• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN JENIS PARTISIPASI DAN BENTUK PARTISIPASI NASABAH DI BANK SAMPAH

Pembahasan pada bab ini menjelaskan tentang hasil survey yang dilakukan di lapang. Penjelasan spesifik mengenai hubungan jenis partisipasi dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri. Berikut adalah tabulasi silang antara jenis partisipasi dan bentuk partisipasi nasabah di bank sampah.

Tabel 13. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri

Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi

Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :

Keikutsertaan dalam Sosialisasi

Partisipasi Kalkulatif

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 1 2.0 1 2.0 3 6.0 5 10.0 Sedang 0 0.0 2 4.0 7 14.0 9 18.0 Tinggi 5 10.0 5 10.0 26 52.0 36 72.0 Total 6 12.0 8 16.0 36 72.0 50 100.0 Mengumpulkan, Menyetorkan, Menabung, dan Mengolah Sampah

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 3 6.0 0 0.0 3 6.0 6 12.0 Sedang 0 0.0 6 12.0 3 6.0 9 18.0 Tinggi 3 6.0 2 4.0 30 60.0 35 70.0 Total 6 12.0 8 16.0 36 72.0 50 100.0 Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 3 6.0 1 2.0 10 20.0 14 28.0

Sedang 0 0.0 4 8.0 7 14.0 11 22.0

Tinggi 3 6.0 3 6.0 19 38.0 25 50.0

H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah

H1 = Terdapat tingkat hubungan antara keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 12 menunjukkan sebanyak 72 persen dari responden yang keikutsertaan dalam sosialiasasinya tinggi dan keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) tergolong tinggi sebesar 52 persen. Peningkatan persentase juga terlihat dari 4 persen menjadi 14 persen. Hal ini menunjukkan semakin tingginya partisipasi karena menguntungkan (kalkulaif) semakin tinggi juga keikutsertaan dalam sosialisasinya menjadi tinggi.

Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi kalkulatif dengan keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.007 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi kalkulatif dengan keikutsertaan dalam sosialisasi hampir tidak berkorelasi. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.962 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keikursertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah.

Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah dengan tujuan utama ingin mendapatkan keuntungan, cenderung hadir dalam sosialisasi yang diadakan bank sampah walaupun tidak selalu hadir. Hal tersebut dikarenakan sebelum berpartisipasi di bank sampah, warga ingin mengetahui keuntungan yang akan didapat apabila berpartisipasi. Nasabah yang tidak datang dalam sosialisasi bisa disebabkan karena nasabah mempunyai urusan lain atau kesibukan yang harus dilakukan sehingga tidak bisa hadir pada saat sosialisasi dilaksanakan. Hal tersebut didukung oleh pernyataab responden berikut.

“...kalo ada sosialisasi ibu ga selalu dateng tuh tapi pernah dateng sekali yang di pas di gedung serbagunan situ. Ibu ga bisa dateng ke sosialisasi karena ada acara lain misalnya waktu itu karena ada kondangan...”. (D, 43 tahun, nasabah).

Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah

Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :

H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah

43

H1 = Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah

Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 12 menunjukkan sebanyak 70 persen dari responden yang memiliki partisipasi kalkulatif dan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah pada kategori tinggi sebesar 60 persen. Terlihat dalam Tabel 12 persentase cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan semakin tingginya partisipasi kalkulatif menyebabkan frekuensi dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah menjadi tinggi juga. Hal itu dikarenakan tergantung pada individu masing-masing. Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi kalkulatif dengan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.430 dan bernilai positif. Nilai tersebut menunjukkan korelasi yang tergolong sedang. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.002 dan lebih kecil dari α (0.05). Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keikursertaan warga karena menguntungkan (kalkulatif) dengan frekuensi dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah.

Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di bank sampah. Motif ekonomi ini yang membuat nasabah antusian untuk menyetorkan sampah ke bank sampah walaupun waktu menyetorkan sampahnya tidak rutin. Hal tersebut dikarenakan tidak banyak sampah yang bisa disetorkan sehingga harus dikumpulkan sampai banyak terlebih dahulu sebelum disetorkan dan memerlukan waktu yang relatif lama. Hampir sebagian besar nasabah melakukan hal yang sama yaitu mengumpulkan sampah terlebih dahulu sampai banyak. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden berikut.

“...ibu mah kalo nyetorin sampah gitu ga rutin karna sampahnya harus kekumpul banyak dulu baru disetorin tapi kadang-kadang kalo ada besi nganggur ibu langsung setorin aja soalnya lumayan banget nyetorin besi Neng. Terus ibu juga ga ikut yang bikin-bikin kerajinan itu soalnya ibu ada kegiatan lain jadi gak bisa ikut ...”. (M, 51 tahun, nasabah).

Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah

Hubungan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :

H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah

H1 = Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 11 menunjukkan responden yang memiliki partisipasi kalkulatif pada kategori tinggi dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang tergolong tinggi sebesar 38 persen. Terjadi peningkatan dari 6 persen menjadi 38 persen. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan mayoritas responden mempunyai partisipasi kalkulatif yang relatif tinggi maka cenderung mengakibatkan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang tinggi.

Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.037 dan bernilai positif. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel itu hampir tidak ada korelasi. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.799 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena menguntungkan (kalkulatif) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah.

Hasil uji korelasi sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah salah satunya karena ingin mandapatkan keuntungan mengikuti kegiatan pengolahan sampah yang berupa pembuatan tas dan dompet dari plastik bekas makanan atau minuman. Nasabah mengikuti kegiatan ini biasanya memiliki waktu luang dan ingin mengisinya dengan kegiatan positif yang menguntungkan. Pernyataan responden berikut memperkuat hasil yang ada.

“...ibu ikut tuh Neng yang buat tas itu daripada ibu nganggur di rumah, mending ibu ikut aja kan sekalian bisa ngobrol ama ibu- ibu lain terus lumayan dapet tambahan uang juga...”. (IY, 40 tahun, nasabah).

45

Tabel 14. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri

Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi

Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah

H1 = Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah

Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 13 menunjukkan sebanyak 36 orang atau 72 persen dari responden yang memiliki partisipasi moral yang tinggi dan keikutsertaan dalam sosialisasi yang tergolong tinggi sebanyak 38 persen. Sedangkan, sebanyak 5 orang atau 10 persen responden diantaranya memiliki partisipasi moral yang rendah dan keikutsertaan dalam sosialisasinya tergolong rendah sebesar 2 persen. Dilihat dari data pada Tabel 13 partisipasi moral dan

Keikutsertaan dalam Sosialisasi

Partisipasi Moral

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 1 2.0 2 4.0 2 4.0 5 10.0 Sedang 0 0.0 3 6.0 6 12.0 9 18.0 Tinggi 3 6.0 14 28.0 19 38.0 36 72.0 Total 4 8.0 19 38.0 27 54.0 50 100.0 Mengumpulkan, Menyetorkan, Menabung, dan Mengolah Sampah

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 0 0.0 2 4.0 4 8.0 6 12.0 Sedang 3 6.0 4 8.0 2 4.0 9 18.0 Tinggi 1 2.0 13 26.0 21 42.0 35 70.0 Total 4 8.0 19 38.0 27 54.0 50 100.0 Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah

Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Rendah 2 4.0 5 10.0 7 14.0 14 28.0

Sedang 1 2.0 5 10.0 5 10.0 11 22.0

Tinggi 1 2.0 9 18.0 15 30.0 25 50.0

keikutsertaan dalam sosialisasi cenderung meningkat. Artinya, semakin tinggi partisipasi karena kesamaan gagasan (moral) dari warga maka cenderung semakin tinggi pula keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah dikarenakan warga ingin mengetahui tentang bank sampah.

Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.869. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.868 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah.

Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, hal tersebut sesuai dengan yang terjadi. Banyak dari nasabah yang berpartisipasi karena ingin menjaga kebersihan lingkungan dan mengikuti sosialisasi walaupun tidak selalu hadir. Kehadiran nasabah dalam sosialisasi karena ingin mendapatkan informasi yang lebih tentang bank sampah. Sosialisasi juga dapat menambah pengetahuan baru tentang pengelolaan sampah. Pernyataan responden berikut memperkuat data yang didapatkan.

“...ibu ikut bank sampah karna pengen ikut program RW terus juga kan bisa sama-sama mengurangi masalah dari sampah sama ngejaga kebersihan lingkungan juga makanya ibu ikut sosialisasi biar jadi tau tentang bank sampah itu apa terus gimana pengelolaannya, ya kalo uang tabungan bank sampah itu mah bonus dek...”. (SR, 53 tahun, nasabah).

Hubungan Partisipasi Moral dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah, Menabung, Dan Mengolah Sampah

Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini :

H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah

H1 = Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah

Jumlah dan persentase yang tertera pada Tabel 13 menunjukkan adanya hubungan antara partisipasi moral dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah. Hal ini terlihat jumlah persentase pada partisipasi moral dan frekuensi mengumpulkan, menyetorkan, menabung, dan mengolah sampah berada di kategori tinggi yaitu sebesar 42 persen. Lalu pada kategori sedang dan tinggi cenderung meningkat dari 26 persen menjadi 42

47

persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar partisipasi warga karena kesamaan gagasan (moral) semakin besar pula frekuensinya dalam mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah.

Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi moral dari warga dan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.264 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi moral dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah memiliki korelasi rendah. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.064 dan lebih besar dari α (0.05). Artinya, H0 dierima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah.

Hasil uji korelasi rank spearman sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Nasabah yang berpartisipasi di bank sampah karena kesadaran akan kebersihan lingkungan akan terus melakukan kegiatan mengumpulkan sampah lalu memilahnya, setelah itu disetorkan ke bank sampah. Walaupun frukuensi dalam menyetorkannya tidak sering karena sampah yang dapat disetorkan tidak setiap hari ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden.

“...Ngumpulin sampah ibu mah emang ngumpulin tapi nyetorinnya ga rutin Neng karna kan harus dikumpulin sama dipilih-pilih dulu sampe banyak sampahnya, trs dibersiin baru disetorin kalo bank sampah buka...”. (S, 52 tahun, nasabah).

Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan Pengolahan Sampah

Hubungan tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini : H0 = Tidak terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan

gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah

H1 = Terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah

Jumlah dan persentase yang tertera Tabel 13 menunjukkan sebanyak 30 responden memiliki partisipasi moral dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah pada kategori tinggi. Terlihat dari tabel bahwa persentase cenderung mengalami kenaikan seperti dari 18 persen menjadi 30 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi moral dari nasabah maka semakin tinggi pula tingkat keikutsertaan dalam pengolahan sampah.

Hasil uji korelasi rank spearman antara partisipasi moral dari nasabah dan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.348 dan bernilai positif. Artinya, variabel partisipasi moral

dengan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah memiliki korelasi rendah. Selain itu, signifikansi atau p value sebesar 0.013 dan lebih kecil

dari α (0.05). Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat keikutsertaan karena kesamaan gagasan (moral) dengan tingkat keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah.

Hasil yang didapatkan dari uji korelasi sesuai dengan yang ada di lapangan. Hampir setengah dari responden yang termasuk berpartisipasi karena sadarnya akan kebersihan lingkungan mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan sampah. Hal tersebut dikarenakan keinginan pribadi untuk mengisi waktu luang dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Kegiatan ini didominasi oleh ibu-ibu dilaksanan rutin setiap seminggu sekali. Nasabah yang mengikuti pelatihan pengolahan sampah ini juga peduli terhadap lingkungan. Tapi tidak semua yang mengikuti selalu rutin datang. Nasabah yang tidak bisa hadir dalam pelatihan bisa disebabkan oleh berbagai hal. Diantaranya ada acara lain, menjemput anak sekolah, ataupun sibuk memasak, dan lain-lain. Hal ini yang menyebabkan walaupun nasabah berpartisipasi karena ingin menjaga kebersihan lingkungan tetap saja keikutsertan dalam pelatihan pengolahan sampah tidak rutin. Pernyataan responden berikut memperkuat hasil yang ditemukan di lapangan.

“...Oh iya ibu ikut yang bikin tas-tas gitu, awalnya mah kita diajarin dulu sama ibu-ibu dari luar desa terus kita undang kesini buat ngajarin. Setiap rabu Neng biasanya kita mulai buat kerajinannya. Ibu-ibunya mah ga semua rutin dateng, ada juga yang kadang-kadang aja datengnya, itu mah gimana mereka aja Neng ...”. (SFR, 52 tahun, nasabah).

Ikhtisar

Bab ini menjelaskan hubungan antara jenis partisipasi dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank Sampah Asri Mandiri. Partisipasi kalkulatif memiliki hubungan dengan kegiatan mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah dengan koefisien korelasi sebesar 0.430. Partisipasi kalkulatif yang tergolong tinggi juga cenderung menyebabkan keikutsertaan dalam sosialiasi, frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah yang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan nasabah memiliki motif ekonomi sehingga berusaha keras untuk mendapatkan keuntungan.

Partisipasi moral memiliki hubungan dengan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah dengan koefisien korelasi sebesar 0.348. Semakin tinggi partisipasi moral maka cenderung keikutsertaan dalam sosialisasi, lalu frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengolah sampah, dan keikutsertaan dalam pelatihan pengolahan sampah relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan kesadaran yang tinggi dari nasabah akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan melalui kegiatan bank sampah.

49

Dokumen terkait