DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN DISERTASI . . . ii
HALAMAN PERNYATAAN . . . iii
ABSTRAK . . . iv
ABSTRCT . . . v
KATA PENGANTAR . . . vi
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH . . . viii
DAFTAR ISI . . . xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . 9
C. Tujuan Penelitian . . . 10
D. Manfaat Penelitian . . . .. . . 11
E. Asumsi Penelitian .. . . 11
BAB II NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MEMBINA DISIPLIN SISWA A. Urgensi Pendidikan Nilai . . . 17
1. Substansi Pendidikan Nilai . . . 17
a. Pengertian tentang Nilai . . . . . . 17
b. Konsep dan Hakikat Pendidikan Nilai . . . 22
c. Ruang Lingkup Pendidikan Nilai . . . 34
d. Pendidikan Nilai di Sekolah . . . 40
2. Dasar-Dasar Nilai-Nilai Akhlak . . . 43
a. Pengertian Akhlak . . . 43
b. Kandungan Nilai-Nilai Akhlak dalam Alquran. . . . 47
C. Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran . . . . 68
1. Makna Transformasi dan Disiplin . . . 68
2. Makna Pendidikan Akhlak . . . 72
3. Pendidikan Akhlak dalam Pembelajaran . . . … 73
4. Integrasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran . . . .. 82
D. Hubungan antara Pendidikan Akhlak, Pembelajaran IPS, dan Pengenbangan Disiplin dalam Konteks Pendidikan Umum 1. Pendidikan Akhlak dan Kehidupan Sosial . . . 85
2. Konsep dan Dokumen Pendidikan IPS di Sekolah Dasar . 90
a. Konsep Pendidikan IPS di Sekolah Dasar . . . 90
b. Dokumen IPS di Sekolah Dasar . . . 94
3. Pembinaan Disiplin Siswa di Sekolah . . . 98
4. Kajian antara Nilai-Nilai Akhlak, Pengajaran IPS, dan Pembinaan Disiplin dalam Pendidikan Umum . . . 103
a. Konsep Pendidikan Umum . . . 103
b. Hakikat Pendidikan Umum . . . 105
c. Pola Umum Sistem Nilai Kehidupan Manusia . . . 107
d. Kaitan Nilai-Nilai Akhlak, Pembelajaran IPS, dan Pembinaan Disiplin Siswa . . . 108
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian . . . 113
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian . . . 125
1. Identifikasi Subjek Penelitian . . . 125
2. Nilai-Nilai Akhlak dalam Mata Pelajaran IPS . . . 127
4. Kendala-Kendala dalam Mentransformasikan Nilai Akhlak 169
5. Deskripsi Suasana Disiplin Siswa di SDN Pemurus Baru .. 171
B. Pembahasan Hasil Penelitian . . . 185
1. Kandungan Nilai-Nilai Akhlak dalam Mata Pelajaran IPS. . 185
2. Proses Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin. . . 194
a. Perencanaan Guru . . . 194
b. Implementasi Mengajar Guru . . . 204
3. Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru . . . 215
4. Suasana Disiplin Siswa di Sekolah . . . 218
5. Hasil Upaya Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Proses Pembelajaran IPS . . . 225
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Umum . . . 230
B. Simpulan Khusus . . . 234
C. Rekomendasi . . . 239
DAFTAR PUSTAKA . . . 241
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu isu penting yang dikemukakan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara, 11
Mei 2010 yang lalu adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak yang
dikenal dengan character building. Presiden mengemukakan bahwa yang disebut
dengan karakter kuat atau baik, baik perseorangan, masyarakat, maupun bangsa
adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Yudhoyono
(2010) http;//www.setneg.go.id/index.php? option=com content&task =iew&id =4552&Itemid=26[18 Mei 2012]
Pendidikan akhlak akhir-akhir ini mengemuka karena sekarang ini bangsa
Indonesia telah dilanda oleh krisis multi dimensional yang berpangkal dari krisis
akhlak, sehingga berdampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai
fenomena dan gejala sosial seperti praktek sopan santun yang sudah mulai memudar,
kasus-kasus kekerasan, geng motor, pornografi, tauran, bentrok antarwarga, makin
membudayanya ketidakjujuran yang tercermin dengan makin meningkatnya korupsi
di kalangan pejabat negara, kasus-kasus narkoba, kekerasan di kalangan siswa, seolah
sudah menjadi pemberitaan sehari-hari.
Budimansyah (2011: 47) menguraikan bahwa secara kasat mata kita
menyaksikan betapa masih lebarnya kesenjangan antara konsep dan muatan nilai
sosial, kultural, politik, ideologis, dan religiositas dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia sampai dengan saat ini. Dalam media massa
setiap saat kita menyaksikan kondisi paradoksal antara nilai dan fakta, seperti tindak
kekerasan, pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi kekuasaan, korupsi
kolektif, kolusi dengan baju profesionalisme, dan seterusnya.
Sekolah sebagai institusi pendidikan yang berperan aktif dalam menanamkan
nilai-nilai kepada siswa selalu memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan
nilai dalam rangka membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, yakni
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cita-cita
tersebut tercantum dalam setiap tujuan pendidikan nasional dari masa ke masa. Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 bab II pasal 3 menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional … bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk memenuhi tuntutan tujuan di atas, semua program pendidikan di
berbagai jenjang dan jenis pendidikan dirancang untuk melaksanakan fungsi dan
tujuannya ke arah itu. Rancangan program pendidikan itu disebut dengan kurikulum.
Dalam Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003, Bab I pasal 1 ayat 19, disebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh
ijazah.
Sehubungan dengan itu, kebijakan mengenai kurikulum seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 37 ayat (1)
menyatakan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
antara lain Pendidikan Agama. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan
agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dalam penjelasan
tersebut terkandung makna bahwa dalam setiap pembelajaran menempatkan akidah
dan akhlak sebagai potensi rohani yang harus diwujudkan dalam bentuk amal shaleh
sehingga menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. Kebijakan lainnya yang berhubungan dengan
tugas-tugas guru dalam proses pembelajaran adalah bahwa mulai tahun ajaran 2011-2012
setiap guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hendaklah
mencantumkan “karakter siswa yang diharapkan” setelah rumusan SK dan KD dan
tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan agama seperti yang
dikemukakan oleh Daradjat (2001: 174) bahwa pendidikan Islam berfungsi untuk: (1)
menanamkan rasa keimanan yang kuat, (2) menanamkembangkan kebiasaan dalam
melaksanakan amal ibadah, amal shaleh, dan akhlak mulia, (3)
menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah
Allah SWT.
Dalam kaitan ini, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (3)
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan dengan amanat ini
akhirnya pendidikan akhlak diakomodasi oleh lembaga pendidikan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Semua lembaga
pendidikan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat
menyelenggarakan pendidikan akhlak, dan semua mata pelajaran hendaknya
mengandung nilai-nilai akhlak yang terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa akhlak merupakan elemen
penting dalam pendidikan. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai kata kunci yang
berkenaan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam
undang-undang atau peraturan mengenai tujuan pendidikan, seperti kata ketuhanan,
keimanan, ketakwaan, kepribadian, susila, dan akhlak mulia. Kedudukan pendidikan
agama dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahkan memperoleh
tempat yang cukup istimewa karena merupakan satu-satunya bahan ajar yang wajib
disampaikan disemua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.
Bila mencermati tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
undang-undang, jelas terlihat bahwa akidah dan akhlak dijadikan sebagai landasan pendidikan
melalui setiap mata pelajaran. Hal ini dipandang penting dan mendasar karena tujuan
pendidikan nasional pada intinya adalah membentuk siswa menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengakui
serta mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa. Di sinilah pentingnya fungsi dan
peranan nilai-nilai akidah/akhlak dalam mencapai maksud dan tujuan yang esensi dari
Sementara itu, fungsi pendidikan saat ini sedang menghadapi tantangan
sebagai akibat dari pengaruh globalisasi yang sedang melanda masyarakat secara
luas. Berbagai kasus penyimpangan dan kekerasan saat ini sering terjadi dan bahkan
sering dilakukan oleh para siswa yang telah memperoleh berbagai pengetahuan yang
berkenaan dengan akhlak. Tafsir dalam Sauri (2011: vii) menjelaskan bahwa perilaku
bangsa saat ini sedang mengalami dekadensi moral. Tawuran di berbagai kota besar
dan kecil sering terjadi: tauran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung,
mahasiswa dan sopir angkot, demonstran dengan polisi atau demonstran dengan
lainnya, dan antarkomunal lainnya. Bahkan pertengkaran di gedung kebanggaan
rakyatpun sering terjadi, justru dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya
memosisikan diri dengan akhlak mulia sebagai anggota dewan yang terhormat.
Disiplin kerja dan sopan santun di berbagai kalangan nyaris hilang. Penghormatan
siswa kepada guru terkadang hanya terjadi di ruang kelas saat pembelajaran
berlangsung, di luar itu hubungan keduanya menjadi longgar. Pembunuhan sering
terjadi terhadap orang yang seharusnya dicintai seperti anak membunuh orangtuanya,
dan berbagai kasus kriminal lainnya.
Dengan berlandaskan nilai-nilai akhlak, proses pembelajaran di sekolah yang
sesuai dengan masyarakat Indonesia harus mengacu pada falsafah negara Pancasila
yang menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Hal ini
mengisyaratkan bahwa setiap pemeluk agama hendaknya menjadikan akidah/akhlak
sebagai landasan pendidikan. Karena itu, nilai-nilai akhlak perlu diintegrasikan ke
manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, taat dan disiplin dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah-sekolah belum
sepenuhnya dijadikan sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai akhlak yang
berkaitan dengan perilaku disiplin sehingga dirasakan kurang mampu memberikan
pemahaman secara holistik kepada siswa. Karena itu, diperlukan rekonstruksi
pembelajaran akhlak ke arah yang lebih holistik, futuristik, dan humanistik dengan
melakukan transformasi nilai-nilai akhlak dalam setiap pembelajaran sebagai upaya
memupuk perilaku disiplin di kalangan siswa.
Melalui proses transformasi, siswa dapat mengenal nilai-nilai positif yang
bersumber dari ajaran agama dan berkembang dalam masyarakat sehingga dapat
mendorong untuk bertingkahlaku sesuai dengan ajaran agama dan norma yang dianut
dalam masyarakat. Dari proses transformasi itu nilai-nilai akhlak akan terinternalisasi
dalam diri siswa sehingga akan membentuk kepribadian yang mapan. Soekanto
(1982: 140) menjelaskan “sosialisasi sebagai suatu proses, di mana warga masyarakat
dididik untuk mengenal, memahami, menaati, dan menghargai norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat”.
Sabda (2002: 688) “dalam dunia pendidikan transformasi adalah model
pengajaran yang berorientasi pada proses perubahan yang terjadi (perorangan) dan
sosial, baik itu perubahan sikap, nilai, pengetahuan, maupun keterampilan”. Proses
pembelajaran di sekolah-sekolah dirancang melalui adanya interaksi antarkomponen,
seperti tujuan pendidikan dan pengajaran, siswa, guru, perencanaan pengajaran,
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Hamalik (2001: 78) “proses pengajaran
dapat terselenggara dengan lancar, efisien, dan efektif, bila adanya interaksi yang
positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung dalam
sistem pembelajaran tersebut”. Guru yang profesional memiliki kemampuan untuk
mengorganisasikan semua komponen tersebut sehingga dapat berinteraksi secara
positif.
Guru yang profesional dituntut kemampuan dan kesediaan serta tekad untuk
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
baik tujuan secara nasional, institusional, dan bahkan tujuan kurikuler. Untuk itu,
seorang guru dituntut memiliki kemampuan menguasai dan memahami materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran, terampil dan kreatif dalam menyajikan materi,
menguasai berbagai strategi dan metode mengajar, sabar dan telaten dalam
membimbing/mengasuh siswa dalam mengamalkan ajaran agama, serta dapat
menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Perilaku guru dipandang sebagai sumber
pengaruh yang dapat memberi efek kepada siswa. Para pakar mengemukakan bahwa
betapapun bagusnya kurikulum, hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas sebagai „curriculum actual’.
Dengan mengikuti alur berpikir di atas, dapat dipahami bahwa transformasi
dalam proses pembelajaran di sekolah berlangsung melalui interaksi pembelajaran
antara guru dan siswa. Di sekolah gurulah yang banyak berperan dalam proses
transformasi nilai-nilai tersebut dengan menggunakan bermacam-macam media dan
Untuk mengetahui transformasi yang berlangsung dalam proses
pembelajaran serta bagaimana penggunaan komponen-komponen pendidikan secara
holistik-integratif di Sekolah Dasar Negeri, maka penelitian terhadap masalah ini
menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Untuk itu, penelitian ini
memfokuskan pada bagaimana transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses
pembelajaran IPS sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik di Sekolah Dasar
Negeri dalam wilayah Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan
Kota Banjarmasin.
Berdasarkan data dari beberapa hasil penelitian yang menggambarkan kondisi
pembelajaran akhlak/budi pekerti sekarang ini, khususnya pembelajaran di
sekolah-sekolah, seperti yang dikemukakan oleh Supriatna, U (2010: 350) menemukan
bahwa pengembangan visi dan misi religius tentang nilai-nilai akhlak karimah di
sekolah hanya dipahami sebagai wacana, slogan, dan lebih banyak teoretisnya.
Sedangkan tantangan dan hambatan dari pelaksanaan nilai-nilai akhlak di sekolah
meliputi antara lain: pengaruh pergaulan negatif, pengaruh media masa dan
informatika serta elektronik dari kehidupan global saat ini. Sementara itu Sulthani
(2010: 147) menarik beberapa simpulan: (1) peranan orangtua dalam menanamkan
nilai budi pekerti sangat diperlukan dengan cara pembiasaan dan keteladanan dan
memberi kemudahan serta penghargaan atas prestasi anak dalam mengelola dirinya;
(2) peranan sekolah (guru dan tenaga kependidikan lainnya) dalam menanamkan nilai
budi pekerti dengan memberi keteladanan perilaku yang baik sehingga ia dapat ditiru
dan digugu; (3) kesinambungan pendidikan budi pekerti antara keluarga, sekolah, dan
pekerti terintegrasi menunjukkan perubahan dalam nilai prestasi belajar dan nilai-nilai
budi pekerti; (5) kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan hari-hari besar
keagamaan/nasional merupakan sarana yang baik dalam pendidikan budi pekrti.
Dari beberapa data penelitian dan pendapat para pakar dan praktisi pendidikan
di atas, menunjukkan bahwa proses pembelajaran nilai-nilai akhlak di sekolah dasar
selama ini masih memiliki banyak permasalahan, baik yang berkenaan dengan aspek
isi/kurikulum, proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas,
maupun internalisasi nilai-nilai akhlak dalam diri siswa, yang semua itu belum dapat
dicapai secara maksimal. Proses pendidikan yang berlangsung selama ini di sekolah
telah direduksi maknanya menjadi pengajaran semata, di mana proses pendidikan
agama (akhlak) lebih banyak menekankan dimensi transfer ilmu dan transfer
kompetensi, sedangkan aspek internalisasi nilai dan amaliah belum banyak digarap.
Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka
masalah utama dalam penelitian ini adalah: bagaimana proses
transformasi/internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran sebagai upaya
memupuk disiplin di kalangan siswa? Secara lebih eksplisit, penelitian ini
dikembangkan dengan judul “Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Proses
Pembelajaran IPS Sebagai Upaya Memupuk Disiplin Peserta Didik (Studi di Sekolah
Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin)”.
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan masalah utama yang diajukan di atas, maka rumusan masalah
1. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dan dapat dikembangkan dalam mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?
2. Bagaimana pelaksanaan transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin sebagai
upaya memupuk disiplin peserta didik?
3. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai
akhlak melalui pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru
Banjarmasin?
4. Bagaimana gambaran suasana sikap disiplin siswa di lingkungan Sekolah Dasar
Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?
5. Bagaimana hasil upaya transformasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan pokok di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan produk secara umum tentang proses transformasi nilai-nilai akhlak
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin.
Secara lebih rinci tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menemukan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam mata pelajaran IPS
di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin;
2. Untuk mengetahui cara-cara guru mentransformasikan nilai-nilai akhlak dalam
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru IPS dalam
mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran di dalam
kelas.
4. Untuk mengetahui gambaran suasana sikap disiplin siswa di lingkungan sekolah
setelah pembelajaran IPS ;
5. Untuk memperoleh gambaran hasil dari upaya transformasi nilai-nilai akhlak
melalui proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru
Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi sekolah dan guru dapat dijadikan sebagai bahan dalam menemukan dan
mentransformasikan nilai-nilai akhlak pada setiap proses pembelajaran di sekolah;
2. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dapat dijadikan sebagai
landasan untuk menentukan kebijakan dalam menyusun kurikulum, terutama
integrasi nilai-nilai akhlak ke dalam setiap mata pelajaran;
3. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang mendalam bagi para pakar dan praktisi
pendidikan sebagai upaya menemukan strategi yang tepat dalam proses
penurunan nilai-nilai akhlak di sekolah-sekolah.
E. Asumsi Penelitian
Seperti telah diuraikan pada bagian latar belakang bahwa kualitas pendidikan
sangat berkaitan erat dengan komponen-komponen pendidikan lainnya, seperti guru,
siswa, kurikulum, proses pembelajaran, media pembelajaran, sarana dan pasilitas
tersebut berupa: siswa sebagai raw input, guru, kurikulum, metode dan media
pembelajaran, kepala sekolah, dan masyarakat.
Siswa sebagai raw input harus diolah melalui proses transformasi dengan
melibatkan berbagai komponen yang saling bersinerji satu dengan yang lainnya.
Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa harus dikembangkan secara wajar dan
normal sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan baik pula.
Sementara itu, guru dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya hendaknya dapat
membawa dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran ke dalam suasana yang
dapat menyenangkan belajar siswa sehingga dapat tercipta pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Karena itu, guru harus pandai memilih
dan menentukan metode yang tepat. Trianto (2010: 5) mengemukakan bahwa
“masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil
belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan”. Rendahnya
perolehan pengetahuan siswa itu tentu sebagian disebabkan kondisi pembelajaran
yang masih bersifat konvensional yang tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik.
Kenyataan sekarang ini proses belajar masih didominasi oleh tindak guru sehingga
dapat menjadi kendala bagi siswa untuk berkembang.
Sedangkan kurikulum yang dituangkan dalam bentuk silabus berisikan
garis-garis materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rancangan penilaian. Dengan kata
lain kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk silabus sangat menentukan arah
pencapaian pengetahuan siswa. Pengetahuan apa yang akan diterima siswa akan
kurikulum berisikan dokumen pembelajaran yang di dalamnya mengandung standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Karena itu,
standar kompetensi dan kompetensi dasar dirumuskan berdasarkan kajian tuntutan
kompetensi lulusan setiap mata pelajaran.
Siklus saling keterlibatan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan
pada skema di bawah ini. Skema tersebut merupakan pengembangan dari Peta
Komponen Pendidikan Sebagai Sistem (Sukmadinata, 2006: 7).
(Sumber dari: Sukmadinata, dkk., 2006: 7)
Skema ini menjelaskan bahwa banyak komponen yang ikut berkontribusi
dalam mencapai hasil pendidikan, terutama yang berkaitan secara langsung adalah
kurikulum, kompetensi guru, proses pembelajaran yang meliputi: perencanaan guru,
kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Aspek kurikulum memerlukan kajian yang
mendalam sehingga materi benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
INSTRUMENTAL INPUT
Kepala Sekolah Guru Bidang Studi Kurikulum/silabus dan RPP
OUTPUT RAW INPUT
Siswa: Intelektual Emosional Spiritual Fisik-kesehatan
Peer group
PROSES
ENVIRONMENTAL INPUT
perkembangan masyarakat. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan
mengikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan serta penataran yang
sesuai dengan bidangnya, sedangkan pada aspek proses harus didukung oleh aspek
kompetensi guru, kurikulum, dan lingkungan baik sekolah, rumah tangga, maupun
masyarakat.
Hasil pembelajaran juga banyak tergantung dari kemampuan guru dalam
mentransformasikan bahan ajar kepada siswa sehingga diperoleh pemahaman yang
benar tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mampu mengembangkannya
secara lebih komprehensif, dan akhirnya dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Tugas guru dalam proses pembelajaran bukan sekedar mampu mentransfer
ilmu pengetahuan secara kognitif, tetapi juga mampu menumbuhkan nilai yang
menjadi sikap hidup siswa secara afektif, mampu berperan sebagai pembimbing,
pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran, serta mampu menyusun
perencanaan pembelajaran sekaligus sebagai contoh dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Guru adalah sosok yang ideal dan menjadi idola bagi siswa sehingga harus
menjadi manusia yang dapat ditiru dan digugu. Karena itu, dalam proses
implementasi pembelajaran di dalam kelas guru harus mampu mengembangkan
desain pembelajaran dengan baik dan tampil dengan berbagai media dan metode
sehingga dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
Sering kritik ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menenkankan
pada aspek kognitif semata. Penumpukan pada ranah kognitif saja pada subjek didik
kurang bermanfaat karena tidak ada keseimbangan antara aspek afektif dan
psikomotor. Akibatnya siswa hanya mampu menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Dalam keadaan yang
demikian, maka kompetensi seorang guru dituntut harus mampu meramu bahan ajar
yang lebih komprehensif sehingga proses pembelajaran dapat tercipta lebih menarik
dan menyenangkan.
Siklus keterlibatan guru dengan komponen-komponen pendidikan lainnya
dalam proses pembelajaran dapat dipetakan sebagaimana terlihat dalam bagan berikut
ini:
(Sumber dari: Tim Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran FIP UPI, 2002: 54)
Dari alur siklus di atas, dapatlah diyakini bahwa bila semua komponen
tersebut dapat berfungsi dengan baik maka siswa akan mendapat perolehan hasil
belajar secara maksimal berupa: (1) perolehan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dampak dari proses
pembelajaran (instruksional effect); (2) perolehan dari dampak penggiring (nurturent
effect), berupa berakhlak mulia dan sikap disiplin peserta didik. Kedua sasaran inilah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan naturalistik yang
menghendaki interaksi langsung secara intensif dan mendalam terhadap sumber
informasi dan subjek penelitian, sehingga dapat dengan akurat mengetahui
transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri
Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin. Para peneliti kualitatif menekankan sifat
realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang
diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Para peneliti semacam ini
mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Para peneliti mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus
perolehan maknanya. (Denzin, Norman dan Yvonna Lincoln, 2009: 6).
Sementara itu, Nasution (2003: 9-12) menguraikan beberapa ciri dari
penelitian naturalistik, tiga di antaranya yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti yang memasuki lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian key instrument atau alat peneliti utama. Mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan seperti tes atau angket seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai intrumen dapat memahami makna interaksi antarmanusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
uraian. Penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif.
Penelitian kualitatif pada dasarnya mementingkan proses dan sekaligus hasil
dengan memperhatikan perkembangan terjadinya sesuatu di lapangan yang bertujuan
untuk mencari makna kelakuan dan perbuatan, sehingga dapat memahami masalah
dan situasi yang terjadi. Pendekatan seperti ini berusaha memahami kelakuan
manusia dalam konteks yang lebih luas. Untuk itu peneliti sendiri terjun ke lapangan
dengan melibatkan diri dalam situasi yang sebenarnya.
Dalam penelitian kualitatif menonjolkan makna kontekstual, di mana peneliti
mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap
relevan dengan masalah penelitian. Penelitian kualitatif juga lebih mengutamakan
kemampuan menafsirkan fakta-fakta dengan pemahamannya sendiri secara
mendalam, sehingga pemaknaan terhadap masalah tidak terjadi distorsi.
Sementara itu subjek dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai menempati
kedudukan yang sama dengan peneliti, sehingga tidak diberlakukan sebagai objek
yang dipandang lebih rendah kedudukannya. Metode kualitatif naturalistic tidak
menggunakan sampling dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak.
Sampelnya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Guna memperoleh
situasi yang natural, peneliti atau wajar, peneliti tidak menonjolkan diri dalam
melakukan observasi.
Dalam keadaan tertentu sesuai dengan kebutuhan, penelitian kualitatif
naturalistic dapat melakukan triangulasi di mana informasi dari sati pihak dicek
membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak
agar informasi yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi. Penelitian
kualitatif bermakna pada banyak hal yang lebih mengandalkan penggunaan observasi
terlibat dengan pemaknaan yang mendalam (deep interview). Dalam mengumpulkan
data nanti akan menggunakan observasi terlibat di dalam kelas.
Penggunaan pendekatan kualitatif yang sejalan dengan studi kasus deskriptif
analitik dikemukakan juga oleh Bogdan dan Biklen (1982) yang merinci beberapa ciri
penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Mempunyai latar belakang alamiah (natural setting); 2. Manusia sebagai instrument penelitian;
3. Menggunakan pendekatan kualitatif; 4. Menganalisis data sebagai induktif;
5. Teori dasar (grounded theory) melalui analisis secara induktif; 6. Laporannya bersifat deskriptif;
7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil;
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian; 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; 10.Desain bersifat sementara; dan
11.Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Untuk keperluan itu perlu dijelaskan hal-hal yang terkait langsung dengan
proses penelitian sebagaimana uraian berikut ini.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah materi mata pelajaran IPS dan para guru mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin. Guru
yang dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini dirancang sebanyak enam orang
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia sebagai makhluk
sosial yang sangat memerlukan nilai-nilai akhlak. Sedangkan mata pelajaran yang
dijadikan sebagai bahan telaahan dalam menentukan kandungan nilai-nilai akhlak
adalah materi mata pelajaran IPS kelas I s.d. kelas VI. Sementara itu, proses
pembelajaran yang dijadikan sebagai fokus pengamatan dipilih kelas V.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri yang terdapat dalam
Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Di
Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin terdapat
tiga buah Sekolah Dasar Negeri, yaitu Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1,
Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 2, dan Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 3.
Ketiga Sekolah Dasar Negeri inilah yang dijadikan sebagai sasaran penelitian.
Penentuan ketiga sekolah ini dijadikan sebagai tempat penelitian didasarkan atas
beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 2 Banjarmasin ini merupakan salah satu
Sekolah Dasar Negeri yang ditetapkan sebagai sekolah yang berstandar
nasional dan salah satu SDN Percontohan yang terdapat di Kota Banjarmasin;
2. Sekolah-sekolah ini lokasinya terletak disuatu kelurahan yang padat
penduduknya yang mencerminkan lingkungan sosial budaya masyarakat yang
multi cultural, multi etnis, dan dengan latar belakang sosial ekonomi yang
bervariasi sehingga menggambarkan keadaan masyarakat yang majemuk.
3. Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin telah menyusun visi-misi,
pendidikan nasional dengan menempatkan iman dan takwa serta akhlak mulia
sebagai sasaran utamanya yaitu:
Visi: mewujudkan sekolah berdisiplin, berkualitas, cerdas, terampil, dan
bertakwa.
Misi:
a. menyusun dan menerapkan KTSP secara bertahap;
b. mengupayakan proses pembelajaran dan bimbingan yang berkualitas;
c. mengupayakan peningkatan SDM tenaga pendidik melalui bimbingan teknis,
KKG, supervisi, pelatihan/workshop, dan studi lanjut;
d. menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan, dan
e. menanamkan aqidah/keyakinan melalui ajaran agama.
Tujuan:
a. Mewujudkan sekolah yang standar sehingga unggul dalam prestasi,
membina akhlak, berwawsan global berdasarkan iman dan takwa;
b. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi;
c. Meningkatkan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik;
d. Mengembangkan keragaman budaya sesuai dengan potensi karakteristik
daerah dan lingkungan; dan
e. Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak mulia.
4. Dalam membina keimanan dan akhlak para siswa, sekolah-sekolah ini
secara berkala melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan dengan
dibimbing oleh para guru.
Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif
dan kualitatif, dengan bidang kajian meliputi:
a. Telaah kurikulum, silabus, buku teks, dan RPP guru mata pelajaran untuk
menemukan nilai-nilai akhlak/karakter yang terdapat di dalamnya serta
pengembangannya dalam pelaksanaan pembelajaran;
b. Kualifikasi guru yang mencakup: latar belakang pendidikan,
pelatihan/penataran yang mendukung penguatan kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik yang pernah diikuti;
c. Kinerja guru dalam proses pembelajaran yang meliputi aspek: (1) perencanaan
pembelajaran, (2) pengelolaan proses pembelajaran, (3) pelaksanaan evaluasi;
d. Aktivitas belajar siswa yang meliputi motivasi dan sikap siswa dalam proses
pembelajaran, tingkat keterlibatan dan tanggung jawabnya, serta hasil belajar
yang diperoleh dalam pembelajaran;
e. Suasana disiplin sekolah yang meliputi: disiplin datang/hadir, disiplin masuk
kelas, disiplin dalam belajar, disiplin menggunakan waktu istirahat, dan
disiplin pulang; dan
f. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak/karakter siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran.
C. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar;
b. Kinerja guru, yang meliputi: perencanaan guru, implementasi guru;
c. Suasana disiplin sekolah;
d. Kebijakan-kebijakan sekolah yang terkait dengan pembelajaran;
e. Kualifikasi guru yang mencakup: latar belakang pendidikan, pelatihan dan
penataran kompetensi keguruan yang pernah diikuti;
f. Kompetensi guru, yang meliputi aspek: kemampuan penguasaan materi,
kemampuan mengelola pembelajaran, kemampuan memahami siswa,
kemampuan menjadi teladan bagi siswa, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi secara edukatif dengan siswa;
g. Kinerja guru, dilihat dari segi aspek: kegiatan merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi;
h. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran;
i. Pemahaman dan perilaku siswa.
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini akan diperoleh dari sumber-sumber dokumen-dokumen
pembelajaran berupa: kurikulum/silabus pembelajaran sekolah dasar, buku teks/buku
paket, RPP guru, siswa, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di
Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin yang menjadi lokasi dan
subjek dalam penelitian.
Dalam mengumpulkan data dilakukan beberapa teknik, yaitu: Teknik
Hermeneutika Inquiri digunakan untuk menelaah dan menggali data tentang
nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS yang dilakukan secara
mendalam sehingga diperlukan ketajaman pemaknaan guna mengungkap informasi
dan melakukan interpretasi data. Teknik ini digunakan terutama untuk menggali
pemahaman guru dalam memahami makna nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam
buku paket, kurikulum/silabus serta kebijakan-kebijakan yang diambil oleh institusi
dan para praktisi pendidikan di sekolah. Teknik ini dipakai karena hermeneutika
merupakan studi tentang pemahaman dan bagaimana data diungkap melalui
penafsiran.
Dokumen analisis diperlukan guna menelaah beberapa bahan dokumen
berupa: kurikulum mata pelajaran/silabus, perencanaan pembelajaran yang dibuat
oleh guru. Dengan demikian melalui analisis dokumen ini akan dilakukan analisis
dokumen kebijakan, panduan kurikulum, dan sampai analisis buku teks yang
digunakan.
Sedangkan penelitian tindakan dilakukan guna memperoleh data tentang
tindakan guru yang dilakukan dengan mengadakan observasi di dalam kelas selama
proses pembelajaran IPS berlangsung. Peneliti sendiri berkolaborasi dengan guru
sebagai sejawat di dalam kelas. Penelitian tindakan dilakukan untuk mengetahui
kinerja guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran.
Dengan cara ini peneliti dapat melihat tampilan pembelajaran guru IPS secara utuh
melalui tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Guna memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan teknik yang digunakan
a. Observasi, terutama untuk: (1) mendeskripsikan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru; (2) memfokuskan kinerja guru
dan murid dalam proses implementasi pembelajaran di dalam kelas; dan (3)
mendeskripsikan suasana disiplin sekolah; dan (4) untuk mengetahui profil
SDN Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin;
b. Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan
permasalahan dan tujuan penelitian. Wawancara memungkinkan untuk
mendapatkan data yang mendalam dan rinci. Peneliti dapat memberikan
pertanyaan susulan dan bahkan dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang
jelas bagi responden. Wawancara dipilih bila menghadapi situasi (1)
pewawancara berhubungan dengan orang yang terlibat; (2) ingin menanyakan
sendiri informasi yang lebih mendalam; (3) ingin mengungkap suatu
peristiwa, situasi atau keadaan tertentu di luar kebiasaan yang ada.
c. Dokumen analisis, digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan
file sekolah, guru, dan siswa, serta dokumen pembelajaran yang meliputi
kurikulum/silabus dan RPP guru.
d. Kuesioner, diberikan kepada siswa yang berisi pertanyaan baik terbuka
maupun tertutup yang terkait dengan perilaku dan nilai-nilai akhlak terutama
nilai disiplin sekolah.
Semua jenis data yang diperlukan di atas akan dikembangkan sebagaimana
KISI-KISI PENGEMBANGAN PERTANYAAN PENELITIAN
No
Pertanyaan
Penelitian Dimensi Aspek Indikator
c. Kegiatan penutup.
1. Mengumpulkan beberapa literature sebagai bahan kajian analisis dokumen
berupa kurikulum, silabus, dan buku paket guna menemukan nilai-nilai akhlak
yang terkandung dalam setiap mata pelajaran;
2. Melakukan analisis dokumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran guru guna mendeskripsikan kinerja guru dalam menyusun
perencanaan;
3. Melakukan observasi kelas guna mendeskripsikan tindakan atau implementasi
guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui proses
4. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa di sekolah guna mendapatkan
gambaran suasana disiplin sekolah yang meliputi disiplin datang, disiplin
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan Umum
Nilai-nilai akhlak yang ditemukan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
Negeri Pemurus Baru Banjarmasin yang bersumber dari Isi Pengembangan Silabus
dan Program Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Buku Teks/Paket,
dan RPP guru dapat ditransformasikan dalam proses pembelajaran IPS. Nilai-nilai
tersebut adalah: disiplin (discipline), kerjasama, gotong-royong, tolong-menolong
(cooperation), jujur/amanah (fairness), adil (justice), tanggung jawab (responsibility),
menjaga kehormatan (honor), ikhlas (honest), toleransi (tolerance), rasa hormat
(respect), tekun/rajin (diligence), taat/patuh (faithful), syukur (thanks to God), rendah
hati (humble), teliti (accurate), peduli (caring), ramah (hospitality), cinta tanah air,
cinta lingkungan, cinta kebersihan, cinta keindahan, cinta sesama makhluk, pemaaf,
cinta budaya sendiri, kasih sayang, sopan, dan santun.
Nilai-nilai akhlak tersebut terutama nilai disiplin adalah nilai yang terdapat
disetiap pokok bahasan mata pelajaran IPS dan dapat dikembangkan serta
ditansformasikan melalui proses pembelajaran. Nilai-nilai tersebut masih belum
terintegrasi sepenuhnya secara eksplisit di dalam kurikulum mata pelajaran IPS,
sehingga guru mendapat kesulitan untuk menemukan sendiri nilai-nilai tersebut
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru telah
memenuhi standar penyusunan RPP guru seperti yang terdapat pada Perangkat
Pembelajaran Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam RPP guru, telah tercantum karakter siswa yang
diharapkan yang ditempatkan setelah tujuan pembelajaran. Sedangkan nilai-nilai
akhlak yang terdapat dalam bahan ajar atau buku paket tidak secara eksplisit
tercantum dalam RPP guru, namun nilai-nilai tersebut secara implisit ada dalam
kegiatan inti terutama dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi.
Struktur perencanaan mengajar guru terdiri atas: Identitas (nama sekolah,
mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu); Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK-KD); Tujuan Pembelajaran, Karakter Siswa yang diharapkan;
Materi Pokok, Langkah-Langkah Pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi); Alat dan Sumber Bahan, serta Evaluasi.
Dalam proses implementasi, semua guru telah melakukan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam perangkat pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Prosedur implementasi tersebut meliputi: (1)
Kegiatan Awal, berisi presensi, apersepsi, kepercayaan diri untuk mengawali
pembelajaran, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) Kegiatan
Inti, meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi; (3) Kegiatan Penutup, guru
bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan
konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; serta merencanakan kegiatan tindak lanjut.
Transformasi nilai-nilai akhlak terutama nilai disiplin dilakukan guru dalam
kegiatan inti melalui kegiatan eksplorasi dan sering diulangi/disampaikan lagi dalam
kegiatan penutup berupa pesan-pesan moral yang disampaikan secara normatif
sebagaimana lazimnya setiap mengakhiri suatu pembelajaran. Proses implementasi
pembelajaran dirancang dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi; meliputi: (a) menyampaikan tujuan, (b) mengenalkan
tema/apersepsi dan memotivasi, (c) mengelompokkan siswa, (d) membagi lembar
tugas kelompok/LKS, dan (e) menyiapkan sumber-sumber yang relevan.
2. Tahap Eksplorasi; meliputi: (a) sintesis informasi/materi baik verbal maupun
nonverbal yang dapat ditangkap oleh siswa dalam rangka memahami materi
pokok yang disampaikan; (b) presesnsi hasil peroleh pengetahuan; dan (c) diskusi
kelas dan tanggapan umum.
3. Tahap Elaborasi; meliputi penambahan, pengembangan, dan perluasan
pengetahuan sisiwa dalam memahami materi yang terkait dengan pokok bahasan.
4. Tahap Konfirmasi; meliputi: (a) mengaitkan dengan situasi kontekstual, (b)
mengidentifikasi landasan nilai yang medasarinya.
5. Tahap Simpulan dan Tindak Lanjut; meliputi: (a) bersama siswa menarik
simpulan pembelajaran, (b) melakukan tindak lanjut hasil perolehan
Kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru dalam mentransformasikan
nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran IPS dapat diidentifikasi sebagai
berikut: (1) sebagian guru belum terbiasa menemukan sendiri nilai-nilai akhlak yang
terkait langsung dengan materi pelajaran yang akan diajarkan; (2) guru kurang
memiliki pengayaan pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak yang berhubungan dengan
materi yang sedang diajarkan, sehingga guru sering tidak mampu mengembangkan
bahan ajar secara lebih luas dan mendalam; (3) guru belum memahami konsep
pembelajaran terpadu sehingga merasa kesulitan dalam menyampaikan bahan ajar;
(4) kurangnya waktu yang disediakan untuk menjelaskan nilai-nilai akhlak yang
terdapat dalam materi pelajaran, sehingga guru takut kalau menyita waktu jam
pelajaran IPS yang bisa berdampak tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPS itu
sendiri.
Suasana disiplin siswa di sekolah umumnya sudah cukup kondusif, terutama
disiplin datang, disiplin masuk kelas, disiplin waktu istirahat, dan disiplin pulang.
Sedangkan disiplin belajar di dalam kelas masih rendah terutama bila dilihat dari segi
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam proses
pembelajaran termasuk dengan metode diskusi sendiri. Keterlibatan siswa hanya
terlihat pada kegiatan menghapal dan menjawab soal-soal pada lembar LKS.
Transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS menunjukkan
adanya peningkatan upaya guru dalam proses pembelajaran sebagai upaya memupuk
disiplin siswa di sekolah dasar, meskipun hasil upaya tersebut masih belum maksimal
melalui proses pembelajaran IPS dapat memupuk kesadaran siswa akan pentingnya
perilaku disiplin di sekolah.
Dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak, guru telah melakukan berbagai
upaya yang dimulai dari menyusun perencanaan mengajar, menyusun karakter siswa
yang diharapkan yang tertuang dalam RPP sebagai pedoman dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS
menunjukkan adanya peningkatan upaya guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran sebagai upaya memupuk disiplin siswa, meskipun hasil upaya tersebut
masih belum maksimal dapat dicapai. Sementara itu, transformasi nilai-nilai disiplin
siswa melalui proses pembelajaran IPS di sekolah dapat memupuk kesadaran akan
pentingnya arti disiplin di kalangan siswa berupa disiplin datang ke sekolah, disiplin
masuk kelas, disiplin belajar di dalam kelas, disiplin menggunakan waktu istirahat,
dan disiplin pulang. Upaya transformasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran IPS
yang diterapkan di sekolah dasar seperti ini dapat diterapkan dan ditingkatkan serta
dikembangkan sebagai upaya memupuk sikap disiplin peserta didik.
B. Simpulan Khusus
1. Nilai-Nilai Akhlak yang terkandung dalam mata pelajaran IPS dapat
ditransformasikan melalui proses pembelajaran, jika guru mampu menemukan
dan mengembangkan sendiri nilai-nilai tersebut serta memahami konsep
pembelajaran terpadu/terintegrasi sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik;
sistematis, maka proses implementasi pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi akan mudah dilaksanakan dan menghasilkan
outcome yang berkualitas. Pelaksanaan transformasi nilai-nilai akhlak dalam
proses pembelajaran IPS akan mudah dilakukan, jika prosedur/tahapan
perencanaan dan implementasi pembelajaran di dalam kelas dapat dipenuhi
dengan baik.
3. Jika guru mampu menemukan sendiri nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata
pelajaran IPS; memiliki pengayaan pengetahuan yang komprehensif mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai akhlak; dan memahami konsep
pembelajaran terpadu antara nilai disiplin dan pembelajaran IPS, maka
kendala-kendala yang dihapi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak akan dapat
diatasi.
4. Suasana disiplin siswa di sekolah akan tumbuh dengan baik, jika timbul kesadaran
di kalangan siswa untuk mematuhi segala peraturan dan tata tertib sekolah. Guna
menumbuhkan dan memupuk kesadaran siswa akan pentingnya arti disiplin,
harus dilakukan melalui proses transformasi nilai-nilai akhlak dengan berbagai
metode, strategi, dan pendekatan. Tujuan disiplin sekolah adalah: (1) memberi
dukungan bagi terciptanya perilaku disiplin siswa; (2) mendorong siswa untuk
melakukan sesuatu yang baik dan benar; (3) membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan teratur serta bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya.
5. Hasil upaya transformasi nilai-nilai akhlak akan efektif dapat memupuk sikap
disiplin siswa, jika nilai-nilai tersebut secara eksplisit terintegrasi ke dalam
kurikulum, silabus, dan bahan ajar mata pelajaran IPS. Karena itu, penerapan
konsep pembelajaran terpadu dalam proses pembelajaran IPS harus dipahami oleh
guru. Paradigma sukses belajar ilmu pengetahuan dan teknologi harus diubah,
tidak hanya merekam nilai kognitif semata, tetapi harus dapat menanamkan
keberhasilannya atas sikap, budi pekerti, dan akhlak. Dalam hal ini, substansi
materi pelajaran IPS harus dapat menjadi wahana pembentukan budi pekerti dan
akhlak dengan jalan menanamkan nilai-nilai intrinsik yang dikandungnya. Oleh
karena itu, guru harus mampu mengemas perencanaan pengajaran dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan, pembahasan, analisis, dan simpulan dari hasil penelitian
ini, maka beberapa hal yang perlu direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Rekomendasi kepada Pengguna
a. Kebijakan pemerintah dalam penerapan Pembelajaran Terpadu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat menjadikan para guru bertanggung
jawab untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Karena
itu, transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran dapat
karakteristiknya sangat sesuai dengan konsep pembelajaran
terpadu/terintegrasi;
b. Karena keberhasilan implementasi transformasi nilai-nilai akhlak lebih
banyak ditentukan oleh peran guru, maka kepala sekolah harus dapat
membangun dan menumbuhkan semangat guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan karakter siswa yang diharapkan.
2. Rekomendasi untuk Pejabat Terkait
a. Implementasi transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS
menitikberatkan pada kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran,
kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi, maka pengetahuan dan keterampilan
guru perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan, penataran, workshop,
lokakarya, dan yang sejenisnya yang dilakukan khusus untuk itu;
b. Perlu diadakan kebijakan yang mengarah pada upaya menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif, sehingga keteraturan dan ketertiban proses
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik.
3. Rekomendasi kepada Ilmuan, Peneliti, Pakar dan Praktisi Pendidikan
a. Kepada para ilmuan dan peneliti yang berminat melakukan penelitian yang
serupa dengan fokus pengamatan yang berbeda, kiranya temuan ini dapat
dijadikan sebagai bahan kajian awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut
secara luas dan mendalam yang masih banyak belum terungkap dalam
penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan model pengembangan
b. Kepada para pakar dan praktisi pendidikan kiranya dapat menyusun konsep
kurikulum terpadu antara ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan
nilai-nilai akhlak yang tersebar dalam materi pelajaran, sebagai pedoman bagi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S dan Hadi Sriwijaya. (2010). Pengembangan Kurikulum dan
Pengembangan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Yogyakarta: Cipta Media
Akbar, S. (2007). Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif
Pendidikan Umum (Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses Internalisasi Nilai Kewirausahaan). Malang: UM Press
Allport,G.W. (1964). Pattern and Growth in Personality. New York: Holt,
Renehart and Winston Gross Cultural Psychology (vol.5)
Al Munawar, S.A.H. (2005). Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam Sistem
Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Ciputat Press
Alquran Digital versi 2.1 http://www.alquran-digital.com
Al-Falimbani. (1995). Sairu as-Salihin, I. Terjemahan Abu Hanifah. Jakarta: CV. Dewi Sari
Al-Ghazali. (1989). Ihya ‘Ulumuddin. Beirut: Dar Al-Fikr.
Ali, M. (2008). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. (1994).
Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir. Kairo: Mu-assasah Daar al-Hilal
Anis, I. (1972). Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: Daar al-Ma’arif
Anshari, M. H. (1996). Kamus Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional
Anshari, H. (1983). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Anwar, R dan Abdul R. (2002). Kamus Istilah Teologi Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia
Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Balyai. (1999). Proses Belajar Mengajar Agama Islam di SMA, Tesis pada Program Magister IKIP Bandung: tidak diterbitkan
Barni, M. (2007). Sumber Sifat Buruk dan Pengendaliannya Kajian Tematik
Ayat-Ayat Al-Quran. Banjarmasin: Antasari Press
Berten, K. (1999). Etika. Seri Filsafat Atmajaya. Jakarta: PT. Gramedia
Bogdan, R.C. & Biklen. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Inc
Brameld, T. (1975). Education as Power. New York: Holt, Reneheart and Winston, Inc.
Budiardjo, A. (1987). Kamus Psikologi. Semarang: Bahara Prize
Budimansyah, D. (2011). “Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa” dalam Budimansyah, D dan Kokom Komalasari (ed) 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya
Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Wijaya Aksara Press
bekerja sama dengan Laboratorium UPI
Bukhari. (1979). Shahih al-Bukhari, Juz I. Istambul Turki: Al-Maktabah Al Islami
Buseri, K. (2004). Nilai-Nilai Ilahiah Remaja Pelajar; Telaah Phenomenologis dan Strategi Pendidikannya. Yogyakarta: UI Press
Chaplin, J.P. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Z. (2001). Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Karya Unipress
Denzin, Norman, K dan Yvonna, S. Lincoln. (2000). Handbook of Qualitative
Reseacrh (edisi bahasa Indonesia 2009), Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Djahiri, A. K. (1996). Menelusuri Dunia Afekti:f Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Lap Pengajaran PMP IKIP Bandung
El-Mubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Fathoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional
(Paradigma Baru), Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Fogarty, F. (1991). How to Integrate the Curricula. Skyligh Publising Inc. Polatine Illions
Fraenkel, Jack. R. (1977). How to Teach About Values: An Analytic
Approach. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Greedler, M.E. (1992). Learning and Instruction Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing Company.
Gunarsa, S.D. (1987). Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: Gunung Mulia
Gunawan, A. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hakam, K. A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press
--- (2008). Pendidikan Nilai. Bandung: Value Press Comb.
Halidah, S. (2008). Transformasi Nilai-Nilai Tarbawiyyah pada Anak.
AN-NAHDHAH: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan. STAI
Darul Ulum Kandangan
Halim, A. (2009). Sistem Boarding School dalam Pembinaan Akhlak Siswa di
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Qardhan Hasana Kota Banjarbaru. Tidak diterbitkan
Hamalik,O. (2011). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hasan, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Henry, N.B. (1952). The Fifty-First Yearbook of the National Society for the
Study of Education: Part One General Education. Chicago: The
University of Chicago Press.
Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Ibrahim, R. (2009). Pendidikan Nilai dalam Era Pluralitas: Upaya Membangun Solidaritas Sosial, INSANIA: Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan, STAIN Purwokerto. Vol. 12 No.3
Ilyas, Y. (2005). Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY
Indrakusuma, A.D. (1973). Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: IKIP Malang
Jazairya, ABJ. (1978). Aqidah Mukmin. Cet ke-2. Cairo: Maktabah al-kulliyat al-azhariyah.
Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak
Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing
Kniker, C.R. (1977). You and Values Education. Charles E. Merrill Publishing Company, Columbus, Ohio
Krathwohl, D. R. (ed). (1964). Taxonomy of Educational Objectives, London: Longman Group
Kupperman, JJ. (1983). The Foundation of Morality. London: George Allen & Unwin
Langgulung, H. (1980). Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif
Lemin, M; Potts, Helen, Welssford, Pam. (1994). Values Strategies for
Classroom. Victoria: The Australian Council for Educational
Research, Ltd.
Lickona, T. (1992). Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Publishing History.
---. (2004). Character Matters: How to Help Our Children Develop
Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. New York:
Touchstone
Madjid, A. (2006). Pendidikan Berbasis Tauhid. KHAZANAH: Jurnal PPS
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Vol.03 No.10.
Maftuh, B. (2008). Pengantar Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Maulana
Mahmud, AAH. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press
Maure, R.E. (1994). Designing Interdisciplinary Curriculum in Middle, Junior
High, and High Schools. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo,
Singapore, Allyn and Bacon
Metclaf, L. E. (ed). (1997). Value Education; Rationale, Strategies, and
Muhadjir, N. (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jogjakarta: Rakesarasen
Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mujib, A. (1999). Fitrah dan Kepribadian Islam – sebuah pendekatan psikologi. Jakarta: Darul Falah
Muliawan, J.U. (2005). Pendidikan Islam Integratif: Upaya Menginterpelasi
Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Nasution, H. (1995). Islam Rasional, Bandung: Mizan
Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara
Nasution, S. (1982). Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars
Nata, A. (2006). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Phenix, P.H. (1964). Realms of Meaning: A Philosophi of The Curriculum for
General Education. New York: McGraw-Hill Book Company.
Rasyidi & Cawidu, H. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: CV. Kuning Mas
Raths, Louis. E; Harmin, Merril; Simon, Sidney (1978). Values and Teaching;
Working with Values in The Classroom. Second Edition. Sydney:
Charless E. Merrill Publishing Company
Rokeach, M. (1973). The Nuture of Human Value. New York: The Free Press Allport, G.W. 1964: Pattern and Growth in Personality. New York: Holt, Renehart and Winston Cross Cultural Psychology (vol.5)
Rusminah, S. (2010). Aplikasi Materi Akhlak di MAN 2 Kandangan. Tidak diterbitkan
Sabda, S. (2002). Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam (Upaya Pencarian Model Pendidikan Islam Terpadu), KHAZANAH: Majalah
--- (2002). Tipologi Konsep Kurikulum Pesantren di Kalimantan Selatan, KHAZANAH: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan IAIN Antasari Banjarmasin, Vol. I No. 6
--- (2006). Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq. Jakarta: PT. ciputat Press Group
--- (2009). Model Pengembangan Kurikulum: Integrasi Saintek
dengan Imtaq. Banjarmasin: Antasari Press
Sabiq, S. (1995). Aqidah Islami Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: CV. Diponegoro
Said, M. (1985). Ilmu Pendidikan. Bandung: Alumni
Salamah. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bidang Studi PAI untuk Meningkatkan Akhlak Siswa. KHAZANAH. Jurnal Ilmiah
Keagamaan dan Kemasyarakatan IAIN Antasari Banjarmasin. Vol.
III No. 06
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana
--- (2000). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai
Religi, Social dan Budaya). Bandung: PT. Grafindo
---. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT. Genesendo
---, (2010). Meretas Pendidikan Umum. Bandung:
---. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis dan Teosofis
tentang Akhlak, Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi Pekerti, Tatakrama, dan Sopan Santun, Bandung: Rizqi Press
Schaefer, C. (1989). Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Kasaint Blanc
Shaver, James, P & Strong, William. (1982). Facing Value Decisions,
Rationale Building for Teachers, Second Edition. New York and
London: Teacher College, Columbia University