PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU RAUDHATUL ATHFAL
DI KOTA CIMAHI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh SITI ZAKIYAH
1102538
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU RAUDHATUL ATHFAL
DI KOTA CIMAHI
Oleh
SITI ZAKIYAH,S.Ag
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Siti Zakiyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Danny Meirawan, M.Pd. NIP. 19620504 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. Endang Herawan, M.Pd. NIP. 19600810 198603 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU RAUDHATUL ATHFAL DI KOTA CIMAHI
SITI ZAKIYAH
ABSTRAK
Mutu sekolah merupakan aspek yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus karena mutu sekolah sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah adalah budaya sekolah dan kinerja mengajar guru. Masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh budaya sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui gambaran budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi, untuk mengetahui besaran pengaruh budaya sekolah terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi, pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi dan pengaruh budaya sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden, dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang yang terdiri dari 30 orang kepala sekolah dan 51 orang guru Raudhatul Athfal di Kota Cimahi diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengunpulan data dilakukan dengan menggunakan angket tertutup dengan 4 skala penilaian (Likert).
Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya sekolah di Raudhatul Athfal Kota Cimahi berada pada kategori cukup, kinerja mengajar guru di Raudhatul Athfal Kota Cimahi berada pada kategori baik dan mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi berada pada kategori baik. Selain itu, pengaruh budaya sekolah terhadap mutu sekolah berada pada kategori rendah, pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu sekolah berada berada pada kategori kuat, pengaruh budaya sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi berada pada kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan agar setiap sekolah mengembangkan budaya sekolah, karena budaya sekolah yang sehat akan memberi peluang kepada sekolah dan warga sekolah untuk berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, sehingga sekolah mampu untuk terus bertahan serta berkembang. Selain hal tersebut, pengembangan profesi guru dari sisi kualifikasi ataupun kompetensi harus terus dilakukan dan hal ini bukan hanya menjadi tugas guru semata, pihak penyelenggara pendidikan pun berkewajiban untuk mengembangkan potensi sumber daya yang dimilikinya, karena semakin profesional seorang pendidik maka akan semakin baik layanan yang akan diberikan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan output yang gemilang.
EFFECT OF CULTURE SCHOOL TEACHERS AND PERFORMANCE OF QUALITY TEACHING IN THE CITY OF RA Raudhatul CIMAHI
SITI Zakiyah
ABSTRACT
Quality of schools is a very important aspect and needs special attention because of the quality of the school as one of the measures to improve the quality of education in achieving educational goals. Among the factors that affect the quality of the school is the school culture and teaching performance of teachers. The problem in this study is how much influence the school culture and the quality of teachers' teaching performance Raudhatul RA in Cimahi. The purpose of this study, namely to describe the culture of the school, teachers and quality of teaching performance Raudhatul RA in Cimahi, to determine the amount of influence of school culture on the quality of RA in Cimahi Raudhatul, the performance impact on the quality of teachers teaching in Cimahi Raudhatul RA and influence school culture and the performance of the quality of teachers teaching in Cimahi Raudhatul RA.
The method used in this research is descriptive method with a quantitative approach. The data used are primary data by distributing questionnaires to the respondents, with a total sample of 81 people consisting of 30 principals and 51 teachers in Cimahi Raudhatul Athfal taken with Proportionate Stratified Random Sampling technique. Pengunpulan engineering data using a closed questionnaire with 4 rating scale (Likert).
The results showed that the culture of the school in Raudhatul Athfal Cimahi enough in the category, the performance of teachers teaching in RA Raudhatul Cimahi are in either category and quality of RA in Cimahi Raudhatul are in either category. In addition, the influence of school culture on the quality of the school is in the low category, the influence of teaching performance of teachers on the quality of the school is located in the strong category, the influence of school culture and teachers' teaching performance together on the quality of RA in Cimahi Raudhatul in middle category.
Based on the research results, it is recommended that each school develop a school culture, because the culture of healthy school will provide opportunities for the school and the school community to function optimally, work efficiently, so that schools are able to continue to survive and thrive. In addition to this, the professional development of teachers in terms of qualification or competence should be done and it is not only the duty of the teacher alone, the education providers were obliged to develop the potential of its resources, because of the professional educator, the better the service will be provided that in the end will produce output that scintillating.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Metode Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Struktur Organisasi Tesis ...
1
1. Mutu Sekolah dalam Kontek Administrasi ... 2. Mutu Sekolah
a. Pengertian Mutu ... b. Mutu Pendidikan ... c. Perbedaan Mutu Barang dan Mutu Jasa Pendidikan ... d. Mutu dan Dimensi Mutu dalam Pendidikan... e. Indikator Sekolah Bermutu... 3. Budaya Sekolah
a. Pengertian Budaya ... b. Pengertian Budaya Sekolah ... c. Fungsi Budaya Organisasi ... d. Pengembangan Budaya Sekolah ... e. Karakteristik Budaya Sekolah ... 4. Kinerja Mengajar Guru
BAB III METODE PENELITIAN
Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian ... 2. Populasi ... 3. Sampel ... Desain Penelitian ... Metode Penelitian ... Definisi Operasional ... Instrumen Penelitian
1. Skala Pengukuran ... 2. Penyusunan Instrumen ... Pengujian Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas Instrumen ... Teknik Pengumpulan Data
1. Angket ... Analisis Data
1. Analisis Data Deskriptif ... 2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 3. Pengujian Linieritas Data ... 4. Pengujian Hipotesis Penelitian ...
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
B.
Pemaparan Data Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskripsi ... 2. Analisis Data
a. Pengujian Normalitas ... b. Pengujian Linieritas ... c. Pengujian Hipotesis ... d. Interpretasi Hasil Analisis ... Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Budaya Sekolah Raudhatul Athfal di Kota Cimahi 2. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Raudhatul Athfal di Kota
Cimahi ... 3. Gambaran Mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi ... 4. Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Mutu Sekolah Raudhatul
Athfal di Kota Cimahi ... 5. Pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Mutu Raudhatul
Athfal di Kota Cimahi ... 6. Pengaruh Budaya Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru
terhadap Mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi ...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. B.
Kesimpulan ... Rekomendasi ...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sifat-sifat yang Membedakan Mutu Barang dan Jasa ... 23
2.2 2.3 Indikator Sekolah Bermutu dan Sekolah Tidak Bermutu ... Manifestasi Budaya ... 27
39
3.1 Populasi Peneliti ... 69
3.2 Jumlah Sekolah Sampel Penelitian ... 72
3.3 Sampel Penelitian ... 73
3.4 Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 75
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X1... 63 87
3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X2....…………...………… 88
3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y...……….…………... 89
3.8 Reliability Statistics...……...……….. 91
3.9 Reliability Statistics...………... 92
3.10 Reliability Statistics...………... 92
3.11 Skala Likert ...………... 94
3.12 Daftar Konsultasi WMS...…….…………... 97
4.1 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Budaya Sekolah ..…….. 101
4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru.. 104
4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Sekolah ...… 106
4.4 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel X1, X2, dan Y …... 111
4.5 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y...……….. 112
4.6 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y...……… 112
4.7 Hasil Uji Korelasi antar Variabel ...………. 113
4.8 Hasil Uji Koefisien Persamaan Regresi X1 terhadap Y ………….. 115
4.9 Hasil Uji Korelasi antar Variabel ...……... 116
4.10 Hasil Uji Koefisien Persamaan Regresi X2 terhadap Y.………….. 118
4.11 Hasil Uji Korelasi antar Variabel ... 119
4.13 Hasil Uji Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y....………..…….. 120
4.14 Koefisien Persamaan Regresi X1 dan X2 terhadap Y....………….... 121
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah ..………... 8
2.1 Matriks Pola Dasar Administrasi Pendidikan ...………... 18
2.2 Hirarki Konsep Mutu ...………... 25
2.3 Aspek Kinerja (Performance)...………….... 58
2.4 Kerangka Berfikir ...…... 67
3.1 4.1 Desain Penelitian X1, X2 dan Y..………. Diagram Batang Kriteria Skor Budaya Sekolah (X1)... 71
101
4.2 Diagram Batang Kriteria Skor Kinerja Mengajar Guru (X2)... 104
4.3 Diagram Batang Kriteria skor Mutu Sekolah (Y) ... 107
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kisi-kisi Instrument Penelitian dan Angket ………. 146
2 Uji Validitas ...……… 151
3 Data Uji Validitas ...……….……… 153
4 Hasil Uji Validitas ...……… 156
5 Uji Reliabilitas ...……… 159
6 Hasil Penyebaran Angket .……… 161
7 Daftar Tabel Kecenderungan ………..…….. 175
8 Uji Normalitas ...………. 178
9 Angket ...……… 182
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan periode perkembangan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pada masa ini, seluruh instrumen besar manusia terbentuk,
bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan psikis. Usia dini mencakup
rentang usia pra lahir sampai usia 6 tahun, pada rentang usia ini merupakan masa
penting tumbuh kembang manusia. Begitu pentingnya masa ini sehingga disebut
sebagai masa golden age. Pada usia ini kemampuan-kemampuan dasar manusia
terbangun dan menjadi pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Pemerintah terus mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan anak
usia dini (PAUD). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan
bahwa PAUD dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
maupun informal. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara tegas
menyatakan bahwa:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui: Jalur formal (Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal), Jalur nonformal (Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan bentuk lainnya yang sederajat), dan Jalur informal (pendidikan keluarga atau lingkungan).
Sebagai sebuah lembaga pendidikan pada jalur formal yang dinyatakan
pada pasal 28 Raudhatul Athfal harus memenuhi standar pendidikan sebagaimana
yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Raudhatul Athfal sebagai pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan
pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum yang tersusun
secara sistematis, jelas dan rinci, kedua, dilaksanakan secara formal, ada yang
mengawasi dan menilai, ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki
ilmu dan keterampilan khusus dalam bidang pendidikan, keempat, interaksi
pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan fasilitas, alat serta
aturan-aturan pemerintah tertentu.
Pembelajaran di Raudhatul Athfal tidak ditujukan untuk mendapatkan
penilaian akhir atau ijazah, namun penilaian tetap perlu dilakukan untuk menjadi
bahan perbaikan bagi perencanaan pembelajaran yang telah dibuat guru. Penilaian
di Raudhatul Athfal dilakukan dengan teknik penilaian yang sesuai dengan
perkembangan anak.
Dalam konteks perkembangan anak, Raudhatul Athfal lima memiliki lima
fungsi dasar, yaitu: 1) pengembangan potensi, 2) penanaman dasar-dasar aqidah
keimanan, 3) pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan, 4)
pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, serta 5)
pengmbangan motivasi dan sikap belajar yang positif (Solehudin, 2000 dalam Ali,
2007: 1266).
Upaya pengembangan potensi anak perlu dilakukan sejak usia dini, sebab
pada masa itulah terjadinya masa-masa emas dari perkembangan berbagai potensi
anak. Pada masa ini terdapat kesempatan-kesempatan yang lebih memungkinkan
terjadinya perubahan secara signifikan dalam berbagai aspek perkembangan anak.
Usia TK/RA merupakan masa yang sensitif bagi perkembangan gerak-gerak
motorik yang fundamental dan bahkan menurut Bloom (1984) masih dalam
sumber yang sama, separuh dari perkembangan potensi intelektual terjadi pada
usia 4 tahun pertama.
Raudhatul Athfal sebagai lembaga pendidikan, merupakan organisasi
persekolalah. Sekolah sebagai suatu sistem, diorganisasikan untuk memudahkan
pencapaian tujuan belajar dan mengajar yang berkualitas dalam melayani peserta
belajar mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar peserta didik dan meluluskan
peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dalam
menjalankan fungsinya diharapkan sekolah dapat memfungsikan seluruh sumber
daya yang ada secara maksimal.
Nanang Fatah dalam (Sagala Syaiful, 2004: 53) berpendapat bahwa
sekolah adalah “tempat terjadinya proses pendidikan, sekolah memiliki sistem
yang kompleks, dinamis dalam kegiatannya dan dikelola dengan baik sehingga
menghasilkan output berkualitas yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat.” Seiring dengan pernyataan tersebut, Sergiovanni, 1987 (dalam Sumantri, 2010) mengungkapkan bahwa konsep dasar sekolah yang baik dan
berhasil adalah:
“Sekolah yang memperlihatkan aktivitas sekolah yang kondusif dan
sinergis antara guru dan siswa sesuai dengan tanggung jawabnya, yang mampu meningkatkan prestasi baik siswa maupun sekolah, sehingga orang
tua siswa merasa puas menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut”.
Sekolah yang baik, sering pula disebut sekolah bermutu atau berkualitas.
Pada era globalisasi, mutu atau kualitas dinilai sebagai salah satu alat dalam
mencapai keunggulan yang kompetitif, hal ini disebabkan karena mutu merupakan
salah satu faktor utama dalam memenuhi keinginan/tuntutan serta kebutuhan
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Sagala (2009: 276) menyatakan bahwa
untuk menghadapi persaingan global yang cukup kompetitif, maka desain
organisasi pendidikan yang perlu dikembangkan adalah organisasi yang memiliki
komitmen tinggi terhadap visi dan misi. Lebih kanjut lagi Hasbullah (2006: 61)
mengemukakan bahwa dalam era persaingan seperti sekarang yang dapat bertahan
hanyalah yang mempunyai kualitas, sehingga lembaga-lembaga pendidikan yang
tidak berkualitas akan ditinggalkan dan tersingkir dengan sendirinya karena tidak
bisa survive dengan perkembangan zaman.
Mutu suatu sekolah merupakan esensi dari pengelolaan sekolah dengan
mengetahui kebutuhan pelanggan, dan melakukan tindakan untuk memenuhi
bahwa mutu merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah dalam mencapai
keunggulan yang kompetitif.
Oleh karena itu, mutu merupakan sesuatu yang sangat penting karena mutu
selalu dituntut oleh masyarakat dalam upaya pencapaian keberhasilan pendidikan
yang perlu terus ditingkatkan, mengingat tantangan dari dunia pendidikan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kedudukan mutu sekolah
dalam administrasi pendidikan tidak dapat dipisahkan karena bidang garapan ini
merupakan suatu sistem kegiatan dari keseluruhan bidang garapan pengelolaan
pendidikan yang meliputi personil, kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana
dan sebagainya. Untuk dapat mencapai mutu sekolah yang berkualitas secara
efektif dan efisien, maka diperlukan administrasi. Artinya jika tanpa adanya
administrasi yang baik tentunya tujuan pendidikan tidak akan tercapai maksimal.
Lezotte 1983 dalam Sunendar (2013: 5) mengatakan bahwa
sekolah-sekolah yang bermutu itu memiliki karakteristik-karakteristik, yaitu: (1)
lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (2) iklim serta harapan yang tinggi; (3)
kepemimpinan instruksional yang logis; (4) misi yang jelas dan terfokuskan; (5)
kesempatan untuk belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan (6) pemantauan
yang sering dilakukan terhadap kemajuan siswa, dan hubungan antara rumah dan
sekolah yang bersifat mendukung.
Selanjutnya untuk mewujudkan mutu sekolah khususnya Raudhatul Athfal
di Kota Cimahi, maka harus dilakukan beberapa penguatan program dalam
pendidikan anak usia dini. Karena mutu hasil dari pendidikan anak usia dini ini
akan berpengaruh terhadap pendidikan selanjutknya. Campbel & Bond (1982
dalam Papilia, E.D, dkk, 2008, dalam Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, 2010)
menyatakan bahwa pengalaman masa kecil menjadi faktor perkembangan moral
dan perilaku remaja. Dengan demikian untuk memahami keberhasilan dan
problem-problem perkembangan pada usia remaja dapat dilacak dari
proses-proses perkembangan yang terjadi sejak usia dini. Penguatan kualitas pada setiap
budaya sekolah dan kinerja mengajar guru, karena keduanya memiliki peran
penting untuk kemajuan sekolah dan pencapai tujuan pendidikan.
Budaya sekolah dipandang sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk
dari hasil saling mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu: sikap dan kepercayaan
orang yang berada di sekolah dan lingkungan luar sekolah, norma-norma budaya
sekolah dan hubungan antara individu di dalam sekolah. Sehubungan dengan
budaya sekolah, guru sebagai implementator program sekolah memegang peranan
penting dalam pembentukan budaya sekolah.
Guru adalah pengajar yang sekaligus juga sebagai pendidik. Guru mendidik
siswa melalui pelajaran yang ia berikan. Guru tidak hanya sekedar memberi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi juga seorang pembina, pengasuh dan
pendidik bagi peserta didik. Oleh karena itu menjadi seorang guru bukanlah suatu
hal yang mudah.
Dalam kegiatan pendidikan di sekolah guru memiliki peran pokok dan
strategis dalam membentuk dan mengembangakan potensi peserta didik, guru
adalah salah satu personil yang dominan dalam pengelolaan organisasi sekolah:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU No 14 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003).
Kedudukan guru dalam kegiatan proses pembelajaran sangat strategis dan
menentukan. Strategis, karena guru yang akan menentukan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang
memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya
didalam merencanakan atau merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
pembelajaran. Mulyasa, (2007: 5) mengatakan guru merupakan komponen paling
menentukan, karena ditangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan
prasarana dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan
Kondisi di lapangan, ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk
melakukan penelitian tentang mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi, diantaranya
adalah hasil wawancara dengan Kasi Madrasah Kementrian Agama Kota Cimahi,
diperoleh informasi bahwa mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi masih sangat
variatif, mengingat keberadaan Raudhatul Athfal tersebar di tiga kecamatan yang
memiliki kultur dan karakteristik penduduk yang berbeda, hal ini sangat
mempengaruhi keberadaan Raudhatul Athfal di Kota Cimahi. Namun, seiring
dengan visi Kota Cimahi tahun 2012 – 2017 yaitu “Cimahi Cerdas”, Kementrian
Agama Kota Cimahi sedang berbenah untuk peningkatan mutu Raudhatul Athfal.
Hasil wawancara dengan Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Guru Raudhatul
Athfal Provinsi Jawa Barat diperoleh informasi, bahwa peserta didik dari
Raudhatul Athfal Kota Cimahi sampai saat ini, belum berhasil menorehkan tinta
prestasi pada setiap lomba kreatifitas tahunan tingkat Provinsi yang
diselenggarakan oleh PW IGRA.
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga bidang
Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) Kota Cimahi, bahwa pada tahun
pelajaran 2012 – 2013 anak usia 4-6 tahun sebanyak 4.254 orang terserap di 87
Taman Kanak-kanak, sedangkan mereka yang terserap di 62 Radhatul Athfal
sebanyak 2.421 orang, artinya orang tua lebih banyak memilih memasukkan
putera/puteri mereka untuk mendapatkan pendidikan prasekolah di TK dari pada
di RA.
Data dari Seksi Madrasah Kementrian Agama Kota Cimahi diperoleh data
pendidik RA di Kota Cimahi masih sangat bervariasi, dari 353 orang pendidik,
143 orang berkualifikasi S1 dari berbagai bidang program studi, 17 orang
diantaranya telah tersertifikasi dan sisanya sebanyak 210 orang masih
berkualifikasi SMA/sederajat. Banyaknya pendidik/guru yang belum memenuhi
persyaratan sebagaimana termaktud dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 lasal 42 ayat (1), mengindikasikan bahwa peningkatan mutu di
sekolah dalam rangka menghasilkan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, seiring dengan pengamatan Karin
Vilien, seorang konsultan pendidikan anak usia dini dari Denmark yang
mendapatkan tugas dari Bank Dunia pada tahun 2002, untuk menilai pelaksanaan
pendidikan anak usia dini jalur formal di Indonesia menjelaskan adanya dua
pendekatan yang berbeda ketika guru melakukan pembelajaran, yakni: Pertama,
guru berperan mengajarkan anak (pendekatan yang berpusat kepada guru) dan
yang kedua, guru berperan membelajarkan anak (pendekatan yang berpusat pada
anak). Dari dua pendekatan ini, pendekatan kedua adalah yang lebih baik, dimana
guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai oleh anak, guru
memahami minat, perasaan dan pengalaman anak. Guru bertindak sebagai
fasilitator yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengutarakan
pengalaman, perasaan melalui berbagai interaksi, baik interaksi guru dengan anak
ataupun anak dengan anak. Berbeda dengan pendekatan pertama, disini guru lebih
berfokus kepada kurikulum, guru tampak berasumsi bahwa anak adalah botol
kosong dan guru mengisi botol tersebut dengan informasi yang sudah matang.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya
perbaikan dari berbagai sisi, salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu
sekolah yang akan berimbas kepada mutu pendidikan secara umum. Jika hal ini
tidak dilakukan maka tujuan pendidikan Raudhatul Athfal yang senada dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu membantu meletakkan dasar kearah
perkembangan sikap perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik agar menjadi muslim yang menghayati dan
mengamalkan agama serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
kepentingan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya tidak akan tercapai.
Dari paparan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Budaya Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Mutu
Raudhatul Athfal di Kota Cimahi.”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang, banyak hal yang memberikan kontribusi
terhadap mutu sekolah. Berdasarkan hasil penelitian para pakar bahwa
faktor-faktor yang penting dalam meningkatkan mutu sekolah diantaranya menurut
Danim (2007: 56) yaitu diantaranya: kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru,
kurikulum dan jaringan kerjasama. Sedangkan menurut Zamroni (2007: 6) Mutu
sekolah ditentukan oleh tiga variable, yakni kultur sekolah, pembelajaran dan
realita sekolah.
Dalam bentuk lain faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah
Mutu
Sekolah
Kepemimp inan
Guru
Siswa
Kerja
sama
Kuriku
lum
Realita
Sekolah
Pembela jaran
Budaya sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan,
upacara-upacara, slogan-slogan dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah
dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar
maupun tidak. Budaya sekolah diyakini mempengaruhi perilaku seluruh
komponen sekolah, yaitu: guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa dan juga
orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong
perilaku warga ke arah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak
kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
Menurut Zamroni (2011: 297) Budaya sekolah dapat dipergunakan untuk
menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru
dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat
diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan
yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan
bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada.
Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan kinerja yang
terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah sebagai satu
institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut. Budaya sekolah
diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu kehidupan
yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan profesional.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Hal jelas terlihat dalam performen
atau penampilan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Anwar Prabu
(2000: 67) “ Kinerja guru adalah preatasi kejra yang dihasilkan secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan”
Kinerja mengajar guru merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh
seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi
peserta didik. Kinerja mengajar yang baik merupakan salah satu prasyarat bagi
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, guru dituntut untuk senantiasa
mampu tampil dengan baik.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian tentang Pengaruh
Budaya Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Mutu Sekolah Raudhatul
Athfal di Kota Cimahi, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran budaya Raudhatul Athfal di Kota Cimahi?
2. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru Raudhatul Athfal di Kota
Cimahi?
3. Bagaimana gambaran mutu sekolah Raudhatul Athfal di Kota Cimahi?
4. Berapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu Raudhatul Athfal di
Kota Cimahi?
5. Berapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu Raudhatul
Athfal di Kota Cimahi?
6. Berapa besar pengaruh budaya sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap
mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara fokus tentang
pengaruh budaya sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap mutu sekolah
Raudhatul Athfal di Kota Cimahi, adapun uriannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran budaya Raudhatul Athfal di Kota Cimahi.
2. Untuk mengetahui gambaran kinerja mengajar guru Raudhatul Athfal di Kota
Cimahi.
3. Untuk mengetahui gambaran mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap
mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi.
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya sekolah dan kinerja
mengajar guru terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey.
Menurut Kalinger yang dikutip Akdon (2005: 91) menyatakan bahwa penelitian
survei merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil
tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan hubungan
antar variabel sosiologis maupun psikologis. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan anlisis data
hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan statistik.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan
prinsip-prinsip serta faktor-faktor yang berkaitan dengan budaya sekolah, kinerja
mengajar guru dan mutu sekolah. Lebih jauh lagi, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam bidang pengembangan budaya
sekolah, kinerja guru dan mutu sekolah di Kota Cimahi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangsih acuan pemikiran
dalam peningkatan mutu sekolah Raudhatul Athfal di Kota Cimahi melalui
budaya sekolah dan kinerja mengajar guru. Adapun manfaat yang dapat diprediksi
dari penetian ini secara praktis, diantaranya sebagai berikut:
a. Bagi penulis, menambah wawasan pengetahuan hasil penelitian tentang
Dengan langsung melakukan penelitian di lapangan yang menjadi lahan
bekerja penulis selama ini , setelah penelitian selesai diharapkan ada pengaruh
yang signifikan khususnya terhadap kinerja mengajar penulis di masa yang
akan datang.
b. Bagi guru-guru yang menjadi responden dalam penelitian, semoga dengan
membaca secara langsung angket yang diberikan dan bertatap muka dengan
penulis dapat melakukan tukar menukar informasi kondisi sekolah
masing-masing yang berkaitan dengan budaya sekolah, kinerja mengajar guru yang
pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah.
c. Bagi pengelola dan kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan dalam
menciptakan budaya sekolah dan meningkatkan kinerja mengajar guru untuk
dapat mewujudkan sekolah yang bermutu.
d. Bagi Kepala Kementrian Agama Kota Cimahi Sebagai masukan mengenai
upaya peningkatan mutu sekolah/madrasah Raudhatul Athfal melalui
penciptaan budaya sekolah dan peningkatan kinerja mengajar guru RA di Kota
Cimahi.
F. Struktur Organisasi Tesis
Untuk memahami alur pikir dalam penulisan tesis ini, maka perlu adanya
struktur organisasi yang berfungsi sebgai pedoman penyusunan laporan penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, penelitian
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.
Bab II berisi kajian pustaka, kemudian kerangka pemikiran, dan hipotesis
penelitian.
Bab III berisi metode penelitian, yang terdiri dari lokasi dan
populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument, teknik
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari
pemaparan data dan pembahasan data penelitian.
Bab V berisi kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan waktu dan tempat sasaran yang digunakan
dalam penelitian. Tempat yang ditetapkan dalam melakukan kajian penelitian
dengan judul “Pengaruh Budaya Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap
Mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi” adalah di sekolah Raudhatul Athfal se
-Kota Cimahi dengan responden Kepala Sekolah dan Guru.
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono (2007: 90). Dari
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subyek
yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Nama Sekolah Kepala
Sekolah
Guru Berkualifikasi
S1
Jumlah
1. RA. Ar Rahman 1 1 2
2. RA. An Nur Citeureup 1 4 5
3. RA. Al Arafah 1 3 4
4. RA. Roudhatul 'Ilmi 1 0 1
5. RA. Al Maqom 1 0 1
6. RA. Insani Mandiri 1 3 4
7. RA. Darul Ikhlas 1 1 2
9. RA.Ulul Albab 1 3 4
No Nama Sekolah Kepala
Sekolah
Guru Berkualifikasi
S1
Jumlah
10. RA. Hijratul Fath 1 3 4
11. RA. Rahmah Hasanah 1 0 1
12. RA.Hidayatul Amin 1 1 2
13. RA.Al Mawardi 1 1 2
14. RA. Assanuusiyyah 1 0 1
15. RA. Nurul Ilmi 1 0 1
16. RA. Ya Ibna 1 4 5
17. RA. Ulul Albab 1 0 1
18. RA. Al Farisy 1 0 1
19. RA. Ar Rahmi 1 2 3
20. RA. Hikmatul Wutsqha 1 2 3
21. RA. Annur 1 2 3
22. RA. Permata Hati 1 1 2
23. RA. Multazam 1 1 2
24. RA. Istiqomah 1 3 4
25. RA. Fatimiyah 1 3 4
26. RA. At Taqwa Ciputri 1 6 7
27. RA. Raudhatul Banat 1 3 4
28. RA. Baitussalam 1 3 4
29. RA. Darul Amanah 1 2 3
30. RA. Al Arief 1 3 4
31. RA. AlIkhlas 1 2 3
32. RA. Al-Mukhlisin 1 1 2
33. RA. Attijaniayah 1 2 3
34. RA.Fathul Khoir 1 1 2
35. RA. Nur AlHijrah 1 3 4
36. RA. Nurul Huda 1 1 2
37. RA. Nurul Jannah 1 1 2
38. RA. Qurrota A'yun 1 1 2
39. RA. At-Taqwa
Mekarsari 1 4 5
40. RA. Al Furqan 1 2 3
42. RA. Nurul Yusro 1 0 1
No Nama Sekolah Kepala
Sekolah
Guru Berkualifikasi
S1
Jumlah
43. RA. At Taqwa Leuwi
Gajah 1 4 5
44. RA. Assyuhada 1 2 3
45. RA. Al Iswah 1 3 4
46. RA. Al Muhajirin 1 2 3
47. RA. Durrotul Qolbi 1 8 9
48. RA. Baiturrahim 1 6 7
49. RA. Al Ikhlas Cimindi 1 5 6
50. RA. An Nida 1 1 2
51. RA. An Nuur 1 1 2
52. RA. Miftahus Shiddiq 1 4 5
53. RA. Roudhotul Banat 1 1 2
54. RA. Ar Riyadh 1 2 3
55. RA Istiqomah Melong 1 1 2
56. RA. AT Taqwa Lg 1 3 3
57. RA. Sadarmanah 1 2 3
58. RA. AL Furqan 1 2 3
59. RA Nurul Iman Lg 1 0 1
60. RA Nurrohman 1 0 1
61. RA Ar Rohmah 1 0 1
JUMLAH 184
3. Sampel
Riduwan (2010: 56) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagia dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili selurh populasi. Sukardi (2004: 55) mengatakan:
“untuk penelitian sosial, ekonomi, pendidikan dan politik yang berkaitan dengan
masyarakat dengan karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat
tentang besarnya sampel harus pula memenuhi syarat representativeness
Memperhatikan dua pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari
100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel
secara acak (rundom sampling). Sedangkan teknik pengambilan sampel
menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2010: 65)
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Tabel 3.2
Jumlah Sekolah Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Kepala
Sekolah
Guru Berkualifikasi
S1
Jumlah
1. RA. An Nur Citeureup 1 4 5
2. RA. Al Arafah 1 3 4
3. RA. Insani Mandiri 1 3 4
4. RA. Nurul Iman Cipageran 1 2 3
5. RA.Ulul Albab 1 3 4
6. RA. Hijratul Fath 1 3 4
7. RA. Ya Ibna 1 4 5
8. RA. Ar Rahmi 1 2 3
9. RA. Hikmatul Wutsqha 1 2 3
10. RA. Annur 1 2 3
11. RA. Istiqomah 1 3 4
12. RA. Fatimiyah 1 3 4
13. RA. At Taqwa Ciputri 1 2 3
14. RA. Raudhatul Banat 1 3 4
15. RA. Baitussalam 1 3 4
16. RA. Darul Amanah 1 2 3
17. RA. Al Arief 1 3 4
18. RA. AlIkhlas 1 2 3
�=�.��2+ 1
Dimana : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
19. RA. Attijaniayah 1 2 3
20. RA. Nur AlHijrah 1 3 4
21. RA. At-Taqwa Mekarsari 1 4 5
No Nama Sekolah Kepala
Sekolah
Guru Berkualifikasi
S1
Jumlah
22. RA. Al Furqan 1 2 3
23. RA. Al Kautsar 1 2 3
24. RA. At Taqwa Leuwi Gajah 1 4 5
25. RA. Al Iswah 1 3 4
26. RA. Al Muhajirin 1 2 3
27. RA. Baiturrahim 1 2 3
28. RA. Miftahus Shiddiq 1 4 5
29. RA. AT Taqwa Lg 1 3 3
30. RA. Sadarmanah 1 2 3
JUMLAH 111
Sumber: Laporan Bulanan-Pebruari 2013 Kanmenag Kota Cimahi
Adapun jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
=111. 1112+ 1 =111. + 1 =111 111 + 1 =111 + 1111
=1 = = 111
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No Wilayah Penyebaran
Populasi Proporsi
Proporsi tiap
Sekolah Sampel
1. RA. An Nur Citeureup 5/111 5/111 x 90 = 4,05 4
2. RA. Al Arafah 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
3. RA. Insani Mandiri 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
4. RA. Nurul Iman Cipageran 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
5. RA.Ulul Albab 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
7. RA. Ya Ibna 5/111 5/111 x 90 = 4,05 4
8. RA. Ar Rahmi 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
No Wilayah Penyebaran
Populasi Proporsi
Proporsi tiap
Sekolah Sampel
9. RA. Hikmatul Wutsqha 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
10. RA. Annur 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
11. RA. Istiqomah 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
12. RA. Fatimiyah 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
13. RA. At Taqwa Ciputri 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
14. RA. Raudhatul Banat 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
15. RA. Baitussalam 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
16. RA. Darul Amanah 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
17. RA. Al Arief 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
18. RA. AlIkhlas 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
19. RA. Attijaniayah 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
20. RA. Nur AlHijrah 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3
21. RA. At-Taqwa Mekarsari 5/111 5/111 x 90 = 4,05 4
22. RA. Al Furqan 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2 23. RA. Al Kautsar 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2 24. RA. At Taqwa Leuwi Gajah 5/111 5/111 x 90 = 4,05 4 25. RA. Al Iswah 4/111 4/111 x 90 = 3,24 3 26. RA. Al Muhajirin 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2 27. RA. Baiturrahim 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
28. RA. Miftahus Shiddiq 5/111 5/111 x 90 = 4,05 4
29. RA. AT Taqwa Lg 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
30. RA. Sadarmanah 3/111 3/111 x 90 = 2,43 2
JUMLAH 81
B. Desain Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, maka pada penelitian ini dapat diuraikan
sebuah desain yang menunjukkan hubungan antar variable yang akan diteliti.
Penelitian ini juga akan menguji konsistensi teori dan kesesuaian dengan
penelitian terlebih dahulu. Model penelitian bersifat empiris dengan tujuan untuk
mengajar guru (X2) terhadap mutu Raudhatul Athfal di Kota Cimahi (Y)
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Hubungan antar variabel penelitian
Keterangan:
X1 = Budaya Sekolah
X2 = Kinerja Mengajar Guru
Y = Mutu Raudhatul Athfal
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti yang dikemukakan
Kalinger yang dikutip Akdon (2005: 91) menyatakan bahwa penelitian survei
merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan hubungan antar
variabel sosiologis maupun psikologis. Lebih lanjut dikatakannya bahwa
X
1X
2penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari
pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih
akurat apabila digunakan sampel yang representatif.
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (2003: 21) mengungkapkan bahwa
penelitian survei dapat digunakan untuk maksud 1) penjajagan (eksploratif), 2)
Deskriptif, 3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan
hubungan kausal dan pengujian hipotesis, 4) evaluasi, 5) prediksi atau
meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang, 6) penelitian operasional,
7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Penelitian survei memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar
variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab
akibat yang terjadi dengan tujuan memisahkan pengaruh dari sesuatu variabel
penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah budaya
sekolah (X1), kinerja mengajar guru (X2) terhadap mutu Raudhatul Athfal (Y).
Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam
menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu
populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data
hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar
variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga
dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data,
yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas).
Dengan demikian mudah digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan
dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat.
D. Definisi Operasional
Masri (2003: 46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional
yaitu unsur penelitian yang memberitahukan tentang cara mengukur suatu
variabel. Untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap maksud dan
variabel-variabel yang akan diteliti, penulis memberi definisi operasional dari
penelitian ini adalah definisi secara operasional sebuah konsep agar membuatnya
bisa diukur, dilakukan dengan melihat dimensi perilaku, aspek atau sifat yang
ditunjukkan oleh konsep, hal tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen
yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran
konsep.
1. Budaya Sekolah
Peterson (1999) dalam Suparlan (2009) menjelaskan “school cultures is
the behind the scenes context that reflects the values, beliefs, norm, traditions, and
rituals that build up overtime as people in a school work together”. Maksudnya bahwa nilai, kepercayaan, sikap dan perilaku merupakan komponen-komponen
esensial yang membentuk karakter sekolah.
Dalam penelitian ini, budaya sekolah yang dimaksud memiliki dua unsur,
yaitu unsur implisit dan eksplisit yang mencakup tentang keyakinan, norma atau
nilai, asumsi-asumsi yang berhungan dengan lingkungan, kegiatan ritual, kegiatan
seremonial yang dilakukan di sekolah, simbol-simbol yang digunakan serta
sejarah yang disampaikan kepada seluruh personil sekolah di Raudhatul Athfal
Kota Cimahi.
2. Kinerja Mengajar Guru
Kinerja mengajar guru menurut Rahman dkk (2005: 73) merupakan
seperangkat perilaku nyata ditunjukkan guru pada waktu dia memberikan
pelajaran kepada siswanya. Kinerja mengajar guru juga dapat dilihat saat
melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana ia
mempersiapkannya.
Dengan demikian kinerja mengajar guru dalam penelitian ini merupakan
sejauh mana kemampuan kerja yang ditunjukkan oleh guru dalam proses
pelaksanaan pembelajaran serta interaksi guru dengan peserta didik pada saat
pembelajaran sebagai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Komariah dan Triatna (2008:8) mutu sekolah merupakan kualitas siswa
yang mencerminkan kepuasan pelanggan, adanya partisipasi aktif manajemen
dalam proses peningkatan kualitas secara terus-menerus, pemahaman setiap orang
terhadap tanggung jawab yang spesifik terhadap kualitas, setiap individu dalam
sekolah dan stakeholders menyadari serta merealisasi prinsip “mencegah
terjadinya kerusakan”, dan melaksanakan pandangan bahwa kualitas adalah cara
hidup (way of life).
Mutu Raudhatul Athfal dalam penelitian ini yaitu tingkat kualitas sekolah
dalam melakukan proses pelayanan terhadap siswa, orang tua siswa atau
masyarakat sebagai pelanggan dengan menunjukkan adanya masukan yang tepat,
semangat kerja tinggi (kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan staf
keamananan dan kebersihan), gairah motivasi belajar siswa tinggi, penggunaan
biaya, waktu, fasilitas, tenaga guru yang profesional, kepercayaan dari berbagai
pihak, tamatan bermutu, keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam atau sosial yang diamati (Sugiyono, 2008: 102) sedangkan Riduwan (2008:
71) mengemukakan: “instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengambilan
data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik penentuan kualitas
instrumen (validitas dan reliabilitas).
Berdasarkan teori di atas, untuk memperoleh data tentang budaya sekolah,
kinerja mengajar guru dan mutu sekolah digunakan alat pengumpul data berupa
kuesioner (angket) dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrument. Angket
yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
1. Skala Pengukuran
Dalam penyusunan kuesioner, peneliti menggunakan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2008: 93). Dengan skala
Mengajar Guru dan Mutu Raudhatul Athfal. Angket dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu SL (Selalu),
SR (Sering), KD (Kadang-kadang) dan TP (Tidak Pernah) dengan pemberian
bobot untuk masing-masing alternatif adalah 4-3-2-1.
2. Penyusunan Instrument
Instrument penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator dari setiap
variabel (X1, X2 dan Y). Untuk mendapat keabsahan yang konstruktif, penyusunan
instrument dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan serta
berdasarkan masukan dari pembimbing. Instrument pada masing-masing indikator
disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut, 1) membuat kisi-kisi, 2)
menyusun butir-butir pernyataan, 3) melakukan analisis rasional untuk melihat
kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrument Penelitian
Variabel Definisi Teoritik Indikator Sub Indikator
Nomor Item terjadi pada kontek perilaku keseharian pelayanan pendidikan
1.1 Keyakinan 1.1.1 Memiliki
Variabel Definisi Teoritik Indikator Sub Indikator masukan yang tepat,
F. Proses Pengembangan Instrument
Instrument penelitian yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui keshahihan dan kehandalannya melalui prosedur sebagai berikut:
Instrument penelitian diujicobakan terlebih dahulu kepada responden yang
tidak termasuk pada sampel penelitian. Jumlah responden ujicoba sebanyak 17
(tujuh belas) orang guru, ketiga puluh guru tersebut memenuhi syarat untuk uji
coba instrument.
Kegiatan uji coba instrument ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada item soal pengumpul data atau angket, baik pada
redaksi, pilihan jawaban, serta pernyataan-pernyataan yang ada pada angket. Uji
coba dilakukan untuk analisis terhadap instrument sehingga diketahui sumbangan
butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada
masing-masing variabel. Selanjutnya, untuk mendapatkan butir pernyataan yang valid dan
reliabel maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Instrument
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas instrument dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh instrument penelitian mampu mencerminkan isi sesuai
dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrument telah
benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (kontruk teori)
yang menjadi dasar penyusunan instrument. Untuk pengujian ini digunakan SPSS
18.0.
Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket sehingga
benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrument valid, jika dapat
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang lulusan
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Jika r (korelasi) dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir
pernyataan dapat dilihat dari SPSS pada kolom Corrected Items Correlation.
Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0,3. Jika korelasi sudah
lebih besar dari 0,3 pernyataan yang dibuat dikategorikan valid atau shahih
(Setiaji, 2004: 61)
Adapun pengujian validitas tiap butir item dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Langkah-
langkah pengujian validitas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Menggunakan rumus product moment
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
∑ XY = Jumlah perkalian X dan Y
∑ X = Jumlah skor item
∑ Y = Jumlah skor total (seluruh item)
∑ X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑ Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
2) Untuk mengetahui nilai signifikasi validitas tiap butir item yaitu dengan
membandingkan nilai korelasi rhitung dengan nilai rtabel. Apabila rhitung lebih
kecil dari rtabel (rhitung < rtabel ) maka diambil kesimpulan bahwa butir item
rtabel ) maka item tersebut valid.Untuk menghitung item nomor selanjutnya
caranya sama yaitu hanya dengan mengganti skor X.
3)
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapatdipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument itu
sudah dianggap baik. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan
sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama.
Pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan peneliti menggunakan
metode belah dua (split-half method), dimana item soal dibagi 2 yaitu item
bernomor ganjil dan item bernomor genap. Kemudian data yang terkumpul diolah
dengan menggunakan langkah-langkah berikut (Sugiyono 2009: 12) :
a. Mencari nilai korelasinya dengan rumus Rank Order Correlation (Spearman)
yaitu:
b b i
r r r
1 . 2
Keterangan:
r2 = Koefisien korelasi pangkat
b = Selisih atau beda peringkat Xi dan peringkat Yi yang data aslinya
yang berpasangan
n = Banyaknya data atau sampel
1 = Angka konstanta
b. Kemudian nilai r2 analisis dengan menggunakan rumus uji t untuk menguji
Keterangan:
t = Nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
b. Selanjutnya bandingkan thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 95%
dengan dk = n-2.
d. Jika thitung > ttabel maka terdapat perbedaan yang signifikasi antara skor item
ganjil dengan item genap, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket tersebut
reliabel. Jika thitung < ttabel maka tidak ada perbedaan antara skor item ganjil
dengan item genap, sehinnga dapat disimpulkan bahwa angket tersebut tidak
reliabel.
Hasil pengujian instrumen dengan koresponden sebanyak 17 orang di
hasilkan:
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X1 (Budaya Sekolah)
No. Item r hitung r Tabel Keputusam
1. 0,47 1,75 Valid
2. 0,60 1,75 Valid
3. 0,64 1,75 Valid
4. 0,46 1,75 Valid
5. 0,62 1,75 Valid
6. 0,19 1,75 Tidak Valid
7. -0,02 1,75 Tidak Valid
8. 0,41 1,75 Valid
9. 0,55 1,75 Valid
10. 0,45 1,75 Valid
11. 0,49 1,75 Valid
13. -0,15 1,75 Tidak Valid
14. 0,349 1,75 Valid
15. 0,58 1,75 Valid
16. 0,49 1,75 Valid
17. 0,66 1,75 Valid
18. 0,81 1,75 Valid
No. Item r hitung r Tabel Keputusam
19. 0,44 1,75 Valid
20. 0,46 1,75 Valid
21. 0,41 1,75 Valid
22. 0,48 1,75 Valid
23. 0,44 1,75 Valid
24. 0,41 1,75 Valid
25. 0,53 1,75 Valid
26. 0,42 1,75 Valid
27. 0,43 1,75 Valid
28. 0,43 1,75 Valid
29. 0,42 1,75 Valid
30. 0,60 1,75 Valid
31. 0,45 1,75 Valid
32. 042 1,75 Valid
33. 0,42 1,75 Valid
34. -0,27 1,75 Tidak Valid
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X2 (Kinerja Mengajar Guru)
No. Item r hitung r Tabel Keputusam
1. 0,57 1,75 Valid
2. 0,48 1,75 Valid
3. 0,33 1,75 Tidak Valid
4. 0,21 1,75 Tidak Valid
5. 0,84 1,75 Valid
7. 0,74 1,75 Valid
8. 0,59 1,75 Valid
9. 0,87 1,75 Valid
10. 0,81 1,75 Valid
11. 0,83 1,75 Valid
12. 0,64 1,75 Valid
No. Item r hitung r Tabel Keputusam
13. 0,39 1,75 Tidak Valid
14. 0,06 1,75 Tidak Valid
15. 0,83 1,75 Valid
16. 0,41 1,75 Valid
17. 0,73 1,75 Valid
18. 0,72 1,75 Valid
19. 0,60 1,75 Valid
20. 0,46 1,75 Valid
21. 0,65 1,75 Valid
22. 0,47 1,75 Valid
23. 0,61 1,75 Valid
24. 0,14 1,75 Tidak Valid
25. 0,78 1,75 Valid
26. 0,78 1,75 Valid
27. 0,78 1,75 Valid
28. 0,78 1,75 Valid
29. 0,78 1,75 Valid
30. 0,78 1,75 Valid
31. 0,78 1,75 Valid
32. 082 1,75 Valid
33. 0,78 1,75 Valid
34. 0,82 1,75 Valid
35. 0,82 1,75 Valid
Tabel 3.7
No. Item r hitung r Tabel Keputusam
No. Item r hitung r Tabel Keputusan
1. 0,54 1,75 Valid
2. 0,61 1,75 Valid
3. 0,61 1,75 Valid
4. 0,57 1,75 Valid
5. 0,88 1,75 Valid
6. 0,86 1,75 Valid
7. 0,86 1,75 Valid
8. 0,85 1,75 Valid
9. 0,61 1,75 Valid
10. 0,58 1,75 Valid
11. 0,43 1,75 Valid
12. 0.86 1,75 Valid
13. 0,72 1,75 Valid
14. 0,88 1,75 Valid
15. 0,92 1,75 Valid
16. 0,70 1,75 Valid
17. 0,62 1,75 Valid
18. 0.38 1,75 Tidak Valid
19. 0,78 1,75 Valid
20. 0,75 1,75 Valid
21. 0,87 1,75 Valid
22. 0,44 1,75 Valid
23. 0,71 1,75 Valid
24. 0,66 1,75 Valid
25. 0,41 1,75 Valid
26. 0,85 1,75 Valid
27. 0,64 1,75 Valid
28. -0,05 1,75 Tidak Valid
29. 0,85 1,75 Valid
30. 0,.87 1,75 Valid
31. 0,76 1,75 Valid
32. 0,92 1,75 Valid
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
1. Reliabilitas Variabel X1 (Budaya Sekolah)
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung Variabel X1 tentang Budaya
Sekolahhasil Guttman Split-Half Coefficientrhitung sebesar 0,782. Kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel dimana dk = (n-2) = 17-2 = 15 pada taraf 5%
adalah 0,51. Dengan demikian thitung berada didaerah penerimaan Ho. Hal ini
berarti angket Variabel X1 tentang Pengaruh Budaya Sekolah adalah reliabel,
karena rhitung>rtabel.
Tabel 3.8 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,786
N of Items 17a
Part 2 Value ,635
N of Items 17b
Total N of Items 34
Correlation Between Forms ,644
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,783
Unequal Length ,783
Guttman Split-Half Coefficient ,782
a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17.
34. 0,83 1,75 Valid
35. 0,56 1,75 Valid
36. 0,86 1,75 Valid
37. 0,90 1,75 Valid
38. 0,86 1,75 Valid
Tabel 3.8 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,786
N of Items 17a
Part 2 Value ,635
N of Items 17b
Total N of Items 34
Correlation Between Forms ,644
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,783
Unequal Length ,783
Guttman Split-Half Coefficient ,782
a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17.
b. The items are: p18, p19, p20, p21, p22, p23, p24, p25, p26, p27, p28, p29, p30, p31, p32, p33, p34.
2. Reliabilitas Variabel X2 (Kinerja Mengajar Guru)
„ Dari hasil perhitungan (terlampir) diperoleh nilai thitung Variabel X2 tentang
kinerja mengajar guru rhitung sebesar 0,921. Kemudian dikonsultasikan dengan ttabel
dimana dk = (n-2) = 17-2 = 15 pada taraf 5% adalah 0,51. Dengan demikian rhitung
berada didaerah penerimaan Ho. Hal ini berarti angket Variabel X tentang Kinerja
Mengajar Guru adalah reliabel, karena rhitung> t table
Tabel 3.9 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,912
N of Items 18a
Part 2 Value ,901
N of Items 17b
Total N of Items 35
Correlation Between Forms ,855
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,922
Unequal Length ,922
Guttman Split-Half Coefficient ,921
Tabel 3.9 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,912
N of Items 18a
Part 2 Value ,901
N of Items 17b
Total N of Items 35
Correlation Between Forms ,855
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,922
Unequal Length ,922
Guttman Split-Half Coefficient ,921
a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17, p18.
b. The items are: p18, p19, p20, p21, p22, p23, p24, p25, p26, p27, p28, p29, p30, p31, p32, p33, p34, p35.
3. Reliabilitas Variabel Y (Mutu Raudhatul Athfal)
„ Dari hasil perhitungan (terlampir) diperoleh nilai thitung Variabel Y tentang
Mutu Raudhatul Athfal rhitung sebesar 0,956. Kemudian dikonsultasikan
denganrtabel dimana dk = (n-2) = 17-2 = 15 pada taraf 5% adalah 0,51. Dengan
demikian thitung berada didaerah penerimaan Ho. Hal ini berarti angket Variabel Y
tentang Mutu Sekolahadalah reliabel, karena rhitung> t tabel.
Tabel 3.10 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,948
N of Items 20a
Part 2 Value ,942
N of Items 19b
Total N of Items 39
Correlation Between Forms ,917
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,957
Unequal Length ,957
a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17, p18, p19, p20.
b. The items are: p20, p21, p22, p23, p24, p25, p26, p27, p28, p29, p30, p31, p32, p33, p34, p35, p36, p37, p38, p39.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan dua
alat pengumpul data berupa dokumentasi dan angket atau kuesioner. Secara lebih
rinci akan dijelaskan satu persatu dibawah ini :
1. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna
(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005).
Penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data bertujuan
untukmemperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang diteliti,
dimana responden mengisi angket yang telah disiapkan ole peneliti dengan jujur.
Penelitian ini menggunakan angket tertutup, agar jawaban responden dapat dijaga
kerahasisannya. Akdon dan Sahlan Hadi (2005:132), mengemukakan bahwa :
Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√).
Dalam pengisian angket, responden tinggal memberi tanda checklist pada
kolom yang tersedia dengan memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat
responden itu sendiri.
2. Menyusun alat pengumpul data
Untuk mempermudah penyusunan angket sebagai alat pengumpul data,
maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menetapkan indikator-indikator dari setiap variable penelitian yang dianggap
penting untuk dinyatakan pada responden, berdasarkan teori-teori yang telah
diuraikan.