• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK SAMPAH

Kondisi Geografis

Desa Benteng merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 248,5 Ha yang terdiri dari 82 Ha areal persawahan dan 152,2 Ha tanah darat. Sebelah utara Desa Benteng berbatasan dengan Desa Ranca Bungur, sebelah timur berbatasan dengan Kampus IPB Dramaga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng, daan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea.

Desa Benteng terletak pada jarak satu kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Ciampea. Perjalanan yang ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor menghabiskan sepuluh hingga 15 menit dari kampus IPB Dramaga. Adapun jarak dari Desa Benteng ke pusat pemerintahan kabupaten sebesar 40 km, jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sebesar 133 km, dan jarak Desa Benteng dengan pusat pemerintahan negara sebesar 60 km.

Tabel 2. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014

Sumber : Data Monografi Desa Benteng 2014 (diolah)

Lahan di Desa Benteng sudah lebih banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan prasarana umum lainnya. Berdasarkan Tabel 2 luas lahan pemukiman merupakan pemanfaatan paling besar dengan persentase sebesar 77.5 persen dan prasarana umum lainnya sebesar 10.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemukiman yang semakin luas mengakibatkan tempat untuk pembuangan akhir sampah menjadi terbatas. Pemukiman semakin luas akibat bertambahnya jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor mencatat jumlah penduduk Desa Benteng pada tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan dari 12.086 jiwa menjadi 12.517 jiwa. Artinya semakin padatnya jumlah penduduk maka luas lahan pemukiman akan terus bertambah. Padatnya jumlah penduduk juga mengakibatkan bervariasinya struktur mata pencaharian yang ada di Desa Benteng.

Struktur mata pencaharian di Desa Benteng sangat beragam. Penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 2. Mata pencaharian mayoritas warga Desa Benteng adalah buruh migran dengan persentase sebesar 44.2 persen (Tabel 3). Banyaknya buruh migran di Desa Benteng karena banyak laki-laki yang sudah berumah tangga dan perempuan yang belum menikah memilih bekerja di luar Bogor. Mereka biasanya pulang ke rumah pada hari

Luas Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 91.5 77.5

Pertanian 12 10.2

Perikanan 2 1.7

Prasarana umum lain 12.5 10.6

KecamataLuas libur seperti sabtu atau minggu. Lalu mata pencaharian minoritas salah satunya adalah petani sebesar 1.3 persen. Padahal luas lahan pertanian di Desa Benteng cukup luas. Hal tersebut bisa disebabkan karena pengaruh masuknya modernisasi sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mau menjadi petani.

Tabel 3. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Benteng pada tahun 2014

Jenis Pekerjaan Jumlah %

Petani 40 1.3

Buruh Tani 286 9.2

Buruh Migran 1372 44.2

Pegawai Negeri Sipil 438 14.1

Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 0.3

Pedagang Keliling 79 2.5 Peternak 12 0.4 Montir 3 0.1 Dokter Swasta 2 0.1 Bidan Swasta 2 0.1 Perawat Swasta 39 1.3

Pembantu Rumah Tangga 88 2.8

TNI 49 1.5

POLRI 8 0.3

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 227 7.3

Pengacara 2 0.1

Dukun Kampung Terlatih 5 0.2

Jasa Pengobatan Alternatif 3 0.1

Dosen Swasta 2 0.1

Karyawan Perusahaan Pemerintah 438 14

Jumlah 3.105 100.0

Sumber: Profil Desa Benteng 2014 (diolah).

Jumlah penduduk di Desa Benteng sebesar 12.517 jiwa dengan 2782 KK. Total jumlah penduduk terdiri dari 5.640 laki-laki dan 6.887 perempuan (Gambar 2). Berdasarkan data pada Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak mempunyai rentang usia 40-49 tahun. Terlihat bahwa penduduk usia tua jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk usia muda (Gambar 2). Rendahnya angka kelahiran di Desa Benteng mencirikan bahwa desa tersebut memiliki masyarakat yang sudah maju. Dengan jumlah penduduk yang akan terus bertambah maka akan berdampak langsung pada jumlah sampah yang dihasilkan per harinya. Sampah yang terus bertambah dapat di hindarkan dampak negatifnya salah satunya dengan mendirikan bank sampah. Bank sampah mempunyai tujuan untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai dan terjaga kebersihan lingkungan.

23

Gambar 2. Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014

Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah).

Mayoritas penduduk di Desa Benteng memeluk agama Islam sebesar 9.805 orang dan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Cu seperti yang dijelaskan pada lampiran. Selain agama, tingkat pendidikan masyarakat di Desa Benteng tergolong baik.

Tabel 4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Benteng tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tamat SD/Sederajat 1407 34.7 Tamat SMP/Sederajat 820 20.2 Tamat SMA/Sederajat 1394 34.4 Tamat D-1/Sederajat 86 2.12 Tamat D-2/Sederajat 80 1.9 Tamat D-3/Sederajat 78 1.9 Tamat S-1/Sederajat 126 3.1 Tamat S-2/Sederajat 49 1.2 Tamat S-3/Sederajat 5 0.1 Tamat SLB A 2 0.04 Tamat SLB B 5 0.34 Total 4052 100.0

Sumber : Data Demografi Desa Benteng 2014 (diolah)

Kondisi masyarakat di Desa Benteng berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang ada pada Tabel 3 terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat di Desa Benteng adalah lulusan SD sebesar 34.7 persen dan lulusan SMA atau sederajat sebesar 34.4 persen. Terlihat dari data tersebut jumlah masyarakat yang lulusan SD hampir sama dengan masyarakat yang lulusan SMA. Artinya, banyak dari warga yang sudah sadar akan pendidikan sehingga mereka menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga masih banyak belum terlalu sadar akan pentingnya

pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang tidak mencukupi untuk biaya sekolah.

Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri

Bank Sampah Asri Mandiri merupakan ide yang dicetuskan oleh salah satu pengurus RW bernama YT. Berbekal kesuksesan beliau mengelola bank sampah di Depok yang membuat beliau ingin mencoba di Desa Benteng. Awalnya pada rapat pengurus RW membahas tentang masalah sampah. Saat sedang berjalannya diskusi tersebut, ada seorang ibu bernama YT yang mengusulkan untuk membuat bank sampah. Kebetulan beliau adalah mantan lurah di daerah Depok yang mendirikan bank sampah juga. Berbekal pengalamannya mendirikan bank sampah disana dan berhasil, beliau mengusulkan agar di RW 06 Desa Benteng juga ada bank sampah. Ide tersebut disetujui oleh semuanya dan akhirnya direalisasikan pada tanggal 1 Desember 2013. Bank sampah ini diciptakan untuk mengatasi sampah agar tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi warga disana dan terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman. Tujuan lain diciptakannya bank sampah ini adalah untuk menjadi kawasan bebas sampah atau Zero Waste dan dapat menfasilitasi warga dalm mengelola sampah rumah tangga secara mandiri dengan basis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Bank Sampah Asri Mandiri berada di RW06 Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri Mandiri adalah satu-satunya bank sampah yang ada di Kecamatan Ciampea.

Sejak awal diresmikannya Bank Sampah Asri Mandiri, warga di sekitar antusias dan segera mendaftar menjadi nasabah. Terbukti sampai saat ini tercatat jumlah nasabah sudah mencapai 121 orang. Hal tersebut dapat terjadi karena ada sosialisasi sebelumnya tentang bank sampah.

Strategi awal bank sampah untuk menarik warga agar mau berpartisipasi adalah melalui sosialisasi yang dibarengi dengan acara-acara besar disana seperti senam bersama sekaligus acara peresmian bank sampah yang dihadiri oleh Bapak Camat. Hal tersebut ternyata mampu menarik minat warga untuk ikut berpartisipasi. Sosialisasi lainnya juga dilakukan di gedung serbaguna dengan menyebar undangan untuk semua warga RW06. Sosialisasi tersebut membantu warga agar lebih mengerti tentang bank sampah seperti manfaatnya, pengelolaanya, dan dampak positif dari adanya bank sampah. Menjelang satu tahun berjalan, bank sampah ini sudah mempunyai 107 nasabah dengan jumlah tabungan sebesar delapan juta rupiah. Jumlah nasabah terus bertambah walaupun tidak signifikan. Bertambahnya jumlah nasabah ini membuktikan bahwa warga peduli terhadap masalah sampah dan ingin menyelesaikan bersama karena hal tersebut merupakan tanggung jawab semua. Hal tersebut juga dikarenakan banyak warga yang masih peduli terhadap lingkungannya sehingga ingin berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh RW seperti bank sampah.

“Kebanyakan memang orang-orang disini kalau ada program atau kegiatan dari RW pasti pada ikut biar sukses. Apalagi ibu- ibu kalau disuru jadi pengurus pada semangat”. (SHI, 46 tahun, warga RW06.)

25

Bank sampah ini juga memiliki program pengolahan sampah menjadi kerajinan seperti dompet atau tas yang terbuat dari sampah plastik bekas deterjen, kopi, pewangi pakaian, dan lain-lain. Ibu-ibu yang mengelola pembuatan kerajinan tersebut dengan bermodalkan pelatihan oleh ahli yang didatangkan dari luar desa. Sayangnya dalam hal pemasaran, kerajinan ini belum maksimal dikarenakan strategi yang kurang pas dan promosi yang kurang gencar sehingga tidak berjalan lancar. Bank sampah ini memiliki pengurus-pengurus yang secara sukarela mengelolanya. Keakraban yang ada antar pengurus dijadikan semangat untuk membuat bank sampah ini terus maju. Lalu berkaitan dengan pengolahan sampah, bank sampah sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah plastik bekas seperti bungkus deterjen, pewangi, kopi, dan lain-lain. Sampah tersebut diolah menjadi kerajinan seperti dibuat menjadi dompet atau tas. Hasil kerajinan tersebut kemudian dipasarkan di lingkup kecil terlebih dahulu yaitu RW 06. Banyak ibu-ibu yang membeli kerajinan tersebut karena bentuknya yang unik. Pembuatan kerajinan dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di RW 06. Ibu-ibu yang membantu dalam proses pembuatan kerajinan ini memperoleh upah dari tiap bagian pekerjaannya.

“Lumayan neng kalau ikut yang bikin tas sama dompet itu dapet keuntungan dari tiap tas yang kita kerjain, misalnya 300 perak/resleting buat upah jait resletingnya. Kalau kita jait puluhan dapet lumayan”. (YL, 51 tahun, nasabah).

Selain kegiatan pengolahan sampah menjadi kerajinan, bank sampah juga melakukan kegiatan sosial

Bank sampah Asri Mandiri juga melakukan kegiatan sosial dalam bidang pendidikan untuk anak-anak yaitu mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Mutiara yang memanfaatkan buku-buku sumbangan dari warga RW 06 untuk anak SD dan SMP. Taman bacaan masih ada sampai kepengurusan sekarang dan tetap dirawat agar anak-anak selalu bisa membaca buku disana.

Setelah dua tahun kepengurusan bank sampah, saatnya pergantian kepengurusan. Ketua bank sampah sebelumnya Pak Rizal digantikan dengan Pak Koko yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua bank sampah. Beliau-beliau bergantian posisi, Pak Koko menjadi ketua dan Pak Rizal menjadi wakilnya. Pada kepengurusan yang baru ini Pak Koko ingin memperbaiki dan menambahkan dari program yang terdahulu. Beliau ingin bank sampak semakin baik dan berkembang. Hal-hal yang ingin ditambahkan diantaranya pemasaran dari kerajinan seperti tas dan dompet yang akan diperbaiki dengan menjualnya di tempat yang lebih umum seperti di kantor bank sampah karena sebelumnya kerajinan tersebut dipasarkan di salah satu rumah pengurus bank sampah jadi tidak banyak orang yang tahu tentang produk kerajinan tersebut, mengolah sampah-sampah organik menjadi kompos sehingga kompos bisa dijual, dan meningkatkan sosialiasi tentang bank sampah seperti lewat ceramah atau tokoh- tokoh agama agar semua warga di RW 06 berpartisipasi di bank sampah karena belum semua warga yang berpartisipasi. Hal tersebut dilakukan agar terwujudnya RW06 yang bebas sampah.

Jenis-jenis sampah yang bisa disetorkan ke Bank Sampah Asri Mandiri adalah sampah anorganik yang nanti akan dibeli oleh para pengepul. Harga dari

sampah tergantung dari jenisnya. Harga dari jenis sampah bisa berubah tergantung harga yang ditetapkan oleh pengepul. Tabel 5 di bawah ini adalah jenis-jenis sampah yang bisa disetorkan ke Bank Sampah Asri Mandiri disertai dengan harga perkilonya .

Tabel 5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri

Jenis Barang Harga / kg

Gelas Aqua (GA) bersih 4,500.00

Gelas Aqua (GA) kotor 2.400,00

Gelas warna (MONTI) 2.000,00

Botol Aqua (BODONG) bersih 2.400,00

Botol Aqua (BODONG) kotor 1.000,00

Bodong Warna 1.000,00

Botol kaca/ beling 200,00

Kaleng minuman (POCARI) 8.000,00

Kaleng lainnya 150,00 Kardus 900,00 Duplek 700,00 Koran 1,500.00 Buku/ Majalah 800.00 Emberan 1,400.00 Besi Super 1,600.00

Besi Campur/ baja ringan/ stalbes 900.00

Alumunium 8,000.00

Tembaga 33,000.00

Campuran 600.00

Ban Motor 1,500.00

Ban Mobil 400.00

Sumber : Profil Bank Sampah Asri Mandiri 2013

Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri

Ketua Bank Sampah Asri Mandiri bernama KKM. Beliau berumur 58 tahun. Beliau sudah pensiun dari pekerjaannya. Pekerjaan dahulu adalah seorang peneliti di Litbang Pertanian selama 38 tahun. Beliau sangat menyukai pekerjaannya di bidang ini dan mendapatkan banyak ilmu tentang pengelolaan limbah. Berbekal pengetahuannya di bidang pengelolaan limbah inilah yang membuat KO semakin peduli dengan lingkungan dan ingin berbuat sesuatu yang lebih agar lingkungan semakin bersih. Salah satunya dengan menjadi ketua Bank Sampah Asri Mandiri. Perannya sebagai ketua dianggap beliau sebagai andil dalam mengatasi masalah sampah yang terus bertambah. Beliau ingin lingkungan khususnya di RW 06 bebas dari permasalahan yang timbul dari sampah. Beliau juga mendirikan rumah kompos di RT 06 yang merupakan kawasan tempat tinggal beliau. Rumah kompos ini sudah berjalan dua tahun lebih dan berdampak positif yaitu lingkungan RT 06 bebas sampah. Sampah organik dikelola menjadi kompos dan sampah anorganik disetorkan ke bank sampah. Beliau mengharapkan ke depannya RW 06 juga menjadi lingkungan yang bebas sampah.

27

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Sampah Asri Mandiri. Jumlah nasabah yang ada di Bank Sampah Asri Mandiri sebanyak 121 orang yang terdiri dari 104 perempuan dan 17 laki-laki. Jumlah nasabah yang dijadikan sebagai responden penelitian ini adalah sebanyak 50 nasabah yang terdiri dari 43 responden perempuan dan 7 responden laki-laki. Nasabah di bank sampah ini didominasi oleh perempuan. Hal ini disebabkan karena banyaknya laki-laki atau suami yang bekerja di luar jadi hanya perempuan atau istri yang menjadi nasabah bank sampah. Nasabah perempuan di bank sampah mayoritas adalah ibu rumah tangga tetapi ada juga yang bekerja sebagai PNS. Nasabah laki- laki di bank sampah hampir semuanya adalah pensiunan dan sudah tidak bekerja lagi.

29

SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN

Dokumen terkait