• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR SWISS WEBSTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR SWISS WEBSTER."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEN

GAMBARAN HIS J

Diajukan untuk Mem

EL

FAKULTAS PENDID UNIV

ENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN

ISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

menuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gela Program Studi Biologi

Oleh

ELISABETH NOVIANA DWI PRATIWI

0608395

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI IDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGET NIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

TERHADAP

us musculus L.)

elar Sarjana Sains

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.)

JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

Oleh

Elisabeth Noviana Dwi Pratiwi (0608395)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Saefudin, M.Si NIP.196307011988031003

Pembimbing II

Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, MS NIP.195904011983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 6

G. Hipotesis ... 6

BAB II BEKATUL, KOLESTEROL DAN GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR SWISS WEBSTER A. Bekatul ... 7

B. Kolesterol... 12

(4)

D. Hati ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

E. Prosedur Kerja ... 34

F. Analisis Data... 40

G. Alur Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 64

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Komposisi Minyak Bekatul ... 10

2.2. Kandungan Nutrien dalam Bekatul ... 11

2.3. Lipoprotein ... 16

3.1. Pengaturan Randomisasi Mencit ... 33

3.2. Penempatan Mencit pada Setiap Kelompok ... 33

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bekatul pada Padi ... 7

2.2. Bekatul ... 8

2.3. Struktur Molekul Kolesterol ... 12

2.4. Lipoprotein ... 15

2.5. Mencit Albino ... 19

2.6. Organ Hati ... 22

2.7. Gambar Skematis Struktur Hati ... 23

2.8. Gambaran Histologi Hati Babi ... 24

2.9. Gambar Tiga Dimensional Hati ... 25

2.10. Gambaran Sinusoid Hati ... 26

2.11. Bagan Berbagai Unit Fungsi Hati ... 27

2.12. Gambaran Hepatosit Hati ... 29

2.13. Hepatosit yang Mengandung Tetesan Lemak ... 30

2.14. Gambaran Histologi Hati Normal ... 31

3.5. Diagram Alur Penelitian ... 41

(7)

4.2. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (3) Perlakuan Bekatul 6,6%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 45 4.3. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (4)

Perlakuan Bekatul 10%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 47 4.4. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (5)

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.1. Tabel Alat dan Bahan ... 64

2.1. Foto Dokumentasi ... 65

3.1. Komposisi Pakan Standar ... 66

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang utama di dunia dengan 16,7 juta kematian per tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan (Anonim, 2010b). Di Indonesia, 36 juta penduduk menderita penyakit ini dan 80% diantaranya meninggal akibat serangan jantung mendadak (Anonim, 2009). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh pembentukan plak di dalam arteri pembuluh darah jantung. Plak terdiri atas kolesterol, kalsium, dan bahan lain di dalam pembuluh darah yang lama kelamaan menumpuk di dalam dinding pembuluh darah jantung (arteri koronaria) serta arteri di tempat lain. Proses ini disebut dengan pengerasan arteri atau atherosclerosis atau ateroma (Davidson, 2003).

(10)

2

proteksi wanita yang baik terhadap faktor risiko, proteksi hormonal, dan perbedaan metabolik pria dan wanita (Nababan, 2008).

Kebanyakan orang memilih mengatasi masalah hiperkolesterolemia ini dengan obat-obatan sintetis yang bersifat menurunkan kadar kolesterol tubuh. Akan tetapi, obat-obatan ini harganya mahal karena bahan bakunya masih diimpor (Yuniastuti, 2002). Padahal untuk tahap awal, terapi non farmakologis seperti diet dan gerak badan lebih diutamakan, tetapi apabila terapi non farmakologis ini gagal, selanjutnya dilakukan terapi farmakologis, baik dengan menggunakan obat alami maupun obat modern (Ariantari, 2010). Akan tetapi, penanggulangan dengan obat-obatan ternyata tingkat keberhasilannya rendah karena perlu kedisiplinan yang tinggi. Hampir 70% pasien hiperkolesterolemia di Indonesia gagal mencapai sasaran kadar kolesterol sesuai dengan panduan pengobatan. Suatu studi di Asia dengan total responden 7.281 pasien hiperkolesterolemia menyatakan bahwa hampir setengah dari mereka yang menjalankan terapi kerap lupa mengkonsumsi satu dosis obat dalam jangka waktu satu minggu atau lebih. Bahkan, sebanyak 65,1 persen pasien mengaku lupa mengkonsumsi obat penurun kadar kolesterol beberapa kali dan menganggap hal tersebut tidak mempengaruhi kadar kolesterol mereka (Pramudiarja, 2010). Oleh karena itu perlu senyawa alternatif dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah kardiovaskuler, antara lain menggunakan bahan tradisional yang harganya lebih terjangkau (Yuniastuti, 2002).

(11)

3

melimpah dari tahun ke tahun karena pabrik penggilingan padi yang jumlahnya memang cukup banyak. Data dari Departemen Pertanian, diperkirakan pada tahun 2006 produksi beras nasional mencapai angka 54,74 juta ton. 10% dari total produksi beras dapat dihasilkan bekatul, sehingga dari 54,75 juta ton produksi beras nasional diperkirakan akan dihasilkan 5,5 juta ton bekatul. Produksinya yang melimpah membuat bekatul mudah didapat dan harganya murah. Tetapi sayang pemanfaatan bekatul hingga saat ini hanya sebagai pakan ternak saja (Ardiansyah, 2008). Padahal, bekatul memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol tubuh.

Serat pangan (dietary fiber) dan minyak yang terkandung dalam bekatul disinyalir dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Serat telah banyak digunakan dan direkomendasikan untuk mencegah peningkatan kolesterol ke arah hiperkolesterolemia, dan atau mengembalikan kadar kolesterol darah yang tinggi pada hiperkolesterolemia ke normokolesterolemia (Hernawati, 2009). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa serat yang terdapat dalam bekatul dapat menurunkan konsentrasi kolesterol plasma dan hati (Ayano et al., 1980; Topping et al., 1990; dan Kahlon et al., 1996). Selain serat, kandungan minyak dalam

bekatul seperi kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, γ-oryzanol, dan

(12)

4

bekatul yang dijual di Indonesia merupakan produk impor dari Thailand sehingga harganya relatif mahal (Anonim, 2010c). Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan pemanfaatan bekatul yang melimpah di Indonesia.

Organ hati merupakan jalur utama untuk sintesis dan metabolisme

kolesterol, juga untuk eliminasi kolesterol darah. Oleh sebab itu, kolesterol yang

terdapat pada organ hati dapat menjadi tolak ukur dari pengaruh diet terhadap

metabolisme kolesterol (Kahlon et al., 1996). Salah satu cara untuk mengetahui

kadar kolesterol organ hati adalah dengan mengamati gambaran histologinya

karena kolesterol terpapar pada jaringan organ ini (Junqueira, 1982). Selain itu,

dengan cara ini juga dapat diketahui pengaruh perlakuan terhadap jaringan hati.

Berdasarkan landasan pikiran diatas, maka diperlukan adanya pengkajian yang lebih dalam mengenai pengaruh pakan dengan tambahan bekatul terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

(13)

5

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hewan percobaan adalah mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss

Webster berumur sekitar delapan minggu dengan berat badan 20 − 30 gram.

2. Bekatul yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tempat penggilingan padi di daerah Cimahi.

3. Konsentrasi bekatul yang diberikan pada kelompok perlakuan berdasarkan penelitian sebelumnya dan telah dimodifikasi adalah 0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3% dari pakan yang diberikan yaitu 6 g/ekor/hari (Kahlon et al., 1992).

4. Gambaran histologi yang diinterpretasi berasal dari preparat histologi yang dibuat dengan dua macam metode yaitu metode beku (freezing microtome) dengan pewarnaan Schultz-Smith dan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.

E. Manfaat Penelitian

(14)

6

bekatul yang melimpah di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama mengenai pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.

F. Asumsi

Adapun asumsi yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perubahan metabolisme lipid dapat terlihat dalam hati, plasma, dan jaringan periferi (Linder, 1992).

2. Diet bekatul dapat menurunkan kolesterol plasma dan hati pada hamster (Kahlon et al., 1996).

3. Pada tikus, fitosterol bekatul dapat menurunkan level sirkulasi lipid (Rukmini dan Raghuram, 1991).

G. Hipotesis

(15)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Desain ini sering digunakan jika percobaan bersifat homogen, seperti percobaan dalam laboratorium atau rumah kaca (Nazir, 2003). Secara acak, mencit-mencit dikelompokkan pada 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Banyaknya pengulangan (replikasi) yang dilakukan (Gomez, 1995) yaitu :

T (r − 1) ≥ 20

5 (r − 1) ≥ 20 Keterangan : T = jumlah perlakuan

r ≥ 5 r = jumlah replikasi

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pengulangan yang dibutuhkan pada setiap kelompok sebanyak 5 kali atau 5 ekor mencit sehingga jumlah total mencit yang digunakan sebanyak 25 ekor. Setiap mencit diberi nomor

(1−25) dan setiap kandang diberi tanda (A−E) untuk menunjukkan kelompok

(16)

33

mencit sehingga didapatkan kelompok mencit yang akan menempati setiap kandang.

Tabel 3.1. Pengaturan Randomisasi Mencit

1C 2A 3C 4A 5B

6C 7B 8C 9E 10B

11D 12A 13E 14B 15E 16D 17D 18A 19E 20B 21C 22D 23D 24E 25A

Tabel 3.2. Penempatan Mencit pada Setiap Kelompok

Kandang Perlakuan

(konsentrasi bekatul) No. Mencit

A 0% 2 4 12 18 25

B 3,3% 5 7 10 14 20

C 6,6% 1 3 6 8 21

D 10% 11 16 17 22 23

E 13,3% 9 13 15 19 24

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian adalah seluruh organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster, sedangkan sampelnya adalah gambaran histologi organ hati mencit.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

(17)

34

Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI. Pemeliharaan mencit dan pemberian perlakuan dilakukan di rumah kaca Kebun Botani FPMIPA UPI. Pembedahan dan pengambilan organ hati dilakukan di Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI. Pembuatan preparat histologi hati dilakukan di Laboratorium Struktur Tumbuhan FPMIPA UPI.

E. Prosedur Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Aklimasi Mencit

Mencit diaklimasi di rumah kaca Kebun Botani Jurusan Pendidikan Biologi UPI selama tujuh hari dengan suhu ruangan rata-rata 23-26°C. Tahap ini bertujuan untuk membuat hewan uji beradaptasi dengan kondisi lingkungan saat percobaan.

Mencit dimasukkan kedalam kandang berukuran 30 × 20 × 12 cm. Setiap

kandang berisi satu mencit. Selama aklimasi, mencit hanya diberi pakan standar dan air minum secara ad libitum. Pakan yang diberikan sebanyak 6 gram/hari/ekor. Botol minuman diisi ulang apabila air sudah habis dan dibersihkan tiga hari sekali. Kandang dibersihkan dan diganti serbuk gergajinya seminggu sekali.

b. Pembuatan Pakan Berlemak

(18)

35

dicampur dengan 1 kg pakan standar laboratorium yang berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia (no.cp551). Setelah homogen, adonan dibentuk menjadi pelet menggunakan penggilingan daging. Pelet kemudian dikeringkan menggunakan oven.

c. Penentuan Konsentrasi dan Pembuatan Pakan dengan Tambahan Bekatul

Pada penelitian ini, bahan yang diuji adalah bekatul. Konsentrasi bekatul yang digunakan adalah 0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3% dari banyaknya pakan yang diberikan (6 gram/ekor/hari). Penentuan konsentrasi ini berdasarkan penelitian sebelumnya dimana pemberian serat bekatul sebanyak 10% dari jumlah pakan yang diberikan (Kahlon et al., 1992).

Tabel 3.3. Penentuan Konsentrasi

No. Kelompok Perlakuan

Konsentrasi Bekatul

Jumlah Bekatul (g/6g/ekor/hari)

1 Kontrol 0% 0

2 I 3,3% 0,2

3 II 6,6% 0,4

4 III 10% 0,6

5 IV 13,3% 0,8

(19)

36

2. Tahap Perlakuan

a. Pemberian Pakan Berlemak

Setelah diaklimasi, mencit diberi pakan berlemak selama tujuh hari (Pradestiawan, 2008). Banyaknya pakan yang diberikan 6 g/hari/ekor. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kolesterol mencit sehingga mencit mengalami hiperkolesterolemia. Penambahan kolesterol sebesar 200 mg tiap 100 g pakan dapat meningkatkan kadar kolesterol serum tikus putih (Iswari 1995). Pada tahap ini mencit diberi air minum biasa.

b. Pemberian Pakan dengan Tambahan Bekatul

Setelah mengalami hiperkolesterolemia, mencit diberi pakan dengan tambahan bekatul sesuai konsentrasi yang telah ditentukan selama 14 hari. Pakan ini diberikan sebanyak 6 g/hari/ekor. Selama perlakuan ini mencit diberi air minum biasa.

3. Tahap Pengambilan Organ

(20)

37

4. Tahap Pembuatan Preparat Histologi Hati

Organ hati yang telah difiksasi kemudian dibuat preparat histologinya. Terdapat dua metode pembuatan preparat yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode beku (freezing microtome) dengan pewarnaan Sculthz-Smith dan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin.

Metode beku (freezing microtome) adalah salah satu cara membuat preparat irisan dengan cara membekukan jaringan sehingga keras dan mudah diiris. Kelebihan dari metode ini adalah prosesnya cepat, jaringan hanya sedikit mengerut dibandingkan dengan metode parafin, dan hampir setiap metode pewarnaan dapat dikerjakan bila menggunakan metode ini. Tetapi kekurangannya adalah sulit untuk mendapatkan irisan yang tipis dan seri, juga hampir tidak mungkin untuk dapat melihat elemen-elemen struktural dalam kedudukannya yang asli. Prosesnya diawali dengan mencelupkan jaringan yang telah difiksasi kedalam larutan garam fisiologis kemudian jaringan dibekukan dengan menuangkan N2 (nitrogen cair) keatas jaringan. Setelah beku, jaringan diiris menggunakan mikrotom dengan ketebalan 20µm. Irisan kemudian diambil

(21)

38

irisan diletakkan diatas gelas objek hingga mengering. Irisan kemudian ditetesi asam asetat glasial lalu ditutup dengan kaca objek. Preparat kemudian diamati dan diambil gambarnya. Hasil dari metode pewarnaan Schultz-Smith adalah kolesterol atau ester-esternya berwarna hijau untuk beberapa saat, kemudian menjadi coklat setelah 30 menit (Suntoro, 1983).

Metode selanjutnya adalah metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin. Metode ini digunakan untuk melihat keadaan struktur hati yang lebih jelas karena dengan metode beku hal ini tidak dapat dilakukan. Dengan metode parafin, hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik. Hasil irisannya pun dapat jauh lebih tipis daripada metode beku. Tetapi, bila menggunakan metode ini jaringan akan menjadi keras, mengerut, dan mudah patah. Tahapan kerja dari metode parafin adalah sebagai berikut : fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi, penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), penempelan (affixing), deparafinisasi, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan pelabelan (labelling).

(22)

39

Tahap ini dilakukan didalam oven yaitu dengan merendam organ dalam cairan parafin dengan titik leleh 48−52°C, 52−54°C, dan 54−56°C selama

masing-masing 1−2 jam. Setelah diinfiltrasi, organ ditanam dalam parafin keras

menggunakan cetakan logam hingga terbentuk blok parafin dengan organ ditengahnya. Tahap penyayatan dilakukan menggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan 4µm. Irisan yang terbentuk ditempel pada gelas objek yang

sebelumnya telah diolesi haupt atau albumin. Agar benar-benar menempel, irisan kemudian ditetesi akuades lalu diletakkan diatas hot plate dengan suhu 40°C

hingga mengering. Tahap selanjutnya adalah deparafinisasi yaitu menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan dengan cara merendam jaringan didalam larutan xilol selama 15 menit. Setelah itu, jaringan memasuki tahap pewarnaan. Langkahnya yaitu mencelupkan jaringan kedalam alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%, dan akuades. Setelah itu, jaringan dicelupkan kedalam larutan pewarna Hematoxylin Erlich selama 3−7 detik lalu dicuci dengan air. Jaringan

kemudian dicelupkan kedalam alkohol 30%, 50%, 60%, dan 70%. Setelah itu, jaringan direndam dalam larutan pewarna yang kedua yaitu Eosin Y 0,5% (dalam alkohol 70%) selama 1−3 menit. Setelah terwarnai, jaringan dicelupkan kedalam

(23)

40

F. Analisis Data

(24)

41

G. Alur Penelitian

Pembuatan proposal

Tahap persiapan

Aklimasi mencit selama tujuh hari

Pembuatan pakan berlemak dan pakan dengan tambahan bekatul

Pemberian pakan berlemak selama 7 hari

Pemberian pakan dengan tambahan bekatul (0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3%) selama 14 hari

Pembedahan dan pengambilan organ hati

Pembuatan dan pewarnaan preparat histologi organ hati

Analisis data

Kesimpulan

(25)

56 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa

penambahan bekatul pada pakan tidak berpengaruh terhadap gambaran histologi

organ hati mencit. Hal ini terjadi diduga karena tidak dilakukannya proses

stabilisasi pada bekatul sehingga kandungan lemaknya, yang dapat menurunkan

kadar kolesterol, berubah dan kehilangan potensi menurunkan kolesterol. Dengan

begitu, hanya kandungan serat yang didugaberperan dalam menurunkan kadar

kolesterol, sehingga penurunannya tidak optimal. Hanya pakan dengan tambahan

bekatul konsentrasi tertinggi (13,3%) yang tampak menurunkan kadar kolesterol

organ hati dilihat dari gambaran histologinya. Penurunan kadar kolesterol hati

terjadi karena serat dapat mengikat empedu, sehingga empedu terbuang melalui

feses. Dengan demikian, hati akan mensintesis empedu kembali dari kolesterol

yang terdapat dalam tubuh.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan proses stabilisasi terlebih dahulu terhadap bekatul yang

digunakan dalam uji pengaruh penambahan bekatul pada pakan sehingga

(26)

57

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh penambahan bekatul

pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit dengan waktu

perlakuan yang lebih lama dan konsentrasi bekatul yang lebih tinggi.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh pakan dengan tambahan

(27)

58

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J. I. (1994). “Cholesterol: A Current Perspective”. Nutrition & Food Science [Online]. Vol. 94, halaman 8−11. Tersedia: http://www.emeraldinsight.com/index.htm [28 Juli 2010]

Anonim. (2003). Food and Fitness: A Dictionary of Diet and Exercise. [Online]. Tersedia: http://www.answers.com/topic/lipoprotein [5 Agustus 2010]

Anonim. (2009, Januari). Mitos dan Fakta Kolesterol. Majalah Farmacia [Online], 8. Tersedia: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/ one_news_print.asp?IDNews=1076 [28 Juli 2010]

Anonim. (2010a). Ciri Organ Hati Kotor dan Makanan Pembersihnya. [Online]. Tersedia: http://www.healthyzone-hipocrates.blogspot.com [15 Oktober 2010]

Anonim. (2010b). Penyakit Jantung Koroner. [Online]. Tersedia: http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=72 [5 Agustus 2010]

Anonim. (2010c, 1 Juni). Jantung Sehat Dengan Minyak Bekatul. Kompas [Online]. Tersedia: http://www.kompas.com/ [23 September 2010]

Ardiansyah. (2004). Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/ [28 Mei 2010]

Ardiansyah. (2008). Bekatul untuk Menurunkan Hipertensi dan Hiperlipidemia. [Online]. Tersedia: http://www.kamusilmiah.com/ [28 Mei 2010]

Ariantari, N. P., Yowani S. G., dan Swastini D. A. (2010). “Uji Aktivitas Penurunan Kolesterol Produk Madu Herbal yang Beredar di Pasaran Pada Tikus Putih Diet Lemak Tinggi”. Dalam Jurnal Kimia. 4(1),15−19.

(28)

59

Astawan, M. (2009). Bekatul, Gizinya Kaya Betul. [Online]. Tersedia: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/14/12533349/Bekatul..Gizinya. Kaya.Betul [1 Maret 2010].

Ayano Y. et al. (1980). “Dietary Fiber Fractions in Defatted Rice Bran and Their Hypocholesterolemic Effect in Cholesterol-Fed Rats”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 33, halaman 283−291. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]

Bahri, A. T. (2004). Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. [Online]. Tersedia: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri.pdf [5 Februari 2010]

Ballenger, L. (1999). Mus musculus. [Online]. Tersedia: http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Mus_mu sculus.html. [29 Juli 2010]

Bevelander, G. dan Ramaley J. A. (1988). Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Bowen, R. (1998). Hepatic Histology : Hepatocytes. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]

Bowen, R. (2003). Hepatic Histology : Sinusoids. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]

Davidson, C. (2003). Seri Kesehatan : Bimbingan Dokter Pada penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Dian Rakyat.

Dellmann, H. D. dan Brown E. M. (1992). Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press.

Embar, W. (2005). Grains. [Online]. Tersedia:

http://www.veganpeace.com/nutrient_information/nutrient_content_tables/ display_tables/grains/grains.htm [2 Agustus 2010]

(29)

60

Gomez, K. A., dan Anturo. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta : UI Press.

Hanny. (2002). Beras Makanan Pokok Sumber Protein. [Online]. Tersedia: http://kadaikopi.com/wp-content/uploads/2009/05/beras41.png [23 September 2010]

Harkness, J. E. dan Joseph E. W. (1989). The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. London: Lea & Febiger.

Harper, H. A. (1951). Review of Physiological Chemistry. California: University Medical.

Hernawati. (2009). Peranan Berbagai Sumber Serat dalam Dinamika Kolesterol Pada Individu Hiperkolesterolemia dan Normokolesterolemia. Bandung: diterbitkan.

Ingils, J. K. (1980). Introductory to Laboratory Animal Science and Technology. New York: Pergamon.

Iswari R. S. (1995). Lemak dan Kolesterol, Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung Koroner. Laporan Penelitian IKIP Semarang. Semarang : IKIP Semarang Press

Junqueira, L. C., dan Carneiro, J. (1982). Histologi Dasar. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Kahlon, T. S. et al. (1990). “Influence of Rice Bran, Oat Bran, and Wheat Bran on Cholesterol and Triglycerides in Hamsters”. Dalam Cereal Chemistry

[Online], Vol 67, halaman 439−443. Tersedia:

http://www.aaccnet.org/cerealchemistry/ [8 Februari 2010]

Kahlon, T. S. et al. (1996). “Cholesterol-Lowering by Rice Bran and Rice Bran Oil Unsaponifiable Matter in Hamster”. Dalam Cereal Chemistry [Online],

Vol 73, halaman 69−74. Tersedia:

(30)

61

Kahlon, T. S.et al. (1992). “Cholesterol Lowering in Hamster Fed Rice Bran at Various Levels, Defatted Rice Bran and Rice Bran Oil”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 122, halaman 513−519. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [28 Mei 2010]

King, D. (2002). Lobule of Pig Liver. [Online]. Tersedia: http://www.siumed.edu/~dking2/erg/GI152b.htm [15 Oktober 2010]

Kurnadi, K. A. (2001). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Jilid 1. Bandung: tidak diterbitkan.

Lestari, E. (2005). Pengaruh Penambahan Bekatul Sebagai Bahan Pengisi Tempe Terhadap Kadar Protein Tempe Kedelai. Skripsi UMS. Surakarta : diterbitkan.

Linder, M. C. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian secara Klinis. Jakarta: UI Press.

Mayes, P. A. (1983). Lipids dan Metabolism of Lipids : II. Role of the Tissue. Dalam : Mayes, P. A, D. W. Martin and V. W. Rodwell (Editor). Harper’s Review of Biochemistry. 19thEd. Lange Medical Publications.

Mickey. (2006). Bekatul Sebagai Makanan Fungsional. [Online]. Tersedia: http://www.mail-archive.com/ [22 Februari 2010]

Mixon, M. J., Dodson, W. L., dan Miller, H. W. (1990). “Effects of Selected Dietary Constituents on Serum Total Cholesterol in Growing-Finishing Swine”. Dalam Federation of American Societies for Experimental Biology Journal [Online], Vol 4, halaman A529. Tersedia: http://www.fasebj.org/ [8 Februari 2010]

Montgomery, R. et al. (1993). Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

(31)

62

Nababan, D. (2008). Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan : diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noor, R. A. (2010). Laporan Biologi Percobaan 4. [Online]. Tersedia : http://eqon.blogspot.com/2010/04/laporan-biologi-percobaan-4.html [26 November 2010]

Pradestiawan, T. (2008). Gambaran Histologi Organ Hati Pada Mencit (Mus musculus L.) Betina Galur Swiss Webster Setelah Pemberian Pektin dari Kulit Pisang Ambon (Musa sp.). Skripsi pada Program Studi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan.

Pramudiarja, U. (2010). Pengobatan Kolesterol Tinggi Banyak yang Gagal. [Online]. Tersedia: http://www.detikhealth.com/ [28 Juli 2010]

Raghuram, T. C. et al. (1989). “Studies on Hypolipidemic Effects of Dietary Rice Bran Oil in Human Subjects”. Dalam Nutrition Report International

[Online], Vol 39, halaman 889−895. Tersedia:

http://stabilizedricebranresearch.com/_pdfs/

Cardiac7RB.oil.hypolipidemic.pdf [8 Februari 2010]

Rukmini, C. dan Raghuram C. T. (1991). “Nutritional and Biochemical Aspects of The Hypolipidemic Action of Rice Bran Oil : A Review”. Dalam Journal of American College of Nutrition [Online], Vol 10(4), halaman 593−601. Tersedia: http://www.jacn.org/ [8 Februari 2010]

Setijono, M. M. (1985). Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor : diterbitkan.

Smith, J. B. dan Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

(32)

63

Suntoro, S. H. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Tala, Z. Z. (2009). Faktor Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Profil Lipid. Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU. Medan: diterbitkan.

Topping D. L. et al. (1990). “Modulation of The Hypolipidemic Effect of Fish Oils by Dietary Fiber in Rats : Studies with Rice and Wheat Bran”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 120, halaman 325−330. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]

Waspadji, S. (1989). Diabetes Mellitus dan Serat. Gizi Indonesia. Vol XIV, No.2.

Wresdiyati, T. et al. (2006). “Profil Imunohistokimia Superoksida Dismutase (SOD) Pada Jaringan Hati Tikus Dengan Kondisi Hiperkolesterolemia”. Hayati. 13, (3), 85−89.

Gambar

Tabel
Gambar Skematis Struktur Hati .........................................................
Tabel Alat dan Bahan .........................................................................
Tabel 3.1. Pengaturan Randomisasi Mencit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian seorang jenius lain adalah Yaqut Al- Musta‟shimi yang disebutkan dalam sejarah sebagai yang memberikan keindahan tiada tara semasanya pada bidang kaligrafi,

Pengaruh AdopsiInternational Financial Reporting Standards Good Corporate Governance, Dan Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Dan

“ analisis formalis dari karya seni mempertimbangkan efek estetika yang diciptakan oleh bagian-bagian komponen dari desain, bagian-bagian ini disebut elemen formal,

Jika pada hari itu dia mendapatkan keuntungan sebesar 10%, maka besarnya pendapatan yang didapatkan pada hari itu adalah ..b. Dalam waktu satu minggu motor tersebut dijual

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan saya bersedia dituntut di depan pengadilan serta bersedia menerima segala tindakan yang diambil oleh pemerintah,

LAMPU OTOMATIS YANG DIAKTIFKAN SUARA adalah suatu rangkaian elektronika yang outputnya berupa lampu menyala dengan memberikan input suara yang kepekaannya dapat diatur

PERBANDINGAN HASIL PASSING MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM (INSIDE) DENGAN PASSING MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN LUAR (OUTSIDE)TERHADAP KETEPATAN PASSING PENDEK FUTSAL..

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah yang dirawat