• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

001/Skripsi/PKH/Februari/2013

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Khusus

Oleh :

Ajeng Dwie Setiowinny

0804129

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD

Oleh :

Ajeng Dwie Setiowinny

0804129

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ajeng Dwie Setiowinny2013

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

AJENG DWIE SETIOWINNY 0804129

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dra. Oom Sitti Homdijah, M. Pd. NIP. 196101051983032002

Pembimbing II,

Drs. Iding Tarsidi, M. Pd. NIP. 196601041993011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SD

Oleh : Ajeng Dwie Setiowinny (0804129)

Penelitian ini didasari pemikiran bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting untuk ditanamkan kepada anak tunagrahita ringan sejak dini, agar anak tunagrahita tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan lingkungan dapat menerima keberadaan anak tunagrahita tersebut selayaknya anak pada umumnya. Dengan rumusan masalah bagaimana profil kecerdasan anak tunagrahita ringan kelas IV SD Di SLB Permata Ciranjang, Cianjur sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan permainan tradisional anjang-anjangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional anjang-anjangan terhadap peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD. Permainan tradisional anjang-anjangan merupakan permainan tradisional yang bersifat fleksibel dan menyenangkan serta cocok digunakan sebagai metode pembelajaran kepada anak tunagrahita ringan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain Experiment one group pret test - post test. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik Non-tes Daftar Inventori Kepribadian. Teknik ini digunakan karena penelitian ini menyangkut dengan pola-pola tingkah laku manusia dalam hal ini adalah peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Ciranjang, Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor mulai dari 12 sampai 21 skor, yang berarti menunjukkan bahwa permainan tradisional anjang-anjangan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD. Bertolak dari hasil penelitian diajukan rekomendasi kepada guru sebagai alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak tungrahita tentunya dengan strategi dan media ajar yang lebih menarik serta kreatif.

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Penelitian ... 4

C. Batasan Penelitian ... 4

D. Rumusan Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

1. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 7

2. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Kehidupan Sosial ... 8

3. Kecerdasan Interpersonal ... 9

4. Konsep Dasar Bermain. ... 13

5. Konsep Bermain Peran ... 15

6. Permainan Tradisional Anjang-Anjangan ... 16

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 20

D. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 22

1. Variabel Bebas ... 22

(6)

B. Desain Penelitian ... 23

C. Sampel Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian ... 25

a. Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen ... 26

b. Pembuatan Butir Pernyataan ... 26

c. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Pernyataan ... 27

d. Validitas Instrumen ... 31

e. Reliabilitas Instrumen ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 36

1. Persiapan Penelitian ... 36

2. Pelaksanaan Penelitian ... 37

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Permainan Anjang-Anjangan ... 38

G. Pengolahan Dan Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pengolahan Data ... 42

C. Pengujian Hipotesis ... 44

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 51

B. Rekomendasi ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1.Subjek Penelitian ... 24

3.2. Jumlah Butir Pernyataan ... 27

3.3. Kriteria Penilaian ... 28

3.4.Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 34

4.1. Skor Pre Test ... 40

4.2. Skor Post Test ... 41

4.3. Peningkatan Skor pada Aspek Social Insight ... 42

4.4. Peningkatan Skor pada Aspek Social Sensitivity ... 43

4.5. Peningkatan Skor pada Aspek Social Communication ... 44

4.6. Tabel dengan Uji Wilcoxon pada Aspek Social Insight ... 45

4.7. Tabel dengan Uji Wilcoxon pada Aspek Social Sensitivity ... 46

(8)

DAFTAR DIAGRAM

Grafik

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang mana manusia akan selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, baik kebutuhan fisik ataupun kebutuhan psikis. Keterlibatan antara manusia dengan manusia lainnya tidak hanya terjalin ketika manusia lahir tetapi sampai akhir hidup manusia tersebut, dan ini termasuk pada Anak Berkebutuhan Khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus juga merupakan makhluk sosial, yang mana anak Berkebutuhan Khusus akan selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, Anak Berkebutuhan Khusus juga dituntut untuk melakukan penyesuaian dan berinteraksi dengan sesama Anak Berkebutuhan Khusus lainnya ataupun dengan orang lain disekitar lingkungannya. Salah satu jenis Anak Berkebutuhan Khusus itu adalah anak tunagrahita.

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, karena mereka memiliki kapabilitas mental yang rendah, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya dan cenderung menampilkan perilaku yang tidak adaptif dan kurang dapat memenuhi tuntutan atau harapan kelompoknya, seperti sulit untuk diajak bekerja sama dengan sesama temannya, dan cenderung saling menyakiti dengan sesama temannya akibatnya dalam bergaul mereka sering mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan, seperti mendapatkan ejekan sampai hinaan. Seperti halnya anak pada umumnya, pada usia 7 sampai 11 tahun anak tunagrahita memiliki keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya.

(10)

pada orang lain, dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial (S. Somantri. 2006: 116). Uraian tersebut memberikan implikasi bahwa ketergantungan anak terhadap orang lain pada dasarnya tetap ada, meskipun untuk masing-masing jenjang anak tunagrahita kualitasnya berbeda, tergantung pada berat-ringannya ketunagrahitaan.

Anak tunagrahita pada umumnya cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, karena fungsi intelektualnya yang secara signifikan dibawah rata-rata anak pada umumnya maka ada kecenderungan bahwa anak tunagrahita lebih mudah berteman dengan anak yang usianya lebih muda dari usianya itu sendiri disamping itu, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Walaupun demikian anak tunagrahita ringan mempunyai potensi yang dapat dikembangkan yaitu diantaranya dalam aspek sosial yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal (S. Somantri. 2006: 105).

Kecerdasan Interpersonal memiliki peranan yang penting bagi kehidupan, seperti halnya dengan kecerdasan lainnya yang perlu diberi kesempatan dan

adanya rangsangan oleh lingkungan untuk dapat berkembang (Sadewo, 2009: 18). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam memahami kebutuhan atau kesulitan orang lain dan empati menjadi salah satu ciri bagi anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi. Kecerdasan interpersonal, dikenal juga dengan kecerdasan sosial, seperti kecerdasan-kecerdasan lainnya harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran (May Lwiin et al, 2005: 2). Dengan kecerdasan interpersonal itulah, anak mampu hidup berdampingan dengan orang lain.

(11)

yang dapat meningkatkan semua aspek perkembangan dalam pertumbuhan anak. Khususnya anak tunagrahita ringan.

Dewasa ini di Indonesia banyak berbagai macam mainan (toys) dan permainan (games) yang berasal dari luar negeri yang dapat dikategorikan sebagai permainan modern. Jenis permainan ini serba elektronik dan telah memberikan tawaran yang lebih canggih kepada anak-anak. Dharmamulya (2005), menyatakan bahwa melalui permainan tersebut semakin menjauhkan anak-anak dari hubungan perkawanan yang personal ke impersonal, menipisnya wawasan komunalistik ke indivualistik, dan mempertegas perbedaan latar belakang ekonomi. Hal ini menunjukkan menipisnya kecerdasan interpersonal yang terjadi tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan, tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan interpersonal sangat penting untuk ditanamkan kepada anak

tunagrahita ringan sejak dini, agar anak tunagrahita tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan lingkungan dapat menerima keberadaan anak

tunagrahita tersebut selayaknya anak pada umumnya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari para pendidik untuk memperhatikan perkembangan sosial anak tunagrahita, dengan memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk bermain, diantaranya dengan permainan yang bersifat tradisional, Kurniati (2006: 4) mengemukakan bahwa permainan tradisional membantu anak menjalin relasi sosial, dengan baik dengan teman sebaya (peer group) maupun dengan teman yang usianya lebih muda atau lebih tua. Permainan tradisional anjang-anjangan merupakan salah satu permainan yang syarat akan interaksi.

(12)

alat-alat canggih seperti perangkat komputer. Dimana terdapat banyak program-program permainan yang memang dapat mengasah kemampuan akademik anak, tetapi untuk mengasah kemampuan sosial anak dapat dikatakan sangat kurang. Selain itu kurangnya keakraban yang terjalin antar siswa yang ada di dalam kelas, serta sering terjadinya perselisihan antar siswa, maka peneliti ini mencoba meneliti keterkaitan permainan tradisional anjang-anjangan dengan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita di dalam kehidupan sehari-sehari. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti mencoba untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Anjang-Anjangan

Terhadap Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV SD”. Melalui penelitian ini diharapkan ada suatu solusi dalam hal peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan, sehingga anak tunagrahita dapat menempatkan dirinya di dalam lingkungannya dan dapat berperan aktif sebagai makhluk sosial.

B. Identifikasi Masalah

Hasil observasi awal peneliti di SLB Permata Cianjur, peneliti menemukan dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lapangan, diantaranya:

1. Seringnya terjadi perselisihan antara anak di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung.

2. Kurangnya kesempatan bagi anak untuk melakukan permainan tradisional yang melibatkan anak dalam alur permainannya, karena tidak adanya fasilitas sekolah untuk anak melakukan permainan-permainan tradisional.

3. Meningkatnya permainan-permainan modern yang cenderung menjauhkan hubungan sosial anak dengan lingkungannya.

C. Batasan Masalah

(13)

D. Rumusan Masalah

Hasil berdasarkan batasan masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur sebelum diberikan permainan tradisional Anjang-anjangan?

2. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur setelah diberikan permainan tradisional Anjang-anjangan?

3. Adakah perubahan ke arah yang lebih baik antara kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan sebelum dan sesudah diberikan permainan tradisional anjang-anjangan?

E. Tujuan 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh permainan tradisional

anjang-anjangan terhadap peningkatan kecedasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah :

a) Untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur sebelum menggunakan metode permainan tradisional anjang-anjangan.

b) Untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur saat menggunakan metode permainan tradisional anjang-anjangan.

(14)

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari tujuan yang telah dikemukakan diatas, peneliti berharap kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pendidikan luar biasa dalam pengembangan kecerdasan interpersonal anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita dengan menggunakan metode pembelajaran permainan-permainan tradisional.

2. Kegunaan praktis

a) Bagi anak, memberikan bantuan pada agar dapat meningkatkan kecerdasan interpersonalnya sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitarnya dengan baik.

b) Bagi pendidik, metode bermain peran dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak

terutama kecerdasan interpersonal.

c) Bagi orang tua, dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan sosialisasi anak dengan lingkungan dirumahnya. d) Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan patokan untuk meneliti

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

Penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Anjang-Anjangan Terhadap Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV SD”, maka dalam penelitian ini mengandung dua variabel, diantaranya yaitu:

1. Variabel bebas (X).

Varibel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya yang timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan tradisional anjang-anjangan yang disebut sebagai suatu perlakuan atau treatment.

Permainan tradisional anjang-anjangan atau main rumah-rumahan merupakan kegiatan bermain peran yang dilakukan oleh anak-anak dengan meniru karakter seseorang dengan aktivitas tertentu, misalnya anak berperan sebagai bapak, ibu, dan anak-anaknya atau tokoh lain. Permainan ini mengenal fungsi sosial dari berbagai pekerjaan nyata disekitar mereka, mampu merangsang emosi-sosial (bermain bersama, tenggang rasa, patuh pada aturan, empati), melatih etika (benar salah).

I. Kusmayadi (2011: 128) mengungkapkan secara operasional langkah-langkah permainan trasidisional anjang-anjangan adala sebagai berikut:

a) Anak menentukan peran yang akan ditiru.

b)Setelah setiap peran disepakati, pemain peran mulai membuat miniatur perabot rumah tangga/ perangkat sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing.

c) Permainan dapat di mulai dengan memainkan peran masing-masing, seperti ibu yang sedang memasak, adik yang sedang belajar, dan dibantu dengan peran-peran lainnya.

(16)

2. Variabel terikat (Y).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD. Dimana kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain (Muhaimin, A,2011: 35).

Anderson (1999) yang dikutip oleh Safaria T (2005: 24) mengemukakan

bahwa kecerdasan interpersonal secara operasional dapat dirumuskan sebagai kemampuan seseorang yang mencerminkan tiga aspek utama, yaitu:

a) Social sensitivity (sensitivitas sosial) yaitu kemampuan individu untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan yang ditunjukkan orang lain baik secara verbal maupun non verbal.

b)Social insight (pemahaman sosial) yaitu kemampuan untuk memahami dan mencari pemecahan masalah secara efektif dalam suatu interaksi sosial.

c) Sosial communication (keterampilan komunikasi sosial) merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat dengan menggunakan sarana komunikasi yang efektif secara verbal maupun non verbal.

B. DESAIN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian eksperimen merupakan

salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat untuk mengukur hubungan sebab akibat (Prasetyo & Jannah, 2005: 158).

(17)

23 (Arikunto, 2006: 85) O1= Pre-test sebelum dilakukan perlakuan.

X = Treatment/ Perlakuan.

O2= Post-test sesudah diberikan perlakuan.

C. SAMPEL PENELITIAN

Sugiyono mengemukakan (2006: 118) sampel adalah “bagian dari jumlah

dan karaktersitik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sesuai dengan

pengertian yang dikemukakan diatas, maka sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2006: 124).

Hasil berdasarkan teknik sampling jenuh, yang diambil untuk menjadi sampel dalam melaksanakan eksperimen mengenai pengaruh permainan tradisional anjang-anjangan terhadap kecerdasan interpersonal adalah siswa tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Cianjur berjumlah 6 orang, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Kode Sampel Jenis Kelamin

1. AZ Laki-laki

2. WF Perempuan

3. YF Laki-laki

4. JU Perempuan

5. AR Laki-laki

6. TM Laki-laki

(18)

Profil kecerdasan interpersonal awal pada sampel diatas sebelum dilakukan pre-test adalah sebagai berikut:

1. AZ yang berusia 12 tahun merupakan anak yang cenderung aktif, bisa memimpin temannya, tetapi sulit bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.

2. WF yang berusia 14 tahun merupakan anak yang mudah berbaur

dengan orang yang baru dikenalnya, mampu bertanya dan menjawab secara lantang, dan merupakan anak yang pemberani.

3. YF yang berusia 14 tahun merupakan anak yang penakut, tetapi ia bisa betanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

4. JU yang berusia 12 tahun merupakan anak yang pemalu, pendiam, jarang untuk berbicara, dan cenderung menyendiri.

5. AR yang berusia 12 tahun merupakan anak yang sulit untuk bergaul dengan orang yang baru dikenalnya, mudah menangis, dan cenderung pendiam.

6. TM yang berusia 12 tahun merupakan anak yang aktif, memiliki hambatan dalam berbicara, sulit memahami perintah, belum mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, dan merupakan anak yang mempunyai emosi yang labil, serta cenderung galak terhadap teman-temannya.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen diperlukan dalam sebuah penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data. Definisi instrumen itu sendiri merupakan suatu alat yang digunakam untuk mengukur fenomena yang diamati (Sugiyono, 2009: 147).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala yaitu “skala

guttman” yang merupakan skala pengukuran dengan tipe jawaban tegas “ya

-tidak”, “benar-salah”, dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2009: 139) instrumen

(19)

25 Upaya untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah-langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu:

a. Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen

Kisi-kisi pernyataan instrumen ini dibuat berdasakan aspek-aspek kecerdasan interpersonal. Kisi-kisi pernyataan itu sendiri merupakan indikator yang akan dicatat, diamati, dan ditetapkan pada butir-butir soal yang

disesuaikan dengan variabel penelitian. Adapun yang digunakan dalam penelitian adalah tiga aspek utama kecerdasan interpersonal yang secara operasional sudah dirumuskan.

Tiga aspek kecerdasan interpersonal menurut Anderson (1999) yang dikutip oleh Triantoro Safaria (2005: 24) adalah Social insight (pemahaman sosial), Social sensitivity (sensitivitas sosial), dan Social communication (penguasaan ketrampilan komunikasi sosial). Indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan interpersonal, yaitu:

a. Social insight (pemahaman sosial), indikatornya: a) Kesadaran diri.

b) Pemahaman situasi dan etika sosial. c) Keterampilan pemecahan masalah.

b. Social sensitivity (sensitivitas sosial), indikatornya : a) Empati.

b) Merespon perasaan teman (Sikap Prososial).

c. Social communication (penguasaan keterampilan komunikasi sosial), Indikatornya :

1) Komunikasi efektif. 2) Mendengarkan efektif.

b. Pembuatan Butir Pernyataan

(20)

sebanyak 45 butir, terbagi ke dalam tujuh indikator. Berikut ini adalah tabel jumlah pernyataan:

Tabel 3.2

Jumlah Butir Pernyataan.

VARIABEL ASPEK INDIKATOR JUMLAH

BUTIR

NO. PERNYATAAN

Kecerdasan Interpersonal

1. Social Insight (Pemahaman Sosial).

a. Kesadaran diri. 10 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.

b. Pemahaman Sosial dan etika sosial.

7 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17.

c. Pemecahan

masalah efektif. 4 18, 19, 20, 21.

2. Social Sensivity (sensitivitas sosial).

d. Empati. 5 22, 23, 24, 25, 26.

e. Merespon perasaan teman (sikap

prososial).

9 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35.

3. Social Communicati on (komunikasi sosial). f. Komunikasi

efektif. 6

36, 37, 38, 39, 40, 41.

g. Mendengarkan

efektif. 5 42, 43, 44, 45,46.

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Pernyataan

(21)

27 Tabel 3.3

Kriteria Penilaian.

INDIKATOR ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

m

ampu Tid

ak

m

ampu

a. Kesadaran diri. 1. Anak mampu menyebutkan namanya

sendiri. 1 0

2. Anak mampu menyebutkan nama

sekolahnya. 1 0

3. Anak mampu menyebutkan nama guru

yang ada di dalam kelas. 1 0

4. Anak mampu menyebutkan nama guru

yang ada di kelas lain. 1 0

5. Anak mampu menyebutkan nama

teman-teman sekelasnya. 1 0

6. Anak mampu menyebutkan nama

teman-temannya yang berbeda kelas. 1 0

7. Anak mampu membedakan tas sendiri

dengan tas orang lain. 1 0

8. Anak mampu menyimpan barang

miliknya ke dalam tasnya sendiri. 1 0

9. Anak mau membereskan mainan yang

sudah selesai digunakan. 1 0

10.Anak mau menyimpan mainan pada

tempatnya. 1 0

b. Pemahaman sosial dan etika sosial.

11.Anak mampu mengucapkan salam

(22)

12.Anak mampu bersabar dalam menunggu

giliran ketika bermain anjang-anjangan. 1 0

13.Anak dapat mengikuti aturan dalam

sebuah permainan. 1 0

14.Anak mampu untuk tidak terlibat

pertengkaran dengan teman-temannya. 1 0

15.Anak mampu bersikap jujur. 1 0 16.Anak mampu meminta izin ketika

meminjam barang kepada temannya. 1 0

17.Anak mampu bertanggung jawab

terhadap tugas yang diberikan. 1 0

c. Pemecahan masalah efektif.

18.Anak mampu memimpin

teman-temannya. 1 0

19.Anak mampu melerai ketika ada

temannya yang sedang berkelahi. 1 0

20.Anak mampu mencari akar masalah

ketika terjadi perselisihan. 1 0

21.Anak mampu meminta bantuan kepada temannya ketika sedang mengalami kesulitan.

1 0

d. Empati. 22.Anak mampu memahami perasaan atau suasana hati temannya ketika sedang bersedih.

1 0

23.Anak mampu memahami perasaan atau suasana hati temannya ketika sedang bergembira.

1 0

24.Anak mampu mendengarkan dengan seksama ketika guru sedang menerangkan atau bercerita.

(23)

29 25.Anak mau mendengarkan temannya

yang sedang bercerita. 1 0

26.Anak mampu menolong temannya yang

sedang membutuhkan bantuan. 1 0

e. Merespon perasaan teman (sikap prososial).

27.Anak mampu berinteraksi dengan

temannya. 1 0

28.Anak mampu bekerja sama dengan

temannya. 1 0

29.Anak mau berbagi mainan ketika sedang

bermain. 1 0

30.Anak mau meminta maaf ketika

melakukan kesalahan kepada temannya. 1 0

31.Anak mampu memaafkan pada

temannya yang melakukan kesalahan. 1 0

32.Anak mampu mengucapkan terima

kasih kepada temannya. 1 0

33.Anak mampu mengajak temannya untuk

bermain. 1 0

34.Anak mampu membentuk hubungan

sosial. 1 0

35.Anak mampu menjaga hubungan sosial. 1 0 f. Komunikasi efektif. 36.Anak mampu untuk tidak berkata kasar. 1 0

37.Anak mampu bertanya pada temannya. 1 0

38.Anak mampu mengutarakan

perasaannya ketika sedang sedih. 1 0

39.Anak mampu mengutarakan

perasaannya ketika sedang gembira. 1 0

40.Anak mampu mengutarakan

(24)

41.Anak mampu menceritakan kembali

pengalaman yang ia dapatkan. 1 0

g. Mendengarkan efektif.

42.Anak mampu mengulang cerita yang

diceritakan oleh guru. 1 0

43.Anak mampu mengulang cerita yang

diceritakan oleh temannya. 1 0

44.Anak mampu menjawab pertanyaan

yang diberikan kepadanya. 1 0

45.Anak mampu menjalin kontak mata

dengan baik. 1 0

46.Anak mampu memahami perintah. 1 0

4. Validitas Instrumen

Instrumen pernyataan yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya dengan uji validitas isi berupa judgement-experts dengan teknik penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SLB Permata Ciranjang, Cianjur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:177) “untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli“.

Penilaian validitas instrument dilakukan oleh dua orang dosen dan satu orang guru di SLB Permata Ciranjang, Cianjur. Penilai tersebut mencocokkan indikator yang ada dalam kisi-kisi instrumen dengan butir pernyataan yang

dibuat oleh peneliti.Apabila penilai menilai cocok diberi nilai 1 dan jika tidak cocok diberi nilai 0, kemudian dihitung dengan rumus :

(Budi Susetyo, 2011: 92) Keterangan :

P = Skor / presentase

f = frekuensi cocok menurut penilai. ∑f = Jumlah Penilai

(25)

31 Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50% (Budi Susetyo, 2011: 92). Dari hasil penilaian butir pernyataan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 45 butir pernyataan instrument penelitian tersebut dikatakan valid karena penilaian banyak memberikan kriteria cocok, sedangkan satu butir lainnya dinyatakan invalid.

5. Reliabilitas Instrumen

Penyusunan perangkat tes selain dipersyaratkan adanya ketepatan dalam sasaran yang diperlukan juga ketetapan atau kestabilan perangkat ukur. Budi Susetyo (2011: 105) mengemukakan bahwa “suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliabel.”

Pernyataan yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa melakukan uji reliabilitas terhadap suatu instrumen sangat diperlukan, dimana uji reliabilitas ini dapat memberikan gambaran yang benar-benar dipercaya tentang kemampuan seseorang. Instrumen diujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu siswa tunagrahita ringan kelas IV SD.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan cara internal consistency, karena mencobakan instrumen hanya sekali saja. Pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik Kuder-Richardson 21 dengan rumus sebagai berikut :

{ } { }

(26)

Dimana:

ri = reliabilitas instrumen.

K = jumlah butir pertanyaan/pernyataan. M = skor Rata-rata.

Vt = varians total.

Sebelum menggunakan rumus diatas untuk mencari nilai reliabilitas, maka

harus menghitung Varians Total terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :

(Budi Susetyo, 2011: 117) Dimana:

Vt = varians total.

X = jumlah skor keseluruhan. N = jumlah responden.

Perhitungan hasil uji coba instrument adalah sebagai berikut Diketahui : N = 6

(tabel penolong untuk uji reliabilitas instrumen dengan Kuder-Richardson terlampir.

1. Menghitung Varians total.

2. Menghitung Reliabilitas.

(27)

33 K = 45

{ } { }

{ } { }

{ }

Tolak ukur menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tabel klasifikasi analisis reliabilitas tes menurut Arikunto (2006: 276) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,000 – 0,200 Sangat rendah 0,200 – 0,400 Rendah 0,400 – 0,600 Cukup 0,600 – 0,800 Tinggi 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

(28)

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik Non-tes Daftar Inventori Kepribadian. Menurut S. Margono (2010: 175) Teknik pengumpukan data dengan daftar inventori kepribadian dimaksudkan untuk mendapat ukuran kepribadian dari objek penelitian, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa:

Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka, dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban ya, tidak, dan tidak tahu. Skor Dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh peneliti.

Teknik ini digunakan karena penelitian ini menyangkut dengan pola-pola tingkah laku manusia dalam hal ini adalah peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan. T. Soendari , dkk (2008: 16) mengemukakan bahwa Inventori biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik, dan dapat pula digunakan untuk mengukuraspek-aspek non-akademik, seperti kebiasaan dan perilaku sosial.

Teknik daftar inventori kepribadian ini, peneliti mengamati pola-pola tingkah laku anak dalam hal ini kecerdasan interpersonal pada saat fase pre-test dan fase post-pre-test pada sampel yang di teliti. Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pernyataan tersebut anak dinilai atau diberi skor pada pernyataan yang cocok dengan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu. Skor yang diperoleh dari hasil pola-pola tingkah laku anak tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh peneliti tentang keadaan anak. Fungsi

(29)

35 Cara penggunaan teknik daftar inventori ini adalah peneliti memberi

tanda ceklis (√) pada kolom mampu jika anak menunjukkan pola-pola

tingkah laku yang sesuai dengan pernyataan, dan juga memberi tanda ceklis

(√) pada kolom tidak mampu jika anak tidak mampu menunjukkan pola-pola

tingkah laku yang sesuai dengan pernyataan.

F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Persiapan Penelitian

Peneliti sebelum penelitian dilaksanakan, langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan. b. Mengurus surat perizinan

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PKh untuk pengangkatan dosen pembimbing;

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan permohonan surat pengantar ijin penelitian untuk ke Rektorat melalui Direktorat Akademik;

3) Mengurus surat pengantar izin penelitian melalui Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Lingkungan Masyarakat (KESBANGPOLINMAS) Provinsi Jawa Barat;

4) Membuat surat izin penelitian di KESBANGPOLINMAS Provinsi Jawa Barat berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI;

5) Membuat surat izin penelitian di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berdasarkan surat pengantar yang keluar dari Direktorat

Akademik UPI dan KESBANGPOLINMAS Provinsi Jawa Barat; 6) Menyerahkan surat ijin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan

dijadikan tempat penelitian yaitu SLB Permata, Ciranjang, Cianjur. c. Menyusun instrumen penelitian mengenai kecerdasan interpersonal

(30)

kisi-kisi instrumen, pembuatan butir pernyataan, dan pembuatan langkah-langkah pembelajaran.

Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta penilaian para ahli (judgement expert). Para ahli tersebut adalah dua orang dosen jurusan Pendidikan Khusus dan satu orang guru SLB Permata Ciranjang,

Cianjur. Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan pada enam orang siswa tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Pancaran Iman Kota Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data. Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang kelas. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program pembelajaran;

b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam kemampuan kecerdasan interpersonal. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi dan mencatat jumlah butir penyataan yang dapat dan tidak dapat dikerjakan oleh subjek

c. Melaksanakan perlakuan dalam hal ini pembelajaran selama tiga kali pertemuan, yaitu menggunakan media permainan replika alat-alat memasak, boneka, dan alat-alat rumah tangga lainnya dalam meningkatkan kemampuan kecerdasan interpersonal. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 80 menit (2 jam pelajaran).

(31)

37 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Permainan Anjang-Anjangan

Langkah-langkah pembelajaran permainan Anjang-anjangan adalah sebagai berikut:

a. Memberi penjelasan kepada subjek penelitian yaitu anak tunagrahita ringan yang berjumlah 6 orang, bahwa mereka akan bermain permainan tradisional anjang-anjangan;

b. Anak diminta untuk menyebutkan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam permainan anjang-anjangan;

c. Melaksanakan pembelajaran 1 dimana anak memainkan alur cerita permainan anjang-anjangan dengan judul “Berkunjungnya Kakek dan Nenek ke Rumah”. Anak berperan sesuai dengan peran yang telah ditentukan oleh peneliti;

d. Melaksanakan pembelajaran 2 yaitu anak memainkan alur cerita permainan anjang-anjangan dengan judul “Belajar di Dalam Kelas”. Dalam alur cerita ini anak secara bergantian berperan menjadi Guru dan Murid;

e. Melaksanakan pembelajaran 3 yaitu anak memainkan alur cerita bebas sesuai dengan keinginan mereka. Anak bebas mengekspresikan perannya masing-masing tetapi masih dalam bimbingan peneliti;

f. Setiap kegiatan berdurasi waktu selama 60 menit;

g. Kegiatan diatas dilakukan sampai adanya peningkatan kecerdasan interpersonal pada setiap anak tunagrahita ringan.

G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek

penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal.

Menurut Sugiyono (2009:212) “teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji

(32)

Metode Wilcoxon Signed Rank Test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua median yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap (Supangat, 2007 : 368). Dari pernyataan diatas bermaksud agar data yang diperoleh peneliti mampu mengolah dan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian; 2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun rangking;

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda ( + ) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung (T hitung) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H0 diterima apabila T hitung > T tabel.

H0 = penggunaan metode permainan tradisional anjang-anjangan tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Hasil berdasarkan penelitian dan pengujian hipotesis tentang pengaruh permainan tradisional anjang-anjangan terhadap anak tunagrahita ringan kelas IV Sd di SLB Permata Ciranjang Cianjur, dapat disimpulkan bahwa permainan

tradisional anjang-anjangan memberikan perngaruh terhadap peningkatan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Ciranjang, Cianjur. Secara spesifik berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Profil kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Ciranjang Cianjur sebelum diberi perlakuan atau treatment dengan permainan tradisional anjang-anjangan, dimana subjek AZ, WF, YF JU, AR, dan TM memperoleh masing-masing skor 14, 23, 21, 20, 9, dan 9 berdasarkan jumlah skor instrumen kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan. Skor maksimal berdasarkan jumlah skor instrumen kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan adalah 45.

2. Profil kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan kelas IV SD di SLB Permata Ciranjang Cianjur sesudah diberi perlakuan atau treatment dengan permainan tradisional anjang-anjangan, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil berdasarkan pengolahan data, jumlah skor meningkat dari 12 sampai dengan 21 skor dari skor maksimal berdasarkan jumlah skor instrumen kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan adalah 45. Subjek AZ, WF, YF JU, AR, dan TM memperoleh masing-masing memperoleh skor 35, 41, 35, 32, 28, dan 27 berdasarkan jumlah skor

instrumen kecerdasan interpersonal anak tunagrahita ringan.

(34)

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Permainan tradisional anjang-anjangan dapat menjadi perhatian dan

pertimbangan sekolah dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak tunagrahita. Karena permainan tradisional anjang-anjangan ini sangat fleksibel sehingga sangat cocok dan sesuai jika di aplikasikan kepada anak tunagrahita tentunya dengan media permainan yang memadai. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi program pembelajaran yang diajarkan disekolah.

2. Bagi Guru

Kecerdasan interpersonal yang merupakan salah satu kecerdasan sosial yang sangat penting dan dapat menjadi perhatian dan pertimbangan guru agar siswa dapat lebih memahami keadaan lingkungan sekitarnya serta lebih peka terhadap orang-orang terdekatnya. Hal ini tentunya meningkatkan Social Skill anak, untuk bekal mereka ketika mereka harus berbaur dengan lingkungannya ataupun ketika anak menemui lingkungan baru.

3. Bagi Orang Tua.

Permainan tradisional anjang-anjangan dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak dengan lingkungan disekitar rumah.

4. Bagi peneliti selanjutnya.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik menggunakan metode

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Bermain, Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers and Circles Time (BCCT) Dalam Dimensi PAUD. Bandung: Rizqi Press.

Alvianni, Z. (2011). Efektivitas Metode Permainan Tradisional Untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa. Skripsi Bimbingan dan Konseling UPI: Tidak Diterbitkan.

Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud.

Arikunto, S. dan Safuddin AJ, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock B, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Hurlock B, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Husna, A. (2009). 100+ Permainan Tradisional Indonesia Untuk Kreativitas, Ketangkasan, dan Keakraban. Yogyakarta: Andi Offset.

Kusmayadi, I. (2011). Membongkar Kecerdasan Anak. Jakarta: Buku Kita.

Lwin, M. et al. (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligence. Jakarta: PT. Indeks.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

(36)

Nursyania, A. (2011). Pengaruh Permainan Tradisional Anjang-Anjangan Terhadap Kecerdasan Interpersonal Anak Usia. Skripsi Pendidikan Anak Usia Dini UPI: Tidak Diterbitkan.

Prasetyo, B., Jannah LM. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Rahardjo, B. (2007). Aplikasi Teori Bermain Untuk Anak Usia Sekolah. Dalam Didaktika [Online], Vol 8 (3), 12 halaman. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8307260271.pdf

Rahayu, I. (2012). Program Bimbingan Penyesuaian Sosial Melalui Permainan Tradisional. Skripsi Psikologi UPI: Tidak Diterbitkan.

Rahmawan, T. (2009). Kecerdasan Interpersonal. [Online]. Tersedia: http://tizarrahmawan.wordpress.com/2009/12/10/kecerdasan-interpersonal/ [10 Desember 2009].

Riduwan, Akdon. (2005). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sadewo, S. Ayu. (2009). Mudahnya Mendidik Anak Beda Karakter dan Bakat, Beda Perlakuan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Book.

Safari, F. (2011). Pengaruh Permainan Monopoli Terhadap Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Dengan Teman Sebaya Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi Pendidikan Luar Biasa UPI: Tidak Diterbitkan.

Soendari, T., Abdurahman, M. dan Mahmud, M. (2008). Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Modul Pendidikan Luar Biasa UPI: Tidak Diterbitkan.

Sokolova V, I. (2011). Kepribadian Anak. Yogyakarta: Kata Hati.

Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Reflika Aditama.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

(37)

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.

Suyono, H. (2007). Social Intelligence. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, Hamzah B. dan Kuadrat, M. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, R. (2009). Mengasah Kecerdasan Interpersonal Siswa (Interpersonal

Intellegence). [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel
Grafik 4.1. Skor Pre Test dan Post Test Aspek Social Insight .......................................
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Tabel 3.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Reliability Centered Maintenence pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Berlian Nurlianti 2014 Universitas Pendidikan

[r]

: Salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang tentunya berhubungan dengan

Pengaruh Penggunaan Google Body Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Materi Anatomi Tubuh Manusia Di Sekolah Menengah Atas Laboratorium

Adapun materi pendidikan pemakai yang diberikan dalam ragam pendidikan pemakai yaitu fungsi dan jenis perpustakaan, lokasi perpustakaan, informasi pegawai perpustakaan,

Relai Diferensial adalah alat listrik yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan baik itu gangguan fasa to fasa ataupun fasa to ground dan akan memberikan perintah

Proses Konseling dan Perubahan Perilaku KOnseli AO…………..... Konseling