• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERASI BERAGAMA: WACANA DAN IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODERASI BERAGAMA: WACANA DAN IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi II 2022

MODERASI BERAGAMA: WACANA DAN IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA

Suimi Fales wansuibkl19@gmail.com

Iwan Romadhan Sitorus

UIN FAS Bengkulu

iwanramadhan@iainbengkulu.ac.id

….………

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji praktik beragama di Indonesia yang layak diajukan sebagai contoh bagaimana seharusnya menempatkan hubungan antara agama dan negara yang ideal dalam masyarakat modern. Indikator moderasi yang disusun menjadi acuan bagi seluruh masyarakat dalam kerangka membangun dan memperkokoh moderasi beragama di Indonesia. Moderasi beragama menjadi sebuah keniscayaan yang harus diimplementasikan oleh seluruh Kementerian/Lembaga, bahkan Kementerian Agama sebagai leading sector-nya. Maka perlu upaya-upaya untuk mempertahankan praktik moderasi beragama ini agar tetap menjadi karakter khas beragama di Indonesia.

Menggunakan penelitian studi pustaka, yaitu dengan mengkaji pustaka yang tersedia baik pustaka offline maupun online yang banyak tersedia di berbagai platform. Hasil dari penelitian ini pertama, Indonesia memiliki keragaman budaya, agama dan etnisitas yang komplek, sehingga memerlukan pengelolaan yang baik. Kedua, dengan terus mendorong moderasi beragama keragaman tersebut memungkinkan bisa dikelola dengan baik. Ketiga, diharapkan Indonesia bisa menjadi contoh bagi pengelolaan masyarakat multikultural.

Kata kunci : Moderasi, Agama, Indonesia ABSTRACT

The purpose of this research is to examine religious practices in Indonesia which are worthy of being proposed as examples of how ideal relations between religion and the state should be placed in modern society. The moderation indicators compiled are a reference for all people in the framework of building and strengthening religious moderation in Indonesia. Religious moderation is a necessity that must be implemented by all Ministries/Institutions, even the Ministry of Religion as the leading sector. So efforts are needed to maintain this practice of religious moderation so that it remains a distinctive character of religion in Indonesia. Using literature study research, namely by reviewing the available literature both offline and online literature which is widely available on various platforms. The results of this study are first, Indonesia has a complex diversity of cultures, religions and ethnicities, so it requires good management. Second, by continuing to encourage moderation in religion, diversity allows it to be managed properly. Third, it is hoped that Indonesia can become an example for the management of a multicultural society.

Keywords: Moderation, Religion, Indonesia

(2)

Sumi Fales: Moderasi beragama PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman baik etnis, kultur, agama, ras yang mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena keragaman inilah maka Indonesia menjadi Negara berbeda kekhasannya, tidak terdapat pada bangsa lain di dunia.

Oleh karena itu, harus ada apresiasi serta mensyukuri nikmat besar dari Allah SWT yang dimiliki negara Indonesia.1

Menangani masalah di masyarakat dengan keberagaman agama seperti Indonesia diperlukan langkah dan kebijakan strategis sehingga dapat menjaga kejujuran satu sama lain, tidak saling menyakiti atau mengkritik keberagamaan orang lain karena agama yang dianut berbeda. Untuk itulah moderasi diperlukan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Di dalamnya terdapat nilai adil dan berimbang, kerjasama, rahmat,

1 Mustaqim Pabbajah, Ratri Nurinda Widyanti, and Widi Fajar Widyatmoko,

“Membangun Moderasi Beragama: Perspektif Konseling Multikultural Dan Multireligius Di Indonesia,” Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam 13, no. 1 (2021): 194.

toleran, dan maslahat yang menunjukan sikap moderat dalam beragama.2

Beberapa penelitian telah mengkaji bagaimana praktik kehidupan beragama di Indonesia menunjukan sikap yang moderat dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian Nanang Zamroji dkk bertajuk Model Moderasi Beragama di Desa Sidodadi Kabupaten Blitar menyimpulkan bahwa masyarakat telah terbiasa dengan pola interaksi seperti hubungan kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Pluralisme agama di desa Sidodadi bukan menjadi penghalang pembangunan desa.3

Dalam penelitian Rahmani dkk tentang moderasi beragama di desa Sarang Ginting ditemukan sebuah kesimpulan bahwa perbedaan agama tidak menghalangi pembangunan desa sebab masing-masing umat beragama berperan serta dalam pembangunan sesuai dengan bidangnya. Rahmani juga menyimpulkan bahwa menjalankan

2 Sumarto, “Rumah Moderasi Beragama IAIN Curup Dalam Program Wawasan Kebangsaan Toleransi Dan Anti Kekerasan,”

Jurnal Literasiologi 5, no. 2 (2021): 94.

3 Nanang Zamroji dkk. “Model Moderasi Beragama di Desa Sidodadi Kecamatan Garum, Blitar,” Jurnal Riset dan Konseptual Volume 5 Nomor 4 (2021): 572.

(3)

moderasi hakikatnya adalah menjaga keharmonisan kehidupan masyarakat.4

Penelitian Muhammad Fahri menyimpulkan bahwa Islam tidak menganggap semua agama itu sama tapi memperlakukan semua agama itu sama, dan ini sesuai dengan konsep-konsep dari Islam wasattiyah itu sendiri yaitu konsep egaliter atau tidak mendiskriminasi agama yang lain.5

Konsteks kehidupan saat ini, keragaman agama berada fase di mana banyak aktivitas yang bertolak belakang dengan upaya membangun moderasi seperti kekerasan, baik fisik maupun verbal, tidak hanya itu seiring dengan kecenderungan masyarakat menggunakan media sosial sebagai wadah interaksi social, bahkan cenderung bebas tanpa terawasi. Karena itu, banyak Negara di dunia sedang berupaya keras menjaga keutuhan dalam sikap beragama di saat banyak kelompok yang bersikap eksklusif, eksplosif, intoleran dalam masyarakat mereka. Di Indonesia, moderasi beragama dibangun di tengah keragaman yang agama dan menjauhi bentrokan yang terjadi dalam perkumpulan setiap agama, serta

4Rahmani dkk. “Moderasi Beragama di Desa Sarang Ginting,” Jurnal Al-Amin. Volume 4 Nomor 2 (2021): 263.

5 Muhammad Fahri. “Moderasi Beragama di Indonesia,” Jurnal Intizar Volume 25 Nomor 2 (20191): 572.

membuat kontras humanistik untuk menjaga keutuhuan dalam beragama6.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan kualitataif dengan pendekatan studi pustaka.

Sebagai sebuah penelitian kualitatif, data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder data. Data primer yaitu sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan islam dan wacana keagamaan yang menyangkut moderasi beragama.

Sedangkan data sekunder bisa didapatkan dari sumber-sumber lain misalanya pendapat para ahli dan sebagainya.Kemudian data Analisis adalah suatu proses untuk menyusun

data baik dengan cara

mengklasifikasikan pola atau tema, kategori sehingga peneliti dapat menginterpretasikan mereka.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Moderasi Beragama

Kata moderasi diadopsi dari Bahasa Inggris yakni moderation yang artinya tidak berlebihan dan tidak memihak. Kemudian dalam Kamus besar Bahasa Indonesia ditemukan arti dari kata moderasi adalah perbuatan dalam kewajaran dan tidak menyimpang dan

6 Rahmad Hidayat et al., Sindang Jati (Multikultural Dalam Bingkai Moderasi) (Curup: Penerbit Buku Literasiologi, 2019).

(4)

mau mempertimbangkan pendapat pihak lain. Dalam Bahasa Arab moderasi beragama dikenal dengan istilah wasathiyyah yaitu suatu karakteristik yang menjauhi seorang individu atau kelompok dari bersikap ekstrem7. Wasatiyah merupakan suatu karakteristik terpuji antara dua sisi yang berbeda atau berada di tengah-tengah8.

Terminologi wasathiyyah berkamna sikap pengertian adil, berkonsekuensi kualitas kesaksian yang dapat diterima9. Firman Allah Swt dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:

Artinya : dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)

7 Sumarto Sumarto, “Implementasi Program Moderasi Beragama Kementerian Agama Ri,” Jurnal Pendidikan Guru 3, no. 1

(2021): 2,

https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.294.

8 Tahar Rachman, Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (Jakarta: Kelompok Kerja Implementasi Moderasi Beragama Direktirat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2018), 8.

9 Muhammad Khoirul Hadi AL Asy ari and Khoirul Rochim, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Moderasi Beragama (Studi Kasis Di Sekolah Dasar Katholik Santo Yusuf Sekoreno Kabupaten Jember),” Prosiding MukhtamarPMII, no. Imc (2021): 117.

siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Prinsip-prinsip Moderasi Beragama Tawassuth (Mengambil Jalan Tengah)

Tawassuth adalah sikap tengah atau berada di antara dua sikap, yaitu tidak bersikap fundamentalis atau terlalu jauh bersikap liberal. Dengan sikap inilah maka, Islam akan mudah diterima di segala lapisan masyarakat10.

Tawazun (Berkeseimbangan)

Tawazun berarti memberi kestabilan dan ketenangan dalam aktivitas hidup11. Sikap tawazun sangat diperlukan dalam kehidupan dalam rangka menyeimbangkan hak dan kewajiban manusia sehingga tercipta kondisi yang aman, tenteram dan nyaman. Hal ini dikarenakan tawazun merupakan model sikap dan kemampuan seseorang untuk berada di posisi tengah dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Jika kehidupan seseorang tidak seimbang dalam kehidupan maka

10 Rachman, Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, 10.

11Rachman, 11.

(5)

hubungan sosialnya akan terganggu.

Karena itulah, sikap tawazun menjadi sebuah keniscayaan dan menjadi keharusan sosial.

I’tidal (Lurus dan Tegas)

I’tidal memiliki arti lurus dan tegas, yang bermakna bahwa menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan kehidupan secara proporsional. Sikap inilah yang menjadi bagian dari penerapan keadilan dan etika bagi setiap muslim12.

Tasamuh (Toleransi)

Tasāmuh adalah menerima perkara dan perbedaan secara sadar dan lapang dada. Hasyim berpendapat bahwa toleransi merupakan memberikan kebebasan kepada sesama masyarakat untuk menjalankan keyakinan tanpa intimidasi atau paksaan.13.

Musawah (Egaliter)

Musāwah adalah persamaan dan penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah. Di hadapan Allah, semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama tanpa memandang jenis kelamin, ras ataupun suku bangsa14.

12Rachman, 12.

13 Idi Warsah, “Pendidikan Keluarga Muslim Di Tengah Masyarakat Multi- Agama:

Antara Sikap Keagamaan Dan Toleransi ( Studi Di Desa Suro Bali Kephiang- Bengkulu),”

Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 13, no. 1 (2018): 11.

14 Rachman, Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, 14.

Syura (Musyawarah)

Syurā atau musyawarah adalah saling menjelaskan dan merundingkan atau saling meminta dan menukar pendapat mengenai sesuatu perkara15.

Artinya : dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy- Syuura : 38)

Dalam ayat lain Allah Swt memerintahkan :

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya.

(QS. Ali Imran : 139)

Indikator Moderasi Beragama Komitmen Kebangsaan

Untuk mengukur

pandangan dan sikap individu atau kelompok tertentu terhadap falsafah

15Rachman, 14.

(6)

Pancasila sebagai dasar Negara dapat dilihat dari tanggung jawabnya dalam kehidupan. Sehingga dapat menyaring munculnya pemikiran-pemikiran baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia. Karena pertentangan cara pandang tentang beragama yang bertolak belakang dengan nilai dan budaya bangsa dikhawatirkan dapat memunculkan sikap menumbuh kembangkan rasa kebangsaan.16

Toleransi

Toleransi adalah sikap memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjalankan keyakinannya dalam beragama. Sikap ini juga ditunjukan dengan budaya menerima perbedaan dalam ritual intern pemeluk agama dan ritual beragama bagi pemeluk agama lain.

Anti Radikalisme dan Kekerasan Islam hadir di muka bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil'alamin). Esensi Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang sebagaimana misi Islam itu sendiri seperti yang ditunjukan oleh RAsulullah Saw dalam menyebarkan rahmat ke seluruh alam semesta.

Meyakini Islam adalah agama yang paling benar dan menjalankan

16 Yeni Hurizah dkk. Buku Saku Moderasi Beragama Untuk Perempuan Muslim (Bandung, UIN Sunan Gunung Jati, 2022) h. 9

ajaran Islam itu secara utuh dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tidak harus dengan meniadakan pemeluk agama lain dan menjauh dari umat agama lain. Sebab, bangsa Indonesia berdiri, tumbuh dan berkembang merupakan andil dari seluruh bangsa Indonesia secara bersama-sama, apapun agamanya.

Akomodatif Terhadap Budaya Lokal Indonesia merupakan Negara kaya budaya sebab memiliki ribuan ragam budaya lokal yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya budaya nasional. Dapat dikatakan bahwa budaya lokal adalah sebuah kekuatan bangsa yang harus dijaga dan dipertahankan.

Karena itu, terhadap keragaman budaya maka diperlukan sikap menghormati,

menghargai dan

menumbuhkembanggkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal.

Moderasi Beragama dalam Berbangsa dan Bernegara di Indonesia

Indonesia bukanlah negara agama, tetapi negara yang beragama sebagaimana dirumuskan dalam Pancasila (sila pertama). Rumusan ini menunjukan bahwa sistem negara ini berdasarkan pada prinsip, ajaran, dan tata nilai agama-agama yang ada di Indonesia. Hal ini membangunkan

(7)

kesadaran masyarakat tentang kesakralan agama tetapi, tetapi pilihan beragama itu plural.

Indonesia telah berhasil membuktikan bahwa perbedaan dan keragaman sosial masyarakat bukanlah kondisi yang perlu dikhawatirkan menghambat kehidupan bangsa dan Negara. Mayoritas umat Islam di Indonesia mampu menunjukkan diri sebagai umat yang toleran terhadap perbedaan praktik-praktik keagamaan umat yang lain. Islam yang rahmatan lil alamin sebagai menjadi dasar tumbuhnya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama.

Hubungan antara agama dan negara adalah dialogis-integratif. Agama melalui ajaran-ajarannya dan negara melalui aturan-aturannya merupakan

“tali kasih” yang idealnya diproyeksikan untuk mengawal harmonisasi kehidupan beragama dan bernegara. Hal ini karena belum tentu orang atau kelompok yang merasa menguasai ilmu keagamaan dengan baik, secara otomatis akan dapat memahami dan menguasai pengetahuan

tentang kebangsaan dan

kewarganegaraan secara baik pula.

Terlebih, di saat intensitas suhu perpolitikan dan semangat keagaaman yang sama-sama “meninggi‟, hal itu

menjadi pemantik kesadaran atas perlunya bersikap moderat.17

Meski demikian, membangun moderasi di Indonesia bukan tanpa hambatan. Agama menjadi alat untuk melakukan gerakan-gerakan politik.

Dapat terlihat ketika selama proses pemilihan kepala daerah baik kabupaten/kota maupun provinsi atau pemilihan presiden-wakil presiden. Pada dasarnya ini bukanlah gerakan agama, tetapi gerakan politik yang memakai agama sebagai bagian dari upaya mengumpulkan massa.

Meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan yang berat, bangsa Indonesia tetap harus menjaga kestabilan dan keharmonisan masyarakat dengan tetap menjaga karakter khas bangsa Indonesia sebagaimana sikap moderasi beragama yang telah ditanamkan. Moderasi beragama di Indonesia yang telah terbangun sedemikian rupa menjadi modal sosial dalam pembangunan nasional dan telah ditetapkan dalam Perpres No 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Dengan demikian, moderasi

17 Masykuri Abdullah, Toleransi Beragama Dalam Masyarakat demokrasi dan Multikultural. (Jakarta, Leiden,Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah, 2003) h. 177

(8)

beragama menjadi sebuah keniscayaan yang harus diimplementasikan oleh seluruh Kementerian/Lembaga, bahkan Kementerian Agama sebagai leading sector-nya. Maka perlu upaya-upaya untuk mempertahankan praktik moderasi beragama ini agar tetap menjadi karakter khas beragama di Indonesia.

Moderasi harus dipahami dan ditumbuh kembangkan sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku, etnis, budaya, agama dan pilihan politiknya mau saling mendengarkan satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan di antara mereka.

KESIMPULAN

Negara Indonesia memiliki keanekaragaman yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Oleh karena itu, meski bukan negara agama, tetapi Indonesia adalah yang memegang prinsip, ajaran, dan tata nilai agama-agama menjadi dasar dalam kehidupan.

Indonesia dapat menjadi contoh negara beragama yang demokratis dan tidak saling bermusuhan karena perbedaan keyakinan. Menyambut gejolak post-sekularisme yang melanda

dunia, praktik beragama di Indonesia layak diajukan sebagai contoh bagaimana seharusnya menempatkan hubungan antara agama dan negara yang ideal dalam masyarakat modern. Indikator moderasi yang disusun menjadi acuan bagi seluruh masyarakat dalam kerangka membangun dan memperkokoh moderasi beragama di Indonesia.

Moderasi beragama menjadi sebuah keniscayaan yang harus diimplementasikan oleh seluruh Kementerian/Lembaga, bahkan Kementerian Agama sebagai leading sector-nya. Maka perlu upaya-upaya untuk mempertahankan praktik moderasi beragama ini agar tetap menjadi karakter khas beragama di Indonesia.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Masykuri. 2003. Toleransi Beragama Dalam Masyarakat demokrasi dan Multikultural.

Jakarta : Leiden,Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah

Aminuddin, Aliaras Wahid, and Moh Rofiq. Membangun Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Graha Ilmu, 2006.

Elisvi, Julia, Rafia Archanita, Deri Wanto, and Idi Warsah. “Analisis Pemanfaatan Fukuyama. Mayumi.

“Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society.” Japan Spotlight, no. August (2018): 8–13.

Fahri. Muhammad “Moderasi Beragama di Indonesia,” Jurnal Intizar Volume 25 Nomor 2 (20191)

Hurizah Yeni dkk. 2022. Buku Saku Moderasi Beragama Untuk Perempuan Muslim (Bandung, UIN Sunan Gunung Jati

Karolina, Asri. “Rekonstruksi Pendidikan Islam Berbasis Pembentukan Karakter : Dari Konsep Menuju Internalisasi Nilai-Nilai Al Qur’an.”

Jurnal Penelitian 11, no. 2 (2017):

237–66.

Khoirul Hadi AL Asy ari, Muhammad, and Khoirul Rochim. “Pendidikan Agama Islam Berbasis Moderasi Beragama (Studi Kasis Di Sekolah Dasar Katholik Santo Yusuf Sekoreno Kabupaten Jember).”

Prosiding MukhtamarPMII, no. Imc (2021): 113–22.

Malik Karim Amrullah, Abdul. Pendidikan Islam Kontemporer. Malang:

Universitas Negeri Malang, 2017.

Pabbajah, Mustaqim, Ratri Nurinda Widyanti, and Widi Fajar Widyatmoko. “Membangun Moderasi Beragama: Perspektif Konseling Multikultural Dan Multireligius Di Indonesia.” Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam 13, no. 1 (2021): 193–209.

Pereira, Andreia G, Tânia M Lima, and Fernando Charrua-santos. “Industry 4.0 and Society 5.0: Opportunities and Threats.” International Journal of Recent Technology and Engineering 8, no. 5 (2020): 3305–8.

https://doi.org/10.35940/ijrte.d87 64.018520.

Rachman Assegaf, Abd. Pendidikan Islam Kontekstual. yogyakarta:

PustakaPelajar, 2010.

Rahmani dkk. “Moderasi Beragama di Desa Sarang Ginting,” Jurnal Al-Amin.

Volume 4 Nomor 2 (2021)

Wija. 2021. Tantangan Moderasi Beragama di Indonesia. Jakarta : Binangkit.

Zamroji, Nanang dkk. “Model Moderasi Beragama di Desa Sidodadi Kecamatan Garum, Blitar,” Jurnal Riset dan Konseptual Volume 5 Nomor 4 (2021)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

murni pada produk penghimpunan dana adalah untuk memudahkan penghitungan. Sebab usaha yang dilakukan pihak BMT adalah penyaluran dana sehingga sangat merepotkan

Moderasi beragama adalah sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan praktik agama lain yang berbeda kepercayaan (inklusif)

Negara Indonesia memiliki agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang beraneka ragam. Fenomena kehidupan di sekitar kita sangat beragam dalam kehidupan beragama

Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia,

Keterkaitan antara Komponen Life Skills dalam Pembelajaran Masyarakat pada Satuan dan Program PLS Life Skills Program PLS Personal Skills Sosial Skills Academic Skills

Oleh karena itu, untuk memperoleh keakuratan dari standar dan peraturan pembebanan jembatan SNI 1725:2016 yang sifatnya lebih luas, maka pada penelitian ini akan dilakukan

“Jika ada tiga orang keluar untuk berpergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai pemimpin atau ketua rombongan.” (H.R. Abu Dawud). Dari hadits di atas