• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI : Studi Kasus Pada Kelas Balita Umur 3-5 Tahun Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI : Studi Kasus Pada Kelas Balita Umur 3-5 Tahun Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK………..

KATA PENGANTAR………

UCAPAN TERIMA KASIH………... DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL………... DAFTAR BAGAN……….

DAFTAR GRAFIK……….

i ii iii vi ix x xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………

B. Identifikasi Masalah………..

C. Rumusan Masalah……….

D. Pertanyaan Penelitian ………...

E. Tujuan Penelitian………...

F. Kegunaan Penelitian ……….

G. Anggapan Dasar ………...

H. Definisi Operasional………..

I. Sistematika Penulisan………

1 5 6 6 7 8 8 10 12

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini………..

1. Pengertian AUD………..

2. Pengertian PAUD………

3. Tujuan dan Fungsi PAUD………...

4. Pentingnya PAUD………..

B. Sekolah Minggu Sebagai Satuan PAUD Sejenis pada Pendidikan

Luar Sekolah……….

1. Pendidikan Luar Sekolah………

2. Sekolah Minggu………..

C. Konsep Metode Bercerita……….

1. Pengertian Metode Bercerita ………..

2. Tujuan Metode Bercerita ………

3. Manfaat Bercerita ………..

4. Penerapan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek

Perkembangan AUD………

5. Kelebihan Metode Bercerita………

D. Konsep Aspek Perkembangan AUD……….

1. Pengertian Perkembangan………...

2. Aspek-Aspek Perkembangan AUD……….

3. Karakteristik Perkembangan AUD……….

(2)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian………..

B. Subjek Penelitian………...

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data………

1. Observasi………..

2. Wawancara………...

3. Studi Dokumentasi………...

4. Studi Kepustakaan………

D. Triangulasi……….

E. Langkah-langkah pengumpulan Data………

1. Tahap Pralapangan………...

2. Tahap Kegiatan Lapangan………...

3. Tahap Analisis Data……….

F. Teknik Analisis Data……….

1. Reduksi Data………

2. Penyajian Data……….

3. Menarik Kesimpulan………

64 67 67 68 69 70 71 71 72 73 75 76 76 77 77 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….

B. Hasil Penelitian………..

1. Identitas Informan...………...……….

2. Pendapat Informan………..

a. Keadaan/Kondisi Objektif Sekolah Minggu GKTT Cabang

Kota Bandung………....

b. Proses Pembelajaran AUD Melalui Metode Bercerita pada Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota Bandung……… c. Aspek-Aspek Perkembangan AUD yang Ditingkatkan

Melalui Metode Bercerita pada Sekolah Minggu GKTT

Cabang Kota Bandung………...

d. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat dalam Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek Perkembangan AUD pada Sekolah Minggu GKTT Cabang

Kota Bandung ………...

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….

a. Proses Pembelajaran AUD Melalui Metode Bercerita dalam

Meningkatkan Aspek Perkembangan AUD………... b. Aspek-Aspek Perkembangan AUD yang Ditingkatkan

Melalui Metode Bercerita………

c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek

Perkembangan AUD………..

(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………

B. Saran/Rekomendasi………...

132 139

DAFTAR PUSTAKA……….

RIWAYAT HIDUP………

141 143

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1

2.2

2.3

Tahap Perkembangan Motorik Anak………...

Indikator Perkembangan Sosio-Emosional Yang Umum Pada

Awal Masa Anak-Anak………

Karakteristik Anak Usia Dini………... 50

53

59

4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama..……….. 79

4.2 Identitas Informan……… 80

4.3 Daftar Tutor Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota Bandung……. 85

4.4 Daftar Nama Warga Belajar………. 86

4.5

4.6

Sarana Prasarana Sekolah Minggu GKTT Cabang Kota

Bandung………

Kurikulum Kelas Balita Usia 3-5 tahun………... 87

[image:4.595.123.504.163.576.2]
(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

(6)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

[image:6.595.125.484.189.574.2]
(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman serta penyebaran informasi yang makin merata

membuat banyak perubahan pada berbagai sendi kehidupan masyarakat di

Indonesia. Salah satu upaya yang paling mendasar dalam rangka mengembangkan

potensi manusia adalah melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini pendidikan

memegang peranan yang cukup penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa

dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan mandiri.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, menyatakan

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Mengacu pada pernyataan diatas, pendidikan sangat diperlukan oleh setiap

individu dalam upaya peningkatan peranannya dimasa yang akan datang.

Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan

pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya

dan sekaligus memenuhi tuntutan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan

(8)

Tahun-tahun awal pada anak merupakan masa yang sangat penting dalam

membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku sosial. Anak dilahirkan dengan

suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, namun hal ini perlu didukung

oleh keluarga dan lingkungannya supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal

dan kelak ia menjadi orang yang dewasa berkualitas, insan yang seimbang, rohani,

emosi, dan jasmani serta berguna bagi dirinya, keluarga maupun bangsa dan

negara. Stimulus lingkungan akan berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan

antar sel-sel otak, akan membentuk jaringan komunikasi antar sel-sel otak dan

bersama-sama melakukan tugas koordinasi berbagai aspek perkembangan, baik

perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosional, sosial dan spiritual.

Pendidikan anak usia dini sangat penting, karena merupakan peletak dasar

bagi pendidikan anak selanjutnya. Pada masa ini merupakan perkembangan yang

sangat pesat, baik perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa,

sosial maupun spiritualnya. Berbagai dimensi perkembangan anak apabila

dikembangkan sejak usia dini secara optimal akan memberikan kontribusi yang

besar sebagai modal awal dalam kehidupan masyarakat. Hal itu didasari pula oleh

pemerintahan Republik Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengenai pendidikan anak usia dini, yang berbunyi sebagai berikut:

(9)

Pendidikan anak usia dini merupakan basis penentu atau pembentukan

karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa. Hal ini dikarenakan

pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumberdaya manusia mendatang

ditentukan pada bagaimana penanaman sejak anak usia dini. Masa ini merupakan

masa yang tepat untuk melestarikan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik,

bahasa, sosial, emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga

untuk pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar

pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Dari aspek pendidikan stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan

rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup; 1)

penanaman nilai-nilai dasar (pendidikan budi pekerti dan agama), 2) pembentukan

sikap (disiplin dan kemandirian), 3) pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,

motorik, kognitif dan social). Pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus

dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal

(Anonim, 2002:1). Oleh karena itulah pendidikan anak usia dini dipandang sangat

penting.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 28

menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur

pendidikan formal (Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang

sederajat), jalur pendidikan nonformal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan

Anak, atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau jalur pendidikan informal yang

(10)

Dalam pendidikan nonformal, sekolah minggu ini termasuk kedalam satuan

PAUD sejenis. Sebagaimana dijelaskan bahwa PAUD sejenis adalah salah satu

bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang dapat dilaksanakan secara

terintegrasi dengan berbagai program layanan anak usia dini yang telah ada di

masyarakat (seperti Pos Yandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Al

Quran, Taman Pendidikan anak Sholeh, Sekolah Minggu dan Bina Iman).

(Direktorat PAUD, 2006).

Sekolah Minggu merupakan lembaga pendidikan nonformal yang telah

mengakar di gereja. Sekolah Minggu adalah salah satu bentuk pelayanan kepada

anak-anak. Gereja-gereja di Indonesia yang terdiri dari berbagai denominasi

menggunakan beberapa istilah yang berbeda berkenaan dengan Pelayanan Anak,

yang pada dasarnya mengadopsi nilai-nilai Sekolah Minggu. Nilai tersebut berupa

kegiatan rohani dan pendidikan dalam rangka tumbuh-kembang anak.

Salah satu sekolah minggu yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Minggu

Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung yang berada di

bawah binaan Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok. Program pembelajaran anak

usia dini yang dikembangkan di Sekolah Minggu Gereja Kota Tanpa Tembok ini

dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain kelas bayi untuk 0-12bulan, kelas batita

untuk 1-3tahun, kelas Balita untuk anak usia 3-5 tahun, dll. Metode pembelajaran

yang digunakan di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok ini ialah metode

belajar yang menyenangkan bagi anak usia dini, salah satunya yaitu metode

(11)

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan

atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan

pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita juga merupakan salah

satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak.

Bercerita kepada anak merupakan metode pendidikan yang sangat efektif dan

efisien. Dunia kehidupan anak penuh dengan sukacita, maka kegiatan bercerita

harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan

untuk dapat menarik perhatian anak.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia

dini di sekolah minggu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan oleh

penulis mengenai masalah di lapangan diperolah data sebagai berikut:

1. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa sekolah minggu hanya

mengembangkan aspek spiritual anak usia dini saja.

2. Kurangnya kemampuan orangtua dalam menggunakan metode bercerita

untuk meningkatkan aspek perkembangan pada anak.

3. Kebanyakan metode bercerita hanya menggunnakan buku cerita saja atau

(12)

C. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas penelitian yang hendak dilakukan, serta agar

permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan

yang dimiliki penulis, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai

berikut: “Bagaimana penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek

perkembangan anak usia dini pada kelas Balita umur 3-5 tahun di Sekolah

Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung ?”

D. Pertanyaan Penelitian

Merujuk pada hasil identifikasi masalah diatas, peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan, adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana keadaan/kondisi objektif Pendidikan Anak Usia Dini pada

Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota

Bandung?

2. Bagaimana proses pembelajaran anak usia dini melalui metode bercerita

pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota

Bandung ?

3. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini apa saja yang ditingkatkan

melalui metode bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok

(GKTT) Cabang Kota Bandung ?

4. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi dalam

(13)

anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)

Cabang Kota Bandung ?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

penggunaan metode bercerita dalam mengembangkan aspek perkembangan anak

usia dini pada kelas Balita umur 3-5 tahun di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa

Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung. Sedangkan tujuan secara khususnya

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan/kondisi objektif Pendidikan Anak Usia Dini

pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota

Bandung.

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran anak usia dini melalui metode

bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)

Cabang Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang

ditingkatkan melalui metode bercerita pada Sekolah Minggu Gekari Kota

Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan

metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini

pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota

(14)

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritik

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi

tentang pendidikan luar sekolah khususnya mengenai pendidikan anak

usia dini.

b. Mengembangkan konsep-konsep yang ada di dalam pendidikan anak usia

dini pada Satuan PAUD Sejenis dan metode bercerita dalam

pengembangan aspek perkembangan anak usia dini.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi para praktisi, khususnya tutor dalam proses

pembelajaran anak usia dini dengan metode bercerita.

b. Sebagai bahan kajian bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut

mengenai pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan luar sekolah.

G. Anggapan Dasar

Sebagai titik tolak penelitian ini, merujuk kepada anggapan dasar sebagai

berikut:

1. Usia dini merupakan saat yang berharga untuk menanamkan nilai-nilai

nasional, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupan

(15)

2. Perkembangan seorang anak pada hakikatnya telah dimulai sejak ia

dilahirkan ke dunia. Berbagai fakta teoritis dan empiris ditunjukan dari

ilmu: fisiologi, kesehatan, sosiologi, psikologi, dan pendidikan

menunjukkan bahwa tahun-tahun awal merupakan masa yang sangat penting

dalam membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku social (Anwar dan

Ahmad, 2003:12).

3. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005: 4,12)

4. Bercerita merupakan jenis permainan yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir logis, pengaturan diri,

pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku, serta pola

umum dan makna cerita (karakter, ide, konsep logis, dan peristiwa penting

yang bermanfaat (Yuri, 1998:40 )).

5. Anak dilahirkan dengan suatu dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan

berkembang, namun hal ini perlu didukung keluarga dan lingkungannya

supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal dan kelak ia akan menjadi

orang dewasa yang berkualitas, insan yang seimbang dan harmonis dari segi

intelek, rohani, emosi, dan jasmani serta berguna baik bagi dirinya, keluarga

(16)

H. Definisi Operasional

Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

maka diuraikan pengertian istilah dalam penjelasan berikut:

1. Anak Usia Dini adalah anak usia 0-6 tahun yang merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan

selanjutnya (Direktorat PAUD, 2002). Usia dini merupakan masa yang

sangat rawan bagi seseorang, yaitu pada usia ini pendidikan akan sangat

berpengaruh yaitu sebagai pondasi bagi anak untuk memasuki usia

selanjutnya dan masa yang akan datang. Anak usia dini pada penelitian ini

yaitu anak usia 3-5 tahun yang mengikuti kegiatan sekolah minggu kelas

balita di Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT) Cabang Kota Bandung.

2. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar anak

dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Muslihatun,

1996:140). Metode bercerita disini ialah kegiatan bercerita yang dilakukan

pada awal pembelajaran untuk menceritakan atau membacakan cerita yang

mengandung nilai-nilai pendidikan kepada anak usia dini. Bercerita dapat

disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya yang dapat menanamkan

berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan

sebagainya.

3. Sekolah Minggu adalah salah satu pendidikan nonformal yang dilaksanakan

pada hari minggu dan sebuah pelayanan edukasi religius pada bagi

anak-anak (Leo, 2008:2). Pelayanan sekolah minggu adalah suatu pelayanan yang

(17)

bagi perkembangan hidup kerohanian seorang anak yang kelak menjadi

dewasa untuk menanamkan maupun memperkuat iman seorang anak. Dalam

Sekolah Minggu, anak-anak ditanamkan pengetahuan, keterampilan dan

karakter yang kuat dalam pribadi setiap anak. Sekolah minggu dalam

penelitian ini yaitu Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok

(GKTT) Cabang Kota Bandung.

4. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditunjukan bagi anak usia

dini (0-8 tahun) yang dilakukan melalui berbagai ransangan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Anak

usia dini dalam penelitian disini adalah anak usia 3-5tahun yang mengikuti

sekolah minggu kelas balita di Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok (GKTT)

5. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak

matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu evolusi

manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri

(Anwar dan Ahmad, 2003:12). Untuk memudahkan pembahasan

perkembangan anak dalam penelitian ini, penulis menggunakan istilah aspek

perkembangan anak, yaitu aspek-aspek yang dikembangkan dalam diri anak

melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Aspek-aspek perkembangan anak yang

anak meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, social, bahasa,

dan kreativitas.

(18)

harus mampu mengarahkan anak-anak sekolah minggu untuk membangun

karakter berperilaku yang jujur dan bertanggungjawab. Guru sekolah

minggu mampu memberikan pelajaran dengan berbagai metode dan upaya

untuk menarik, memotivasi, dan menggali potensi anak sekolah minggu.

Oleh karena itu guru sekolah minggu harus kreatif, inovatif, dan variatif

dalam mengajar (Leo, 2008:6).

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,

maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan

dibahas, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan uraian tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Anggapan Dasar, Definisi Operasional, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Memaparkan mengenai landasan teori dan gambaran umum mengenai dasar

penelitian, yaitu Konsep Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Minggu

Sebagai Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis Pada Pendidikan Luar

Sekolah, Konsep Metode Bercerita, Konsep Aspek Perkembangan Anak

(19)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Yang terdiri dari penjabaran mengenai Metode Penelitian, Subjek Penelitian,

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, Triangulasi Data,

Langkah-Langkah Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data mengenai gambaran,

proses, dan hasil penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek

perkembangan anak usia dini di sekolah minggu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai Hasil Penelitian, Pengolahan Data Hasil Penelitian,

dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian terdapat dua istilah penting, yaitu metode dan

penelitian. Menurut pendapat Suharsimi Arokunto (1990:34) “ Metode adalah

cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. ” Sedangkan

menurut Afifudin dan Ahmad (2009:41) “ Penelitian adalah suatu kegiatan yang

ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu, dan biasanya muncul dan

dilakukan karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin

membuktikan sesuatu. ”

Menurut Arikunto (2006:160), “Metode penelitian yaitu cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dan diperjelas

oleh Kartini Kartono (1990:20) bahwa, metode penelitian adalah cara-cara berfikir

dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan

untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Berdasarkan kecenderungan data yang di

dapat dari studi ke lapangan dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka

penelitian yang diambil oleh penulis adalah penelitian kualitatif.

(21)

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia (Creswell, 1998:15). Pada pendekatan ini, peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari persfektif partisipan (Hadjar

dalam Barsowi dan Suwandi, 2008:23). Pemahaman tersebut tidak ditentukan

terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan

social yang menjadi focus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian

ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang

kenyataan-kenyataan.

Menurut Komaruddin Sastradipoera, (2005:228-229), karakteristik

penelitian kualitatif diantaranya sebagai berikut :

1. Latar alamiah merupakan sumber data langsung dan Peneliti merupakan

instrument kunci dalam penelitian kualitatif.

2. Data kualitiatif dihimpun dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan

(22)

3. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data yang mereka peroleh dengan

cara induktif.

4. Penelitian kualitatif mempunyai kepedulian dengan proses dan sekaligus juga

mempunyai kepedulian dengan produknya.

5. Perhatian utama Peneliti kualitatif adalah jawaban atas pertanyaan bagaimana

orang, dalam kehidupan mereka, dapat dimengerti.

Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena

peneliti ingin memahami dan mengungkap keunikan secara mendalam bagaimana

penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia

dini di Sekolah Minggu GKTT Bandung secara komprensif dan rinci.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah

metode studi kasus, karena peneliti ingin mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan pada Sekolah Minggu GKTT

yang beralamat di Jalan Sudirman No. 192b Bandung, hal tersebut sesuai dengan

pendapat Maxfieled dalam Nazir (2003:57) “studi kasus atau penelitian kasus

(case study) adalah penelitian tentang status suatu subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas”. Subjek

penelitian ini berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.

“penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam” (Arikunto, 2006:142).

(23)

B. Subjek Penelitian

“Subjek penelitian merupakan orang dalam pada latar penelitian”. Secara

lebih tegas Moleong menyatakan bahwa mereka itu adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

peneliitian (Moleong dalam Suryabrata, 2003:188).

Sedangkan menurut Arikunto (2006:145), bahwa:

“Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden adalah orang yang diminita memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat”.

Penentuan subjek penelitian dipilih dengan tujuan tertentu secara purposive,

yaitu subjek penelitian diambil dengan maksud atau tujuan tertentu dan lebih

bersifat selektif, informan yang diambil sebagai subjek penelitian karena peneliti

menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi

sumber data yang mantap dan berdasarkan maksud untuk menemukan jawaban

mengenai penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek

perkembangan anak usia dini di Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok

Cabang Bandung. Maka yang menjadi subjek penelitiannya antara lain, satu orang

pengelola, dua orang tutor, dua orang tua dari warga belajar, dua orang warga

belajar.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

(24)

researcher is the key instrumen‟. Jadi peneliti adalah merupakan intrumen kunci

dalam penelitian kualitatif”.

“Instrumen penelitian adalah pengumpul data yang dirancang dan dibuat

sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.”

(Margono S, 2007:155).

Dalam melakukan pengamatan, peneliti membekali diri dengan kisi-kisi

penelitian, pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan” (Nazir, 2003:174), pendapat tersebut diperkuat

oleh Sugiyono (2008:224), bahwa:

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.

Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik

pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan

dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data seperti

prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan nyata, penulis menentukan teknik pengumpulan

data yang digunakan sebagai berikut:

1. Observasi

(25)

Tembok Cabang Bandung, keadaan lingkungan, sarana dan prasarana, serta

terhadap objek lain yang mendukung dalam proses pembelajaran yang berkaitan

dengan penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan

anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang

Bandung. Sebagaimana dikemukakan oleh Ngalim Purwanto dalam Barsowi dan

Suwandi (2008:93-94), bahwa “Observasi ialah metode atau cara-cara

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung”. Metode ini

digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar

peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang

diiteliti.

Dalam melakukan observasi ini, penulis mengunakan instrumen/alat

pengumpulan data berupa pedoman observasi. Sebagaimana dikemukakan oleh

Arikunto (2006:229), bahwa “Dalam menggunakan metode observasi cara yang

paling efektif adalah melengakpinya dengan format atau blangko pengamatan

sebagai instrumen”.

2. Wawancara

Disamping observasi, data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan

melalui wawancara. Menurut Afifudin dan Ahmad (2009:131) wawancara adalah

metode pengambilan data dengan cara menanyakan kepada seseorang yang

menjadi informan atau responden. Teknik wawancara ini digunakan oleh penulis

(26)

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan wawancara serta menggali

informasi sedalam-dalamnya, penulis mengunakan istrumen/alat pengumpul data

berupa pedoman wawancara. Sebagaimana diungkapkan oleh Patton (1998) dalam

Afifudin dan Ahmad (2009:41), bahwa

“pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti

(pewawancara) mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkret dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung.”

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada dua orang

pengelola, dua orang tutor, dan 3 orang tua dari warga belajar. dengan tujuan

untuk mengumpulan data tentang Penggunaan Metode Bercerita Dalam

Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Pada Sekolah Minggu

Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung. Adapun permasalahan yang

ditanyakan oleh peneliti, diantaranya: proses penggunaan metode bercerita dan

hasil yang dicapai dalam mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini

melalui metode bercerita.

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan oleh penulis, yaitu

studi dokumentasi. Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk

mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokemen. Sebagaimana

dikemukakan oleh Arikunto (2006:158), “ didalam melaksanakan metode

(27)

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya”.

Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang

sudah tersedia dalam catatan dokemen dengan tujuan untuk memperoleh data

tertulis yang diperlukan untuk melengakapi data penelitian, yaitu dengan jalan

membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokemen yang sekiranya berhubungan

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah satu

sumber pengumpulan data berupa foto, profil, dan data warga belajar.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan oleh penulis untuk memperoleh konsep dan

teori-teori sebagai dasar pemikiran dan bahan acuan bagi penulis melalui

buku-buku, majalah, maupun tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.

adapun teori-teori yang diperoleh penulis dengan mengunakan teknik studi

kepustakaan ini, diantaranya: Konsep PAUD, Konsep Metode Bercerita, dan

Konsep Sekolah Minggu dan Konsep Aspek Perkembangan Anak. Sejalan dengan

tujuan studi kepustakaan menurut Subino (1982) dalam Lestari (2008: 62), yaitu:

“Studi Kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan pertimbangan, penguatan atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian dan untuk mengambil beberapa kesimpulan, literatur dan buku-buku yang dikaji dalam studi kepustakaan yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian”.

D. Triangulasi

“Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

(28)

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data”. (Sugiyono, 2008:241)

Triangulasi ini dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara dengan

beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari subjek penelitian yang satu

dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu membandingkan hasil observasi, hasil

wawancara, dan hasil studi dokumentasi dengan hasil wawancara dan hasil

observasi pengelola, tutor, warga belajar, dan orangtua warga belajar.

Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan

hasil wawancara yang berkaitan dengan penggunaan metode bercerita dalam

meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari

Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung, yaitu, hasil wawancara dengan dua orang

pengelola, dua orang tutor, dan observasi terhadap tiga orang tua warga belajar.

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah

atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Sehingga

langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama

lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai

dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Langkah dalam

(29)

(2008:84) yaitu “tahapan penelitian kualitatif menyajikan tiga tahapan yaitu tahap

pralapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahapan analisis data”.

1. Tahap Pralapangan

Tahap pralapangan dilaksanan peneliti sebelum pengumpulan data. Tahap

pralapangan merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum pengumpulan

data, ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini

ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian

lapangan, adapun enam kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan ini,

yaitu:

a. Menyusun rancangan penelitian, rancangan penelitian ini biasa disebut

proposal penelitian. Pada tahapan ini penulis memilih lapangan

penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,

rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan

alasan pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan

dasar dalam menentukan focus penelitian yaitu mencari teori atau

konsep yang berkaitan dengan penggunaan metode bercerita dalam

mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini.

b. Memilih lapangan locus penelitian. Dalam pemilihan lokasi penelitian,

penulis melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis

dengan kenyataan/praktek di lapangan.

(30)

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu

membaca dari kepustakaan dan mengetahui dari orang tentang objek

penelitian sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat

penelitian yang akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang

keadaan di lapangan.

e. Memilih dan memanfaatkan Responden. Responden yang dipilih oleh

penulis sendiri disesuaiakan dengan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis serta responden tersebut dirasakan dapat mewakili keseluruhan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. perlengkapan yang dipersiapkan

oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya: perlengkapan

fisik, surat izin mengadakan penelitian dari Universitas, kontak dengan

daerah yang menjadi latar penelitian yaitu Gereja Gekari Kota Tanpa

Tembok Cabang Bandung.

g. Persoalan etika penelitian. karena dalam penelitian kualitatif adalah

orang sebagai alat yang mengumpulkan data. Penulis berhubungan

dengan orang-orang, baik secara perseorangan maupun secara kelompok

atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasaakan serta menghayati

bersama tata cara hidup dalam latar penelitian. sehingga penulis harus

menyesuaikan diri dengan orang-orang yang berada di lingkungan yang

(31)

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Tahap kegiatan lapangan merupakan kegiatan peneliti yang dilakukan

langsung ditempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan lapangan dibagi atas tiga

bagian yaitu:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis

mengklasifikasiakan subjek penelitian yang sesuai dengan alat

pengumpul data yang digunakan dengan melihat kepada subjek

penelitian yang ada pada latar penelitian serta data yang harus

dikumpulkan.

b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk

menyesuaikan diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga

dapat terjadi keakraban dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis

dan subjek penelitian. adapun kegiatan yang dilakukan oleh penulis,

diatantaranya:

1) Mengadakan wawancara dengan tutor sebagai subjek penelitian

utama yang difokuskan pada penggunaan metode bercerita dalam

meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini. Wawancara pula

dilakukan kepada pengelola Sekolah Minggu dan orangtua warga

belajar.

2) Melakukan observasi terhadap tutor selama kegiatan pembelajaran di

Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang

(32)

3) Melakukan observasi terhadap anak sebagai warga belajar selama

kegiatan pembelajaran di Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota

Tanpa Tembok Cabang Bandung.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data. Penulis ketika melakukan

penelitian tidak hanya melakukan penelitian terhadap mengembangkan

aspek perkembangan anak usia dini., namun peneliti juga ikut

berpartisifasi dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Minggu Gereja

Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung.

3. Tahap Analisis Data

Terdapat beberapa prinsip pokok dalam analisis data, prinsip tersebut

meliputi konsep dasar, menemukan tema dan merumuskan hipotesis, serta bekerja

dengan hipotesis.

F. Teknik Analisis Data

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga

teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif yang dikembangkan oleh Miler dan Huberman.

Menurut Miler dan Huberman dalam barsowi dan Suwandi (2008: 209),

menyatakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yang

(33)

(verifikasi). Langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti, sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabtraksian dan pengtransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini

berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian.

Kegiatan reduksi data yang dilakukan oleh penulis pada awal penelitian,

diantaranya: menentukan kerangka konseptual, menentukan permasalahan,

menentukan pendekatan dalam pengumpulan data yang diperoleh. Sedangkan

proses reduksi selama pengumpulan data yaitu: membuat ringkasan, memberikan

kode pada aspek-aspek tertentu, mencari tema-tema, menulis memo, dan lain-lain.

Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya untuk

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang direduksi

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga

mempermudah penulis untuk mencari kembali data yang diperoleh bila

diperlukan.

2. Penyajian Data/Display Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk

penyajiannya antara lain berupa tek naratif, matriks, grafik, jaringan/network, dan

(34)

Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga berupa

bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data.

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penyajian secara sistematis,

agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks

yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan lainnya. Dalam

proses ini, data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Dalam tahap ini, penulis membuat rumusan proposisi yang terkait

dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada,

pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan.

Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan „temuan

baru‟ yang berbeda dari temuan yang sudah ada.

Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawabann sementara atas

pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil wawancara, sstudi

dokementasi, dan observasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara

dan masih sangat kabur serta diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa

harus di verifikasi selama penelitian berlangsung hingga akhirnya tercapai

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode bercerita dalam

meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari

Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan, sebagai

berikut:

1. Kesimpulan Umum

Tahun-tahun awal pada anak merupakan masa yang sangat penting dalam

membentuk intelegensi, kepribadian dan perilaku sosial. Anak dilahirkan dengan

suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, namun hal ini perlu didukung

oleh keluarga dan lingkungannya supaya tumbuh kembang berjalan secara optimal

dan kelak ia menjadi orang yang dewasa berkualitas, insan yang seimbang, rohani,

emosi, dan jasmani serta berguna bagi dirinya, keluarga maupun bangsa dan

negara. Stimulus lingkungan akan berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan

antar sel-sel otak, akan membentuk jaringan komunikasi antar sel-sel otak dan

bersama-sama melakukan tugas koordinasi berbagai aspek perkembangan, baik

perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosional, sosial dan spiritual.

Pendidikan anak usia dini sangat penting, karena merupakan peletak dasar

bagi pendidikan anak selanjutnya. Pada masa ini merupakan perkembangan yang

(36)

dikembangkan sejak usia dini secara optimal akan memberikan kontribusi yang

besar sebagai modal awal dalam kehidupan masyarakat.

Dari aspek pendidikan stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan

rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup; 1)

penanaman nilai-nilai dasar (pendidikan budi pekerti dan agama), 2) pembentukan

sikap (disiplin dan kemandirian), 3) pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,

motorik, kognitif dan social). Pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus

dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal

Untuk meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak diperlukan

kesabaran dan keuletan, karena memberikan rangsangan-rangsangan dibutuhkan

waktu yang tidak sebentar. Meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak usia

dini dimulai sejak dini, ketika anak masih bayi. Orang tua harus terus menerus

membimbing anak untuk menumbuhkan seluruh potensi anak. Namun hal tersebut

akan sangat sulit jika orangtuanya bekerja, sehingga tugas tersebut akan menjadi

dari pendidikan luar sekolah, salah satunya sekolah minggu.

Tutor akan memiliki peran penting dalam meningkatkan seluruh aspek

perkembangan anak. Peran tersebut adalah memilih metoda yang sesuai dengan

aspek perkembangan anak, cara mendidik anak yang tepat dan memilihkan

kegiatan-kegiatan positif yang dapat meningkatkan aspek perkembangan anak, ,

sehingga diperlukan metoda yang cocok untuk meningkatkan aspek

perkembangan anak usia dini seperti melalui metoda bercerita.

Metoda bercerita dirasakan akan sangat membantu dalam meningkatkan

(37)

ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir logis,

pengaturan diri, pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku,

serta pola umum dan makna cerita (karakter, ide, konsep logis, dan peristiwa

penting yang bermanfaat.

2. Kesimpulan Khusus

Penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan aspek perkembangan

anak usia pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota

Bandung, mendeskripsikan tentang gambaran umum mengenai proses

pembelajaran penggunaan metode bercerita pada kegiatan sekolah minggu,

aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang ditingkatkan melalui metode bercerita

dan bentuk peningkatannya, serta faktor penghambat dan faktor pendukung yang

dihadapi dalam penggunaan metode bercerita serta cara mengatasi faktor

penghambat tersebut.

a. Keadaan/Kondisi Objektif Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung

Sekolah Minggu Gereja Gekari Kota Tanpa Tembok, gereja ini memiliki

empat cabang sekolah minggu diantaranya: Jakarta, Depok, Manado, Bandung.

Dengan berbagai pertimbangan penulis mengambil sekolah minggu Gereja Gekari

Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung yang terletak di Jalan Sudirman No

192b. Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Bandung adalah

(38)

22 Januari 2002. Program Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang

Kota Bandung ini awalnya berdiri hanya terdiri dari 10 anak di bawah usia 12

tahun namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya anggota jemaat,

program sekolah minggu yang di laksanakan pun semakin meluas ke anak-anak

batita, balita, anak usia dibawah 12 tahun. Kelas-kelas dikelompokkan

berdasarkan usia. Buku-buku pelajaran dan guru juga disiapkan untuk

masing-masing kelompok usia. Setiap kelas ditangani 1-3 orang guru tergantung jumlah

dan keadaan murid serta pertimbangan gereja. Sekolah Minggu Gekari Kota

Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung memiliki 5 tutor sampai saat ini, dan

memiliki 3 kelas, diantaranya: Kelas Batita (untuk anak-anak dibawah usia 3

tahun), Kelas Balita (untuk anak usia 3-5 tahun),Kelas Pratama (untuk

anak-anak usia 6-9 tahun).

b. Proses Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita Pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung Pada tahap perencanaan pembelajaran metode bercerita pada kegiatan

sekolah minggu, kepala/pengelola dan tutor sekolah minggu merencanakan

aspek-aspek penting dalam kegiatan pembelajaran sekolah minggu, diantarnya

menetapkan tema dan tujuan cerita dalam kegiatan sekolah minggu, menetapkan

kegiatan yang akan dilakukan (termasuk cerita yang akan disampaikan), serta

menetapkan jenis permainan yang diperlukan sesuai dengan cerita dan media (alat

(39)

Hal tersebut dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan penggunaan metode cerita

dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini.

Pelaksanaan pembelajaran penggunaan metode cerita pada Sekolah Minggu

Gekari Kota Tanpa Tembok terdiri dari beberapa langkah yang telah dirancang

oleh tutor sebelumnya, dimana pada langkah pelaksanaan pembelajaran

penggunaan metode bercerita pada sekolah minggu ini tutor melakukan beberapa

pijakan, antara lain: pijakan pengalaman sebelum bercerita, pijakan pengalaman

selama bercerita dan pijakan pengalaman setelah selesai bercerita. Pijakan-pijakan

pengalaman yang dilakukan tutor dilakukan untuk memfokuskan warga belajar

untuk menerima pembelajaran, mengatur posisi warga belajar,

mengkomunikasikan tujuan cerita yang akan dilakukan sesuai dengan

tema/kegiatan rutin, langkah terakhir yaitu tanya jawab mengenai cerita pada

kegiatan sekolah minggu telah dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran sekolah

minggu dengan metode bercerita ini dapat divariasikan dengan kegiatan lain

seperti bernyanyi, bermain, dan lain sebaginya.

Di sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok ini yang menjadi evaluasi

adalah tutor-tutor kelas masing-masing (para wali kelas masing-masing) karena

merekalah yang mengetahui apa saja perkembangan yang terjadi dan kekurangan

dari cara mengajar mereka dana cara penyampaikan pesan anak-anak berhasil atau

tidaknya. Evaluasi dilakukan dengan cara kunjungan, wawancara, observasi

dengan menggunakan angket, dokumentasi. Aspek-aspek yang di evaluasi adalah

(40)

ke anak-anak. Tindak lanjutnya adalah tutor mengubah kekurangan atau masalah

yang belum teratasi bahkan ada masalah baru yang muncul.

c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Yang Ditingkatkan Melalui Metode Bercerita Pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung

Aspek-aspek perkembangan yang ditingkatkan melalui metode bercerita

adalah berbagai aspek perkembangan, seperti aspek perkembangan intelektual,

fisik, sosio-emosional, koqnitif, spiritual dan aspek perkembangan bahasa.

Prinsip-prinsip dalam peningkatan aspek perkembangan anak usia dini, sebagai

berikut:

- Seluruh aspek perkembangan anak (fisik, sosial, emosional, dan kognitif)

saling terkait satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi.

- Program pembelajaran yang dibuat memenuhi kebutuhan anak di semua

domain, tidak sekedar mengembangkan satu domain saja, seumpama kognitif

saja sementara domain lain diabaikan. Anak akan menggunakan bahasa untuk

menunjukkan kemampuan kognisinya, demikian juga dengan fisik dan sosial

emosional berkaitan erat.

- Perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Pemahaman terhadap perilaku dan kemampuan akan memudahkan pendidik

mengamati pola-pola pada umumnya, sehingga memudahkannya memberikan

rangsangan dan dukungan sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak

(41)

dipaksa melompati tahap-tahap yang semestinya dilalui. Anak memerlukan

waktu untuk melewati proses tahap demi tahap.

- Setiap anak memiliki proses perkembangan yang berbeda satu dengan yang

lain.

- Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberikan kesempatan

untuk melatih keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan yang

sudah dimiliknya sekarang.

d. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penggunaan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Faktor pendorong pada penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan

aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa

Tembok, adalah lembaga, kompetensi pengelola Sekolah Minggu, kompetensi

tutor, warga belajar, orang tua, serta sarana dan prasarana. Sedangkan yang

menjadi faktor penghambat penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan

aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa

Tembok, antara lain kurangnya kerjasama dan koordinasi antara pengelola

Sekolah Minggu dan tutor, sikap anak yang mudah bosan dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran, serta kurangnya komunikasi antara orang tua dan tutor

yang kurang berjalan dengan baik dan kurangnya pemahaman orang tua terhadap

(42)

B. Saran/Rekomendasi

Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai penggunaan metode bercerita

dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini pada Sekolah Minggu

Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, maka perlu kiranya penulis

kemukakan saran/rekomendasi yang dapat berguna bagi semua pihak,

diantaranya:

1. Bagi Kepala/Pengelola dan Tutor Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa

Tembok Cabang Kota Bandung

a. Kepala/Pengelola hendaknya memiliki kemampuan yang baik dalam

bercerita sehingga pesan cerita dapat tersampaikan dengan baik.

b. Kepala/Pengelola melakukan koordinasi lebih dalam lagi dengan tutor

mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga adanya

persamaan persefsi satu sama lain.

c. Kepala/Pengelola lebih memperhatikan kondisi sarana/prasarana

kegiatan anak pada Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok

Cabang Kota Bandung sehingga dapat mendukung kegiatan anak dalam

mengembangkan aspek perkembangan masing-masing anak.

d. Kepala/pengelola dan tutor perlu memperhatikan kebutuhan

perkembangan anak dengan lebih seksama, dan memberikan kebebasan

(43)

2. Bagi Orang tua Warga Belajar Sekolah Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok

Cabang Kota Bandung

a. Orang tua diharapkan dapat menerapkan metode bercerita di rumah

dengan memberikan contoh pekerjaan kepada anak-anaknya bahwa

mereka bisa melaksankan kegiatan tersebut sendiri.

b. Orang tua tidak memaksakan kehendaknya dalam melaksankan kegiatan

yang anak ingin lakukan, agar anak dapat meningkatkan aspek

perkembangan yang dimilikinya. Orang tua harus mengetahui

aspek-aspek perkembangan anak.

c. Orang tua harus ikut terlibat dalam pembelajaran anak di Sekolah

Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung sehingga

terdapat persamaan antara kegiatan pembelajaran anak di Sekolah

Minggu Gekari Kota Tanpa Tembok Cabang Kota Bandung, di rumah

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Saebeni, B.A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Edisi

Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Barsowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Cropley. (2001). Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Dariyo, A. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Jakarta: Grassindo.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan

taman Penitipan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah.

Direktorat Pendidikan Luar Sekolah dan Kepemudaan. (2002). Bahan Sosialisasi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Depdiknas.

Direktorat PADU. (2002). Acuan Menu Pembelajaan pada Pendidikan Anak Usia

Dini (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat PADU – Ditjen PLSP – Depdiknas.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Airlangga.

Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia.

Leo, S. (2008). Kiat Sukses Mengelola & Mengajar Sekolah Minggu. Yogyakarta: ANDI

Lestari, A. R. (2008). Penerapan Pendekatan BCCT dalam Mengembangkan

Multiole Intelligences Anak Usia Dini Pada Kelompok Bermain Al-Azmi.

Skripsi Sarjana pada Jurusan PLS FIP UPI: tidak diterbitkan.

Maleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Monk, dkk. (1991). Psikologi Perkembangan: Pengantar dengan Berbagai

(45)

Nazir, M. (2003). Metoda Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Lie, P. (2003). Mereformasi Sekolah Minggu. Yogyakarta: ANDI

Sari, D.V. (2008). Peningkatan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Program

Pengembagan Kemandirian di PAUD POSYANDU. Skripsi Sarjana pada

Jurusan Pedagogi Program Studi PGPAUD FIP UPI: tidak diterbitkan.

Sudjana S, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falasafah, Teori Pendukung, serta Asas). Bandung:

Falah Production.

_____________. (2004). Pendidikan Nonformal (Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat & Teori Pendukung, serta Asas). Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryabarata. S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suyanto, S. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.

Gambar

Tabel  Hal
Grafik  Hal

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai karakter bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia Indonesia yang tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tetapi juga berkaitan

Dalam kaitan penelitian ini, penulis mengasumsikan bahwa kepuasan kerja guru MAN di Kabupaten Banjar itu, adalah kepuasan kerja dalam hubungannya dengan gaya kepemimpinan

Agar kegiatan penangkapan ikan lebih optimal diperlukan teknologi yang tepat untuk menentukan lokasi potensial tempat berkumpulnya ikan salah satunya dengan menggunakan citra

Hasil pengukuran faktor fisik kimia tanah pada lahan pertanian organik dan anorganik di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo didapatkan 5 faktor yang diduga

Dalam pengertian lain, UKS/UKGS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara

Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi terhadap kondisi sistem tata cahaya di rumah sakit Universitas Riau, terdapat peluang dan langkah-langkah yang memungkinkan

dalam pengabdian, N melambangkan kenyamanan bagi pelanggan atau pasien rumah sakit, T melambangkan tepat dalam tindakan, dan A melambangkan keadaan rumah sakit

Anak yang pendiam dan penurut akan cenderung memilih ternan yang sesuai dengan konsep dirt yang sudah terbentuk dalam dirinya. Konsep diri ini berkembang melalui