• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLAAN PENDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGARAAN WAJAR PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTP DI KOTAMADYA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLAAN PENDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGARAAN WAJAR PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTP DI KOTAMADYA BANDUNG."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLAAN

SNDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGAR AAN WAJAR

PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTF

DI KOTAMADYA BANDUNG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Fendidikan

FJrl5i«o- StufK Adftii+t'strasi Pendidikaii

Oleh

AHIM SUHACHIM NIM. 9232004

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN TIM PEMBIMBING

UNTUK UJIAN TAHAP II

PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI ,SH,MPA,

Pembimbing I

DR.H.DJAM'AN SATORI,MA.

(3)

PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLA PENDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGARAAN WAJAR PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTP

DI KOTA MADYA BANDUNG

A B S T R A K

Pencanangan program wajar pendidikan dasar 9 tahun

merupakan

langkah

strategis

pemerintah

dalam

upaya

pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan serta kualitas

kehidupan masyarakat. Penyelenggaraan program pemerintah ini

membawa

konsekwensi

terhadap

upaya-upaya

peningkatan

pelayanan

pendidikan yang menjadi tugas dan tanggung

jawab

para pengelola pendidikan. Penyelenggaraan wajar pendidikan

dasar

9

tahun (wajar tingkat

SLTP)

merupakan

pekerjaan

pembaharuan yang besar dan berat, karena di dalamnya membawa

misi

kuantitas dan kualitas pendidikan.

Secara

kuantitas,

penyelenggaraan wajar itu harus mampu menjangkau seluruh anak usia wajar untuk memperoleh pendidikan minimal sampai dengan tinqkat SLTP. Sedangkan secara kualitas, harus dapat. mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditandai dengan meningkatnya mutu kehidupan masyarakat maupun kesempatan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan menengah), karena telah dibekali kemampuan dasar

untuk itu.

Aspek penting dari pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah, adanya kreativitas dari para pengelola pendidikan yang mampu melahirkan ide-ide baru yang dapat terealisasikan kearah perubahan pengelolaan pendidikan yang lebih baik. Pengelola pendidikan harus mampu menerjemahkan kebijakan (pembaharuan), memberi makna yang tepat, serta mampu menetapkan berbagai kebijakan berikutnya pada tingkat sekolah untuk mendorong siswa belajar dan terciptanya suasana kerja yang menyenangkan. Untuk memungkinkan

terjadinya perubahan kearah yang lebih baik hendaknya berorientasi kepada manusianya. Perhatian kita harus

ditujukan kepada manusianya sebagai pengelola pendidikan dengan berupaya mengetahui bagaimana persepsi, sikap dan

partisipasi mereka terhadap perubahan sistem pendidikan

nasional (wajar tingkat SLTP), yang dapat membawa pengaruh

positif terhadap perubahan sistem organisasi pendidikan.

Beberapa masalah pokok yang muncul sebagai dan ingin

dijawab melalui penelitan ini, adalah ;

1. Bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi para

pengelola

pendidikan' swasta terhadap perubahan

dalam

pengelolaan

pendid i kan •'waj ar ting kat SLTP).

2. Bagaimana keterkaitan antara persepsi, sikap dan

partisipasi para pengelola pendidikan.

(4)

3. Apakah terdapat perbedaan persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan bila dilihat dari latar belakang pendidikannya dan status akreditasi sekolah.

Un tu k men j awa b pe rmasa 1a han di atas, pen e1iti an

dilakukan di Kotamadya Bandung. Sebagai obyeknya adalah para

pengelola pendidikan swasta tingkat SLTP. Melalui jenis

penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif

analisis (pola : survai, korelasionai dan komparatif) yang menekankan pada studi untuk memperoleh data atau informasi mengenai status gejala pada saat penelitian dilakukan. Data

diolah dengan bantuan statistik parametrik. Untuk memperoleh gambaran variabel yang diteliti digunakan ; perhitungan persentase, distribusi frekuensi, mean, modus dan median Untuk mengetahui keterkaitan antar variabel digunakan analisis korelasi yang dilanjutkan dengan analisis regresi serta dicoba pula dengan analisis jalur (path analysis) Sedangkan untuk mengetahui perbedaan variabel digunakan analisis T-test yang dilanjutkan dengan Anova.

Hasilnya diperoleh sebagai berikut :

1. Diperoleh gambaran empirik tentang persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.

2. Secara positif dan signifikan terdapat. hubungan langsung maupun tidak langsung antara : persepsi terhadap sikap, persepsi terhadap partisipasi,sikap terhadap partisipasi, persepsi. dan sikap terhadap partisipasi, baik secara

terpisah maupun bersama-sama, serta mampu memprediksi

perubahan nilai variabel tertentu apabila variabel yang

1a i n n y a b e r u b a h .

3. Secara signifikan tidak terdapat perbedaan persepsi,

sikap dan partisipasi pengelola pendidikan dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP bila dilihat dari latar belakang pendidikan pengelola dan status akreditasi sekolah yang dikelolanya.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

wajar pendidikan dasar tingkat SLTP yang mengemban misi

penting pendidikan telah mendapat respon yang baik dan masyarakat (pengelola pendidikan). Pemerintah dan masyarakat telah terlibat dalam satu bentuk kerjasama kemitraan yang

(5)

DAFTAR IS I

!""!a J. aiTiS.n

K a t a P e n q a n t a r . . . .-. » „ . . i

Ucapan Terinta Kasih iv

A b s t r a k v i i i

Da'i tc: r j . s i . . . « . . . .< ':••'.

Daftar Baqan . . . : ; i i

Daftar label xiii

BAB I PENDAHULUAN . 1

.1. Latar Belakang ... 1

2. Masalah dan Pembatasan Masalah ... 9

3. Tuju.an Penelitian ... 17

, ' 4. Hanfaat Penelitian 18

5. Asumsi. dan Hipotesis

a . Asumsi 20

b. Hipotesis 21

BAB I I LAND AS AN TEORI 23

1. Pengelolaan Pendidikan Dasar pada Satuan

Pendidikan Swasta 23

2. Persepsi, Sikap dan Partisipasi

a. Persepsi 30

b . Sikap 33

c . Partisipasi 38

d. Keterkaitan antara Persepsi, Sikap dan

Partisipasi 45

3. Konsep Pengelola Pendidikan 49

4. Peran Penqelola Pendidikan dalam Orqanisasi

Pendidikan ...' 52

5. Perluasan Wajar dan Kebijaksanaan

(6)

BAB III PROSEDUR PENELIT IAN

1 . Metode Penelitian

2. Populasi dan Sampel Penelitian

3. Teknik Pengumpulan Data

4. Instrumen Penelitian ... 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Peine 1 itian

6. Teknik Analisis Data

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Identifikasi Responden

2. Pengujian Hipotesis Deskriptif

3. Pengujian Hipotesis Asosia.tif

4. Pengujian Hipotesis Komparatif

82 '_/ •_> 90 91 92 96 99 100 103 109 121

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .127

1. Deskripsi Persepsi, Sikap dan Partisipasi 132

2. Keterkaiatan antara Persepsi, Sikap dan

Partisipasi 135

3. Perbedaan Persepsi, Sikap dan Partisipasi 137

BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI

1. Kesimpulan „

2. Rekomendasi 3. Impl ikasi

Daf tar Pustaki

(7)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan-1 : Keterkaitan Variabel Penelitian 16

Bagan-2 : Penyelenggaraan Pendidikan Dasar ... 28

Bagan-3 : Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan ... 64

Bagan-4 . Rangkuman Analisis Korelasi 115

(8)

DAFTnR TABEL

Halaman

Tabel-1 . Keadaan Populasi 5MP Swasta di Kotamadya

Bandung 85

Tabel-2 : Keadaan Populasi ITs Swasta di Kotamadya

Bandung . , 85

Tabel-3 : Jumlah Anggota Sampel S8

Tabel-4 ; Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan „ 101

Tabel-5 : Responden Berdasarkan Status Akreditasi

Sekolah 101

Tabel-6 : Analisis Korelasi Matrik Antar Variabel 110 Tabel-7 : Rangkuman Pengujian Hipotesis Asosiatif 112

Tabel-8 : Hasil Analisis Varians Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan 123

Tabel-9 : Analisis Varians Persepsi Para Pengelola

Pendidikan Berdasarkan Status Akreditasi 125

Tabel-10 : Analisis Varians Sikap Para Pengelola

Pendidikan Berdasarkan Status Akreditasi 126 Tabel-li s Analisis Varians Partisipasi Pengelola

(9)

F=>ElMID(t=>l-ILX_JLJPyM

1. Latar Belakang

Berorientasi pada permasalahan dan keberhasilan

pembangunan nasional di segala sektor kehidupan,

terlihat

adanya

ketergantungan terhadap kemampuan manusia

sebagai

suatu

bangsa dalam memanfaatkan

dan

mengoptimalisasikan

berbagai

sumber

daya. Sebagai suatu neqara

yang

sedanq

membangun dalam setiap aspek kehidupan seperti

Indonesia,

sangat

diperlukan

sumber daya

manusia

yang

potensial,

terampil,

mempunyai

semangat

juang

yang

tinggi

serta

mempunyai

kemampjan

untuk

memahami

persoalan-persoalan

pembangunan

dalam

bidangnya

masing-masing.

Kemajuan

teknologi

yang semakin cepat mempunyai

dampak

perubahan

sangat

besar

dan

berguna bagi

kemajuan

suatu

bangsa.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari rekayasa manusia

itu

sendiri

sebagai pengelola pembangunan dan yang

menikmadi

hasil-hasilnya.

Sumber

daya

manusia.

yang

dimaksudkan

hendaknya

memahami

arti

pentinqnya

pembangunan

bagi

(10)

menqikuti dan memilih metode atan teknoloqi yang tepat

dalam mengisi pembangunan untuk mensejahterakan bangsa

yang sesuai dengan nilai-nilai kultural suatu bangsa.

Karakteristik penting dari kemampuan suatu bangsa

adalah kualitas sumber daya manusia yang tinggi (high

quality on human resources) sebagai pelaksana (manager)

pembangunan. Kaitannya dengan ini Presiden Soeharto

mengingatkan bahwa, "yang menjadi andalan utama

keberhasilan pembangunan nasional bukan kekayaan a lam yang

berl impah ruahr meiainkan kual itas manusia Indonesia, dan

meningkatkan kualitas manusia merupakan tugas pendidikan",

(Engkoswara, 19S4; 3). Indonesia yang mempunyai jumlah

penduduk yang relatif sangat besar diharapkan mampu

menjadi modal bagi pembangunan bangsanya, dalam hal ini

nampak betapa pentingnya manusia-manusia yang berkualitas

tinggi sebagai pelopor/pengelola pembangunan. Keterlibatan

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat

menentukan, terutama dalam mengejar ketinggalan bangsa

Indonesia pada penguasaan iptek dari bangsa-bangsa lain.

Moh.Fakry Gaffar mengungkapkannya sebagai berikut :

"keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan oleh

faktor manusia, dan manusia yang menentukan

keberhasilan pembangunan itu harus1ah manusia yang

mempunyai kemampuan membangun. Kemampuan membangun

(11)

Dalam bidang pendidikan manusia yang mempunyai kemampuan membangun yang dimaksudkan adalah para pelaksana

pendidikan. Seperti dikemukakan Wardiman Djojonegoro bahwa

"pendidik adalah mata rantai terpenting untuk efisien

tidaknya transper ilmu pengetahuan" (Kompas 2 Mei; 1994).

Selanjutnya

beliau

menyatakan tentang

peran

pendidikan

dalam pembangunan, adalah s "Pendidikan akan semakin

dituntut untuk tampil sebagai kunci keberhasilan dalam

pengembangan

sumber

daya

/nanus iaf

yaitu

manusia

yang

memiliki

kemampuan,

kepribadian

dan

keterampilan

yang

sesuai

dengan tuntutan pembangunan",

(19

Oktober;

1994)

Pendidikan dapat dijadikan instrumen atau alat yang

tepat

dan

ampuh dalam

membentuk

manusia

supaya

mempunyai

kemampuan membangun, yaitu mereka yang memiliki

prakarsa,

dinamis

dan

percaya

atas

kemampuan

dirinya

dalam

menyongsong tantangan pembangunan masa depan.

Penyelenggaraan

wajar sampai dengan

tingkat

SLTP

sebagai

upaya

pemerataan pendidikan

minimal

masyarakat

telah

dibuka

seluas-luasnya

oleh

pemerintah.

Konsep

pemerataan ini berkaitan dengan makna persamaan (equality)

dan keadilan (equity). Zainal Arifin Achmady mengemukakan:

"Persamaan berarti bahwa setiap orang mempunyai kesempatan

(12)

11). Sedangkan keadilan bearti "memberikan perlakuan yanq

adil dan wajar kepada orang (peserta didik) berdasarkan

kondisi dan latar belakang hidupnya" (1994; 11). Dalam

penyelenggaraan wajar usaha-usaha pendidikan ke arah

persamaan harus terus dilakukan walaupun dalam kenyataan

perbedaan itu akan tetap ada karena faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan (seperti lokasi tinggal, kemampuan

intelektual).

Secara

adil

seharusnya

tidak

ada

lagi

perbedaan kesempatan karena faktor lingkungan dan sosial

ekonomi, tetapi secara proporsional menurut kondisi mereka

harus dapat memberikan layanan pendidikan terhadap semua

anak usia wajib belajar.

Pembangunan pendidikan dewasa ini masih belum dapat

memenuhi

harapan,

pemerintah

mengakui

masih

terdapat

kesenjangan antara tuntutan dunia kerja (tenaga kerja yang

berkualitas)

dengan kemampuan lembaga-lembaga

pendidikan

untuk

memenuhinya.

Dalam

mengatasi

kesenjangan

ini

pemerintah berusaha memperbaikinya dengan mengembangkan

pembangunan

pelayanan pendidikan, diantaranya

melalui

:

"Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua)

jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur

pendidikan

luar seA-oJah"(UU.RI.No.2s 1989; pasal 10). Penyelenggaraan

(13)

pengelolaan sistem pendidikan nasional, pelaksanaannya

dapat dilakukan pada sekolah-sekolah negeri dan swasta.

"Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang

seluas—luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional" (UU.RI.No.2; 1989; pasal 47). Dalam

pelaksanaannya sekolah-sekolah negeri dikelola berdasarkan

peraturan yang telah ditetapkan pemerintah secara

nasional, sementara pada pengelolaan sekolah-sekolah

swasta disamping harus menqikuti peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah, juga harus tunduk pada peraturan

dan kebijakan yang ditetapkan yayasan penyelenggara pendidikan yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan lainnya. "Ciri khas satuan pendidikan y&ng

diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan" (UU.RI.

Mo.2; 1989; pasal 47). Adanya perbedaan birokrasi dalam

pengelolaan sekolah-sekolah negeri dan swasta, menuntut

pemahaman para penyelenggara pendidikan swasta tentang

perbedaan peraturan tersebut. Begitu pula halnya dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP, perlu

pemahaman (persepsi) dan sikap tertentu dari pengelola

pendidikan untuk terselenggaranya aktivitas pengelolaan

pendidikan.

(14)

pengelolaan pendidikan sekolah-sekolah swasta, menuntut penanganan yi-mq berbeda antara sekolah yang satu dengan

lainnya. Pemerintah telah memutuskan untuk segera

merealisasikan wajar tingkat SLTP dengan berbagai bantuan

sarana dan fasilitasnya kepada sekolah-sekolah negeri,

sementara masyarakat (sekolah-sekolah swasta) harus

berusaha dengan caranya sendiri supaya bisa berpartisipasi dalam menyelenqgarakan pendidikan yang tidak lepas dari

unsur bisnis. "h/alaupun masyarakat tidak setuju untuk

menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis, namun sulit

dihindari penyelenggaraan pendidikan dari praktek bisnis"

(Su.warma AI-Mukhtar; 1992; 77). Pada kondisi seperti ini akan terjadi jurang pemisah dalam bentuk perbedaan biaya

pendidikan yang semakin mencolok antara sekolah-sekolah

negeri dengan sekolah-sekolah swasta. Konsekwensinya biaya pendidikan pada sekolah-sekolah swasta akan lebih mahal,

sementara keterlibatan atau peran serta mereka dalam

mendukung program pendidikan pemerintah (wajar) masih

harus tetap dipertahankan eksistensinya. Pada keadaan yang

demikian upaya mempertahankan kontinuitas sekolah-sekolah

swasta diduga akan semakin sulit bila dibandingkan dengan

keadaan

sebelumnya. Untuk

mempertahankan

eksistensinya,

(15)

sumber dana yang utama untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan pada sekolah-sekolah swasta adalah dari peserta

d i d i k .

Pendapat lain yang dapat mempengaruhi eksistensi

sekolah-sekolah

swasta

pada tingkat

SLTP

dalam

rangka.

pelaksanaan program wajar menyatakan :

"tern/ata prosentase yang melanjutkan ke tingkat SLTP

di berbagai daerah terutama di Jawa Barat masih

rendah dan sangat mengejutkan dengan prosentase kurang dari SOX. Ada asumsi yang kuat faktor

penyebabnya

bukan

kepedulian

atau

keinginan

masyarakat

yang rendah untuk menyekolahkan

anaknya,

namun diduga faktor ekonomi orang tua tidak

memungkinkan

untuk

melanjutkan

sekolah

anaknya".

(Suwarma Al-Mukhtar; 1992; 80).

Walaupun pada sisi lain, faktor ekonomi yang

dapat

mempengaruhi kegiatan pendidikan ini belum tergali secara

optimal,

misalnya

keterlibatan pihak

yang

lebih

mampu

(para

pengusaha)

melalui gerakan orang tua

asuh.

Namun

belum diketemukan upaya strategis apa yang harus dilakukan

untuk

melibatkan

mereka supaya

mau

terlibat

mendukung

pendanaan pendidikan, sehingga faktor ekonomi yang menjadi

kendala

untuk

masyarakat

tertentu

tidak

lagi

menjadi

hambatan

pendidikan

(dapat

menyelesaikan

pendidikan

dasar),

dan sekaligus akan sangat

menunjang

kontinuitas

(16)

f-.IiU.SU

'-pelaksanaan

(. ragram

wajar ini telah

dilakukan

tindakan

preventif yar g diatur dalam "Pedoman Pelaksanaan Program

Wajib Belajai Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas)" dalam SK

Gubernur Kep, la Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 04 tahun

1993 f sepert: yang tercantun dalam "Strategi dan Tujuan

Program Fokok w'ajar", diantaranya sebagai berikut :

"Strategi $ Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

diarahkan pada upaya memobilisasi aparat pemerintah dan masyarakat dalam rangka mempertahankan

keberhasilan wajib belajar sekolah dasar dan merintis

tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama melalui

jalur Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah.

Tujuan Program Fokok; (1) Mewujudkan keterpaduan dan

kesatuan arah dalam pelaksanaan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar. (25 Mendukung keberhasilan

pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar. (3) Memasyarakatkan Wajib Belajar Pendidikan Dasar agar menjadi gerakan masal. (4) Untuk mengetahui kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana Pendidikan Dasar. (5) Menyiapkan kondisi aparat dan masyarakat serta sarana/prasarana pendukung pelaksanaan Wajib

Belajar tingkat SLTP.

Mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Program Wajar

Dikdas dan UU.RI.No.2 tahun 1989, tentanq ciri khas satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, pada

permulaan pelaksanaan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.

Maka dalam penelitian ini akan mencoba mengungkapkan

permasalahan tentang : "Persepsi, Sikap dan Partisipasi

para pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan

(17)

kaitannya dengan upaya pemer:ntah untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia melalui berbaga:. peningkat£*n

pelayar.an pendidikan, yang menjadi prioritas pertama pembangunan pendidikan nasiont 1. Dalam pelaksanaannya seperti dikemukakan Engkoswar; .bahwa : "Keberhasilan

meningkatkan kualitas produkti• itas pendidikan nasional

akan sangat dipengaruhi oleh manusia pa -a pengelola

pendidikan itu". (Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia

II). Kiranya jelas bahwa keberhasilan program wajar inipun

akan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan para penqelola

pendidikan di dalamnya. Keterlibatan para pengelola dalam

aktivitas suatu organisasi pendidikan akan dipengaruhi

oleh keyakinan atau persepsi dan sikap mereka dalam

menilai aktivitas organisasi itu.

2. Masalah dan Pembatasan Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dan

menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, sementara manusia sebagai pengelola pendidikan

merupakan kekuatan pertama dan utama dalam pembangunan"

(18)

pence rm in an dari kesunqqu.han usaha pemerintah dalam

mewuju.dkan tugas--tuqas/pelayanan pendidik :<n melalui

kebijaksanaan wajar pendidikan dasar 9 tahun. "Pendidikan

dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, zerdiri atas

program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasa •- dan program

pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanj u):an Tingkat

Pertama". (PP. No. 28; 1990; Pasal 2), Kebijakan

pemerintah ini merupakan upaya nyata dari pemerintah untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bentuk

bent.uk penyempurnaan pelayanan pendidikan, melalui

kesempatan pemerataan pendidikan masyarakat.

Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sudah

menjadi keputusan pemerintah untuk segera direalisasikan, yang dalam pelaksanaannya adalah merupakan tanggung jawab bersama antara o.-ang tua, masyarakat dan pemerintah.

Konsep

tanggung

jawab bersama ini

mepunyai

pengertian,

bahwa sekolah sebagai lembaga sosial yang

diselenggarakan

dan

dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat

harus

mampu

memenuhi kebutuhan pendidikan bagi lingkungannya.

Harapan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan

yang berkualitas di sekolah hanya dapat diupayakan melalui

(19)

dalam pengelolaan pendidikan,, Onong U Efendi mengemukakan,

"Public Relations adalah kegiatan berencana untuk

menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang

menyenangkan bagi. organisasi disatu pihak dan bagi

masyarakat di lain pihak" (1973; 35). Selningga secara

administratif dalam berorganisasi "perlu mamakai

pendekatan

tingkah

laku

karena

sifatnya

yang

interdisipliner"

(Program Akta

Menqajar V; 1982/1983; 22)

Administrasi pendidikan adalah suatu. ilmu tentanq

ke rja s a ma ant a ra dua o ranq a tau lebih dalam bid an q

pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam kerjasama ini keseimbangan dan keselarasan harus

tetap

terjaga

pada

setiap

pelaksanaan

tugas-tugas

kependidikan, sehingga akan terpelihara suasana kerja yang

menyenangkan bagi berbagai pihak yang terlibat di

dalamnya. Dari suasana yang demikian itu diharapkan mereka

dapat

berpartisipasi

secara

optimal

dalam

pencapaian

tujuan organisasi (tujuan pendidikan).

Begitu pula dalam pelaksanaan wajar pendidikan

dasar

pada

tingkat SLTP, kerjasama

ini

harus

tercipta

dalam suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik man

dan mampu melakukan kegiatan belajar karena ditunjang oleh

(20)

suasana yang memungkinkan peserta didik betah belajar.

Seperti

yang

dikemukakan

Bambang

Wisudo

"Pendidikan

bertujuan

mempersiapkan siswa menjadi anggota

masyarakat

yang

memiliki

hubungan timbal

balik

dengan

1ingkungan

masyarakat,

budaya

dan 1ingkungannya"

(Kompas;

2

Mei;

1994).

Suasana

yang demikian itu

harus

diupayakan

dan

dikondisikan

oleh

para

penqelola

pendidikan

dalam

memberikan

pelayanannya

pada

pelaksanaan

program

pemerintah yang baru itu.

Untuk

kelancaran

pelaksanaan

tugas-tugas

kependidikan

yang

baru ini, peran

pengelola

pendidikan

sangat menentukan.

"Keikut sertaan guru mi bukan

berarti

hanya

dalam arti fisik atau kuantitas. Namun

yang

lebih

penting

ialah keikutsertaan secara mental

yang

didukung

oleh kemampuan profesional"

(Suyanto; Kompas 2 Mei; 1994).

Keterlibatan peran mereka dalam mengelola pendidikan tidak

hanya

bersifat fisik bejaka tetapi juga

kesiapan

mental

yang ditunjang oleh kemampuan profesional dalam

mengatasi

masalahan-masalah pendidikan. Oleh karena itu perlu

untuk

mengetahui bagaimana kesiapan atau kondisi. awal dan

kemampuan

mereka

supaya dapat terlibat

atau

memberikan

kontribusinya secara optimal, pada pelaksanaan

tugas-tugas

(21)

pelaksanaan program pemerintah yang baru itu. Dengan kata

Iain dapat dikatakan; bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi mereka terhadap pelaksanaan program wajar

pendidikan dasar tinqkat SLTP. Wajar tinqkat SLTP adalah merupakan program baru pemerintah dalam mengupayakan

p e n yem pu r n a a n pe 1a y a n a n / p e rn e r a t a a n p e n d i d i k a n .

Dalam tulisan ini upaya untuk mengetahui bagaimana

persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan

swasta dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar

tingkat. SLTP, dibatasi hanya pada jalur pendidikan formal

(sekolah), yaitu pada jenis pendidikan umum (SLTP umum

atau SMP) dan jenis pendidikan keagamaan (Tsanawiyah),

yang diselenggarakan oleh 1em bag a./'bad an pendidikan swasta.

(masyarakat) di Kotamadya Bandung dalam rangka pelaksanaan

wajar pendidikan dasar 9 tahun.

Secara empirik banyak faktor/variabel yang

mempengaruhi keterlibatan para pengelola pendidikan, baik

yang menyangkut unsur fisik maupun psikologis. Maka untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih spesifik dalam penelitian

ini ditetapkan; variabel persepsi dan variabel sikap

pengelola pendidikan sebagai variabel independen yang

(22)

dapat mempengaruhi keterlibatan atau. partisipasi (variabel

de aen d en) me re ka dalam organisasi pen d id ik an. Kemudian

ditetapkan pula pengalaman kerja sebaqai variabel

moderator,

gairah

kerja

sebagai

variabel

intervening,

sarana dan prasarana pendidikan sebaqai variabel kontrol.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa karakteristik

penting yang ingin dipelajari dan dikaji lebih mendalam

disajikan dalam rumusan sebagai berikut :

"Persepsi, Sikap

dan Partisipasi para pengelola pendidikan swasta dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP".

Masalah pokok yang ingin dijawab dijabarkan dalam rumusan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana

persepsi,

sikap

dan

partisipasi

para

pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar

pendidikan dasar tingkat SLTP ?

2. Apakah

terdapat hubungan yang berarti antara

persepsi

terhadap sikap pengelola pendidikan dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP ?

3. Apakah

terdapat hubungan yang berarti antara

persepsi

terhadap partisipasi pengelola pendidikan dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP ?

(23)

terhadap partisipasi pengelola pendidikan dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tinqkat SLTP ?

b. Secara

bersama-sama

apakah

terdapat

hubungan

yang

berarti antara persepsi dan sikap terhadap

partisipasi

pengelola

pendidikan

dalam

penyelenggaraan

wajar

pendidikan dasar tingkat SLTP ?

6. Apakah

persepsi,

sikap

dan

partisipasi

pengelola

pendidikan dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar

tinqkat SLTP berbeda secara berarti, dilihat dari latar

belakang pendidikan dan status akreditasi sekolah ?

Secara

konseptual

dapat

disajikan

gambaran

'fungsional

keterkaitan

antara

persepsi,

sikap

dan

partisipasi

pengelola

pendidikan : Seseorang

mempunyai

persepsi, sikap dan partisipasi tertentu (berbeda)

dengan.

yang

lainnya

terhadap

suatu

obyek.

Kaitannya

dengan

penyelenggaraan

wajar

ini,

latar

belakang

pendidikan

pengelola dan status akreditasi sekolah, adalah

merupakan

variabel yang dapat diidentifikasi untuk melihat perbedaan

tersebut.

Dengan

kata

lain bahwa

persepsi,

sikap dan

partisipasi pengelola pendidikan terhadap

penyelenggaraan

wajar

pendidikan

dasar

tingkat SLTP,

diduga

dapat

dibedakan

dari

latar

belakang

pendidikan

dan

status

akreditasi sekolah yang dibinanya.

(24)

Keterkaitan antara variabel yang diteliti dapat

d. gambarkan dalam bentu.k paradigma berpikir berikut :

Keterangan

Bagan 1

Ket€?rkaitan antar Variabel Penelitian

Y^

- Persepsi (V.Independen) = Sikap (V.Independen) = Partisipasi (V.Dependen)

(25)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan

yang

ingin dicapai

dalam

penelitian

ini

secara. rinci dikemukakan sebagai berikut :

1. Untuk memper-Jleh gambaran empirik tentang persepsi,

sikap dan par lisipasi para pengelola pendidikan

swasta

dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat

SLTP di Kotamadya Bandung.

2. Untuk memperoleh gambaran empirik tentanq hubungan

fungsional antara persepsi terhadap sikap pengelola

pendidikan

swasta

dalam

penyelenggaraan

wajar

pendidikan dasar tingkat ,SLTP.

3. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan

fungsional

antara

persepsi

terhadap

partisipasi

pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar

pendidikan dasar tingkat SLTP.

4. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan

fungsional antara sikap terhadap partisipasi pengelola

pendidikan

swasta

dalam

penyelenggaraan

wajar

pendidikan dasar tingkat SLTP.

5. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan

fungsional

antara

persepsi

dan

sikap

terhadap

(26)

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.

Untuk

memperoleh

gamba -an empirik

tentang

perbedaan

persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan swasta dilam penyelenggaraan wajar

pendidikan

dasar

tingkat SLTP di

Kotamadya

Bandung,

dilihat

dari latar belakang pendidikannya

dan

status

akreditasi sekolah yang dikelolanya.

4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat berman^aat :

1. Secara

teoritis,

dapat dijadikan sebagai

salah

satu

masukan

bagi

para peneliti lain

yang

tertarik

pada

upaya-upaya mempersiapkan diri (pengelola pendidikan)

dalam

menyongsong tuntutan/dinamisasi

kerja,

sebagai

dampak dari perkembangan teknologi dan masyarakat.

2.

Secara

praktis, dapat digunakan/dijadikan pedoman

oleh

para praktisi pendidikan dalam menghadapi tuntutan

perubahan kebijakan kerja dan perkembangan

masyarakat.

Upaya-upaya

praktis untuk meningkatkan prestasi

kerja

(27)

dan terarah apabila ditunjang oleh kfsiapan mental

dalam perannya sebagai penqelola pendicikan (sebagai fasilitator dan administrator pendidikan) yang ber tan ggang j awab.

Kaitannya dengan program wajar pendidkan dasar :

a. Sebagai masukan/informasi bagi Departs-men Pendidikan

dan Kebudayaan tentang upaya-upaya persiapan diri

para praktisi pendidikan untuk meningkatkan prestasi

kerja (pelayanan pendidikan), serta menyongsong

perubahan sistem pendidikan nasional (wajar tingkat

SLTP) yang telah dicananqkan pemerintah untuk segera

d i 1 a k s a n a k a n .

b. Memberikan masukan/inf ormasi bagi lembaga- lembaga

yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan

pendidikan, tentang keterkaitan unsur—unsur

psikologis (persepsi, sikap dan partisipasi), yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas para pengelola pendidikan dalam pencapaian

tujuan organisasi pendidikan.

c. Sebagai bahan kajian pihak yang berkepentingan dalam

upaya meningkatkan pelayanan/pemerataan pendidikan

melalui wajar pendidikan dasar tingkat SLTP, pada

perencanaan dan pelaksanaannya secara lebih seksama

untuk mendapatkan hasil yang optimal.

(28)

Asumsi dan Hipotesis

Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu sistt m

kebenaran yang akan dijadikan titik tolak dal<.m

melakukan suatu penelitian dan pemecahan masalah.

Beberapa asumsi yang dapat dirumuskan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan pendidikan yang menuntut tertib

administrasi, harus sejalan dengan kesiapan

(persepsi, sikap dan partisipasi) para pelakunya. 2. Persepsi dan sikap para pengelola pendidikan

terhadap wajar dapat mempengaruhi aktivitas/

partisipasi mereka dalam pelaksanaannya.

3. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan

(wajar) sangat dipengaruhi oleh peran atau

partisipasi para pengelolanya.

4. Sebagai unsur kajian, pengelola pendidikan dapat dikelompokan menjadi; tenaga pimpinan, tenaga

(29)

b. Hipotesis Penelitian

Mengacu pada konsep berpikir dan perumusan masalah

yang dikemukakan di atas, hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat gambaran tertentu tentang persepsi, sikap dan

partisipasi para penqelola pendidikan swasta dalam

penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.

2. Terdapat.

hubungan

tertentu antara

persepsi

terhadap

sikap. Kecenderungannya semakin kuat persepsi seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan program

wajar maka akan semakin positif sikapnya.

3. Terdapat

hubungan

tertentu antara

persepsi

terhadap

partisipasi. Kecenderungannya semakin kuat persepsi seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan

progrram wajar maka akan semakin aktif tingkat

partisipasinya.

4. Terdapat

hubungan

tertentu

antara

sikap

terhadap

partisipasi. Kecenderungannya semakin positif sikap

seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan

progrram wajar maka akan semakin aktif tingkat partisipasi.

(30)

5. Terdapat

hubungan tertentu antara persepsi

dan

sikap

terInadap

partisipasi.

Kec: enderungannya

semakin

kuat

persepsi dan semakin positif sikap seseorang (pengelola

pendidikan)

terhadap pelaksanaan progrram

wajar

akan

semakin aktif tingkat partisipasi mereka.

6. Persepsi,

sikap dan partisipasi

pengelola

pendidikan

swasta

dalam

penyelenggaraan wajar

pendidikan

dasar

tingkat

SLTP berbeda

secara

signifikan,

dilihat

dari

latar belakang pendidikan mereka, dan status akreditasi

(31)

B*=*B I T- I

F>f^OE9EXXJFit R>eriE3_i~ri«r4

1. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif,

yang menggunakan metode deskriptif dengan pola;

survai,

korelasional

dan komparatif, yang menekankan

pada

studi

untuk

memperoleh

informasi mengenai status .gejala pada

saat penelitian dilakukan.

Dalam pelaksanaannya untuk

menjawab

rumusan

masalah dan hipotesis

penelitian

yang

diajukan,

informasi/data yang diperoleh diseleksi

untuk

menentukan

data

mana yang dapat diolah dan

yang

tidak.

Setelah

semua data dianggap layak untuk diolah,

kemudian

secara

statistik dianalisis dengan menggunakan

statistik

deskriptif,

asosiatif

dan

komparatif.

Selanjutnya

berdasarkan

hasil

yang

diperoleh

diambil

kesimpulan

mengenai fakta-fakta, karakteristik serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki.

(32)

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah obyek/subyek yang akan diteliti.

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan kesimpt. Ian dari

suatu populasi. "Populasi adalah obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehincga dapat

ditarik kesimpulannya" (Sugiyono; 1994; 34). Populasi

dalam penelitian ini adalah "seluruh karakteristik"

pengelola pendidikan swasta pada jenjang pendidikan dasar

tingkat SLTP. Selanjutnya sebagai anggota populasi dapat

ditentukan yaitu ; "para pengelola pendidikan swasta" pada

jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada jalur

pendidikan formal (sekolah) di Kotamadya Bandung.

Walaupun dalam penelitian dimaksudkan untuk

mendapatkan kesimpulan dari suatu populasi, namun karena

berbagai keterbatasan maka data yang diperlukan dalam

penelitian dapat diambil dari sampel penelitian. Sehigga

apa yanq dipelajari dari sampel penelitian, hasilnya dapat

berlaku untuk populasi. Dalam keadaan yang demikian ;

"peneliti harus be rani mengambil keputusan untuk

menentukan sumber yang terbatas jumlahnya yang mewakili

(33)

1990; 106). Sumber yang terbatas itu adalah sampel. Sampel

adalah sebagian dari. jumlain dan karakteristik populasi.

Sebagai sampel penelitian ditentukan sebagian dari karakteristik populasi, yaitu ; "Persepsi, Sikap dan

Partisipasi" para pengelola pendidikan swasta pada jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada jalur pendidikan formal

(sekolah) di Kotamadya Bandung. Sebagai anggota sampel

penelitian dapat. ditentukan/diambi 1 dari sebagian anggota

populasi yaitu. ; "sebagian dari para pengelola pendidikan

swasta" pada jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada

jalur pendidikan formal di Kotamadya Bandung.

Teknik pengambilan anggota sampel penelitian

dilakukan secara acak berdasarkan strata dari tiap-tiap

wilayah (area) secara proporsional (proportionate area

stratified random sampling). Cara ini dilakukan karena

berdasarkan pada data pendahuluan yang diperoleh, jumlah

dan lokasi sekolah (populasi) sebagai obyek penelitian

tersebar tidak merata dengan status akreditasi yang

berbeda. Anggota sampel sebagai obyek penelitian, untuk

SMP swasta tersebar di wilayah kerja Bandung Utara,

wilayah kerja Bandung Barat, wilayah kerja Bandung

Selatan, dan wilayah kerja E-iandung Timur. Sedangkan untuk

MTs. swasta tersebar dalam wilayah kerja Bandunq Barat

(34)

yaitu KKM (Kelornpok Kerja Madrasah) yang menginduk ke NTs

Bandung, dan wilayah kerja Bandung Timur yaitu KKM yanq

menginduk ke MTs Cicaheum. Penyebaran populasi dalam

bentuk tabel dapat disajikan sebagai berikut. :

Tabe - 1

Keadaan Populasi SMP Swasta di Kotamadya Bandung Berdasarkan Wilayah Kerja & Status Akreditasi Sekolah

Wilay Status ah Bandung Utara" Bandung Barat Ba Se ndung 1 atan Bandung Timu.r i Jumlah

.Terdaf tar y y

<-j 17

D i a k u i 25 19 25 89

Disamakan 13 18 13 1'-' 63

J u.ml ah •J'O 48 :••-; 50 169

Tabe - 2

Keadaan Populasi MTs- Swasta di Kotamadya Bandung

Berdasarkan Wilayah Kerja & Status Akreditasi Sekolah

Wilaya

Status

h

Ba

KKM

ndung Ba r at Banc

KKM

ung T i m _ir

J urn 1 ah

Terdaftar 4 9

Diakui 8 11 19

Disamakan 3 cs.

8

Jumlah 15 21 36

Kemudian dalam menentukan jumlah anggota sampel

(35)

N2.D + IN,.^.2

Dari hasil perhituangn diperoleh (lihat lampiran~l)

1. Jumlah anggota sampel untuk SMP sebanyak 39,76 orang

4 0 o r a n g (d i bu 1a t ka n ) .

2. Jumlah anggota sampel untuk MTs. sebanyak 7,30 orang =

8 oranq ( dibu.latkan ) .

ad.1. Besarnya sampel (SMP) untuk masing-masing wilayah

(cluster) :

- Bandung Utara 36/169

- Bandung Barat 48/169

- Bandung Selatan 35/169

- Bandung Timur 50/169

39,76 = 8,47 - 9 orang

39,76 = 11,29 = 11 orang

39,76 = 8,23 = 8 orang

39,76 = 11,76 = 12 orang

Besarnya sampel (SMP) untuk masing-masing stratum :

1. Bandung Utara ;

- Terdaf tar 3/36 x 8,47 = 0,71 = 1 orang

- Diakui 20/36 x 8,47 = 4,71 = 5 orang

- Disamakan 13/36 x 8,47 = 3,06 = 3 orang

(36)

2. Bandung Barat ;

t-. /n o

- Diakui 25/48 x 11,29 = 5,88 = 6 orang

- Disamakan 18/48 x 11,29 = 4,23 = 4 orang

3. Bandung Selatan ;

- Terdaftar 3/35 x 8,23 = 0,71 = 1 orang

- Diakui 19/35 x 8,23 = 4,46 = 4 orang - Disamakan 13/35 x 8,23 = 3,06 = 3 orang 4. Bandung Timur ;

- Terdaftar 6/50 x 11,76 = 1,41 = 1 orang

- Diakui 25/50 x 11,76 = 5,88 =6 orang - Disamakan 19/50 x 11,76 = 4,46 = 4 orang

•id. 2. Besarnya sampel (MTs) untuk masing-masing wilayah

(cluster) :

- KKM Bandung Barat 15/36 x 7,30 = 3,04 = 3 orang

- KKM Bandung Timur 21/36 x 7,30 = 4,26 = 4 orang

Besarnya sampel (MTs) untuk. masing-masing stratum s

1. KKM Bandunq Barat ;

- Terdaftar 4/15 x 3,04 = 0,81 = 1 orang - Diakui 8/15 x 3,04 = .1,62 = 2 orang

(37)

2. KKM Bandung Timur ;

- Terdaftar

5/21 x 4,26 - 1,01 - 1 orang

- Diakui 11/21 x 4,26 - 2,23 = 2 orang - Disamakan 5/21 x 4,26 = 1,01 = 1 orang

Secara

rinci

jumlah

anggota

sampel

penelitian

(jimlah

responden)

berdasarkan

lokasi

dan

status

ak-editasi

sekolah, disajikan dalam bentuk bagan

sebagai

berikut :

Tabel - 3

Anggota Sampel

Lem.Pend.

Wilayah

SMP MTs Status Angg

(

.Sampel orang)

Bandung Utara ; 1 - Terdaftar Diakui

*->

6

*"? - Disamakan 4

Bandung Barat ; 1 1

1 Terdaftar Diakui 4 8 *~j

1 Disamakan 6

Bandung Selatan ; 1 — Terdaftar

Diakui 4

- Disamakan 4

1 Terdaftar 4

1 Diakui 8

1 Disamakan 6

Bandung Timur

Jumlah ^••-' <=> 58

Keterangan : Jumlah

anggota

sampel

menjadi

berkembang,

dari

jumlah 48 orang

menjadi

sebany<*k

58

orang. Hal ini disebabkan karena ada beberapa

sekolah

yang bersarkan

perhitungan

diambil

satu oranq anqqota sampel (dari satu sekolah)

tetapi

untuk

kelengk.apan

data

penelitian

(38)

Setelar jumlah anggota sampel penelitian ditetapkan

s?cara

proporsional, maka selanjutnya ditentukan

anggota

simpel sebagai sumber data penelitian, yaitu para

pengelola

pendidikan

swasta pada sekolah

dasar

tingkat

S_TP. "Pengelola. satuan pendidikan terdiri atas kepala

sakolah,

dire ktur,

ketua,

rektor,

dan

pimpinan

satuan

pendidikan

luar

sekolah"

(PP. No.38;

1992;

Pasal

3).

Pengelola

pendidikan terdiri dari ;

"kepala

sekolah

dan

wakil kepala sekolah, ketua program dan kepala asrama"

(Djudju Sudjana; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar;

1995). Dalam mengelola pendidikan pada satuan pendidikan

swasta, terd.ipat keterlibatan pihak lain yaitu

masyarakat

sebagai badan/lembaga penyelenggara satu.an pendidikan yang

bersanqkutan :

"Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kependidikan, buku pelajaran, peralatan pendidikan, tanah dan

qedunq beserta pemeliharaannya pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah tanggung

jawab yayasan atau badan yang menyelenggarakan

satuan pendidikan yang bersangkutan" (PP. No.28; 1990; pasal 9)

Oleh karena itu anggota sampel penelitian

sebagai sumber data/informasi (responden) dalam penelitian

ini adalah anggota sampel pada satuan pendidikan swasta

(39)

ketua/wakil ke ua yayasan penyelenggara satuan

pendidikan

yanq bersangku"an, yaitu

"kspala/wakil kepala sekolah

dan

ketua/wakil te' ua yayasan," satuan pendidikan dasar tingkat

SLTP d i Kotama.<: ya Bandung.

Pelaksaraan program wajar pendidikan dasar V tahLin di Jawa Barat citangani secara khusus oleh bagian tertentu di Kanwil Propinsi, yaitu seksi wajar dikdas 9 tahun yang terdiri dari beberapa wilayah kerja. Oleh karena itu untuk

melengkapi

data penelitian dalam tulisan ini,

ditetapkan

pu 1a.

sumber

data/informasi

pene1itian

disamping

yang

disebutkan di atas, yaitu kepala/wakil kepala seksi wajar

dikdas 9 tahun untuk wi, iayah kerja Kotamadya Bandung

Ka n w i1 Pr op i n s i Jawa Ba r a t.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

teknik komunikasi tidak langsung dalam bentuk angket dan

teknik komunikasi langsung dalam bentuk wawancara. Melalui

bentuk

angket yang tertutup dimaksudkan untuk

memperoleh

informasi/data penelitian dengan pernyataan tertutup,

sedangkan

bentuk angket terbuka/isian

dimaksudkan

untuk

(40)

memperoleh data penelit an yang belum terjaring oleh

bentuk anqket tertutup denqan pernyataan/pertanyaan

terbuka. Teknik pengumpu. an data melalui wawancara dalam

pe1 ak sanaann ya di susun/digun a kan ped oman wawan c a ra.

Pedoman wawancara ini disusun setelah instrumen penelitian

yang

mengukur

variabel iersepsi, sikap

dan

partisipasi

pengelola

pendidikan

d .nyatakan

valid

dan

reliabel.

Teknik

pengumpulan data melalui bentuk

angket

diberikan

kepada

para pengelola satuan pendidikan

swasta

(anggota

sampel seperti tersebut di atas), sedangkan wawancara

dilakukan

dengan kepala seksi wajar dikdas 9 tahun

untuk

wilayah kerja Kotamadya Bandunq. Melalui teknik ini

diharapkan akan terkumpul ;

"data, tentang persepsi,

sikap

dan

partisipasi

para pengelola pendidikan

swasta"

pada

satuan

pendidikan

dasar

tingkat

SLTP,

pada

jalur

pendidikan formal.

4. Instrumen Penelitian

Melalui alat pengumpul data atau instrumen

penelitian

yang

dibuat

dan

dikembangkan

dalam

bentuk

(41)

dapat mengukur persepsi, sikap d. n

pe nge 1o 1a pend id ikari swas ta da 1a. pe 1a ksanaa! i waja r

pencl id ika. n dasa r tingkat SLTP . Ben' uk angke t/pernyataan

tertutup mengembangkan model pengukur an Ska la Likert, pada

setiap item instrumen atau. pernyataan penelitian digunakan

empat alternatif jawaban. Resporden diminta untuk

memberikan salah satu jawaban dalam bentuk pili'nan pada

kolom yang telah disediakan. Dari data. yang diperoleh

kemudian dengan cara memberikan skor tertinggi empat dan

skor terendah satu untuk setiap pernyataan positif,

sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan skor tertinggi satu dan skor terendah empat. Melalui angket

terbuka/isian dan pedoman wawancara dikernbangkap analisis

deskripsi untuk melengkapi/memperjelas data penelitian

yang belum terjaring oleh angket tertutup.

5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Validitas instrumen penelitian dapat dinyatakan

sebagai derajat ketepatan suatu alat ukur yang digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya atau yang hendak

diukur, Sedangkan reliabilitas penelitian dapat dinyatakan

sebagai derajat ketetapan/keajegan/konsistensi dari

suatu

(42)

alat. ukur apabila digunakan untuk mengukur suatu

variab U

penelitian dalam waktu yanq berbeda..

a. Validitas Penelitian

Untuk

menguj i

va1iditas

instrumen

penelitian,

digunakan

langkah-langkah seperti ,berikut

(lihat

lampiran-2) :

1. Item

instrumen

variabel

persepsi,

sikap

dan

partisipasi

masing-masing

disusun

secara

seksama

berdasarkan kajian teori yang relevan, untuk kemud ian dikonsu 11a.sikan kepada bebera. pa orang akh11

untuk diminta pendapatnya.

2. Melakukan uji coba instrumen penelitian ke lapangan.

3. Untuk

menganalisis

setiap

butir

instrumen

penelitian,

digunakan

analisis

item

dengan

cara

mengkorelasikan

skor

tiap

butir/item

instrumen

penelitian dengan skor total.

4. Data

yang

diperoleh dari

lapangan

diolah

secara

statistik melalui bantuan komputer jenis microstat

dengan menggunakan teknik korelasi dari Karl Pearson

(Sujana; 1989; 369), dengan rumus sebagai berikut :

r. .„

yX

N2XiYi - (2Xi)(SYj

(43)

N X

koefisien korelasi antara

variabel X dan Y

j u m 1 a in re s p o n d e n

skor totai 1 yanq diperoleh dari

t i a p i t e m ( p r e d i k t o r )

skor total yang diperoleh dari tiap responden (kriteria)

Untuk menqanalisa item instrumen penelitian, Masrun

m enqem u k a k a n "•' 7"ek n i k k o re l a s i u n t u k menent u k a n

va1 iditas item ini sampai sekarang merupakan teknik

yang paling banyak digunakan" (1984; 23). Sedangkan

(1

O d l cUII memberikan interpretasi terhadap koefisien

korelasi :

"Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas

yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat. adalah kalau r = 0,3"

(Sugiyono; 1994; 106).

Jadi ap£*bila terdapat item seal dengan hasil

kriterium (koefisien korelasi tiap butir soal dengan

skor total) kurang dari 0,3, maka item soal dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

P e n d a pa t 1a in d a1 am menen tuk an/membuat interpretasi

koef isiien korel asi , d i kemu.kakan o 1eIn Subino ( 1982 ; 66 )

dengan bentuk ru.musan sebaqai. berikut :

(44)

'••'->> 00

0,20 hubungan dapat dianggap tidak ada

O,2 0 0 ,40 In u bun g a in re n d a h

0,40 -- 0 ,60 hubunqan cu ku p 0 ,70 - 0 ,80 hu in uin gan tingg i

1,00 hubungan sangat tinggi"

O,o!

b. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian

(lihat

lampiran-3)

dilakukan

dengan

internal

consistensy

melalui

uji belah qua (split

half)

dari

Spearman

Brown,

yaitu

dengan

cara

mengkore lasikan

kelornpok

data

dari item yanq bernomor

ganjil

dengan

item

yang

bernomor genap (untuk item

instrumen

yanq

jumlahnya

genap

atau

k

=

genap).

Kemudian

untuk

mengetahui

tingkat reliabi1itasnya digunakan

analisis

dari Searmam Brown dengan rumus :

r i

,:.rb

1 4- rb

Keterangan : r± = rentabilitas

internal

seluruh

instrumen

rb = korelasi Product Moment antara belahan genap dan ganjil

Sedangkan

untuk

item

instrumen

penelitian

yang

jumlahnya

ganjil

(k = ganjil) digunakan

teknik

dari

(45)

-, ,- m ( k

r.i = I - i I 1

Keterangan : m -•= mean skor total

k t_ = j u m 1ah i t e m in s t r u. m e n

s^" ~ varians to tail

Se1 anj utnya da1 am menen tukan deraj at keterandalan

in s t rumen pen e1i t ian dapat dig u n a kan rumusa n d a r i

J.P.Gui1for•d (19 56; 14 5) se baqai ber i k ut :

' < 0 ,20 d e raj a t ke te ra n da 1a.n ny a ha. m pir tida k ad a

0,20 - 0,40 derajat keterandalannya rendah

0,40 -- 0,70 der a j an t keterandal a. nny a s e d ang 0 ,70 -•• 0 ,90 d e raja t ke te ran da 1a. nnya tinggi

0,90

-6. Teknik Analisis Data

Analisis data ditujukan untuk menjawab rumusan

masalah dan menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Analisis; data dalam penelitian ini akan dilakukan secara

kuantitatif dengan bantuan perhitungan statistik. Sesuai

dengan jenis/tinqkat data yang akan diolah, statistik yang

akan digunakan adalah statistik parametrik, yang kemudian

akan d i 1an j u t kan den qan pembahasan sec a ra kua1i ta t i f .

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang

(46)

rumusan hi pate penei m a n s e c a r a

sebaqai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran tertentu tentang persepsi,

sikap dan partisipasi pengelola pendidikan, digunakan

j en is s ta t is t i k deskriptif dengan menqgun a kan ukuran

ukuran ; persentase, mean, modus, median dan distribusi

frekwensi.

2. Untuk menguji pola hubungan tertentu diantara variabel

variabel yang diteliti digunakan jenis statistik

asosiatif dengan teknik korelasi yanq dilanjutkan

dengan teknik regresi, serta dicobakan pula denqan

analisis jalur (path analysis). Untuk pengujian

hipotesis ini dilakukan melalui uji dua pihak, yaitu ;

Ho ; u = 0 (tidak ada hubungan)

Ha ; u ^ 0 (ada hubungan)

Untuk menguji perbedaan keadaan dari variabel—variabel

yang diteliti ditinjau dari latar belakang pendidikan

pengelola dan status akreditasi sekolah yang

dikelolanya, digunakan jenis statistik komparatif

dengan teknik t-test yang dilanjutkan dengan teknik

(47)

dilakukan denqan uj i dua pihak, yaitu.

Pertama : Ho 5 ul (t. i d a k b e r b e d a

Ha

K e 1t? r a n q a n

i.l ^ u2 ( be?r bed a 5

ul dan u.2 adalah latar belakang pendidikan

(pendidikan kequruan dan pendidikan nan kequruan) .

Kedua : Ho ; ul = u2 = u3 (tidak berbeda)

Ha ; ul = u2 # u-3 (salah satu tidak sama Ha diterima)

Keteranqan il, u2 dan u3 adalah status akreditasi

(48)

cjESII^F=*t_JI___^-NI, Fi-EZKOr'iEON-Drf^kSI __*=-N II-F1_IKABI

1. Kesimpulan

Beberapa

kesimpulan yang dapat ditarik dari

hasil

penelitian

yang telah dilakukan dapat

disajikan

sebagai

berikut :

1. Pendidikan senantiasa berorientasi ke masa depan.

Se m -a k in jelas dain r inc i pe ma inaman ten tan g masa de pan

pembangunan

khususnya

dalam bidang

pendidikan

akan

semakin terbuka peluang bagi aparat pendidikan untuk

dapat

melakukan perubahan pengelolaan

pendidikan

ke

arah yanq lebih baik. Pemahaman yang sesksama dan

sikap

yang mendukung

terhadap

perubahan/perkembagan

dalam

penyelanggaraan pendidikan (wajar)

akan

mampu

melahirkan bentuk-bentuk kreativitas baru dalam

berpartisipasi

menjawab

tantangan

dan

permasalahan

penyelenggaraan pendidikan.

(49)

seluruh anak usiai wajar di. seluruh pelosok tan a In air (makna pemerataan; equity dan equality), sedangkan

secara kualitas wajar harus mampu mencerdaskan ke hidu pan ban gsa yan g d itandai dengan d1m iIi kinya kemampuan dasar sebagai bekal untuk mengembangkan kehidunannya dalam hidup bermasyarakat, maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi

3. Dicanangkannya wajar pendidikan dasar tingkat SLTP

(wajar 9 tahun) pada dasarnya adalah merupakan

perubahan

dalam sistem pengelolaan pendidikan

menuju

kearah yang lebih baik. Perubahan ini hendaknya

berorientasi kepada manusianya sebagai unsur pelaksana

pendidikan,yaitu dengan berupanya rriengetahui bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi para pengelolanya.

4. Realisasi penyelenggaraan wajar pendidikan dasar

tingkat

SLTP telah diatur oleh

Undang-undang

Sistem

Pendidikan dan Kebi j akan-kebi j akan lainnya yang SLidah

terpolakan secara nasional. Namun dalam pelaksanaannya

masih banyak masalah yang harus diatasi baik yang

menyangkut persoalan lama maupun persoalan baru yang

muncul sebagai akibat dari adanya perubahan (seperti adanya target tertentu dalam menuntaskan wajar).

(50)

-'• Untuk mencapai target penuntasan wajar pendidikan

dasai r

11ng ;at SLTF: perlu upaya -u paya

preventif

yang

berorientas >. kepada pemahaman dan kemampuan para pelaksana pendidikan di lapangan. Melalui upaya mi

akan diketahui apakah prog rami wajar tersebut dapat

terealisasi :an dengan baik atau sebaliknya.

6. Keputusan untuk melaksanakan wajar pendidikan dasar tingkat SLTF' adalah merupakan keputusan strategis

sebagai pernyataan awal dari betapa pentingnya faktor

sumber daya manusia dalam pembangunan suatu bangsa.

Real.isasi dari keputusan tersebut adalah : , i

- Pe ru ba han d a 1am pe nge 3. o 1aan pen d id i kan menuj u ke

arah yang lebih baik, tanggap terhadap tuntutan

perkembangan kebutuhan pendidikan masyarakat.

- Sadar akan- tugas dan perannya sebagai pengelola

pendidikan untuk terus berusaha memberikan

pelayanannya yang terbaik (bermutu).

- Dapat mengemban misi pendidikan (wajar) yang secara dinamis mampu mengimbangi perkembangan kehidupan

masyarakat. yang bergerak cepat.

(51)

adalah wujud dari keberhasilan kerja para pengelola

pendidikan dalam pelaksanaan wajar se .elumnya. "Prases

manajemen ditentukan olesh pimpinan" (Mohammad Pakry

Gaffar;

1994;

26), dalam

merekayas-

dan

memadukan

unsur-unsur pendidikan menjadi suatu cistern yang- dapat

berperan secara efektif dalam organisnsi pendidikan.

8. Dilihat dari dimensi tujuan, hasil wajar pendidikan

dasar tingkat SLTP diharapkan para peserta didik :

-- mempunyai

kemampLian untuk bertahan hidup

(survive)

dalam keadaan apapun.

- mempunyai

kemampuan

untuk

meningkatkan

kualitas

kehidupannya, dan

-- mempunyai

kemampuan

untuk berkembang

dan

belajar

lebih lanJLit.

9. Penanqanan pendidikan tidak bisa dilakukan secara

teknis administratif belaka, tetapi harus dikendalikan

secara kreatif dan inovatif oleh tenaga-tenaga

pendidikan

yang

mempunyai

keyakinan

dan

sikap

tertentu,bertanggung jawab, serta mampu merealisasikan

misi

pendidikan

menjadi

satu

bentuk.

kegiatan/

pa rt is ipas i aktif pen gelolaan pendidik an.

(52)

1 u .

11

Deskripsi

persepsi,

sikap

dan

partisipasi

para

pengelola pendidikan swasta di Kotamadya Bandunq

yang

mencerminkan

keterbukaan

dan

kesiapan

terhadap

penyelenggaran

wajar adalah merupakan wujud

kepekaan

dan

keterlibatan mereka dalam upaya pencapaian

tujuan

organisasi pen d id ikan

Persepsi,

sikap

dan

partisipasi

para

pengelola

pendidikan

swasta

di

Kotamadya

Bandung

telah

menunjukkan respon yang baik terhadap

penyelenggaraan

wajar pendidikan dasar tingkat SLTP. Kondisi ini telah

mencerminkan kerjasama kemitraan yang harmonis

antara

pemerintah

dan

masyarakat, yang sekaliqus

merupakan

sa1 ah satu ind ikator profesionalisasi pengelolaan

waj ar (pend id ikan).

12.

Banyak

hambatan

dalam

penyelenggaraan

wajar

pendidikan

dasar tingkat SLTP walaupun peraturan

dan

kebijakan

pemerintah lainnya telah terpolakan

secara

nasional.

Pemerintah, keluarga dan

masyarakat

telah

terlibat di dalamnya. Kesulitan atau kendala lain akan

bertambah

manakala

para pengelola

pendidikan

tidak

(53)

tinqkat sekolah (satuan pendidikan), untuk mendorong

peserta didik belajar dan menciptakan suasana atau

hubunqan kerja yang harmonis antar rekan/sejawat.

13. Deskripsi persepsi, sikap dan partisipasi para

pengelola pendidikan swasta di Kotamadya Bandunq

men gg amba rk an ba hwa program wajar pendidikan dasar

tingkat SLTP telah menjadi keyakinan dan sikap

masyarakat (pengelola pendidikan) sebagai program yang

rasional dan adaptif. "Peranan persepsi seseorang

san gat pens ting dalam suatu organisasi (Program Akta

Mengajar V; IIC; 1982/1983; 22).

14. Temuan penelitian yang menggambarkan keterkaitan

langsung maupun tidak langsung diantara variabel yang

diteliti menggambarkan bahwa, partisipasi pengelola

pendidikan terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya adalah

merupakan fLingsi dari persepsi (bagaimana ia memaknai

wajar) dan sikap (bagaimana menilainya), sehingga apa

yang dikerjakan mereka adalah merupakan hasil dari

kesadaran dan sikapnya.

15. Partisipasi yang dilakukan dengan baik membawa

pengaruh positif terhadap perubahan suatu sistem,

(54)

16

karena oranq oranq yanq ada di dalamnya merasa lebih

terlibat dan lebih dihormati, dapat menambah

kepercayaan diri, sehingga dapat memanfaatkan seluruh

kreativitasnya untuk menjadi pegawai yanq bertanqgung

jaw ab.

Persepsi, sikap dam partisipasi para pengelola

pen idikan secara signifikan tidak berbeda (sama)

dilihat dari latar belakang pendidikan pengelola dan

s t a t u s a k r e d i t a si sekola In y a n g d i k e 1o 1a n y a . K o n d i s i

ini s an gat menunjang ke lane a; rain pencapaian target dan

tujuan wajar,, Hal ini dapat dipahami karena

ke be r ha s i Ia n pe n c apa ian tu j u an o rga n isasi s a. n g a t

d i ten tuk an o1eh kon t r i busi par a pe1ak sanan ya.

Secara administratif penyelenggaraan wajar

pendidikan dasar tingkat SLTP di Kotamadya Bandung

telah terselenggara dengan baik, karena dilaksanakan

menurut pedoman dan kebijakan pemerintah yang SLidah

terpolakan. Kehadiran program wajar telah dapat

menggugah kepedulian serta keterlibatan masyarakat dan

ke 1ua rg a d alam fu n q sin y a m asing -- masing, sebagai

pengelola pendidikan, orang tua dan sebagai penyandang

(55)

peninqkatan pelayanan dan mutu pendidikan.

Upaya

strateqis penyelenggaraan

wajar

pendidikan

dasar sebagai program pemerintah yang menjadi tanggung

jawab

bersama,

dalam

realisasinya

telah

mendapat

respon

yang

baik

dari

para

pengelola

pendidikan

swasta di. Kotamadya Bandung. Hal ini. merupakan peluang

yanq ba. ik da Iam u paya mengoptima. 1kan sumber daya

pendidikan.

Ke 1e b i ha n d an ke 1e ma Ina n u nsu r-- un s u r pen d id i kan

(sumber

daya manusia), struktur

organisasi

sekolah,

ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan lainnya,

akan mewarnai kebijakan dan strategi penyelenggaraan

pendidikan.

Adalah merupakan tantangan dan tugas para

penyelenggara

pendidikan pada tingkat

sekolah

untuk

merekayasa dan mengembangkan ide-idenya secara kreatif

dan adaptif, sehingga tiap sekolah dapat mengembangkan

lembaganya

masing-masing

(desentralisasi),

dengan

tetap berpegang kepada kebijaksanaan/pola

operasional

pendidik.an nasional.

Dalam menghadapi perubahan atau. ke langsung an mas a.

depan

pendidikan yanq -semakin

kompleks,

menyiratkan

(56)

ba hw a pola po1a

v.e o la;a a n k. e r j

;e r i 1 a k u I a m a y a n q tela In m e in j a cl i

sepenuhnya dapat adapt if. Ce pa tiny a suatu perubahan

kehidupan masa depan pendidikan kadanq kadanq membuat

par penqelola pend ic ikan men

an memperparah keadaan, manakala para

penge'ola pendidikan sebaqai pelaksana di lapangan

tidak mampu memahami dan menyikapi. perubahan, mereka

kehilangan kreativitas, menjadi cepat putus asa dalam

mengatasi permasalahan pendidikan. AkiLjatnya mereka

binqunq. Kondisi

s e m a c a m m i

akan meni_ar i 3 i

k e u u u u K-. a 111 iv i:.-i u e i 1q ~>.: i !... a 1

in p 11 it _i s yanq a m a n bagi

p menerima

*!ereKa nanya cer ueran

diri dan

a a r i

P e .1 a r'.'. sia n a

k e p) u t u s a ri, D uk ai"i s e d a c

jelas tidak sesuai dengan fungsi dan peran sebagai

penqelola pendidikan, dan perubahan yanq membawa

harapan baik itupun tidak pernah terjadi.

yd. pengambi J. keputusan. H_ij

Wajar pendidikan dasar tingkat SLTF' yang merupakan

perubahan besar dalam pengelolaan pendidikan, adalah

.konsekwensi dari kemajuan pern bam gun an yang berdampak

pa d a pe ru ba in a n ke bu tu. in a. n pe n d id i kan m as ya ra ka t.

Melalui sistem pengelolaan pendidikan yang sudah

(57)

pendidik;: i mampu melayani perubahan tersebut.

2. Berkc- nbangnya tuntutan kebutuhan dan harapan

masy a ra ka t te rhadap d li n ia pend id ikan yang memuncul kan

pandangan/opini umum seolah—olah semua masalah atau

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menurut peneliti undang-undang nomor 28 Tahun 2014 tersebut belum terlaksana oleh pemilik atau pengelola tempat karaoke, hal tersebut dapat

Jadi jika anda perlu waktu 3 bulan untuk menurunkan berat badan, anda akan memerlukan extra 3 bulan lagi untuk mempertahankan berat badan anda yang baru, setelah

Yang dimaksud dengan saham yang tercatat dalam Bursa Efek dalam ketentuan ini adalah seluruh penempatan investasi dalam bentuk saham yang tercatat di Bursa Efek baik yang

Dalam perspektif sosiologi kita dapat mengutip pendapat Emile Durkheim tentang fakta sosial, dimana hal tersebut sejalan dengan dijadikannya

Menyatakan bersedia dan tidak betkeberatan menjadi naracoba dalam penelitian yang dilakukan oleh Aria Andhyka Yudhadi, NRP 0110010 yang bertempat di Universitas Kristen

sebagai  Raja Sunda serta larangan menangkap ikan di daerah tertentu yang disebut  Sunda  Sembawa  serta  kutukan  bagi  yang  melanggarnya. 

Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru)

Seluruh perealisasian Sasaran Strategis Pustekkom Kemendikbud dalam pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan juga didukung