PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLAAN
SNDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGAR AAN WAJAR
PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTF
DI KOTAMADYA BANDUNG
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Fendidikan
FJrl5i«o- StufK Adftii+t'strasi Pendidikaii
Oleh
AHIM SUHACHIM NIM. 9232004
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
BANDUNG
DISETUJUI DAN DISYAHKAN TIM PEMBIMBING
UNTUK UJIAN TAHAP II
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI ,SH,MPA,
Pembimbing I
DR.H.DJAM'AN SATORI,MA.
PERSEPSI, SIKAP DAN PARTISIPASI PENGELOLA PENDIDIKAN SWASTA DALAM PENYELENGGARAAN WAJAR PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SLTP
DI KOTA MADYA BANDUNG
A B S T R A K
Pencanangan program wajar pendidikan dasar 9 tahun
merupakan
langkah
strategis
pemerintah
dalam
upaya
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan serta kualitas
kehidupan masyarakat. Penyelenggaraan program pemerintah ini
membawa
konsekwensi
terhadap
upaya-upaya
peningkatan
pelayanan
pendidikan yang menjadi tugas dan tanggung
jawab
para pengelola pendidikan. Penyelenggaraan wajar pendidikan
dasar
9
tahun (wajar tingkat
SLTP)
merupakan
pekerjaan
pembaharuan yang besar dan berat, karena di dalamnya membawamisi
kuantitas dan kualitas pendidikan.
Secara
kuantitas,
penyelenggaraan wajar itu harus mampu menjangkau seluruh anak usia wajar untuk memperoleh pendidikan minimal sampai dengan tinqkat SLTP. Sedangkan secara kualitas, harus dapat. mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditandai dengan meningkatnya mutu kehidupan masyarakat maupun kesempatan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan menengah), karena telah dibekali kemampuan dasaruntuk itu.
Aspek penting dari pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah, adanya kreativitas dari para pengelola pendidikan yang mampu melahirkan ide-ide baru yang dapat terealisasikan kearah perubahan pengelolaan pendidikan yang lebih baik. Pengelola pendidikan harus mampu menerjemahkan kebijakan (pembaharuan), memberi makna yang tepat, serta mampu menetapkan berbagai kebijakan berikutnya pada tingkat sekolah untuk mendorong siswa belajar dan terciptanya suasana kerja yang menyenangkan. Untuk memungkinkan
terjadinya perubahan kearah yang lebih baik hendaknya berorientasi kepada manusianya. Perhatian kita harus
ditujukan kepada manusianya sebagai pengelola pendidikan dengan berupaya mengetahui bagaimana persepsi, sikap dan
partisipasi mereka terhadap perubahan sistem pendidikan
nasional (wajar tingkat SLTP), yang dapat membawa pengaruh
positif terhadap perubahan sistem organisasi pendidikan.
Beberapa masalah pokok yang muncul sebagai dan ingin
dijawab melalui penelitan ini, adalah ;
1. Bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi para
pengelola
pendidikan' swasta terhadap perubahan
dalam
pengelolaan
pendid i kan •'waj ar ting kat SLTP).
2. Bagaimana keterkaitan antara persepsi, sikap dan
partisipasi para pengelola pendidikan.
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan bila dilihat dari latar belakang pendidikannya dan status akreditasi sekolah.
Un tu k men j awa b pe rmasa 1a han di atas, pen e1iti an
dilakukan di Kotamadya Bandung. Sebagai obyeknya adalah para
pengelola pendidikan swasta tingkat SLTP. Melalui jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif
analisis (pola : survai, korelasionai dan komparatif) yang menekankan pada studi untuk memperoleh data atau informasi mengenai status gejala pada saat penelitian dilakukan. Data
diolah dengan bantuan statistik parametrik. Untuk memperoleh gambaran variabel yang diteliti digunakan ; perhitungan persentase, distribusi frekuensi, mean, modus dan median Untuk mengetahui keterkaitan antar variabel digunakan analisis korelasi yang dilanjutkan dengan analisis regresi serta dicoba pula dengan analisis jalur (path analysis) Sedangkan untuk mengetahui perbedaan variabel digunakan analisis T-test yang dilanjutkan dengan Anova.
Hasilnya diperoleh sebagai berikut :
1. Diperoleh gambaran empirik tentang persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.
2. Secara positif dan signifikan terdapat. hubungan langsung maupun tidak langsung antara : persepsi terhadap sikap, persepsi terhadap partisipasi,sikap terhadap partisipasi, persepsi. dan sikap terhadap partisipasi, baik secara
terpisah maupun bersama-sama, serta mampu memprediksi
perubahan nilai variabel tertentu apabila variabel yang
1a i n n y a b e r u b a h .
3. Secara signifikan tidak terdapat perbedaan persepsi,
sikap dan partisipasi pengelola pendidikan dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP bila dilihat dari latar belakang pendidikan pengelola dan status akreditasi sekolah yang dikelolanya.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
wajar pendidikan dasar tingkat SLTP yang mengemban misi
penting pendidikan telah mendapat respon yang baik dan masyarakat (pengelola pendidikan). Pemerintah dan masyarakat telah terlibat dalam satu bentuk kerjasama kemitraan yang
DAFTAR IS I
!""!a J. aiTiS.n
K a t a P e n q a n t a r . . . .-. » „ . . i
Ucapan Terinta Kasih iv
A b s t r a k v i i i
Da'i tc: r j . s i . . . « . . . .< ':••'.
Daftar Baqan . . . : ; i i
Daftar label xiii
BAB I PENDAHULUAN . 1
.1. Latar Belakang ... 1
2. Masalah dan Pembatasan Masalah ... 9
3. Tuju.an Penelitian ... 17
, ' 4. Hanfaat Penelitian 18
5. Asumsi. dan Hipotesis
a . Asumsi 20
b. Hipotesis 21
BAB I I LAND AS AN TEORI 23
1. Pengelolaan Pendidikan Dasar pada Satuan
Pendidikan Swasta 23
2. Persepsi, Sikap dan Partisipasi
a. Persepsi 30
b . Sikap 33
c . Partisipasi 38
d. Keterkaitan antara Persepsi, Sikap dan
Partisipasi 45
3. Konsep Pengelola Pendidikan 49
4. Peran Penqelola Pendidikan dalam Orqanisasi
Pendidikan ...' 52
5. Perluasan Wajar dan Kebijaksanaan
BAB III PROSEDUR PENELIT IAN
1 . Metode Penelitian
2. Populasi dan Sampel Penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Instrumen Penelitian ... 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Peine 1 itian
6. Teknik Analisis Data
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Identifikasi Responden
2. Pengujian Hipotesis Deskriptif
3. Pengujian Hipotesis Asosia.tif
4. Pengujian Hipotesis Komparatif
82 '_/ •_> 90 91 92 96 99 100 103 109 121
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .127
1. Deskripsi Persepsi, Sikap dan Partisipasi 132
2. Keterkaiatan antara Persepsi, Sikap dan
Partisipasi 135
3. Perbedaan Persepsi, Sikap dan Partisipasi 137
BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
1. Kesimpulan „
2. Rekomendasi 3. Impl ikasi
Daf tar Pustaki
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan-1 : Keterkaitan Variabel Penelitian 16
Bagan-2 : Penyelenggaraan Pendidikan Dasar ... 28
Bagan-3 : Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan ... 64
Bagan-4 . Rangkuman Analisis Korelasi 115
DAFTnR TABEL
Halaman
Tabel-1 . Keadaan Populasi 5MP Swasta di Kotamadya
Bandung 85
Tabel-2 : Keadaan Populasi ITs Swasta di Kotamadya
Bandung . , 85
Tabel-3 : Jumlah Anggota Sampel S8
Tabel-4 ; Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan „ 101
Tabel-5 : Responden Berdasarkan Status Akreditasi
Sekolah 101
Tabel-6 : Analisis Korelasi Matrik Antar Variabel 110 Tabel-7 : Rangkuman Pengujian Hipotesis Asosiatif 112
Tabel-8 : Hasil Analisis Varians Berdasarkan Latar
Belakang Pendidikan 123
Tabel-9 : Analisis Varians Persepsi Para Pengelola
Pendidikan Berdasarkan Status Akreditasi 125
Tabel-10 : Analisis Varians Sikap Para Pengelola
Pendidikan Berdasarkan Status Akreditasi 126 Tabel-li s Analisis Varians Partisipasi Pengelola
F=>ElMID(t=>l-ILX_JLJPyM
1. Latar Belakang
Berorientasi pada permasalahan dan keberhasilan
pembangunan nasional di segala sektor kehidupan,
terlihat
adanya
ketergantungan terhadap kemampuan manusia
sebagai
suatu
bangsa dalam memanfaatkan
dan
mengoptimalisasikan
berbagai
sumber
daya. Sebagai suatu neqara
yang
sedanq
membangun dalam setiap aspek kehidupan seperti
Indonesia,
sangat
diperlukan
sumber daya
manusia
yang
potensial,
terampil,
mempunyai
semangat
juang
yang
tinggi
serta
mempunyai
kemampjan
untuk
memahami
persoalan-persoalan
pembangunan
dalam
bidangnya
masing-masing.
Kemajuan
teknologi
yang semakin cepat mempunyai
dampak
perubahan
sangat
besar
dan
berguna bagi
kemajuan
suatu
bangsa.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari rekayasa manusia
itu
sendiri
sebagai pengelola pembangunan dan yang
menikmadi
hasil-hasilnya.
Sumber
daya
manusia.
yang
dimaksudkan
hendaknya
memahami
arti
pentinqnya
pembangunan
bagi
menqikuti dan memilih metode atan teknoloqi yang tepat
dalam mengisi pembangunan untuk mensejahterakan bangsa
yang sesuai dengan nilai-nilai kultural suatu bangsa.
Karakteristik penting dari kemampuan suatu bangsa
adalah kualitas sumber daya manusia yang tinggi (high
quality on human resources) sebagai pelaksana (manager)
pembangunan. Kaitannya dengan ini Presiden Soeharto
mengingatkan bahwa, "yang menjadi andalan utama
keberhasilan pembangunan nasional bukan kekayaan a lam yang
berl impah ruahr meiainkan kual itas manusia Indonesia, dan
meningkatkan kualitas manusia merupakan tugas pendidikan",
(Engkoswara, 19S4; 3). Indonesia yang mempunyai jumlah
penduduk yang relatif sangat besar diharapkan mampu
menjadi modal bagi pembangunan bangsanya, dalam hal ini
nampak betapa pentingnya manusia-manusia yang berkualitas
tinggi sebagai pelopor/pengelola pembangunan. Keterlibatan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat
menentukan, terutama dalam mengejar ketinggalan bangsa
Indonesia pada penguasaan iptek dari bangsa-bangsa lain.
Moh.Fakry Gaffar mengungkapkannya sebagai berikut :
"keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan oleh
faktor manusia, dan manusia yang menentukan
keberhasilan pembangunan itu harus1ah manusia yang
mempunyai kemampuan membangun. Kemampuan membangun
Dalam bidang pendidikan manusia yang mempunyai kemampuan membangun yang dimaksudkan adalah para pelaksana
pendidikan. Seperti dikemukakan Wardiman Djojonegoro bahwa
"pendidik adalah mata rantai terpenting untuk efisien
tidaknya transper ilmu pengetahuan" (Kompas 2 Mei; 1994).
Selanjutnya
beliau
menyatakan tentang
peran
pendidikan
dalam pembangunan, adalah s "Pendidikan akan semakin
dituntut untuk tampil sebagai kunci keberhasilan dalam
pengembangan
sumber
daya
/nanus iaf
yaitu
manusia
yang
memiliki
kemampuan,
kepribadian
dan
keterampilan
yang
sesuai
dengan tuntutan pembangunan",
(19
Oktober;
1994)
Pendidikan dapat dijadikan instrumen atau alat yang
tepat
dan
ampuh dalam
membentuk
manusia
supaya
mempunyai
kemampuan membangun, yaitu mereka yang memiliki
prakarsa,
dinamis
dan
percaya
atas
kemampuan
dirinya
dalam
menyongsong tantangan pembangunan masa depan.
Penyelenggaraan
wajar sampai dengan
tingkat
SLTP
sebagai
upaya
pemerataan pendidikan
minimal
masyarakat
telah
dibuka
seluas-luasnya
oleh
pemerintah.
Konsep
pemerataan ini berkaitan dengan makna persamaan (equality)
dan keadilan (equity). Zainal Arifin Achmady mengemukakan:
"Persamaan berarti bahwa setiap orang mempunyai kesempatan
11). Sedangkan keadilan bearti "memberikan perlakuan yanq
adil dan wajar kepada orang (peserta didik) berdasarkan
kondisi dan latar belakang hidupnya" (1994; 11). Dalam
penyelenggaraan wajar usaha-usaha pendidikan ke arah
persamaan harus terus dilakukan walaupun dalam kenyataan
perbedaan itu akan tetap ada karena faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan (seperti lokasi tinggal, kemampuan
intelektual).
Secara
adil
seharusnya
tidak
ada
lagi
perbedaan kesempatan karena faktor lingkungan dan sosial
ekonomi, tetapi secara proporsional menurut kondisi mereka
harus dapat memberikan layanan pendidikan terhadap semua
anak usia wajib belajar.
Pembangunan pendidikan dewasa ini masih belum dapat
memenuhi
harapan,
pemerintah
mengakui
masih
terdapat
kesenjangan antara tuntutan dunia kerja (tenaga kerja yang
berkualitas)
dengan kemampuan lembaga-lembaga
pendidikan
untuk
memenuhinya.
Dalam
mengatasi
kesenjangan
ini
pemerintah berusaha memperbaikinya dengan mengembangkan
pembangunan
pelayanan pendidikan, diantaranya
melalui
:
"Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua)
jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendidikan
luar seA-oJah"(UU.RI.No.2s 1989; pasal 10). Penyelenggaraan
pengelolaan sistem pendidikan nasional, pelaksanaannya
dapat dilakukan pada sekolah-sekolah negeri dan swasta.
"Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang
seluas—luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional" (UU.RI.No.2; 1989; pasal 47). Dalam
pelaksanaannya sekolah-sekolah negeri dikelola berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan pemerintah secara
nasional, sementara pada pengelolaan sekolah-sekolah
swasta disamping harus menqikuti peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah, juga harus tunduk pada peraturan
dan kebijakan yang ditetapkan yayasan penyelenggara pendidikan yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan lainnya. "Ciri khas satuan pendidikan y&ng
diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan" (UU.RI.
Mo.2; 1989; pasal 47). Adanya perbedaan birokrasi dalam
pengelolaan sekolah-sekolah negeri dan swasta, menuntut
pemahaman para penyelenggara pendidikan swasta tentang
perbedaan peraturan tersebut. Begitu pula halnya dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP, perlu
pemahaman (persepsi) dan sikap tertentu dari pengelola
pendidikan untuk terselenggaranya aktivitas pengelolaan
pendidikan.
pengelolaan pendidikan sekolah-sekolah swasta, menuntut penanganan yi-mq berbeda antara sekolah yang satu dengan
lainnya. Pemerintah telah memutuskan untuk segera
merealisasikan wajar tingkat SLTP dengan berbagai bantuan
sarana dan fasilitasnya kepada sekolah-sekolah negeri,
sementara masyarakat (sekolah-sekolah swasta) harus
berusaha dengan caranya sendiri supaya bisa berpartisipasi dalam menyelenqgarakan pendidikan yang tidak lepas dari
unsur bisnis. "h/alaupun masyarakat tidak setuju untuk
menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis, namun sulit
dihindari penyelenggaraan pendidikan dari praktek bisnis"
(Su.warma AI-Mukhtar; 1992; 77). Pada kondisi seperti ini akan terjadi jurang pemisah dalam bentuk perbedaan biaya
pendidikan yang semakin mencolok antara sekolah-sekolah
negeri dengan sekolah-sekolah swasta. Konsekwensinya biaya pendidikan pada sekolah-sekolah swasta akan lebih mahal,
sementara keterlibatan atau peran serta mereka dalam
mendukung program pendidikan pemerintah (wajar) masih
harus tetap dipertahankan eksistensinya. Pada keadaan yang
demikian upaya mempertahankan kontinuitas sekolah-sekolah
swasta diduga akan semakin sulit bila dibandingkan dengan
keadaan
sebelumnya. Untuk
mempertahankan
eksistensinya,
sumber dana yang utama untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan pada sekolah-sekolah swasta adalah dari peserta
d i d i k .
Pendapat lain yang dapat mempengaruhi eksistensi
sekolah-sekolah
swasta
pada tingkat
SLTP
dalam
rangka.
pelaksanaan program wajar menyatakan :
"tern/ata prosentase yang melanjutkan ke tingkat SLTP
di berbagai daerah terutama di Jawa Barat masih
rendah dan sangat mengejutkan dengan prosentase kurang dari SOX. Ada asumsi yang kuat faktor
penyebabnya
bukan
kepedulian
atau
keinginan
masyarakat
yang rendah untuk menyekolahkan
anaknya,
namun diduga faktor ekonomi orang tua tidak
memungkinkan
untuk
melanjutkan
sekolah
anaknya".
(Suwarma Al-Mukhtar; 1992; 80).
Walaupun pada sisi lain, faktor ekonomi yang
dapat
mempengaruhi kegiatan pendidikan ini belum tergali secara
optimal,
misalnya
keterlibatan pihak
yang
lebih
mampu
(para
pengusaha)
melalui gerakan orang tua
asuh.
Namun
belum diketemukan upaya strategis apa yang harus dilakukan
untuk
melibatkan
mereka supaya
mau
terlibat
mendukung
pendanaan pendidikan, sehingga faktor ekonomi yang menjadi
kendala
untuk
masyarakat
tertentu
tidak
lagi
menjadi
hambatan
pendidikan
(dapat
menyelesaikan
pendidikan
dasar),
dan sekaligus akan sangat
menunjang
kontinuitas
f-.IiU.SU
'-pelaksanaan
(. ragram
wajar ini telah
dilakukan
tindakan
preventif yar g diatur dalam "Pedoman Pelaksanaan ProgramWajib Belajai Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas)" dalam SK
Gubernur Kep, la Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 04 tahun
1993 f sepert: yang tercantun dalam "Strategi dan Tujuan
Program Fokok w'ajar", diantaranya sebagai berikut :
"Strategi $ Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
diarahkan pada upaya memobilisasi aparat pemerintah dan masyarakat dalam rangka mempertahankan
keberhasilan wajib belajar sekolah dasar dan merintis
tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama melalui
jalur Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah.
Tujuan Program Fokok; (1) Mewujudkan keterpaduan dan
kesatuan arah dalam pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar. (25 Mendukung keberhasilan
pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar. (3) Memasyarakatkan Wajib Belajar Pendidikan Dasar agar menjadi gerakan masal. (4) Untuk mengetahui kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana Pendidikan Dasar. (5) Menyiapkan kondisi aparat dan masyarakat serta sarana/prasarana pendukung pelaksanaan Wajib
Belajar tingkat SLTP.
Mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Program Wajar
Dikdas dan UU.RI.No.2 tahun 1989, tentanq ciri khas satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, pada
permulaan pelaksanaan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.
Maka dalam penelitian ini akan mencoba mengungkapkan
permasalahan tentang : "Persepsi, Sikap dan Partisipasi
para pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan
kaitannya dengan upaya pemer:ntah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui berbaga:. peningkat£*n
pelayar.an pendidikan, yang menjadi prioritas pertama pembangunan pendidikan nasiont 1. Dalam pelaksanaannya seperti dikemukakan Engkoswar; .bahwa : "Keberhasilan
meningkatkan kualitas produkti• itas pendidikan nasional
akan sangat dipengaruhi oleh manusia pa -a pengelola
pendidikan itu". (Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
II). Kiranya jelas bahwa keberhasilan program wajar inipun
akan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan para penqelola
pendidikan di dalamnya. Keterlibatan para pengelola dalam
aktivitas suatu organisasi pendidikan akan dipengaruhi
oleh keyakinan atau persepsi dan sikap mereka dalam
menilai aktivitas organisasi itu.
2. Masalah dan Pembatasan Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dan
menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, sementara manusia sebagai pengelola pendidikan
merupakan kekuatan pertama dan utama dalam pembangunan"
pence rm in an dari kesunqqu.han usaha pemerintah dalam
mewuju.dkan tugas--tuqas/pelayanan pendidik :<n melalui
kebijaksanaan wajar pendidikan dasar 9 tahun. "Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, zerdiri atas
program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasa •- dan program
pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanj u):an Tingkat
Pertama". (PP. No. 28; 1990; Pasal 2), Kebijakan
pemerintah ini merupakan upaya nyata dari pemerintah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bentuk
bent.uk penyempurnaan pelayanan pendidikan, melalui
kesempatan pemerataan pendidikan masyarakat.
Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sudah
menjadi keputusan pemerintah untuk segera direalisasikan, yang dalam pelaksanaannya adalah merupakan tanggung jawab bersama antara o.-ang tua, masyarakat dan pemerintah.
Konsep
tanggung
jawab bersama ini
mepunyai
pengertian,
bahwa sekolah sebagai lembaga sosial yang
diselenggarakan
dan
dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat
harus
mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi lingkungannya.
Harapan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang berkualitas di sekolah hanya dapat diupayakan melalui
dalam pengelolaan pendidikan,, Onong U Efendi mengemukakan,
"Public Relations adalah kegiatan berencana untuk
menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang
menyenangkan bagi. organisasi disatu pihak dan bagi
masyarakat di lain pihak" (1973; 35). Selningga secara
administratif dalam berorganisasi "perlu mamakai
pendekatan
tingkah
laku
karena
sifatnya
yang
interdisipliner"
(Program Akta
Menqajar V; 1982/1983; 22)
Administrasi pendidikan adalah suatu. ilmu tentanq
ke rja s a ma ant a ra dua o ranq a tau lebih dalam bid an q
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kerjasama ini keseimbangan dan keselarasan harus
tetap
terjaga
pada
setiap
pelaksanaan
tugas-tugas
kependidikan, sehingga akan terpelihara suasana kerja yang
menyenangkan bagi berbagai pihak yang terlibat di
dalamnya. Dari suasana yang demikian itu diharapkan mereka
dapat
berpartisipasi
secara
optimal
dalam
pencapaian
tujuan organisasi (tujuan pendidikan).
Begitu pula dalam pelaksanaan wajar pendidikan
dasar
pada
tingkat SLTP, kerjasama
ini
harus
tercipta
dalam suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik man
dan mampu melakukan kegiatan belajar karena ditunjang oleh
suasana yang memungkinkan peserta didik betah belajar.
Seperti
yang
dikemukakan
Bambang
Wisudo
"Pendidikan
bertujuan
mempersiapkan siswa menjadi anggota
masyarakat
yang
memiliki
hubungan timbal
balik
dengan
1ingkungan
masyarakat,
budaya
dan 1ingkungannya"
(Kompas;
2
Mei;
1994).
Suasana
yang demikian itu
harus
diupayakan
dan
dikondisikan
oleh
para
penqelola
pendidikan
dalam
memberikan
pelayanannya
pada
pelaksanaan
program
pemerintah yang baru itu.
Untuk
kelancaran
pelaksanaan
tugas-tugas
kependidikan
yang
baru ini, peran
pengelola
pendidikan
sangat menentukan.
"Keikut sertaan guru mi bukan
berarti
hanya
dalam arti fisik atau kuantitas. Namun
yang
lebih
penting
ialah keikutsertaan secara mental
yang
didukung
oleh kemampuan profesional"
(Suyanto; Kompas 2 Mei; 1994).
Keterlibatan peran mereka dalam mengelola pendidikan tidak
hanya
bersifat fisik bejaka tetapi juga
kesiapan
mental
yang ditunjang oleh kemampuan profesional dalam
mengatasi
masalahan-masalah pendidikan. Oleh karena itu perlu
untuk
mengetahui bagaimana kesiapan atau kondisi. awal dan
kemampuan
mereka
supaya dapat terlibat
atau
memberikan
kontribusinya secara optimal, pada pelaksanaan
tugas-tugas
pelaksanaan program pemerintah yang baru itu. Dengan kata
Iain dapat dikatakan; bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi mereka terhadap pelaksanaan program wajar
pendidikan dasar tinqkat SLTP. Wajar tinqkat SLTP adalah merupakan program baru pemerintah dalam mengupayakan
p e n yem pu r n a a n pe 1a y a n a n / p e rn e r a t a a n p e n d i d i k a n .
Dalam tulisan ini upaya untuk mengetahui bagaimana
persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan
swasta dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar
tingkat. SLTP, dibatasi hanya pada jalur pendidikan formal
(sekolah), yaitu pada jenis pendidikan umum (SLTP umum
atau SMP) dan jenis pendidikan keagamaan (Tsanawiyah),
yang diselenggarakan oleh 1em bag a./'bad an pendidikan swasta.
(masyarakat) di Kotamadya Bandung dalam rangka pelaksanaan
wajar pendidikan dasar 9 tahun.
Secara empirik banyak faktor/variabel yang
mempengaruhi keterlibatan para pengelola pendidikan, baik
yang menyangkut unsur fisik maupun psikologis. Maka untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih spesifik dalam penelitian
ini ditetapkan; variabel persepsi dan variabel sikap
pengelola pendidikan sebagai variabel independen yang
dapat mempengaruhi keterlibatan atau. partisipasi (variabel
de aen d en) me re ka dalam organisasi pen d id ik an. Kemudian
ditetapkan pula pengalaman kerja sebaqai variabel
moderator,
gairah
kerja
sebagai
variabel
intervening,
sarana dan prasarana pendidikan sebaqai variabel kontrol.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa karakteristik
penting yang ingin dipelajari dan dikaji lebih mendalam
disajikan dalam rumusan sebagai berikut :
"Persepsi, Sikap
dan Partisipasi para pengelola pendidikan swasta dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP".
Masalah pokok yang ingin dijawab dijabarkan dalam rumusan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
persepsi,
sikap
dan
partisipasi
para
pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar
pendidikan dasar tingkat SLTP ?
2. Apakah
terdapat hubungan yang berarti antara
persepsi
terhadap sikap pengelola pendidikan dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP ?
3. Apakah
terdapat hubungan yang berarti antara
persepsi
terhadap partisipasi pengelola pendidikan dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP ?
terhadap partisipasi pengelola pendidikan dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tinqkat SLTP ?
b. Secara
bersama-sama
apakah
terdapat
hubungan
yang
berarti antara persepsi dan sikap terhadap
partisipasi
pengelola
pendidikan
dalam
penyelenggaraan
wajar
pendidikan dasar tingkat SLTP ?
6. Apakah
persepsi,
sikap
dan
partisipasi
pengelola
pendidikan dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar
tinqkat SLTP berbeda secara berarti, dilihat dari latar
belakang pendidikan dan status akreditasi sekolah ?
Secara
konseptual
dapat
disajikan
gambaran
'fungsional
keterkaitan
antara
persepsi,
sikap
dan
partisipasi
pengelola
pendidikan : Seseorang
mempunyai
persepsi, sikap dan partisipasi tertentu (berbeda)
dengan.
yang
lainnya
terhadap
suatu
obyek.
Kaitannya
dengan
penyelenggaraan
wajar
ini,
latar
belakang
pendidikan
pengelola dan status akreditasi sekolah, adalah
merupakan
variabel yang dapat diidentifikasi untuk melihat perbedaan
tersebut.
Dengan
kata
lain bahwa
persepsi,
sikap dan
partisipasi pengelola pendidikan terhadap
penyelenggaraan
wajar
pendidikan
dasar
tingkat SLTP,
diduga
dapat
dibedakan
dari
latar
belakang
pendidikan
dan
status
akreditasi sekolah yang dibinanya.
Keterkaitan antara variabel yang diteliti dapat
d. gambarkan dalam bentu.k paradigma berpikir berikut :
Keterangan
Bagan 1
Ket€?rkaitan antar Variabel Penelitian
Y^
- Persepsi (V.Independen) = Sikap (V.Independen) = Partisipasi (V.Dependen)
3. Tujuan Penelitian
Tujuan
yang
ingin dicapai
dalam
penelitian
ini
secara. rinci dikemukakan sebagai berikut :
1. Untuk memper-Jleh gambaran empirik tentang persepsi,
sikap dan par lisipasi para pengelola pendidikan
swasta
dalam penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat
SLTP di Kotamadya Bandung.
2. Untuk memperoleh gambaran empirik tentanq hubungan
fungsional antara persepsi terhadap sikap pengelola
pendidikan
swasta
dalam
penyelenggaraan
wajar
pendidikan dasar tingkat ,SLTP.
3. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan
fungsional
antara
persepsi
terhadap
partisipasi
pengelola pendidikan swasta dalam penyelenggaraan wajar
pendidikan dasar tingkat SLTP.
4. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan
fungsional antara sikap terhadap partisipasi pengelola
pendidikan
swasta
dalam
penyelenggaraan
wajar
pendidikan dasar tingkat SLTP.
5. Untuk memperoleh gambaran empirik tentang hubungan
fungsional
antara
persepsi
dan
sikap
terhadap
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.
Untuk
memperoleh
gamba -an empirik
tentang
perbedaan
persepsi, sikap dan partisipasi para pengelola pendidikan swasta dilam penyelenggaraan wajar
pendidikan
dasar
tingkat SLTP di
Kotamadya
Bandung,
dilihat
dari latar belakang pendidikannya
dan
status
akreditasi sekolah yang dikelolanya.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat berman^aat :
1. Secara
teoritis,
dapat dijadikan sebagai
salah
satu
masukan
bagi
para peneliti lain
yang
tertarik
pada
upaya-upaya mempersiapkan diri (pengelola pendidikan)
dalam
menyongsong tuntutan/dinamisasi
kerja,
sebagai
dampak dari perkembangan teknologi dan masyarakat.
2.
Secara
praktis, dapat digunakan/dijadikan pedoman
oleh
para praktisi pendidikan dalam menghadapi tuntutan
perubahan kebijakan kerja dan perkembangan
masyarakat.
Upaya-upaya
praktis untuk meningkatkan prestasi
kerja
dan terarah apabila ditunjang oleh kfsiapan mental
dalam perannya sebagai penqelola pendicikan (sebagai fasilitator dan administrator pendidikan) yang ber tan ggang j awab.
Kaitannya dengan program wajar pendidkan dasar :
a. Sebagai masukan/informasi bagi Departs-men Pendidikan
dan Kebudayaan tentang upaya-upaya persiapan diri
para praktisi pendidikan untuk meningkatkan prestasi
kerja (pelayanan pendidikan), serta menyongsong
perubahan sistem pendidikan nasional (wajar tingkat
SLTP) yang telah dicananqkan pemerintah untuk segera
d i 1 a k s a n a k a n .
b. Memberikan masukan/inf ormasi bagi lembaga- lembaga
yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan
pendidikan, tentang keterkaitan unsur—unsur
psikologis (persepsi, sikap dan partisipasi), yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas para pengelola pendidikan dalam pencapaian
tujuan organisasi pendidikan.
c. Sebagai bahan kajian pihak yang berkepentingan dalam
upaya meningkatkan pelayanan/pemerataan pendidikan
melalui wajar pendidikan dasar tingkat SLTP, pada
perencanaan dan pelaksanaannya secara lebih seksama
untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Asumsi dan Hipotesis
Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu sistt m
kebenaran yang akan dijadikan titik tolak dal<.m
melakukan suatu penelitian dan pemecahan masalah.
Beberapa asumsi yang dapat dirumuskan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan pendidikan yang menuntut tertib
administrasi, harus sejalan dengan kesiapan
(persepsi, sikap dan partisipasi) para pelakunya. 2. Persepsi dan sikap para pengelola pendidikan
terhadap wajar dapat mempengaruhi aktivitas/
partisipasi mereka dalam pelaksanaannya.
3. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan
(wajar) sangat dipengaruhi oleh peran atau
partisipasi para pengelolanya.
4. Sebagai unsur kajian, pengelola pendidikan dapat dikelompokan menjadi; tenaga pimpinan, tenaga
b. Hipotesis Penelitian
Mengacu pada konsep berpikir dan perumusan masalah
yang dikemukakan di atas, hipotesis penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat gambaran tertentu tentang persepsi, sikap dan
partisipasi para penqelola pendidikan swasta dalam
penyelenggaraan wajar pendidikan dasar tingkat SLTP.
2. Terdapat.
hubungan
tertentu antara
persepsi
terhadap
sikap. Kecenderungannya semakin kuat persepsi seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan program
wajar maka akan semakin positif sikapnya.
3. Terdapat
hubungan
tertentu antara
persepsi
terhadap
partisipasi. Kecenderungannya semakin kuat persepsi seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan
progrram wajar maka akan semakin aktif tingkat
partisipasinya.
4. Terdapat
hubungan
tertentu
antara
sikap
terhadap
partisipasi. Kecenderungannya semakin positif sikap
seseorang (pengelola pendidikan) terhadap pelaksanaan
progrram wajar maka akan semakin aktif tingkat partisipasi.
5. Terdapat
hubungan tertentu antara persepsi
dan
sikap
terInadap
partisipasi.
Kec: enderungannya
semakin
kuat
persepsi dan semakin positif sikap seseorang (pengelola
pendidikan)
terhadap pelaksanaan progrram
wajar
akan
semakin aktif tingkat partisipasi mereka.6. Persepsi,
sikap dan partisipasi
pengelola
pendidikan
swasta
dalam
penyelenggaraan wajar
pendidikan
dasar
tingkat
SLTP berbeda
secara
signifikan,
dilihat
dari
latar belakang pendidikan mereka, dan status akreditasi
B*=*B I T- I
F>f^OE9EXXJFit R>eriE3_i~ri«r4
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif,
yang menggunakan metode deskriptif dengan pola;
survai,
korelasional
dan komparatif, yang menekankan
pada
studi
untuk
memperoleh
informasi mengenai status .gejala pada
saat penelitian dilakukan.
Dalam pelaksanaannya untuk
menjawab
rumusan
masalah dan hipotesis
penelitian
yang
diajukan,
informasi/data yang diperoleh diseleksi
untuk
menentukan
data
mana yang dapat diolah dan
yang
tidak.
Setelah
semua data dianggap layak untuk diolah,
kemudian
secara
statistik dianalisis dengan menggunakan
statistik
deskriptif,
asosiatif
dan
komparatif.
Selanjutnya
berdasarkan
hasil
yang
diperoleh
diambil
kesimpulan
mengenai fakta-fakta, karakteristik serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah obyek/subyek yang akan diteliti.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan kesimpt. Ian dari
suatu populasi. "Populasi adalah obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehincga dapat
ditarik kesimpulannya" (Sugiyono; 1994; 34). Populasi
dalam penelitian ini adalah "seluruh karakteristik"
pengelola pendidikan swasta pada jenjang pendidikan dasar
tingkat SLTP. Selanjutnya sebagai anggota populasi dapat
ditentukan yaitu ; "para pengelola pendidikan swasta" pada
jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada jalur
pendidikan formal (sekolah) di Kotamadya Bandung.
Walaupun dalam penelitian dimaksudkan untuk
mendapatkan kesimpulan dari suatu populasi, namun karena
berbagai keterbatasan maka data yang diperlukan dalam
penelitian dapat diambil dari sampel penelitian. Sehigga
apa yanq dipelajari dari sampel penelitian, hasilnya dapat
berlaku untuk populasi. Dalam keadaan yang demikian ;
"peneliti harus be rani mengambil keputusan untuk
menentukan sumber yang terbatas jumlahnya yang mewakili
1990; 106). Sumber yang terbatas itu adalah sampel. Sampel
adalah sebagian dari. jumlain dan karakteristik populasi.
Sebagai sampel penelitian ditentukan sebagian dari karakteristik populasi, yaitu ; "Persepsi, Sikap dan
Partisipasi" para pengelola pendidikan swasta pada jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada jalur pendidikan formal
(sekolah) di Kotamadya Bandung. Sebagai anggota sampel
penelitian dapat. ditentukan/diambi 1 dari sebagian anggota
populasi yaitu. ; "sebagian dari para pengelola pendidikan
swasta" pada jenjang pendidikan dasar tingkat SLTP pada
jalur pendidikan formal di Kotamadya Bandung.
Teknik pengambilan anggota sampel penelitian
dilakukan secara acak berdasarkan strata dari tiap-tiap
wilayah (area) secara proporsional (proportionate area
stratified random sampling). Cara ini dilakukan karena
berdasarkan pada data pendahuluan yang diperoleh, jumlah
dan lokasi sekolah (populasi) sebagai obyek penelitian
tersebar tidak merata dengan status akreditasi yang
berbeda. Anggota sampel sebagai obyek penelitian, untuk
SMP swasta tersebar di wilayah kerja Bandung Utara,
wilayah kerja Bandung Barat, wilayah kerja Bandung
Selatan, dan wilayah kerja E-iandung Timur. Sedangkan untuk
MTs. swasta tersebar dalam wilayah kerja Bandunq Barat
yaitu KKM (Kelornpok Kerja Madrasah) yang menginduk ke NTs
Bandung, dan wilayah kerja Bandung Timur yaitu KKM yanq
menginduk ke MTs Cicaheum. Penyebaran populasi dalam
bentuk tabel dapat disajikan sebagai berikut. :
Tabe - 1
Keadaan Populasi SMP Swasta di Kotamadya Bandung Berdasarkan Wilayah Kerja & Status Akreditasi Sekolah
Wilay Status ah Bandung Utara" Bandung Barat Ba Se ndung 1 atan Bandung Timu.r i Jumlah
.Terdaf tar y y
<-j 17
D i a k u i 25 19 25 89
Disamakan 13 18 13 1'-' 63
J u.ml ah •J'O 48 :••-; 50 169
Tabe - 2
Keadaan Populasi MTs- Swasta di Kotamadya Bandung
Berdasarkan Wilayah Kerja & Status Akreditasi Sekolah
Wilaya
Status
h
Ba
KKM
ndung Ba r at Banc
KKM
ung T i m _ir
J urn 1 ah
Terdaftar 4 9
Diakui 8 11 19
Disamakan 3 cs.
8
Jumlah 15 21 36
Kemudian dalam menentukan jumlah anggota sampel
N2.D + IN,.^.2
Dari hasil perhituangn diperoleh (lihat lampiran~l)
1. Jumlah anggota sampel untuk SMP sebanyak 39,76 orang
4 0 o r a n g (d i bu 1a t ka n ) .
2. Jumlah anggota sampel untuk MTs. sebanyak 7,30 orang =
8 oranq ( dibu.latkan ) .
ad.1. Besarnya sampel (SMP) untuk masing-masing wilayah
(cluster) :
- Bandung Utara 36/169
- Bandung Barat 48/169
- Bandung Selatan 35/169
- Bandung Timur 50/169
39,76 = 8,47 - 9 orang
39,76 = 11,29 = 11 orang
39,76 = 8,23 = 8 orang
39,76 = 11,76 = 12 orang
Besarnya sampel (SMP) untuk masing-masing stratum :
1. Bandung Utara ;
- Terdaf tar 3/36 x 8,47 = 0,71 = 1 orang
- Diakui 20/36 x 8,47 = 4,71 = 5 orang
- Disamakan 13/36 x 8,47 = 3,06 = 3 orang
2. Bandung Barat ;
t-. /n o
- Diakui 25/48 x 11,29 = 5,88 = 6 orang
- Disamakan 18/48 x 11,29 = 4,23 = 4 orang
3. Bandung Selatan ;
- Terdaftar 3/35 x 8,23 = 0,71 = 1 orang
- Diakui 19/35 x 8,23 = 4,46 = 4 orang - Disamakan 13/35 x 8,23 = 3,06 = 3 orang 4. Bandung Timur ;
- Terdaftar 6/50 x 11,76 = 1,41 = 1 orang
- Diakui 25/50 x 11,76 = 5,88 =6 orang - Disamakan 19/50 x 11,76 = 4,46 = 4 orang
•id. 2. Besarnya sampel (MTs) untuk masing-masing wilayah
(cluster) :
- KKM Bandung Barat 15/36 x 7,30 = 3,04 = 3 orang
- KKM Bandung Timur 21/36 x 7,30 = 4,26 = 4 orang
Besarnya sampel (MTs) untuk. masing-masing stratum s
1. KKM Bandunq Barat ;
- Terdaftar 4/15 x 3,04 = 0,81 = 1 orang - Diakui 8/15 x 3,04 = .1,62 = 2 orang
2. KKM Bandung Timur ;
- Terdaftar
5/21 x 4,26 - 1,01 - 1 orang
- Diakui 11/21 x 4,26 - 2,23 = 2 orang - Disamakan 5/21 x 4,26 = 1,01 = 1 orangSecara
rinci
jumlah
anggota
sampel
penelitian
(jimlah
responden)
berdasarkan
lokasi
dan
status
ak-editasi
sekolah, disajikan dalam bentuk bagan
sebagai
berikut :
Tabel - 3
Anggota Sampel
Lem.Pend.
Wilayah
SMP MTs Status Angg
(
.Sampel orang)
Bandung Utara ; 1 - Terdaftar Diakui
*->
6
*"? - Disamakan 4
Bandung Barat ; 1 1
1 Terdaftar Diakui 4 8 *~j
1 Disamakan 6
Bandung Selatan ; 1 — Terdaftar
Diakui 4
*£ - Disamakan 4
1 Terdaftar 4
1 Diakui 8
1 Disamakan 6
Bandung Timur
Jumlah ^••-' <=> 58
Keterangan : Jumlah
anggota
sampel
menjadi
berkembang,
dari
jumlah 48 orang
menjadi
sebany<*k
58
orang. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
sekolah
yang bersarkan
perhitungan
diambil
satu oranq anqqota sampel (dari satu sekolah)
tetapi
untuk
kelengk.apan
data
penelitian
Setelar jumlah anggota sampel penelitian ditetapkan
s?cara
proporsional, maka selanjutnya ditentukan
anggota
simpel sebagai sumber data penelitian, yaitu para
pengelola
pendidikan
swasta pada sekolah
dasar
tingkat
S_TP. "Pengelola. satuan pendidikan terdiri atas kepala
sakolah,
dire ktur,
ketua,
rektor,
dan
pimpinan
satuan
pendidikan
luar
sekolah"
(PP. No.38;
1992;
Pasal
3).
Pengelola
pendidikan terdiri dari ;
"kepala
sekolah
dan
wakil kepala sekolah, ketua program dan kepala asrama"
(Djudju Sudjana; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar;
1995). Dalam mengelola pendidikan pada satuan pendidikan
swasta, terd.ipat keterlibatan pihak lain yaitu
masyarakat
sebagai badan/lembaga penyelenggara satu.an pendidikan yang
bersanqkutan :
"Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kependidikan, buku pelajaran, peralatan pendidikan, tanah dan
qedunq beserta pemeliharaannya pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah tanggung
jawab yayasan atau badan yang menyelenggarakan
satuan pendidikan yang bersangkutan" (PP. No.28; 1990; pasal 9)
Oleh karena itu anggota sampel penelitian
sebagai sumber data/informasi (responden) dalam penelitian
ini adalah anggota sampel pada satuan pendidikan swasta
ketua/wakil ke ua yayasan penyelenggara satuan
pendidikan
yanq bersangku"an, yaitu
"kspala/wakil kepala sekolah
dan
ketua/wakil te' ua yayasan," satuan pendidikan dasar tingkat
SLTP d i Kotama.<: ya Bandung.
Pelaksaraan program wajar pendidikan dasar V tahLin di Jawa Barat citangani secara khusus oleh bagian tertentu di Kanwil Propinsi, yaitu seksi wajar dikdas 9 tahun yang terdiri dari beberapa wilayah kerja. Oleh karena itu untuk
melengkapi
data penelitian dalam tulisan ini,
ditetapkan
pu 1a.
sumber
data/informasi
pene1itian
disamping
yang
disebutkan di atas, yaitu kepala/wakil kepala seksi wajar
dikdas 9 tahun untuk wi, iayah kerja Kotamadya Bandung
Ka n w i1 Pr op i n s i Jawa Ba r a t.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
teknik komunikasi tidak langsung dalam bentuk angket dan
teknik komunikasi langsung dalam bentuk wawancara. Melalui
bentuk
angket yang tertutup dimaksudkan untuk
memperoleh
informasi/data penelitian dengan pernyataan tertutup,
sedangkan
bentuk angket terbuka/isian
dimaksudkan
untuk
memperoleh data penelit an yang belum terjaring oleh
bentuk anqket tertutup denqan pernyataan/pertanyaan
terbuka. Teknik pengumpu. an data melalui wawancara dalam
pe1 ak sanaann ya di susun/digun a kan ped oman wawan c a ra.
Pedoman wawancara ini disusun setelah instrumen penelitian
yang
mengukur
variabel iersepsi, sikap
dan
partisipasi
pengelola
pendidikan
d .nyatakan
valid
dan
reliabel.
Teknik
pengumpulan data melalui bentuk
angket
diberikan
kepada
para pengelola satuan pendidikan
swasta
(anggota
sampel seperti tersebut di atas), sedangkan wawancara
dilakukan
dengan kepala seksi wajar dikdas 9 tahun
untuk
wilayah kerja Kotamadya Bandunq. Melalui teknik ini
diharapkan akan terkumpul ;
"data, tentang persepsi,
sikap
dan
partisipasi
para pengelola pendidikan
swasta"
pada
satuan
pendidikan
dasar
tingkat
SLTP,
pada
jalur
pendidikan formal.
4. Instrumen Penelitian
Melalui alat pengumpul data atau instrumen
penelitian
yang
dibuat
dan
dikembangkan
dalam
bentuk
dapat mengukur persepsi, sikap d. n
pe nge 1o 1a pend id ikari swas ta da 1a. pe 1a ksanaa! i waja r
pencl id ika. n dasa r tingkat SLTP . Ben' uk angke t/pernyataan
tertutup mengembangkan model pengukur an Ska la Likert, pada
setiap item instrumen atau. pernyataan penelitian digunakan
empat alternatif jawaban. Resporden diminta untuk
memberikan salah satu jawaban dalam bentuk pili'nan pada
kolom yang telah disediakan. Dari data. yang diperoleh
kemudian dengan cara memberikan skor tertinggi empat dan
skor terendah satu untuk setiap pernyataan positif,
sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan skor tertinggi satu dan skor terendah empat. Melalui angket
terbuka/isian dan pedoman wawancara dikernbangkap analisis
deskripsi untuk melengkapi/memperjelas data penelitian
yang belum terjaring oleh angket tertutup.
5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Validitas instrumen penelitian dapat dinyatakan
sebagai derajat ketepatan suatu alat ukur yang digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya atau yang hendak
diukur, Sedangkan reliabilitas penelitian dapat dinyatakan
sebagai derajat ketetapan/keajegan/konsistensi dari
suatu
alat. ukur apabila digunakan untuk mengukur suatu
variab U
penelitian dalam waktu yanq berbeda..
a. Validitas Penelitian
Untuk
menguj i
va1iditas
instrumen
penelitian,
digunakan
langkah-langkah seperti ,berikut
(lihat
lampiran-2) :
1. Item
instrumen
variabel
persepsi,
sikap
dan
partisipasi
masing-masing
disusun
secara
seksama
berdasarkan kajian teori yang relevan, untuk kemud ian dikonsu 11a.sikan kepada bebera. pa orang akh11
untuk diminta pendapatnya.
2. Melakukan uji coba instrumen penelitian ke lapangan.
3. Untuk
menganalisis
setiap
butir
instrumen
penelitian,
digunakan
analisis
item
dengan
cara
mengkorelasikan
skor
tiap
butir/item
instrumen
penelitian dengan skor total.
4. Data
yang
diperoleh dari
lapangan
diolah
secara
statistik melalui bantuan komputer jenis microstat
dengan menggunakan teknik korelasi dari Karl Pearson
(Sujana; 1989; 369), dengan rumus sebagai berikut :
r. .„
yX
N2XiYi - (2Xi)(SYj
N X
koefisien korelasi antara
variabel X dan Y
j u m 1 a in re s p o n d e n
skor totai 1 yanq diperoleh dari
t i a p i t e m ( p r e d i k t o r )
skor total yang diperoleh dari tiap responden (kriteria)
Untuk menqanalisa item instrumen penelitian, Masrun
m enqem u k a k a n "•' 7"ek n i k k o re l a s i u n t u k menent u k a n
va1 iditas item ini sampai sekarang merupakan teknik
yang paling banyak digunakan" (1984; 23). Sedangkan
(1
O d l cUII memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi :
"Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas
yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat. adalah kalau r = 0,3"
(Sugiyono; 1994; 106).
Jadi ap£*bila terdapat item seal dengan hasil
kriterium (koefisien korelasi tiap butir soal dengan
skor total) kurang dari 0,3, maka item soal dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
P e n d a pa t 1a in d a1 am menen tuk an/membuat interpretasi
koef isiien korel asi , d i kemu.kakan o 1eIn Subino ( 1982 ; 66 )
dengan bentuk ru.musan sebaqai. berikut :
'••'->> 00
0,20 hubungan dapat dianggap tidak ada
O,2 0 0 ,40 In u bun g a in re n d a h
0,40 -- 0 ,60 hubunqan cu ku p 0 ,70 - 0 ,80 hu in uin gan tingg i
1,00 hubungan sangat tinggi"
O,o!
b. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian
(lihat
lampiran-3)
dilakukan
dengan
internal
consistensy
melalui
uji belah qua (split
half)
dari
Spearman
Brown,
yaitu
dengan
cara
mengkore lasikan
kelornpok
data
dari item yanq bernomor
ganjil
dengan
item
yang
bernomor genap (untuk item
instrumen
yanq
jumlahnya
genap
atau
k
=
genap).
Kemudian
untuk
mengetahui
tingkat reliabi1itasnya digunakan
analisis
dari Searmam Brown dengan rumus :
r i
,:.rb
1 4- rb
Keterangan : r± = rentabilitas
internal
seluruh
instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan genap dan ganjil
Sedangkan
untuk
item
instrumen
penelitian
yang
jumlahnya
ganjil
(k = ganjil) digunakan
teknik
dari
-, ,- m ( k
r.i = I - i I 1
Keterangan : m -•= mean skor total
k t_ = j u m 1ah i t e m in s t r u. m e n
s^" ~ varians to tail
Se1 anj utnya da1 am menen tukan deraj at keterandalan
in s t rumen pen e1i t ian dapat dig u n a kan rumusa n d a r i
J.P.Gui1for•d (19 56; 14 5) se baqai ber i k ut :
' < 0 ,20 d e raj a t ke te ra n da 1a.n ny a ha. m pir tida k ad a
0,20 - 0,40 derajat keterandalannya rendah
0,40 -- 0,70 der a j an t keterandal a. nny a s e d ang 0 ,70 -•• 0 ,90 d e raja t ke te ran da 1a. nnya tinggi
0,90
-6. Teknik Analisis Data
Analisis data ditujukan untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Analisis; data dalam penelitian ini akan dilakukan secara
kuantitatif dengan bantuan perhitungan statistik. Sesuai
dengan jenis/tinqkat data yang akan diolah, statistik yang
akan digunakan adalah statistik parametrik, yang kemudian
akan d i 1an j u t kan den qan pembahasan sec a ra kua1i ta t i f .
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang
rumusan hi pate penei m a n s e c a r a
sebaqai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran tertentu tentang persepsi,
sikap dan partisipasi pengelola pendidikan, digunakan
j en is s ta t is t i k deskriptif dengan menqgun a kan ukuran
ukuran ; persentase, mean, modus, median dan distribusi
frekwensi.
2. Untuk menguji pola hubungan tertentu diantara variabel
variabel yang diteliti digunakan jenis statistik
asosiatif dengan teknik korelasi yanq dilanjutkan
dengan teknik regresi, serta dicobakan pula denqan
analisis jalur (path analysis). Untuk pengujian
hipotesis ini dilakukan melalui uji dua pihak, yaitu ;
Ho ; u = 0 (tidak ada hubungan)
Ha ; u ^ 0 (ada hubungan)
Untuk menguji perbedaan keadaan dari variabel—variabel
yang diteliti ditinjau dari latar belakang pendidikan
pengelola dan status akreditasi sekolah yang
dikelolanya, digunakan jenis statistik komparatif
dengan teknik t-test yang dilanjutkan dengan teknik
dilakukan denqan uj i dua pihak, yaitu.
Pertama : Ho 5 ul (t. i d a k b e r b e d a
Ha
K e 1t? r a n q a n
i.l ^ u2 ( be?r bed a 5
ul dan u.2 adalah latar belakang pendidikan
(pendidikan kequruan dan pendidikan nan kequruan) .
Kedua : Ho ; ul = u2 = u3 (tidak berbeda)
Ha ; ul = u2 # u-3 (salah satu tidak sama Ha diterima)
Keteranqan il, u2 dan u3 adalah status akreditasi
cjESII^F=*t_JI___^-NI, Fi-EZKOr'iEON-Drf^kSI __*=-N II-F1_IKABI
1. Kesimpulan
Beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil
penelitian
yang telah dilakukan dapat
disajikan
sebagai
berikut :
1. Pendidikan senantiasa berorientasi ke masa depan.
Se m -a k in jelas dain r inc i pe ma inaman ten tan g masa de pan
pembangunan
khususnya
dalam bidang
pendidikan
akan
semakin terbuka peluang bagi aparat pendidikan untuk
dapat
melakukan perubahan pengelolaan
pendidikan
ke
arah yanq lebih baik. Pemahaman yang sesksama dan
sikap
yang mendukung
terhadap
perubahan/perkembagan
dalam
penyelanggaraan pendidikan (wajar)
akan
mampu
melahirkan bentuk-bentuk kreativitas baru dalam
berpartisipasi
menjawab
tantangan
dan
permasalahan
penyelenggaraan pendidikan.
seluruh anak usiai wajar di. seluruh pelosok tan a In air (makna pemerataan; equity dan equality), sedangkan
secara kualitas wajar harus mampu mencerdaskan ke hidu pan ban gsa yan g d itandai dengan d1m iIi kinya kemampuan dasar sebagai bekal untuk mengembangkan kehidunannya dalam hidup bermasyarakat, maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
3. Dicanangkannya wajar pendidikan dasar tingkat SLTP
(wajar 9 tahun) pada dasarnya adalah merupakan
perubahan
dalam sistem pengelolaan pendidikan
menuju
kearah yang lebih baik. Perubahan ini hendaknya
berorientasi kepada manusianya sebagai unsur pelaksana
pendidikan,yaitu dengan berupanya rriengetahui bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi para pengelolanya.
4. Realisasi penyelenggaraan wajar pendidikan dasar
tingkat
SLTP telah diatur oleh
Undang-undang
Sistem
Pendidikan dan Kebi j akan-kebi j akan lainnya yang SLidah
terpolakan secara nasional. Namun dalam pelaksanaannya
masih banyak masalah yang harus diatasi baik yang
menyangkut persoalan lama maupun persoalan baru yang
muncul sebagai akibat dari adanya perubahan (seperti adanya target tertentu dalam menuntaskan wajar).
-'• Untuk mencapai target penuntasan wajar pendidikan
dasai r
11ng ;at SLTF: perlu upaya -u paya
preventif
yang
berorientas >. kepada pemahaman dan kemampuan para pelaksana pendidikan di lapangan. Melalui upaya mi
akan diketahui apakah prog rami wajar tersebut dapat
terealisasi :an dengan baik atau sebaliknya.
6. Keputusan untuk melaksanakan wajar pendidikan dasar tingkat SLTF' adalah merupakan keputusan strategis
sebagai pernyataan awal dari betapa pentingnya faktor
sumber daya manusia dalam pembangunan suatu bangsa.
Real.isasi dari keputusan tersebut adalah : , i
- Pe ru ba han d a 1am pe nge 3. o 1aan pen d id i kan menuj u ke
arah yang lebih baik, tanggap terhadap tuntutan
perkembangan kebutuhan pendidikan masyarakat.
- Sadar akan- tugas dan perannya sebagai pengelola
pendidikan untuk terus berusaha memberikan
pelayanannya yang terbaik (bermutu).
- Dapat mengemban misi pendidikan (wajar) yang secara dinamis mampu mengimbangi perkembangan kehidupan
masyarakat. yang bergerak cepat.
adalah wujud dari keberhasilan kerja para pengelola
pendidikan dalam pelaksanaan wajar se .elumnya. "Prases
manajemen ditentukan olesh pimpinan" (Mohammad Pakry
Gaffar;
1994;
26), dalam
merekayas-
dan
memadukan
unsur-unsur pendidikan menjadi suatu cistern yang- dapat
berperan secara efektif dalam organisnsi pendidikan.
8. Dilihat dari dimensi tujuan, hasil wajar pendidikan
dasar tingkat SLTP diharapkan para peserta didik :
-- mempunyai
kemampLian untuk bertahan hidup
(survive)
dalam keadaan apapun.
- mempunyai
kemampuan
untuk
meningkatkan
kualitas
kehidupannya, dan
-- mempunyai
kemampuan
untuk berkembang
dan
belajar
lebih lanJLit.
9. Penanqanan pendidikan tidak bisa dilakukan secara
teknis administratif belaka, tetapi harus dikendalikan
secara kreatif dan inovatif oleh tenaga-tenaga
pendidikan
yang
mempunyai
keyakinan
dan
sikap
tertentu,bertanggung jawab, serta mampu merealisasikan
misi
pendidikan
menjadi
satu
bentuk.
kegiatan/
pa rt is ipas i aktif pen gelolaan pendidik an.
1 u .
11
Deskripsi
persepsi,
sikap
dan
partisipasi
para
pengelola pendidikan swasta di Kotamadya Bandunq
yang
mencerminkan
keterbukaan
dan
kesiapan
terhadap
penyelenggaran
wajar adalah merupakan wujud
kepekaan
dan
keterlibatan mereka dalam upaya pencapaian
tujuan
organisasi pen d id ikan
Persepsi,
sikap
dan
partisipasi
para
pengelola
pendidikan
swasta
di
Kotamadya
Bandung
telah
menunjukkan respon yang baik terhadap
penyelenggaraan
wajar pendidikan dasar tingkat SLTP. Kondisi ini telah
mencerminkan kerjasama kemitraan yang harmonis
antara
pemerintah
dan
masyarakat, yang sekaliqus
merupakan
sa1 ah satu ind ikator profesionalisasi pengelolaan
waj ar (pend id ikan).
12.
Banyak
hambatan
dalam
penyelenggaraan
wajar
pendidikan
dasar tingkat SLTP walaupun peraturan
dan
kebijakan
pemerintah lainnya telah terpolakan
secara
nasional.
Pemerintah, keluarga dan
masyarakat
telah
terlibat di dalamnya. Kesulitan atau kendala lain akan
bertambah
manakala
para pengelola
pendidikan
tidak
tinqkat sekolah (satuan pendidikan), untuk mendorong
peserta didik belajar dan menciptakan suasana atau
hubunqan kerja yang harmonis antar rekan/sejawat.
13. Deskripsi persepsi, sikap dan partisipasi para
pengelola pendidikan swasta di Kotamadya Bandunq
men gg amba rk an ba hwa program wajar pendidikan dasar
tingkat SLTP telah menjadi keyakinan dan sikap
masyarakat (pengelola pendidikan) sebagai program yang
rasional dan adaptif. "Peranan persepsi seseorang
san gat pens ting dalam suatu organisasi (Program Akta
Mengajar V; IIC; 1982/1983; 22).
14. Temuan penelitian yang menggambarkan keterkaitan
langsung maupun tidak langsung diantara variabel yang
diteliti menggambarkan bahwa, partisipasi pengelola
pendidikan terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya adalah
merupakan fLingsi dari persepsi (bagaimana ia memaknai
wajar) dan sikap (bagaimana menilainya), sehingga apa
yang dikerjakan mereka adalah merupakan hasil dari
kesadaran dan sikapnya.
15. Partisipasi yang dilakukan dengan baik membawa
pengaruh positif terhadap perubahan suatu sistem,
16
karena oranq oranq yanq ada di dalamnya merasa lebih
terlibat dan lebih dihormati, dapat menambah
kepercayaan diri, sehingga dapat memanfaatkan seluruh
kreativitasnya untuk menjadi pegawai yanq bertanqgung
jaw ab.
Persepsi, sikap dam partisipasi para pengelola
pen idikan secara signifikan tidak berbeda (sama)
dilihat dari latar belakang pendidikan pengelola dan
s t a t u s a k r e d i t a si sekola In y a n g d i k e 1o 1a n y a . K o n d i s i
ini s an gat menunjang ke lane a; rain pencapaian target dan
tujuan wajar,, Hal ini dapat dipahami karena
ke be r ha s i Ia n pe n c apa ian tu j u an o rga n isasi s a. n g a t
d i ten tuk an o1eh kon t r i busi par a pe1ak sanan ya.
Secara administratif penyelenggaraan wajar
pendidikan dasar tingkat SLTP di Kotamadya Bandung
telah terselenggara dengan baik, karena dilaksanakan
menurut pedoman dan kebijakan pemerintah yang SLidah
terpolakan. Kehadiran program wajar telah dapat
menggugah kepedulian serta keterlibatan masyarakat dan
ke 1ua rg a d alam fu n q sin y a m asing -- masing, sebagai
pengelola pendidikan, orang tua dan sebagai penyandang
peninqkatan pelayanan dan mutu pendidikan.
Upaya
strateqis penyelenggaraan
wajar
pendidikan
dasar sebagai program pemerintah yang menjadi tanggung
jawab
bersama,
dalam
realisasinya
telah
mendapat
respon
yang
baik
dari
para
pengelola
pendidikan
swasta di. Kotamadya Bandung. Hal ini. merupakan peluang
yanq ba. ik da Iam u paya mengoptima. 1kan sumber daya
pendidikan.
Ke 1e b i ha n d an ke 1e ma Ina n u nsu r-- un s u r pen d id i kan
(sumber
daya manusia), struktur
organisasi
sekolah,
ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan lainnya,
akan mewarnai kebijakan dan strategi penyelenggaraan
pendidikan.
Adalah merupakan tantangan dan tugas para
penyelenggara
pendidikan pada tingkat
sekolah
untuk
merekayasa dan mengembangkan ide-idenya secara kreatif
dan adaptif, sehingga tiap sekolah dapat mengembangkan
lembaganya
masing-masing
(desentralisasi),
dengan
tetap berpegang kepada kebijaksanaan/pola
operasional
pendidik.an nasional.
Dalam menghadapi perubahan atau. ke langsung an mas a.
depan
pendidikan yanq -semakin
kompleks,
menyiratkan
ba hw a pola po1a
v.e o la;a a n k. e r j
;e r i 1 a k u I a m a y a n q tela In m e in j a cl i
sepenuhnya dapat adapt if. Ce pa tiny a suatu perubahan
kehidupan masa depan pendidikan kadanq kadanq membuat
par penqelola pend ic ikan men
an memperparah keadaan, manakala para
penge'ola pendidikan sebaqai pelaksana di lapangan
tidak mampu memahami dan menyikapi. perubahan, mereka
kehilangan kreativitas, menjadi cepat putus asa dalam
mengatasi permasalahan pendidikan. AkiLjatnya mereka
binqunq. Kondisi
s e m a c a m m i
akan meni_ar i 3 i
k e u u u u K-. a 111 iv i:.-i u e i 1q ~>.: i !... a 1
in p 11 it _i s yanq a m a n bagi
p menerima
*!ereKa nanya cer ueran
diri dan
a a r i
P e .1 a r'.'. sia n a
k e p) u t u s a ri, D uk ai"i s e d a c
jelas tidak sesuai dengan fungsi dan peran sebagai
penqelola pendidikan, dan perubahan yanq membawa
harapan baik itupun tidak pernah terjadi.
yd. pengambi J. keputusan. H_ij
Wajar pendidikan dasar tingkat SLTF' yang merupakan
perubahan besar dalam pengelolaan pendidikan, adalah
.konsekwensi dari kemajuan pern bam gun an yang berdampak
pa d a pe ru ba in a n ke bu tu. in a. n pe n d id i kan m as ya ra ka t.
Melalui sistem pengelolaan pendidikan yang sudah
pendidik;: i mampu melayani perubahan tersebut.
2. Berkc- nbangnya tuntutan kebutuhan dan harapan
masy a ra ka t te rhadap d li n ia pend id ikan yang memuncul kan
pandangan/opini umum seolah—olah semua masalah atau