• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian

Batu bara merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki peran penting terhadap perekonomian Indonesia. Pemanfaatan batu bara sebagai sumber daya alam juga diatur dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Keberadaan tambang batu bara seperti dua sisi mata uang, dimana sisi kanan adalah dampak positif dari aktivitas penambangan, sedangkan sisi kiri dampak negative. Apabila membahas mengenai dampak negative, maka aktivitas pertambangan batu bara jelas merusak lingkungan karena dapat merubah struktur tanah, menghilangkan fungsi hutan atau pepohonan sebagai pengatur tata air, pengendali erosi, penyerap banjir, pemasok oksigen dan pengatur suhu, serta pencemaran udara berupa debu yang akan mengganggu kesehatan masyarakat.1

Adanya dampak dari aktivitas perusahaan pertambangan batu bara tersebut, maka perusahaan dalam bidang pertambangan ini diharuskan untuk melakukan tanggungjawab sosial atau yang disebut dengan istilah corporate social responsibility (CSR). Pada dasarnya, konsep dari CSR adalah

tanggungjawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat, sehingga keberadaan perusahaan ini bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Corporate social responsibility (CSR) lebih dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial dan

lingkungan sebagai suatu komitmen Perseroan Terbatas (PT).

1Uyu Wahyudin, Analisis Dampak Keberadaan Perusahaan Tambang Batu Bara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat, Jurnal Atsar Unisa, Volume 1, Nomor 1, 2020, hlm. 36

(2)

Konsep dasar dari CSR adalah peningkatan kualitas kehidupan yang mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menggapai keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan- perubahan yang ada sekaligus memeliharanya. Jadi tanggungjawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tetapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antara stakeholders.2

Konsep CSR melibatkan tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumber daya komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif atau statis, karena kemitraan ini merupakan tanggungjawab bersama secara sosial antara stakeholder.3

Berdasarkan hal tersebut, maka secara lebih ringkas konsep dari CSR ini adalah perusahaan bertanggungjawab untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasional bisnis yang dilakukan. Tanggungjawab perusahaan ini terkonsep dari 4 macam tanggungjawab, yaitu:

a. tanggungjawab ekonomi.

b. tanggungjawab hukum c. tanggungjawab etika

d. tanggungjawab sosial perusahaan.4

Selanjutnya untuk penerapan CSR bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti:

a. upaya lingkungan dengan mengurangi dampak aktivitas usaha mereka.

b. Filantropi, meliputi sumbangan uang, produk, barang dengan tujuan sosial.

c. praktik ketenagakerjaan yang etis.

2 Akbar Alfa dan Syafrizal Thaher, Peran Serta Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Infrastruktur Perkebunan Kelapa Rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir, Jurnal Bappeda, Volume 3, Nomor 1, 2017, hlm. 11

3 Ibid.

4 La Ode Muhammad Elwan., I. Ido., La Ode Alwi., dan H. Wanda Putra, Kebijakan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Pertambangan dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat, Jurnal Ilmu Sosial, Volume 1, Nomor 1, 2018, hlm. 17

(3)

d. berpartisipasi dalam kegiatan sosial komunitas lokal.5

Patokan besaran dana yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah 2%, 2,5% dan 3% dari keuntungan perusahaan setiap tahunnya.6 Dari beberapa bidang yang menjadi tanggungjawab perusahaan, maka tanggungjawab sosial dan lingkungan menjadi salah satu komitmen yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan, termasuk perusahaan tambang. Pelaksanaan CSR yang mencakup tanggungjawab sosial dan lingkungan setiap perusahaan juga sudah diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(2) Tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajibansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Secara khusus, tanggungjawab sosial dan lingkungan mengenai perusahaan tambang pada dasarnya adalah melakukan reklamasi. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang yang menegaskan bahwa:

(1) Pemegang izin usaha pertambangan eksplorasi (IUP) dan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi.

(2) Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi dan izin usahapertambangan khusus (IUPK) operasi produksi wajib melaksanakan reklamasi dan pasca tambang.

5 Ibid.

6 Ibid., hlm. 18

(4)

(3) Reklamasi sebagaimana diatur dalam ayat (1) dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi.

(4) Reklamasi dan pasca tambang sebagaimana ayat (2) dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode berikut:

a) penambangan terbuka b) penambangan bawah tanah.

Keberadaan tambang batu bara sebenarnya menjadi potensi tersendiri bagi suatu daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya dengan cara mengelola dan memanfaatkan ketersediaan batu bara sebagai sumber daya alam yang dimiliki. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa: urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung panas bumi dalam daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

Berdasarkan ketentuan dari pasal di atas, maka termasuk diantaranya adalah batu bara karena batu bara merupakan bagian dari sumber daya mineral yang tidak dapat diperbaharui. Besarnya potensi batu bara itu menyebabkan banyak sekali wilayah-wilayah di Indonesia yang melakukan pertambangan batu bara, salah satunya adalah Provinsi Riau. Pertambangan batu bara di Provinsi Riau dihasilkan dari 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Kuansing, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Adapun nama perusahaan pertambangan batu bara di wilayah Provinsi Riau sebagai berikut:

(5)

Tabel 1.1.

Nama Perusahaan Pertambangan Batu Bara di Provinsi Riau

No Nama PT Produksi Batu

Bara (Ton/tahun)

Keterangan

1 PT Samantaka Batu Bara 300.138 IUP PMA

2 PT Anugrah Riau Coal 58.330 IUP Daerah

3 PT Bara Batu Ampar Prima 175.400 IUP Daerah

4 PT Bara Mitra Sejahtera 85.064 IUP Daerah

5 PT Bara Prima Pratama 568.262 IUP Daerah

6 PT Budindah Mulia Coal 87.666 IUP Daerah

7 PT Era Perkasa Mining 122.549 IUP Daerah

8 PT Fabrik Komponen Industri 22.913 IUP Daerah 9 PT Kemuning Tambang Sentosa 64.546 IUP Daerah 10 PT Keritang Buana Mining 238.559 IUP Daerah 11 PT Manunggal Inti Artamas 57.719 IUP Daerah 12 PT Nusa Riau Kencana Coal 237.144 IUP Daerah 13 PT Nusantara Indah Lestari 108.124 IUP Daerah 14 PT Pengembangan Investasi Riau 182.337 IUP Daerah 15 PT Quasar Inti Nusantara 110.533 IUP Daerah

16 PT Riau Bumi Mineral 190.002 IUP Daerah

17 PT Riau Multi Investama 185.241 IUP Daerah

18 PT Tri Bakti Sarimas 151.768 IUP Daerah

Sumber :Laporan Kementrian ESDM (2020)

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa ada 18 perusahaan pertambangan batu bara di wilayah Provinsi Riau, dimana dari jumlah tersebut maka ada 1 PT yang memiliki izin usaha pertambangan untuk penanaman modal asing (IUP PMA) dan 17 PT memiliki IUP dari pemerintah daerah. Dari 18 PT tersebut, maka PT dengan produksi batu bara paling banyak adalah PT Samantaka Batu Bara, PT Batu Bara Ampar Prima dan PT Bara Prima Pratama yang terletak di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Desa Batu Ampar ini memiliki luas wilayah 236 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 5.315 jiwa dan jumlah KK sebanyak 1.530 KK dan memiliki potensi utama dibidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain itu, Desa Batu

(6)

Ampar ini juga masih banyak lahan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sumber daya alamnya seperti batu bara, sehingga pada tahun 2012 lalu ada 3 perusahaan tambang batu bara yang secara bersamaan masuk ke Desa ini dan menjalankan usahanya. Dari 3 perusahaan tambang batu bara yang ada di Desa Batu Ampar, maka PT Bara Prima Pratama (BPP) adalah perusahaan tambang batu bara paling besar di Desa Batu Ampar.

Keberadaan perusahaan pertambangan batu bara ini tentu membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat sekitar, baik dari aspek sosial maupun ekonominya, seperti menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendukung pembangunan Masjid raya di Desa Batu Ampar, pembangunan tribun dan gedung olahraga (GOR) Desa Batu Ampar.

Terlepas dari dampak positif tersebut, keberadaan perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar justru menimbulkan polemik atau permasalahan dalam bidang lingkungan hidup. Kondisi ini juga yang menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Batu Ampar dengan tujuan agar persoalan pertambangan batu bara di Desa ini menjadi terekspos dan mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Mengingat sampai saat ini belum ada upaya apapun dari pemerintah untuk menangnai persoalan lingkungan yang timbul akibat aktivitas pertambangan batu bara.

Padahal sejak beroperasi pada tahun 2012 lalu, tiga perusahaan pertambangan batu bara ini sudah menguasai 4.500 ha lahan di Desa Batu Ampar.

Kondisi ini tentu lebih memprihatinkan dimana Desa Batu Ampar hampir tidak lagi memiliki lahan hijauan karena mayoritas sudah berubah menjadi area

(7)

tambang. Adapun beberapa permasalahan lingkungan hidup dari adanya aktivitas pertambangan batu bara sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Permasalahan Lingkungan Akibat Aktivitas Pertambangan Batu Bara di Provinsi Riau

No Permasalahan Lingkungan

1 Perubahan bentang alam karena banyak lubang bekas galian yang belum direklamasi

2 Kesuburan tanah terganggu

3 Pencemaran lingkungan udara karena debu 4 Kerusakan jalan

Sumber :Hasil Observasi Awal (2021)

Beberapa permasalahan lingkungan yang timbul dari adanya aktivitas pertambangan batu bara adalah mengenai perubahan bentang alam di Desa Batu Ampar, dimana semenjak perusahaan pertambangan batu bara ini beroperasi maka banyak lubang bekas galian tambang yang belum direklamasi sehingga menjadi hamparan seperti danau yang cukup luas. Adanya lubang bekas galian menyebabkan banyak lahan di Desa Batu Ampar yang tidak bisa dimanfaatkan kembali. Padahal sebelumnya, Desa Batu Ampar ini merupakan wilayah yang masyarakatnya bekerja sebagai petani kelapa sawit dan karet dengan luas kepemilikan lahan pada masing-masing petani sebanyak 2 ha bahkan lebih.

Namun saat ini, lahan-lahan ini sudah disewa oleh perusahaan tambang batu bara dan digali tanpa dilakukan reklamasi lingkungan.

Permasalahan berikutnya adalah aktivitas pertambangan batu bara juga mengancam kesuburan tanah di Desa Batu Ampar. Padahal kesuburan tanah ini sangat penting karena mayoritas penduduk di Desa Batu Ampar memiliki usahatani kelapa sawit dan karet. Hal ini dikarenakan tanah bekas tambang batu

(8)

bara memiliki struktur yang padat dan tekstur tanahnya lebih keras sehingga sulit untuk ditanami kembali.

Selain menyebabkan perubahan bentang alam dan mengganggu kesuburan tanah, aktivitas dari perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar juga memberikan dampak kurang baik terhadap kondisi udara di desa ini. Hal ini dikarenakan, hampir setiap waktu mobil tambang batu bara melintas di jalan desa yang menimbulkan debu, sehingga kondisi ini menyebabkan pencemaran lingkungan udara yang mengganggu penglihatan dan pernapasan masyarakat sekitar.

Kemudian beratnya muatan batu bara yang diangkut oleh mobil-mobil tersebut juga menyebabkan jalan desa menjadi sepanjang rusak dan berlubang, sehingga saat musim hujan kondisi jalan Desa Batu Ampar menjadi licin, becek dan banyak tergenang air. Bukan hanya itu, kondisi jalan yang rusak dan berlubang juga membahayakan keselamatan pengendara lain, terutama pengendara sepeda motor. Adapun jalan yang rusak tersebut sepanjang 1 km dengan kondisi sebelumnya adalah aspal dan saat ini sudah menjadi jalan tanah.

Akan tetapi, selama beroperasi sejak tahun 2012 hingga saat ini belum ada upaya pertanggungjawaban yang signifikan terhadap dampak lingkungan oleh perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar. Selama ini perusahaan pertambangan batu bara belum melakukan reklamasi lahan bekas galian tambang dan untuk jalan yang rusak hanya dilakukan penimbunan menggunakan tanah kerikil. Akibatnya timbunan jalan ini tidak bertahan lama dan kembali berlubang akibat banyaknya muatan yang lewat. Melihat kondisi tersebut, maka perusahaan

(9)

pertambangan batu bara yang ada di Desa Batu Ampar seolah lupa akan tanggungjawabnya terhadap aspek lingkungan hidup.

Padahal pemerintah daerah, baik itu Provinsi maupun Kabupaten sudah menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur persoalan CSR ini, diantaranya adalah Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau, dimana Perda ini dibentuk agar pelaksanaan CSR dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Pasal 11 ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau menegaskan bahwa bidang kerja tanggungjawab sosial perusahaan meliputi:

a. Pendidikan;

b. Kesehatan;

c. Infrastruktur;

d. Olah raga dan seni budaya;

e. Sosial dan Keagamaan;

f. Pelestarian lingkungan hidup;

g. Usaha Ekonomi Kerakyatan;

h. Pemberdayaan Masyarakat Adat; dan

i. Bidang kerja lainnya yamg secara nyata memberikan dampak peningkatan kualitas masyarakat.

Selanjutnya Pasal 17 Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau menjelaskan bahwa:

Bidang kerja tanggungjawab sosial perusahaan dalam pelestariaan lingkungan hidup dapat berbentuk upaya menjaga lingkungan dan melestarikan lingkungan hidup kepada masyarakat dari terjadinya kerusakan maupun untuk mendunkung kelestarian sumber daya alam.

(10)

Kemudian pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir sendiri juga sudah menetapkan peraturan daerah mengenai program CSR ini. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pengawasan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas bahwa setiap perseroan yang melakukan kegiatan usaha di daerah wajib mempunyai tanggungjawab sosial dan lingkungan. Lebih lanjut Pasal 3 menjelaskan bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan ini sifatnya wajib bagi perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam, sedangkan bagi perusahaan yang tidak berkaitan dengan sumber daya alam maka sifatnya sukarela sesuai kemampuan perusahaan.

Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir tentang Pengawasan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu tanggungjawab di dalam lingkungan perusahaan, serta tanggungjawab diluar lingkungan perusahaan. Adapun tanggungjawab diluar lingkungan perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 2 P Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pengawasan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas adalah:

a. program dan atau kegiatan peningkatan dan atau penguatan sumber daya masyarakat dibidang pendidikan dan ekonomi masyarakat.

b. program dan atau kegiatan peningkatan kesehatan bagi masyarakat;

dan

c. program dan atau kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

Dari adanya aturan pemerintah daerah tersebut, maka sudah seharusnya perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar harus melakukan

(11)

tanggungjawab sosial terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas tambang mereka, sebagai bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungan yang menjadi kewajiban setiap perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Namun ternyata, tanggungjawab lingkungan justru belum sepenuhnya dilakakukan oleh perusahaan pertambangan batu bara.

Hal ini juga menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Batu Ampar, dimana keberadaan 3 perusahaan pertambangan batu bara dengan produksi batu bara tertinggi seharusnya tidak hanya memberikan dampak yang baik terhadap perekonomian dan kondisi sosial masyarakat, tetapi juga harus memperhatikan tanggungjawab perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya tanggungjawab sosial (CSR) perusahaan pertambangan batu bara bukan hanya menjadi komitmen perusahaan tetapi juga diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun peraturan pemerintah, sehingga apabila perusahaan melanggar maka bisa dikenakan sanksi sebagai upaya menuntut pertanggungjawaban perusahaan akan dampak lingkungan. Pemerintah Desa Batu Ampar juga seharusnya melakukan tindakan tegas sebagai bentuk melindungi masyarakat dari dampak lingkungan akibat pertambangan batu bara.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian Fitria dengan judul “Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Daerah Atas Izin Usaha Pertambangan Batubara PT Surya Global Makmur (Studi Kasus di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun)”. Hasil penelitian ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

(12)

Kabupaten Sarolangun mengenai izin usaha pertambangan batubara PT Surya Global Makmur menimbulkan dampak lingkungan berupa perubahan bentang lahan, penurunan tingkat kesuburan tanah, tapi semua sudah dapat dikendalikan walaupun belum optimal.7

Penelitian Fitria tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama ingin mengkaji mengenai perusahaan pertambangan batu bara. Perbedaannya adalah penelitian ini fokus pada tanggungjawab perusahaan, sedangkan dalam penelitian Fitria hanya membahas mengenai dampak kebijakan.

Penelitian Wibisono dengan judul “Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi dalam Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT.

Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart)”. Hasil penelitian adalah peran pemerintah Kabupaten Muaro Jambi terkait CSR ini meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Adapun kegiatan CSR yang dilakukan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) sebagai berikut tanggungjawab pada bidang kesejahteraan dengan pedagang kecil, dalam pendidikan dan bidang bakti sosial.8

Persamaan penelitian Wibisono dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama ingin mengetahui tanggungjawab perusahaan. Namun perbedaannya adalah objek penelitian, dimana penelitian terdahulu objeknya adalah perusahaan retail, sedangkan penelitian ini objeknya adalah perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar.

Penelitian Wahyudi dengan judul “Implementasi Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Batanghari di Desa Baru Kecamatan Mestong”. Hasil penelitian adalah

7 Wardatil Fitria, Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Daerah Atas Izin Usaha Pertambangan Batubara PT Surya Global Makmur (Studi Kasus di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun), Skripsi, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Jambi, 2021

8 Dimas Dwicahyo Wibisono, Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi dalam Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart), Skripsi, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Jambi, 2019

(13)

tanggungjawab sosial PT. Perkebunan Nusantara VI sudah dirasakan oleh masyarakat tapi hanya dalam jangka pendek. Bentuk program CSR oleh PT. Perkebunan Nusantara VI adalah program dibidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan bakti sosial.9

Penelitian Wahyudi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama ingin mengkaji mengenai tanggungjawab sosial, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian terdahulu adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit, sedangkan dalam penelitian ini perusahaan pertambangan batu bara.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tanggungjawab Perusahaan Pertambangan Batu Bara dalam Melindungi Lingkungan Hidup di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tanggungjawab perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau?

9 Tri Wahyudi, Implementasi Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) PT.

Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Batanghari di Desa Baru Kecamatan Mestong, Skripsi, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Jambi, 2019

(14)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah guna menunjang pembangunan daerah.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai penambah wawasan mengenai peran perindustrian tambang terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat pedesaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang peran PT batu bara terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat.

(15)

1.5. Landasan Teori

1.5.1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggungjawab sosial

dan lingkungan yang menjadi komitmen Perseroan Terbatas (PT) untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan sekitar.

Menurut Sunaryo Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan:

CSR merupakan konsep dari tanggungjawab perusahaan sebagai akibat yang timbul dari operasional perusahaan. Tanggungjawab tersebut harus dilakukan dengan cara menjalankan kewajiban untuk meningkatkan dampak positif dan meminimalkan dampak negative pada masyarakat.10

Bagi setiap perusahaan yang mengimplementasikan CSR dalam aktivitas usahanya akan memperoleh 5 keuntungan, yaitu:

a. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebihkokoh.

b. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi.

c. Mendorong komitmen karyawan, karena mereka diperhatikan dan dihargai

d. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.

e. Mempertinggi reputasi dan corporate tranding.11

Ruang lingkup dari program CSR sendiri meliputi 3 aspek, yaitu:

a. Pemberian amal perusahaan (Corporate Giving/Carity) b. Kedermawanan perusahaan (Corporate Phylantrophy)

c. Relasi kemasyarakatan perusahaan (Corporate Development).12 Selanjutnya prinsip-prinsip dari program CSR sebagai berikut:

a. Prioritas perusahaan, dimana perusahaan menjadikan tanggungjawab sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan berkelanjutan.

10Sunaryo, Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)dalam Berbagai Kajian, (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2015), hlm. 3-4

11Ibid. hlm. 19-20

12Jumaidah., Manfarisyah., M. Sastro dan Herinawai, Penerapan prinsip CSR, (Sulawesi:

Unimal Press, 2018), hlm. 18

(16)

b. Manajemen terpadu, dimana pemimpin sebagai pengendali dan pengambil keputusan dalam proses tanggungjawab.

c. proses kebaikan yang dilakukan secara berkesinambungan dan sesuai kebutuhan sosial.

d. Pendidikan karyawan, dimana karyawan sebagai stakeholder primer harus ditingkatkan keahlian dan kemampuannya.

e. Pengkajian terhadap dampak positif maupun negative dari aktivitas perusahaan.

f. Produk dan jasa yang tidak berdampak negative secara sosial.

g. Informasi publik kepada konsumen, distributor hingga masyarakat.

h. Fasilitas dan operasi

i. Prinsip pencegahan dampak negative.13

Berdasarkan hal tersebut maka CSR yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggungjawab perusahaan untuk melaksanakan prinsip dari pencegahan dampak negative.Salah satunya adalah dampak negative bagi lingkungan akibat aktivitas perusahaan.

1.5.2. Peran CSR dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Pada dasarnya tujuan penerapan CSR adalah peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat, kesejahteraan sosial dan tanggungjawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat.Namun konsep CSR dalam hukum Perseroan Terbatas juga mencakup lingkungan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) menggunakan istilah Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan.

Perkembangan konsep CSR diera sekarang ini berkembang dengan diperkenalkannya konsep pembangunan berkelanjutan dengan mengandung ide utama yaitu Guna melindungi lingkungan, dibutuhkan perkembangan ekonomi.Kemiskinan merupakan penyebab penurunan kualitas lingkungan.

Masyarakat yang kekurangan pangan, perumahan dan kebutuhan dasar untuk

13Ibid. hlm. 25-26

(17)

hidup cenderung menyalahgunakan sumberdaya alam untuk bertahan hidup.Oleh karena itu perlindungan terhadap lingkungan hidup membutuhkan standar hidup yang memadai untuk seluruh masyarakat dunia.14

Selanjutnya bentuk tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan cara pemberian perhatian terhadap aspek lingkungan produksi yang meliputi pemakaian sumberdaya, proses produksi dan produksi yang mencakup kegiatan daur ulang, penanggulangan pencemaran dan pemeliharaan lingkungan tempat perusahaan berdiri dan beroperasi.15

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur dari penelitian ini. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

14Naning Fatmawatie, Tanggungjawab Sosial Perusahaan, (Jawa Timur: STAIN Kediri Press, 2017), hlm. 54

15Ibid. hlm. 67

(18)

Gambar 1.1.

Kerangka Berpikir

Perusahaan pertambangan batu bara di Desa Batu Ampar

Dampak Negatif

Tanggungjawab perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup di Desa

Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau

upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup

pasca tambang di Desa Batu Ampar menyebabkan kerusakan

lingkungaan

Banyaknya lahan bekas galian yang tidak direklamasi, jalan rusak,

pencemaran udara Tanggungjawab perusahaan

(CSR) dalam bidang lingkungan hidup

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang

Reklamasi dan Pasca Tambang

Perda Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau dan Perda Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Pengawasan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

(19)

1.7. Metode Penelitian 1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara dengan informan.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan peristiwa maupun fenomena yang terjadi di lapangan dan menyajikan data secara sistematis, factual dan akurat mengenai fenomena-fenomena yang ada di lapangan.16

Penelitian deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Pada hal ini, penulis akan mendeskripsikan fakta yang diperoleh dari hasil penelitian, seperti data/informasi yang diperoleh dari lapangan, observasi dan dokumentasi yang diperoleh.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir. Pemilihan lokasi ini atas dasar Desa Batu Ampar menjadi lokasi pertambangan batu bara terbanyak di Kabupaten Indragiri Hilir, dimana ada 3 perusahaan pertambangan batu bara di desa tersebut.

16Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), hlm. 12

(20)

Selain itu, penelitian ini juga dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Indragiri Hilir dengan pertimbangan karena DLHK ini yang mengatur dan memiliki kewenangan dibidang lingkungan hidup wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, termasuk dalam melakukan pengawasan terhadap lingkungan pasca tambang yang ada di Desa Batu Ampar.

1.7.3. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

Pada penelitian ini upaya tanggungjawab perusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup di Desa Batu Ampar dilihat dari satu tahun awal setelah perusahaan tersebut beroperasi yaitu pada tahun 2013 hingga saat ini. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambangan batu bara akan menyebabkan perubahan lingkungan, sehingga saat perusahaan ini mulai beroperasi maka saat itu juga perusahaan bertanggungjawab atas dampak lingkungan yang dihasilkan.

1.7.4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan faktor penting yang menjadi sumber pertimbangan dalam penentuan metode pengmpulan data.Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:

(21)

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dari sumber asli atau responden untuk memperoleh data atau informasi yang akurat. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang menjadi informan, seperti pihak DLHK Kabupaten Indragiri Hilir, pihak perusahaan pertambangan batu bara, pemerintah desa dan masyarakat Desa Batu Ampar.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu sebagai bahan pendukung untuk memudahkan penelitian ini.data sekunder dapat bersumber dari buku-buku, dokumen perusahaan, data pemerintah des dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipublikasikan.

1.7.5. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau penentuan sampel secara sengaja berdasarkan ciri-ciri

tertentu.17 Kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informan yang memahami mengenai mengetahui dan menganalisisperusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Berdasarkan hal tersebut, maka informan yang menjadi reponden dalam penelitian ini adalah:

17Ibid. hlm. 288

(22)

1. Site Manaher PT Bara Prima Pratama (BPP) di Desa Batu Ampar sebanyak 1 orang. Alasannya adalah asisten manajer yang membantu project pimpinan untuk mengatur dan mengetahui selruuh aktivitas perusahaan termasuk dalam hal pelaksanaan CSR ini.

2. Manajer Humas PT Bara Prima Pratama (BPP) di Desa Batu Ampar sebanyak 1 orang. Alasannya adalah manajer humas yang akan berhubungan langsung dengan masyarakat dan pemerintah dalam hal pelaksanaan CSR ini.

3. Staf Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) PT Bara Prima Pratama (BPP) di Desa Batu Ampar sebanyak 1 orang.

Alasannya adalah bagian ini yang mengelola dan mengatur mengenai lingkungan hidup dalam aktivitas pertambangan

4. Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 1 orang dengan pertimbangan karena DLH yang memiliki kewenangan untuk pengaturan lingkungan hidup.

5. Kepala Desa Batu Ampar sebanyak 1 orang dengan pertimbangan sebagai pihak yang berwenang untuk mengurus lingkungan pemerintah desa.

6. Sekretaris Desa Batu Ampar sebanyak 1 orang dengan pertimbangan sebagai pihak yang berwenang dan membantu kepala desa untuk mengurus lingkungan pemerintah desa.

(23)

7. Tokoh masyarakat sebanyak 1 orang, tokoh adat sebanyak 1 orang dan tokoh pemuda sebanyak 1 orang di Desa Batu Ampar karena sebagai wakil dari masyarakat.

1.7.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan. Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai informan secara langsung mengenai mengetahui dan menganalisisperusahaan pertambangan batu bara dalam melindungi lingkungan hidup, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah bagi keberlanjutan lingkungan hidup pasca tambang di Desa Batu Ampar Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Pada hal ini, peneliti mengamati secara langsung lahan bekas tambang batu bara yang sudah tidak aktif dan tidak digunakan lagi.

c. Dokumentasi

Peneliti lakukan dengan cara mengambil data yang akurat dengan metode pengambilan gambar dan data-data tertulis untuk mendukung keabsahan data yang diperoleh.

(24)

1.7.8. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara peneliti untuk mengolah dan mejabarkan hasil yang diperoleh di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:18

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan data mentah yang diperoleh dari lapangan.Sehingga perlu dilakukan pemilihan data yang relevan untuk dapat disajikan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang ada di penelitian.Setelah melakukan pemilihan data, data yang telah dipilih kemudian disederhanakan dengan mengambil data yang pokok dan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian.19

b. Penyajian data

Data yang telah disusun melalui kegiatan reduksi data, kemudian disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.Data yang disajikan adalah data yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.Setelah data disajikan secara rinci, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah membahas data yang telah disajikan tersebut.20

c. Penarikan kesimpulan

Setelah data disajikan dan telah dibahas secara rinci, maka tahap selanjutnya adalah tahap pengambilan kesimpulan. Tujuan dari penarikan kesimpulan adalah untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini.21

18Ibid. hlm. 348

19Ibid. hlm. 274

20Ibid.

21Ibid

(25)

1.7.9. Triangulasi/Keabsahan Data

Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/informasi. Pada penelitian dapat dipergunakan 4 jenis triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi dengan Sumber Data

Triangulasi dengan sumber data diilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan. Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden 2).

Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data 3). Menyediakan tambahan informasi secara sukarela 4). Memastikan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data 5). Menilai kecakupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

b. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi ketika di interview. Begitu pula teknik ini dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika di interview dan observasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda.

(26)

c. Triangulasi dengan Teori

Triangulasi dengan teori berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Hal ini dapat dilakukan sebagai pembanding teori dengan menyertakan usaha pencarian teori dengan cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.

Referensi

Dokumen terkait

Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama V Alat/Bahan/Sumber Belajar:.. A Kerja logam,

Dilihat dari isinya peta dapat dikelompokkan menjadi peta umum, peta khusus dan chart (Basuki Sudiharjo, 1977). Kecamatan Mojolaban merupakan daerah yang masuk dalam wilayah

Teman-teman penulis yang lainnya, yaitu Caroline, Jessie, Sandra, Pamela, Wimar, Aldi, dan Yongky yang telah memberikan semangat, dukungan, serta masukan dan saran selama

7.500.000,00 29 Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd., M.Hum Pelatihan English For Guiding Untuk Guide Lokal Di Kawasan Wisata Air Terjun Gitgit Desa Gitgit Kecamatan Sukasada

Berdasarkan pembahasan di atas maka penelitian ini telah menjawab hipotesis tindakan yang ada bahwa penggunaan model SiMaYang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Ditinjau dari hasil analisis kandungan hafnium sebesar 366,9 ppm, tampak bahwa telah terjadi penurunan kandungan hafnium dari 1249 ppm menjadi 366,9 ppm (882,1 ppm), hal

Sementara itu dalam tatanan hukum di Indonesia, hakam dapat ditemukan pada pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989: ”Hakam adalah orang yang ditetapkan Pengadilan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis kekuatan mekanik komposit berpenguat serat kulit batang pohon waru dapat disimpulkan bahwa, Setelah