4.4. PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS, BERKELANJUTAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
4.4.1. Sub Agenda Peningkatan Investasi, Perdagangan Dan Pariwisata A. KONDISI UMUM
Salah satu sebab utama lambannya pemulihan ekonomi adalah buruknya
kinerja investasi akibat adanya sejumlah permasalahan yang mengganggu
setiap tahapan penyelenggaraan investasi. Kondisi tersebut telah
menyebabkan turunnya minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan
investasi, baik untuk melakukan kegiatan ekspansi usaha yang telah ada
maupun untuk merintis investasi baru. Kondisi ini perlu ditangani secara
cepat agar tidak menimbulkan dampak ekonomi yang lebih luas utamanya
dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi yang saat ini lebih banyak
didominasi oleh konsumsi daripada investasi atau ekspor. Hal ini
digambarkan oleh perkembangan penyaluran kredit bank umum di Jawa
Timur pada Triwulan IV Tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp. 17,52
trilyun atau 25,54% dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu dari Rp. 68,62 tilyun menjadi Rp. 86,12 trilyun. Sektor
perindustrian masih tetap memiliki pangsa pasar tertinggi yaitu sebesar
Rp. 21,51 trilyun atau 31,95 %, disusul sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar Rp. 18,15 trilyun atau 26,96 % dan sektor jasa-jasa
sebesar Rp. 4,36 trilyun atau 6,48 %.
Kebijakan ekonomi yang diterapkan Pemerintah Jawa Timur pada tahun
2003-2008 antara lain diarahkan untuk membuka peluang investasi sektor
swasta yang sebesar-besarnya. Namun dalam realisasinya hingga tahun
2005 kinerja investasi belum memberikan dampak sebagaimana yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian hukum dan
kurang terjaminnya stabilitas politik dan keamanan yang selanjutnya
berdampak pada belum optimalnya kinerja investasi karena angka realisasi
sangat kecil dibandingkan dengan angka persetujuan, dan bahkan ancaman
perkembangan investasi di Jawa Timur. Disisi lain meskipun kinerja investasi
belum optimal, namun secara sektoral pada tahun 2005 seluruh sektor
ekonomi mengalami pertumbuhan positif.
Kondisi ekonomi makro Jawa Timur pada tahun 2005 menunjukan adanya
pertumbuhan positif sebesar 5,84 %. Pertembuhan ekonomi Jawa Timur
tersebut sedikit meningkat dibandingkan pada tahun 2004 yang hanya
tumbuh sebesar 5,83 %. Pertumbuhan tersebut didorong oleh percepatan
pertumbuhan di sebagian sektor, kecuali pertanian serta sektor konstruksi
yang mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing tumbuh sebesar
3,16 % dan 3,48 %, sedangkan sektor-sektor yang mengalami percepatan
pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan sebesar 4,61%, sektor listrik
gas air bersih sebesar 6,72%, sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 9,15%. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan
ekonomi di Jawa Timur terus berlangsung dan semakin baik.
Kinerja investasi dalam negeri yang tercermin dari peningkatan nilai
persetujuan investasi PMDN di Jawa Timur tahun 2005 menunjukkan
pertumbuhan yang positif sebesar 5,52 trilyun mengalami peningkatan
sebesar Rp. 1,46 trilyun atau 36,04 % dari periode yang sama tahun 2004.
Sedangkan investasi dari luar negeri yang diindikasikan dari persetujuan
investasi PMA di Jawa Timur tahun 2005 tercatat sebesar US$ 554,33 juta
meningkat sebesar US$ 196,56 juta bila dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2004 yang tercatat sebesar US$ 357,77 juta.
Total ekspor migas dan non migas Jawa Timur tahun 2005 sebesar US$ 7,11
milyar atau mengalami peningkatan sebesar 14,86% dibandingkan dengan
tahun 2004. Kenaikan nilai ekspor non migas tidak lepas dari peranan sektor
industri yang menyumbang lebih dari 89%, urutan kedua ditempati sektor
pertanian 10,41%, sektor pertambangan dan yang terkecil sektor lainnya
0,04%. Sedangkan volume ekspor non migas pada tahun 2005 mencapai
6,16 juta ton atau mengalami penurunan sebesar minus 8,53%
dibandingkan dengan tahun 2004. Selanjutnya Kontribusi nilai ekspor non
tinggi, pada tahun tahun 2004 sebesar 11,07%, sedangkan sampai dengan
Desember 2005 sebesar 10,72%.
Produk ekspor non migas Jawa Timur telah tersebar ke 223 negara tujuan
ekspor. Sekitar 67,74% disumbang dari 10 negara tujuan utama yang
mendatangkan devisa US$ 5,03 milyar. Adapun 10 (sepuluh) negara tujuan
utama tersebut yaitu Jepang; Amerika serikat; Malaysia; Republik Rakyat
Cina; Australia; Thailand; Singapura; Taiwan; Belgia; Korea Selatan. Dari
kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut Jepang memberikan share terbesar
yaitu US$ 1,37 milyar atau 18,38% terhadap total ekspor Jawa Timur.
Selanjutnya berturut-turut diikuti Amerika serikat 15,03%; Malaysia 6,48%;
Republik Rakyat Cina 5,97%; Australia 5,26%; Thailand 4,82%; Singapura
3,54%; Taiwan 3,14%; Belgia 2,78%; Korea Selatan 2,34%.
Sedangkan 10 (sepuluh) kelompok produk ekspor utamanya (HS 2 digit)
yaitu Pengolahan Kayu; Pulp & Kertas; Pengolahan tembaga timah, dll;
Makanan dan Minuman; Besi baja mesin-mesin & Otomotif; Kimia Dasar;
Tekstil; Udang; Kulit / produk kulit & sepatu/alas kaki; dan Pengolahan
karet. Kesepuluh kelompok tersebut telah memberikan kontribusi sebesar
72,87% terhadap total ekspor non migas Jawa Timur dan kelompok
Pengolahan kayu masih tetap paling besar nilainya sedangkan yang terkecil
nilainya adalah kelompok Pengolahan Karet.
Kemudian kinerja impor non migas pada Tahun 2005 nilainya mencapai US$
5,22 Milyar atau meningkat 7,66% dibanding periode yang sama tahun
2004, sedangkan volumenya mencapai 10,22 juta ton atau mengalami
peningkatan 0,21% bila dibanding periode yang sama tahun 2004.
Sedangkan 10 (sepuluh) kelompok produk utama impor non migas yaitu besi
baja, mesin-mesin dan otomotif; kimia dasar; makanan & minuman;
makanan ternak; pulp dan kertas; tekstil; barang-barang kimia lainnya;
pengolahan aluminium; biji lainnya dan rokok. Sektor industri memberikan
kontribusi yang paling dominan yaitu sebesar 78,05% terhadap total impor
non migas Jawa Timur kemudian diikuti pertanian dan pertambangan serta
kelompok besi baja, mesin dan otomotif masih tetap paling besar nilainya
29,73% sedangkan yang terkecil nilainya adalah kelompok rokok 2,3%.
Perkembangan neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan
perkembangan yang cukup berfluktuatif, dimana tahun 2004 mengalami
surplus sebesar US$ 1,34 milyar. Sedangkan neraca perdagangan sampai
dengan Desember tahun 2005 telah mencapai surplus sebesar US$ 1,90
milyar.
Perkembangan kinerja Pariwisata Jawa Timur tahun 2005 secara umum
menujukkan pertumbuhan positif. Devisa yang diperoleh tahun 2005 sebesar
US $ 97.590.000,00 mengalami kenaikan sekitar 13,15 % dibanding periode
yang sama tahun 2004. Kenaikan perolehan devisa tersebut dipengaruhi
adanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, rata-rata lama
tinggal dan pengeluaran wisatawan mancanegara selama berada di Jawa
Timur. Wisatawan mancanegara yang melalui bandara Juanda tahun 2005
tercatat 87.271 kunjungan atau mengalami kenaikan 4,29 % dibanding
periode yang sama tahun 2004, rata-rata lama tinggal wisatawan manca
negara tahun 2004 sekitar 5,66 hari menjadi 7,05 hari pada tahun 2005,
sedangkan pengeluaran atau uang yang dibelanjakan wisatawan
mancanegara tahun 2004 sekitar US $ 80,38 perorang perhari menjadi
sekitar US $ 95,80 perorang perhari pada tahun 2005.
Sementara itu jumlah wisatawan nusantara yang menggunakan jasa
akomodasi (menginap) pada tahun 2004 sebesar 3.584.880 orang dan tahun
2005 diprediksi sekitar 3.909.761 orang, kunjungan wisatawan nusantara di
obyek dan daya tarik wisata pada tahun 2004 sebesar 21.276.893 dan tahun
2005 diprediksi mencapai 23.274.503 orang.
Secara umum pada saat ini prasarana Pariwisata telah tersedia di Jawa
Timur diantaranya Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, Energi listrik,
Telekomunikasi dan lain-lain. Sarana wisata yang tersedia antara lain
akomodasi sebanyak 1.167 unit dengan kapasitas 31.032 kamar yang terdiri
hotel bintang 67 unit 7.848 kamar, hotel melati 689 unit 21.263 kamar,
sedangkan restoran 18 unit 6.156 kursi, rumah makan 1.555 unit 73.783
kursi, usaha perjalanan wisata (biro, cabang dan agen perjalanan) sebanyak
276 unit.
Tenaga kerja yang terserap pada usaha pariwisata (akomodasi,
restoran/rumah makan, usaha perjalanan wisata, pengelola obyek wisata,
rekreasi dan hiburan umum) sampai dengan tahun 2005 tercatat 188.209
orang.
Terkait dengan kebijakan publik pada saat ini sedang diupayakan kebijakan
yang memudahkan pelaku usaha pariwisata mudah melakukan investasi
kepariwisataan.
Berkaitan dengan alternatif pembiayaan pembangunan, saat ini sedang
disusun beberapa bisnis plan yang diharapkan mampu memberikan
informasi kepada investor agar berminat melakukan investasi di Jawa Timur
sehingga investasi usaha pariwisata bergairah kembali.
B. SASARAN TAHUN 2007
Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi,
perdagangan dan pariwisata pada tahun 2007 adalah :
1. Meningkatnya nilai persetujuan investasi;
2. Optimalisasi pelayanan satu atap;
3. Terselenggaranya pertemuan pengusaha besar, sedang dan kecil;
4. Tercapainya prediksi kebutuhan investasi untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi secara bertahap yang tercermin dari
indikator kinerja ICOR tahun 2007 sebesar 4,8 %;
5. Meningkatnya nilai ekspor non migas Jawa Timur;
6. Terkendalinya impor non migas Jawa Timur dalam rangka menjaga
keseimbangan neraca perdagangan dan pemberdayaan produk
dalam negeri;
7. Meningkatnya pelayanan publik dan perlindungan konsumen;
8. Berkembangnya pasar lelang hasil pertanian;
10. Menjadikan ekspor sebagai andalan pertumbuhan ekonomi daerah,
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah serta
peningkatan devisa;
11. Perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang sesuai
guna mendukung struktur demografi pariwisata ;
12. Mewujudkan kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi
dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ;
13. Mendukung penyediaan sarana dan prasaran (infrastruktur) untuk
mengembangkan dunia usaha pariwisata ;
14. Melakukan inisiasi terhadap alternatif pembiayaan penguatan
usaha pariwisata ;
15. Mendukung penguatan kelembagaan yang mengelola usaha
pariwisata;
16. Terciptanya penataan dan pengembangan wilayah Pariwisata Jawa
Timur yang selaras dan terpadu serta berwawasan lingkungan ;
meningkatnya kuantitas dan kualitas produk pariwisata yang
memiliki daya saing;
18. Sasaran lain yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas SDM
pariwisata, meningkatnya peran serta masyarakat dalam
pembangunan pariwisata, meningkatnya fungsi kelembagaan
pariwisata dan meningkatnya kerjasama promosi.
C. ARAH KEBIJAKAN
Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi, perdagangan dan
pariwisata, arah kebijakan tahun 2007, mencakup antara lain :
1. Percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan produktivitas
melalui pengembangan ekonomi kerakyatan, penguatan unit-unit
usaha dan lembaga-lembaga ekonomi :
a. Diarahkan untuk mengatasi masalah pengagguran dan
kemiskinan melalui kebijakan investasi, perdagangan, industri,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan,
pengembangan koperasi dan UKM serta pariwisata ;
b. Diarahkan pada penciptaan ekonomi terpadu, pengembangan
wilayah strategis, pemantapan wilayah perbatasan antar
daerah.
2. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan hukum
terutama berkenaan dengan kepentingan untuk menghormati
kontrak usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan
dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada
mekanisme penyelesaian konflik di bidang investasi;
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Propinsi
dan Kabupaten/Kota guna merumuskan reformasi kelembagaan
investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan
investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan
pelaksanaan investasi yang berdaya saing dengan meningkatkan
peran dan fungsi Dewan Konseling sesui SK Gub Nomor
188/52/Kpts/013/2005;
5. Melakukan debirokrasi dalam pelayanan perijinan investasi dan
pengelolaan aktifitas ekspor impor melalui penyederhanaan sistem
dan prosedur melalui pelayanan satu atap/satu pintu;
6. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan
tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah
lingkungan;
7. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari
dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan
barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan
baku impor;
8. Peningkatan fasilitasi perdagangan melalui penyederhanaan
prosedur ekspor-impor, penyederhanaan sistem tata niaga untuk
komoditi strategis dan komoditi yang tidak memerlukan
pengawasan serta perkuatan kapasitas lembaga uji mutu produk
9. Optimalisasi sarana penunjang perdagangan internasional melalui
pemberdayaan lembaga-lembaga pelatihan dan promosi ekspor
daerah seperti P3ED;
10. Penguatan pasar dalam negeri;
11. Perkuatan lembaga standarisasi, kalibrasi dan sertifikasi;
12. Pengembangan prasarana distribusi tingkat regional dan sarana
penunjang perdagangan melalui pengembangan jaringan informasi
produksi, pasar dan peningkatan kegiatan pasar lelang ;
13. Peningkatan efektifitas pelaksanaan perlindungan konsumen,
terwujudnya tertib niaga dan perkuatan sistim pengawasan barang
beredar dan jasa ;
14. Menciptakan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata
seperti usaha kawasan pariwisata, usaha jasa MICE, usaha sarana
wisata tirta, usaha jasa informasi dan konsultan pariwisata ;
15. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang
telah berkembang, bersumber pada potensi yang belum
berkembang dan bersumber pada potensi alam dan budaya yang
berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya ;
16. Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata
dan diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar,
berdaya saing serta memenuhi rasa aman dan nyaman di tiap-tiap
Kabupaten/Kota agar tercipta ragam koridor pariwisata lintas
Kabupaten/Kota ;
17. Diversifikasi dan peningkatan mutu produk usaha jasa pariwisata
untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga
memiliki daya saing dan mampu berperan secara aktif dalam
mengantisipasi era global;
18. Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu
dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien serta
menggalang peranserta masyarakat dengan cara memposisikan
dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan
dinamis ;
19. Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam
rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang memiliki standarisasi,
sertifikasi, akreditasi dan rekognasi ;
20. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan
usaha pariwisata melalui penggalangan bentuk-bentuk kemitraan
usaha antar skala mikro kecil-menengah dengan skala besar (PIR)
serta menempatkan sektor ekonomi kerakyatan dalam
pengembangan pariwisata ;
21. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhaan
regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha pariwisata ;
22. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk
pengembangan dunia pariwisata ;
23. Penguatan kelembagaan pada institusi yang mengelola
kepariwisataan.