BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan percobaan ini dilakukan di Desa Tanjung Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut. Lahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sawah irigasi dengan suhu 28°C - 34°C. Waktu percobaan dilaksanakan pada bulan Juni 2022 sampai dengan bulan Agustus 2022.
3.2 Alat dan Bahan Percobaan 3.2.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : bambu, golok, gergaji, tali rafia, gunting, seng, cangkul, sprayer knapsack semi automatik dan nozel T-jet, gelas ukur, oven, timbangan, dan meteran.
3.2.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan adalah : benih padi Inpari 32, pupuk Ponska (N-15%, P-15%, K- 15%), pupuk Urea (N-46%), pestisida dan herbisida berbahan aktif Triklopir butoksil etil ester.
3.3 Rancanagan Percobaan 3.3.1 Rancangan Linkungan
Metode penelitian dalam percobaan ini adalah eksperimen dengan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana yang terdiri dari enam perlakuan dan diulang sebanyak empat kali ulangan.
Petak percobaan berukuan 1 m x 1 m dan populasi tanaman sebanyak 16 tanaman/perlakuan. Jarak antar petak yaitu 50 cm, jarak tanam yang digunakan 25 cm x 25 cm.
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Penelitian dilakukan dilahan percobaan sehingga menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang diulang 4 kali dari enam perlakuan dengan jumlah 24 petak satuan percobaan.
Rancangan perlakuan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah : A : Perlakuan bahan aktif Triklopir butoksol etil ester, Dosis 0,75 L/ha B : Perlakuan bahan aktif Triklopir butoksil etil ester, Dosis 1,00 L/ha C : Perlakuan bahan aktif Triklopir butoksil etil ester, Dosis 1,25 L/ha D : Perlakuan bahan aktif Triklopir butoksil etil ester, Dosis 1,50 L/ha E : Penyiangan manual (TOT)
F : Kontrol (tanpa penyiangan) (OTS)
𝑌𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝛼𝑖+ 𝛽𝑗+ ∑ 𝑖𝑗
Keterangan:
Yij= Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ = Rata-rata populasi.
αi = Pengaruh perlakuan dosis herbisida ke-i.
βj = Pengaruh ulangan ke-j.
∑ij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Tabel 1. Daftar Sidik Ragam Sumber
Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Nilai F-Hit Nilai F-Tabel 5%
Kelompok k-1 JKK KTK KTK/KTG
Perlakuan p-1 JKP KTP KTP/KTG
Galat (k-1)(p-1) JKG KTG
Sumber: Gasverg (1991).
Rumusnya adalah sebagai berikut:
FK (Faktor Koreksi) = 𝑌….2𝑝.𝑘
JKT (Jumlah Kuadrat Total) = ∑ i.j Yij2 - FK JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan) = ∑ i
𝑌𝑖2 𝑘 - FK JKK (Jumlah Kuadrat Kelompok) = ∑ j
𝑌𝑗2 𝑝 - FK JKG (Jumlah Kuadrat Galat) =JKT-JKK-JKP KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan) = JKP/p-1 KTK (Kuadrat Tengah Kelompok) = JKK/k-1 KTG (Kuadrat Tengah Galat) =JKG/ (p-1)(k-1)
Kriteria hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jika Fhitung 5% > Ftabel maka terima H1. 2. Jika Fhitung 5%< Ftabel maka terima H0.
Analisis selanjutnya dilakukan dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) terhadap perlakuan yang berpengaruh nyata pada taraf 5% hanya jika H0 diterima.
DMRTα = R (p, v, α) ˙ √𝐾𝑇𝐺 𝑟
Keterangan :
p = jarak peringkat dua perlakuan galat v = derajat bebas galat
α = taraf nyata
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan sebelum percobaan yang bertujuan untuk mengetahui jenis gulma dominan, kerapatan gulma, frekuensi, dan indeks nilai penting di lahan percobaan. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan alat kuadran yang berukuran 50 cm x 50 cm dengan mengambil contoh gulma di setiap petak percobaan.
3.4.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan menggunakan no tillage atau TOT (Tanpa Olah Tanah).
Pada fase ini, herbisida siap untuk diaplikasikan sebagai pengganti dari pengolahan tanah sempurna. Penggunaan herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma di lahan budidaya TOT menguntungkan dalam efektivitas waktu dan tenaga kerja. Dengan dosis yang relatif sedikit dapat menghemat biaya untuk tenaga kerja dan waktu yang relatif lebih singkat dibanding pengolahan tanah sempurna.
3.4.3 Persiapan Benih dan Persemaian
Benih yang akan ditanam harus diseleksi dahulu dengan cara merendam benih dengan air.
Benih yang tenggelam adalah benih yang baik untuk ditanam, sedangkan benih yang mengambang tidak baik untuk ditanam.
3.4.4 Penanaman
Penanaman tanaman padi dilakukan saat usia persemaian padi berumur 21 hari setelah tanam (HST). Padi dipindahkan ke lahan percobaan didalam petak yang berukuran 1 m x 1 m, dan ditanam dengan jarak 25 x 25 cm. Setiap lubang ditanam 3 benih tanaman padi. Dalam satu petak terdapat 16 lubang tanam. Penanaman dilakukan pada petak percobaan berbeda-beda yang masing- masing digenangi air sebelum penanaman selama 3 hari. Penanaman pada perlakuan tanpa olah tanah (TOT) menggunakan tugalan untuk memudahkan membuat lubang tanam.
3.4.5 Pemeliharaan 1) Pengairan
Pengairan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman padi. Air yang digunakan untuk pengairan padi sawah ialah air yang berasal dari saluran irigasi. Pengairan dilakukan pada saat persemaian dan saat tanaman padi berusia 7 hari setelah dipindah tanamkan. Selanjutnya pengairan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman padi sampai panen.
2) Penyulaman
Setelah penanaman, apabila tanaman padi ada yang tidak tumbuh atau rusak maka dilakukan penyulaman (disulam). Tanaman sulam itu biasa mengganti tanaman padi yang rusak. Penyulaman dilakukan 10 hari sesudah tanam.
3) Pemupukan
Pemupukan pada tanaman padi dilakukan sebanyak 3 kali selama masa percobaan.
1. Pemupukan Pertama
Pemupukan dilakukan 10 hari setelah tanam (HST) dengan pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dengan dosis 300 kg/ha, kebutuhan per petaknya sebanyak 450 g/petak dan kebutuhan pupuk untuk tanaman sebanyak 1.875 g/tanaman.
2. Pemupukan Kedua
Pemupukan kedua dilakukan 25 hari setelah tanam (MST) dengan dosis pupuk Urea 100 kg/ha, dengan kebutuhan per petaknya sebanyak 150 g/petak dan kebutuhan pupuk untuk tanaman sebanyak 10,625 g/tanaman.
3. Pemupuan Ketiga
Pemupukan kedua dilakukan 60 hari setelah tanam (MST) dengan dosis pupuk Phonska 100 kg/ha, dengan kebutuhan per petaknya sebanyak 150 g/petak dan kebutuhan pupuk untuk tanaman sebanyak 10,625 g/tanaman.
3.4.6 Panen
Panen pada tanaman padi dilakukan saat tanaman padi berumur 110 hari. Pada saat tanaman padi masak penuh, warna bulir buah yang sudah mulai menguning 90% serta bulir pada malai sudah mulai berisi adalah tanda bahwa tanaman padi siap dipanen. Cara pemanenan tanaman padi menggunakan alat tradisional seperti parit dan gapretan. Parit digunakan untuk memotong atau mengiris area bawah atau batang tanaman padi. Gapretan digunakan untuk memisahkan bulir padi dari tanaman padi yang sudah di arit. Adapun proses pemanenan yang dilakukan yaitu dengan memotong batang padi menggunakan sabit dengan cara menggenggam satu rumpun batang padi
kemudian potong tepat di batang bagian tengah pada setiap petak, setelah itu masukan kedalam karung goni yang sudah diberi label.
3.5 Pengamatan
Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang tidak dianalisis secara statistik namun dilampirkan di lampiran, sedangkan pengamatan utama merupakan pengamatan yang dianalisis secara statistik.
3.5.1 Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang seperti : pengamatan terhadap tanah (analisis tanah), hama dan penyakit pada tanaman padi serta curah hujan.
1) Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan pada lahan percobaan dengan cara pengambilan sampel secara acak atau sampel random sampling pada kedalaman 0-15 cm. kemudian sampel tanah tersebut masing- masing dicampur dan diaduk merata sampai kering. Tanah yang kering diamati.
2) Hama dan Penyakit
Pengamatan hama dan penyakit dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman padi. Pengamatan ini dilakukan sejak awal penanaman sampai panen. Cara mengidentifikasi hama dan penyakit adalah dengan mengamati daun, pelepah daun dan batang pada tanaman padi.
3) Curah Hujan
Keadaan agroklimatologi yang diamati selama penelitian yaitu berupa curah hujan, iklim dan suhu. Data curah hujan diambil dari Stasiun Curah Hujan Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang dengan ketentuan data sepuluh tahun terakhir.
3.5.2 Pengamatan Utama
Pengamatan utama yang diamati terdiri dari : 1) Komponen Pertumbuhan Gulma A. Dominansi Gulma
Dominansi gulma didapat dari hasil analisis vegetasi dan persentase gulma yang dominan di lahan percobaan. Untuk menentukan dominansi gulma maka harus menentukan INP (Indeks Nilai Penting) terlebih dahulu, rumusnya sebagai berikut :
Kerapatan Mutlak (KM) : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Kerapatan Relatif (KR) % : 𝐾𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
∑𝐾𝑀 x 100%
Frekuensi Mutlak (FM) : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Frekuensi Relatif (FR) % : 𝐹𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
∑𝐹𝑀 x 100%
INP : KR + FR SDR : 𝐼𝑁𝑃3
B. Bobot Kering Gulma
Bobot kering gulma dihitung pada setiap kuadrat yang diletakkan di plot percobaan. Bobot kering gulma dipisahkan berdasarkan bobot kering total dan gulma dominan. Gulma dikeringkan
terlebih dahulu lalu hitung bobotnya dengan timbangan digital. Pengamatan bobot kering gulma dilakukan pada umur 21, 41 HSA (Hari Setelah Aplikasi).
2) Komponen Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) A. Fitoksitas Tanaman Padi
Fitoksitas tanaman padi atau tingkat keracunan pada tanaman dinilai secara visual terhadap populasi tanaman dalam petak ubinan, yang diamati pada 1, 2 dan 3 minggu setelah tanam. Scoring keracunan sebagai berikut :
0 : tidak ada keracunan, 0-5 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
1 : keracunan ringan, > 5 %-20 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
2 : kearcunan sedang, > 20 %-50 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
3 : keracunan berat, > 50 %-75 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak manual.
4 : keracunan sangat berat, > 75 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal sampai tanaman mati.
Persentase kerusakan dihitung menggunakan rumus berikut : DK = 𝑎+𝑏𝑎 x 100%
Keterangan :
DK : persentase kumulatif daun rusak A : kumulatif daun rusak
B : kumulatif daun tidak rusak
B. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman padi diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang.
Pengamatan dilakukan terhadap 12 sampel tanaman yang diambil secara acak sebanyak 5 % dari jumlah populasi tanaman padi tiap petak, diukur pada umur 14, 21 dan 42 HST (hari setelah tanam).
C. Jumlah anakan per rumpun (Batang)
Jumlah anakan per rumpun dihitung tanaman yang tumbuh dan daun sudah terbuka penuh.
Jumlah anakan per rumpun diamati pada 14, 21 dan 42 HST (hari setelah tanam).
D. Komponen hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) a. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun (Buah)
Jumlah anakan produktif dihitung per rumpun pada setiap batang berdasarkan jumlah malai yang keluar dari tanaman padi. Pengamatan tanaman padi dilakukan sebelum panen, yaitu pada 8 Minggu setelah tanam (MST). Jumlah anakan produktif akan sama dengan hasil jumlah anakan.
Hal ini dikarenakan setiap anakan akan tumbuh menjadi anakan produktif yang menghasilkan malai.
b. Bobot 1000 Butir (Gram)
Bobot 1000 butir gabah diamati setelah panen dengan cara menghitung gabah sebanyak 1000 butir pada setiap malai dengan tiga kali ulangan. Hasil perhitungan ditimbang dalam satuan gram dan diambil jumlah bobot rata-rata pada setiap sampel.
c. Bobot Kering Gabah dan Bobot Kering Panen Per Petak
Bobot kering gabah dan bobot kering panen diamati setelah panen. Bobot kering gabah di timbang saat sebelum penjemuran sedangkan bobot kering panen ditimbang setelah dijemur.
Bobot kering gabah ditimang dalam satuan gram. Penjemuran gabah kering dilakukan berkisar antara 2-3 hari.