suatu pesan
yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat
suatu media. Masyarakat Periklanan Indonesia (Kasali, 1995 : 11)
disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.
Dari beberapa pengertian iklan yang disebut diatas, peneliti
berkesimpulan iklan adalah suatu bentuk pesan baik berupa ide, gagasan,
pemberitahuan, barang atau produk yang disampaikan kepada sebagian
atau seluruh masyarakat melalui media dengan melakukan pembayaran
atas penayangannya. Untuk dapat menarik perhatian, maka iklan haruslah
menerapkan prinsip – prinsip VIPS yang terdiri dari : visibilitas artinya
mudah dilihat atau sudah memikat perhatian khalayak, identitas
periklanan, dan promise atau janji perusahaan kepada konsumen (Jefkins,
1997 : 15 -16).
2. 1. 3. Iklan Layanan Masyar akat KB ver si ”ibu r umah tangga”.
Secara periodik umumnya iklan terdiri atas dua jenis yaitu : iklan
layanan masyarakat dan iklan standart (Bitner dalam Liliweri, 1992 : 36) :
”iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non-profit, jadi iklan ini tidak mencari keuntungan akibat dari pemasangannya kepada khalayak. Sedangkan iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media”
Iklan layanan masyarakat memiliki definisi menurut Liliweri (1992
: 32) disebutkan jenis iklan yang berifat non-profit yang tidak mencari
Anak Lebih Baik, bertujuan untuk menyampaikan informasi, bahwa
pemerintah Indonesia mensosialisasikan tentang KB, 2 Anak Lebih Baik
agar masyarakat dapat mengetahui pentingnya keluarga berencana,
sehingga tingkat kepadatan penduduk dapat tekan.
Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana yang disiarkan di
televisi sebagai berikut :
Dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dimulai
dengan seorang ibu yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah
tangga, ibu tersebut sedang mencuci piring. Tidak lama kemudian
datanglah seorang anak perempuan yang paling kecil, ia mengatakan
’’mama, minta eskrim’’, ibu menjawab, ’’ iya nanti mama belikan abis
nyuci’’. Tidak lama kemudian datang anak kedua seorang perempuan juga,
dia mengatakan, ’’mama, hp temenku kan blackberry, aku juga mau ma’’,
ibu menjawab; ’’ iya nanti ya mama belikan’’. Lalu datang lagi anak
laki-laki kembar, mereka berkata, ’’mama, minta uang buat beli motor, ayo
ma’’, ibu menjawab, ’’iya nanti ya’’, lalu mereka pergi. Dan datanglah
anak laki-laki yang paling tua, dia berkata , ’’ ma, minta uang buat bayar
spp nih, terakhir besok. Ibu menjawab,’’ iy, sebentar ya’’. Setelah ibu habis
mencuci piring dengan muka lemas sang ibu menoleh kebelakang dan
semua anak-anaknya meminta uang kepada sang ibu. Iklan ini ditutup
dengan slogan iklan yaitu ” 2 Anak Lebih bAik”. Dari iklan tersebut yang
memberikan informasi kepada masyarakat yang meliputi pesan iklan yaitu :
2. Tingkat Pengetahuan terhadap mimik wajah
3. Tingkat Pengetahuan terhadap model iklan
4. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya anak kembar
5. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya piring sebagai alat peraga
6. Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sederhana sebagai Latar
belakang
7. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya Jemuransebagai latar
belakang
8. Tingkat Pengetahuan adanya slogan dalam iklan
9. Tingkat Pengetahuan terhadap manfaat slogan dalam iklan
Dengan demikian iklan layanan masyarakat bisa muncul sewaktu –
waktu tanpa melihat adanya masyarakat (khalayak) tertentu yang harus
menyaksikan iklan layanan masyarakat tersebut. Dengan munculnya iklan
layanan masyarakat di televisi ini, menurut Kuswandi (1996 : 124) terdapat
tiga hal pokok yang dapat kita lihat, yakni dapat menggugah kesadaran
pemirsa untuk berbuat sesuatu, isi pesannya menggunakan kata himbauan
atau kata anjuran dan isi pesannya bersifat umum. Dari pengertian diatas,
maka iklan layanan masyarakat tentang Keluarga Berencana ini dapat
menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat yang telah melihat iklan
layanan masyarakat tentang KB untuk mendukung program KB disamping
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mencegah meningkatnya angka
kematian ibu, KB dilakukan untuk meringankan perekonomian seorang ibu
2.1.3. Keluar ga Ber encana
1. Sejar ah
Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini
bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik didalam maupun
diluar negeri. Pada awal abad ke 19, di Inggris, upaya Keluarga
Berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes
(1880-1950) menganjurkan peraturan kehamilan di kalangan kaum buruh di
Inggris. Di Amerikat Serikat di kenal Margareth Sanger (1883-1966)
yang dengan program birth control-nya merupakan pelopor keluarga
berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League
dan pada November 1921 di adakan American National Birth Control
Conference yang pertama. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah
pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger
sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasi Konferensi
International di New York yang menghasilkan pembentukan
International Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada
1927 Margareth Sanger menyelenggarakan World Population
Conference di Jenewa yang melahirkan International Women for
Scientific Study on Population dan International Medical Group for
The Investigation of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut
mempelopori pembentukan International Commitee on
1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama
Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI).
Sebelum PKBI di dirikan di Indonesia, sudah banyak
dilakukan usaha-usaha membatasi kelahiran secara individual. Diantara
pelopor keluarga berencana itu, Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta,
pada 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran
mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan
dihadapi oleh Dr. Sulianti Saroso, antara lain dari Gabungan Organisasi
Wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah pada waktu itu. Di
Jakarta perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan
FKUI/RSUP (sekarang rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh
tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono,
Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr. Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto dan
Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan keluarga berencana dilakukan
secara diam-diam di poliklinik Kebidanan FKUI/RSUP. Sesudah
mengadakan hubungan dengan IPPF serta dukungan dari para pelopor
keluarga berencana setempat, pada 23 Desember 1957 Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) diresmikan berdirinya, dengan
tokoh-tokoh non medik seperti Nanik Suwondo, SH, Ny. Sjamsuridjal,
dan lain-lain. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera
melalui 3 macam usaha, yaitu (1) mengatur kehamilan atau
menjarangkan kehamilan, (2) mengobati kemandulan, dan (3) memberi
nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan masih
dilakukan secara terbatas. Hal ini mengingat masih banyaknya
kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang melarang
penyebar-luasan gagasan Keluarga Berencana.
Pada Januari 1967 diadakan Simposium Kontrasepsi di
Bandung, dan dengan demikian persoalan-persoalan kontrasepsi diikuti
oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari 1967
diadakan kongres PKBI pertama yang antara lain mengharapkan agar
Keluarga Berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan.
Pernyataan PKBI ini sangat tepat waktunya, karena pada tahun 1967 ini
pulalah Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan se
Dunia bersama 30 Kepala Negara lainnya. Pada bulan April 1967
Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menganggap sudah waktunya
kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta, dengan
menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta Raya.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana National (LKBN)
pada November 1968, yang dalam menjalankan tugasnya diawasi dan
kristalisasi dan kesungguhan Pemerintah dalam kebijaksanaan Keluarga
Berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam
perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia adalah masuknya
Program KB itu ke dalam Repelita I dan berdirinya Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN) melalui keputusan Presiden RI nomor 8
tahun 1970, menggantikan LKBN. Stuktur BKKBN yang merupakan
badan koordinasi, dan bukan merupakan bagian dari Departemen
Kesehatan, memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini
memungkinkan program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula besarnya
peranan pakar-pakar non medis dalam mengsukseskan program KB di
Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi BKKBN
terus di kembangkan dan disempurnakan melalui keputusan Presiden
RI nomor 33 tahun 1972, nomor 38 tahun 1978, dan nomor 64 tahun
1983.
2. Per k embangan Pr ogr am KB di Indonesia
Program KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau
dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara
operasional, dan nampaknya terhadap pencegahan kelahiran.
Pada zaman PKBI tahun 1950an dan 1960an, tujuan KB
dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Juga diusahakan
agar pasangan suami istri yang mandul mendapatkan keturunan yang
diinginkan. Masalah pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah
kependudukan tidak pernah disinggung.
Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN
melalui logo KB dimana dicantumkan 4 anak, 2 laki-laki dan 2
perempuan. Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama
dengan KB. Pesannya adalah, bahwa semua agama di Indonesia dapat
menerima upaya KB. Di dalam Pelita I (1969/70-1973/74) KB
disatukan dengan Kesehatan. Target demografis cukup sederhana,
yakni mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama 5 tahun.
Diharapkan tercegah 600.000-700.000 kelahiran. Program ini
dikhususkan untuk pulau Jawa dan Bali yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita I. pada Pelita
II program KB sudah berdiri sendiri. Malah pada Pelita III dan IV
jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi sehingga program
tersebut di dalam buku Repelita berada di bawah judul Kependudukan
dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong
Pemerintah untuk meluaskan program ke 10 propinsi lainnya di luar
pada Pelita III program diperluas ke seluruh Indonesia. Kelompok
propinsi terakhir ini dinamakan Luar Jawa Bali II.
Kalau pada mulanya BKKBN mencanangkan cukup tiga
anak atau pancawarga, maka kemudian digunakan “cukup dua anak”
atau caturwarga. Sejak Pelita III dampak demografis dari program KB
sangat diperhatikan. Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak
50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada 2000, dipercepat 10
tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam
rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi yang
dinamakan Panca Karya.
Sejak Pelita V program KB Nasional berubah menjadi
Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah Gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan
membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber
daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukan
bahwa Gerakan KB Nasional telah berakhir merampungkan landasan
pembentukan Keluarga Kecil, dalam rangka pelembagaan dan
pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKBBS).
Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan
Keluarga Kecil Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional ialah mewujudkan keluarga
masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran
pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran gerakan KB Nasional ialah
(1) Pasangan Usia Subur, dengan prioritas PUS muda dengan paritas
rendah, (2) Generasi Muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan
Pengelola KB, dan (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju
pertumbuhan penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra
industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah
terpencil.
3. Kontr asepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
Daya guna (effectiveness) suatu cara kontrasepsi diukur
dengan rumus Pearl yang diajukan pada Tahun 1930-an. Menurut
rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate = kehamilan per 100
tahun- wanita) ialah 1200 x jumlah kehamilan / jumlah siklus
seluruhnya. Asumsi yang dipakai oleh Pearl ialah bahwa setiap
akseptor mempunyai kesuburan yang homogen, sehingga 100 akseptor
yang di observasi selama 1 tahun sama dengan 50 akseptor yang di
observasi selama 2 tahun, atau sama dengan 200 akseptor selama 6
seberapa tepat karena umumnya yang hamil lebih dahulu ialah para
akseptor yang motivasinya rendah dan kesuburannya tinggi; sebaliknya
yang tidak/belum hamil adalah akseptor yang motivasinya tinggi dan
kesuburannya rendah.
Untuk keperluan penilaian secara statistik, lama pemakaian
kontrasepsi merupakan komponen penting, sebab kehamilan dan
penghentian pemakaian oleh karena hal-hal lain berbeda dari bulan ke
bulan untuk masing-masing cara kontrasepsi. Cara Life Table yang
dikemukakan oleh Potter dan Tietze dapat memenuhi keperluan ini.
Dasar cara ini ialah angka kehamilan dan angka penghentian
pemakaian ( dalam hal AKDR, ekspulsi dan pengangkatannya; dalam
hal kontrasepsi oral, pindah ke cara lain) selama bulan-bulan yang
berurutan, sehingga kemudian di dapat angka kumulatif per 100
akseptor sampai akhir bulan ke n. Cumulative Rates dapat dihitung
sebagai event rates atau closure rates. Event rates berdasarkan semua
kehamilan dan penghentian pemakaian kontrasepsi oleh karena
berbagai alasan, di ikuti atau tidak diikuti dengan pemakaian
kontrasepsi lain. Closure rates berdasarkan hal yang sama tetapi tidak
di ikuti dengan reinsersi atau pemakaian kontrasepsi lain. Gross rates
dapat menggambarkan insiden jenis penghentian pemakaian
masing-masing, dengan tidak menghiraukan jenis penghentian lainnya. Net
rates menggambarkan hal yang sama dengan menmperhatikan pula
closure rates disebut total closure rate. Perbedaan total closure rate
dengan 100 merupakan presentasi akseptor tetap pada akhir bulan ke n.
Cara life table ini dapat di pakai untuk membandingkan hasil-hasil yang
diperoleh para penyelidik, jenis kontrasepsi, dan jenis akseptor yang
berlainan.
Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau
fisiologik (theoritical effectiveness), daya guna pemakaian (use
effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness).
Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila
dipakai dengan tepat, sesuai dengan intruksi dan tanpa kelalaian. Daya
guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata
pada keadaan sehari-hari yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidak
hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial-ekonomi-budaya,
pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukan berapa
banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran.
Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang
100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna,
aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus
menerus, dan efek sampingnya minimal.
Efek sampingan (side-effects) dapat pula dan sebaiknya
dinilai dengan cara life table. Dalam hal efek sampingan yang jarang,
maka cara ini memerlukan jumlah per contoh yang besar untuk
digunakan cara kasus terhadap kontol, walaupun dengan cara ini hanya
dapat diperoleh gambaran relatif suatu keadaan efek sampingan pada
golongan akseptor dibandingkan dengan non-akseptor.
Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa
cara kontrasepsi sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara
kontrasepsi yang dibicarakan ialah: a) pantang berkala; b) obat
spermatisid/pil vagina; c) kondom; d) AKDR; e) kontrasepsi hormonal;
dan f) sterilisasi.
2.1.5. Calon Ibu Rumah Tangga sebagai Pemir sa Televisi
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak
tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Komuniator atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat
yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang
dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara
terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan
tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai
jenis: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan,
pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya
(Effendy, 1993 : 25)
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui
media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat
diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat
dibedakan dalam 4 hal, yaitu :
1. Heterogen ( aneka ragam ) yakni pemirsa televisi adalah massa,
sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen
terpencar-pencar diberbagai tempat. Selainitu pemirsa televisi dapat dibedakan
pula menurut jenis kelmin, umur, tingkat pendidikan, taraf kehidupan
dan kebudayaan.
2. Kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa
maka isi pesan yang di sampaikan melalui telivisi bersifat pribadi
dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa sifatnya aktif, mereka aktif, seperti apabila
mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah statiun televisi
mereka berfikir aktif, aktif melalui interpretasi. Mereka bertanya-tanya
pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi
benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif, dia memilih program televisi
yang disukainya (Effendy, 1992 :84)
Berdasarkan pengelompokan tersebut maka sejumlah acara
diperuntukkan bagi kelompok tertentu dan sebagai sasaran (target
group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau
khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak
sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain.
mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama islam, dan lain-lain
(Effendy, 1993 : 25-26).
calon Ibu rumah tangga sebagai khalayak sasaran (target
audience) atau pemirsa televisi mempunyai sifat aktif dan selektif.
Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang
menarik dari sebuah stasiun televisi, mereka bertanya-tanya kepada
dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau
tidak. Sedangkan dikatakan selektif yaitu mereka memilih program
televisi yang mereka sukai. Jadi tidak semua program acara yang
ditayangkan diberbagai stasiun televisi menjadi kesukaan calon ibu
rumah tangga, ada program-program acara tertentu yang disukai dan
yang tidak disukai.
2.1.6. Unsur -unsur Ik lan
Iklan di televisi merupakan suatu rangkaian gambaran yang
dibuat dalam bentuk yang serupa dengan layar televisi, yang
menampilkan alur cerita atau yang dikenal dengan story board (Jefkins.
1997 : 249). Dalam proses pembuatan iklan di televisi, prodiser iklan
merancang unsur-unsur iklan sedemikian rupa pesan iklan dapat
dipahami oleh khalayak (Weels, Burnett, dan Moriarty, 1989 : 39).
1. Video Visual
Untuk merancang sebuah iklan, copywriter menggunakan
unsur visual sebagai cara dalam menyampaikan pesan. Visual iklan
dapat berupa : mimik wajah, gerakan tubuh dan gaya model iklan,
dan unsur pewarnaan. Penampilan gambar berwarna serta sosok
pemeran iklan, merupakan stimulus yang merangsang perhatian
khalayak dalm menerima kehadiran sebuah obyek, dan dapat
diharapkan khalayak akan lebih mudah menerima dan mempersepsi
makan yang disampaikan (Kroch, Crthfield, dan Ballachey, 1996 :
19) Iklan di televisi selalu menampilkan gabungan beberapa
karakter yang berbeda.
2. Audio
Pada dasarnya unsur audio (musik dan voice) pada iklan di
televisi sama dengan yang ada di radio. Seorang model iklan
menyampaikan pesan secara langsung kepada khalayak melalui
dialog yang terekam dalam kamera (Wells, Burnets, dan Morierty,
1989 : 39). Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara cepat
dan tepat adalah dengan menggunakan kata-kata singkat yang
menarik.
3. Talent (model Iklan)
Salah satu unsur terpenting dalam iklan di televisi adalah
model iklan yang berperan dalam menyampaikan pesan yang dapat
4. Props (alat peraga dan gambar)
Iklan harus merefleksikan karakter dan kegunaan produk
seperti : logo, kemasan dan cara penggunaan terhadap produk
tersebut, untuk dapat menjelaskannya diperlukan gambar dan alat
peraga (Wells, Buernett dan Morierty, 1987 : 293).
5. Setting
Setting adalah tempat atau lokasi dimana shooting
(pengambilan gambar) dalam iklan berlangsung. Lokasi tersebut
dipilih berdasarkan tema iklan (Wells, Burnett, dan Morierty, 1987 :
393)
6. Pencahayaan (Lighting)
Sangat penting untuk menarik perhatian khalayak dalam
menerima suatu obyek tentang kejelasan gambar.
7. Grafik (Graphic)
Gambar / tampilan yang bisa dilihat pada iklan di telivisi
merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak dalm
menerima kehadiran sebuah obyek. Dan diharapkan khalayak akan
lebih mudah menerima dan mempersepsikan makna yang
disampaikan. Unsur gambar ini misalnya mengandalkan komposisi
warna / bahasa tubuh (Gesture) dari penerima iklan.
8. Kecepatan (pengulangan)
Merupakan unsur yang sering dipakai yaitu dengan
misalnya pengulangan nama merek / keunggulan produk di
bandingkan yang lain. Sebagaimana teori dalam gaya bahasa bahwa
sesuatu hal yang di sampaikan berkali-kali bisa disertai variasi akan
menarik perhatian orang.
Dari beberapa definisi diatas dimpulkan bahwa suatu iklan
akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen
iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model,
peraga, latar pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen
iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal.
Karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan
tersebut tidak menarik.
Pemirsa yaitu sebagai obyek acara televisi memang
terkadang aktif dalam artian selalu memberikan reaksikan tayangan
acara televisi jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu
mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian secara
emosional, intelektual maupun sosial. Setiap proses komunikasi selalu
ditunjukkan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
Istilah khalayak media berlaku universal dan secara sederhana
dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,
pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya. Mereka adalah
sasaran komunikasi massa melalui media televisi siaran. Komunikasi dapat
minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan aktivitas apa yang
diinginkan pembicara (Effendy, 2000 : 84)
Penerima adalah mereka yang menjadi pemirsa dari media massa
yang bersangkutan dimana pemirsa televisi tersebut bersifat luas,
heterogen, dan anonym (Nasution, 1993 : 20) dalam sosiologi komunikasi
massa.
Sifat khalayak yang demikian menyulitkan pihak komunikator
dalam menyebarkan pesannya dalam media massa sebab setiap individu
dari khalayak ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis
kelamin, usia, pekerjaan, agama, pendidikan (Effendy, 2000 : 20).
Terlebih selama menyaksikan televisi orang dapat melakukan
berbagai kegiatan sambil tetap menonton televisi. Selain itu juga yang
paling penting adalah pemirsa akan mendapatkan pengetahuan yang luas
terhadap sesuatu yang disajikan oleh televisi.
2.1.7. Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, dalam setiap pengetahuan
mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis
menginformasikan dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi
pengetahuan ini berupa konsep atau fakta yang dapat ditransmisikan
kepada orang lain melalui ekspresi tulisan atau lisan.
Tingkat pengetahuan disini merupakan proses pemanggilan kembali
tingkat pengetahuan disini adalah variabel, pengetahuan adalah konsep
yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi bila ada
perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh
khalayak serta juga terkait dengan pentransmisian pengetahuan (Rakhmat,
1999 : 219).
Jadi tingkat pengetahuan disini yang dimaksud adalah sejauh mana
komunikan dapat menerima, kemudian mengingat pesan dari komunikator
melalui media panca indera tentang sebuah iklan yang diungkapkan
melalui penggunaan kata – kata (Rakhmat, 1999 : 219).
Definisi lain tentang pengetahuan mengacu kepada apakah
seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah,
tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah
dan bagaimana orang tersebut menggapai serta memecahkan masalah itu
secara jelas (Eriyanto, 1999 : 239).
Pada penelitian ini melihat sejauh mana komunikan menerima,
mengetahui iklan yang ditangkap oleh panca indera dan bagaimana
komunikan tersebut menanggapi iklan layanan masyarakat Keluarga
Berencana versi ” ibu rumah tangga” di televisi.
Menurut Moekijat (1993 : 137) pengguna kata – kata baik tertulis
maupun lisan disebut dengan verbal. Jadi pengukuran subyek penelitian
adalah skor pernyataan verbal mengenai isi pesan iklan yang terdapat
dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”ibu rumah
kualitas jawaban dari pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner, dimana
nantinya jawaban responden tersebut diberikan skor sehingga dapat
diketahui tinggi, sedang dan rendahnya tingkat pengetahuan dalam
penelitian ini adalah sejauh mana calon ibu rumah tangga Surabaya dalam
menerima atau mengingat iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana
versi ”ibu rumah tangga” di televisi yang diukur melalui skor jawaban yang
diberikan oleh masyarakat sebagai pemirsa di wilayah Surabaya.
2.2. Teor i S – O – R ( Stimulus – Or ganisme – Respons )
Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan
obyek meterial dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu
komunikasi. Yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen
opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus – Organisme – Respons.
Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu
komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa
tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri
komunikan sebagai penerima tanda, lambang maupun gambar. Kemudian
komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan
yang disampaikan. Selanjutnya Respons diartikan efek sebagai akhir dalam
proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy,
2000 : 254).
Akibat yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan
tertentu. Artinya stimulus dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus
tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja, 1999 : 71).
Teori S-O-R ini akan lebih dijelaskan melalui gambar model
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Model Teori S-O-R ( Stimulus-Organisme-Respons )
Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa stimulus
atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan
berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang
disampaikan maka akan memperlihatkan. Proses selanjutnya komunikan
tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir
adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan
Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat
kesesuaian antara unsur – unsur dari teori tersebut dengan topik yang
diangkat yaitu tingkat pengetahuan pemirsa di Surabaya tentang isi pesan
iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”ibu rumah tangga” di
televisi. Kesesuaian yang dimaksud peneliti dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Stimulus, berupa isi pesan tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga
Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi.
2. Organisme, berupa komunikan atau pemirsa di Surabaya yang
memperhatikan, mengerti, kemudian menerima isi pesan tayangan iklan
layanan masyarakat Keluarga Berencana di televisi.
3. Respon, berupa efek pengetahuan dengan tingkat tertentu dari pemirsa
di Surabaya, setelah melihat iklan layanan masyarakat Keluarga
Berencana versi ”ibu rumah tangga” di televisi.
2.3. Ker angka Berpikir
Televisi merupakan sebagai salah satu media elektronik yang dapat
menyampaikan informasi kepada khalayak atau masyarakat secara luas.
Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur
audio dan visual sehingga mampu memenuhi segala macam tujuan
komunikasi, yakni memiliki jangkauan dan dapat menyentuh pendengaran
dan penglihatan manusia, dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau
cepat, dapat dikatakan ’meniadakan’ perbedaan jarak dan waktu. Sehingga
televisi disukai oleh para pengiklan termasuk iklan layanan masyarakat.
Iklan layanan masyarakat yang berupa pesan, informasi dan berita
seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada
masyarakat yang dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik tertentu
dalam menarik perhatian khalayaknya. Dengan adanya terpaan iklan
layanan masyarakat dan diharapkan khalayak dapat mengerti isi pesan yang
disampaikan oleh pihak pengiklan. Dalam hal ini iklan layanan masyarakat
yang dimaksud adalah iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi
’’ibu rumah tangga’’ di televisi.
Khalayak atau masyarakat mengenal iklan layanan masyarakat
tentang Keluarga Berencana setelah mendapatkan stimulus dari
komunikator melalui tahapan perhatian, pengertian dan penerimaan. Untuk
kemudian direspon sebagai hasil proses komunikasi. Respon itulah yang
nantinya menimbulkan efek kognitif, sehingga dari stimulus atau pesan
dalam hal ini terpaan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana di
televisi yang terus menerus disampaikan oleh komunikator membuat
komunikan atau khalayak menjadi lebih mengerti dan mengetahui isi pesan
tayangan iklan layanan masyarakat tanggap flu burung.
Maka peneliti mencoba melihat tingkat pengetahuan (efek kognitif)
Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah
Tangga Tentang Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana
versi ”ibu rumah tangga” di Televisi. Stimulus yang berupa unsur
iklan layanan masyarakat
Keluarga Berencana versi “ibu
rumah tangga” di televisi yang
berupa : isi pesan dari
kampanye BKKBN bertema
“2 anak lebih baik”.
Pemirsa di Surabaya :
1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan
Tingkat pengetahuan calon ibu
rumah tangga tentang iklan
layanan masyarakat Keluarga
Berencana versi “Ibu Rumah
Tangga” di televisi :
1. Tinggi
2. Sedang
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian tingkat pengetahuan Calon ibu rumah tangga
tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah
tangga’’ menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan
atau mendeskriptifkan dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta
dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999 : 22).
Peneliti akan menggambarkan secara sistematis tingkat pengetahuan calon
ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana
versi ”ibu rumah tangga” di televisi. Untuk dapat lebih mudah
pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut:
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
3.1.1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis. Tingkat
pengetahuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan calon ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat
Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi. Sedangkan hal
– hal yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan calon ibu
Berencana adalah jawaban dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang
disebarkan peneliti.
Indikator atau dimensi tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga
tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana di ukur dari :
1. Tingkat Pengetahuan terhadap gesture tubuh
2. Tingkat Pengetahuan terhadap mimik wajah
3. Tingkat Pengetahuan terhadap Model Iklan
4. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya Anak Kembar
5. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya piring sebagai alat peraga
6. Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sederhana sebagai Latar
belakang
7. Tingkat Pengetahuan terhadap Adanya Jemuran sebagai Latar
belakang
8. Tingkat Pengetahuan terhadap Adanya slogan dalam iklan
9. Tingkat Pengetahuan terhadap Manfaat dari slogan dalam iklan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga,
didasarkan oleh skor dari seluruh jawaban responden atas pertanyaan yang
terdapat dalam kuisioner. Tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan
pemirsa tentang iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dapat
diketahui melalui skor jawaban yang didapat dari responden dari pengisian
kuisioner dimana skor jawaban akan dikategorikan pada tinggi, sedang,
Pengukuran tingkat pengetahuan dalam penelitian ini
menggunakan skala pengukuran ordinal yang terdiri dari isi pertanyaan
dalam dua macam kategori jawaban yaitu : ”Mengetahui” dan Tidak
Mengetahui”, adapun pemberian skornya adalah sebagai berikut :
A. Mengetahui diberi skor 2
B. Tidak Mengetahui diberi skor 1
Setiap responden diberi nilai bilangan (skor), respon positif diberi
skor paling tinggi dan skor negatif diberi skor paling rendah. Nilai yang
diperoleh dari masing – masing indikator variabel kebutuhan dijumlahkan
lalu ditentukan termasuk dalam jenjang tinggi, sedang, atau rendah. Untuk
mengetahui tingkatan tinggi, sedang, rendah dengan mencari lebar interval
kelas dari masing – masing variabel tingkat pengetahuan dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
dengan nilai tertinggi (Mengetahui / skor 2) dikalikan dengan jumlah
keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
dengan nilai terendah (Tidak Mengetahui / skor 1) dikalikan dengan
jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan dalam
bentuk tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang, rendah. Jadi jenjang
yang ditemukan disini yang digunakan untuk melihat bagaimana
tingkat pengetahuan pemirsa tentang iklan layanan masyarakat
Keluarga Berencana versi ’’ibu rumah tangga’’ di televisi.
Jumlah pertanyaan yang terkait dengan tingkat pengetahuan
pemirsa tentang isi pesan iklan layanan masyarakat tanggap Keluarga
Berencana versi ”ibu rumah tangga” di televisi ada 11 pertanyaan,maka
dalam penelitian ini disediakan 9 pertanyaan dengan perhitungan :
Skor Terendah = 11 x 1 = 11
Skor Tertinggi = 11 x 2 = 22
Skor Interval = 22 – 11 = 4
3
Jadi batasan skor dalam lebar interval tingkat pengetahuan calon
ibu rumah tangga tentang iklan layanan masyarakat ”keluarga berencana”
di televisi adalah rendah, sedang, dan tinggi.
Kategori Rendah : 11 – 14
Kategori Sedang : 15 – 18
Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori
antara 11 - 14 maka tingkat pengetahuan rendah artinya
responden tidak mengetahui iklan KB versi ”ibu rumah
tangga.
b. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori
antara 15 - 18 maka tingkat pengetahuan sedang artinya
responden mengetahui unsur iklan dalam iklan KB tetapi
belum memahami makna dari Iklan KB versi ”ibu rumah
tangga”.
c. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori
antara 19 - 22 maka tingkat pengetahuan tinggi artinya
responden mengetahui unsur iklan dan mengetahui makna
dalam iklan KB versi ”ibu rumah tangga”.
3.1.2. Iklan Layanan Masyar akat Keluar ga Ber encana Ver si ”Ibu Rumah
Tangga” di Televisi.
Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi ”Ibu Rumah
Tangga” di televisi merupakan iklan yang bersifat non profit yang tidak
menghasilkan keuntungan akibat pemasangannya. Iklan layanan
Berencana sebagai wakil pemerintah untuk mensosialisasikan tentang
peningkatan pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana yang
memiliki isi pesan diantaranya pengetahuan tentang pentingnya
melaksanakan program KB yang memberitahukan kepada masyarakat
dampak tanpa melakukan program KB.
Iklan layanan masyarakat ”keluarga berencana” yang ditayangkan
di televisi, yang pada penelitian ini mengukur tentang bagaimana tingkat
pengetahuan calon ibu rumah tangga setelah menonton iklan layanan
masyarakat, apakah sekedar mengetahui atau mengerti makna dalam iklan
KB versi ”ibu rumah tangga”.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Surabaya
yang bertempat tinggal di kota Surabaya dan terdaftar sebagai warga kota
Surabaya yang berusia di atas 17 tahun yang merupakan remaja putri atau
calon ibu rumah tangga yang pernah menonton iklan layanan masyarakat
Keluarga Berencana di televisi. Dengan alasan bahwa pada saat berusia 17
tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, kematangan
emosional dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk
dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono,
Menurut Badan Pusat Statistik dalam buku Surabaya dalam angka
tahun 2007 jumlah penduduk Surabaya berjumlah 2.599.796 jiwa
sedangkan yang berusia 17 tahun keatas berjumlah 1.905.619 jiwa.
3.2.2. Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan
pemirsa yang bertempat tinggal di kedua wilayah yang telah terpilih secara
acak, dan yang menjadi responden adalah yang berusia 17 tahun keatas dan
yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi
”Ibu Rumah Tangga” di televisi.
Mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas
dalam wilayah kota Surabaya, maka dalam teknik penarikan sampel
menggunakan teknik penarikan sampel multistage cluster random sampling
yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling N
N. 1
N. 1.a
N. a N. b
N. 1.b
N. c N. d
N. 2
N. 2.a
N. e N. f
N. 2.b
Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling
dapat dilakukan melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :
a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah
penelitian kota Surabaya,di mana kota Surabaya terbagi dalam
5 bagian wilayah yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara,
Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat.
Setelah dilakukan random akhirnya terpilih dua (2) wilayah
Surabaya sebagai lokasi yaitu Surabaya Selatan dan Surabaya
Pusat.
b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan.
Kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing – masing
dua kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Setelah dipilih
secara acak maka terpilih empat (4) kecamatan yaitu untuk
Surabaya Selatan terpilih kecamatan Gayungan dan kecamatan
Karang pilang. Sedangkan untuk Surabaya Pusat terpilih
kecamatan Genteng dan kecamatan Tegalsari.
c. Tahap ketiga, dilakukan pemilihan kelurahan yang mana
setelah dilakukan pemilihan secara random maka terpilih dua
wilayah kelurahan masing – masing kecamatan. Pada masing –
masing wilayah kecamatan akhirnya terpilih delapan (8)
wilayah kelurahan yaitu untuk kecamatan Gayungan terpilih
Tegalsari terpilih kelurahan Tegalsari dan kelurahan
Keduungdoro. Kecamatan Genteng terpilih kelurahan Embong
Kaliasin dan kelurahan Ketabang sedangkan Kecamatan
Karang Pilang terpilih keurahan Karang Pilang dan kelurahan
Kebraon.
Setelah dilakukan pengundian maka diperoleh masing – masing
populasi dari tiap kelurahan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Masyarakat di 8 Kelurahan Terpilih
NO Kelurahan Jumlah
1 Kelurahan Gayungan 8864
2 Kelurahan Menanggal 5308
3 Kelurahan Tegalsari 13.453
4 Kelurahan Kedungdoro 15.584
5 Kelurahan Embong Kaliasin 8835
6 Kelurahan Ketabang 8291
7 Kelurahan Karang Pilang 7632
8 Kelurahan Kebraon 20.669
Jumlah 88636
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Jumlah populasi yang terdapat pada 8 (delapan) kelurahan yang
diteliti adalah sebanyak.88636 orang. Penentuan jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane, yaitu jumlah
dengan tingkat kepercayaan 90 %. Rumus yang sederhana untuk
ini adalah sebagai berikut : (Rakhmat, 2001 : 82)
n = N
N(d)² + 1
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Presisi 10 % derajat ketelitian (0,1)
Maka dengan perhitungan responden sebagai berikut :
n = N
N(d)² + 1
n = 88636
88636(0,1)² + 1
n = 88636
887,36
n = 99,88 ≈ 100
Jadi sampel yang akan diambil untuk dijadikan responden sebanyak 100
orang.
Guna lebih proporsional dalam menentukan sampel yang digunakan maka
dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sample untuk masing – masing
kelurahan yang diteliti dengan rumus :
n1= N1 x n