Tugas Resume
Wanprestasi
Disusun Oleh : Nama : Anton Budiyansah NIM : 31117069
Kelas : A1/ R1 Jurusan : Akuntansi
UNIVERSITAS SERANG RAYA SERANG
A. Pengertian Wanprestasi
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian. Menurut J Satrio: “suatu keadaan dimana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan
kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.
Menurut Yahya Harahap: “ wanprestasi sebagai pelaksana kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi, atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian.
B. Bentuk-bentuk Wanprestasi
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali
2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu(terlambat) 3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan 4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan
Tata cara menyatakan debitur wanprestasi
1. Sommatie: peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur secara resmi melalui pengadilan negeri
2. Ingebreke stelling: peringatan kreditur kepada debitur tidak melalui pengadilan negeri
Isi peringatan
1. Teguran kreditur supaya debitur segera melaksanakan prestasi
2. Dasar teguran
Somasi minimal telah dilakukan sebanyak 3x oleh kreditor. Apabila somasi itu tidak diindahkannya,maka kreditor berhak membawa persoalan itu ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan
memutuskan, apakah debitor wanprestasi atau tidak. Somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditor) kepada si berutang (debitor) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara keduanya. Somasi ini diatur di dalam pasal 1238 KUHPerdata dan pasal 1243 KUHPerdata.
C. Akibat Hukum bagi debitur yang Wanprestasi
Akibat hukum dari debitur yang wanprestasi adalah hukuman atau sanksi berupa:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi) 2. Pembatalan perjanjian
3. Peralihan resiko. Benda yang dijanjikan obyek perjanjian sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai dipekarakan di depan hakim
Disamping debitur harus menanggung hal tersebut diatas, maka yanng dapat dilakukan oleh kreditur dalam mengahadapi debitur yang wanprestasi ada 5 kemungkinan sebagai berikut (pasal 1276 KUHPerdata):
1. Memenuhi atau melaksanakan perjanjian
2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi 3. Membayar ganti rugi
4. Membatalakan perjanjian
Ganti rugi yang dapat dituntut:
Debitur wajib membaar ganti rugi, setelah dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi prestasi itu”. (pasal 1243 KUHPerdata). “ganti rugi terdiri dari biaya,rugi, dan bunga” (pasal 1244 s.d. 1246
KUHPerdata).
1. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak
2. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur 3. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan
yang sudah dibayarkan atau dihitung oleh kreditur
Ganti rugi harus mempunyai hubungan langsung dengan ingkar janji (pasal 1248 KUHPerdata) dan kerugian dapat diduga atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat.
Ada kemungkinan bahwa ingkar janji(wanprestasi) itu terjadi bukan hanya karena kesalahan debitur tetapi juga terjadi karena keadaan memaksa.
D. Pembelaan debitur yang dituntut membayar ganti rugi
1. Mengajukan tuntutat adanya keadaan memaksa. Misalnya: karena barang yang diperjanjikan musnah tau hilang, terjadi kerusakan, dan bencana alam,dll
2. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai. Misalnya: si pembeli menuduh penjual terlambat
menyerahkan barangnya, tetapi ia sendiri tidak menetapi janjinya untuk menyerahkan uang muka
3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi, misalnya: si pembeli menerima barang yang tidak memuaskan kualitasnya, namun pembeli tidak menegur atau tidak mengembalikan barangnya.
E. Keadaan memaksa (overmacht/force majeur)
Pengertian overmacht
“suatu keadaan dimana debitor tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditor, yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasannya, seperti karena adanya gempa bumi, banjir, tanah longsor dll”
Misalnya: seseorang menjanjikan akan menjual seekor kuda dan kuda ini sebelum diserahkan mati karena disambar petir.
Akibat keadaan memksa
1. Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi 2. Debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai
Unsur-unsur keadaan memaksa
1. Peristiwa yang memusnahkan benda yang menjadi obyek perikatan
2. Peristiwa yang menghalangi debitur berprestasi
3. Prestasi yang tidak dapat diketahui oleh kreditur/debitur sewaktu dibuatnya perjanjian
F. Sifat keadaan memaksa
1. Keadaan memaksa absolut
Adalah suatu keadaan dimana debitor sama sekali tidak dapat memenuhi prestasinya kepada krditor oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang dll. Misalnya: si A ingin membayar utang nya kepada si B namun tiba-tiba pada saat si A ingin melakukan pembayaran utang, terjadi gempa bumi sehingga si A sama sekali tidak dapat
membayar utangnya kepada si B. 2. Keadaan memaksa yang relatif
Adalah suatu keadaan yang menyebabkan debitor masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi
pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan
Perbedaan wanprestasi dengan PMH
Ditinjau dari Wanprestasi PMH Sumber hukum -pasal 1238,1239,1243
KUHPerdata -Timbul dari
persetujuan/perjanjian
-pasal 1365 s.d. 1380 KUHPerdata
-Timbul akibat perbuatan orang Unsur-unsurnya -Ada perjanjian oleh para pihak
-Ada pihak melanggar atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang sudah disepakati
-sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi perjanjian
-adanya suatu perbuatan -perbuatan tersebut melawan hukum
-adanya kesalahan pihak pelaku -adanya kerugian bagi korban -adnya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian
Timbulnya hak menuntut
Hak menuntut ganti rugi dalam wanprestasi muncul dari pasal 1243 KUHPer yang pada prinsipnya membutukan pernyataan lalai(somasi)
Hak menuntut ganti rugi dalam PMH tidak perlu peringatan lalai. Kapan saja terjadi PMH, pihak yang merasa dirugikan berhak langsung menuntut ganti rugi
Pembuktian dalam gugatan
Penggugat cukup menunjukan adanya wanprestasi atau adanya perjanjian yang dilanggar
Penggugat harus mampu
membuktikan semua unsur PMH terpenuhi selain itu mampu membuktikan adanya kesalahan yang dibuat debitur
Tuntutan ganti rugi -KUHP sudah mengatur tentang jangka waktu perhitungan ganti rugi yang dapat dituntut dalam wanprestasi
-gugatan wanprestasi tidak dapat menuntut pengembalian pada keadaan semula
-KUHP tidak mengatur bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi. Sehingga dapat menggugat kerugian materiil dan imateril
-dapat menuntut pengembalian pada keadaan semula
Pihak 1: seorang pemilik perusahaan “CukiGroup” yang beralamat di Jalan Raya Serang- Jakarta Km 05 Pontang,Banten. Selanjutnya disebut pihak pertama.
SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK
Nomor No. 152/ SPK-04 / Mar/ 2018 Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : BUDI
Jabatan : Pemilik Perusahaan Cuki Group Alamat :Jl. Pangeran Jayakarta A9 07-09, Jakarta Barat Dalam hal ini bertindak atas nama direksi Perusahaan Cuki Group yang berkedudukan di Jalan Raya Serang – Jakarta KM 05 Pontang, Banten dan selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
2. Nama : ANTON BUDIYANSAH Tempat dan tanggal lahir : Cilegon,26 September 1999 Pendidikan terakhir : Strata 1 Akuntansi
Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam
Alamat : Link Sumampir RT 02 RW 05, Cilegon,Banten
No. KTP / SIM : 3672056609990001 Telepon : +6289673327906
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri pribadi dan selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PASAL 1 MASA KERJA Ayat 1
PIHAK PERTAMA menyatakan menerima PIHAK KEDUA sebagai karyawan kontrak 5 tahun di Perusahaan Cuki Group yang berkedudukan di Jalan Raya Serang – Jakarta KM 05 Pontang, Banten dan PIHAK KEDUA
dengan ini menyatakan kesediaannya.
Perjanjian kerja ini berlaku untuk jangka waktu 5 tahun (lima tahun), terhitung sejak tanggal 3 Maret 2018 dan berakhir pada tanggal 3 Maret 2023.
Ayat 3
Selama jangka waktu tersebut masing – masing pihak dapat memutuskan hubungan kerja dengan pemberitahuan secara tertulis minimal 3 tahun (tiga tahun) hari kerja.
PASAL 2
TATA TERTIB PERUSAHAAN Ayat 1
PIHAK KEDUA menyatakan kesediaannya untuk mematuhi serta menaati seluruh peraturan tata tertib perusahaan yang telah ditetapkan PIHAK PERTAMA.
Ayat 2
Pelanggaran terhadap peraturan – peraturan tersebut di atas dapat mengakibatkan PIHAK KEDUA dijatuhi :
1. Skorsing, atau
2. Pemutusan Hubungan Pekerjaan (PHK), atau
3. Hukuman dalam bentuk lain dengan merujuk kepada Peraturan Pemerintahyang mengaturnya.
PASAL 3 JAM KERJA Ayat 1
Ayat 2
Jam masuk adalah jam 08.00 WIB (delapan Waktu Indonesia bagian Barat) dan jam pulang adalah 16.00 WIB (enama belas Waktu Indonesia bagian Barat).
Ayat 3
Waktu istirahat pada hari senin hingga hari jumat ditetapkan selama 1 (satu) jam yaitu pada pukul 12.00 WIB (dua belas Waktu Indonesia bagian Barat) hingga pukul 13.00 WIB (tiga belas Waktu Indonesia bagian Barat).
PASAL 4
PENEMPATAN, TUGAS, DAN TANGGUNG JAWAB Ayar 1
PIHAK KEDUA akan bekerja sebagai Akuntan Intern pada departemen perusahaan Cuki Group.
Ayat 2
Tugas dan tanggung jawab PIHAK KEDUA adalah sebagai berikut : 1. Menyusun sistem akuntansi,
2. Menyusun laporan keuangan yang ditujukan untuk pihak ekstern atau intern perusahaan,
3. Menyusun anggaran/budget,
4. Menangani masalah perpajakan perusahaan, dan 5. Melakukan pemeriksaan intern.
PIHAK PERTAMA berhak penempatkan PIHAK KEDUA dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang oleh PIHAK PERTAMA
dianggap lebih cocok serta sesuai dengan keahlian yang dimiliki PIHAK KEDUA, dengan syarat masih tetap berada di dalam lingkungan Perusahaan Cuki Group.
PASAL 5
PERPANJANGAN MASA KONTRAK KERJA Ayat 1
Setelah berakhirnya jangka waktu tersebut, perjanjian kerja ini dapat diperpanjang jika PIHAK PERTAMA masih membutuhkan PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA juga menyatakan kesediaannya.
Ayat 2
Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK PERTAMA
masih membutuhkan PIHAK KEDUA , maka PIHAKPERTAMA akan mengangkat PIHAK KEDUA sebagai karyawan tetap pada Perusahaan Cuki Group.
Ayat 3
Jika setelah berakhirnya perjanjian ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya waktu perjanjian tersebut.
PASAL 6
PIHAK PERTAMA harus memberikan gaji pokok kepada PIHAK
KEDUA sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap bulan yang harus dibayarkan PIHAK PERTAMA pada tanggal terakhir setiap bulan setelah dipotong pajak pendapatan sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia,
Ayat 2
Selain gaji pokok, PIHAK KEDUA juga berhak mendapatkan tunjangan – tunjangan sebagai berikut :
1. Tunjangan transportasi dan komunikasi, sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)
2. Tunjangan uang makan, sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
3. Tunjangan kesehatan dan keselamatan kerja, sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah)
Ayat 3
Pembayaran tunjangan – tunjangan terseb akan disatukan dengan gaji pokok yang akan diterima PIHAK KEDUA pada tanggal terakhir setiap bulan.
PASAL 7 LEMBUR Ayat 1
PIHAK KEDUA diharuskan masuk kerja lembur jika pekerjaan yang harus segera diselesaikan atau bersifat medesak (urgent).
Sebagai imbalan kerja lembur sesuai ayat 1, PIHAK PERTAMA akan membayar PIHAK KEDUAsebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) setiap jam lembar.
Ayat 3
Pembayaran upah lembur akan disatukan dengan pembayaran gaji yang akan diterima PIHAK KEDUA pada tanggal terakhir setiap bulan.
PASAL 8 CUTI Ayat 1
Hak cuti timbul setelah pihak kedua mempunyai masa kerja selama 1 (satu) tahun
Ayat 2
Jika telah mempunyai masa kerja seperti ayat 1, maka PIHAK KEDUA
akan mendapatkan cuti selama 10 (sepuluh) hari setiap tahun, yang terdiri dari :
2. Cuti bersama selama 5(lima) hari.
Ayat 3
Sebelum melakukan cuti, PIHAK KEDUA telah mengajukan permohonan terlebih dahulu secara tertulis, selambat – lambatnya 3 (tiga) hari dengan mendapat pengesahan berupa tanda tangan dan izin dari atasan langsung yang bersangkutan.
PASAL 9 PENGOBATAN
PIHAK PERTAMA wajib menanggung biaya pengobatan serta perawatan jikaPIHAK KEDUA sakit atau memerlukan perawatan kesehatannya sesuai dengan syarat, peraturan, dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
PASAL 10
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Ayat 1
Dengan memperhatikan Undang – Undang dan Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku PIHAK PERTAMA dapat mengakhiri hubungan kerja dengan PIHAK KEDUA karena pengingkaran perjanjian ini.
Jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), maka PIHAK KEDUA
diharuskan mengembalikan barang – barang yang selama itu dipercayakan padanya.
Ayat 3
PIHAK KEDUA juga diharuskan menyelesaikan hal – hal yang
berhubungan dengan administrasi keuangan, seperti hutang atau pinjaman yang dilakukan PIHAK KEDUA.
PASAL 11
PENGUNDURAN DIRI
Ayat 1
Jika PIHAK KEDUA mengundurkan diri secara baik – baik, maka PIHAK KEDUA berhak menerima uang gaji, tunjangan, dan lembur sesuai dengan jumlah hari kerja yang telah dijalaninya.
Ayat 2
Pengunduran diri secara baik – baik diperlihatkan dengan cara – cara sebagai berikut :
1. PIHAK KEDUA telah mengajukan surat permohonan pengunduran diri sesuai dengan Pasal 1 Ayat 3 perjanjian ini.
2. PIHAK KEDUA tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya hingga batas waktu pengunduran dirinya berlaku.
3. PIHAK KEDUA telah menyerahkan barang – barang yang
Ayat 3
PIHAK PERTAMA dengan kebijakannya dapat meminta PIHAK KEDUA untuk meninggalkan perusahaan lebih awal dengan pembayaran penuh selama 3 (tiga) hari tersebut.
PASAL 12
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Selain seperti yang tertulis dalam Pasal 5 Ayat 3 perjanjian ini, perjanjian kerja ini akan berakhir dengan sendirinya jika PIHAK KEDUA meninggal dunia.
PASAL 13
KEADAAN DARURUAT (FORCE MAJEUR)
Perjanjian kerja ini batal dengan sendirinya jika karena keadaan atau situasi yang memaksa, seperti bencana alam, pemberontakan, perang, hura – hura, kerusuhan, Peraturan Pemerintah atau apapun yang mengakibatkan
perjanjian kerja ini tidak mungkin lagi untuk diwujudkan.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Ayat 1
Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, akandiselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
Ayat 2
Apabila dengan cara Ayat 1 dalam Pasal ini tidak tercapai kata mufakat, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan melalui prosedur hukum, dengan memilih kedudukan hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
PASAL 15 PENUTUP
Demikianlah perjanjian ini di buat, disetujui, dan ditanda tangani dalam rangkap dua, asli dan tembusan bermaterai cukup dan berkekuatan hukum yang sama. Satu dipegang oleh PIHAK PERTAMA dan lainnya untuk
Dibuat di : Serang Tanggal : 5 Maret 2018
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
PEMILIK PERUSAHAAN KARYAWAN