ABSTRACT... . v
KATA PENGANTAR... . vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... . viii
DAFTAR ISI... . xi
DAFTAR TABEL... . xiii
DAFTAR GAMBAR... . xiv
DAFTAR LAMPIRAN... . xvi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang M a s al a h ... . 1
B. Kerangka Pemikiran... . 10
C. Rumusan Masalah... . 11
D. Pertanyaan Penelitian ... . 11
E. Tujuan Penelitian ... . 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
G. Penjelasan Istilah ... 14
H. Penelitian yang Relevan ... 17
BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, KEARIFAN LOKAL, LITERASI LINGKUNGAN, DAN TINDAKAN KONSERVASI DALAM PERKULIAHAN BIOLOGI KONSERVASI A. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... . 20
B. Teori Belajar Konstruktivisme Sosial ... . 26
1. Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development) ... . 27
2. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development) ... . 28
3. The More Knowledgeable Other (MKO)... . 29
C. Kearifan Lokal ... . 29
D. Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh ... . 36
E. Literasi Lingkungan ... 39
F. Tindakan Konservasi ... . 42
H. Biologi Konservasi ... . 46
1. Hutan dan Kehutanan ... . 46
2. Peranan Budidaya Hutan dalam Kehutanan... 48
3. Peranan Ekologi Hutan dalam Pengelolaan Hutan... . 50
4. Konsep Ekosistem dalam Pengelolaan Hutan ... . 54
BABIIIMETODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... . 56
1. Tahap I Studi Pendahuluan ... . 56
2. Tahap II Perencanaan Program ... . 58
3. Tahap III Pengembangan Program ... . 59
BABIVHASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN
A. StudiPendahuluan ... . 71
1. Analisis Kebutuhan... . 71
2. Studi Dokumentasi...………... . 72
3. Studi Lapangan... . 74
a. Kearifan Lokal Masyarakat di sekitar Hutan Ulu Masen ………. . 74
b. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Konservasi di LPTK………. . 80
c. Pendapat dan Pandangan dari Peserta Didik dan Pendidik…….. . 81
B. Perencanaandan Pengembangan P2BK………….…... . 83
1. PerencanaandanPengembangan P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh... . 84
2. Pengembangan Silabus dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh ... . 96
3. Pengembangan Tes Biologi Konservasi... . 98
C. Validasi Program... . 98
1. Penilaian Ahli dan Perbaikan Program Perkuliahan... . 98
2. Uji Coba Program... . 100
D. Implementasi Program ... . 103
1. Pengaruh P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Acehterhadap Peningkatan Literasi Lingkungan ... . 108
2. Pengaruh P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh terhadap Peningkatan Tindakan Konservasi... . 127
3. Tanggapan Mahasiswa terhadap Program yang Telah Dilaksanakan ... . 145
4. Keunggulan P2BKdengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh... 148
5. Temuan Penelitian ... . 149
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan…... . 151
B. Implikasi…... . 152
C. Saran…... . 153
DAFTAR PUSTAKA…...... . 155
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana tsunami pada bulan Desember 2004 dan MoU perdamaian yang
disepakati pada bulan Agustus 2005 telah membuka keterisoliran Aceh selama
lebih dari 30 tahun. Banyak pihak telah mengulurkan tangan untuk membantu
proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh yang masih berjalan hingga saat
ini.Bencana tersebut berdampak terhadap seluruh masyarakat di Aceh dan
kebutuhan untuk pemulihan dan rekonstruksi telah membawa perhatian terhadap
kekayaan sumber daya alam (SDA) di Aceh serta masalah-masalah lingkungan
dan sosial apabila penggunaan sumber daya ini tidak ditangani dengan baik.
Kebebasan masyarakat Aceh untuk mengeksplorasi SDA (misalnya
penjarahan hutan) akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak pertama
adalah kerusakan habitat.Koordinator Nasional Greenomics (Dewi, 2008)
menyebutkan, saat ini kerusakan hutan di Acehsudah mencapai 50 persen.
Dampak kedua hilangnya hutan adalah terjadinya bencana banjir di musim
penghujan, tanah longsor, dan kekeringan di musim kemarau (Alikodra,
1987).Menurut catatan Walhi (2009), frekuensi bencana banjir yang melanda
provinsi Aceh setiap tahun terus meningkat.Hal ini selain disebabkan terjadinya
perubahan iklim, juga dipengaruhi oleh luas hutan Aceh yang tiap tahunnya terus
mengalami pengurangan akibat deforestrasi (hilangnya lahan hutan).Laju
SDA seperti penambangan di berbagai sektor, perkebunan skala besar, dan illegal
logging (pembalakan liar).Kerusakan hutan tersebut turut mengancam daerah
aliran sungai (DAS) di Aceh.
Dampak ketiga adalah konflik satwa liar,diantaranya gajah dan harimau
yang masuk ke perkampungan masyarakat.Khususnya gajah di Aceh Jaya sudah
sangat memprihatinkan, bahkan sudah menimbulkan korban jiwa pada pihak
masyarakat, seperti yang pernah terjadi di Desa Cot Pange, Kecamatan
Sampoiniet, dan Desa Bukit Keumuneng, Sarah Raya Kecamatan Teunom (Pepe,
2009).Kasus penyerangan harimau terhadap ternak masyarakat di desa Jantho
Baru Kabupaten Aceh Besar, intensitasnya cukup tinggi.Kegiatan illegal logging
yang marak di sekitar lokasi dan perburuan rusa diperkirakan sebagai mata rantai
rusaknya habitat.Hal ini sangat berpengaruh pada keterbatasan mangsa bagi sang “Rimueng” (harimau). Dengan kemampuan jarak jelajah sampai puluhan
kilometer, kekuasaan harimau ini dapat sangat luas per individunya (Rully, 2007).
Walaupun ada kerusakan lingkungan, sudah dilakukan usaha konservasi oleh
Fauna Flora International Aceh Programme(FFIAP).Dalam kapasitasnya sebagai
salah satu lembaga konservasi alam FFIAP sedang mengembangkan salah satu
metode penyadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan dalam lingkup
program hutan dan lingkungan Aceh (Aceh Forest and Environmental
Project-AFEP). Kegiatan ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh FFI di Aceh sejak 1998
bekerjasama dengan Badan Konservasi Alam-Aceh, pemerintahan kabupaten,
tokoh tradisional dan masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Perlindungan satwa-satwa endemik dan kawasan konservasi Aceh (Balai
Konservasi Provinsi NAD, 2007).
2. Perlindungan terhadap area hutan „Ulu Masen‟ seluas 750.000 hektar atau
7.388 Km2 meliputi lima kabupaten di Aceh Utara-Barat (sejak 2003) dan
memastikan konservasi jangka panjang terhadap keanekaragaman hayati yang
dimiliki (Anonimous, 2006; Anonimous, 2009).
3. Mendistribusikan bantuan bagi korban bencana banjir dan tanah longsor di
pesisir pantai timur NAD (Anonimous, 2007).
4. Mencari penyelesaian konflik satwa liar (Pepe, 2009) dan kasus penyerangan
harimau terhadap ternak masyarakat di desa Jantho Baru Kabupaten Aceh
Besar (Rully, 2007).
5. Membentuk Conservation Response Unit (CRU) gajah liar Sarah Deu di
Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya (Selasa, 21 April 2009) (Pepe, 2009;
Zulfahmi, 2009).
6. Kegiatan pendidikan ramah lingkungan di SD wilayah Mukim Pante Purba
bertujuan untuk mendidik siswa agar peduli terhadap lingkungan di
sekitarnya, seperti fungsi penanggulangan sampah dan pemanfaatan air bersih
(Senin, 20 April 2009) (Pepe, 2009).
7. Membuat buku modul, kurikulum dan silabus pendidikan Pelestarian Alam
SMA/MA di Banda Aceh (2009); pelatihan penggunaan modul pelestarian
alam dan lingkungan hidup bagi 19 orang guru SMA/MA (5 - 6 Maret 2009)
dengan respon dan sikap guru terhadap materi dalam buku PALH sangat baik
(Silfi, 2009b).
8. Kegiatan kunjungan siswa sekolah dasar(SD) menggunakan metode dan
strategi penyampaian materi; kegiatan menggambar hutan (fauna, flora, air);
kegiatan di luar ruangan (outdoor activity) dengan konsep nature game atau
permainan alam; kegiatan pementasan atau pertunjukan panggung boneka;
dan pemutaran film (Silfi, 2009c).
9. Lokakarya Konservasi “Rencana Aksi Gajah Sumatera dan Kalimantan serta Harimau Sumatera” di Padang, Sumatera Barat (29 -31 Agustus 2007) (Hadi,
2007).
10. Pelatihan Guru Pendidikan Lingkungan “Cara Efektif Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa” di Kecamatan Teunom (14 April 2007) (Hadi
dan Monica, 2007).
Kegiatan konservasi alam FFIAP ini bertujuan untuk mempertahankan
spesies-spesies tumbuhan dan hewan agar tetap lestari dan berfungsi sebagai
sumber gen (DNA, pembawa sifat). Upaya untuk melakukan konservasi alam
dapat dilakukan melalui pendidikan dari mulai taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi (Munandar, 2009). Cara penanggulangan bencana global adalah
dengan menyadarkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan cara
pendidikan biologi konservasi sejak dini. Pengetahuan tentang konservasi sangat
habitatnya.Penelitian yang dilakukan oleh Thody et al. (2009) tentang program
pendidikan partisipasi sukarelawan dalam proyek konservasi spesies terancam
punah dan berbahaya dan membantu perkembangan sikap individu, menunjukkan
hasil bahwa program dapat meningkatkan pengetahuan, apresiasi sukarelawan
pada kebijakan konservasi spesies yang terancam punah dan berbahaya, dan minat
mendukung konservasi.
Diperlukan penyadaran semua pihak untuk melaksanakan pembelajaran
biologi konservasi untuk meningkatkan literasi lingkungan.Penelitian tentang
pengembangan instrumen literasi lingkungan untuk mengukur pengetahuan, sikap,
perilaku, dan ketrampilan telah dilakukan (Chu et al., 2007).Hasilnya
menunjukkan bahwa korelasi antara sikap dan perilaku adalah paling kuat,
sedangkan antara pengetahuan dan perilaku adalah paling lemah.Selain itu
ditemukan pulabahwa jenis kelamin, latar belakang sekolah orang tua, dan sumber
dari mana siswa memperoleh informasi lingkungan mempengaruhi literasi
lingkungan.
Pendidikan biologi konservasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan
kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam. Undang-undang No. 5 tahun
1990 telah mengatur tentang konservasi keanekaragaman hayati, termasuk
pengelolaan sumber daya alam hayati dengan tiga hal, yaitu perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya,serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya. Berlandaskan undang-undang tersebut hendaknya masyarakat
Indonesia masih kurang peduli akan lingkungan sekitar. Penebangan pohon
semena-mena di hutan adalah contoh paling nyata bahwa masyarakat tidak peduli
dengan lingkungannya tersebut. Padahal hutan merupakan benteng terakhir untuk
melindungi flora dan fauna, disamping fungsinya untuk mencegah banjir,
kekeringan, dan mengurangi gas emisi rumah kaca penyebab pemanasan global.
Kita semua hendaknya menanamkan tentang konservasi, pentingnya
menjaga satwa-satwa liar di habitatnya dan memelihara lingkungan sejak
dini.Oleh sebab itu pengetahuan tentang konservasi, flora dan fauna yang
terancam punah sudah saatnya dimasukkan dalam muatan kurikulum mulai
tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.Pembelajaran konservasi,
flora dan fauna yang terancam punah dan lingkungan hidup hendaknya
disampaikan secara menarik dengan melibatkan aspek kognitif (otak, kecerdasan),
afektif (perasaan), motorik (gerakan) dan sosial (hubungan antar manusia).Van
Den Berg and Dann (2008) telah melakukan penelitian mengenai
ConservationStewards Program(CSP)dengan cara menarik perhatian audien
Extension, meningkatkan pengetahuan ekosistem pelajar, memperbaiki sikap
pengelolaan sumber daya, dan membantu perkembangan ketrampilan mengakses
informasi ekologis, menunjukkan hasil bahwaCSP dapat merancang kurikulum,
menerapkan program penuntun, mengevaluasi proses program dan dampak
konservasi.
Dari hasil evaluasi kegiatan Fauna Flora International(FFI)diketahui ada
beberapa kendala yang dihadapi, baik teknis maupun muatan kegiatan, terutama
tatalaksana kegiatan misalnya pemutaran film tidak dapat dilakukan di semua SD
karena ketiadaan arus listrik, “genset” yang ada diduga tidak dapat mendukung
penggunaan LCD dan laptop secara bersamaan. Terkait dengan muatan materi
kendala terletak pada kapasitas pendidik. Dua kendala ini dapat diatasi, namun
kedepan perlu perhatian lebih besar terutama untuk kapasitas pendidik(Silfi,
2009a).
Peningkatan SDM (guru) dalam pendidikan biologi konservasi dilakukan
FFI melalui pelatihan dan workshop ”Konsep Konservasi” supaya mutu guru
meningkat dengan bertambahnya wawasan cara berpikir konservasi yang luas
sehingga mutu pendidikan konservasi akan meningkat pula. Respon guru terhadap
gagasan pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup di Aceh sangat baik.
Data yang telah dianalisis menunjukkan bahwa perasaan positif para pendidik
mencapai nilai positif 20,8 dari total 25 nilai positif atau sejumlah 83% peserta
memiliki perasaan dan sikap yang positif terhadap gagasan untuk menerapkan
PALH di Aceh. Respon kognitif menunjukkan bahwa 78% guru telah memiliki
cara berfikir dan cara pandang yang positif terhadap kemampuan pembelajaran
PALH (Silfi, 2009a). Materi pelajaran PALH diujicoba sebagai muatan lokal di
Aceh sejak 28 Juli 2009 lalu pada sembilan SMA yang tersebar di beberapa
kabupaten (Silfi, 2009d).
Untuk memiliki kapasitas pendidik yang baik dan keberlangsungan
program PALH di masa datang maka perlu adanya respon positif pihak sekolah
dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam menerapkan dan
calon guru yang memadai sesuai dengan tuntutan kurikulum biologi
konservasi.LPTK sebagai lembaga penghasil guru diharapkan memiliki program
penyiapan calon guru biologi yang dapat mendukung program PALH
tersebut.Hasil observasi pada beberapa LPTK di Aceh saat ini misalnya Jurusan
Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, FKIP Universitas Serambi Mekkah, Fak.
Tarbiyah IAIN Ar-Ranniry Banda Aceh, dan FKIP Al-Muslim Bireuen belum
mengembangkan kurikulum biologi konservasi secara khusus. Untuk itu perlu
penelitian dan pengembangan tentangProgram Perkuliahan Biologi
Konservasi(P2BK) agar calon guru lulusan LPTK mempunyai kapasitas dan
tingkat kesadaran yang tinggi terhadap biologi konservasi.
Sementara pembelajaran biologi konservasi yang dilaksanakan selama ini
hanya mempelajari pengetahuan ekologi dan konservasi saja.Dengan demikian
sangat diperlukan adanya pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual
berbasis kearifan lokalAcehyang mempelajari pengetahuan (pengetahuan tentang
sejarah alam dan ekologi, isu-isu lingkungan dan permasalahannya,
sosial-politik-ekonomi daerah Aceh), keterampilan kognitif, afektif, tindakan untuk
meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Apriana dkk.(2011b),dari analisis kebutuhan, studi dokumentasi, dan
studi lapangan diperoleh hasilbahwapembelajaran Biologi Konservasiyang
dilaksanakan selama ini hanya mempelajari pengetahuan ekologi dan konservasi
yang dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, informasi, tanya jawab, dan
penugasan tanpa praktikum dan kuliah lapangan. Ditemukan pula bahwa dosen
sesuai konteks kehidupan masyarakat Aceh (pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal Aceh tidak digunakan), sebagian besar mahasiswa kurang aktif
(tidak mengajukan pertanyaan, dan tidak mengemukakan pendapat), dan bahan
kuliah atau buku sulit didapat (terutama dalam bahasa Indonesia),sehingga sangat
diperlukan adanya pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal Acehuntuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan
konservasi.
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut di atas adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokalAceh.Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning,
CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu dosen mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong
mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2004).Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual
yang hidup dalammasyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus
dalam kesadaranmasyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat
dari yang sifatnyaberkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang
profan(Sartini,2004).Kelembagaanmasyarakat (lembaga adat) dan kearifan lokal
Aceh terhadap pemanfaatanhutan masih berlaku sampai sekarang yang
kemudianditerjemahkan kepada peraturan-peraturan desa (Purwantodkk., 2008;
kontekstual berbasis kearifan lokalAceh sesuai kondisi dan isu yang berkembang
di daerah Aceh.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diambil tema penelitian “Pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan
lokalAcehuntuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi
melalui perkuliahan di perguruan tinggi”.
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini diawali denganstudi pendahuluan melalui analisis kebutuhan
(kebutuhan pada pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi), studi
dokumentasi (kurikulum biologi konservasi, catatan mahasiswa), studi lapangan
(identifikasi kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, pelaksanaan
pembelajaran biologi konservasi) dan pengembanganP2BKyang sesuai dengan
keadaan di provinsi Acehdan sekitar kampus dalam rangka membantu mahasiswa
mengetahui dan memahami lingkungan sekitar, meningkatkan literasi lingkungan
dan tindakan konservasi. Materi P2BKdikembangkan berdasarkan analisis
kebutuhan.
P2BKyang dikembangkan dan diujicobakanmencakup enam tahap, yaitu:
pengenalan flora fauna Aceh; pengembangan rasabertanggungjawab melalui film
dokumenter; kerja ilmiah melalui observasi dan eksperimen pada laboratorium
lapangan (field laboratorium);kolaborasi dengan masyarakat dan lembaga adat;
membuat koneksi melalui hubungan sebab akibat;pemberian tindakan dan refleksi
melalui tes kognitif. Ujicobaprogram dilakukan di dalam dan di luar kelas sesuai
lokalAceh yang dilakukan di alam terbukamencakup aspek-aspek:
pengembanganfisik, sosial, intelektual, spiritual, emosional, dan karakter individu
berkaitandengan pemecahan masalah konservasi. Alur pemikiran tertuang dalam
Gambar1.1.
[image:13.595.104.502.236.567.2]Umpan balik
Gambar 1.1.Bagan Alur Pemikiran Penelitian
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka secara umum
permasalahan yang diupayakan solusinya dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal
Acehuntuk meningkatkanliterasi lingkungan dan tindakan konservasi
dikembangkan?”
D. Pertanyaan Penelitian
Analisis Kebutuhan
Masukan:
Kearifan lokal Aceh
Isu & permasalahan di lingkungan sekitar
P2BK
Instrumen:
Pedoman Perkuliahan Biologi Konservasi & Kurikulum PT
Pendekatan, metode, dan strategi perkuliahan Pelaksana Pengelola Sistem pendidikan nonformal Kerjasama:
Inter pendidikan nonformal
Instansi terkait Pelaksanaan
P2BK
Proses pengelolaan perkuliahan
Keluaran:
Pengetahuan & pemahaman
Tanggapan
Hasil kegiatan
Kinerja
Hasil pendidikan:
Literasi lingkungan
Permasalahan dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut.
1. Bagaimana keberadaan kearifan lokalmasyarakat di sekitar hutan Ulu Masen
dan aplikasinya?
2. Bagaimana pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal Aceh dan aplikasinya?
3. Sejauhmana program yang dilaksanakan dapat meningkatkan literasi
lingkungan pada diri mahasiswa?
4. Sejauhmana program yang dilaksanakan dapat meningkatkan tindakan
konservasi?
5. Apa tanggapan mahasiswa terhadap program yang telah dilaksanakan?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Mengembangkan P2BKyang terintegrasi antara perkuliahan di kelas dengan
kegiatan lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi keberadaan kearifan lokalmasyarakat di sekitar hutan Ulu
Masendan aplikasinya. Melalui identifikasi ini dapat diupayakan cara untuk
mempermudah dosen dalam mengetahui ruang lingkup kajian kearifan
serta hubungannya dengan materi biologi konservasi yang telah termuat
dalam perkuliahan dan mengembangkannya.
b. Mengungkapkan ruang lingkup pengembangan materi program dan
aplikasinya. Ruang lingkup materi program dan aplikasinya terkait dengan
pengembangan literasi lingkungan dan tindakan konservasi. Melalui
gambaran ini, maka dapat diketahui keefektifan dan keefisienan program.
c. Mengetahui peningkatan literasi lingkungan pada diri mahasiswa dan
mengungkapkan pengembangannya sebagai hasil dari implementasi P2BK.
Melalui gambaran literasi lingkungan, maka P2BK dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman, sikap mahasiswa terhadap lingkungan.
d. Mengungkapkan peningkatan tindakan konservasi sebagai hasil dari
implementasi P2BK. Melalui gambaran ini, maka P2BK dapat
mengembangkan area konservasi.
e. Mengungkapkan tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan. Melalui gambaran tanggapan mahasiswa, maka implementasi
P2BK melalui kegiatan lapangan dapat menantang, menyenangkan, menarik
dan membantu meningkatkan pemahaman materi perkuliahan di kelas.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh P2BKyang sudah
diujicoba,efektif, terintegrasi dalam perkuliahan dan kegiatan lapangan yang
mampu memperjelas pembelajaran di kelas, mengembangkan literasi lingkungan
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa
Bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
membantu mengembangkan literasi lingkungan sampai pada tindakan konservasi
secara nyata; memberikan motivasi dan kesanggupan bekerja secara individu
ataubersama dalam mengatasi kerusakan lingkungan disekitarnya;
mengembangkan keterampilan berpikir, menganalisis, memecahkan masalah dan
kemampuan bertindak melalui proses ilmiah; serta membantu memperjelas materi
perkuliahan di kelas sesuai standar kelulusan yang harus dicapai Perguruan
Tinggi.
b. Perguruan Tinggi
Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai motivasi dalam mengembangkan kegiatan lapangan yang bervariasi (tidak
monoton) dan berkesinambungan.Selain itu hasil penelitian dapat membantu
mengembangkan materi dan strategi perkuliahan di luar kelas yang mendukung
pemahaman materi perkuliahan di kelas.
c. Instansi Terkait
Bagi instansi terkait yang bergerak dalam pengelolaan biologi konservasi
hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kesadaran
masyarakat dalam mengatasi kerusakan lingkungan.Keterlibatan mahasiswa
dalam tindakan konservasi dapat meningkatkan kepercayaan intansi terkait pada
mahasiswa agar melakukan tindakan-tindakan konservasi, sekaligus membantu
G. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran mengenai istilah yang digunakan
dalam penelitian ini maka dibuatlah definisi sebagai berikut.
1. Program Perkuliahan Biologi Konservasi (P2BK)
P2BKadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan bersama-sama terkait
dengan pendekatan kontekstualberbasis kearifan lokalAcehuntuk mengembangkan
literasi lingkungan dan melaksanakan konservasi, serta membantu memperjelas
materi perkuliahan di kelas berdasarkan konsep mahasiswa.
2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning, CTL)
merupakan strategi belajar yang dapat membantu dosen mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu:
konstruktivisme (constructivism),menemukan (inquiry),bertanya
(questioning),masyarakat belajar (learning community),pemodelan
(modelling),refleksi (reflection),dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
(Nurhadi, 2004).
Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local)yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikutioleh anggota masyarakatnya (Sartini,2004). Bentuk-bentuk kearifan lokal
dalammasyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat,
hukum adat, dan aturan-aturan khusus (Sirtha,2004). Fungsi dan makna kearifan
lokal yaituuntuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam (Balipos, 2003).
4. Literasi Lingkungan
Literasi lingkungan adalah pengetahuan dan pemahaman individu terhadap
konsep dan prinsip-prinsip yang terjadi di lingkungan.Melalui pemahaman
tentang konsep dan prinsip-prinsip tersebut individu mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari dan berperan aktif dalam mengatasi kerusakan
lingkungan baik secara individu maupun kelompok (Coyle, 2004). Literasi
lingkunganmencakup enam komponen (pengetahuan tentang sejarah alam dan
ekologi, pengetahuan tentang isu-isu lingkungan dan permasalahannya,
pengetahuan sosial-politik-ekonomi, keterampilan kognitif, afektif (faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perilaku bertanggungjawab terhadap lingkungan), dan
tindakan (perilaku bertanggungjawab terhadaplingkungan)) dan 40 sub komponen
(Erdogan et al., 2009).
5. Tindakan Konservasi
Tindakan konservasi didefinisikan sebagai upaya pengelolaan yang
dilakukan individu dalam memanfaatkan area konservasi, sehingga memberikan
keuntungan dan keberlanjutan bagi semua sistem kehidupan. Pengertian tindakan
pemanfaatan secara berkelanjutan, dan restorasi(Indrawan dkk., 2007).Tindakan
konservasi dilakukan mahasiswadi lingkungan sekolah, Pusat Latihan Gajah Saree
Aceh Besar, Tahura Saree Aceh Besar, Kebun Binatang Mini Jantho Aceh Besar,
dan lingkungan kampus.Tindakan konservasi ini mencakup aspek tindakan
konservasimenjaga, memelihara, dan memperbaiki.
H. Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka meneliti program,
dampak, tindakan konservasi, dan literasi lingkungan.Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kesediaan membayar termasuk biaya, usia
responden, dan kesadaran individu pada program konservasi melindungi koridor
lingkungan di tepi sungai (Blaine and Smith, 2006).
Peneliti lain mengungkapkan bahwa pengalaman Water Fair sesuai
kebutuhan karena pembelajaran hands-on untuk konservasi air dan persoalan
mutu(Francisand Rothlisberger, 2006).Konservasi biokultural di Taman
Ethnobotanical Omora Amerika dapat menetapkan 10 prinsip tindakan konservasi
Omora (Rozzi et al., 2006).
DeMouche et al.(2007) memperoleh gambaran bahwa apresiasi partisipan
lebih baik mengenai terbatasnya sumber daya air melalui tindakan pengukuran
rutin dan perbandingan ruang timbulnya hujan pada network berbasis komunitas
untuk mengukur dan memetakan hujan dalamkonservasi air.Van Den Berg and
Dann (2008)telah merancang kurikulum, menerapkan program penuntun,
Conservation StewardsProgram (CSP) menarik perhatian pelajar, meningkatkan
pengetahuan ekosistem, memperbaiki sikap pengelolaan sumber daya, dan
membantu perkembangan ketrampilan mengakses informasi ekologis.
Responden melaporkan frekuensi tindakan konservasi air pada rumah
tangga.Skala New Human Interdependence Paradigm(NHIP) lebih baik dibanding
skala Human Exception Paradigm(HEP) - New Environmental Paradigm(NEP)
pada penelitian tentang pengaruh pemikiran falsafah HEP-NEP dan NHIP di
konservasi air (Verdugoet al., 2008).Program pendidikan partisipasi sukarelawan
dalam proyek konservasi spesies terancam punah dan berbahaya dan membantu
perkembangan sikap individu dapat meningkatkan pengetahuan, apresiasi
sukarelawan pada kebijakan konservasi spesies terancam punah dan berbahaya,
dan minat mendukung konservasi(Thody et al., 2009).
Penelitian tentang literasi lingkungan antara lain: McDougall, Ibanez and
White (2006), bahwa proses asesmen proyek percontohan berfokus studi kasus
dengan operasional network mengamati sistem muara dapatmencapai literasi
lingkungan dengan Sistem Data Pengamatan NOAA.Chuet al. (2007)
menyatakan bahwa korelasi antara sikap dan perilaku adalah paling kuat,
sedangkan antara pengetahuan dan perilaku adalah paling lemah.Ditemukan pula
bahwa jenis kelamin, latar belakang sekolah orang tua, dan sumber dari mana
siswa memperoleh informasi lingkungan mempengaruhi literasi lingkungan; pada
pengembangan instrumen literasi lingkunganuntuk mengukur pengetahuan,
Analisisenam komponen dasar literasi lingkungan menunjukkan bahwa
banyak perhatian pada pengetahuan (pengetahuan ekologi, pengetahuan
sosial-politik, pengetahuan isu-isu lingkungan), sedikit pada keterampilan kognitifdan
sikap, beberapa untuk prilaku bertanggungjawab pada lingkungan(Erdogan et al.,
2009).Analisis perubahan tahapan peta konsep siswa dalam literasi
lingkunganmenemukan bahwa terjadi peningkatan signifikanpadapetaproposisi,
dan kompleksitas grafis mendukung bagaimana siswa mengembangkan
ketrampilanpengetahuan artikulasi dan menunjukkan lebih banyak pemahaman
METODE PENELITIAN
Penelitian ini didesain dengan metodeResearch and Development dan
dilakukan menggunakan desainQuasi Experimentdengan One Group
Pretest-Postest Design (Creswell, 2008).Metode ini menggunakansatu kelompok
penelitian quasi eksperimen dan dikenai perlakuan pretes dan postes.
A. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam pengembangan P2BK ini meliputi beberapa
tahap yang digambarkan sebagai Gambar 3.1.Padagambar tersebut dapat
dikemukakan deskripsi dari setiap tahap penelitian dalam pengembangan P2BK
sebagai berikut.
1. Tahap I Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan ini, studi yang dilakukan dibedakan pada
fokus kajian yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Analisis Kebutuhan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan produk (program perkuliahan).Need assessment dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan peserta didik maupun pendidik pada pelaksanaan
pembelajaran konsep biologi konservasi.Pengumpulan informasi dilakukan
PENDAHULUAN PROGRAM PROGRAM PROGRAM PROGRAM
b. Studi Literatur
Pada bagian ini dilakukan kajian terhadap berbagai hasil penelitian tentang
konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi; teori pendekatan
1.Analisis Kebutuhan
2.Studi Literatur
- Berbagai penelitian tentang konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi - Teori pendekatan kontekstual - Teori tentang
kearifan lokal - Kajian teori
tentang konsep biologi konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi 1.Membuat konteks kearifan lokal Aceh dari konsep biologi konservasi 2.Menetapkan kriteria keberhasilan dan jenis instrumen yang akan digunakan 3.Merancang instrumen penelitian 4.Melakukan uji
coba instrumen 5.Membuat produk awal program perkuliahan yang akan dikembangkan
3. Studi Lapangan
- Identifikasi kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen - Penerapan
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajaran biologi konservasi - Kondisi dan
kinerja mahasiswa dan dosen Membuat desain pengembang-an P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Acehdalam pembelajaran Revisi Program 1.Pengolahan data 2.Refleksi dan
evaluasi program perkuliahan yang
dikembangkan 3.Perbaikan dan
penyempurnaan program perkuliahan yang dikembangkan Uji Coba Program
- Uji coba program pada subjek yang dipilih - Observasi - Refleksi dan
evaluasi program -
Penyempur-naan program 1.Validasi ahli
[image:23.595.78.560.110.645.2]/ Expert Judgement 2.Merevisi produk berdasarkan Review Para Ahli Analisis Data Kesimpulan PRODUK AKHIR Desain Quasi Eksperimen Pretes Program perkuliahan Postes
teori tentang kearifan lokal; kajian teori tentang pedagogi materi subyek dan
karakter konsep biologi konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi
melalui berbagai sumber, baik buku teks, artikel, laporan penelitian, internet,
pendapat para ahli.
c. Studi Lapangan
Pada bagian ini dilakukan studi lapangan mengenai identifikasi kearifan
lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen; pelaksanaan pembelajaran biologi
konservasi di LPTK, terutama difokuskan pada penerapan pendekatan kontekstual
berbasis kearifan lokalAceh dalam pembelajaran, dilakukan di program studi
pendidikan biologi yang melibatkan 27 mahasiswa dan dua dosen biologi; kondisi
dan kinerja mahasiswa dan dosen; serta berbagai pendapat dan pandangan dari
peserta didik dan pendidik mengenai karakteristik dan pelaksanaan pembelajaran
biologi konservasi. Pengambilan data pada studi lapangan menggunakan metode
observasi, kuesioner, dan wawancara, kemudian diolah menggunakan pendekatan
kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan karakter data dan kebutuhan
informasi.
2. Tahap II Perencanaan Program
Pada tahap perencanaan program, dibuat konteks berbasis kearifan lokal
Aceh dari konsep biologi konservasi, menetapkan kriteria keberhasilan dan jenis
instrumen yang digunakan(merumuskan indikator dan kriteria ketercapaiannya),
merancang instrumen penelitian untuk mengukur keberhasilan tiap indikator,
kearifan lokalAceh, dan tes biologi konservasi).
3. Tahap III Pengembangan Program
Pada tahap pengembangan program perkuliahan ini, dibuat desain P2BK
dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam
pembelajarannya.P2BK dikembangkan berdasarkan hasil temuan pada tahap I,
yaitu analisis kebutuhan, kajian teori dan studi lapangan, serta dengan
mempertimbangkan hasil perencanaan programyang diperoleh pada tahap II.
P2BK yang dikembangkan bersifat holistik dan situasional, sehingga tidak
berkontribusi terhadap satu masalah saja tetapi juga membantu menyelesaikan
masalah lainnya terkait dengan lingkungan sekitar peserta didik.Pengembangan
P2BK dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh meliputi
pengembangan silabus dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal
Aceh dan tes biologi konservasi yang dilakukan menggunakan analisis
pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan dan kearifan lokal
Aceh.
P2BK dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh
dikembangkan berdasarkan studi pendahuluan melalui analisis kebutuhan, studi
dokumentasi, dan studi lapangan.Rush et al. (1999) menjelaskan sebelum
menentukan komponen-komponen dari suatu program perlu dilakukan analisis
kebutuhan terlebih dahulu, sehingga hasil program sesuai dengan tujuan yang
Pada tahap validasi pengembangan program perkuliahan ini, dilakukan dua
tahap validasi, yaitu validasi ahli (expert judgement)dengan memintapendapat dan
pandangan beberapa ahli pembelajaran biologi konservasi mengenai program
perkuliahan yang dikembangkan, lalu dilakukan validasi lapangan melalui uji
coba lapangan, dan revisi program. Masing-masing tahap validasi dan revisi
programdiuraikan sebagai berikut.
a. Validasi Ahli (Expert Judgement)
Pada pelaksanaan validasi ahli diperlukan tujuh ahli pada bidang yang
terkait dengan konteks kearifan lokalAceh, pedagogi materi subjek, strategi dan
program perkuliahan yang dikembangkan, untuk menimbang kelayakan program
perkuliahan yang dikembangkan. Validasi dilakukan mulai dari rumusan tujuan
perkuliahan, konsep/materi ajar, konteks, kearifan lokal Aceh,komponen
pendekatan konstektual, metode, media,LKM, indikator penilaian, instrumen,
alokasi waktu,pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh, dan disain
program perkuliahan yang dikembangkan. Dari validasi ahli didapatkan beberapa
catatan perbaikan, untuk melakukan penyempurnaan rancangan program
perkuliahan yang dikembangkan, sehingga diperoleh suatu rancangan P2BK
dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam
pembelajarannya untuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan
Hasil rancangan yang telah divalidasi berdasarkan pandangan dan
pendapat para ahli kemudian diujicoba pada lingkungan pembelajaran yang
sesungguhnya, yaitu pada pembelajaran biologi konservasi di LPTK.Program
perkuliahan dan konteks berbasis kearifan lokal Aceh tersebut diuji coba pada
skala terbatas yang melibatkan 30 mahasiswa, tiga pengamat pembelajaran di
dalam kelas, dan tujuh pengamat pembelajaran di luar kelas.Pada pelaksanaan uji
coba ini semua aspek baik proses maupun hasil pembelajaran biologi konservasi
diamati sesuai indikator dan instrumen yang telah disiapkan. Pengamatan dan
pengambilan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara.Observasi
difokuskan pada keterlaksanaan perkuliahan Biologi Konservasi dengan
menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam
pembelajarannya.Untuk mengamati dampak penerapan program perkuliahan yang
dikembangkan terhadap hasil belajar, dilakukan wawancara terhadap pendidik dan
peserta didik untuk memperoleh pendapat dan pandangan mengenai program
perkuliahan yang dikembangkan.
c. Revisi Program
Berdasarkan hasil validasi ahli dan validasi lapangan, maka pada tahap ini
dilakukan revisi program perkuliahan yang telah dikembangkan.Pada tahap ini
dilakukanpengolahan data, refleksi dan evaluasi program perkuliahan yang
dikembangkan, perbaikan dan penyempurnaan program perkuliahan yang
dikembangkan. Hasil dari tahap ini adalah diperoleh P2BK dengan menerapkan
P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh
dalam pembelajaran ini, diharapkan juga dapat digunakan pada berbagai konsep
lingkungan dan ekologi dalam bidang biologi atau bahkan pada bidang ilmu
lainnya.
5. Tahap V Implementasi Program
Kegiatan selanjutnya adalah implementasi produk akhir dengan
menggunakan metode quasi eksperimen.Implementasi program melibatkan 33
mahasiswa, empat pengamat pembelajaran di dalam kelas, dan tujuh pengamat
pembelajaran di luar kelas.Subyek penelitian yaitu kelompok
eksperimen.Kelompok diberi pretes untuk mengukur kemampuan awalnya.P2BK
dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam
pembelajarannya diimplementasikan terhadap subyek penelitian dalam kelompok
eksperimen.Setelah implementasi program kelompok diberi postes.
Pada implementasiprogram ini, untuk melihat keunggulan program yang
dikembangkan dengan cara membandingkan hasil pretes dan postes, baik terhadap
penguasaan konsep, literasi lingkungan maupun tindakan konservasi, dan
rancangannya adalah sebagai berikut.
Kelompok Eksperimen O1 X1 O1’
Keterangan:
O1= pretes, O1' = postes
Xl= Pembelajaran dengan program yang dikembangkan
literasi lingkungan dan tindakan konservasi.
Pengumpulan data pada kegiatan implementasi dilakukan melalui:
Observasi implementasi program.
Penyebaran kuesioner untuk mahasiswa.
Administrasi perangkat tes terhadap subyek penelitian (pretes dan postes).
Data-data yang terkumpul diolah, dianalisis dan diinterpretasi dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan jenis data.Untuk selanjutnya
diambil kesimpulan.
Secara keseluruhan tujuan akhir dari implementasi program adalah
mendapatkan produk akhir yang menjadi bahan dalam membuat rekomendasi
tentang efektivitas dan adaptabilitas program perkuliahan dalam konteks berbasis
kearifan lokalAceh di LPTK.
B. LokasidanWaktu Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan berdasar kelengkapan kepemilikan
lingkungan konservasi mencakup: kawasan hutan Ulu Masen, lingkungan rumah
dan masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, kampus dan halamannya, halaman
sekolah, dan kawasan konservasi provinsi Aceh (Pusat Latihan Gajah Saree Aceh
Besar, Tahura (Taman Hutan Raya) Saree Aceh Besar, dan Kebun Binatang Mini
Jantho Aceh Besar).
Waktu pengembangan program pembelajaran dilakukan selama 12 bulan,
mulai dari studi pendahuluan(analisis kebutuhan (kebutuhan pada pelaksanaan
masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, pelaksanaan pembelajaran biologi
konservasi)), perancangan program, pengembangan program (pengembangan
silabusdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAcehdan tes biologi
konservasi), validasi program, implementasi program, dan pelaporan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah masyarakat di sekitar hutan Ulu Masenprovinsi
Aceh dan 33mahasiswa semester VI (tahun ke-3) Prodi Pendidikan Biologi yang
mengikuti mata kuliah Biologi Konservasidi salah satu LPTK Banda Aceh.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpul data.Alat ini disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Instrumen yang
dikembangkan dalam penelitian ini mencakup: catatan lapangan, pedoman
observasi kegiatan perkuliahan, tes, pedoman observasi tindakan konservasi,
angket, dan pedoman wawancara.
Data penelitian yang dikumpulkan mencakup: data kearifan lokal
Aceh,proses pembelajaran, pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang
biologi konservasi (nilai tesberdasarkan komponen dan sub komponen literasi
lingkungan), tindakan konservasi, tanggapan peserta didik terhadap program
Target Metode/Teknik Pengumpulan
Data
Sumber Data Instrumen Keterangan
Kearifan lokalAceh Observasi dan wawancara Masyarakat dan lembaga adat hutan Aceh Catatan lapangan Pada lima kabupaten Keberhasilan program Kegiatan dan observasi Mahasiswa Dosen Pedoman observasi kegiatan perkuliahan Selama kegiatan Literasi lingkungan Pemberian tes pengetahuan dan pemahaman
Mahasiswa Tes biologi konservasi Pretes dan postes Tindakan konservasi Kegiatan dan observasi
Mahasiswa Pedoman observasi tindakan konservasi
Selama kegiatan
Tanggapan Pemberian angket Mahasiswa Angket Studi pendahuluan dan postes Program
perkuliahan
Wawancara Mahasiswa Dosen
Pedoman wawancara
Akhir kegiatan
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang dikembangkan untuk mengetahuikearifan lokal
masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen.Catatan lapangan dibuat mencakup aspek:
narasumber; kearifan lokal Aceh; adat hutan, bersawah, berladang, perkebunan,
berkebun sayuran/palawija (meulampoih), berburu, mengambil sarang burung
walet (cok umpung cicem), mengambil madu lebah (cok meunisan uno), beternak
hewan, menambang hasil bumi, dan terhadap makhluk hidup lainnya; peran ulama
dalam konservasi lingkungan; peran lembaga adat dalam konservasi lingkungan;
dan kebijakan pemerintah.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dalam penelitian ini mencakup pedoman observasi
[image:31.595.117.508.137.474.2]Pedoman observasi kegiatan perkuliahan dibuat mencakup aspek: kegiatan
pendahuluan (membuka perkuliahan), kegiatan inti (komponen konstruktivisme
(constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection),
penilaian sebenarnya (authentic assessment)), dan kegiatan penutup (menutup
perkuliahan).
Pedoman observasi tindakan konservasiyang dikembangkan untuk
mengetahui keberhasilantindakan konservasi yang dilakukan mahasiswadi
lingkungan sekolah, Pusat Latihan Gajah Saree Aceh Besar, Tahura Saree Aceh
Besar, Kebun Binatang Mini Jantho Aceh Besar, dan lingkungan kampus.
Pedoman observasi tindakan konservasidibuat mencakup aspek tindakan
konservasimenjaga, memelihara, dan memperbaiki.
3. Tes dan Pengembangannya
Tes yang disusun dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur literasi
lingkunganberdasarkan enam komponen dan 40 sub komponen literasi
lingkungan. Tes ini dikembangkan mengacu pada materi dan hasil belajar yang
telah ditetapkan bersama sebelumnya.
Tes tertulis ini dalam bentuk soal pilihan ganda (multiple choice) = 55 soal
dan essay = 7 soal yang memenuhi kriteria reliabilitas, validitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda yang baik setelah diujicobakan.
4. Angket
program perkuliahan yang telah dilaksanakan.
5. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang dikembangkan untuk mengetahui pelaksanaan
program perkuliahan. Wawancara dilakukan terhadap beberapa mahasiswa dan
dosen biologi konservasi yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kualitatif dan
kuantitatif.Data kualitatif diperoleh dari wawancara dan pengamatan (observasi)
langsung, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari skor uji coba tes, pretes,dan
postes.Data yang dikumpulkan meliputi: data tentang kearifan lokal masyarakat di
sekitar hutan Ulu Masen; pengembangan silabusdengan pendekatan kontekstual
berbasis kearifan lokalAceh; pengembangan tes biologi konservasi; pengetahuan
dan pemahaman biologi konservasi (literasi lingkungan), aktivitas pembelajaran di
kelas dan di lapangan, tindakan konservasi, tanggapan peserta didik terhadap
perkuliahan dan kegiatan field laboratorium.
Teknik pengumpulan data yang terkait dengan kearifan lokal masyarakat
di sekitar hutan Ulu Masen dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan
metode wawancara dan observasi.Observasi langsung pada masyarakat di sekitar
hutan Ulu Masen dan dilakukan wawancara mendalam (deep interview) dengan
informan (key person) masyarakat dan lembaga adat hutan Aceh. Alat bantu lain
yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, handycam,tape recorder, dan
penelitian kualitatif.Dilakukan untuk memahami persepsi, perasaan, dan
pengetahuan subjek.Kadang subjek penelitian tidak menyadari bahwa percakapan
informal mereka merupakan wawancara.
Teknik pengumpulan data pengembangan silabusdengan pendekatan
kontekstual berbasis kearifan lokalAceh dan tes biologi konservasi dilakukan
menggunakan analisis pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu
lingkungan dan kearifan lokalAceh.Teknik pengumpulan data yang terkait dengan
pengetahuan dan pemahaman tentang biologi konservasi (literasi lingkungan)
dilakukan menggunakan tes.
Teknik pengumpulan data aktivitas pembelajaran di kelas dan di lapangan
dilakukan menggunakan pedoman observasi kegiatan perkuliahan.Tindakan
konservasi mahasiswa di kawasan konservasi diobservasi sesuai pedoman
observasi tindakan konservasi.Data tanggapan peserta didik terhadap perkuliahan
dan kegiatan field laboratorium dikumpulkan menggunakan angket.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data
kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif tentang kearifan lokal masyarakat
diperoleh melalui observasi dan wawancara,berbentuk informasi atau
keterangan-keterangan pendukung data lainnya baik lisan maupun tulisan yang diperoleh dari
berbagai sumber.Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, dikelompokkan
lalu dibuat abstraksinyauntuk memudahkan pendeskripsian (Lincoln dan Guba,
wawancara dan observasi) diklasifikasikan, direduksi, disajikan dandisimpulkan.
Data dianalisis secara deskriptif meliputi: transkripsi, tabulasi, pengkodean, dan
[image:35.595.128.467.233.459.2]deskripsi sesuai dengan fokus penelitian, seperti pada Gambar 3.2. berikut.
Gambar 3.2.Teknik Analisis Data Kualitatif dengan Model Analisis Interaktif
Teknik analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan program excel dan
uji statistik normalized gainterhadap hasil pretes dan postes.Peningkatan literasi
lingkungan mahasiswa dianalisis menggunakan rerata skor Ngain mahasiswa
(Meltzer, 2002) sebagai berikut.
Ngain = NB−NA
NMAX −NA
x100%
Keterangan: NB : rerata skor post-test mahasiswa, NA : rerata skor pre-test mahasiswa, dan NMAX : rerata skor ideal mahasiswa.
1. 0 – 30 Rendah
2. 31 – 69 Sedang
3. 70 – 100 Tinggi
Peningkatan tindakan konservasi mahasiswa dianalisis secara deskriptifmelalui
[image:36.595.129.468.251.576.2]KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkanfokuspenelitiandanpembahasan
diatas,makadapatdisimpulkansebagaiberikut.
1. Kearifanlokalmasihadadanmelekatdalamkehidupansebagianmasyarakat Aceh,
ditemukan 11 adatsebagaikearifanmasyarakat yang
berhubungandengantindakankonservasi. Kearifantersebutmeliputiadathutan,
adatbersawah, adatperkebunan, adatberkebunsayuran/palawija (meulampoih),
adatberladang, adatberburu, adatmengambilsarangburungwalet
(cokumpungcicem), adatmengambilmadulebah (cokmeunisanuno),
adatbeternakhewan, adatterhadapmakhlukhiduplainnya,
danadatmenambanghasilbumi.
2. PengembanganP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal
Acehdapatdilakukandenganmetodebervariasi.Dalam P2BK,kearifanlokalAceh
dapatdikelompokkanmenjadi29 pasangkonteksberbasiskearifanlokal
Aceh(konservasihutan, konservasitumbuhan, pertanian, danperkebunan
13pasangdankonservasihewan 16 pasang) yang
dikaitkandenganmateri/konsepbiologikonservasimelaluikegiatanperkuliahan.
3. PenerapanP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAceh
dapatmeningkatkanliterasilingkunganmahasiswa (N-gain = 46%).
4. PenerapanP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal
5. Pengembangan P2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal
Aceh merupakanhalbarudancukupmenarikminatbelajarmahasiswa.
B. Implikasi
PendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehsangatdiperlukandandapa
tmembantumahasiswadalammengkonstruksipengetahuanbiologikonservasi.Olehka
renaitupendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdalam P2BK
harusdirencanakandenganbaik,
duahalpentinghendaknyadipersiapkandalampendekatankontekstualberbasiskearifa
nlokalAcehpada P2BK.Pertama, memilihkontekssesuaikondisidanisu yang
berkembang di daerah Acehberbasiskearifanlokal Aceh yang sesuai.Kedua,
menyesuiakankonteksberbasiskearifanlokal Aceh
tersebutdengankonsepbiologikonservasi yang akandipelajari agar proses P2BK
dapatberlangsungsecaraefektifdanefisien.
Produkpenelitianiniberupa
P2BKdenganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdankonteksberbasis
kearifanlokal Aceh.Hasilpenelitianinihendaknyaberimplikasiterhadapkualitas
proses P2BK.
HasilpengembanganP2BKdenganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAce
hberimplikasiterhadapkualitaspenerapankomponenutamapembelajarankontekstual
dalamP2BK akanlebih optimal, sedangkanhasilkonteksberbasiskearifanlokal Aceh
dapatberimplikasiterhadappenggunaankontekssesuaikondisidanisu yang
alAceh yang
dikembangkanberimplikasiterhadappenggunaanpendekatankontekstualberbasiskea
rifanlokalAcehdalamP2BK,sehinggasetiappenggunaankonteksberbasiskearifanlok
al Aceh dalamP2BK harusdipersiapkandenganbaik, kontekssesuaikondisidanisu
yang berkembang di daerah Acehberbasiskearifanlokal Aceh yang
digunakandipilihsecaracermat, dankesesuiaankonteksberbasiskearifanlokal Aceh
dengankonsepbiologikonservasi yang akandipelajaridirencanakandengantepat.
DengandemikianpenerapanpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdala
mP2BK dapatmemberikanhasil yang lebihbermakna,
dankonteksberbasiskearifanlokal Aceh yang
digunakanbenar-benardapatmembantumeningkatkanliterasilingkungandantindakankonservasimaha
siswa.
C. Saran
1. Penelitian P2BK inihanyaterbataspadakonservasiekosistem terrestrial
hutandanlingkungandisekitarnyaberbasiskearifanlokal.
Perlupenelitiandanpengembanganlanjutanpadakonsepkonservasiekosistemaqu
atik/perairandanlingkungannya (laut, sungai, waduk,danau,dll),
sehinggadapatmemperluasdanmelengkapikonteksberbasiskearifanlokal Aceh
yang telahdikembangkan.
2. Melakukanpenelitianpengembanganbahanajarbiologikonservasiberbasiskearif
menemukankonteksberbasiskearifanlokal Aceh terhadapkualitas proses
danhasilbelajarsiswa.
4. Pengembangan P2BK inidiimplementasikanpadasubjekterbatas (33
mahasiswa), perludilakukanimplementasipadasubjek yang
lebihbanyakdanluasmelibatkanlokasikampus yang
berbeda-bedadengankawasankonservasi yang berbedapula untukmendapatkanhasil
yang lebih valid.
5. Penugasanmahasiswadapatdilakukanpadaobjek yang lebihluas,
tidakterbataspadakearifanlokalsaja. Misalnya,kebijakan BKSDA, Dephut,
BPKEL,dan LSM-LSM yang berkaitandengankonservasi di Aceh.
6. MengingatP2BK merupakanpembelajaran yang terintegrasiantaraperkuliahan
di kelasdan dilapangan,
perlumanajemenpengelolaanwaktudanpersiapankelokasikuliahlapangansecara
matangdanterencanadenganbaik.
7. Kesiapandosendalampenguasaanmateridankonteksberbasiskearifanlokal
Aceh,komitmendosenuntukmeningkatkanpembelajaran, saranadanprasarana,
sertabiaya yang diperlukanhendaknyadipersiapkanagar proses
perkuliahanbiologikonservasidapatberlangsungsecaraefektifdanefisien.
8. Konsepkonservasilingkungan di masyarakat (kearifanlokal Aceh)
perludiketahuidandipahamiolehsiswasejakdini,
untukmenumbuhkankesadaransiswamelestarikankearifanlokal Aceh
Abdullah.(2008). Strategi Penggunaan Habitat dan Sumber Daya oleh Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus TEMMINCK, 1847).Disertasi Doktor pada SPs ITB. Bandung: tidak diterbitkan.
Ahmad, S.M. (1999). Berjuang Mempertahankan Hutan Kearifan Tradisional Masyarakat Aceh Melestarikan Ekosistem Leuser. Jakarta: Madani Press.
Alikodra, H.S. (1987). Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia PAU Ilmu Hayati. Bogor: IPB.
Amini, R. (2010). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor untuk Calon Guru Sekolah Dasar.Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Andriana, D., Aryadi, A.W., Suryadi, E. (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Arya Duta.
Anonimous.(2006). Program FFI Aceh[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [21 September 2009].
______. (2007). Program FFI Aceh.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International- Aceh Programme. Edisi 1Januari 2007. Banda Aceh.
______. (2008). Hasil Rumusan dan Rekomendasi Bidang Upland.Semiloka Pengendalian dan Konservasi Lingkungan Menuju Aceh Green. Banda Aceh, 4 – 5 Nopember 2008 [Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [4 Pebruari 2011].
______. (2009). About Ulu Masen [Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].
Antara.(2011, 3 Maret).Dua Tanaman Khas Aceh Perlu Diselamatkan. Antara [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/news/248409/dua-tanaman-khas-aceh-perlu-diselamatkan. [7 Mei 2011].
______. (2011, 6 Mei).China Bangun Rumah Sakit Panda Senilai 32 Juta Dolar.Antara [Online]. Tersedia: http://id.berita.yahoo.com/china-bangun-rumah-sakit-panda-senilai-32-juta-042009461.html. [7 Mei 2011].
Apriana, E. (2008). Proses Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai Implementasi dari Kurikulum Muatan Lokal di SMU.Laporan Field Study pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Natural Resources Conservation). Proceeding of the Third (3th)
International Seminar on Science Education “Challenging Science
Education in the Digital Era”.Prodi P. IPA SPs UPI Bandung. Halaman 69 – 75. ISBN: 978-602-8171-14-1. Sabtu, 17 Oktober 2009.
______. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dengan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan SikapSiswa SMU pada Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati.Prosiding Seminar Nasional Biologi "Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa". Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.ISBN: 978-602-95207-1-2. Jumat-Sabtu, 1-2 Juli 2011.
Apriana, E., Munandar, A., Rustaman, N.Y., Surtikanti, H.K. (2010).Kearifan Lokal Masyarakat di sekitar Hutan Ulu Masen (Local Wisdom of the Community around the Ulu Masen Forest). Proceeding of the 4th International Seminar on Science Education “Curriculum Development of Science Education in 21th Century”. Prodi P. IPA SPs UPI Bandung. Halaman B5-1 – B5-10 (85 – 94). ISBN: 978-979-99232-3-3. Sabtu, 30 Oktober 2010.
______. (2011a). Kawasan Konservasi Aceh dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Biologi Konservasi. Prosiding Seminar Nasional Biologi “Meningkatkan Peran Biologi dalam Mewujudkan National Achievement
with Global Reach”. Departemen Biologi FMIPA USU Medan.ISBN:
979-458-522-X. Sabtu, 22 Januari 2011.
______. (2011b). Studi tentang Pembelajaran Biologi Konservasi di LPTK. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan III “Asesmen Otentik dalam Implementasi Pembelajaran Aktif dan Kreatif”. FKIP UNILA Bandar Lampung dan HEPI. Halaman 136 – 143. ISBN 978-979-3262-04-8.Sabtu-Minggu, 29-30 Januari 2011.
Arifien.(2008). Fauna & Flora International Aceh Program[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].
Arikunto, S. (2002).Penilaian Program Pendidikan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Dirjend. Pendidikan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Balai Konservasi Provinsi NAD. (2007). Kawasan Konservasi Provinsi NAD. Banda Aceh.
Balipos.(2003). Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisional[Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [4 Pebruari 2010].
BKSDA Provinsi NAD.(2008). Penanggulangan Gangguan Gajah Liar. Laporan Kegiatan. Desa Krueng Simpho Kecamatan Juli Kabupaten Bireun Provinsi NAD. 17 Mei – 8 Juni 2008. Departemen Kehutanan.
Blaine, T.W. and Smith, T. (2006). “From Water Quality to Riparian Corridors:
Assessing Willingness to Pay for Conservation Easements Using the
Contingent Valuation Method”. Journal of Extensio.44, (2).[Online].
Tersedia: http://www.joe.org/joe/2006april/a7.php. [4 Pebruari 2010]. Blanchard, A. (2001). Contextual Teaching and Learning [Online]. Tersedia:
http://www.horizonshelpr.org/contextual/contextual.htm-8k. [11 Februari 2010].
Chapin, F.S., III, Matson, P.A., and Mooney, H.A. (2002).Principles of
Terrestrial Ecosystem Ecology. New York, USA: Springer
Science+Business Media, LLC.
Chu, H.E., Lee, E.A., Ko, H.R., Shin, D.H., Lee, M.N., Min, B.M., Kang, K.H.
(2007). “Korean Year 3 Children's Environmental Literacy: A Prerequisite
for a Korean Environmental Education Curriculum”. International Journal of Science Education.29, (6), 731-746.
Coll, R.K. and Neil Taylor, T.G. (2001).Using Constructivism to Inform Tertiary Chemistry Pedagogy, Chemistry Education: Research and Practice in Europe. 2, (3), 215-226.
Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
DeMouche, L., Bathke, D. and Doesken, N. (2007).“Master Gardeners' Role in
Encouraging Water Conservation Using a Rain Gauge Network”.Journal
of Extensio.45, (4).[Online]. Tersedia:
http://www.joe.org/joe/2007august/iw5.php. [6 Februari 2010].
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (2000). Program Pembangunan Nasional (Propenas) Perlindungan dan Konservasi Alam Tahun 2000-2004. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.Direktorat Jenderal Perlindugan dan Konservasi Alam. Jakarta.
Depdiknas.(1996). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Supervisi Akademik Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Umum (SMU). Jakarta: Dikdasmen.
Dewi, V.M. (2008). Banjir Aceh Akibat Rusaknya Hutan[Online]. Tersedia:http://www.republika.co.id.[26September 2009].
Dwi. (2009). Ulu Masen: Ekosistem Penyokong Peradaban Masa Depan. Sisipan National Geographic Indonesia.Edisi September 2009. Banda Aceh. 3. Echols, J.M. dan Shadily, H. (2003).Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XXV.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Erdogan, M., Kostova, Z. and Marcinkowski, T. (2009). “Components of Environmental Literacy in Elementary Science Education Curriculum in
Bulgaria and Turkey”. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education.5, (1), 15-26.
Francis, D.W. and Rothlisberger, D. (2006). “Weber Water Fair: A Partnership for
Water Conservation Awareness for Fourth Grade Youth”. Journal of
Extensio.44,(4).[Online].
Tersedia:http://www.joe.org/joe/2006august/iw6.php. [26 September 2009].
Hadi, S. (2007).Lokakarya Konservasi “Rencana Aksi Gajah Sumatera dan Kalimantan serta Harimau Sumatera”. Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Oktober 2007. Banda Aceh. 32-33.
Hadi, S. dan Monica, Z. (2007).Pelatihan Guru Pendidikan Lingkungan “Cara
Efektif Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa”. Bulletin ULU MASEN
Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Agustus 2007. Banda Aceh. 26-27.
Hake, R.R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.AERA-D-American
Educational Research Association’s Division, Measurement, and Research
Methodology.[Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cqibin/wa?A2= ind9903&L=aera-d&P=R6855.[26 September 2009].
Hull’s, D. and Sounders, Jr., J.C. (1996). “The Coming Challenge: are Community Colleges Ready for the New Wave of Contextual
Learners?”.Community CollegeJournal.67, (2), 15-17.
Indrawan, M., Primack, R.B. dan Supriatna, J. (2007).Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Indriyanto.(2006). Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it is Hero to Stay. California, USA: Corwin Press. Inc.
Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP.Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
______. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Kompas.(2011, 27 Februari).Pemerintah AS Bantu Konservasi
Hutan.Kompas[Online]. Tersedia:
http://sains.kompas.com/read/2011/02/27/19351263/Pemerintah.AS.Bantu .Konservasi.Hutan. [8 Mei 2011].
Kurniawan, R. (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Koneksi Matematik.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
La Trobe, H.L. and Acott, T.G. (2000).“A Modified NEP/DSP Environmental Attitudes Scale”.Journal of Environmental Education.32, (1), 12-21.
Leksono, A.S. (2007). Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Bayumedia.
Leksono, S.M. (2008). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Konservasi, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Alam (sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup dan Mengatasi Bencana secara Global). Serang: Prodi P. Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Lieberman, G.A. and Hoody, L.L. (1998).Closing the Achievement GAP: Using the Environment as an Integrating Context for Learning. San Diego California: State Education and Environmental Roundtable.
Lincoln, Y.S., and Guba, E.G. (1985).Naturalistic Inquiry.Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc.
Mahyuddin.(2007). Pembelajaran Asam Basa dengan Pendekatan Konstekstual untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Society Journal.39, (4).[Online]. Tersedia: http://www8.nos.noaa.gov/estuaries101/Doc/PDF/AchievingEnvironmenta lLiteracy.pdf. [26 Januari 2010].
Meagher, T. (2009). “Looking Inside a Student’s Mind: Can An Analysis of Student Concept Maps Measure Changes in Environmental
Literacy?”.Electronic Journal of Science Education.13, (1), 1-28.
Meltzer, D. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”.American Journal of Physics.70, (12), 1259-1268.
Miles, M.B. and Huberman, A.M. (1984).Qualitative Data Analysis: aSourcebook ofNew Methods.Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc.
Muha