• Tidak ada hasil yang ditemukan

258 1019 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "258 1019 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

K

ECEMASAN

W

ANITA

P

ADA

M

ASA

M

ENOPAUSE

B

ERDASARKAN

T

INGKAT

E

KONOMI

Atun Wigati a,*, Ummi Kulsum b

a,b STIKES Muhammadiyah Kudus, Kudus, Indonesia

a atunwigati@stikesmuhkudus.ac.id

b ummikulsum@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak

Seseorang yang memiliki tingkat ekonomi tinggi atau tingkat pendapatan yang baik akan merasa tidak cemas, tidak menutup kemungkinan jika tingkat ekonomi atau pendapatan pada ibu menopause menjadi salah satu faktor timbulnya kecemasan dalam menghadapi menopause. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi tingkat ekonomi terhadap tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause yang tinggal di desa Mindahan Kecamatan Batealit, yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2017. Tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling, didapatkan sample sebanyak 37 responden. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa hasil penelitian menggunakan uji Kendall’s tau, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 (p<0,05) dengan nilai korelasi r = 0,571 yang menunjukkan bahwa korelasi sedang. Diharapkan dapat dilakukan penelitian terkait kecemasan pada ibu menopause dengan determinan yang berbeda dan wanita pada usia menopause agar lebih menambah wawasan tentang menopause dan penanganannya sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dan tidak tergantung pada keadaan ekonomi.

Kata kunci : Tingkat ekonomi, Tingkat kecemasan

Abstract

Woman with high economic level or good income will feel less anxiety compared to those who has low economic level or less income. It opens the possibility that whether economic level or income for menopausal woman becomes one of the factors for anxiety level in menopause phase. The aim of this study is to determine the effect of economic level on the level of anxiety for women in menopause phase in Mindahan Village, Batealit, Jepara in 2017. This study is a kind of quantitative research using survey with cross sectional approach. The populations of this study were all postmenopausal women in the village of Mindahan, Batealit, conducted from June to July 2017. Sampling technique was done using purposive sampling, covering 37 respondents. Data collection techniques was done using questionnaires. The analysis of result was done using Kendall's tau test, in the way that result showed that there is correlation between economic level and mother's anxiety in facing menopause in the village of Mindahan, Batealit, conducted from June to July 2017 of (p <0,05) with correlation value of r = 0,571 with moderate correlation. It is hoped that further study may relate to anxiety level of menopausal women with different determinants and menopausal women obtainded knowledge for menopause and treatment to reduce anxiety and not dependable on only economy.

Keywords: Economic level, Anxiety level

I. P

ENDAHULUAN

Menopause merupakan suatu keadaan saat daur haid pada wanita berhenti. Hal ini disebabkan oleh lenyapnya folikel telur yang tersisa atau menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan hormon otak FSH dan LH yang

juga mengalami perubahan.banyak istilah yang di gunakan pada masa dewasa akhir, dan salah satunya disebut awal menopause. Istilah kata menopause berasal dari kata men= bulan, pause= (pausis, pauo) = periode atau tanda berhenti, jadi menopause adalah berhentinya

(2)

secara defenitif menstruasi. Adapun klimakterium berasal dari kata climacter= tahun perubahan, pergantian tahun yang bahaya.

Klimakterium adalah periode kritis dalam system hormonal, ditandai dengan berhentinya haid yang memengaruhi kondisi psikomatis.

Istilah menopause sering kali disalahartikan dengan klimakterium (Picter & Lubis, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik di Australia jumlah wanita menopause sekitar 2.130 wanita (Kompas, 2008) Sementara itu tiap tahunnya, sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Jumlah wanita usia 50 tahun keatas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada tahun 2020. Di Asia, menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta menjadi 373 juta.

Menurut Badan Pusat Statistik dengan proyeksi penduduk 2008 bahwa 5.320.00 wanita Indonesia memasuki usia menopause per tahunnya. 68% menderita gejala klimakterik dan hanya 62% dari penderita yang menghiraukan gejala tersebut. (Baziad, 2009)

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2008 jumlah perempuan berusia diatas 50 baru mencapai 18,5 juta orang atau 7,6 % dari total penduduk.

Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2006 yaitu 32,17 juta jiwa dengan jumlah wanita menopause sebanyak 2,24 juta orang (Susenas, BPS Jawa Tengah, 2006).

Sindrom menopause dialami oleh hampir seluruh penduduk dunia. Tercatat di Eropa 70- 80%. Amerika Serikat 60%, Malaysia sekitar 57%, Cina 18% dan di Jepang dan Indonesia sekitar 10% (Fajri, 2005). Diperkirakan jumlah orang yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk dengan perbandingan wanita dengan pria 2 : 1 (Hawari, 2007).

Secara umum sebagian besar perempuan mulai memasuki masa menopause pada usia 49-52 tahun. Mengacu hasil penelitian bahwa usia harapan hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun. Maka sekitar 20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan menopause (Kasdu, 2004).

Dalam menghadapi menopause, kultur sosio ekonomis juga berpengaruh. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi lemah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami menopause. Selain itu faktor pendidikan berpengaruh pada cara wanita menanggapi menopause. Perempuan yang banyak mengalami kekhawatiran berasal dari orang-orang yang berpendidikan rendah dan perekonomian menengah ke bawah (Proverawati, 2010).

Perempuan yang bekerja pun umumnya lebih siap menghadapi masa menopause daripada yang tidak bekerja. Mungkin hal ini disebabkan mereka yang bekerja terbiasa menghadapi stress. Maka dari itu masa menopause bagi mereka sama dengan menghadapi stress yang memang sering mereka atasi dalam menghadapi masalah-masalah pekerjaan. Hasil survey menunjukan bahwa perempuan pre menopause tidak bisa menerima keadaan masa pre menopause, didapatkan dengan ciri-ciri insomnia, ansietas, sensitif, dan tidak bisa mengendalikan emosi. Dampak menopause yang sering terjadi di masyarakat diantaranya kecemasan, takut, cepat marah, ingatannya menurun, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, mudah tersinggung, stress bahkan depresi (Rostian, 2009).

Anxietas atau kecemasan, merupakan istilah yang akrab digunakan untuk kecemasan, kekhawatiran, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas adalah respon emosional yang terhadap penelitian individu yang subjektif yang mana keadaannya di pengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter dan Lubis, 2010).

Banyak dari ibu-ibu yang mengalami menopause menjadi seorang yang mudah mengalami rasa cemas. Akibat seringnya kekhawatiran yang menghantui dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah mereka khawatirkan, hal itu juga dapat menimbulkan kecemasan (Pieter dan Lubis, 2010).

Menurut pendekatan kognitif dalam ilmu psikologis, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stress) yang dialami manusia sangat ditentukan oleh bagaimana seseorang menilai peristiwa yang dialaminya. Mitos- mitos yang berkembang di masyarakat juga

(3)

dapat menambah rasa cemas. Seseorang yang mengalami menopause akan menjadi tua, selain itu wanita yang sangat mencemaskan menopause kemungkinan besar karena kurang mendapatkan informasi yang objektif tentang segala sesuatu yang menyangkut informasi menopause khususnya bagi wanita yang belum mengalami menopause (Manuaba, 2010).

Pada umumnya seorang yang memiliki tingkat ekonomi tinggi atau tingkat pendapatan yang baik akan merasa tidak cemas dibanding dengan seorang yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah atau tingkat pendapatan kurang akan merasa cemas, tidak menutup kemungkinan jika tingkat ekonomi atau pendapatan pada ibu menopause menjadi salah satu faktor timbulnya kecemasan dalam menghadapi menopause.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan peneliti kepada 10 ibu menopause yang tinggal di desa Mindahan kecamatan Batealit kabupaten jepara secara acak tentang menopause mengatakan bahwa 6 ibu (60%) enam ibu yang tidak bekerja dengan tingkat ekonomi rendah atau pendapatan kurang mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause karena ibu merasa khawatir dan merasa sudah tidak berguna, dan 4 ibu (40%) yang bekerja dengan tingkat ekonomi atau pendapatan yang tinggi tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause karena ibu yang bekerja terbiasa menghadapi stress dengan demikian masa menopause bagi mereka sama saja menghadapi stress yang memang sering mereka atasi dalam masalah-masalah pekerjaan.

Dari uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause Di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 “.

Landasan Teori Tingkat ekonomi

Ekonomi berasal dari bahasa yunani, oikonomia yang terdiri dari kata oikos dan nomos. Yang artinya adalah aturan rumah tangga. Jadi ekonomi berarti kegiatan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan dengan sumber daya yang langka (Sukwiati, 2009).

Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Tersedianya suatu fasilitas akan menentukan status ekonomi seseorang yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, maka dari itu status ekonomi ini akan mempengaruhi kondisi seseorang (Pujiati, 2010).

Kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan dapat disebut dengan tingkat ekonomi.

Pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok dapat dilihat sebagai status ekonomi (Kartono, 2006).

Menopause

Menopause merupakan suatu keadaan saat daur haid pada wanita berhenti. Hal ini disebabkan oleh lenyapnya folikel telur yang tersisa atau menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan hormon otak FSH dan LH yang juga mengalami perubahan. Banyak istilah yang di gunakan pada masa dewasa akhir, dan salah satunya disebut awal menopause. Istilah kata menopause berasal dari kata men = bulan, pause = (pausis, pauo) = periode atau tanda berhenti, jadi menopause adalah berhentinya secara defenitif menstruasi. Adapun klimakterium berasal dari kata climacter = tahun perubahan, pergantian tahun yang bahaya. Klimakterium adalah periode kritis dalam sistem hormonal, ditandai dengan berhentinya haid yang memengaruhi kondisi psikomatis. Istilah menopause sering kali disalahartikan dengan klimakterium (Picter &

Lubis, 2010).

Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang belum berkembang.

Pada fase prapubertas, yaitu usia 8-12 tahun, dari sinilah mulai timbul aktifitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya sekitar usia 12-13 tahun, pada umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid yang pertama). Masa ini disebut dengan pubertas dimana organ reproduksi wanita sudah mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovarium akan mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertile (subur) yang

(4)

berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan.

Pada masa ini wanita mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterum, yaitu masa peralihan yang dialami seorang wanita dari periode reproduktif menjadi periode non reproduktif.

Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun sekitar menopause yaitu sekitar 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause (Atiqah, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Rostiana dan Kurniati (2009) didapatkan hasil bahwa seorang wanita menopause mengalami gejala kognitif, yaitu gangguan tidur, lebih cemas, grogi, panik dan sulit konsentrasi yang baru subjek alami enam bulan terakhir ini. Seseorang yang mengalami gejala motorik dimana sekarang ini seseorang lebih mudah letih bila terlalu banyak melakukan aktifitas. Wanita juga gemetar dalam situasi yang cemas dan akan menggigit bibirnya dalam situasi cemas untuk mengurangi rasa cemasnya. Wanita mengalami gejala somatik dimana sekarang ini keringat wanita lebih banyak dari biasanya sewaktu tidur. Jantung pun berdetak lebih kencang jika merasa cemas, takut dan grogi. Muka pun saat ini lebih kering dari biasanya. Wanita mengalami gejala afektif gelisah karena membayangkan bagaimana bila sudah tidak menstruasi lagi. Wanita juga merasa tidak nyaman, khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause.

Tingkat kecemasan

Kecemasan adalah kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat atau akan terjadi (Muis, 2009).

Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan (Wartonah, Tarwoto, 2006).

Kecemasan adalah perasaan yang tidak mnyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat terhadap sesuatu yang dialami oleh seseoang (Nugroho, 2008).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penelitian individu yang subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam

bawah sadar dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter dan Lubis, 2010).

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar ,yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak pasti dan tidak berdaya .keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Menurut Ann Isaacs 2007, tingkat kecemasan ada :

a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari- hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan perlu berhati-hati dan waspada. individu terdorong untuk belajar, menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas seperti bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, sakit ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidakdapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.

b. Cemas sedang : pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun.

Individu lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampuditerima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak.

c. Cemas berat : pada cemas berat lahan presepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.

Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntunan. Respon kecemasan berarti seperti sesak nafas pendek,nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas cepat, dan perasaan ancaman meningkat.

d. Panik : panik dicirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak terduga di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.pada lahan panic persepsi terhadap masalah sangat sempit, seseorang akan mengalami ketidakmampuan total untuk berfokus menginteregasi kemampuan koping : gejala fisiologik, dan respon.

(5)

II. M

ETODE

P

ENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan analitik korelasi.

Pendekatan penelitian menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua wanita yang berada di Desa Mindahan kecamatan Batealit Kabupaten Jepara pada tahun 2017 sebanyak 37 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2017.

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner. Tehnik analisa data menggunakan Uji Kendall’s tau.

III. H

ASIL

D

AN

P

EMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh tingkat ekonomi terhadap tingkat Kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 akan dibahas meliputi:

Daftar distribusi frekuensi tingkat ekonomi di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017

Tabel.1 distribusi frekuensi berdasarkan tingkat ekonomi

Tingkat

ekonomi Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 6 16,2

Sedang 10 27,0

Rendah 21 56,8

Total 37 100,0

Berdasarkan tabel.1 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 37 ibu tentang tingkat ekonomi ibu di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 terbanyak adalah rendah (< 800.000) sejumlah 21 orang (56,8%), dan terkecil adalah ekonomi tinggi (> 800.000) sejumlah 6 orang (16,2%).

Menurut Efendi (2003) menjelaskan bahwa tingkatan ekonomi seseorang di Indonesia sesuai dengan kebutuhannya adalah ekonomi tinggi Yaitu tingkatan kemapanan ekonomi seseorang yang dapat atau mampu memenuhi semua kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Dilihat dari tingkatan penghasilan perbulan melebihi nilai upah minimum regional / kabupaten (UMR/ UMK) yang disesuaikan karakteristik masyarakat setempat. Ekonomi cukup yaitu tingkatan

ekonomi seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Dilihat dari tingkatan penghasilan perbulan sesuai dengan nilai UMR. Ekonomi rendah yaitu tingkatan ekonomi seseorang hanya mampu memenuhi kebutuhan primernya saja kadang tidak mampu memenuhinya. Dilihat dari tingkatan penghasilan perbulan lebih rendah dari UMR yang disesuaikan karakteristik masyarakat setempat.

Berdasarkan data pemerintah dari surat keputusan Gubernur jawa tengah nomor 561.4/73/2017 : pemerintah kabupaten jepara Upah Minimum Regional (UMR) yaitu sebesar Rp.800.000.-per bulan.

Berdasarkan hasil dan teori di atas tingkat ekonomi adalah rendah. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa ibu mempunyai penghasilan perbulan sesuai dengan nilai UMR (800.000).

Daftar distribusi frekuensi tingkat kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause di Desa Mindahan

Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017

Table.2 daftar distribusi berdasarkan tingkat kecemasan Tingkat

kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Ringan 15 40,5

Sedang 10 27,0

Berat 11 29,7

Panik 1 2,8

Total 37 100,0

Berdasarkan tabel.2 menunjukkan bahwa hasil penelitian terhadap 37 ibu tentang kecemasan ibu dalam menghadapi menopause terbanyak adalah kecemasan ringan sebanyak 15 orang (40,5%), kecemasan sedang sebanyak 10 orang (27%), kecemasan berat sebanyak 11 orang (29,7%) dan yang paling terkecil kecemasan panik sebanyak 1 orang (2,8%).

Menurut Aqila (2010). Ada tiga periode dalam menopause yaitu :Klimakterum adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini disebut juga dengan premenopause. Menopause adalah saat haid terakhir dan bila sesudah menopause disebut pasca menopause. Senium merupakan periode sesudah pascamenopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan

(6)

kondisinya sehingga tidak mengalami gangguan fisik.

Berdasarkan teori di atas dan dari hasil penelitian kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan ringan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa ketegangan dalam menghadapi menopause yaitu penurunan kadar estrogen menyebabkan periode menstuasi yang tak teratur. Inilah yang biasanya dijadikan sebagai tanda dimulainya masa menopause.

Tingkat kecemasan ibu dalam

menghadapi menopause berdasarkan tingkat ekonomi di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017

Tabel.3 distribusi frekuensi berdasarkan tingkat ekonomi

Berdasarkan tabel.3 menunjukkan bahwa hasil didapatkan sebagian besar ibu mempunyai tingkat ekonomi rendah mengalami kecemasan berat menghadapi menopause sebesar 11 orang (29,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017.

Sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedirham et al (2008) bahwa pada wanita ekonomi rendah akan mempersiapkan diri untuk menghadapi menopause dengan ketakutan yang berlebihan.

Sedangkan pada wanita dengan ekonomi tinggi atau wanita karier tidak berpengaruh karena disibukkan oleh kegiatan pekerjaan kantor.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2017) di Gampong Lambaro Skep Kecamatan

Kuta Alam Banda Aceh tahun 2010 menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pendapatan (tingkat pendapatan atau ekonomi) dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause.

Sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati (2010) di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta didapatkan hasil bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai karyawan. Seorang wanita yang bekerja khususnya wanita yang mengalami premenopause kemungkinan besar mendapatkan kesempatan untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan. Maka dari itu seorang wanita yang bekerja, karena kesibukannya mereka tidak sempat memikirkan gangguan gangguan menjelang menopause, begitu juga sebalikanya.

Menurut Aqila (2010) menjelaskan bahwa rasa kurang nyaman menjalani masa menopause akan semakin terasa parah jika seorang wanita tersebut dalam kondisi stress.

Mengetahui berbagai macam gejala menopause tentu membuat wanita menjadi takut,mulai dari ancaman ketidak nyamanan dalam hubungan seks, sampai berbagai macam masalah kesehatan seperti ancaman penyakit jantung dan osteoporosis. Disamping itu, kegemukan, keriput, dan mengendurnya kulit membuat penampilan tidak lagi secantik waktu muda.

Tidak heran jika semua itu menjadikan wanita takut bahkan cemas dalam menghadapi masa ini. (Aqila, 2010)

Menurut Hall, C.S 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya, kurang informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah, masalah pengobatan. Masalah biaya merupakan termasuk masalah ekonomi, hal ini akan mempengaruhi kecemasan seseorang dalam menghadapi menopause.

Tabel.4 Contingency

Value

Approx.

Sig.

Nominal by Nominal

Contingency

Coefficient ,571 ,007 N of Valid Cases 37

(7)

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Berdasarkan hasil uji Coefficient Contingency didapatkan nilai p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat ekonomi dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di desa Mindahan kecamatan Batealit kabupaten jepara tahun 2017, dengan nilai korelasi r = 0,571 yang menunjukkan bahwa korelasi sedang.

IV. K

ESIMPULAN

Penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017 (p<0,05) dengan nilai korelasi r = 0,571 yang menunjukkan bahwa korelasi sedang.

Diharapkan dapat dilakukan penelitian terkait kecemasan pada ibu menopause dengan determinan yang berbeda dan wanita pada usia menopause agar lebih menambah wawasan tentang menopause dan penanganannya sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dan tidak tergantung pada keadaan ekonomi.

D

AFTAR

P

USTAKA

Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta: A+ Plus Book.

Aqila, Smart. 2010. Bahagia di Usia Menopause. Jogjakarta: A+ Plus Book.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Baziad, Ali. 2007. Bunga Rampai Masalah Kesehatan dari Dalam Kandungan Sampai Usia Lanjut. Jakarta: FKUI.

Hermawati, D. (2017). Hubungan Karakteristik Wanita Premenopause Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Di Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 2(2), 143-152.

Ismiyati, A. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause pada

Ibu Premenopause di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).

Jhaquin, Arrwenia. 2010. Psikologi Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mahmud, Noviar. 2007 .Bunga Rampai Masalah Kesehatan dari Dalam Kandungan Sampai Usia Lanjut.Jakarta:

FKUI.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik.Jakarta: EGC.

Pernoll, Benson. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Pieter ,Lubis. 2010. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan.Jakarta: Kencana Media.

Proverawati, Atikah, 2010. Menopause dan Sindrome Premenopause. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Rostiana, T., & Kurniati, N. M. T. (2009).

Kecemasan Pada Wanita Yang Menghadapi Menopause. Jurnal Psikologi Volume, 3(1), 76.

Rusdi, Iwan. 2009. Kebijakan Khusus Lansia Saryono, Setiawan, Ari. 2010. Metodologi

Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soedirham, O., Sulistyowati, M., & Devy, S. R.

(2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan dalam menghadapi menopause. J. Penelit. Med. Eksakta, 7.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Wawan, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan dan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Winknjosastro, 2008. Ilmu Kandungan.

Jakarta: YBP-SP

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini mengindikasikan bahwa model dengan memasukkan penerapan SPIP dan SAP sebagai variabel pemediasi antara hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD

Dengan pokok permasalahan yang ada disini penulis membuat perancangan sistem informasi website Terminal Giri Adipura Wonogiri dengan menggunakan wordpress, yang

Berdasarkan CTQ yang diperoleh maka data yang nantinya menjadi acuan atau yang akan jadi bahan pertimbangan adalah hasil dari proses cetak tersebut yang

Sedangkan Hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis Lesson Study

Bangun Samudra jangan sampai menyekutukan Allah dalam bentuk tandingan apapun, kita wajib iman kepada Allah. Sehingga kita tidak termasuk umat yang musyrik. jadi

Hasil penelitian menunjukan kelima variabel yaitu bukti fisik ( tangibles ) , daya tanggap ( responsiveness ) , reliabilitas ( reliability ) , jaminan ( assurance ) ,

Adapun permasalahan yang ingin dipecahkan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas inidapat dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana peningkatan keterampilan

Secara umum, pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada triwulan ketiga ini, kegiatan memasuki pada tahap inti