• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) TERHADAP KETERAMPILAN BEKERJASAMA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMPN 40 BANDUNG KELAS VIII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) TERHADAP KETERAMPILAN BEKERJASAMA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMPN 40 BANDUNG KELAS VIII."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

Yusuf Supriatna

0906477

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Oleh Yusuf Supriatna

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Yusuf Supriatna 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMPN 40 BANDUNG KELAS VIII

Skripsi ini telah disahkan dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP. 198607071992032001

Pembimbing II

Helmy Firmansyah, M.Pd NIP. 197912282005011002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

(4)

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus

mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta

relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu

dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan

berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Hal ini, bisa dilihat dengan adanya perubahan dan

pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum,

materi-materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran.

Menurut dokumen SISDIKNAS 2003,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

Fungsi pendidikan adalah membimbing peserta didik ke arah satu tujuan yang

tinggi, baik pengetahuan, pemahaman, dan pengaplikasiannya. Salah satu cara

untuk mencapainya adalah melalui pendidikan jasmani. Karena dalam pendidikan

jasmani aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik merupakan sebuah

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu pendidikan jasmani

dianggap begitu penting, sehingga pemerintah menetapkan tentang sistem

pendidikan nasional (sisdiknas) dalam pasal 42 Undang-undang No.20 tahun

(2003). Khusus tentang kurikulum pendidikan dasar yang wajib memuat mata

(5)

1).Pendidikan Agama, 2)Pendidikan Kewarganegaraan, 3).Bahasa, 4).Matematika, 5).Ilmu Pengetahuan Alam, 6).Ilmu pengetahuan Sosial, 7).Seni dan Budaya, 8).Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 9).Keterampilan dan Kejuruan, 10).Muatan Lokal.

Berpijak dari pernyataan diatas bahwa pendidikan jasmani merupakan mata

pelajaran yang wajib diadakan disetiap tingkatan satuan pendidikan, dan wajib

diikuti oleh setiap peserta didik.

Dalam penjas banyak materi yang diajarkan, salahsatunya adalah sepakbola.

Adapun pengertian sepakbola sendiri menurut Sucipto dkk (2000, hlm. 7):

Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnhya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya.

Tidak sedikit komponen yang ditekankan harus dikuasai oleh siswa dalam

proses pembelajarannya, mulai dari peraturan permainan yang harus diketahui

keterampilan dasar yang harus dikuasai sampai kepada tujuan pembelajaran yang

dituntut tercapai secara maksimal, akan tetapi pada kenyataan dilapangan untuk

mencapai hal itu sangatlah tidak mudah, kemampuan siswa untuk dapat

bekerjasama dalam permainan sepakbola dirasa sulit dan kurang maksimal,

dikarenakan minimnya seorang guru melakukan inovasi dalam pelaksanaan proses

pembelajaran, terutama sekali dalam pemilihan model pembelajaran, terlihat

kegiatan pembelajaran masih merujuk kepada guru, situasi dimana jika

dianalogikan seorang guru masih mendominasi keberlangsungan proses

pembelajaran, dimana seluruh sumber pengetahuan berpusat kepada sosok guru

(teacher center), sehingga sosok siswa didalam pelaksanaannya hanya berperan

sebagai objek pelaksana perintah guru semata, yang pada akhirnya situasi dalam

proses pembelajaran seperti itu menjadikan siswa kurang memahami tujuan

pembelajaran yang diorientasikan oleh guru, yang merujuk kepada kerjasama

(6)

Kerjasama bisa terjalin bila ada interaksi yang baik, yang dilakukan oleh

seluruh komponen didalamnya untuk mencapai harapan-harapan yang diinginkan.

Kerjasama bukan sekedar “kerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan

saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. (Depdiknas. 2004,

hlm. 7-8). Menurut Lie dalam Rahmat Subagja (2012, hlm. 12) “Kerjasama

merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.

Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah”.

Kerjasama merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan dalam

permainan sepakbola, tanpa adanya kolektifitas dalam bermain maka hasil yang

diharapkan dalam proses pembelajaran, yaitu kerjasama siswa dalam bermain

kurang baik, maka dikhawatirkan akan barpengaruh terhadap tujuan

pembelajaran. Dengan demikian dalam permainan sepakbola hal yang harus

diperhatikan adalah keterampilan bekerjasama, karena sepakbola merupakan

olahraga permainan yang membutuhkan kemampuan untuk bekerjasama dalam

hal membagi bola, melakukan pertahanan, melakukan penyerangan, serta

menciptakan tim yang solid dan kompak.

Memperhatikan pentingnya nilai kerjasama dalam permainan sepakbola,

maka nilai-nilai kerjasama perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Guru

sangat berperan penting dalam meningkatkan kerjasama siswa, salah satunya

adalah dengan menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa.

Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu

kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan)

sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif, oleh karena itu, guru harus

menguasai beberapa model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan

lancar.

Dalam dunia pendidikan, dikenal banyak sekali model pembelajaran. Joyce

dan Weill (1980) dalam juliantine dkk (2011, hlm. 13), menjelaskan mengenai

ragam dari model pembelajaran diantaranya: ”Memory model, Counseling model,

(7)

Dalam dunia pendidikan jasmani pun ada model-model pembelajaran, dan

diantaranya yang dikemukakan oleh Metzler (2000, hlm. 159) :

There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: direct instruction model, personalized system for instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching model, and the tactical games model.

Pernyataan Metzler (2000, hlm. 159) menjelaskan ada beberapa model

pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu, Model Pembelajaran Langsung,

Model Pembelajaran Personal, Model Pembelajaran Kerja sama, Model

Pembelajaran Pendidikan Olahraga, Model Pembelajaran Kelompok, serta Model

Pembelajaran Inkuiri.

Dalam pelaksanan proses pembelajaran penjas, model kooperatif merupakan

model pembelajaran yang sering digunakan, dalam pembelajaran kooperatif siswa

dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan

tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi

sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur kehidupan bermasyarakat, dan

belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model

pembelajaraan kooperatif adalah kegiatan pembelajaraan secara berkelompok

untuk bekerjasama saling membantu dalam meyelesaikan permasalahan.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Metzler (2000, hlm.

164) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.

Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun

secara kelompok.

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa bentuk,

salahsatunya adalah TGT (Team Game Tournament). Model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yaitu tipe kooperatif yang yang dimana setiap orang dalam

satu tim saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, yakni memenangkan

(8)

kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam

game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah

satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak

boleh membantu, tetapi memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Adapun menurut Slavin (1995, hlm. 170) komponen tipe TGT antara lain:

“Belajar tim; Turnamen; dan Rekognisi tim”.

Pengajaran meliputi pemberian intruksi, materi, demonstrasi, tugas serta

arahan dari guru yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Belajar tim, yaitu

proses pengulangan dan latihan secara bersama-sama dengan tugas yang diberikan

guru. Turnamen, yaitu suatu kondisi dimana semua siswa dalam kelompok diuji

kemampuannya dalam suatu pertandingan melawan kelompok lain dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan tiap kelompok. Rekognisi tim, yaitu pemberian

penghargaan pada kelompok pemenang dalam suatu pertandingan yang

didasarkan pada skor atau nilai yang diperoleh.

Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, akan memungkinkan

terciptanya kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi

antara siswa satu dengan siswa yang lain. Dalam proses interaksi yang terjadi

pada proses pembelajaran itulah yang diharapkan terbinanya kerjasama. Siswa

yang memiliki kemampuan yang tinggi akan membantu siswa lain dalam

pencapaian tujuan pembelajaran dan begitu pula sebaliknya bagi siswa yang

memiliki kemampuan yang rendah tidak akan leluasa meminta bimbingan dari

temannya tanpa rasa canggung karena usia mereka relatif sama.

Selain itu dengan adanya kompetisi dalam proses pembelajaran, siswa akan

mempersiapkan timnya dan saling bekerjasama agar dapat memenangkan suatu

pertandingan. Dalam kondisi seperti itu akan terciptanya budaya saling

membantu dan saling ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga terdapat banyak hal-hal

yang membantu siswa agar lebih mudah menerima materi yang diberikan. Ketika

dalam satu kelas besar siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, maka dalam

kelompok tersebut akan terjadi interaksi yang positif untuk membangun motivasi

(9)

pembelajaran kooperatif adalah bahwa tujuan-tujuan kooperatif menciptakan

norma-norma kelompok yang mendukung pencapaian tinggi. Pada dasarnya,

argumen terhadap pendapat ini bahwa intensif kooperatif memotivasi para siswa

untuk mencoba saling berinteraksi satu sama lain untuk melakukan tugas-tugas

akademik, dan oleh sebab itu membuat para siswa merasa bahwa teman sekelas

mereka ingin agar mereka melakukan yang terbaik dari diri mereka. Dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada proses kegiatan

belajar mengajar diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang dilakukan

lebih menarik sehingga hasil belajar dan motivasi siswa lebih meningkat sesuai

yang diharapkan. Selain itu, dengan adanya bentuk kerjasama dalam kegiatan

pembelajaran tercipta karakter-karakter siswa yang bisa bekerjasama dalam

kelompok.

Berangkat dari esensi uraian tersebut, muncul permasalahan yang ingin

penulis ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Team-Game-Tournament (TGT) terhadap

keterampilan bekerjasama dalam pemainan sepakbola di SMPN 40 Bandung kelas

delapan, dan diharapkan sasaran utama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

TGT dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu meningkatkan keterampilan

kerjasama siswa dalam permainan sepakbola.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang dapat di

identifikasi sebagai berikut:

1. Masih sulitnya para siswa untuk dapat bekerjasama dalam pembelajaran

permainan sepakbola.

2. Cara mengajar guru yang tidak memudahkan siswa untuk dapat

bekerjasama dengan baik dalam pembelajaran permainan sepakbola.

3. Belum diketahui tingkat keterampilan bekerjasama siswa kelas delapan

dalam permainan sepakbola di SMPN 40 Bandung.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, terdapat

(10)

1. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa keterampilan kerjasama

dalam permainan sepakbola. Dimana keterampilan kerjasama dalam

penelitian ini ada dua yaitu:

Y1 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

Y2 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

konvensional.

2. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana

ada dua variabel bebas, yaitu:

X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

X2 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (team Game Tournament) terhadap

keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMP NEGERI 40

BANDUNG kelas VIII”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang secara umum penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Team Game Tournament) terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan

(11)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Ilmiah :

a. Sebagai penguat teori-teori yang telah ada.

b. Mengungkap teori baru.

2. Manfaat Praktis :

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan

informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Khususnya sebagai

masukan sistem model pembelajaran agar dapat tercapai sistem

pengajaran yang diharapkan.

b. Bilamana hasil penelitian ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka guru atau pengajar akan dapat memanfaatkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan

kualitas belajar siswa dalam hal meningkatkan kerjasama dalam

permainan sepakbola.

c. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan bahan rujukan bagi para

guru dalam usaha meningkatkan kualitas SDM pada kegiatan KBM.

d. Menyumbang pemikiran pada pengajar uang berada di lingkungan

sekolah tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

e. Dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam

menentukan program belajar permainan sepakbola.

F. Struktur Organisasi Tulisan

BAB I : PENDAHULUAN, menerangkan latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi tulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN, menerangkan pengertian kerjasama, indikator kerjasama, tujuan

(12)

pendidikan jasamani, model pembelajaran kooperatif, keterampilan-keterampilan

kooperatif, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, karakteristik pembelajaran

kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran kooperatif,

kelebihan dan kelemahan mpembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe

TGT, hakekat permainan sepakbola, teknik dasar sepakbola, kerangka berfikir,

anggapan dasar, dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN, menerangkan metode penelitian, desain

penelitian, langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan

sampel, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, teknik mengolah data,

teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menerangkan data

keterampilan bekerjasama pretest dan posttest dalam pembelajaran permainan

sepakbola , uji gain hasil belajar pretest dan postes dalam pembelajaran permainan

sepakbola, uji sifat data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, uji

hipotesis, kesimpulan analisis data dan diskusi temuan.

(13)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari penelitian harus diuji

melalui metode yang diterapkan. Sehingga dari penerapan metode akan diketahui

apakah tujuan penelitian berhasil atau gagal. Seperti yang dijelaskan oleh Sudjana

(2005, hlm. 25) bahwa “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau

kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang

dihadapi”. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari para ahli yang mengemukakan metode sebagai suatu cara untuk mengetahui pencapaian tujuan

penelitian kita, yang diungkapkan oleh Surakahmad (1990) yang dikutip dari

Darsono (2011, hlm. 52), sebagai berikut:

Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidikan, perhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.

Dalam suatu penelitian terdapat banyaknya metode penelitian yang berbeda

satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh tujuan hingga rumusan masalah yang

akan diteliti. Maka perlu adanya perbandingan lurus antara rumusan masalah yang

hendak diteliti dengan metode penelitian yang digunakan. Ada beberapa jenis

metode penelitian yang sering digunakan, metode tersebut adalah metode historis,

deskriptif dan eksperimen.

Dalam hal ini penulis memilih menggunakan metode penelitian eksperimen,

karena pada dasarnya metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian

yang digunakan untuk mencari hasil penelitian melalui treatment (perlakuan)

tertentu. Maka dari itu diteliti pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

(14)

Sugiyono (2010, hlm. 56), menjelaskan bahwa Penelitian eksperimen adalah

penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan

pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang

ketat. Hal tersebut diperkuat oleh oleh Arikunto (2002, hlm. 4) yang menerangkan

bahwa:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.

Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa eksperimen adalah suatu

penelitian secara langsung untuk mendapatkan informasi atau jawaban dari objek

dengan perlakuan (treatment) tertentu yang diberikan pada objek tersebut.

B. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 61) “variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Sehingga variabel penelitian yang dimaksud adalah suatu sifat yang akan diteliti dan digunakan untuk menarik kesimpulan.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa keterampilan kerjasama

dalam permainan sepakbola. Dimana keterampilan kerjasama dalam

penelitian ini ada dua yaitu:

Y1 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

Y2 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

konvensional.

2. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana

(15)

X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

X2 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

C. Desain dan Prosedur Penelitian

Sugiyono (2010, hlm. 3) mengemukakan “metode penelitian merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Pelaksanaanya peneliti membuat dua kelompok, yang pertama kelompok

eksperimen dan yang kedua kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi

pretest dan posttest yang sama, perbedaannya pada kelompok eksperimen

memperoleh perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT sedangkan pada kelompok kontrol tidak memperoleh perlakuan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan desain

eksperimen yaitu pretest-postest control group design. Mengenai design ini

Sugiyono (2010, hlm. 112) menggambarkan sebagai berikut:

R O1 X1 R O2

R O3 X2 R O4

Gambar 3.1

Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design (Sugiyono, 2010, hlm. 112)

Keterangan:

R : Kelompok eksperimen dan kontrol

O1&O3 : Tes Awal (Pre-test)

O2 : Tes Akhir (Post-test) kelompok eksperimen

(16)

X1 : Treatment Kel Eksperimen

X2 : Treatment Kel Kontrol

Dari desain yang telah dikemukakan di atas, tes dilakukan dua kali O1 dan

O3 sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O2 dan O4

sebagai tes akhir. Tanda X adalah kelompok yang diberikan perlakuan yaitu

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes permainan

sepakbola, yang diukur ialah keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola

sesuai dengan kriteria penilaian keterampilan kerjasama dalam permainan

sepakbola yang telah ditetapkan. Adapun prosedur penelitian dalam upaya

pengambilan data, peneliti akan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian (Sugiyono, 2012, hlm. 70)

Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas dari sebelum

penelitian sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :

POPULASI

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(17)

1. Tahapan I

A.Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.

B.Menentukan tempat yang akan dijadikan tempat pelaksanaan

penelitian.

C.Menghubungi pihak sekolah yang akan jadi objek penelitian.

D.Membuat surat izin penelitian.

E. Menentukan sampel penelitian.

F. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Tahapan II

A.Memberikan pretest pada sampel penelitian untuk mengetahui

keadaan awal..

B.Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif dan menerapkan model

pembelajaran konvesional pada kelompok control.

C.Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui

apakah ada peningkatan hasil belajar terhadap materi yang

disampaikan setelah diberikan perlakuan.

3. Tahapan III

A.Mengolah dan menganalisis data hasil post test.

B.Menganalisis hasil penelitian.

C.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

TGT terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMPN 40

Bandung kelas delapan dilaksanakan pada :

a. Tempat penelitian : SMPN 40 Bandung

b. Waktu penelitian : 17 Mei – 24 Juni 2014

c. Intensitas penelitian : Tiga kali dalam satu minggu

(18)

Pelaksanaan penelitian dilakukan tiga kali dalam seminggu sesuai dengan

pendapat Juliantine, dkk (2007, hlm. 35) mengatakan bahwa “Sebagai percobaan

untuk mendapatkan hasil yang baik bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi

latihan tiga hari/minggu, sedangkan lamanya latihan paling sedikit empat-enam

minggu”. Oleh karena itu peneliti melakukan pertemuan sebanyak tiga kali dalam

seminggu, penelitian ini dilakukan selama 14 kali pertemuan.

E. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian diperlukan sumber data dan

informasi yang disebut populasi. Mengenai populasi dijelaskan oleh sugiyono

(2010, hlm. 117) “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya“.

Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2012, hlm. 81):

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

delapan SMPN 40 Bandung yang terdiri dari sepuluh kelas dengan jumlah siswa

300 orang, dari populasi tersebut akan dijadikan sampel sebanyak 60 siswa

dengan perhitungan 20% dari seluruh populasi yang ada. Tentang pengambilan

sampel sesuai dengan pendapat Arikunto (2002, hlm. 134), bahwa “.... jika

subyeknya banyak (lebih dari 100 orang), sampel dapat diambil 10-15%, atau

20-25% atau lebih,...”.

Tabel 3.1

Prosentase Populasi dan Sampel

POPULASI SAMPEL PROSENTASE

Siswa kelas delapan SMPN 40

(19)

Teknik pengambilan sampel untuk siswa putra menggunakan teknik

purposivesampling dan untuk siswa putri menggunakan teknik random sampling,

dikarenakan untuk sampel putra kebanyakan diambil langsung dari ekstrakulikuler

sepakbola dan untuk siswa putri diambil secara acak. Hal itu bertujuan untuk

menyeimbangkan anggota kelas eksperimen dengan kelas kontrol secara kualitas

dan kuantitas demi terwujudnya penelitian yang berkualitas. Sugiyono (2012, hlm.

82) menjelaskan tentang teknik random sampling yaitu: “teknik pengambilan

sampel secara acak tapi memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Prosedur random sampling yaitu dengan cara mengundi calon sampel. Dengan demikian setiap subyek dari

populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.

Sugiyono (2012, hlm. 85) menjelaskan pula mengenai teknik purposive sampling

yaitu: “teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu”. Prosedur purposive sampling yaitu dengan cara menunjuk calon sampel.

Untuk menentukan kelompok mana yang diberi treatment (perlakuan) yang

terdiri dari 30 orang siswa dan 30 orang siswa sebagai kelompok control maka

terlebih dahulu dilakukan tes awal yaitu observasi keterampilan bekerjasama

dalam permainan sepakbola, untuk kemudian dilakukan penyusunan rangking dan

penjodohan dengan tujuan membentuk yang lebih homogen secara kualitas dan

kuantitas.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diperlukan sebagai alat untuk mengumpulkan data.

Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 148) “Karena pada prinsipnya

meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan sebuah alat ukur yang

baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian”.

Sedangkan Arikunto (2006:136) mengatakan bahwa:

(20)

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

keterampilan bekerjasama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh data hasil

penelitian yang berupa peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan

sepakbola.

1. Observasi Keterampilan Bekerjasama

Dalam proses pengumpulan data untuk mengukur keterampilan bekerjasama

siswa, peneliti menggunakan teknik observasi. Teknik observasi dilakukan setiap

kali jadwal penelitian berlangsung. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono

(2012, hlm. 203) mengatakan :

Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Yang terpenting dalam teknik pengamatan dengan menggunakan obsevasi adalah pengamatan dan ingatan.

Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm. 133) bahwa :

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian obsevasi dapat dilakukan dengan tes, kuisioner, rekaman, gambar, rekaman suara.

Dalam melakukan observasi, peneliti hanya berperan sebagai guru atau

pemberi treatment. Sedangkan yang menjadi pengobservasi (observer) yaitu guru

pendidikan jasmani yang berada di sekolah tersebut, tetapi tidak terlibat langsung

dalam aktivitas kegiatan pembelajaran di lapangan. Observer hanya berperan

sebagai seorang yang mengamati keterampilan bekerjasama siswa dalam

permainan sepakbola, dan tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang

berlangsung. Karena observer merupakan guru pendidikan jasmani di sekolah

tersebut, sehingga guru sudah mengenal dan memahami masing-masing siswa

yang melakukan kegiatan pembelajaran tersebut.

Terdapat beberapa pengertian kerjasama yang disampaikan para ahli, sebagai

(21)

dkk (2006, hlm. 2) bahwa “Kerjasama yaitu melakukan kegiatan bersama-sama

artinya membagi kegiatan dalam tugas-tugas kecil diantara sekolompok orang”.

Sedangkan menurut Zainudin dalam website: (Al-Bantany112.Blogspot.com/

2009/11/ kumpulan-teori-kerjasama.html), mengatakan bahwa:

Kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur.

Penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengukur keterampilan bekerjasama

siswa dalam permainan sepakbola dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT sebagai model pembelajarannya. Instrumen yang digunakan

yaitu berupa lembar obsevasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

Indikator keterampilan bekerjasama yang diambil dari berbagai gabungan

pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Soekanto (2012, hlm.

66), menjelaskan bahwa:

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.

Sedangkan, Suherman (2001, hlm. 86) menyebutkan unsur penting dalam

kerjasama adalah:

a. Mengikuti aturan

b. Membantu teman yang belum bisa

c. Ingin semua tteman bermain dan berhasil d. Memotivasi orang lain

e. Bekerjakeras menerapkan skill

f. Hormat terhadap orang lain g. Mengendalikan tempramen

h. Memperhatikan perasaan orang lain i. Kerjasama meraih tujuan

(22)

Sementara itu Joe Landsberger (2009) dalam situs http://www.stdudygs.net/

melayumanado/cooplearn.html menjelaskan bahwa:

Kerjasama adalah proses beregu (berkelompok) dimana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, anda: a. Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah

b. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan

c. Tanggap dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian

d. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka

e. Bertanggung jawab terhadap orang lain, dan mereka bertanggung jawab pada anda

f. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada anda.

Selanjutnya H. Kusnaedi (2009) dalam situs

http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama menjelaskan bahwa “Kerjasama adalah dua orang atau

lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang

diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”. Tujuan yang dicapai tersebut merupakantujuan bersama atau kelompok untuk kepentingan bersama.

Berdasarkan pengertian dan indikator kerjasama yang telah dinyatakan oleh

para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa indikator

kerjasama yang berkaitan dengan permainan sepakbola yaitu diantaranya:

a. Membantu teman yang belum bisa

b. Ingin semua bermain

c. Memotivasi orang lain

d. Bekerja keras

e. Menerima pendapat orang lain

f. Kerjasama meraih tujuan

Berdasarkan pendapat diatas, maka setelah kisi-kisi dibuat lalu dijabarkan ke

dalam beberapa sub indikator. Hal ini dilakukan agar para observer lebih mudah

untuk memberikan penilaian terhadap keterampilan bekerjasama siswa. Sehingga

(23)

dengan menggunakan beberapa indikator yang telah dijabarkan lebih dapat

dipercaya dan sitematis.

Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yaitu

dengan menggunakan daftar cek (checklist). Menurut Nursalim dan Eko (2011,

hlm. 65-86) “Agar data yang dikumpulkan melauli observasi ini dicatat dengan

sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman observasi”.

Pada lembar observasi, observer mengisi tanda checklist (√) pada kolom

-kolom nilai yang terdapat dalam lembar observasi. Pengamatan yang dilakukan

sesuai dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dilapangan.

Sedangkan kategori penilaian menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono

(2012, hlm. 134) menagtakan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial”. Dalam

penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut dengan variabel penelitian. Oleh karena itu dalam mengukur

keterampilan bekerjasama siswa, peneliti menggunakan skala likert sebagai

kategori penilaian yang terdapat dalam lembar observasi. Menurut Abduljabar dan

Drajat (2010, hlm. 99) bahwa :

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhir indikator-indikator-indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Peneliti menggunakan bobot nilai 1-4 untuk memberi penilaian terhadap

masing-masing indikator yang dinilai, yaitu :

Tabel 3.2

Kategori Penilaian dengan Menggunakan Skala Likert

Sangat Baik = 4

Baik = 3

Tidak Baik = 2

(24)

2. Tes 2.1Pre-test

Pre-test digunakan untuk mengukur keterampilan kejasama awal peserta

sebelum pelaksanaan pembelajaran sepakbola dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil pre-test digunakan untuk mengukur

kemampuan awal siswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2.2Post-test

Post-test digunakan untuk mengukur kemampuan dan membandingkan

peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola sesudah

diberikan treatment atau perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Tes yang dilakukan pada post-test sama dengan tes yang

dilakukan pad pre-test.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data maksudnya adalah mengolah data hasil eksperimen.

Selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tujuan

analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat

dimengerti dan ditafsirkan.

1. Menghitung Rata-rata (mean)

Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus sebagai

berikut:

̅

̅ = skor rata-rata yang dicari

= jumlah nilai data n = jumlah sampel

2. Simpangan Baku (Standar Deviation)

Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan

(25)

simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau

σn-1).

Rumus untuk kelompok kecil :

S

=

̅

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Uji Normalitas

Penulis menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal

tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan

ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan

uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji normalitas dengan

metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006, hlm.

289) sebagai berikut:

1. Susunlah data dari kecil ke besar

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel z 6. Menghitung theoritical proportion.

7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion,

kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.

Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan

(26)

4. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah untuk

mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji

statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office Excel. Kriteria yang

peneliti gunakan adalah Fh > Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak

dalam hal lainnya diterima.

Rumus uji statisik yang digunakan adalah :

Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians :

1. Inventarisasi data.

2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

3. Membuat hipotesis statistik.

4. Mencari Fhitung.

5. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.

6. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

7. Kesimpulan.

5. Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan

penelitian

2) Gunakan statistik uji yang tepat

3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul

4) Berikan kesimpulan

5) Menentukan ρ(ρ-value)

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan

(27)

menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari

data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t

Statistik uji yang digunakan adalah

̅ ̅ √

dengan

Keterangan:

̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen.

̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol. : Simpangan baku kelas eksperimen.

: Simpangan baku kelas kontrol.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan

peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t

lainnya.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria

pengujiannya adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima.

b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak

Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah

H0 :Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola.

H1 :Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(28)
(29)

63

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Model pembelajaran koooperatif tipe TGT memberikan pengaruh terhadap

keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola, karena hasil dari

penerapan model pembelajaran kooperatif menunjukan peningkatan keterampilan

bekerjasama dalam permainan sepakbola.

B. Saran

Sehubung dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif dapat menjadi pilihan dan inovasi yang tepat

untuk para pengajar di sekolah guna meningkatkan hasil belajar pendidikan

jasmani terutama sekali pada aktivias permainan sepakbola.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi pilihan yang tepat

untuk para pengajar di sekolah dalam menghadapi kelas besar pada aktivitas

permainan sepakbola sepakbola.

3. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran

sepakbola, siswa akan lebih berinteraksi dalam bertukar pikiran untuk

berusaha menguasai materi kata yang diberikan oleh pengajar.

4. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan dalam

materi pembelajaran sepakbola di tingkat sekolah , akan meningkatkan

nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam pendidikan jasmani seperti

kerjasama, menghargai kawan, bersedia berbagi tempat, dan menjaga

keselamatan diri dan teman.

5. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa akan lebih terlibat

(30)

6. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan

penelitian lebih lanjut terkait model-model pembelajaran yang mendorong

siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan mencapai kompetensi yang

diharapkan. Penelitian dengan sampel yang lebih besar serta relevan

dipadukan dengan kajian yang lebih mendalam akan memperkaya

pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan, semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kualitas pendidikan khususnya

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Tabel 3.1 Prosentase Populasi dan Sampel
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Dari 50 responden di atas diketahui bahwa tanggapan responden tentang pemanfaatan koleksi bidang ilmu agam Islam di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar

Fauziah & Armis Tamampil; Representasi Perempuan Dalam Pemberitaan KDRT di Media Massa Pada Masyarakat di Wilayah Jakarta (Studi Pemberitaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Sebaliknya pada perlakuan yang berasal umbi-umbi yang berukuran kecil meskipun jumlah anakannya lebih sedikit namun mampu membentuk ukuran umbi yang lebih besar,

3.Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan Informasi mengenai kondisi berbagai komponen laba seperti pendapatan, beban, dan

[r]

Meningkatnya kemampuan motorik halus anak dapat terlihat dari hasil tes anak dengan menggunakan lembar kerja anak (LKA) pada setiap indikatornya, yaitu menggunakan

A+ 96-100 Merupakan perolehan mahasiswa superior, yaitu mereka yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik bahkan tertantang untuk

Kebutuhan akan suatu akomodasi yang mengakomodir fungsi sebagai area penginapan, fasilitas publik, serta keperluan pertemuan-pertemuan, baik yang bersifat bisnis maupun