• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU

TERHADAP PRODUKSI

Effects of Various Weight of Shallot Bulb Derived from First Generation on Its Production

Oleh:

S. Putrasamedja

Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang-Bandung

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Dinas Pertanian Kramat, Tegal, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2005. Materi yang dijadikan percobaan adalah bibit bawang merah generasi ke satu (G-1) yang berasal dari hasil selfing. Perlakuan ini terdiri atas A1 = 1-2,5 gram; A2 = 2,6-3,5 gram; A3 = 3,6-4,6 gram per umbi dan B1 = jarak tanam 10 x 10 cm; B2 = jarak tanam 15 x 15 cm; B3 = jarak tanam 15 x 20 cm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan 9 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Hasil akhir diperoleh bahwa pada jarak tanam 15 x 15 cm dengan ukuran umbi 2,6 - 3,5 gram, diperoleh produksi tinggi diikuti oleh jarak tanam 15 x 20 cm dengan ukuran umbi 2,6 - 3,5 gram dan jarak tanam 15 x 20 cm dengan berat umbi 3,6 - 4,6 gram

Kata kunci: tanggapan, Allium ascalonicum L., bibit, generasi ke satu, produksi.

ABSTRACT

The objective of this experiment was to study how many potention of production from one generation. This experiment was conducted simultan usually site in agricultural of service garden Kramat, Tegal, Central Java, 4 meter sea level from March until May 2000. Material to experiment from bulp of shallot from selfing. Contain 9 of combination every treatment 3 repliation which is A1 = 1 - 2,5 gram; A2 = 2,6 - 3,5 gram; A3 = 3,6 - 4,6 gram every bulp and B1 = plant distance 10 x 10 cm; B2 = plant distance 15 x 15 cm; B3 = plant distance 15 x 20 cm. This treatment were arranged as factorial designed and Randomized block design with 9 replication. The result showed planting design 15 x 15 cm and bulp measure 2,6 - 3,5 gram is highest fallow by planting distance 15 x 20 cm bulp measure 2,6 - 3,5 gram and planting distance 15 x 20 cm bulp measure 3,6 - 4,6 gram.

Key word: respons, seed, Allium ascalonicum L., first generation, production.

PENDAHULUAN

Umumnya bibit bawang merah yang ditanam oleh para petani berasal dari umbi bibit. Bibit semacam itu ukurannya sangat bervariasi dan ditanam dengan cara dicampurkan. Sampai sekarang belum diketahui bobot rata-rata

(2)

menggunakan bibit dari berbagai ukuran juga bibit yang mereka tanam berasal dari umbi konsumsi. Kemurnian serta kesehatannya sangat diragukan karena adanya kontaminasi dari generasi sebelumnya tidak terdeteksi sehingga produksi yang diperoleh menjadi rendah. Keberhasilan usaha tani ditentukan oleh penggunaan bibit dengan mutu baik dan teknik penanaman yang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu pengadaan bibit yang bermutu, mengetahui ukuran bibit berapa yang paling optimal dan penampilan warna umbi yang disukai oleh para pengguna.

Untuk menyiapkan berbagai tingkat ukuran bibit, dilakukan penelitian menggunakan teknik jarak tanam. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa semakin rapat jarak tanam maka biaya penggunaan bibit semakin meningkat penggunaan bibit rata-rata adalah sebesar 40% dari biaya produksi, terutama untuk daerah dataran rendah. Sedangkan, untuk daerah dataran tinggi pada umumnya penggunaan bibit lebih rendah, hanya mencapai 18% dari biaya produksi. Perbedaan semacam ini disebabkan karena jarak tanam yang berbeda-beda (Suherman dan Basuki, 1990).

Apabila jarak tanam yang digunakan 15 x 20 cm dengan berat umbi + 3,5 g/umbi maka jumlah bibit yang akan diperlukan pada setiap hektarnya berkisar antara 9 - 12 kw. Sedangkan, apabila yang digunakan bibit umbi yang berasal dari generatif, jumlah kebutuhan bibit setiap hektarnya diharapkan dapat ditekan sampai dengan 50% sehingga biaya pengadaan bibit pun dapat ditekan.

Percobaan sebelumnya menunjukan bahwa peranan bawang merah yang berasal dari biji kultivar Maja pada jarak tanam 10 cm x 15 cm menunjukkan

produksi paling baik (Putrasamedja, 1995a). Jarak tanam dan ukuran umbi berpengaruh besar terhadap produksi dan penampilan. Ada kecenderungan bahwa setiap kultivar mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam produksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh bobot umbi dan jarak tanam terhadap produksi. Penelitian dilakukan agar dapat diperoleh informasi yang tepat tentang penggunaan kelas bobot umbi yang paling efisien disertai dengan jarak tanam untuk menghasilkan produksi yang optimal. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu dengan kriteria bobot dan jarak tanam yang tepat.

METODE PENELITIAN

(3)

dpl dengan jenis tanah aluvial. Tanah tempat percobaan dipupuk dengan pupuk kompos 10 ton/ha dan pupuk buatan yaitu Urea = 435 kg/ha, TSP = 200 kg/ha, dan ZA = 476 kg/ha. Dalam aplikasinya di lapangan, TSP dan KCl diberikan lima hari sebelum tanam sedangkan Urea + ZA 50% diberikan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam (MST) dan sisanya diberikan 7 MST. Agar tanaman tetap sehat diberikan insektisida Decis atau Curacron dan fungisida Dithane M45 atau Antracol dengan dosis masing-masing 1 - 2 cc/l air atau 1 - 2 gram/l air, yang aplikasinya diberikan setiap 4 hari sekali atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Variabel pertumbuhan yang diamati meliputi: jumlah anakan, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Jumlah anakan diamati pada umur 35 hari setelah tanam (HST), sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun diamati pada umur 40 HST. Data variabel pertumbuhan diambil dari 10 tanaman contoh. Variabel hasil meliputi bobot umbi basah dan umbi kering. Bobot umbi basah diamati dengan menimbang umbi saat panen pada setiap plot. Hasil umbi kering diperoleh dengan menimbang umbi yang sudah dijemur selama satu minggu. Pengaruh antar perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah anakan

Pengamatan jumlah anakan dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berinteraksi terhadap bobot umbi yang ditanam, dimana umbi yang paling

besar memiliki jumlah anakan yang paling banyak. Hal ini terlihat pada perlakuan bibit berbobot 3,6 - 4,6 gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm dengan jumlah anakan 7 berbeda sangat nyata terhadap kelompok yang beratnya 1 - 2,5 gram dan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan rata-rata jumlah anakan 4, ada interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi.

Umbi yang berukuran 3 gram ke atas pada umumnya membentuk anakan normal, sifat ini adalah sifat genetis yang diturunkan oleh induknya. Agar umbi menjadi besar besar, jarak tanam juga harus disesuaikan dengan besarnya umbi, sesuai dengan hasil percobaan sebelumnya (Putrasamedja, 1995b). Pada umbi yang besar akan terbentuk jumlah anakan yang banyak.

Umbi yang memiliki berat 3 gram ke atas, rata-rata jumlah anakannya banyak tetapi menghasilkan umbi yang ukurannya kecil-kecil. Semakin besar umbi semakin banyak tunas di dalam umbi yang akan berpengaruh pada pembentukan jumlah anakan, karena persaingan yang ketat didalam mengkonsumsi zat makan maka umbi menjadi lebih kecil.

B. Tinggi tanaman

(4)

erat dengan asal bibit yang dijadikan perlakuan, dimana jika bibit yang diperlakukan berasal dari induk yang sama maka genotipenya juga akan sama serta sifat dan karakternya akan sama.

C. Jumlah daun

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 20 cm dengan berat umbi 1 - 2,5 gram (A1B1) rata-rata 26,8 helai. Keadaan seperti ini berbeda sangat nyata dengan perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan berat umbi 1 - 2,5 gram (A1B1) jumlah daunnya 26,8 helai dan A3B3 jumlah daunnya 37 helai tetapi tidak ada perbedaan terhadap perlakuan yang lainnya (Tabel 1).

Tabel. 1. Jumlah anakan, tinggi tanaman dan jumlah daun

Perlakuan

A1B1 4.11 a 36.95 a 26.80 c

A1B2 5.01 bc 35.55 a 27.20 bc A1B3 5.29 bc 34.70 a 32.00 abc A2B1 6.16 abc 35.10 a 31.25 abc A2B2 5.17 bc 35.00 a 32.01 abc A2B3 6.59 ab 36.10 a 33.69 abc A3B1 6.57 ab 35.55 a 32.55 ab A3B2 6.56 ab 36.05 a 35.56 ab

A3B3 7.66 a 35.75 a 37.01 a

CV ( % )

Jumlah Anakan Tinggi

Tanaman (cm) Jumlah Daun

15.77 5. 93 10.71

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %.

Untuk karakter karakter lainnya, terjadi suatu keragaman yang berhubungan dengan besar umbi, jumlah anakan, dan jumlah daun. Di sini terlihat jelas bahwa umbi besar rata-rata memiliki jumlah anakan yang banyak, berpengaruh kepada peningkatan jumlah daun dan anakan. Sedangkan pada perlakuan-perlakuan yang berasal dari

umbi-umbi yang berukuran kecil, jumlah daun yang diproduksi relatif kecil (Kadams and Amans, 1995) terlihat adanya interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi.

D. Berat produksi basah

Hasil per petak yang diperoleh tanam 10 cm x 10 cm berat umbi 1 - 2,5 gram/umbi berbeda nyata dengan perlakuan dengan berat umbi 3,6 - 4,6 gram/umbi. Berat basah rata-rata setiap plot menunjukan bahwa ukuran bibit-bibit yang digunakan akan mempengaruhi ukuran umbi. Pada perlakuan yang berasal dari bibit-bibit yang berukuran lebih dari 3 gram, dalam pertumbuhannya di lapangan, pertumbuhan awalnya rata-rata cukup baik tetapi pada waktu umbi mulai membentuk anakan, umbi yang dihasilkannya kecil-kecil. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam pengambilan unsur hara yang terlalu ketat antara umbi yang satu dengan umbi yang lainnya.

Sebaliknya pada perlakuan yang berasal umbi-umbi yang berukuran kecil meskipun jumlah anakannya lebih sedikit namun mampu membentuk ukuran umbi yang lebih besar, sehingga dalam penampilannya, baik ukuran maupun warnanya lebih baik dibandingkan dengan umbi-umbi yang berasal dari penanaman umbi berukuran besar. keadaan ini sama dengan percobaan-percobaan sebelumnya (Putrasamedja dan Anggoro, 1997; Gunadi dan Suwandi, 1998).

E. Bobot kering

(5)

sampai 1 minggu, ciri-ciri kering eskape adalah daun sudah mengering.

Hasil produksi rata-rata secara statistik menunjukkan bahwa antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya tidak ada perbedaan nyata. Meskipun demikian, dari angka-angka produksi rata-rata setiap perlakuan, dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm dengan berat bibit 2,6 - 3,5 gram merupakan perlakuan yang dapat menghasilkan produksi paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi yang berasal dari umbi-umbi dengan ukuran 2,6 - 3,5 gram, selain mampu menghasilkan produksi paling tinggi juga penyusutannya tinggi jika dibandingkan dengan produksi yang berasal dari bibit dengan ukuran 3,6 - 4,6 gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm (Kusumo dan Muhajir, 1987; Aliudin, 1990). Meskipun demikian, potensi hasilnya tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi dari berbagai ukuran dari luar negeri (Kadams dan Amans, 1995).

F. Warna umbi

Pengamatan pada warna umbi dilakukan pada waktu umbi baru dipanen dari lapangan sehingga masih terlihat warna aslinya. Warna umbi di dominasi oleh warna merah muda dan sebagian lagi berwarna pucat.

Secara keseluruhan, terlihat bahwa sebagian besar produksi umbi yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran besar, setelah ditanam tidak banyak mengalami perubahan warna. Sebaliknya, untuk produksi umbi yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran kecil masih banyak yang mengalami perubahan dari merah muda menjadi warna pucat

(Putrasamedja, 1998), sehingga untuk penanaman generasi berikutnya perlu diadakan seleksi berdasarkan warna maupun bentuk umbi. Warna merah adalah merupakan pilihan konsumen.

Tabel 2. Berat Produksi basah, berat produksi kering dan warna umbi

Merah Pucat

A1B1 3.48 a 1.93 a 78 22

A1B2 3.27 ab 1.22 a 91 9

A1B3 2.01 ab 1.46 a 84 16

A2B1 2.35 ab 1.28 a 81 19

A2B2 2.64 ab 2.03 a 79 21

A2B3 2.6 ab 1.96 a 90 10

A3B1 1.78 b 1.39 a 90 10

A3B2 2.77 ab 1.96 a 85 15

A3B3 1.68 ab 1.43 a 92 8

CV ( % ) 28.903 19.69

Perlakuan Bobot Umbi Basah (kg)

Bobot Umbi Kering (kg)

Warna Umbi (%)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %.

KESIMPULAN

Umbi bibit ukuran 2.6 – 3.5 gram dalam budidaya bawang merah jarak tanam yang sesuai adalah 15 cm x 15 cm, untuk ukuran umbi bibit 3.6 – 4.5 gram jarak tanam yang sesuai 15 cm x 20 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Aliudin, 1990. Pengaruh jarak antara baris tanaman dan dosis pupuk nitrogen terhadap produksi bawang merah kultivar Balijo di musim penghujan. Bul. Penel. Hort. 20(11): 26-30.

Kadams A.M, and E.B. Amans, 1995.

Onion Seed Producrion in Relation

and Field Management in Nigeria.

(6)

Kusumo, S. dan F. Muhadjir, 1987. Pengaruh bibit dan pengolahan tanah terhadap hasil bawang merah.

Bul. Penel. Hort. 15:1-5.

Gunadi, N. dan Suwandi, 1998. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi pemupukan fosfat pada tanaman bawang merah kultivar Sumenep 1. pertumbuhan dan hasil. Bul. Penel. Hort. 18(2): 8-106.

Suherman, R. dan R.S. Basuki, 1990. Strategi pengembangan luas areal usaha tani bawang merah (Allium

cepa var. ascalonicum) di Jawa

Barat ditinjau dari segi biaya usaha tani terendah. Bul. Penel. Hort.

18(1): 11-18.

Putrasamedja, S. 1995a. Pengaruh jarak tanam pada bawang merah (Allium

cepa var. ascalonicum). J. Hort.

5(1): 76-80.

Putrasamedja, S. 1995b. Cara produksi benih bawang merah melalui biji (TSS). Prosiding Seminar Ilmiah

Komoditas Sayuran. Balitsa,

Lembang, Bandung.

Putrasamedja, S. 1998. Uji Pendahuluan Bawang Merah dari TSS. Laporan

Tahunan Hasil Penelitian. Balitsa,

Lembang, Bandung.

Putrasamedja, S. dan Anggoro H. Permadi, 1997. Uji Pendahuluan Hasil Hasil Silangan Bawang Merah dan Bawang Daun, Bawang Merah dan Bawang Bombay.

Laporan Tahunan Hasil Penelitian.

Balitsa, Lembang, Bandung.

Hilman, Y.dan Suwandi, 1990. Pengaruh penggunaan pupuk nitrogen dan dosis fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang. Bul.

Gambar

Tabel. 1. Jumlah anakan, tinggi tanaman dan jumlah  daun
Tabel 2. Berat Produksi basah, berat

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat diartikan bahwa dengan menyerahkan pendidikan literasi keuangan pada orang tua padahal kebanyakan orang tua tidak menguasai dan tidak mempunyai

Jika anda sudah pernah menggunakan Borland Delphi, Visual Basic, ataupun bahasa visual lainnya, maka anda akan dapat dengan mudah mempelajari C++ Builder ini, perbedaannya hanya

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yangtelah melimpahkan segala nikmat-Nya dan Ridho-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian dengan

Dengan adanya beberapa sarana dan prasarana tersebut diharapkan para santri juga memiliki keahlian tersendiri disamping mampu menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren

Persentase perawat yang memiliki motivasi baik pada penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Titis (2014) yang menemukan bahwa sebagian besar

Universitas Negeri Yogyakarta Jl... Universitas Negeri

dua tahap. Tahap pertama menggunakan mesin I yang menghasilkan bahan kertas setengah jadi, dan tahap kedua menggunakan mesin II yang menghasilkan bahan kertas. a) Jika bahan

Menurut Wilbraham (1992), eceng gondok dapat digunakan sebagai adsorben material berbahaya pada lingkungan. Kandungan selulosa ini sangat berpotensi untuk digunakan