• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PROGRAM BANK SAMPAH

ADE WULANDARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)
(5)

v

ABSTRAK

ADE WULANDARI. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah. Di bawah bimbingan LALA M KOLOPAKING

Bank sampah adalah kegiatan masyarakat untuk mengelola sampah melalui pemilahan, pengumpulan, dan mendaur ulang sampah yang masih bernilai ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara sarana pengendalian yang diterapkan pemimpin dengan partisipasi nasabah di bank sampah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei ditemukan bahwa partisipasi masyarakat menentukan efektivitas pengembangan bank sampah. Berdasarkan 50 orang dari 120 orang total nasabah bank sampah yang dijadikan responden menunjukkan bahwa partisipasi nasabah memiliki hubungan dengan kepemimpinan dari ketua bank sampah. Selain itu, penelitian ini juga menemukan jenis pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah adalah pengendalian utiliter (penawaran keuntungan) dan jenis partisipasi dari nasabah yaitu partisipasi kalkulatif (orientasi keuntungan). Dalam mengembangkan program bank sampah dengan pengendalian utiliter dapat lebih membangun partisipasi masyarakat dalam bank sampah karena efektif untuk mengajak khususnya perempuan atau ibu rumah tangga yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan.

Kata kunci : Bank sampah, ketua bank sampah, partisipasi masyarakat, sarana pengendalian

ABSTRACK

ADE WULANDARI. Leadership and Community Participation in Garbage Bank Program. Advisory by LALA M KOLOPAKING

Garbage bank is the programs of community to manage the garbage by sorting, collecting and recycling. The purpose of this research is to analyze the relationship between the leader’s authority with community participation in garbage banks.This research used quantitative approach with survey techniques found that community participation can determine the effectiveness of the development of the garbage bank. This research took 50 people of the 120 total garbage bank customers whose used the respondent indicated that the participation of customers affected by the leadership of the leader of garbage bank. Those, this study also found the authority that used by leader of garbage bank is utilitarian (offers advantages) and the kind of participation from bank customer is the calculative (profit orientation). In order to developing the program of garbage bank with the utilitarian control can increase community participation in garbage banks because it is effective to encourage women or housewives who tend to want benefit.

(6)
(7)

vii

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM BANK SAMPAH

ADE WULANDARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah" dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Topik yang penulis angkat dalam skripsi didasari karena keingintahuan lebih tentang bank sampah. Oleh karena itu, penulis ingin mengaitkan faktor kepemimpinan dalam penelitian mengenai bank sampah maka terbentuklah skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Lala M Kolopaking MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pengurus dan Nasabah Bank Sampah Asri Mandiri yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data, ibu dan ayah tercinta, saudara-saudara kandung penulis, teman-teman seperjuangan selama kuliah, Kharin, Fina, Syifa, Nabila, Nella, Nurin, dan Sofian Hadi Prasetyo atas perhatian dan doa yang tidak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian 5

Partisipasi Masyarakat 6

Pengelolaan Sampah 8

Bank Sampah 8

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

PENDEKATAN LAPANGAN 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Teknik Pengumpulan Data 11

Teknik Penentuan Responden dan Informasi 12

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 12

Definisi Operasional 13

GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK SAMPAH 21

Kondisi Geografis 21

Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri 24

Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri 26

Karakteristik Responden 27

SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN BENTUK

PARTISIPASI NASABAH 29

Sarana Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah 29

Jenis Partisipasi Masyarakat 32

Bentuk Partisipasi Nasabah Di Bank Sampah Asri Mandiri 34

Ikhtisar 36

HUBUNGAN SARANA PENGENDALIAN KETUA BANK SAMPAH

DAN JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI BANK SAMPAH 37

(14)
(15)

xv

Hubungan Sarana Pengendalian Normatif dengan Partisipasi Moral 39

Ikhtisar 40

HUBUNGAN JENIS PARTISIPASI DAN BENTUK PARTISIPASI

NASABAH DI BANK SAMPAH 41

Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi 41 Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Frekuensi Mengumpulkan,

Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah 42

Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan

Pengolahan Sampah 43

Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi 45 Hubungan Partisipasi Moral dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah,

Menabung, Dan Mengolah Sampah 46

Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan

Pengolahan Sampah 47

Ikhtisar 48

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 55

(16)
(17)

xvii

DAFTAR TABEL

1. Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya 7 2. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014 21 3. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa

Benteng pada tahun 2014 22

4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Benteng tahun 2014 23

5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri 26 6. Jumlah dan persentase tingkat penilaian responden terhadap

pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah menurut jenis

pengendalian 29

7. Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin berdasarkan

kategori penilaian pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah 31 8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori tingkat

partisipasi menurut jenis partisipasi 32

9. Jumlah dan persentase menurut jenis pekerjaan 33 10. Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan bentuk

partisipasi dalam bank sampah 34

11. Jumlah dan persentase korelasi tingkat penawaran keuntungan (utiliter) yang digunakan ketua dan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan

(kalkulatif) di Bank Sampah Asri Mandiri 38

12. Jumlah dan persentase korelasi tingkat kesamaan pandangan (normatif) dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) di Bank

Sampah Asri Mandiri 39

13. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank

Sampah Asri Mandiri 41

14. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank

Sampah Asri Mandiri 45

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 10

2. Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014 23

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Desa Benteng 56

2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 57

(18)
(19)

xix

4. Hasil uji korelasi rank spearman antara sarana pengendalian koersif

dengan partisipasi alienatif 59

5. Dummy Table 60

6. Catatan Lapang 61

7. Kerangka Sampling Penelitian 63

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia bertambah dari tahun ke tahun sehingga berdampak terhadap tingkat kehidupan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 sampai 2010 mengalami peningkatan dari 206.264.595 jiwa menjadi 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk yang bertambah banyak akan mengakibatkan meningkatkan jumlah konsumsi. Bertambahnya jumlah konsumsi maka akan meningkatkan jumlah sampah yang dibuang. Pengelolaan sampah diperlukan untuk sampah yang terus bertambah sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia.

Apabila peningkatan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang benar akan menimbulkan dampak yang negatif. Menurut Riswan et al. (2011), sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya. Dampak yang akan terjadi akan sangat merugikan makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri. Sehingga diperlukan pengelolaan sampah yang baik, benar, serta optimal untuk menghindari dampak tersebut.

Berdasarkan Bab II Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 3 Seri E menyebutkan bahwa tujuan adanya pengelolaan sampah yaitu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan, dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomis. Pengelolaan sampah dapat berjalan lancar apabila terjadi perubahan pandangan masyarakat bahwa sampah bukanlah hal yang tidak bernilai dan akan selalu berakhir di Tempat Penampungan Sampah (TPS). Penanganan sampah yang dilakukan melalui pengelolaan dari level individu sangat dibutuhkan, salah satunya memilah sampah berdasarkan jenisnya. Sampah yang sudah dipilah dapat didaur ulang atau disetorkan pada tempat penampungan sampah seperti bank sampah. Selain terciptanya lingkungan yang bersih, masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan. Bank sampah menjadi salah satu alternatif untuk dapat merubah pandangan masyarakat bahwa sampah adalah hal yang bernilai. Konsep bank sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah. Menurut Saputro (2013) Bank Sampah merupakan bentuk inisiatif masyarakat lokal dalam upaya menangani permasalahan sampah. Salah satu contoh bentuk inisiatif masyarakat untuk menangani masalah sampah yaitu Bank Sampah Asri Mandiri yang terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank sampah ini memiliki jumlah nasabah 120 orang dan sudah berdiri selama dua tahun. Bank sampah ini sudah sampai tahap pengelolaan sampah plastik yang dijadikan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan kerajinan lainnya.

(22)

proses pengelolaan sampah selain dapat mengurangi beban lingkungan mengenai bahaya sampah yang ada, juga dapat mendatangkan nilai keuntungan ekonomis bagi masyarakat apabila sampah dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat seperti kerajinan atau barang seni, pupuk organik dan lain sebagainya. Sayangnya tidak semua masyarakat mau berpartisipasi dalam mengelola sampah. Slamet (1985) menyatakan bahwa terdapat tiga unsur pokok yang dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi diantaranya: (1) Adanya kemauan yang diberikan kepada individu untuk berpartisipasi, (2) Adanya kesempatan individu untuk berpartisipasi, dan (3) Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi. Untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi diperlukan seorang pemimpin. Menurut Mujiburrahman et al. (2014) kepemimpinan yang tidak mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat tidak akan membawa proses pembangunan mancapai hasil secara maksimal.

Pemimpin diperlukan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungannya khususnya tentang masalah kebersihan. Sosok ini yang akan menjadi agen penggerak masyarakat lainnya untuk ikut dalam pengelolaan sampah. Pemimpin ini memerlukan jiwa kepemimpinan karena akan menjadi panutan bagi masyarakatnya. Menurut Fadli (2010) sosok sebagai figur panutan biasanya diperoleh seseorang melalui berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti karena pengaruh kewibaannya, kepandaiannya, kekayaannya, keberaniannya, atau karena kekuasaannya. Jika seseorang telah mendapatkan predikat sebagai panutan maka biasanya menjadi sumber segala perhatian masyarakat, yang secara emosional menjadi acuan sikap dan perilakunya. Seperti dengan adanya pengendalian yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Pengendalian ini bisa menjadi suatu panutan apabila partisipasi masyarakat meningkat.

Sarana pengendalian diperlukan untuk menarik perhatian masyarakat agar berpartisipasi di bank sampah. Sarana pengendalian dilakukan seorang pemimpin dalam organisasi agar anggotanya bekerja dengan giat untuk mencapai hasil yang maksimal dan dapat terpenuhinya kepentingan organisasi maupun perseorangan. Peran pemimpin dibutuhkan agar bank sampah dapat mencapai tujuannya, seperti yang dilakukan oleh ketua bank sampah. Ketua bank sampah ini yang dijadikan sebagai sosok pemimpin dan pengatur jalannya bank sampah. Sarana pengendalian dibutuhkan untuk mengatur anggotanya agar tercapainya visi dan misi yang sudah disepakati bersama. Berdasarkan uraian tersebut maka menarik untuk mengetahui lebih dalam terkait jenis sarana pengendalian yang dipakai oleh pemimpin untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di bank sampah.

Masalah Penelitian

(23)

3

dapat dijadikan kekuatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu pertanyaan mengenai bagaimana hubungan sarana pengendalian yang digunakan seorang pemimpin terhadap partisipasi masyarakat? Akan dikaji dalam penelitian ini.

Partisipasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan suatu program, salah satunya program bank sampah. Partisipasi masyarakat ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat biasanya dipengaruhi oleh kemampuan, kemauan, dan kesempatan yang ada. Oleh sebab itu pertanyaan mengenai bagaimana bentuk partisipasi nasabah dalam pengelolaan sampah di bank sampah? Akan dikaji dalam penelitian ini.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di bank sampah dipengaruhi oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini mempunyai peran penting dalam mengarahkan masyarakat di bank sampah. Apabila fungsi pemimpin dapat berjalan dengan baik, memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah masyarakat yang berpartisipasi. Peningkatan jumlah partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh jenis pengendalian yang digunakan oleh seorang pemimpin. Menurut Setiawaty et. al (2014) pengendalian diperlukan agar proses pengorganisasian yang dilakukan pemimpin berjalan dengan semestinya, dalam hal ini pemimpin di bank sampah. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji

apakah jenis pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin di bank sampah menyebabkan suatu jenis partisipasi tertentu?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Menganalisis hubungan sarana pengendalian seorang pemimpin dengan partisipasi masyarakat.

2. Mengidentifikasi bentuk partisipasi nasabah dalam pengelolaan sampah di bank sampah.

3. Mengidentifikasi jenis pengendalian yang dapat menyebabkan suatu jenis partisipasi di bank sampah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kepemimpinan dan partisipasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai literatur tambahan mengenai sarana pengendalian dan jenis partisipasi yang digunakan untuk menulis penelitian lanjutan.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para pemimpin untuk memahami hubungan sarana pengendalian yang diterapkan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan mengakui hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam suatu program.

(24)
(25)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian

Kepemimpinan memiliki beragam pengertian yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Kadarman et al. (1992) dalam Sutanto dan Setiawan (2000) kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok. Menurut Sutanto dan Setiawan (2000) kepemimpinan adalah kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kepemimpinan terdapat usaha mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan dan pemimpin memiliki pengertian yang berbeda. Pemimpin yaitu merujuk pada seseorang sedangkan kepemimpinan yaitu merujuk pada sifat yang dimiliki seseorang. Pemimpin ini adalah seseorang yang dapat menguatkan rasa empati masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dapat membawa umpan balik yang positif. Setiap pemimpin punya cara yang berbeda dalam menumbuhkan rasa empati masyarakat seperti dalam gaya kempemimpinan. Lippitt dan White dalam Soekarso (2015) terdapat tiga gaya dalam kepemimpinan diantaranya : 1) gaya kepemimpinan otoriter, 2) gaya kepemimpinan demokratis, dan 3) gaya kepemimpinan Laissez Faire. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki arti bahwa pemimpin memusatkan segala keputusan , pembagian tugas, tanggung jawab di tangannya dan bawahan hanya dapat melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan kegiatan yang dilakukan bersama. Lalu gaya kepemimpinan laissez faire yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama dengan cara berbagai kegiatan dilakukan lebih banyak diserahkan pada bawahan.

(26)

menggunakan ancaman, sanksi fisik, atau rasa sakit, remunerative power yaitu kekuatan yang memberikan keuntungan seperti gaji, upah, atau manfaat, dan normative power yaitu kekuatan yang memersuasi menggunakan manipulasi simbol atau perasaan.

Menurut Etzioni (1982) dalam Nasdian (2015) sarana pengendalian dibedakan atas tiga kategori atau disebut jugabasis otoritas organisasi yaitu: 1. Sistem pengendalian yang menerapkan sarana fisik yang memaksa (seperti

penggunaan senjata, penjara), disebut coercive-authority (wewenang mutlak); 2. Sistem pengendalian yang menerapkan ganjaran material (seperti ganjaran

uang atau barang lain), disebut utilitarian-authority (wewenang utiliter) yang mengutamakan pertimbangan untung dan rugi;

3. Sistem pengendalian yang menerapkan simbol-simbol atau ganjaran nilai (seperti prestise, tanda jasa, atau tanda penghargaan), disebut normative-authority. Sedangkan ganjaran dalam bentuk cinta-kasih atau “penerimaan” yang menggunakan kekuatan sosial.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi merupakan kunci keberhasilan dari suatu program karena dengan partisipasi dapat memperlancar berjalannya suatu program. Menurut Paul (1987) dalam Nasdian (2014) partisipasi yaitu proses aktif dimana penerima manfaat mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan bukan hanya menerima bagian dari keuntungan proyek. Partisipasi masyarakat seharusnya melibatkan masyarakat di semua tahap dalam suatu program.

Partisipasi masyarakat tergantung dengan kondisi-kondisi yang ada dalam program. Menurut Nasdian (2014) terdapat lima kondisi yang dapat diciptakan agar masyarakat mau berpartisipasi dalam suatu program diantaranya berikut ini: 1) warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu atau aktivitas tertentu, 2) warga komunitas akan berpartisipasi apabila mereka merasa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok, dan komunitas, 3) perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai, 4) orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya, dan 5) struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Partisipasi juga dibagi ke dalam beberapa jenis. Menurut Etzioni (1982) terdapat tiga jenis partisipasi atau macam kepatuhan diantaranya :

1. Partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (alienative) seperti halnya hubungan orang asing yang bermusuhan, dimana di satu pihak ingin memaksakan dan memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya atau keikutsertaan karena terpaksa.

2. Partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (calculative), keikutsertaan yang berorientasi pada hubungan keuntungan, seperti kontak-kontak bisnis.

(27)

7

Tabel 1. Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya

Sumber : Sosiologi Umum (2015)

Tabel 1 di atas menggambarkan ciri kepatuhan atau partisipasi anggota yang ideal dari ketiga sarana pengendalian. Sarana pengendalian koersif umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan alienatif, sarana pengendalian utiliter umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan kalkulatif, dan sarana pengendalian normatif umumnyadiikuti oleh ciri kepatuhan moral. Menurut Lunenberg (2012) beberapa organisasi menggabungkan dua atau bahkan tiga jenis pengendalian dan partisipasi, contohnya guru menggunakan kedua pengendalian utilitarian dan normatif untuk mendapatkan kepatuhan dari murid.

Menurut Saputro (2013) terdapat bentuk partisipasi masyarakat di dalam suatu organisasi seperti bank sampah diantaranya:

1. Keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah kepada masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk terlibat dalam diskusi yang diadakan saat sosialisasi oleh bank sampah.

2. Keikutsertaan dalam mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah adalah kesediaan masyarakat untuk memberikan sumbangan dengan usaha mengumpulkan, memilah dan menabung sampah untuk mencapai tujuan kelompok.

3. Keikutsertaan dalam pelatihan pengelolaan sampah adalah kesediaan masyarakat untuk mulai belajar mengelola sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi dan nilai guna.

Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan bentuk nyata partisipasi masyarakat di bank sampah agar mencapai tujuan bersama.

Partisipasi dilakukan dengan beberapa tahapan untuk mencapai tujuan. Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin

(28)

besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan bagian dari kegiatan yang ada di bank sampah. Menurut Wardi (2008) dalam Mujiburrahmad (2014), pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Lalu dalam UU No 18 Tahun 2008 khususnya dalam Pasal 19 bahwa pengelolaan sampah rumah tangga atau sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dari kedua pengertian di atas maka inti dari pengelolaan sampah adalah pengurangan dan penanganan sampah. Namun pada kenyataannya hal tersebut belum berjalan secara optimal. Menurut Suyanto et al. (2015) selama ini pengelolaan sampah yang banyak dilakukan hanya terpusat pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) saja tanpa memikirkan untuk mengolah pada sumbernya melalui pola 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Departemen Pekerjaan Umum (2007) menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah.

2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.

3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.

Berdasarkan Pasal 22 UU No 18 Tahun 2008 diuraikan lima aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Cara mengatasi hal tersebut dengan melakukan pengelolaan sampah melalui pembentukan kegiatan yang efisien dan terprogram.

Bank Sampah

(29)

9

Buku:Profil Bank Sampah Indonesia (2013) merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA.

Pengolahan sampah merupakan salah satu upaya dalam implementasi 3R (reuse, reduce, recycle). Implementasi tersebut dilakukan melalui mekanisme kerja bank sampah seperti pemilahan sampah, kemudian berlanjut pada penyerahan sampah yang telah dipilah ke bank sampah. Di bank sampah, sampah tersebut ditimbang dan dicatat hasil penjualan sampah yang dibawa dalam buku tabungan masing-masing milik anggota. Dilaksanakan sistem bagi hasil penjualan sampah yang telah ditabung antara nasabah dan pengelola bank sampah.

Kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah perlu dilakukan agar kegiatan ini dapat berkembang. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan soal sampah yang terus meningkat. Menurut Purwanti et al. (2015) salah satu usaha yang ditetapkan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah, yaitu dengan mewajibkan Kota/Kabupaten untuk mengadopsi konsep Bank Sampah sebagai salah satu persyaratan dalam penilaian penghargaan lingkungan bagi Kota/Kabupaten yaitu Piala Adipura. Konsep bank sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaurulang sampah, dan menabung sampah. Lalu adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah sudah memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan masalah sampah.

Kerangka Pemikiran

(30)

Gambar 1. Kerangka pemikiran Keterangan : Hubungan

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan (utilitarian) dan tingkat partisipasi karena menguntungkan (calculative). 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat menggunakan paksaan (coersive)

dan tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative).

3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan (normative) dan tingkat partisipasi karena kesamaan gagasan (moral). 4. Diduga terdapat hubungan antara partisipasi (calculative, alienative,

(31)

11

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bank Sampah Asri Mandiri yang berada di RW06 Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri Mandiri merupakan salah satu program yang diciptakan untuk mengatasi masalah sampah yang berserakan sehingga terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman. Bank Sampah Asri Mandiri adalah kegiatan yang dikembangkan atas usulan salah satu pengurus RW ketika dilangsungkan pertemuan rutin RW. Lokasi penelitian ini dipilih dengan dasar adalah salah satu bank sampah yang pengelolaannya tergolong baik dan sudah sampai pada pengelolaan sampah plastik menjadi kerajinan (Pemerintah Kabupaten Ciampea 2015). Selain itu, masyarakat yang menjadi nasabah bank sampah bertempat tinggal di Desa Benteng yang homogen dari segi bahasa, kepercayaan, dan adat-istiadatnya. Masyarakat di Desa Benteng ini yang tinggal di RW 06 dan menjadi nasabah bank sampah cenderung pada tingkat ekonomi yang baik.

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yang dimulai dari minggu keempat bulan Maret sampai minggu pertama bulan Mei. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian pada Lampiran 1.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung melalui data-data ataupun literatur yang berkaitan dengan topik penelitian seperti profil desa, gambaran wilayah dan penduduk, serta data-data pendukung lainnya. Lalu data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi dan pengambilan data langsung di lapangan dengan wawancara dan kuesioner dengan responden maupun informan.

(32)

Teknik Penentuan Responden dan Informasi

Responden dalam penelitian ini adalah anggota nasabah Bank Sampah Asri Mandiri. Jumlah nasabah Bank Sampah Melati yaitu 121 orang. Unit analisis yang digunakan adalah rumah tangga yang dilihat dari partisipasi per KK dalam pemilahan, penyetoran sampah ke bank sampah, dan pengelolaan sampah menjadi kerajinan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) menggunakan Microsoft Excel. Teknik ini dilakukan karena karakteristik responden yang cenderung homogen yaitu dominan ibu rumah tangga. Penggunaan teknik ini dilakukan agar seluruh masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Selain responden, sumber pengumpulan data dalam penelitian ini juga mencakup informan yang dapat memberikan tambahan data mengenai Bank Sampah Melati. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat (nasabah), ketua bank sampah, pengurus, dan Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dengan unit analisis rumah tangga dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20 untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Lalu data kuantitatif akan diolah dengan uji korelasi rank Spearman untuk melihat hubungan antar dua variabel yaitu sarana pengendalian yang digunakan pemimpin dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah di bank sampah. Perhitungan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Setelah data dihitung dalam tabel, masukkan ke dalam rumus uji korelasi Spearman :

rs = 1- 6∑d2

n(n2-1)

Keterangan:

Ρ atau rs : koefisien korelasi Spearman rank d : determinan

n : jumlah data atau sampel

Setelah mendapatkan hasil perhitungan tersebut, nilai korelasi Spearman hitung (rs) diperbandingkan dengan Spearman tabel (rs tabel). Keputusan dapat diambil dari perbandingan tersebut. jika rs > rs tabel, H0 ditolak dan H1 diterima begitupun sebaliknya. Artinya, terdapat hubungan antara variabel x dengan y.

(33)

13

mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam laporan skripsi.

Definisi Operasional

Sarana Pengendalian

Sarana pengedalian merupakan usaha pemberian imbalan kepada anggota dari suatu kelompok yang menaati dan pemberian hukuman kepada mereka yang tidak menaati peraturan sehingga dapat efektif dalam mencapai tujuan organisasi. Sarana pengendalian dibedakan menjadi utilitarian, coercive, dan normative.

Dalam mengukur sarana pengendalian Ketua bank sampah, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

 Sangat setuju (skor 4)

 Setuju (skor 3)

 Tidak setuju (skor 2)  Sangat tidak setuju (skor 1)

Tingkat Penawaran Keuntungan (Utilitarian)

Pengendalian utiliter yaitu pemimpin menggunakan sarana material untuk tujuan mengendalikan pengikutnya yang mencerminkan kekuatan utiliter (utilitarian). Sarana pengendalian ini ditandai dengan memberikan imbalan yang berbentuk barang atau jasa. Misalnya dengan pemberian uang yang kepada seseorang dapat memperoleh suatu barang atau jasa. Sarana pengendalian utiliter ditandai dengan :

1. Pemimpin memberi imbalan kepada warga yang berpartisipasi

Pemimpin mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam bank sampah dengan cara memberi imbalan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberi imbalan agar warga berpartisipasi di bank sampah adalah :

 Ketua bank sampah menjelaskan keuntungan yang akan didapat apabila warga berpartisipasi

 Ketua bank sampah menjanjikan barang atau jasa kepada warga yang berpartisipasi

(34)

 Ketua bank sampah menjanjikan imbalan kepada nasabah yang mengikuti pelatihan pengolahan sampah

2. Pemimpin memberikan balasan kepada anggota

Pemimpin mengakui kerja anggotanya agar anggota merasa dihargai dan tidak sia-sia pekerjaannya.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menghargai kerja anggotanya adalah :

 Ketua bank sampah mengadakan acara untuk para nasabah

 Ketua bank sampah memberi pujian kepada nasabah yang rajin mengumpulkan sampah

 Ketua bank sampah selalu menanggapi keluhan atau masukan dari nasabah

3. Pemimpin menggunakan reward untuk memotivasi anggota

Pemimpin memberikan penghargaan kepada kepada anggota yang memenuhi kriteria tertentu agar anggota lain merasa lebih termotivasi.

Indikator yang digunakan untuk mengukur memotivasi anggota dengan menggunakan reward adalah :

 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang mengumpulkan sampah terbanyak

 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang mengumpulkan sampah terbanyak

 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang menyetorkan sampah yang sudah dirapikan

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 33 (skor 1)  Sedang : 38 < jumlah > 33 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 38 (skor 3)

Tingkat Menggunakan Paksaan (Coersive)

Pengendalian koersif yaitu pemimpin menggunakan penerapan sarana fisik yang disebut kekuatan memaksa (coercive). Sarana pengendalian ini dicirikan dengan penggunaan senjata, cambuk, ancaman-ancaman atau pemaksaan yang bisa berupa sanksi fisik. Sarana pengendalian koersif ditandai dengan :

1. Pemimpin memaksa untuk berpartisipasi

Pemimpin mengajak dengan cara memaksa agar berpartisipasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin mengajak warga untuk berpartisipasi dengan cara memaksa adalah :

(35)

15

 Ketua bank sampah mengharuskan nasabah menaati semua peraturan yang ada di bank sampah

 Ketua bank sampah membuat nasabah melakukan kegiatan yang ada di bank sampah dengan terpaksa

2. Pemimpin menggunakan ancaman

Pemimpin menggunakan ancaman untuk mengajak warga berpartisipasi dalam bank sampah dan anggota agar patuh pada pemimpinnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan ancaman untuk menertibkan anggotanya adalah :

 Ketua bank sampah mengancam agar warga mau berpartisipasi dalam bank sampah

 Ketua bank sampah memberi ancaman agar keluar dari nasabah menjadi patuh

 Ketua bank sampah ditakuti oleh para nasabah

3. Pemimpin memberi hukuman

Pemimpin menggunakan hukuman untuk anggotanya agar anggota menuruti semua perintah dari pemimpin. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberikan hukuman kepada anggotanya adalah :

 Ketua bank sampah memberi hukuman kepada nasabah yang tidak menaati aturan yang ada di bank sampah

 Ketua merasa perlu untuk memberi hukuman kepada nasabah yang tidak menaati aturan

 Ketua bank sampah membuat nasabah menjadi takut mengeluarkan pendapat

 Ketua bank sampah membuat nasabah tidak betah bergabung di bank sampah

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 13 (skor 1)  Sedang : 15 < jumlah > 13 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 15 (skor 3)

Tingkat Kesamaan Pandangan (Normative)

Pengendalian normatif yaitu pemimpin menggunakan simbol-simbol atau kesamaan pandangan untuk tujuan pengendalian yang disebut kekuatan normatif (normative). Sarana pengendalian normatif ditandai dengan :

1. Pemimpin menggunakan sarana pengajian untuk melakukan sosialisasi

(36)

 Ketua bank sampah mensosialisasikan rutin setiap ada kegiatan pengajian

 Ketua bank sampah menggunakan ajaran agama dalam memimpin

2. Pemimpin menggunakan pendekatan tokoh-tokoh agama

Pemimpin menggunakan pendekatan melalui tokoh-tokoh agama untuk mensosialisasikan bank sampah kepada warga. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan pendekatan dengan tokoh-tokoh agama adalah :

 Ketua bank sampah meminta tolong kepada tokoh agama untuk berceramah yang berkaitan dengan sampah

 Ketua bank sampah meminta bantuan kepada tokoh agama sekitar untuk mengajak warga berpartisipasi di bank sampah

 Ketua bank sampah mempengaruhi tokoh-tokoh agama sekitar untuk berpartisipasi di bank sampah

3. Pemimpin memberikan contoh

Pemimpin memberikan contoh kepada warga dengan mengikuti kagiatan yang ada di bank sampah. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberikan contoh adalah :

 Ketua bank sampah menjadi anggota bank sampah

 Ketua bank sampah rutin menyetorkan sampah ke bank sampah

 Ketua bank sampah selalu hadir dalam sosialisasi tentang bank sampah

 Ketua bank sampah terlibat dalam pelatihan pengelolaan sampah  Ketua bank sampah memilki rumah yang bersih

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian normatif yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 20 (skor 1)  Sedang : 22 < jumlah > 20 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 22 (skor 3)

Jenis Partisipasi Masyarakat

Jenis partisipasi masyarakat yaitu macam-macam keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan memetik hasil dan manfaat kegiatan secara merata.

Dalam mengukur jenis partisipasi masyarakat, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur yaitu:

(37)

17

1. Tingkat Partisipasi karena Menguntungkan (Kalkulatif)

Tingkat partisipasi karena menguntungkan adalah Seberapa besar dorongan untuk berpartisipasi yang berorientasi pada hubungan keuntungan, seperti kontak-kontak bisnis. Partisipasi ini didasari oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan ikut berpartisipasi. Jenis partisipasi kalkulatif ditandai dengan :

 Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan  Warga berpartisipasi karena diberi imbalan

 Warga ingin berpartisipasi jika ada imbalan yang didapat  Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan prestise

 Warga berpartisipasi di bank sampah karena ada tabungan uang yang dapat membantu perekonomiannya

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi kalkulatif dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 6

 Sedang : 7 ≤. jumlah > 6 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 7 (skor 3)

2. Tingkat Partisipasi karena Terpaksa (Alienatif)

Tingkat partisipasi karena terpaksa adalah seberapa besar dorongan untuk berpartisipasi karena keterpaksaan, yang dimana satu pihak ingin memaksakan dan memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya. Partisipasi ini didasari oleh keterpaksaan dari pihak yang diajak untuk berpartisipasi. Jenis partisipasi alienatif ditandai dengan :

 Warga merasa terpaksa untuk berpartisipasi

 Warga dipaksa oleh pemimpin untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan

 Warga berpartisipasi bukan murni keinginan dirinya sendiri  Warga berpartisipasi karena ancaman dari pemimpinnya

 Warga takut mendapat hukuman apabila tidak berpartisipasi dalam suatu kegiatan

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi alienatif dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 5 (skor 1)  Sedang : 5 (skor 2)

 Tinggi : jumlah > 5 (skor 3)

3. Tingkat Partisipasi karena Kesesuaian Gagasan (Moral)

(38)

karena tekanan kelompok-kelornpok sosial. Jenis partisipasi moral ditandai dengan :

 Masyarakat berpartisipasi karena sadar akan kebersihan lingkungan  Masyarakat berpartisipasi karena kebersihan itu sebagian dari iman  Masyarakat berpartisipasi karena merasa kebersihan adalah tanggung

jawab bersama

 Masyarakat berpartisipasi karena tidak ingin dianggap berbeda oleh yang lain

 Masyarakat berpartisipasi karena murni keinginan diri sendiri dan tidak ada maksud negatif

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi moral dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 7 (skor 1)  Sedang : 8 < jumlah > 7 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 8 (skor 3)

Partisipasi Nasabah dalam Bank Sampah

Partisipasi nasabah dalam bank sampah yaitu keikutsertaan nasabah dalam kegiatan yang ada di bank sampah. Kegiatan tersebut berupa mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah, keikutsertaan dalam sosialisasi, dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah.

Dalam mengukur partisipasi masyarakat dalam bank sampah, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur yaitu:

 Ya (skor 2)  Tidak (skor 1) 

1. Tingkat Kehadiran dalam Sosialisasi

Tingkat kehadiran dalam sosialisasi adalah seberapa sering masyarakat hadir atau berpartisipasi pada kegiatan diskusi yang diadakan saat sosialisasi oleh bank sampah. Tingkat kehadiran dalam sosialisasi ditandai dengan :

 Jumlah kehadiran dalam sosialisasi

 Motivasi mengikuti bank sampah salah satunya dipengaruhi melalui sosialisasi

 Sosialisasi membantu untuk lebih mengerti tentang bank sampah  Sosialisasi itu penting

 Banyak ilmu yang bisa didapatkan dari sosialisasi

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel Tingkat kehadiran dalam sosialisasi dapat dikategorikan menjadi:

(39)

19

2. Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah

Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah yaitu Intensitas waktu dan jumlah dalam melakukan kegiatan mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah. Mengumpulkan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah. Memilah sampah adalah memisahkan sampah ke dalam kelompok atau berdasarkan jenis yang sama. Menabung sampah adalah memberikan sampah yang sudah dipilah dan dikumpulkan kepada bank sampah terdekat untuk dicatat dalam buku tabungan. Mengolah sampah adalah membuat sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi atau estetika. Frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah ditandai dengan :

 Sampah yang dikumpulkan harus terkumpul banyak sebelum disetorkan

 Sampah dipilah berdasarkan jenisnya

 Sampah disetorkan rutin yaitu satu minggu sekali  Sampah dibersihkan sebelum disetorkan

 Mengolah sampah menjadi barang yang bisa digunakan kembali seperti tas atau dompet

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah dapat dikategorikan menjadi:

 Rendah : jumlah < 7 (skor 1)  Sedang : 8 < jumlah > 7 (skor 2)  Tinggi : jumlah > 8 (skor 3)

3. Tingkat Kehadiran dalam Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah

Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah adalah seberapa sering masyarakat hadir atau berpartisipasi pada kegiatan yang bertujuan untuk memberikan praktek dan keterampilan mengenai daur ulang sampah menjadi hal-hal yang bernilai. Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah ditandai dengan :

 Jumlah kehadiran dalam pelatihan pengelolaan sampah  Waktu diselenggarakannya pelatihan pengelolaan sampah  Materi yang diajarkan dalam pelatihan dapat menarik minat

 Manfaat yang didapatkan dari mengikuti pelatihan pengelolaan sampah

 Penerapan ilmu dari pelatihan di kehidupan sehari-hari

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel Tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah dapat dikategorikan menjadi:

(40)
(41)

21

GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK

SAMPAH

Kondisi Geografis

Desa Benteng merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 248,5 Ha yang terdiri dari 82 Ha areal persawahan dan 152,2 Ha tanah darat. Sebelah utara Desa Benteng berbatasan dengan Desa Ranca Bungur, sebelah timur berbatasan dengan Kampus IPB Dramaga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng, daan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea.

Desa Benteng terletak pada jarak satu kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Ciampea. Perjalanan yang ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor menghabiskan sepuluh hingga 15 menit dari kampus IPB Dramaga. Adapun jarak dari Desa Benteng ke pusat pemerintahan kabupaten sebesar 40 km, jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sebesar 133 km, dan jarak Desa Benteng dengan pusat pemerintahan negara sebesar 60 km.

Tabel 2. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014

Sumber : Data Monografi Desa Benteng 2014 (diolah)

Lahan di Desa Benteng sudah lebih banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan prasarana umum lainnya. Berdasarkan Tabel 2 luas lahan pemukiman merupakan pemanfaatan paling besar dengan persentase sebesar 77.5 persen dan prasarana umum lainnya sebesar 10.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemukiman yang semakin luas mengakibatkan tempat untuk pembuangan akhir sampah menjadi terbatas. Pemukiman semakin luas akibat bertambahnya jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor mencatat jumlah penduduk Desa Benteng pada tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan dari 12.086 jiwa menjadi 12.517 jiwa. Artinya semakin padatnya jumlah penduduk maka luas lahan pemukiman akan terus bertambah. Padatnya jumlah penduduk juga mengakibatkan bervariasinya struktur mata pencaharian yang ada di Desa Benteng.

Struktur mata pencaharian di Desa Benteng sangat beragam. Penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 2. Mata pencaharian mayoritas warga Desa Benteng adalah buruh migran dengan persentase sebesar 44.2 persen (Tabel 3). Banyaknya buruh migran di Desa Benteng karena banyak laki-laki yang sudah berumah tangga dan perempuan yang belum menikah memilih bekerja di luar Bogor. Mereka biasanya pulang ke rumah pada hari

Luas Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 91.5 77.5

Pertanian 12 10.2

Perikanan 2 1.7

Prasarana umum lain 12.5 10.6

(42)

KecamataLuas libur seperti sabtu atau minggu. Lalu mata pencaharian minoritas salah satunya adalah petani sebesar 1.3 persen. Padahal luas lahan pertanian di Desa Benteng cukup luas. Hal tersebut bisa disebabkan karena pengaruh masuknya modernisasi sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mau menjadi petani.

Tabel 3. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Benteng pada tahun 2014

Jenis Pekerjaan Jumlah %

Petani 40 1.3

Buruh Tani 286 9.2

Buruh Migran 1372 44.2

Pegawai Negeri Sipil 438 14.1

Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 0.3

Pedagang Keliling 79 2.5

Peternak 12 0.4

Montir 3 0.1

Dokter Swasta 2 0.1

Bidan Swasta 2 0.1

Perawat Swasta 39 1.3

Pembantu Rumah Tangga 88 2.8

TNI 49 1.5

POLRI 8 0.3

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 227 7.3

Pengacara 2 0.1

Dukun Kampung Terlatih 5 0.2

Jasa Pengobatan Alternatif 3 0.1

Dosen Swasta 2 0.1

Karyawan Perusahaan Pemerintah 438 14

Jumlah 3.105 100.0

Sumber: Profil Desa Benteng 2014 (diolah).

(43)

23

Gambar 2. Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014

Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah).

Mayoritas penduduk di Desa Benteng memeluk agama Islam sebesar 9.805 orang dan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Cu seperti yang dijelaskan pada lampiran. Selain agama, tingkat pendidikan masyarakat di Desa Benteng tergolong baik.

Tabel 4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Benteng tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tamat SD/Sederajat 1407 34.7

Tamat SMP/Sederajat 820 20.2

Tamat SMA/Sederajat 1394 34.4

Tamat D-1/Sederajat 86 2.12

Tamat D-2/Sederajat 80 1.9

Tamat D-3/Sederajat 78 1.9

Tamat S-1/Sederajat 126 3.1

Tamat S-2/Sederajat 49 1.2

Tamat S-3/Sederajat 5 0.1

Tamat SLB A 2 0.04

Tamat SLB B 5 0.34

Total 4052 100.0

Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah)

(44)

pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang tidak mencukupi untuk biaya sekolah.

Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri

Bank Sampah Asri Mandiri merupakan ide yang dicetuskan oleh salah satu pengurus RW bernama YT. Berbekal kesuksesan beliau mengelola bank sampah di Depok yang membuat beliau ingin mencoba di Desa Benteng. Awalnya pada rapat pengurus RW membahas tentang masalah sampah. Saat sedang berjalannya diskusi tersebut, ada seorang ibu bernama YT yang mengusulkan untuk membuat bank sampah. Kebetulan beliau adalah mantan lurah di daerah Depok yang mendirikan bank sampah juga. Berbekal pengalamannya mendirikan bank sampah disana dan berhasil, beliau mengusulkan agar di RW 06 Desa Benteng juga ada bank sampah. Ide tersebut disetujui oleh semuanya dan akhirnya direalisasikan pada tanggal 1 Desember 2013. Bank sampah ini diciptakan untuk mengatasi sampah agar tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi warga disana dan terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman. Tujuan lain diciptakannya bank sampah ini adalah untuk menjadi kawasan bebas sampah atau Zero Waste dan dapat menfasilitasi warga dalm mengelola sampah rumah tangga secara mandiri dengan basis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Bank Sampah Asri Mandiri berada di RW06 Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri Mandiri adalah satu-satunya bank sampah yang ada di Kecamatan Ciampea.

Sejak awal diresmikannya Bank Sampah Asri Mandiri, warga di sekitar antusias dan segera mendaftar menjadi nasabah. Terbukti sampai saat ini tercatat jumlah nasabah sudah mencapai 121 orang. Hal tersebut dapat terjadi karena ada sosialisasi sebelumnya tentang bank sampah.

Strategi awal bank sampah untuk menarik warga agar mau berpartisipasi adalah melalui sosialisasi yang dibarengi dengan acara-acara besar disana seperti senam bersama sekaligus acara peresmian bank sampah yang dihadiri oleh Bapak Camat. Hal tersebut ternyata mampu menarik minat warga untuk ikut berpartisipasi. Sosialisasi lainnya juga dilakukan di gedung serbaguna dengan menyebar undangan untuk semua warga RW06. Sosialisasi tersebut membantu warga agar lebih mengerti tentang bank sampah seperti manfaatnya, pengelolaanya, dan dampak positif dari adanya bank sampah. Menjelang satu tahun berjalan, bank sampah ini sudah mempunyai 107 nasabah dengan jumlah tabungan sebesar delapan juta rupiah. Jumlah nasabah terus bertambah walaupun tidak signifikan. Bertambahnya jumlah nasabah ini membuktikan bahwa warga peduli terhadap masalah sampah dan ingin menyelesaikan bersama karena hal tersebut merupakan tanggung jawab semua. Hal tersebut juga dikarenakan banyak warga yang masih peduli terhadap lingkungannya sehingga ingin berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RW seperti bank sampah.

(45)

25

Bank sampah ini juga memiliki program pengolahan sampah menjadi kerajinan seperti dompet atau tas yang terbuat dari sampah plastik bekas deterjen, kopi, pewangi pakaian, dan lain-lain. Ibu-ibu yang mengelola pembuatan kerajinan tersebut dengan bermodalkan pelatihan oleh ahli yang didatangkan dari luar desa. Sayangnya dalam hal pemasaran, kerajinan ini belum maksimal dikarenakan strategi yang kurang pas dan promosi yang kurang gencar sehingga tidak berjalan lancar. Bank sampah ini memiliki pengurus-pengurus yang secara sukarela mengelolanya. Keakraban yang ada antar pengurus dijadikan semangat untuk membuat bank sampah ini terus maju. Lalu berkaitan dengan pengolahan sampah, bank sampah sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah plastik bekas seperti bungkus deterjen, pewangi, kopi, dan lain-lain. Sampah tersebut diolah menjadi kerajinan seperti dibuat menjadi dompet atau tas. Hasil kerajinan tersebut kemudian dipasarkan di lingkup kecil terlebih dahulu yaitu RW 06. Banyak ibu-ibu yang membeli kerajinan tersebut karena bentuknya yang unik. Pembuatan kerajinan dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di RW 06. Ibu-ibu yang membantu dalam proses pembuatan kerajinan ini memperoleh upah dari tiap bagian pekerjaannya.

“Lumayan neng kalau ikut yang bikin tas sama dompet itu dapet keuntungan dari tiap tas yang kita kerjain, misalnya 300 perak/resleting buat upah jait resletingnya. Kalau kita jait puluhan dapet lumayan”. (YL, 51 tahun, nasabah).

Selain kegiatan pengolahan sampah menjadi kerajinan, bank sampah juga melakukan kegiatan sosial

Bank sampah Asri Mandiri juga melakukan kegiatan sosial dalam bidang pendidikan untuk anak-anak yaitu mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Mutiara yang memanfaatkan buku-buku sumbangan dari warga RW 06 untuk anak SD dan SMP. Taman bacaan masih ada sampai kepengurusan sekarang dan tetap dirawat agar anak-anak selalu bisa membaca buku disana.

Setelah dua tahun kepengurusan bank sampah, saatnya pergantian kepengurusan. Ketua bank sampah sebelumnya Pak Rizal digantikan dengan Pak Koko yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua bank sampah. Beliau-beliau bergantian posisi, Pak Koko menjadi ketua dan Pak Rizal menjadi wakilnya. Pada kepengurusan yang baru ini Pak Koko ingin memperbaiki dan menambahkan dari program yang terdahulu. Beliau ingin bank sampak semakin baik dan berkembang. Hal-hal yang ingin ditambahkan diantaranya pemasaran dari kerajinan seperti tas dan dompet yang akan diperbaiki dengan menjualnya di tempat yang lebih umum seperti di kantor bank sampah karena sebelumnya kerajinan tersebut dipasarkan di salah satu rumah pengurus bank sampah jadi tidak banyak orang yang tahu tentang produk kerajinan tersebut, mengolah sampah-sampah organik menjadi kompos sehingga kompos bisa dijual, dan meningkatkan sosialiasi tentang bank sampah seperti lewat ceramah atau tokoh-tokoh agama agar semua warga di RW 06 berpartisipasi di bank sampah karena belum semua warga yang berpartisipasi. Hal tersebut dilakukan agar terwujudnya RW06 yang bebas sampah.

(46)

sampah tergantung dari jenisnya. Harga dari jenis sampah bisa berubah tergantung harga yang ditetapkan oleh pengepul. Tabel 5 di bawah ini adalah jenis-jenis sampah yang bisa disetorkan ke Bank Sampah Asri Mandiri disertai dengan harga perkilonya .

Tabel 5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri

Jenis Barang Harga / kg

Gelas Aqua (GA) bersih 4,500.00

Gelas Aqua (GA) kotor 2.400,00

Gelas warna (MONTI) 2.000,00

Botol Aqua (BODONG) bersih 2.400,00

Botol Aqua (BODONG) kotor 1.000,00

Bodong Warna 1.000,00

Besi Campur/ baja ringan/ stalbes 900.00

Alumunium 8,000.00

Tembaga 33,000.00

Campuran 600.00

Ban Motor 1,500.00

Ban Mobil 400.00

Sumber : Profil Bank Sampah Asri Mandiri 2013

Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri

(47)

27

Karakteristik Responden

(48)
(49)

29

SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN

BENTUK PARTISIPASI NASABAH

Sarana Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah

Sarana pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin dibagi menjadi tiga macam diantaranya sarana pengendalian bersifat koersif (coercive power), sarana pengendalian bersifat utiliter (utilitarian power), dan sarana pengendalian normatif (normative power). Ketiga sarana pengendalian tersebut dapat diterapkan dengan tujuan untuk mempengaruhi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri dan masyarakat khususnya warga RW 06 Desa Benteng agar meningkatnya partisipasi di bank sampah.

Sarana pengendalian yang koersif berarti intinya memaksa atau menggunakan ancaman bahkan kekerasan. Menurut Etzioni (1982) penggunaan kekuatan koersif ini lebih bersifat menekankan subjeknya sehingga menjadi tunduk. Sarana pengendalian utiliter adalah sarana pengendalian yang memberikan keuntungan agar terpengaruh. Biasanya dengan menggunakan simbol seperti uang agar subjeknya dapat terpengaruh. Sarana pengendalian normatif adalah

Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah seorang ketua bank sampah, dapat menerapkan lebih dari satu sarana pengendalian. Namun, pasti ada satu sarana pengendalian yang paling dominan dalam hal untuk meningkatkan partisipasi warga ataupun nasabah. Warga atau nasabah dapat merasakan dan menilai sarana pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah. Berikut adalah penilaian dari responden terhadap pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah.

Tabel 6. Jumlah dan persentase tingkat penilaian responden terhadap pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah menurut jenis pengendalian

Jenis Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah Asri Mandiri

Tinggi Sedang Rendah Total

n % n % n % n %

Pengendalian Koersif 0 0.0 0 0.0 50 100.0 50 100.0

Pengendalian Normatif 16 32.0 12 24.0 22 44.0 50 100.0

Pengendalian Utiliter 37 74.0 6 12.0 7 14.0 50 100.0

(50)

utiliter dilakukan dengan menawarkan keuntungan yang akan didapatkan apabila berpartisipasi di bank sampah. Pengendalian normatif juga dilakukan oleh ketua dengan memberikan contoh kepada yang lain. Penawaran keuntungan dilakukan dengan memberitahu rincian harga perkilo dari setiap barang yang bisa disetorkan ke bank sampah. Hal tersebut dilakukan pada saat sosialisasi dengan membagikan selembaran berisi harga sampah. Cara menawarkan keuntungan yang lainnya adalah dengan memberi kalimat persuasif yang dikaitkan dengan keuntungan. Misalnya dengan memberi tahu kepada warga bahwa akan ada tabungan yang bisa diambil setahun sekali. Hal tersebut dilakukan agar warga mendapat uang yang sudah terakumulasi selama satu tahun penyetoran sehingga akan merasa senang sesudah mendapat uang yang cukup banyak dari hasil menjual sampah.

Pengendalian utiliter ini juga dilakukan ketua dengan menghargai nasabah dan memberi penghargaan kepada nasabah yang memenuhi syarat tertentu. Ketua menghargai nasabah dengan cara mengadakan acara untuk nasabah. Acara tersebut biasanya dilakukan saat memperingati ulang tahun bank sampah. Acara diisi dengan bazar, senam pagi, dan membagikan uang tabungan para nasabah. Hal tersebut juga sama dengan pernyataan responden berikut.

“...iya bank sampah disini mah suka ngadain acara pas ulang tahun bank sampah sekalian ngebagiin uang tabungan Neng. Biasanya kaya acara bazar gitu ato senam pagi yang waktu itu didatengin sama Pak Camat...” (R, 43 Tahun, Nasabah)

Lalu ketua juga memberi penghargaan kepasa nasabah yang memenuhi kriteria. Kriteria tersebut diantaranya nasabah mengumpulkan sampah terbanyak selama setahun, menyetorkan sampah yang paling bersih dan rapih, dan menyetorkan sampah paling rutin selama setahun. Pernyataan responden berikut juga sejalan dengan pernyataan diatas bahwa bank sampah memberikan hadiah kepada nasabah yang memenuhi syarat tersebut.

“...oh iya Neng kalo pas ulang tahun bank sampah suka ada hadiah buat yang ngumpulin sampah terbanyak, paling sering, sama paling bersih dan rapih. Saya buktinya pernah dapet hadiah gara-gara ngumpulin sampah terbanyak. Saya mah apa aja yang bisa dikiloin disetorin Neng. Lumayan kan...” (H, 50 Tahun, Nasabah)

(51)

31

hadir dan terlibat dalam sosialisasi dan pelatihan, dan rumah ketuatergolong bersih. Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan responden berikut.

“...Pak Koko juga jadi nasabah ko Neng, beliau kalo nyetorin ga rutin emang, itu karena kalo nyetor rekeningnya digabungin sama semua yang ada di RT 06. Terus kalo sosialisasi beliau pasti hadir kecuali yang di arisan gabungan karna semuanya ibu-ibu...” (A, 48 Tahun, Nasabah)

Pada kategori rendah yang memiliki penilaian terbanyak yaitu sarana pengendalian koersif dengan persentase 100 persen (Tabel 6). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden setuju ketua tidak memaksa warga untuk berpartisipasi di bank sampah, tidak mengancam warga agar berpartisipasi, dan tidak memberlakukan hukuman kepada nasabah. Keikutsertaan warga di bank sampah tersebut secara sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Hal ini diperkuat dengan pernyataan responden yang ditemui di lapangan.

“....Boro-boro ngancem Neng, dipaksa aja kan ga pernah. Disini mah bebas mau ikut bank sampah atau gak, kesadaran masing-masing aja buat ikut mah....”. (HSN, 51 Tahun, nasabah).

Tabel 7. Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin berdasarkan kategori penilaian pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah

Jenis Sarana

Gambar

Tabel 1. Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Tabel 2. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014
Tabel 3. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Benteng  pada tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk Keterampilan ... Turut Aktif menjadi Nasabah dan Menyetor Sampah ... Turut Membantu Memilah Sampah di Lokasi Bank Sampah ... Mensosialisasikan Program Bank Sampah kepada

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolineritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) serta korelasi

Adapun berbagai alasan memotivasi penulis namun yang paling utama dirasakan adalah keberadaan sistem drainase Kecamatan Medan Johor untuk menjaga arus air. menuju kanal

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Lokal Melalui Program Bank Sampah Di Kota Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat melalui dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah Temas Bersinar mengalami penurunan dari

Hasil pada penelitian ini menunjukkan nilai korelasi Spearman Rank yakni 0,646 yang kemudian diinterpretasikan bahwa terpaan TRIAD (variabel bebas) memiliki hubungan

Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Pearson untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan variabel penelitian maka

Untuk mengurangi masalah sampah sekaligus meningkatkan nilai tambah sampah maka program PKM yang dilaksanakan adalah pelatihan pengelolaan sampah pada warga, pendirian bank sampah,