DAFTAR ISI
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ………...vii
DAFTAR ISI ..……….…...…...ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
BAB I PENDAHULUAN …………...…...1
A. Latar Belakang Masalah ... ...1
B. Rumusan Masalah ... ...………...12
C. Tujuan Penelitian ...13
D. Manfaat Hasil Penelitian ... ...14
E. Kerangka Pikir Penelitian ... ...15
F. Hipotesis ...18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...20
A. Posisi Masalah Penelitian dalam Studi Administrasi Pendidikan ...20
B. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia ...24
C. Pengembangan Guru ...32
D. Kinerja Guru SMK ...60
E. Pendidikan Kejuruan ...88
F. Kesimpulan Hasil Kajian Teori ...105
G. Studi Terdahulu ...107
BAB III METODE PENELITIAN...118
A. Pendekatan Penelitian ...118
B. Lokasi, Populasi dan Sampel ...118
C. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian ...118
D. Instrumen Penelitian ...120
F. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Instrumen ...123
G. Teknik Analisis Data ...128
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...137
A. Hasil Penelitian ...137
B. Pembahasan ...153
C. Strategi Pengembangan Guru ...162
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI ...169
A. Kesimpulan ...169
B. Rekomendasi ...172
C. Implikasi...173
DAFTAR PUSTAKA ...177
LAMPIRAN-LAMPIRAN I. INSTRUMEN PENELITIAN ...185
II. DATA HASIL UJI COBA ...222
III. DATA HASIL PENELITIAN ...228
IV. REKAPITLASI HASIL ANGKET ...240
DAFTAR TABEL
1.1. Kondisi Guru SMK di Majalengka ...6
2.1. Perbandingan antara Pendidikan, Pelatihan dan Forum Ilmiah ...59
3.1. Dimensi dan Indikator Variabel Pendidikan Lanjut ...120
3.2. Dimensi dan Indikator Variabel Pelatihan Profesi ...120
3.3. Dimensi dan Indikator Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah...121
3.4. Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Guru ...121
DAFTAR GAMBAR
1.1. Program Pendidikan di SMK ...10
1.2. Kerangka Pikir Penelitian ...17
2.1. Siklus Pengembangan Talenta ...37
2.2. Discovering an Individual Training Need ... ...38
2.3. Some Sources Contributing to Teachers Tasks and Behaviors...53
2.4. Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru...64
2.5. Factors Affecting Employees’ Job Performance and Productivity...66
2.6. Proses Motivasi dari Gibson ...86
3.1. Prosedur Penelitian ...123
3.2. Diagram Jalur ...129
4.1. Model Diagram Jalur ...138
4.2. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Pertama ...140
4.3. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Kedua ...142
4.4. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Ketiga ...144
4.5. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Keempat ...145
4.6. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Kelima... ...147
4.7. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Keenam ...148
4.8. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Ketujuh.... ...150
4.9. Hasil Pengujian Hipotesis...152
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu alternatif pencapaian harapan masyarakat Indonesia sejahtera
adalah berkembangnya dunia usaha dan dunia industri yang dapat menyerap
banyak tenaga kerja. Peluang kerja dunia usaha dan dunia industri, khususnya
untuk tenaga pelaksana sampai tingkat pengawas, secara teoritik cenderung
mudah didapatkan oleh pencari kerja tamatan sekolah menengah kejuruan
(SMK).
Kecenderungan tersebut sejalan dengan pendapat Supriadi (2002:17),
bahwa “pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang
produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga.” Malik
Fajar sebagaimana dikutip oleh Supriadi (2002:iii) juga memiliki pandangan
yang sama, bahwa ‘pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal
namun strategik dalam menghasilkan manusia Indonesia yang terampil dan
berkeahlian dalam bidang-bidangnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
bangsa khususnya dunia usaha dan industri.’
Dalam kenyataannya, masih dijumpai keluhan atas lulusan SMK yang
kurang terampil sehingga tidak siap untuk bersaing meraih pekerjaan. Hal itu
disebabkan antara lain oleh ketidaksiapan lulusan untuk melaksanakan
pekerjaan dan kesenjangan vokasional antara latar belakang keterampilan
angkatan kerja lulusan SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia
ungkapan Sukmadinata (2003:1), bahwa “dalam bidang pendidikan kejuruan
salah satu hal yang masih menjadi keprihatinan adalah kemampuan SMK untuk
menghasilkan lulusan yang siap kerja.”
Kondisi demikian menuntut dilakukannya upaya-upaya yang lebih
serius untuk menyelaraskan pendidikan di SMK dengan tuntutan dunia kerja.
Kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan SMK dengan kompetensi
yang dipersyaratkan oleh pengguna lulusannya dapat dijembatani melalui
pencurahan perhatian yang lebih intensif terhadap SMK. Dengan kata lain,
memberikan solusi alternatif berupa pengembangan gurunya.
Tercapainya harapan akan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan dunia industri, sangat bergantung pada ketersediaan dan kualifikasi
tenaga pendidik, di samping memadainya prasarana, kurikulum,
sumber-sumber belajar, dan media pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan
komponen strategik sistem pendidikan SMK yang perlu ditingkatkan
kualitasnya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan guru,
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standarisasi Akademik dan Kompetensi Guru. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru
adalah pendidik profesional. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki
menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sementara itu masih
banyak guru yang belum berpendidikan sarjana atau diploma IV, untuk Jawa
Barat guru SMK yang berkualifikasi minimal S-1/D-4 hanya 82 % (Rencana
Strategis Depdiknas 2010-2014, 2009:31). Jumlah guru SMK yang
berkualifikasi minimal S-1/D-4 tersebut belum dilihat dari faktor relevansinya.
Karena kenyataan menunjukkan masih terdapat guru SMK yang latar belakang
kualifikasi akademiknya tidak linier dengan mata pelajaran yang diampunya.
Seperti halnya guru pada bidang studi lain, guru SMK juga sebagai
agen pembelajaran. Oleh karenanya guru senantiasa harus belajar. Melalui
belajar bertambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga ungkapan hari ini
harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini dapat
terpenuhi. Jika dikaitkan dengan filosofi Islam menuntut ilmu itu dimulai dari
buaian hingga liang lahat, yaitu pendidikan sepanjang hayat. Selanjutnya masih
menurut konsep Islam yang tertuang pada surat Al Mujaadilah (Al Quran,
058:011), bahwa “Alloh akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” Landasan idiil berikutnya khususnya bagi
kaum muslimin adalah hadis Nabi Muhamad SAW yang menyatakan: “Mereka
yang meninggalkan rumah untuk mencari ilmu, berada di jalan Allah. Mencari
ilmu adalah kewajiban setiap muslim laki-laki maupun perempuan.”
Selain itu filosofi yang disampaikan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak
Pendidikan Indonesia yang masih relevan hingga hari ini, di antaranya ing
ngarso sung tulodo yang sejalan dengan falsafah Sunda bahwa guru merupakan
teladan di sekolah dan masyarakat guru harus selalu belajar. Tentu saja ilmu
pengetahuan dimaksud dapat diraih melalui pengembangan, baik itu dalam
format pendidikan formal, non formal ataupun informal.
Secara global Indonesia juga dihadapkan pada pemenuhan Komitmen
Dakar mengenai Education For All (EFA), seperti tertulis pada Rencana
Strategis Depdiknas 2010-2014 (2009:31), yaitu: (1) memperluas kesempatan
pendidikan untuk usia dini, (2) menyediakan program wajib belajar pendidikan
dasar gratis untuk semua penduduk, (3) mempromosikan pembelajaran dan
pendidikan kecakapan hidup atau pendidikan keterampilan bagi anak remaja
dan dewasa, (4) meningkatkan angka melek aksara bagi orang dewasa sebesar
50%, (5) meningkatkan paritas gender pada tahun 2005 dan kesetaraan gender
pada tahun 2015, dan (6) meningkatkan mutu pendidikan. Jika dikaitkan
dengan penelitian ini, yang amat menarik dari komitmen Dakar di atas adalah
komitmen ketiga sehubungan dengan pendidikan keterampilan yang
merupakan wilayah kerja SMK dan komitmen keenam tentang peningkatan
mutu pendidikan. Semua kondisi tersebut merujuk pada kebutuhan guru SMK
yang berkompeten dalam bidangnya.
Dalam menyikapi urgensi tuntutan dan kebutuhan guru SMK yang
kompeten, pemerintah pusat maupun daerah telah menempuh beragam upaya.
Upaya tersebut dilaksanakan melalui program pengembangan guru berupa
pendidikan lanjut, sertifikasi guru, pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya,
studi banding, dan jenis-jenis program lainnya. Khususnya Pemerintah
guru sejalan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2007 Tanggal 9 Juli 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Bidang Pendidikan, bahwa tugas Pemerintah Daerah meliputi
”Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
nonformal.” Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Bidang Perencanaan, Koordinator Pengawas, dan Kepala Sekolah, penulis
mengidentifikasi bahwa belum ada perencanaan yang matang untuk
pengembangan guru. Pengembangan guru yang sudah berlangsung bersifat
pengembangan guru yang dilaksanakan pemerintah dan pengembangan guru
secara individu. Pengembangan yang bersifat individu atau pengembangan diri,
biayanya ditanggung secara swadana dari guru yang bersangkutan. Oleh
karenanya guru yang mengikuti pendidikan lanjut mendapatkan izin dari
atasan dengan catatan tidak meninggalkan tugas. Sehingga dalam mengikuti
pendidikan lanjut mencari lembaga pendidikan yang lokasinya tidak jauh dari
tempat kerja agar tidak meninggalkan tugas mengajar. Sementara itu di
Kabupaten Majalengka sendiri perguruan tinggi masih terbatas. Keinginan
guru SMK untuk mengikuti pendidikan lanjut cukup tinggi guna memenuhi
tuntutan peraturan yang berlaku tentang kompetensi akademik guru. Oleh
karena itu muncul masalah guru melanjutkan pendidikan tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan sebelumnya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 1.1
Kondisi Guru SMK Di Kabupaten Majalengka
NO SMK TOTAL KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN KEBUTUHAN KURANG TAHUN
GURU GT GTT DIP III S1/DIV S2 IDEAL RELEVAN BERDIRI
32 SMKN I Talaga 54 25 28 3 50 1 49 7 2006 33 SMKN II Kehutanan 105 82 23 8 91 6 105 2008 34 SMKN II Majalengka 77 61 16 18 58 1 77 6 1980 35 SMKN Lemahsugih 42 1 41 2 38 2 42 2006
J U M L A H 1302 501 800 103 1150 49 1319 120
PERSENTASE (%) 100 38.48 61.44 7.91 88.33 3.76 9.22
Sumber: Data Pokok SMK Negeri dan Swasta Tahun 2009, Depdik 2009
Pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa guru SMK berjumlah 1.302 orang,
tetapi dari jumlah tersebut terjadi penghitungan ganda (double counting), yaitu
banyak guru tetap pada suatu SMK yang mengajar sebagai guru tidak tetap
pada SMK lain. Setelah penulis mengadakan penghitungan secara lebih cermat,
yaitu hanya menghitung jumlah guru yang bekerja pada home base nya saja
terdapat 937 orang guru SMK. Angka inilah yang digunakan sebagai populasi.
Sedangkan kebutuhan idealnya sebanyak 1.319 orang. Selain jumlahnya masih
kurang, guru SMK yang ada masih terdapat 103 orang (7,91 %) belum S1.
Lebih dari itu sebanyak 120 orang (9,22 %) kurang relevan antara latar
belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu. Dengan berbagai
permasalahan di atas, dimungkinkan kinerja guru belum optimal.
Apabila dilihat dari kualitas pendidikan secara makro menyangkut
pendidikan nasional, kondisinya masih memprihatinkan jika dibandingkan
dengan kemajuan pendidikan di negara lain. Di negara-negara Asean sendiri
pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal. Misalnya jika dibandingkan
dengan pendidikan di Malaysia dan Singapura. Menurut Raka Joni (2008:39)
antara lain dalam peringkat HDI (Human Development Index) yang dipantau
UNDP (tahun 1996, peringkat 102 dari 174 negara; tahun 1999 peringkat 105
dari 174 negara; tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara),’
kecenderungannya menurun terus.
Demikian juga pendidikan secara mikro yaitu pendidikan pada tingkat
lembaga atau satuan pendidikan. Walaupun sudah banyak yang mencapai taraf
standar pendidikan nasional bahkan ada yang telah mencapai standar
pendidikan internasional, ternyata kesenjangan antar satuan pendidikan masih
sangat tinggi. Seperti terlihat pada tabel 1.1, bahwa ada SMK yang telah
memenuhi kecukupan tenaga pendidiknya, sedangkan di sisi lain masih
terdapat SMK yang tenaga pendidiknya kurang relevan yang cukup signifikan
bahkan ada yang kurang dari segi kuantitasnya.
Di pihak lain, hasil observasi awal yang penulis lakukan terhadap
kondisi guru SMK di Kabupaten Majalengka dapat diidentifikasi sebagai
berikut: jumlah guru belum memenuhi kebutuhan riil SMK; masih ditemukan
guru yang mismacth antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran
yang mereka ampu; dan masih ditemukan adanya guru-guru SMK yang belum
memiliki kompetensi akademik, dalam arti baru berijazah Diploma III.
Melihat semangat pengembangan diri guru yang disebabkan oleh
tuntutan peraturan bahwa guru harus sarjana atau diploma IV, tuntutan sosial,
dunia usaha dan dunia industri serta belum terencananya secara matang
pengembangan guru sebagaimana diutarakan dimuka, maka gagasan utama
melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah
yang pada gilirannya terformulasikan strategi pengembangan guru yang
diharapkan lebih berhasilguna.
Di dalam struktur program kurikulum SMK memuat rumpun-rumpun:
(1) pendidikan umum atau normatif; (2) dasar penunjang atau adaptif; (3)
praktek keahlian produktif atau professional competencies. Rumpun ketiga ini
terdiri atas (a) teori kejuruan yang dilaksanakan sepenuhnya di sekolah dan
menjadi tanggung jawab sekolah; dan (b) praktek dasar kejuruan, dapat
dilaksanakan di sekolah, industri/perusahaan atau di kedua tempat tersebut, dan
menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dengan industri atau
perusahaan mitranya. Adapun praktek keahlian profesi dilaksanakan di
industri/perusahaan dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
industri/perusahaan tersebut. Jika digambarkan secara skematik dapat dilihat
Teori kejuruan Praktek
dasar kejuruan
Praktek keahlian
produktif
(professional
competencies
)Kemampuan
normatif
(pembentukan watak)
Kemampuan
adaptif
(pengembangan diri)
Gambar 1.1
PROGRAM PENDIDIKAN DI SMK
Sumber: Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Di dalam konstelasi program pendidikan SMK tersebut, posisi dan
tugas guru SMK adalah mengajar dan melatihkan rumpun mata pelajaran baik
yang normatif, adaptif maupun produktif atau vocational study. Oleh karena
itu, kinerja guru SMK merupakan salah satu penentu kualitas dan kompetensi
lulusan yang responsif terhadap perkembangan dan tuntutan dunia usaha dan
industri. Sedangkan kinerja guru itu sendiri dipengaruhi banyak faktor, seperti:
kemampuan, keterampilan, sikap, motivasi, iklim kerja, pendidikan, pelatihan,
faktor kurang optimalnya kinerja guru secara garis besar disebabkan oleh latar
belakang pendidikan dan kompetensi guru yang tidak relevan dengan mata
pelajaran yang diampu. Menurut Sapaat (2004) yang dikutip Suhendro
(http://duniaguru.com, diakses 2009), menyatakan bahwa guru yang tidak
menguasai bahan ajar, tidak menguasai landasan-landasan kependidikan, tidak
menguasai psikologi belajar siswa dan kompetensi lainnya sudah tidak dapat
diandalkan lagi dalam konteks pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai guru yang profesional.
Mewujudkan SMK yang bermutu tentu tidak mudah, dan karenanya
memerlukan usaha dan kerja keras dari seluruh pelaku pendidikan termasuk
siswa sebagai subjek dalam pendidikan. Kemampuan guru melaksanakan
program pengajaran yang menarik menjadi penentu keberhasilan belajar siswa
di sekolah. Siswa memerlukan suasana kondusif untuk benar-benar melakukan
kegiatan belajar, dan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.
Merupakan kewajiban guru untuk menciptakan pendidikan yang bermutu
dengan mengeksploitasi segala kemampuannya yang memungkinkan siswa
menyenangi dan termotivasi untuk belajar. Kualitas belajar yang baik dan
menyenangkan sangat tergantung pada kemampuan guru. Untuk mengatasi
permasalahan di atas pemerintah telah melakukan beberapa cara, seperti:
melalui MGMP, seminar-seminar, semiloka, lokakarya, pelatihan-pelatihan,
pendidikan lanjut, dll. Namun sampai saat ini hasil observasi awal di lapangan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan argumentasi di atas, penulis
terdorong untuk meneliti kinerja guru SMK sebagai variabel yang terikat oleh
aspek-aspek pengembangan guru melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi,
dan kesertaan pada forum ilmiah.
Pokok masalah penelitian ini penulis rumuskan terhadap efektivitas
manajemen pengembangan guru SMK melalui pendidikan lanjut, pelatihan
profesi, dan kesertaan pada forum ilmiah. Pokok masalah tersebut selanjutnya
penulis perinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru?
2. Seberapa besar pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru?
3. Seberapa besar pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja
guru?
4. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara
bersama-sama terhadap kinerja guru?
5. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum
ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru?
6. Seberapa besar pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum
ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru?
7. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan
kesertaan pada forum ilmiah secara bersama terhadap kinerja guru SMK
8. Bagaimana tingkat efektivitas manajemen pengembangan guru SMK
melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum di
Kabupaten Majalengka?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini menelaah aspek-aspek pengembangan dan kinerja guru di
SMK, yang merupakan salah satu bidang kajian dari disiplin ilmu administrasi
pendidikan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru.
2. Menganalisis pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru.
3. Menganalisis pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru.
4. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara
bersama-sama terhadap kinerja guru.
5. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah
secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
6. Menganalisis pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah
secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
7. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan
pada forum ilmiah secara bersama terhadap kinerja guru SMK di
Kabupaten Majalengka.
8. Menganalisis tingkat efektivitas manajemen pengembangan guru SMK
melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum di
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Dimensi Teoritik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut, yang
relevan dan mengarah pada konsep-konsep dan konteks program
pengembangan guru serta kualitas kinerja guru SMK. Analisis pengembangan
guru dan kinerja guru sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manajemen
tenaga pendidik, diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi
perkembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan.
2. Dimensi Praktek
Dalam tataran praktek, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1) Untuk memperluas wawasan penulis khususnya mengenai pengembangan
tenaga pendidik dan kinerja mengajar guru SMK, sekaligus sebagai temuan
awal untuk penelitian-penelitian lanjutan yang relevan.
2) Sebagai bahan kajian bagi Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Badan
Kepegawaian Daerah dan para pengambil kebijakan di lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dalam menentukan kebijakan
dan program-program pengembangan dan peningkatan kompetensi guru
SMK.
3) Memberikan umpan balik untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka
dalam menentukan kebijakan dan merencanakan pengembangan guru
E. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Berdasarkan fokus dan konteksnya, maka kerangka pikir penelitian ini
memuat hal-hal sebagaimana diuraikan berikut ini.
Pertama, konseptualisasi masalah dan penjelasan teoritik. Dalam tahap
ini penulis merumuskan konseptualisasi masalah penelitian, sebagaimana yang
telah dituangkan di bagian muka. Selanjutnya penulis memberikan penjelasan
teoritik terhadap konsep-konsep kunci yang terkandung di dalam masalah
penelitian ini.
Menurut Sanusi (1998), teori berfungsi: (1) mengonfirmasi atau
memfalsifikasi teori yang ada, dan hasilnya dipakai untuk mengidentifikasi dan
mengurai unsur-unsur dari suatu satuan; (2) mendeskripsi; (3) menganalisis
proses serta hubungan; (4) memprediksi; dan (5) membuat rencana, operasi,
dan kontrol. Dengan demikian, penjelasan teoritik masalah penelitian, penulis
maksudkan guna memfungsikan konsep dan teori untuk menerangi proses
pemahaman masalah penelitian di wilayah empirik, agar masing-masing
dimensi masalah penelitian mendapatkan penjelasan teoritik yang memadai
sehingga dapat dicegah kemungkinan tersesat di wilayah empirik.
Kedua, deskripsi dan analisis temuan empirik. Setelah kategori masalah
penelitian mendapat penjelasan teoritik yang memadai, selanjutnya penulis
memasuki wilayah empirik guna merekam data dan informasi yang
mencerminkan gambaran nyata mengenai masalah penelitian. Selanjutnya,
dilakukan pengujian hipotesis penelitian dan pemaknaan. Pada tingkat empirik,
hubungan determinatif faktor-faktor pengembangan guru dengan kinerja
mengajar guru. Berdasarkan pengungkapan dan pemaknaan tersebut akan
dikedepankan sebuah strategi pengembangan guru untuk mendukung
peningkatan kinerja mengajar yang sesuai dengan tuntutan relevansi
pendidikan SMK.
Ketiga, mengajukan strategi pengembangan guru. Strategi
pengembangan guru diajukan berdasarkan fakta empirik yang ditemukan di
lapangan, hasil pengujian hipotesis penelitian, perbandingan dengan telaah
teoritik dan penelitian terdahulu. Untuk lebih ringkasnya, kerangka penelitian
Gambar 1.2.
KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Pada gambar 1.2 di atas terlihat bahwa sesuai dengan undang-undang,
peraturan dan kebijakan lainnya bahwa guru harus profesional. Salah satu
Tidak
Ya Ya Ya
PP SNP No. 19/2005
§ §
§ §
§ §
REGULASI :
UUSPN No. 20/2003
UUGD No. 14/2005 MASYARAKAT
Budaya Dunia Usaha Dunia Industri
•Relevansi
•Kualifikasi akademik
•Jumlah guru kurang
Kesenjangan
MANAJEMEN PENGEMBANGAN GURU
Pendidikan Lanjut
v Kemampuan v Keterampilan v Sikap v Motivasi
KINERJA GURU
SMK
Evaluasi Program
Pelatihan Profesi Forum Ilmiah KONSEP / TEORI:
§
Kinerja Pengembangan
kriteria profesional adalah kompetensi akademik guru minimal sarjana yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Di sisi lain guru juga sebagai
sumber daya manusia kependidikan perlu dikelola dengan baik sesuai dengan
kaidah keilmuan manajemen sumber daya manusia, guna mengurangi
kesenjangan kompetensi akademik guru SMK dilaksanakan beberapa program
pengembangan. Di antaranya pengembangan melalui pendidikan lanjut,
pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah. Melalui program
pengembangan tersebut selain kesenjangan kompetensi akademik dapat teratasi
juga outputnya diharapkan memiliki kinerja mengajar sesuai harapan.
F. HIPOTESIS
Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka pikir sebagaimana
diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru.
2. Terdapat pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru.
3. Terdapat pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru.
4. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara
bersama-sama terhadap kinerja guru.
5. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah
secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
6. Terdapat pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah
7. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada
forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMK di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan descriptive survey dan
explanatory survey yang menurut Singarimbun dan Effendi (1989:4), “yakni
untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Penelitian ini juga
dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial
tertentu.” Sementara itu J. Supranto (2004:17), menambahkan bahwa riset
deskriptif dilakukan untuk mendapatkan informasi untuk menjawab pertanyaan:
apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), bagaimana (how) atau
berapa banyak/berapa jumlah (how much). Konsekuensi dari pendekatan ini
memerlukan operasionalisasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif
sehingga dapat diuji secara statistik.
B. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian ini memilih lokasi pada 35 SMK negeri dan swasta di
Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Populasinya adalah seluruh guru
SMK, yang berjumlah 937 orang. Dengan asumsi bahwa dilihat dari kinerjanya
semua guru mendapat kesempatan sama untuk dijadikan sampel. Oleh karena
itu pengambilan sampel digunakan metode simple random sampling, yang
menurut Sugiyono (2010:93), yaitu “pengambilan sampel dilakukan secara
acak”. Dari 937 orang diurutkan namanya dan diambil dari daftar nama tersebut
loncat setiap sembilan nomor sehingga didapat 104 orang. Jumlah sampel yang
Sugiyono (2010:102-103), yaitu ‘bila dalam penelitian akan melakukan analisis
dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah
anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti.’
C. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas berupa pendidikan lanjut (X1); diklat profesi (X2); dan kesertaan
pada forum ilmiah (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja guru
SMK (Y). Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna
variabel yang diteliti. Menurut Singarimbun (2003:46-47) “definisi operasional
adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel”.
Semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu variabel. Berikut ini
definisi operasional variabel penelitian.
(1) Pendidikan lanjut (X1), yaitu jenjang pendidikan yang diikuti oleh guru
SMK yang ketika diterima sebagai guru berlatar belakang pendidikan
Diploma III melanjutkan ke jenjang Strata 1, dengan melihat aspek
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
(2) Diklat profesi (X2), berupa diklat profesi yang pernah diikuti oleh guru
SMK baik pra jabatan, pelatihan dalam jabatan, dan pengembangan teknis
pendidikan, dengan melihat aspek keterampilan, kesinambungan,
motivasi, dan keahlian baru.
(3) Kesertaan pada forum ilmiah (X3), yaitu keikutsertaan guru SMK pada
organisasi profesi, dengan melihat aspek profesionalisme dari sumber
lain, penambahan ide-ide, implementasi ide-ide, berbagi ide-ide dan
penemuan dalil-dalil, aksioma dan doktrin.
(4) Kinerja guru dalam penelitian ini adalah merupakan tingkat profesional
guru dalam proses belajar mengajar selama periode tertentu, yang dapat
dilihat melalui kemampuan, keterampilan, motivasi dan sikap
profesionalisme guru.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah angket/kuesioner. Angket disusun berskala pengukuran ordinal
mengingat angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert dengan kisaran
secara kontinus 1 – 5.
Tabel 3.1
Dimensi dan Indikator Variabel Pendidikan Lanjut (X1)
Variabel Dimensi Indikator Butir Jml
Pendidikan Lanjut
Pengetahuan 1. Bidang kajian utama 2. Keguruan
1, 2 3, 4 4 Kemampuan 1. Menyusun RPP
2. Menjawab pertanyaan siswa
5, 6 7, 8 4 Keterampilan 1. Mengajar
2. Menggunakan media belajar 3. Mengevaluasi
Tabel 3.2
Dimensi dan Indikator Variabel Pelatihan Profesi (X2)
Variabel Dimensi Indikator Butir Jml
Pelatihan Profesi
Keterampilan 1. Menggunakan alat praktek 2. Memberi contoh Keahlian 1. Wawasan teknologi terkini
2. Membuat alat peraga
17, 18
19, 20 4
Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 20
Tabel 3.3
Dimensi dan Indikator Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah (X3)
Variabel Dimensi Indikator Butir Jml
Kesertaan pada Forum Ilmiah
Profesionalisme dari sumber lain
1. Materi seminar
2. Wawasan kependidikan
1, 2
3, 4 4 Penambahan ide-ide 1. Teknik pembelajaran
2. Merancang media belajar
5, 6,
7, 8, 9 5 Implementasi ide-ide 1. Dalam pembelajaran
2. Pembuatan media belajar
10
11 2
Berbagi ide-ide 1. Membuat usulan dalam membuat kebijakan
1. Perubahan dalam pekerjaan 2. Mencoba hal baru
16, 17 18, 19, 20 5
Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 20
Tabel 3.4
Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Guru SMK (Y)
Variabel Dimensi Indikator Butir Jml
Kinerja Guru SMK
Kemampuan a. kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran
b. kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran (KBM)
c. kemampuan guru dalam melakukan penilaian hasil pembelajaran
Keterampilan a. keterampilan bertanya
b. keterampilan memberi penguatan c. keterampilan mengadakan variasi d. keterampilan menjelaskan
e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran f. keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil
g. keterampilan mengelola kelas
Sikap profesional
a. panggilan jiwa atas profesinya b. tanggung jawab yang maksimal c. idealisme
d. komitmen profesi
e. kesetiaan terhadap organisasi.
Motivasi kerja a. rasa aman dalam bekerja b. pengakuan dan penghargaan c. kesempatan
d. peningkatan kualitas diri e. tanggung jawab.
Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 80
E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Prosedur penelitian dalam kaitan penulisan ini dimaksudkan agar
peneliti dapat memberikan hasil maksimal dengan langkah-langkah yang benar
serta menepis kekeliruan yang sekecil-kecilnya. Di samping itu untuk
menetapkan data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Langkah awal diadakan persiapan yaitu latar belakang masalah,
perumusan masalah sampai hipotesis penelitian dan dilanjutkan dengan
asumsi-asumsi dari kajian kepustakaan, membuat kisi-kisi penyusunan instrumen,
menyusun pra instrumen penelitian, membuat model inventory dalam bentuk
kuesioner sementara, lalu dijustifikasi inventori oleh promotor (pakar), setelah
dinyatakan layak kemudian diujicobakan di SMKN 1 sebagian sampel.
Kemudian data diolah menjadi data mentah hasil uji coba, dianalisis item
dengan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan uji Alfa Cronbach.
Apakah semua item sudah valid dan reliabel, kalau tidak diadakan koreksi atau
dibuang, kalau benar-benar valid dan reliabel item tersebut digunakan.
Kemudian item yang sudah valid dan reliabel dihimpun lalu diujikan atau
hasil angket yang disebarkan ditabulasi, selanjutnya menghasilkan data yang
berbentuk data interval (Skala Likert). Data interval langsung diuji dengan
korelasi sederhana maupun korelasi ganda, ditemukan (hasil temuan penelitian),
dibahas dengan dimaknai (diinterpretasikan sesuai dengan analisis).
Akhirnya disimpulkan, implementasi dan rekomendasi. Prosedur
penelitian dimaksud dapat dilihat pada skema pada gambar 3.1.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN UJI INSTRUMEN
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
angket yang berisi pernyataan/pertanyaan yang harus dijawab oleh responden,
dengan memilih jawaban yang telah tersedia. Pemilihan jawaban oleh
responden didasarkan atas kesesuaiannya dengan persepsi, pengalaman, dan
pertimbangannya.
Item-item angket mengacu pada skala yang dikembangkan oleh Osgood,
yaitu yang berbentuk semantic differensial. Sugiyono (2002) menjelaskan
bahwa skala semantic differensial tersusun dalam satu garis kontinum, jawaban
yang sangat positif terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
Pengukuran semua variabel penelitian ini berskala ordinal. Untuk
kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis) yang
mempersyaratkan pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, maka
peningkatan pengukuran variabel berskala ordinal ke skala interval dilakukan
melalui method of successive intervals (Al Rasyid, 2005). Prosedur penggunaan
metode tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab
(memberikan) respons terhadap alternatif (kategori) jawaban yang
(2) Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (N),
kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden
tersebut.
(3) Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif
untuk setiap alternatif jawaban responden
(4) Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk
setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif
jawaban responden tadi.
(5) Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan
menggunakan rumus:
(6) Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai
skala ordinal ke nilai skala interval, dengan terlebih dahulu menentukan
angka indeks skala interval (SIx) yang diperoleh dari pengurangan angka
satu (diperoleh dari nilai skala yang nilainya kecil atau harga negatif
terbesar yang kemudian diubah menjadi sama dengan satu) dengan SVi
terkecil (= SVMin). SIx = 1 - SVMin. Sehingga untuk setiap alternatif
jawaban, skala intervalnya dapat diketahui dengan rumus : SIx = SVi +
SIx
2. Uji Instrumen
Untuk menguji validitas setiap item instrumen digunakan rumus
Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson, melalui prosedur sebagai Density at lower limit - Density at upper limit
Area under upper limit - Area under lower limit
berikut :
(1) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.
(2) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya
lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa
kelengkapan pengisian item instrumen.
(3) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.
(4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang
diperoleh untuk setiap respondennya. Dilakukan untuk mempermudah
perhitungan/pengolahan data selanjutnya.
(5) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
(6) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap item
instrumen dari data observasi yang diperoleh.
Rumus :
Y = Jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.
∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.
Y2 = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.
responden.
∑XY = Jumlah hasil kali nomor item angket ke i dengan jumlah skor yang
diperoleh masing-masing responden.
(7) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil
perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat
dalam tabel. Kriteria kesimpulan : Jika nilai rxy > r xy tabel, maka item
angket valid (sahih).
(8) Membuat kesimpulan.
Sedangkan uji reliabilitas instrumen, yaitu untuk mengetahui
konsistensinya digunakan Metode Alfa dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang
diperoleh untuk setiap respondennya.
(2) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
(3) Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
(4) Menghitung jumlah skor masing-masing item yang diperoleh.
(5) Menghitung jumlah kuadrat skor masing-masing item yang diperoleh.
(6) Menghitung varians masing-masing item
(7) Menghitung varians total
(8) Menghitung nilai koefisien Alfa
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya item instrumen
∑
2i
σ = Jumlah varians item
2
t
σ = Varians total
N = Jumlah responden.
(9) Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi
Product Moment yang terdapat dalam tabel. Kriteria kesimpulan: Jika
nilai uji r11 > nilai tabel r, maka instrumen angket reliabel
(10) Membuat kesimpulan.
Koefisien reliabilitas hasil hitung, menurut Arikunto (1995) dapat
diinterpretasi sebagai berikut: 0,000 – 0,199 (sangat rendah); 0,200 – 0,399
(rendah); 0,400 – 0,599 (sedang); 0,600 – 0,799 (kuat); dan 0,800 – 1,000
(sangat kuat).
G. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Rancangan Uji Hipotesis
Penelitian ini menganalisis hubungan kausal antara pendidikan lanjut,
pelatihan profesi, dan kesertaan pada forum ilmiah dengan kinerja guru SMK di
Kabupaten Majalengka. Untuk menganalisis hubungan kausal antara variabel
bebas (exogenous variable) dan variabel terikat (endogenous variable) dalam
penelitian ini digunakan Path Analysis Models. Proposisi hipotetik hubungan
dan pengaruh antar variabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram jalur
Gambar 3.2. DIAGRAM JALUR
Keterangan :
X1 = Variabel Pendidikan Lanjut
X2 = Variabel Pelatihan Profesi
X2 = Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah
= Koefisien korelasi variabel X1 dengan X3, menggambarkan
intensitas keeratan hubungan antara variabel X1 dengan X3.
= Koefisien korelasi variabel X2 dengan X3, menggambarkan
intensitas keeratan hubungan antara variabel X2 dengan X3.
= Koefisien jalur variabel X1 terhadap Y, menggambarkan besarnya
pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y.
= Koefisien jalur variabel X2 terhadap Y, menggambarkan besarnya
pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y.
= Koefisien jalur variabel X3 terhadap Y, menggambarkan besarnya
pengaruh langsung variabel X3 terhadap Y.
= Koefisien determinasi variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y,
menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1 dan variabel X2
terhadap Y.
= Koefisien determinasi variabel X1 dan variabel X3 terhadap Y,
menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1 dan variabel X3
terhadap Y.
= Koefisien determinasi variabel X2 dan variabel X3 terhadap Y,
menggambarkan besarnya pengaruh variabel X2 dan variabel X3
terhadap Y.
= Koefisien determinasi variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y,
menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1, X2 dan variabel
X3 terhadap Y.
ε = Variabel residu ε (variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel exogenous)
Pengujian hipotesis merujuk kepada langkah kerja sebagaimana yang
disarankan oleh Daniel J. Mueller (1986) dari Al Rasyid (2003:133) dalam
Sambas (2006:50), yaitu sebagai berikut:
(1) Menentukan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis
penelitian yang diajukan.
(2) Menentukan taraf kemaknaan/nyata α ( level of significance α ).
(3) Mengumpulkan data melalui sampel peluang (probability sample/random
sampel).
(4) Menentukan statistik uji yang tepat.
(6) Menghitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan. Lalu
memperhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah
penerimaan atau daerah penolakan.
(7) Membuat kesimpulan statistik (statistical conclusion), dan kesimpulan
penelitian (research conclusion).
(8) Menentukan nilai ρ (ρ - value).
2. Prosedur Analisis Statistika
Teknik analisis data dengan Path Analysis Models, menurut Al Rasyid
(2005) dijalankan dengan langkah kerja sebagai berikut:
(1) Menggambar dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi
hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya.
(2) Menghitung matriks korelasi antar variabel.
Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Pearson’s
Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) dari Karl
Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson
ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya
memiliki skala pengukuran interval. Rumus Pearson’s Coefficient of
Correlation (Product Moment Coefficient):
( )(
)
(3) Menghitung matriks korelasi variabel exogenous.
Menghitung matriks invers korelasi variabel exogenous.
(4) Menghitung semua koefisien jalur pxuxi, 1,2, … k; melalui rumus:
(5) Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel exogenous terhadap variabel endogenous secara
parsial, dengan rumus:
• Besarnya pengaruh langsung variabel exogenous terhadap variabel
• Besarnya pengaruh tidak langsung variabel exogenous terhadap
variabel endogenous = pxuxi x rx1x2 x pxuxi
• Besarnya pengaruh total variabel exogenous terhadap variabel
endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan
besarnya pengaruh tidak langsung = [pxuxi x pxuxi] + [pxuxi x rx1x2 x
pxuxi]
(6) Menghitung R2xu(x1,x2...xk), yaitu koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel exogenous secara
bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunakan
rumus :
(7) Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel endogenous di luar variabel exogenous, dengan rumus :
1 2 u(1,2,...,k)
u x x x x
x R
p ε = −
(8) Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel exogenous dalam sub struktur yang sedang diuji.
t = Mengikuti tabel distribusi t-student, dengan derajat bebas (degrees
of freedom) n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai
tabel t – student. (t0 > ttabel(n-k-1)).
(9) Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara
keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan
adalah (Nirwana Sitepu, 1994):
)
k = Banyaknya variabel exogenous dalam sub struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi F – Snedecor, dengan derajat bebas (degrees
of freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai
tabel F. (F0 > Ftabel(k, n-k-1)).
(10) Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
exogenous terhadap variabel endogenous, dengan statistik uji yang
digunakan adalah (Al Rasyid, 2005):
3. Interpretasi Data
Untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi penulis mencoba melihat
beberapa kriteria yang telah disampaikan oleh para ahli. Di antaranya, Riduwan
dan Akdon (2007:18) yang mengemukakan bahwa kriteria interpretasi skor
terdiri dari:
Angka 0 % - 20 % = Sangat Lemah
Angka 21 % - 40 % = Lemah
Angka 41 % - 60 % = Cukup
Angka 61 % - 80 % = Kuat
Angka 81 % - 100 % = Sangat Kuat
Sementara itu, Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman
(2007:128) mengemukakan tentang tingkat keeratan hubungan variable X dan
Y, yaitu:
Nilai Korelasi Keterangan
0,00 - < 0,20
≥ 0,20 - < 0,40
≥ 0,40 - < 0,70
≥ 0,70 - < 0,90
≥ O,90 - ≤ 100
Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
Hubungan rendah
Hubungan sedang/cukup
Hubungan kuat/tinggi
Hubungan sangat kuat/tinggi
Sedangkan Sugiyono (2008:184), mengetengahkan pedoman untuk
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sekalipun maknanya tidak jauh barbeda, namun rentang derajat kriteria
yang disampaikan Mohamad Ali (1985:188) dalam bukunya tentang Penelitian
Kependidikan Prosedur dan Strategi sebagai pembanding dalam rentang kriteria
koefisien korelasi untuk memperkuat pemaknaan interpretasi hasil penelitian
ini. Kriteria penafsirannya adalah:
± 0.00 s/d ± 0.20 tidak ada/hamper tidak ada korelasi
± 0.21 s/d ± 0.40 korelasi rendah
± 0.41 s/d ± 0.60 korelasi sedang
± 0.61 s/d ± 0.80 korelasi tinggi
± 0.81 s/d ± 1.00 korelasi sempurna
Berdasarkan beberapa kriteria yang disampaikan oleh para ahli di atas,
penulis menginterpretasikan data hasil penelitian berkaitan dengan efektivitas
Disertasi, Bab V, Ipong Dekawati, NIM 0706379, Nopember 2009 |
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Setelah mengadakan penelitian selama hampir enam bulan, yang selanjutnya
diolah dan dianalisis. Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan lanjut berpengaruh
terhadap kinerja guru, secara langsung sebesar 0,0506. Sedangkan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,0195. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 141 menunjukkan
bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh pendidikan lanjut sebesar 0,0701, maka hipotesis
pertama diterima.
Sementara itu pelatihan profesi berpengaruh terhadap kinerja guru, secara
langsung sebesar 0,3561. Sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,0248. Sesuai
dengan perhitungan pada halaman 143 menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi
oleh pelatihan profesi sebesar 0,3809. Maka hipotesis kedua dapat diterima.
Sedangkan kesertaan pada forum ilmiah berpengaruh terhadap kinerja guru,
secara langsung sebanyak 0,1410, dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,0243. Sesuai
dengan perhitungan pada halaman 144 menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi
oleh kesertaan pada forum ilmiah sebesar 0,1653. Dengan demikian hipotesis ketiga
diterima. Selanjutnya pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara
bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,3842, pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan
pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,2516, dan
pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama
terhadap kinerja guru sebesar 0,4865. Dengan demikian hipotesis keempat, kelima dan
keenam dapat diterima.
Selanjutnya secara bersama-sama ketiga faktor pengembangan guru yaitu
terhadap kinerja guru sebesar 0,6162. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 151
menunjukkan kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain di luar pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmah
sebesar 0,3838. Sehingga dapat dianalisis bahwa pelaksanaan pengembangan guru
SMK di Kabupaten Majalengka secara parsial belum berhasil dengan optimal,
maknanya bahwa pengembangan guru SMK secara parsial yang selama ini
dilaksanakan dapat dimaknai kurang efektif. Hal ini dikarenakan belum
terformulasinya perencanaan yang matang untuk pengembangan guru.
Pengembangan guru yang sudah berlangsung mayoritas bersifat pengembangan
guru yang dilaksanakan secara individu atau pengembangan diri, biayanya
ditanggung secara swadana dari guru yang bersangkutan. Selain biaya pendidikan
lanjut ditanggung secara mandiri oleh guru yang bersangkutan, guru yang
mendapat izin belajar tidak diperbolehkan meninggalkan tugas. Maka dalam
mengikuti pendidikan lanjut mereka mencari lembaga pendidikan yang lokasinya
tidak jauh dari tempat kerja agar tidak meninggalkan tugas mengajar. Sementara
itu di Kabupaten Majalengka sendiri perguruan tinggi masih terbatas. Keinginan
guru SMK untuk mengikuti pendidikan lanjut cukup tinggi guna memenuhi
tuntutan peraturan yang berlaku tentang kompetensi akademik guru. Oleh karena
itu pendidikan lanjut yang diikuti kurang relevan dengan latar belakang
pendidikan sebelumnya serta mata pelajaran yang diampunya. Sehingga
pengembangan guru SMK berlangsung kurang efektif. Sesuai dengan kriteria
Namun jika dianalisis secara keseluruhan dari ketiga program
pengembangan guru, yaitu pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada
forum ilmiah tingkat efektivitasnya termasuk kuat atau dapat dimaknai efektif,
dengan pengaruh sebesar 0,6162. Sesuai kriteria interpretasi skor yang
dikemukakan Sugiyono (2008:184) termasuk pada rentang interval koefisien 0,60
hingga 0,799 atau sama dengan kuat. Dengan demikian tingkat efektivitas
pengembangan guru secara keseluruhan yakni pendidikan lanjut, pelatihan
profesi dan kesertaan pada forum ilmiah dapat dikategorikan efektif. Maka
hipotesis ketujuh, yaitu terdapat pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan
kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten
Majalengka dapat diterima.
B. REKOMENDASI
Dari mulai pengumpulan, pengolahan data hingga analisis kemungkinan
terdapat kelemahan namun penulis telah berusaha seoptimal mungkin dengan nilai
akurasi data yang sahih. Beranjak dari kondisi tersebut penulis menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Mendekatkan kebutuhan akan pengembangan guru SMK dari kondisi yang
ada dengan kompetensi yang diharapkan, menentukan calon peserta
mengutamakan kebutuhan. Selanjutnya beri penghargaan (reward) setelah
mengikuti pendidikan lanjut, pelatihan profesi atau kesertaan pada forum
ilmiah dengan segera menyesuaikan akumulasi KUM mereka. Dengan
pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya atau mata
pelajaran yang diampu.
2. Dilakukan pembenahan dalam pengelolaan pengembangan guru SMK.
Dengan membuat perencanaan pengembangan guru SMK jangka pendek dan
jangka panjang disesuaikan tingkat akomodatif dan antisipatif kebutuhan pada
masa yang akan datang.
3. Menyesuaikan kompetensi guru SMK dengan kurikulum melalui inventarisasi
seluruh guru SMK di wilayah Majalengka, terutama guru produktif.
4. Dibuat matriks kompetensi (competency mattrix) untuk memberi ruang
pengembangan guru dikaitkan dengan pertimbangan linieritas dan pemerataan.
5. Sebagai dasar untuk kesertaan pada program pendidikan lanjut, pelatihan
profesi, dan forum ilmiah menggunakan analisis kesenjangan kemampuan dan
keterampilan atau pendidikan (skill gap and development need analysis).
6. Menyusun perencanaan sumber daya manusia, dalam kaitan ini guru SMK
yang komprehensif disesuaikan dengan perkembangan kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan (KTSP) setelah dikoordinasikan dengan pihak dunia usaha
dan dunia industri.
7. Pendekatan manajemen yang tepat disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat guna pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan guru SMK.
8. Dibuat strategi pengembangan guru yang baku namun adaptif terhadap
hendaknya tetap mengacu pada program pendidikan di SMK, yaitu
mengakomodir rumpun normatif, adaptif dan produktif.
C. IMPLIKASI
Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan lanjut,
pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah, baik secara terpisah maupun
bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten
Majalengka. Berbagai dimensi dari penelitian ini telah dianalisis dan disimpulkan.
Beranjak dari hasil analisis yang ada maka dapat dirumuskan implikasi dengan
beberapa penekanan sebagai berikut:
1. Upaya perluasan dan transparansi berkaitan informasi program pendidikan
lanjut, pelatihan profesi dan forum ilmiah sehingga sebanyak mungkin
informasi tersebut dapat diserap oleh guru SMK yang memerlukan dan
menginginkan pengembangan melalui ketiga program di atas. Penyebaran
informasi dapat dilakukan melalui alur informasi kedinasan (downward),
media komunikasi internal dinas pendidikan dan pemerintah daerah, ataupun
melalui mulut ke mulut dalam lingkungan pegawai dinas pendidikan. Dengan
sebaran informasi yang menyentuh seluruh guru SMK yang ada di wilayah
Kabupaten Majalengka sangat memungkinkan peluang guru SMK untuk
mengikuti program pengembangan ini menjadi lebih terbuka.
2. Upaya mendekatkan relevansi antara latar belakang pendidikan sebelumnya
atau dengan mata pelajaran yang diampu, diperlukan adanya seleksi awal
kesertaan pada forum ilmiah. Dimensi relevansi sangat penting untuk
diupayakan terus disinkronkan dengan mata pelajaran yang diampu agar
menghasilkan kebermanfaatan yang optimal, terutama bagi peningkatan mutu
proses pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan kompetensi
peserta didik.
3. Upaya peningkatan tingkat kepentingan atau esensialitas dilaksanakannya
program seleksi melalui skala prioritas, yaitu program mana yang lebih dulu
harus dikembangkan. Dalam pelaksanaannya dapat mengacu pada kebijakan
dan tujuan nasional tentang pendidikan serta diadakan dialog dengan pihak
dunia usaha dan dunia industri sebagai pengguna output SMK.
4. Upaya peningkatan manajemen atau kualitas pengelolaan ketiga program
pengembangan di atas dapat dilakukan dengan melaksanakan fungsi
manajemen yang sebenarnya, dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pemilihan pelaksana dan peserta, pengarahan, pengawasan serta evaluasi.
Program pengembangan guru SMK hendaknya direncanakan dengan tepat
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Disesuaikan dengan
kebutuhan dan tingkat kepentingan tujuan pendidikan kejuruan itu sendiri
sehingga diharapkan terdapat sinkronisasi antara kebutuhan tenaga kerja pada
dunia usaha dan dunia industri dengan lulusan SMK. Selanjutnya fungsi
pengorganisasian dan penetapan orang-orang yang akan melaksanakannya
disesuaikan dengan perencanaan dan target yang hendak dicapai lengkap
dengan pedoman atau petunjuk pelaksanaan dan uraian tugasnya. Samakan
dikendalikan melalui pengawasan yang cermat. Segera dilakukan penyesuaian
jika terjadi penyimpangan situasional dalam pelaksanaannya. Terakhir setiap
kegiatan selalu dievaluasi sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan
pengembangan guru SMK berikutnya.
Beberapa kelemahan yang terjadi pada program pengembangan guru SMK
melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi serta forum ilmiah memerlukan
perhatian khusus guna perbaikan di masa yang akan datang. Kondisi demikian
tidak dapat dibiarkan begitu saja, perlu perhatian khusus untuk mengelola
pengembangan guru SMK ini agar dana, waktu dan energi yang dikeluarkan dapat
seimbang dengan manfaat yang dirasakan atau sesuai dengan tujuan dan harapan.
Sekalipun memang untuk linieritas jenjang pendidikan ini tidak mudah karena
DAFTAR PUSTAKA
Adlan, Aidin (2000), Hubungan Sikap Guru Terhadap Matematika dan
Motivasi Berprestasi dengan Kinerja. Matahari No.1.
Anoraga, Panji (1997), Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi (1988), Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Jakarta : Depdiknas
___________(1995), Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Bafadal, Ibrahim (1992), Supervisi Pengajaran; Teori dan aplikasinya Dalam
Membina Profesi Guru. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara..
Bahaudin, Taufik (2007), Brainware Leadership Mastery: Kepemimpinan
Abad Otak dan Milenium Pikiran, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Bangun, Djonni. (2009), Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja
dengan Kinerja Guru Profesional SMK Negeri di Kota Malang
(http://www.google.co.id/search?q=
Disertasi+kinerja+guru&btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&hs=c6x&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&sa=2
Bernardin, H. John & Russel, Joyce E.A. (1993), Human Resource
Management, Singapore: MacGraw Hill Inc.
Cascio, Wayne F. (1993), Managing Human Resources, Productivity, Quality
of Work Life, Profits, Fourth Ed, New York: Mac Graw Hill.
Castetter, William B. (1996), The Human Resource Funtion in Educational
Administration. Sixth Edition. New Jersey-Columbus, Ohio: Prentice
Hall
Covey, Stephen R. (1997), The Seven Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.
Danim, Sudarwan (2003), Ekonomi Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia
___________ (2008), Kinerja Staf dan Organisasi, Bandung: Pustaka Setia
Dessler, Gary (2010), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Indeks.
Dharma, Surya (2009), Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Drucker, Peter F. (1997), Managing i a time of Great Change. Terjemahan. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo
Engkoswara (1987), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Erwin, Kontribusi Pelatihan Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja
Alumni Diklat: Studi Deskriptif Diklatpin IV Balai Diklat Aparutur Sukamandi http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0104110-132310/
Fattah, Nanang (2008), Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Flippo, Edwin B. (1984), Manajemen Personalia. Jilid I, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gomes, Faustino Cardoso (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset
Hadari, Nawawi (1985), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: PT. Gunung Agung
Hamalik, Oemar (2001), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
___________ (1999), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani (2002), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty.
Harahap, Baharuddin (2004), Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh
Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta:
Damai Jaya.
Hasibuan, Malayu SP. (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hill, Ann Marie (1994), Perspective on Philosophical Shifts in Vocational
Education : From Realism to Pragmatism and Reconstructionism, Jurnal of Vocational and Technical Education, Volume 10, November
Hornby, AS. (1987), Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.
Hoy, Wayne K.dan Miskel, Cecil G. (2001), Educational Administration:
Theory, Research, and Practice, Singapore: McGraw-Hll ook Co.
Hunger, David. J, and Wheelen, Thomas J. (1993), Strategic Management, USA, Addison-Wesley Publishing Company.
Jenurdin, Hubungan Intensitas Keikutsertaan Pelatihan, Latar Belakang
Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja
Penilik PLS di Kabupaten Sumedang,
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1213105-101452/
Joni, Raka T. (2008), Resureksi Pendidikan Profesional Guru, Malang: LP3UM – Cakrawala Indonesia
Laird, Dugan (1985), Training and Development. London: Penguin
Mangkunegoro, Prabu Anwar (2001), Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
McNergney, Robert F. dan Carrier, Carol A. (1981), Teacher Development, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Moon, Philip (1994), Menilai Bawahan Anda, Terjemahan Hari Wahyudi, Jakarta: PT. Pustaka Binarman Presindo.
Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman, Maman (2007), Analisis Korelasi,
Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia
Mulyasa, E. (2004), Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Musanef (1991), Manajemen Kepegawaian Indonesia, Jakarta: CV. Haji Masagung.
Notoatmodjo, S. (2003), Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Rampersad, Hubert K. (2006), Personal Balanced Score Card, Seri SDM No. 9 Terjemahan Wydia dan Abdul Rosyid, Jakarta: PPM
Rasdi Ekosiswoyo (2003), Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan, dan