DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK………..
KATA PENGANTAR………
UCAPAN TERIMA KASIH………... DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL………... DAFTAR BAGAN……….
DAFTAR GRAFIK……….
i ii iii vi ix x xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………
B. Identifikasi Masalah………..
C. Rumusan Masalah……….
D. Pertanyaan Penelitian ………...
E. Tujuan Penelitian………...
F. Kegunaan Penelitian ……….
G. Anggapan Dasar ………...
H. Definisi Operasional………..
I. Sistematika Penulisan………
1 5 6 6 7 8 8 10 12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini………..
1. Pengertian AUD………..
2. Pengertian PAUD………
3. Tujuan dan Fungsi PAUD………...
4. Pentingnya PAUD………..
B. Sekolah Minggu Sebagai Satuan PAUD Sejenis pada Pendidikan
Luar Sekolah……….
1. Pendidikan Luar Sekolah………
2. Sekolah Minggu………..
C. Konsep Metode Bercerita……….
1. Pengertian Metode Bercerita ………..
2. Tujuan Metode Bercerita ………
3. Manfaat Bercerita ………..
4. Penerapan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek
Perkembangan AUD………
5. Kelebihan Metode Bercerita………
D. Konsep Aspek Perkembangan AUD……….
1. Pengertian Perkembangan………...
2. Aspek-Aspek Perkembangan AUD……….
3. Karakteristik Perkembangan AUD……….
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian………..
B. Subjek Penelitian………...
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data………
1. Observasi………..
2. Wawancara………...
3. Studi Dokumentasi………...
4. Studi Kepustakaan………
D. Triangulasi……….
E. Langkah-langkah pengumpulan Data………
1. Tahap Pralapangan………...
2. Tahap Kegiatan Lapangan………...
3. Tahap Analisis Data……….
F. Teknik Analisis Data……….
1. Reduksi Data………
2. Penyajian Data……….
3. Menarik Kesimpulan………
64 67 67 68 69 70 71 71 72 73 75 76 76 77 77 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….
B. Hasil Penelitian………..
1. Identitas Informan...………...……….
2. Pendapat Informan………..
a. Keadaan/Kondisi Objektif Sekolah Minggu GKTT Cabang
Kota Bandung………....
b. Proses Pembelajaran AUD Melalui Metode Bercerita pada Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota Bandung……… c. Aspek-Aspek Perkembangan AUD yang Ditingkatkan
Melalui Metode Bercerita pada Sekolah Minggu GKTT
Cabang Kota Bandung………...
d. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat dalam Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek Perkembangan AUD pada Sekolah Minggu GKTT Cabang
Kota Bandung ………...
C. Pembahasan Hasil Penelitian……….
a. Proses Pembelajaran AUD Melalui Metode Bercerita dalam
Meningkatkan Aspek Perkembangan AUD………... b. Aspek-Aspek Perkembangan AUD yang Ditingkatkan
Melalui Metode Bercerita………
c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek
Perkembangan AUD………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………
B. Saran/Rekomendasi………...
132 139
DAFTAR PUSTAKA……….
RIWAYAT HIDUP………
141 143
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1
2.2
2.3
Tahap Perkembangan Motorik Anak………...
Indikator Perkembangan Sosio-Emosional Yang Umum Pada
Awal Masa Anak-Anak………
Karakteristik Anak Usia Dini………... 50
53
59
4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama..……….. 79
4.2 Identitas Informan……… 80
4.3 Daftar Tutor Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota Bandung……. 85
4.4 Daftar Nama Warga Belajar………. 86
4.5
4.6
Sarana Prasarana Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota
Bandung………
Kurikulum Kelas Balita Usia 3-5 tahun………... 87
[image:4.595.123.504.163.576.2]DAFTAR BAGAN
Bagan Hal
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
[image:6.595.125.484.189.574.2]BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman serta penyebaran informasi yang makin merata
membuat banyak perubahan pada berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia. Salah satu upaya yang paling mendasar dalam rangka mengembangkan
potensi manusia adalah melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini pendidikan
memegang peranan yang cukup penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa
dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan mandiri.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, menyatakan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Mengacu pada pernyataan diatas, pendidikan sangat diperlukan oleh setiap
individu dalam upaya peningkatan peranannya dimasa yang akan datang.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan
pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya
dan sekaligus memenuhi tuntutan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan
Tahun-tahun awal pada anak merupakan masa yang sangat penting dalam
membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku sosial. Anak dilahirkan dengan
suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, namun hal ini perlu didukung
oleh keluarga dan lingkungannya supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal
dan kelak ia menjadi orang yang dewasa berkualitas, insan yang seimbang, rohani,
emosi, dan jasmani serta berguna bagi dirinya, keluarga maupun bangsa dan
negara. Stimulus lingkungan akan berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan
antar sel-sel otak, akan membentuk jaringan komunikasi antar sel-sel otak dan
bersama-sama melakukan tugas koordinasi berbagai aspek perkembangan, baik
perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosional, sosial dan spiritual.
Pendidikan anak usia dini sangat penting, karena merupakan peletak dasar
bagi pendidikan anak selanjutnya. Pada masa ini merupakan perkembangan yang
sangat pesat, baik perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa,
sosial maupun spiritualnya. Berbagai dimensi perkembangan anak apabila
dikembangkan sejak usia dini secara optimal akan memberikan kontribusi yang
besar sebagai modal awal dalam kehidupan masyarakat. Hal itu didasari pula oleh
pemerintahan Republik Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengenai pendidikan anak usia dini, yang berbunyi sebagai berikut:
Pendidikan anak usia dini merupakan basis penentu atau pembentukan
karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa. Hal ini dikarenakan
pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumberdaya manusia mendatang
ditentukan pada bagaimana penanaman sejak anak usia dini. Masa ini merupakan
masa yang tepat untuk melestarikan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik,
bahasa, sosial, emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga
untuk pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar
pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Dari aspek pendidikan stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan
rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup; 1)
penanaman nilai-nilai dasar (pendidikan budi pekerti dan agama), 2) pembentukan
sikap (disiplin dan kemandirian), 3) pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,
motorik, kognitif dan social). Pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus
dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal
(Anonim, 2002:1). Oleh karena itulah pendidikan anak usia dini dipandang sangat
penting.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 28
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal (Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat), jalur pendidikan nonformal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan
Anak, atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau jalur pendidikan informal yang
Dalam pendidikan nonformal, sekolah minggu ini termasuk kedalam satuan
PAUD sejenis. Sebagaimana dijelaskan bahwa PAUD sejenis adalah salah satu
bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dengan berbagai program layanan anak usia dini yang telah ada di
masyarakat (seperti Pos Yandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Al
Quran, Taman Pendidikan anak Sholeh, Sekolah Minggu dan Bina Iman).
(Direktorat PAUD, 2006).
Sekolah Minggu merupakan lembaga pendidikan nonformal yang telah
mengakar di gereja. Sekolah Minggu adalah salah satu bentuk pelayanan kepada
anak-anak. Gereja-gereja di Indonesia yang terdiri dari berbagai denominasi
menggunakan beberapa istilah yang berbeda berkenaan dengan Pelayanan Anak,
yang pada dasarnya mengadopsi nilai-nilai Sekolah Minggu. Nilai tersebut berupa
kegiatan rohani dan pendidikan dalam rangka tumbuh-kembang anak.
Salah satu sekolah minggu yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Minggu
Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung yang berada di
bawah binaan Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok. Program pembelajaran anak
usia dini yang dikembangkan di Sekolah Minggu Gereja Kota Tanpa Tembok ini
dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain kelas bayi untuk 0-12bulan, kelas batita
untuk 1-3tahun, kelas Balita untuk anak usia 3-5 tahun, dll. Metode pembelajaran
yang digunakan di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok ini ialah metode
belajar yang menyenangkan bagi anak usia dini, salah satunya yaitu metode
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita juga merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak.
Bercerita kepada anak merupakan metode pendidikan yang sangat efektif dan
efisien. Dunia kehidupan anak penuh dengan sukacita, maka kegiatan bercerita
harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan
untuk dapat menarik perhatian anak.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia
dini di sekolah minggu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan oleh
penulis mengenai masalah di lapangan diperolah data sebagai berikut:
1. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa sekolah minggu hanya
mengembangkan aspek spiritual anak usia dini saja.
2. Kurangnya kemampuan orangtua dalam menggunakan metode bercerita
untuk meningkatkan aspek perkembangan pada anak.
3. Kebanyakan metode bercerita hanya menggunnakan buku cerita saja atau
C. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas penelitian yang hendak dilakukan, serta agar
permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan
yang dimiliki penulis, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai
berikut: “Bagaimana penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini pada kelas Balita umur 3-5 tahun di Sekolah
Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung ?”
D. Pertanyaan Penelitian
Merujuk pada hasil identifikasi masalah diatas, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan, adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keadaan/kondisi objektif Pendidikan Anak Usia Dini pada
Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota
Bandung?
2. Bagaimana proses pembelajaran anak usia dini melalui metode bercerita
pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota
Bandung ?
3. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini apa saja yang ditingkatkan
melalui metode bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok
(GKTT) Cabang Kota Bandung ?
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi dalam
anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)
Cabang Kota Bandung ?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penggunaan metode bercerita dalam mengembangkan aspek perkembangan anak
usia dini pada kelas Balita umur 3-5 tahun di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa
Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung. Sedangkan tujuan secara khususnya
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keadaan/kondisi objektif Pendidikan Anak Usia Dini
pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota
Bandung.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran anak usia dini melalui metode
bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)
Cabang Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang
ditingkatkan melalui metode bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota
Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan
metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini
pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi
tentang pendidikan luar sekolah khususnya mengenai pendidikan anak
usia dini.
b. Mengembangkan konsep-konsep yang ada di dalam pendidikan anak usia
dini pada Satuan PAUD Sejenis dan metode bercerita dalam
pengembangan aspek perkembangan anak usia dini.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi para praktisi, khususnya tutor dalam proses
pembelajaran anak usia dini dengan metode bercerita.
b. Sebagai bahan kajian bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut
mengenai pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan luar sekolah.
G. Anggapan Dasar
Sebagai titik tolak penelitian ini, merujuk kepada anggapan dasar sebagai
berikut:
1. Usia dini merupakan saat yang berharga untuk menanamkan nilai-nilai
nasional, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupan
2. Perkembangan seorang anak pada hakikatnya telah dimulai sejak ia
dilahirkan ke dunia. Berbagai fakta teoritis dan empiris ditunjukan dari
ilmu: fisiologi, kesehatan, sosiologi, psikologi, dan pendidikan
menunjukkan bahwa tahun-tahun awal merupakan masa yang sangat penting
dalam membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku social (Anwar dan
Ahmad, 2003:12).
3. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005: 4,12)
4. Bercerita merupakan jenis permainan yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir logis, pengaturan diri,
pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku, serta pola
umum dan makna cerita (karakter, ide, konsep logis, dan peristiwa penting
yang bermanfaat (Yuri, 1998:40 )).
5. Anak dilahirkan dengan suatu dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang, namun hal ini perlu didukung keluarga dan lingkungannya
supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal dan kelak ia akan menjadi
orang dewasa yang berkualitas, insan yang seimbang dan harmonis dari segi
intelek, rohani, emosi, dan jasmani serta berguna baik bagi dirinya, keluarga
H. Definisi Operasional
Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka diuraikan pengertian istilah dalam penjelasan berikut:
1. Anak Usia Dini adalah anak usia 0-6 tahun yang merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan
selanjutnya (Direktorat PAUD, 2002). Usia dini merupakan masa yang
sangat rawan bagi seseorang, yaitu pada usia ini pendidikan akan sangat
berpengaruh yaitu sebagai pondasi bagi anak untuk memasuki usia
selanjutnya dan masa yang akan datang. Anak usia dini pada penelitian ini
yaitu anak usia 3-5 tahun yang mengikuti kegiatan sekolah minggu kelas
balita di Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung.
2. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar anak
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Muslihatun,
1996:140). Metode bercerita disini ialah kegiatan bercerita yang dilakukan
pada awal pembelajaran untuk menceritakan atau membacakan cerita yang
mengandung nilai-nilai pendidikan kepada anak usia dini. Bercerita dapat
disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya yang dapat menanamkan
berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan
sebagainya.
3. Sekolah Minggu adalah salah satu pendidikan nonformal yang dilaksanakan
pada hari minggu dan sebuah pelayanan edukasi religius pada bagi
anak-anak (Leo, 2008:2). Pelayanan sekolah minggu adalah suatu pelayanan yang
bagi perkembangan hidup kerohanian seorang anak yang kelak menjadi
dewasa untuk menanamkan maupun memperkuat iman seorang anak. Dalam
Sekolah Minggu, anak-anak ditanamkan pengetahuan, keterampilan dan
karakter yang kuat dalam pribadi setiap anak. Sekolah minggu dalam
penelitian ini yaitu Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok
(GKTT) Cabang Kota Bandung.
4. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditunjukan bagi anak usia
dini (0-8 tahun) yang dilakukan melalui berbagai ransangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Anak
usia dini dalam penelitian disini adalah anak usia 3-5tahun yang mengikuti
sekolah minggu kelas balita di Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)
5. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak
matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu evolusi
manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri
(Anwar dan Ahmad, 2003:12). Untuk memudahkan pembahasan
perkembangan anak dalam penelitian ini, penulis menggunakan istilah aspek
perkembangan anak, yaitu aspek-aspek yang dikembangkan dalam diri anak
melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Aspek-aspek perkembangan anak yang
anak meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, social, bahasa,
dan kreativitas.
harus mampu mengarahkan anak-anak sekolah minggu untuk membangun
karakter berperilaku yang jujur dan bertanggungjawab. Guru sekolah
minggu mampu memberikan pelajaran dengan berbagai metode dan upaya
untuk menarik, memotivasi, dan menggali potensi anak sekolah minggu.
Oleh karena itu guru sekolah minggu harus kreatif, inovatif, dan variatif
dalam mengajar (Leo, 2008:6).
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan
dibahas, yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Anggapan Dasar, Definisi Operasional, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Memaparkan mengenai landasan teori dan gambaran umum mengenai dasar
penelitian, yaitu Konsep Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Minggu
Sebagai Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis Pada Pendidikan Luar
Sekolah, Konsep Metode Bercerita, Konsep Aspek Perkembangan Anak
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Yang terdiri dari penjabaran mengenai Metode Penelitian, Subjek Penelitian,
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, Triangulasi Data,
Langkah-Langkah Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data mengenai gambaran,
proses, dan hasil penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini di sekolah minggu.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai Hasil Penelitian, Pengolahan Data Hasil Penelitian,
dan Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian terdapat dua istilah penting, yaitu metode dan
penelitian. Menurut pendapat Suharsimi Arokunto (1990:34) “ Metode adalah
cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. ” Sedangkan
menurut Afifudin dan Ahmad (2009:41) “ Penelitian adalah suatu kegiatan yang
ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu, dan biasanya muncul dan
dilakukan karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin
membuktikan sesuatu. ”
Menurut Arikunto (2006:160), “Metode penelitian yaitu cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dan diperjelas
oleh Kartini Kartono (1990:20) bahwa, metode penelitian adalah cara-cara berfikir
dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan
untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Berdasarkan kecenderungan data yang di
dapat dari studi ke lapangan dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka
penelitian yang diambil oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia (Creswell, 1998:15). Pada pendekatan ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman
yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari persfektif partisipan (Hadjar
dalam Barsowi dan Suwandi, 2008:23). Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
social yang menjadi focus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian
ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang
kenyataan-kenyataan.
Menurut Komaruddin Sastradipoera, (2005:228-229), karakteristik
penelitian kualitatif diantaranya sebagai berikut :
1. Latar alamiah merupakan sumber data langsung dan Peneliti merupakan
instrument kunci dalam penelitian kualitatif.
2. Data kualitiatif dihimpun dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan
3. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data yang mereka peroleh dengan
cara induktif.
4. Penelitian kualitatif mempunyai kepedulian dengan proses dan sekaligus juga
mempunyai kepedulian dengan produknya.
5. Perhatian utama Peneliti kualitatif adalah jawaban atas pertanyaan bagaimana
orang, dalam kehidupan mereka, dapat dimengerti.
Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena
peneliti ingin memahami dan mengungkap keunikan secara mendalam bagaimana
penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia
dini di Sekolah Minggu GKTT Bandung secara komprensif dan rinci.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah
metode studi kasus, karena peneliti ingin mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan pada Sekolah Minggu GKTT
yang beralamat di Jalan Sudirman No. 192b Bandung, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Maxfieled dalam Nazir (2003:57) “studi kasus atau penelitian kasus
(case study) adalah penelitian tentang status suatu subjek penelitian yang
berkenaan dengan suatu spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas”. Subjek
penelitian ini berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.
“penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam” (Arikunto, 2006:142).
B. Subjek Penelitian
“Subjek penelitian merupakan orang dalam pada latar penelitian”. Secara
lebih tegas Moleong menyatakan bahwa mereka itu adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
peneliitian (Moleong dalam Suryabrata, 2003:188).
Sedangkan menurut Arikunto (2006:145), bahwa:
“Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden adalah orang yang diminita memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat”.
Penentuan subjek penelitian dipilih dengan tujuan tertentu secara purposive,
yaitu subjek penelitian diambil dengan maksud atau tujuan tertentu dan lebih
bersifat selektif, informan yang diambil sebagai subjek penelitian karena peneliti
menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi
sumber data yang mantap dan berdasarkan maksud untuk menemukan jawaban
mengenai penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok
Cabang Bandung. Maka yang menjadi subjek penelitiannya antara lain, satu orang
pengelola, dua orang tutor, dua orang tua dari warga belajar, dua orang warga
belajar.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
researcher is the key instrumen‟. Jadi peneliti adalah merupakan intrumen kunci
dalam penelitian kualitatif”.
“Instrumen penelitian adalah pengumpul data yang dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.”
(Margono S, 2007:155).
Dalam melakukan pengamatan, peneliti membekali diri dengan kisi-kisi
penelitian, pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan” (Nazir, 2003:174), pendapat tersebut diperkuat
oleh Sugiyono (2008:224), bahwa:
“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.
Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan
dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data seperti
prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan nyata, penulis menentukan teknik pengumpulan
data yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Tembok Cabang Bandung, keadaan lingkungan, sarana dan prasarana, serta
terhadap objek lain yang mendukung dalam proses pembelajaran yang berkaitan
dengan penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan
anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang
Bandung. Sebagaimana dikemukakan oleh Ngalim Purwanto dalam Barsowi dan
Suwandi (2008:93-94), bahwa “Observasi ialah metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung”. Metode ini
digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang
diiteliti.
Dalam melakukan observasi ini, penulis mengunakan instrumen/alat
pengumpulan data berupa pedoman observasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
Arikunto (2006:229), bahwa “Dalam menggunakan metode observasi cara yang
paling efektif adalah melengakpinya dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen”.
2. Wawancara
Disamping observasi, data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan
melalui wawancara. Menurut Afifudin dan Ahmad (2009:131) wawancara adalah
metode pengambilan data dengan cara menanyakan kepada seseorang yang
menjadi informan atau responden. Teknik wawancara ini digunakan oleh penulis
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan wawancara serta menggali
informasi sedalam-dalamnya, penulis mengunakan istrumen/alat pengumpul data
berupa pedoman wawancara. Sebagaimana diungkapkan oleh Patton (1998) dalam
Afifudin dan Ahmad (2009:41), bahwa
“pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
(pewawancara) mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkret dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung.”
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada dua orang
pengelola, dua orang tutor, dan 3 orang tua dari warga belajar. dengan tujuan
untuk mengumpulan data tentang Penggunaan Metode Bercerita Dalam
Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Pada Sekolah Minggu
Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung. Adapun permasalahan yang
ditanyakan oleh peneliti, diantaranya: proses penggunaan metode bercerita dan
hasil yang dicapai dalam mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini
melalui metode bercerita.
3. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan oleh penulis, yaitu
studi dokumentasi. Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokemen. Sebagaimana
dikemukakan oleh Arikunto (2006:158), “ didalam melaksanakan metode
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya”.
Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang
sudah tersedia dalam catatan dokemen dengan tujuan untuk memperoleh data
tertulis yang diperlukan untuk melengakapi data penelitian, yaitu dengan jalan
membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokemen yang sekiranya berhubungan
dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah satu
sumber pengumpulan data berupa foto, profil, dan data warga belajar.
4. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan oleh penulis untuk memperoleh konsep dan
teori-teori sebagai dasar pemikiran dan bahan acuan bagi penulis melalui
buku-buku, majalah, maupun tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.
adapun teori-teori yang diperoleh penulis dengan mengunakan teknik studi
kepustakaan ini, diantaranya: Konsep PAUD, Konsep Metode Bercerita, dan
Konsep Sekolah Minggu dan Konsep Aspek Perkembangan Anak. Sejalan dengan
tujuan studi kepustakaan menurut Subino (1982) dalam Lestari (2008: 62), yaitu:
“Studi Kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan pertimbangan, penguatan atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian dan untuk mengambil beberapa kesimpulan, literatur dan buku-buku yang dikaji dalam studi kepustakaan yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian”.
D. Triangulasi
“Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data”. (Sugiyono, 2008:241)
Triangulasi ini dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara dengan
beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari subjek penelitian yang satu
dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu membandingkan hasil observasi, hasil
wawancara, dan hasil studi dokumentasi dengan hasil wawancara dan hasil
observasi pengelola, tutor, warga belajar, dan orangtua warga belajar.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan
hasil wawancara yang berkaitan dengan penggunaan metode bercerita dalam
meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari
Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung, yaitu, hasil wawancara dengan dua orang
pengelola, dua orang tutor, dan observasi terhadap tiga orang tua warga belajar.
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah
atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Sehingga
langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama
lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai
dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Langkah dalam
(2008:84) yaitu “tahapan penelitian kualitatif menyajikan tiga tahapan yaitu tahap
pralapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahapan analisis data”.
1. Tahap Pralapangan
Tahap pralapangan dilaksanan peneliti sebelum pengumpulan data. Tahap
pralapangan merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum pengumpulan
data, ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian
lapangan, adapun enam kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan ini,
yaitu:
a. Menyusun rancangan penelitian, rancangan penelitian ini biasa disebut
proposal penelitian. Pada tahapan ini penulis memilih lapangan
penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,
rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan
alasan pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan
dasar dalam menentukan focus penelitian yaitu mencari teori atau
konsep yang berkaitan dengan penggunaan metode bercerita dalam
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini.
b. Memilih lapangan locus penelitian. Dalam pemilihan lokasi penelitian,
penulis melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis
dengan kenyataan/praktek di lapangan.
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu
membaca dari kepustakaan dan mengetahui dari orang tentang objek
penelitian sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat
penelitian yang akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang
keadaan di lapangan.
e. Memilih dan memanfaatkan Responden. Responden yang dipilih oleh
penulis sendiri disesuaiakan dengan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis serta responden tersebut dirasakan dapat mewakili keseluruhan.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. perlengkapan yang dipersiapkan
oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya: perlengkapan
fisik, surat izin mengadakan penelitian dari Universitas, kontak dengan
daerah yang menjadi latar penelitian yaitu Gereja Gekari Kota Tanpa
Tembok Cabang Bandung.
g. Persoalan etika penelitian. karena dalam penelitian kualitatif adalah
orang sebagai alat yang mengumpulkan data. Penulis berhubungan
dengan orang-orang, baik secara perseorangan maupun secara kelompok
atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasaakan serta menghayati
bersama tata cara hidup dalam latar penelitian. sehingga penulis harus
menyesuaikan diri dengan orang-orang yang berada di lingkungan yang
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap kegiatan lapangan merupakan kegiatan peneliti yang dilakukan
langsung ditempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan lapangan dibagi atas tiga
bagian yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis
mengklasifikasiakan subjek penelitian yang sesuai dengan alat
pengumpul data yang digunakan dengan melihat kepada subjek
penelitian yang ada pada latar penelitian serta data yang harus
dikumpulkan.
b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga
dapat terjadi keakraban dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis
dan subjek penelitian. adapun kegiatan yang dilakukan oleh penulis,
diatantaranya:
1) Mengadakan wawancara dengan tutor sebagai subjek penelitian
utama yang difokuskan pada penggunaan metode bercerita dalam
meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini. Wawancara pula
dilakukan kepada pengelola Sekolah Minggu dan orangtua warga
belajar.
2) Melakukan observasi terhadap tutor selama kegiatan pembelajaran di
Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang
3) Melakukan observasi terhadap anak sebagai warga belajar selama
kegiatan pembelajaran di Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota
Tanpa Tembok Cabang Bandung.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data. Penulis ketika melakukan
penelitian tidak hanya melakukan penelitian terhadap mengembangkan
aspek perkembangan anak usia dini., namun peneliti juga ikut
berpartisifasi dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Minggu Gereja
Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung.
3. Tahap Analisis Data
Terdapat beberapa prinsip pokok dalam analisis data, prinsip tersebut
meliputi konsep dasar, menemukan tema dan merumuskan hipotesis, serta bekerja
dengan hipotesis.
F. Teknik Analisis Data
Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga
teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif yang dikembangkan oleh Miler dan Huberman.
Menurut Miler dan Huberman dalam barsowi dan Suwandi (2008: 209),
menyatakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yang
(verifikasi). Langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti, sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabtraksian dan pengtransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian.
Kegiatan reduksi data yang dilakukan oleh penulis pada awal penelitian,
diantaranya: menentukan kerangka konseptual, menentukan permasalahan,
menentukan pendekatan dalam pengumpulan data yang diperoleh. Sedangkan
proses reduksi selama pengumpulan data yaitu: membuat ringkasan, memberikan
kode pada aspek-aspek tertentu, mencari tema-tema, menulis memo, dan lain-lain.
Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang direduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga
mempermudah penulis untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan.
2. Penyajian Data/Display Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk
penyajiannya antara lain berupa tek naratif, matriks, grafik, jaringan/network, dan
Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga berupa
bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data.
Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penyajian secara sistematis,
agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks
yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan lainnya. Dalam
proses ini, data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Dalam tahap ini, penulis membuat rumusan proposisi yang terkait
dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada,
pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan.
Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan „temuan
baru‟ yang berbeda dari temuan yang sudah ada.
Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawabann sementara atas
pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil wawancara, sstudi
dokementasi, dan observasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara
dan masih sangat kabur serta diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa
harus di verifikasi selama penelitian berlangsung hingga akhirnya tercapai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode bercerita dalam
meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari
Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Kesimpulan Umum
Tahun-tahun awal pada anak merupakan masa yang sangat penting dalam
membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku sosial. Anak dilahirkan dengan
suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, namun hal ini perlu didukung
oleh keluarga dan lingkungannya supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal
dan kelak ia menjadi orang yang dewasa berkualitas, insan yang seimbang, rohani,
emosi, dan jasmani serta berguna bagi dirinya, keluarga maupun bangsa dan
negara. Stimulus lingkungan akan berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan
antar sel-sel otak, akan membentuk jaringan komunikasi antar sel-sel otak dan
bersama-sama melakukan tugas koordinasi berbagai aspek perkembangan, baik
perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosional, sosial dan spiritual.
Pendidikan anak usia dini sangat penting, karena merupakan peletak dasar
bagi pendidikan anak selanjutnya. Pada masa ini merupakan perkembangan yang
dikembangkan sejak usia dini secara optimal akan memberikan kontribusi yang
besar sebagai modal awal dalam kehidupan masyarakat.
Dari aspek pendidikan stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan
rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup; 1)
penanaman nilai-nilai dasar (pendidikan budi pekerti dan agama), 2) pembentukan
sikap (disiplin dan kemandirian), 3) pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,
motorik, kognitif dan social). Pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus
dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal
Untuk meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak diperlukan
kesabaran dan keuletan, karena memberikan rangsangan-rangsangan dibutuhkan
waktu yang tidak sebentar. Meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak usia
dini dimulai sejak dini, ketika anak masih bayi. Orang tua harus terus menerus
membimbing anak untuk menumbuhkan seluruh potensi anak. Namun hal tersebut
akan sangat sulit jika orangtuanya bekerja, sehingga tugas tersebut akan menjadi
dari pendidikan luar sekolah, salah satunya sekolah minggu.
Tutor akan memiliki peran penting dalam meningkatkan seluruh aspek
perkembangan anak. Peran tersebut adalah memilih metoda yang sesuai dengan
aspek perkembangan anak, cara mendidik anak yang tepat dan memilihkan
kegiatan-kegiatan positif yang dapat meningkatkan aspek perkembangan anak, ,
sehingga diperlukan metoda yang cocok untuk meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini seperti melalui metoda bercerita.
Metoda bercerita dirasakan akan sangat membantu dalam meningkatkan
ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir logis,
pengaturan diri, pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku,
serta pola umum dan makna cerita (karakter, ide, konsep logis, dan peristiwa
penting yang bermanfaat.
2. Kesimpulan Khusus
Penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan
anak usia pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota
Bandung, mendeskripsikan tentang gambaran umum mengenai proses
pembelajaran penggunaan metode bercerita pada kegiatan sekolah minggu,
aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang ditingkatkan melalui metode bercerita
dan bentuk peningkatannya, serta faktor penghambat dan faktor pendukung yang
dihadapi dalam penggunaan metode bercerita serta cara mengatasi faktor
penghambat tersebut.
a. Keadaan/Kondisi Objektif Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung
Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok, gereja ini memiliki
empat cabang sekolah minggu diantaranya: Jakarta, Depok, Manado, Bandung.
Dengan berbagai pertimbangan penulis mengambil sekolah minggu Gereja Gekari
Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung yang terletak di Jalan Sudirman No
192b. Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung adalah
22 Januari 2002. Program Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang
Kota Bandung ini awalnya berdiri hanya terdiri dari 10 anak di bawah usia 12
tahun namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya anggota jemaat,
program sekolah minggu yang di laksanakan pun semakin meluas ke anak-anak
batita, balita, anak usia dibawah 12 tahun. Kelas-kelas dikelompokkan
berdasarkan usia. Buku-buku pelajaran dan guru juga disiapkan untuk
masing-masing kelompok usia. Setiap kelas ditangani 1-3 orang guru tergantung jumlah
dan keadaan murid serta pertimbangan gereja. Sekolah Minggu Gekari Kota
Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung memiliki 5 tutor sampai saat ini, dan
memiliki 3 kelas, diantaranya: Kelas Batita (untuk anak-anak dibawah usia 3
tahun), Kelas Balita (untuk anak usia 3-5 tahun),Kelas Pratama (untuk
anak-anak usia 6-9 tahun).
b. Proses Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita Pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung Pada tahap perencanaan pembelajaran metode bercerita pada kegiatan
sekolah minggu, kepala/pengelola dan tutor sekolah minggu merencanakan
aspek-aspek penting dalam kegiatan pembelajaran sekolah minggu, diantarnya
menetapkan tema dan tujuan cerita dalam kegiatan sekolah minggu, menetapkan
kegiatan yang akan dilakukan (termasuk cerita yang akan disampaikan), serta
menetapkan jenis permainan yang diperlukan sesuai dengan cerita dan media (alat
Hal tersebut dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan penggunaan metode cerita
dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini.
Pelaksanaan pembelajaran penggunaan metode cerita pada Sekolah Minggu
Gekari Kota Tanpa Tembok terdiri dari beberapa langkah yang telah dirancang
oleh tutor sebelumnya, dimana pada langkah pelaksanaan pembelajaran
penggunaan metode bercerita pada sekolah minggu ini tutor melakukan beberapa
pijakan, antara lain: pijakan pengalaman sebelum bercerita, pijakan pengalaman
selama bercerita dan pijakan pengalaman setelah selesai bercerita. Pijakan-pijakan
pengalaman yang dilakukan tutor dilakukan untuk memfokuskan warga belajar
untuk menerima pembelajaran, mengatur posisi warga belajar,
mengkomunikasikan tujuan cerita yang akan dilakukan sesuai dengan
tema/kegiatan rutin, langkah terakhir yaitu tanya jawab mengenai cerita pada
kegiatan sekolah minggu telah dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran sekolah
minggu dengan metode bercerita ini dapat divariasikan dengan kegiatan lain
seperti bernyanyi, bermain, dan lain sebaginya.
Di sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok ini yang menjadi evaluasi
adalah tutor-tutor kelas masing-masing (para wali kelas masing-masing) karena
merekalah yang mengetahui apa saja perkembangan yang terjadi dan kekurangan
dari cara mengajar mereka dana cara penyampaikan pesan anak-anak berhasil atau
tidaknya. Evaluasi dilakukan dengan cara kunjungan, wawancara, observasi
dengan menggunakan angket, dokumentasi. Aspek-aspek yang di evaluasi adalah
ke anak-anak. Tindak lanjutnya adalah tutor mengubah kekurangan atau masalah
yang belum teratasi bahkan ada masalah baru yang muncul.
c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Yang Ditingkatkan Melalui Metode Bercerita Pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung
Aspek-aspek perkembangan yang ditingkatkan melalui metode bercerita
adalah berbagai aspek perkembangan, seperti aspek perkembangan intelektual,
fisik, sosio-emosional, koqnitif, spiritual dan aspek perkembangan bahasa.
Prinsip-prinsip dalam peningkatan aspek perkembangan anak usia dini, sebagai
berikut:
- Seluruh aspek perkembangan anak (fisik, sosial, emosional, dan kognitif)
saling terkait satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi.
- Program pembelajaran yang dibuat memenuhi kebutuhan anak di semua
domain, tidak sekedar mengembangkan satu domain saja, seumpama kognitif
saja sementara domain lain diabaikan. Anak akan menggunakan bahasa untuk
menunjukkan kemampuan kognisinya, demikian juga dengan fisik dan sosial
emosional berkaitan erat.
- Perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Pemahaman terhadap perilaku dan kemampuan akan memudahkan pendidik
mengamati pola-pola pada umumnya, sehingga memudahkannya memberikan
rangsangan dan dukungan sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
dipaksa melompati tahap-tahap yang semestinya dilalui. Anak memerlukan
waktu untuk melewati proses tahap demi tahap.
- Setiap anak memiliki proses perkembangan yang berbeda satu dengan yang
lain.
- Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberikan kesempatan
untuk melatih keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan yang
sudah dimiliknya sekarang.
d. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Faktor pendorong pada penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan
aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa
Tembok, adalah lembaga, kompetensi pengelola Sekolah Minggu, kompetensi
tutor, warga belajar, orang tua, serta sarana dan prasarana. Sedangkan yang
menjadi faktor penghambat penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan
aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa
Tembok, antara lain kurangnya kerjasama dan koordinasi antara pengelola
Sekolah Minggu dan tutor, sikap anak yang mudah bosan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, serta kurangnya komunikasi antara orang tua dan tutor
yang kurang berjalan dengan baik dan kurangnya pemahaman orang tua terhadap
B. Saran/Rekomendasi
Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai penggunaan metode bercerita
dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu
Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, maka perlu kiranya penulis
kemukakan saran/rekomendasi yang dapat berguna bagi semua pihak,
diantaranya:
1. Bagi Kepala/Pengelola dan Tutor Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa
Tembok Cabang Kota Bandung
a. Kepala/Pengelola hendaknya memiliki kemampuan yang baik dalam
bercerita sehingga pesan cerita dapat tersampaikan dengan baik.
b. Kepala/Pengelola melakukan koordinasi lebih dalam lagi dengan tutor
mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga adanya
persamaan persefsi satu sama lain.
c. Kepala/Pengelola lebih memperhatikan kondisi sarana/prasarana
kegiatan anak pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok
Cabang Kota Bandung sehingga dapat mendukung kegiatan anak dalam
mengembangkan aspek perkembangan masing-masing anak.
d. Kepala/pengelola dan tutor perlu memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak dengan lebih seksama, dan memberikan kebebasan
2. Bagi Orang tua Warga Belajar Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok
Cabang Kota Bandung
a. Orang tua diharapkan dapat menerapkan metode bercerita di rumah
dengan memberikan contoh pekerjaan kepada anak-anaknya bahwa
mereka bisa melaksankan kegiatan tersebut sendiri.
b. Orang tua tidak memaksakan kehendaknya dalam melaksankan kegiatan
yang anak ingin lakukan, agar anak dapat meningkatkan aspek
perkembangan yang dimilikinya. Orang tua harus mengetahui
aspek-aspek perkembangan anak.
c. Orang tua harus ikut terlibat dalam pembelajaran anak di Sekolah
Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung sehingga
terdapat persamaan antara kegiatan pembelajaran anak di Sekolah
Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, di rumah
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Saebeni, B.A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Edisi
Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Barsowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Cropley. (2001). Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Dariyo, A. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Jakarta: Grassindo.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan
taman Penitipan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah.
Direktorat Pendidikan Luar Sekolah dan Kepemudaan. (2002). Bahan Sosialisasi
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Depdiknas.
Direktorat PADU. (2002). Acuan Menu Pembelajaan pada Pendidikan Anak Usia
Dini (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat PADU – Ditjen PLSP – Depdiknas.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Airlangga.
Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia.
Leo, S. (2008). Kiat Sukses Mengelola & Mengajar Sekolah Minggu. Yogyakarta: ANDI
Lestari, A. R. (2008). Penerapan Pendekatan BCCT dalam Mengembangkan
Multiole Intelligences Anak Usia Dini Pada Kelompok Bermain Al-Azmi.
Skripsi Sarjana pada Jurusan PLS FIP UPI: tidak diterbitkan.
Maleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Monk, dkk. (1991). Psikologi Perkembangan: Pengantar dengan Berbagai
Nazir, M. (2003). Metoda Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Lie, P. (2003). Mereformasi Sekolah Minggu. Yogyakarta: ANDI
Sari, D.V. (2008). Peningkatan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Program
Pengembagan Kemandirian di PAUD POSYANDU. Skripsi Sarjana pada
Jurusan Pedagogi Program Studi PGPAUD FIP UPI: tidak diterbitkan.
Sudjana S, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falasafah, Teori Pendukung, serta Asas). Bandung:
Falah Production.
_____________. (2004). Pendidikan Nonformal (Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat & Teori Pendukung, serta Asas). Bandung: Falah
Production.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suryabarata. S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyanto, S. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.