• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU GURU TEMA 7 SUMBER DAYA ALAM AUTIS KELAS X 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUKU GURU TEMA 7 SUMBER DAYA ALAM AUTIS KELAS X 2013"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

Seri Pembelajaran Tematik Terpadu

Untuk Siswa dengan Autisme

Buku Guru

Tema

7

KELAS

X

Sumber Daya Alam

Ye

ye

t R

uy

a

ti

T

ema

7

Sumber Daya

Alam

MILIK NEGARA

(2)

SEKOLAH MENENGAH ATAS

LUAR BIASA

Buku Guru

Tematik

Sumber Daya Alam

AUTIS

KELAS X

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

(3)

Buku Guru

Tematik: Sumber Daya Alam

SMALB Autis

(4)

Hak Cipta pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi undang-undang

Penulis : Yeyet Ruyati, S. Pd Penelaah : Dr. Mustafa, MSi Ilustrator : Noviardi Tupan, M. Pd

Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kotak Katalog dalam terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sumber Daya Alam SMALB AUTIS :Buku Guru/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. – Jakarta :Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

vi, 165 hl. : ilustrasi : InDesign, Coreldraw untuk SMALB kelas X

ISBN 978-602-358-378-2

I. Buku Tematik Sumber Daya Alam Studi dan Pengajaran II. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

MILIK NEGARA

(5)

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai siswa.

Penerapan kurikukum 2013 bagi siswa SMALB mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 dengan harapan siswa menjadi generasi yang kreatif, inovatif, produktif dan berkarakter. Buku ini disusun berdasarkan kompetensi Inti dan kompetensi Dasar yang dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran dan proses penilaian yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

Kompetensi yang diharapkan pada setiap siswa adalah kemampuan berpikir dan bertindak yang produktif dan kreatif dalam ranah konkrit ataupun ranah abstrak yang membutuhkan waktu karena siswa autis mengalami kesulitan untuk berpikir abstrak. Oleh karena itu ranah afektif perlu diolah dengan baik untuk mengembangkan keterampilan mengolah emosi dan mengontrol perilaku sosial dengan baik. Ranah kognitif dapat dikembangkan dengan materi pelajaran yang sistematis, bahasa yang jelas, media yang digunakan dan guru yang kreatif dalam mengembangkan materi yang mudah dipahami siswa.

Kegiatan dalam buku ini menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu, yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema dalam kehidupan sehari-hari, materi-materi pembelajaran harus dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan, membentuk pembelajaran multidisipliner dan interdisipliner agar terjadi keselarasan antar materi setiap mata pelajaran, siswa diajak berani untuk mencari sumber pembelajaran lain yang tersedia di lingkungannya. Guru dapat memperkaya dengan berbagai kreasi dalam kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan alam, sosial dan budaya.

(6)

penyempurnaan dalam penulisan buku selanjutnya.

Atas kontribusi semua pihak dalam penyelesaian buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan dapat memberikan yang terbaik bagi pendidikan khusus dalam mempersiapkan generasi mendatang.

Bandung, 2016

Penulis

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Bab I Pendahuluan 1

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1). Hakikat pendidikan di sekolah adalah mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat secara mandiri dan layak. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3). Tujuan Pendidikan Nasional ini juga bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan pendidikan yang secara khusus mempersiapkan mereka terjun di masyarakat. Pendidikan untuk mereka selayaknya lebih mempersiapkan mereka dapat hidup di masyarakat secara layak, salah satunya adalah siswa dengan gangguan autis.

(9)

dalam melaksanakan kegiatan pada buku siswa sangat diperlukan.

Kegiatan pembelajaran dalam buku ini menggunaka pendekatan tematik terintegrasi atau terpadu, artinya pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dirancang dalam bentuk tema yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semua mata pelajaran yang terkait dengan tema yang dikembangkan tidak dimunculkan secara jelas. Materi-materi pada berbagai mata pelajaran dikemas dalam kegiatan yang sesuai dengan kehidupan anak.

Dengan begitu kurikulum yang telah tersusun dapat dijalankan dengan baik, jika guru sebagai pengguna kurikulum dapat memahami isi kurikulum dengan baik. Buku guru untuk memudahkan dan memperjelas penggunaan “Buku Siswa” yang dibimbing oleh guru.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Buku guru dimaksudkan untuk memberi petunjuk atau rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran bagi siswa autis khususnya di sekolah menengah atas (SMALB). Namun, guru juga dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa secara kontekstual.

2. Tujuan

Penulisan buku guru bertujuan agar guru dapat melaksanakan pembelajaran bagi siswa autis secara tepat dan bermutu, sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan berbagai potensi siswa autis dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

C. Ruang Lingkup

Buku guru menyajikan uraian tentang berbagai hal terkait dengan pelaksanaan pembelajaran bagi siswa autis tingkat SMALB.

(10)

pelaksanaan pembelajaran. Tema 7 “Sumber Daya Alam”, terdiri dari tiga Subtema 1 Mineral, Subtema 2 Hutan Lindung, dan Subtema 3 Batuan.

D. Petunjuk

1. Petunjuk Umum

a. Tentang buku guru pembelajaran tematik dengan tema “Sumber Daya Alam” kelas X SMALB Autis

b. Buku guru disusun untuk memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik di SMALB Autis. Buku ini mencakup hal-hal sebagai berikut.

1) Jaringan tema yang memberi gambaran kepada guru tentang suatu tema yang melingkupi beberapa kompetensi dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran.

2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran.

3) Pembelajaran tematik terpadu untuk menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menyatu dan mengalir.

4) Pengalaman belajar yang bermakna untuk membangun sikap dan

perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan berpikir saintiik,

berpikir tingkat tinggi,kemampuan menyelesaikan masalah, inkuiri,

kreativitas, dan pribadi relektif.

5) Berbagai teknik penilaian siswa.

a) Penilaian kinerja

b) Penilaian proyek

c) Penilaian fortofolio

(11)

2. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa

Kegiatan pembelajaran di buku ini dirancang untuk mengembangkan kompetensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan) siswa melalui aktivitas yang bervariasi.

Aktivitas tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Membuka pelajaran dengan cara yang menarik perhatian siswa, seperti membacakan cerita, bertanya jawab, bernyanyi, melakukan permainan, demonstrasi, pemecahan masalah dan sebagainya.

b. Menginformasikan tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat mengorganisir informasi yang disampaikan (apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan).

c. Menggali pengetahuan siswa yang diperoleh sebelumnya agar siswa bisa mengaitkan pengetahuan terdahulu dengan yang akan dipelajari.

d. Memberi tugas yang bertahap guna membantu siswa memahami konsep.

e. Memberi tugas yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

f. Memberi kesempatan untuk melatih keterampilan atau konsep yang telah dipelajari.

g. Memberi umpan balik yang akan menguatkan pemahaman siswa.

3. Bagaimana Menggunakan Buku Guru ?

Buku guru memiliki dua fungsi, yaitu sebagai petunjuk penggunaan buku siswa dan sebagai acuan pembelajaran di kelas. Mengingat

pentingnya buku ini, disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Bacalah halaman demi halaman dengan teliti.

b. Pahamilah setiap Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang dikaitkan dengan tema.

(12)

mendukung pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

d. Dukunglah ketercapaian Kompetensi Inti (KI) 1 dan (KI) 2 dengan kegiatan pembiasaan, keteladanan, dan budaya sekolah.

e. Sesuaikanlah setiap langkah kegiatan yang berhubungan dengan buku siswa dengan halaman yang dimaksud.

f. Mulailah setiap pembelajaran dengan memberikan pengantar sesuai tema pembelajaran. Lebih baik apabila dilengkapi dengan kegiatan pembukaan yang menyenangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Misalnya, bercerita, mengajukan pertanyaan yang menantang, menyanyikan lagu, menunjukkan gambar dan sebagainya. Demikian pula pada saat kegiatan menutup pembelajaran. Pemberian pengantar pada setiap perpindahan subtema dan tema, menjadi faktor yang sangat penting untuk memaksimalkan manfaat dan keberhasilan pendekatan tematik terpadu yang diuraikan dalam buku ini.

g. Kembangkan ide-ide kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Termasuk di dalamnya menemukan kegiatan alternatif apabila kondisi yang terjadi kurang sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

h. Pilihlah beragam metode pembelajaran yang akan dikembangkan (misalnya bermain peran, mengamati/ observasi, bertanya-jawab, pemberian tugas dan sebagainya). Penggunaan beragam metode tersebut, selain melibatkan siswa secara langsung, diharapkan juga dapat melibatkan warga sekolah dan lingkungan sekolah.

i. Kembangkanlah keterampilan berikut ini.

1) Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

2) Keterampilan bertanya yang berorientasi pada kemampuan berkomunikasi dan kemandirian.

(13)

6) Gunakanlah pendekatan saintiik dan kontektual

7) Pada semester 1 terdapat 10 tema, setiap tema terdiri 3 subtema yang terdiri atas 6 pembelajaran.

8) Perkiraan alokasi waktu dapat merujuk pada struktur kurikulum. Meskipun demikian, alokasi waktu menurut mata pelajaran hanyalah sebagai perkiraan umum. Guru diharapkan menentukan sendiri alokasi waktu berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah dan pendekatan tematik terpadu.

9) Pada akhir tema buku siswa, dilengkapi dengan bahan-bahan latihan yang sejalan dengan pencapaian kompetensi. Meskipun demikian, guru dianjurkan untuk menambah bahan-bahan latihan bagi siswa dari sumber-sumber yang relevan.

10) Hasil unjuk kerja siswa yang berupa karya dan bukti penilaian dapat berfungsi sebagai portofolio siswa.

11) Buatlah catatan releksi setelah satu subtema selesai, sebagai

bahan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan baik, kendala-kendala yang dihadapi, dan ide-ide kreatif untuk pengembangan pembelajaran lebih lanjut.

12) Demi pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan komitmen guru untuk mendidik dengan sepenuh hati (antusias, kreatif, kasih sayang dan kesabaran).

4. Kerja Sama dengan Orangtua.

Secara khusus, di setiap akhir pembelajaran pada buku siswa, terdapat kolom untuk orangtua dengan judul ‘Belajar di Rumah’. Kolom ini antara lain berisi sebagai berikut.

a. Informasi tentang materi yang dipelajari dan aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa bersama orangtua di rumah

(14)

c. Guru perlu membangun komunikasi dengan orangtua sehubungan dengan pembelajaran yang akan melibatkan orangtua dan siswa di rumah

d. Guru bekerja sama dengan orangtua untuk mengetahui perkembangan siswa, yang ditulis dalam catatan prestasi siswa di sekolah (buku catatan khusus perkembangan siswa

E. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

1. Pada semester 1 dan 2, sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan antara lain meliputi: disiplin, tanggung jawab, jujur, percaya diri, dan kerja sama.

2. Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa. Langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penilaian.

a. Mengingat kendala yang ada, terutama ketersediaan waktu, maka dalam setiap semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis nilai karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut.

b. Misalnya dalam semester ini, nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan adalah disiplin, percaya diri, peduli sosial, jujur, dan rasa ingin tahu.

(15)

Tabel 1. Indikator Ketercapaian

No Karakter Deinisi Indikator

1 Disiplin Ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan

 Tepat waktu melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianutnya.

 Menghemat energi listrik dalam kehidupan sehari-hari.

 Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas di sekolah.

2 Percaya Diri Tindakan yang menunjukkan belajar di dalam kelas.

 Tertib dalam

melaksanakan kegiatan belajar diluar kelas.

3 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

 Membantu teman yang tidak membawa alat menggambar/ mewarnai

 Saling menolong sesama teman yang berlainan suku dan agama

4 Toleransi Sikap dan tindakan yang selalu menghargai perbedaan

 Saling menghargai perbedaan suku dan agama

(16)

BAB II

KONSEP AUTIS DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Autis

Kata autis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Autos yang berarti diri sendiri dan Isme yang berarti aliran. Secara hariah berarti suatu paham

atau aliran yang terfokus pada dunianya sendiri, sebab penyandang autis atau autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.

IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) dikutip oleh Marilyn Friend (2005) menyatakan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan

yang cukup signiikan yang meliputi gangguan komunikasi verbal dan

nonverbal, interaksi sosial, pada umumnya terjadi sebelum usia tiga tahun. Dengan karakteristik lain seperti, aktivitas yang berulang-ulang, gerakan yang stereotif, gangguan emosi, dan gangguan sensoris.

Hal senada juga diungkapkan oleh Handoyo (2013) bahwa autistik atau autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks pada seseorang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Demikian juga dengan Gayatri (2010) mengemukakan bahwa autis atau autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, sering kali gejala tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Gangguan perkembangan ini mempengaruhi kemampuan komunikasi (berbicara dan berbahasa), kemampuan berinteraksi sosial (tidak tertarik untuk berinteraksi) dan perilaku (hidup dalam dunianya sendiri).

Autisme mempunyai rentangan kemampuan dari ringan hingga berat sehingga para ahli memberi istilah spectrum. Para dokter dan psikolog

mendeinisikan kelainan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder

(17)

Perbedaan-perbedaan pada area ini biasanya diketahui sebelum anak berusia 3 tahun.

Sedangkan menurut DSM-V (2013) anak autis cenderung memiliki gangguan komunikasi, seperti merespon secara tidak tepat ketika sedang mengadakan percakapan, salah membaca interaksi nonverbal, atau memiliki kesulitan membangun persahabatan yang sesuai dengan usia anak. Selain itu, anak autis terlalu tergantung pada rutinitas, sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya, atau sangat terfokus pada item yang tidak pantas. Gejala anak autis akan nampak pada sebuah kontinum, dengan beberapa individu yang menunjukkan gejala ringan dan yang mengalami gejala yang lebih parah. Spektrum ini akan memungkinkan menjelaskan variasi gejala dan perilaku dari setiap individu.

Neuro Developmental Work Group (dalam DSM-5) merekomendasikan sebuah kategori baru tentang Autism Spectrum Disorder (ASD). Kategori ini akan menggabungkan beberapa diagnosa yang sebelumnya terpisah, termasuk autis gangguan asperger, gangguan disintegrasi masa kanak-kanak dan gangguan perkembangan pervasif. Usulan penggabungan ini menegaskan bahwa gejala pada keempat gangguan tersebut merupakan kontinum dari ringan sampai berat, bukan diagnosis sederhana yang terpisah untuk gangguan tertentu. Kriteria diagnostik yang diusulkan untuk ASD menentukan tingkat keparahan dan menggambarkan status perkembangan individu secara keseluruhan, terutama dalam komunikasi sosial dan kognitif maupun perilaku motorik.

Dalam diagnosa gangguan spektrum autisme (GSA) menurut DSM V (Diagnostic and Statistic Manual V) dalam Kemendikbud (2014)

diklasiikasikan menjadi tiga tingkatan atau level sebagai mana tampak

(18)

Tabel 2 Klasiikasi Tingkatan DSM V

Tingkat/Level Komunikasi Sosial Perilaku

Level 3

S a n g a t membutuhkan dukungan

Kekurangan yang berat aspek komunikasi verbal dan non verbal menyebabkan gangguan yang berat dalam

keinginan mengawali interaksi sosial dan sangat terbatas terhadap ajakan bersosialisasi dari pihak lain.

Perilaku yang tidak

leksibel, kesulitan

ekstrim menghadapi perubahan, Kesulitan besar dalam merubah perhatian dan tindakan. respon secara sosial respon yang sedikit atau abnormal terhadap ajakan bersosialisasi dari pihak lain.

Perilaku yang tidak

leksibel, kesulitan

menghadapi perubahan, atau perilaku-perilaku berulang terbatas lainnya

Kesulitan merubah atau kekurangan dalam komunikasi social, kurang berinisiasi dalam berinteraksi sosial, dan respon yang tidak normal atau tidak sukses terhadap ajakan orang lain.

Kesulitan beralih diantara beberapa aktivitas. Permasalahan

dalam mengorganisir dan merencanakan sesuatu.

B. Karakteristik Autis

(19)

berinteraksi dengan individu di sekitar lingkungannya. Anak autisme sering terlihat menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang bermain sendiri, menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada kontak mata dengan orang lain, dan nampak merasa cemas apabila ditinggalkan orang tuanya (Volkmar, 2005).

Pada aspek komunikasi anak autisme mengalami gangguan membangun komunikasi dengan lingkungannya. Anak autisme banyak yang memiliki kesulitan dalam bahasa pragmatik (Cohen dalam Volkmar, 2005). Untuk peran dan pemrakarsa dalam berkomunikasi, anak autisme memiliki kesulitan dalam memulai percakapan atau pembicaraan (Feidstein, Konstantereas, Oxman, & Webster dalam Volkmar, 2005).

Autisme ringan menunjukkan kemampuan menghafal di atas rata-rata, mempunyai kelebihan perbendaharaan kata-kata yang banyak, namun tidak mampu menggunakannya dalam kalimat secara benar. Anak

autisme ringan mampu mengidentiikasi kata-kata dan dapat membaca

pada usia yang sangat muda. Secara umum autisme ringan tidak menunjukkan adanya keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki intelligence quotient (IQ) rata-rata hingga di atas rata-rata (Volkmar, 2005). Secara klinis tidak ada keterlambatan yang berarti pada bahasa, kognisi, kemampuan menolong diri sendiri atau kemampuan adaptasi.

(20)

mereka (3) memiliki respons stimulasi diri tinggi, anak mmenghabiskan sebagian waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan,mengepak-ngepakan tangan, memandangi jari-jemari, sehingga kegiatan ini tidak produktif (4) memiliki respons terhadap imbalan, anak mau belajar jika mendapat imbalan langsung dari jenis imbalannya sangat individual, akan tetapi respon ini akan berbeda setiap anak autistik.

Selain itu,menurut Roth (2010 ) ciri-ciri autistik atau autisme adalah terjadinya gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, gangguan pola bermain, ganguan prilaku dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut meliputi sebagai berikut:

1. Gangguan komunikasi, seperti : (a) perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada; (b) anak seperti tuli,sulit bicara atau pernah bicara kemudian sirna; (c) kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya; (d) mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain; (e) bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi; (f) senang meniru atau membeo; dan (g) senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.

2. Gangguan interaksi sosial, interaksi sosial anak autistik biasanya (a) lebih suka menyendiri; (b) tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan; (c) tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

3. Gangguan sensoris, seperti : (a) sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk; (b) bila mendengar suara keras langsung menutup telinga; (c) senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda; dan (d) tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

(21)

dan berputar-putar; (c) tidak suka terhadap perubahan.

6. Gangguan emosi, seperti : (a) sering marah tampa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan menangis tampa alasan; (b) temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dipenuhi keinginannya ; (c) kadang suka menyerang dan merusak; (d) berprilaku menyakiti diri sendiri; dan (e) tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

C. Strategi Pembelajaran Anak Autis

Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk siswa dengan autisme mempelajari keterampilan-keterampilan baru, di antaranya: :

isyarat visual/ verbal, modelling, visual support, prompting, fading, shaping dan chaining (Dodd, 2007).

1. Isyarat visual / verbal

Isyarat visual/ verbal adalah pengajaran yang diberikan pada siswa dengan autisme untuk membantu mereka melengkapi tugas-tugas yang diinginkan. Ini mungkin dilakukan dengan cara non verbal atau verbal, dengan menggunakan tanda manual atau startegi visual. Strategi visual merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkret atau semi konkret atau simbol-simbol dalam menyampaikan pembelajaran.

2. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan guru atau teman sebaya untuk menjadi model, terutama ketika mengajarkan keterampilan-keterampilan baru.

3. Visual Support

Visual support digunakan untuk meningkatkan komunikasi, mentransfer informasi, perilaku dan mengembangkan kemandirian. Ini termasuk daftar visual (jadwal), urutan suatu pekerjaan, ekspresi wajah, gestures dan bahasa tubuh.

4. Prompting

Promting merupakan isyarat tambahan untuk membantu memfasilitasi

(22)

menjamin keberhasilan individu. Reinforcment harus segera diberikan apabila siswa selesai mengerjakan tugas mandirinya.

5. Fading

Fading merupakan pengurangan bantuan secara sistematis.

Pengurangan bantuan isik secara bertahap. Teknik ini berhasil dalam

mengajarkan keterampilan baru. Pengurangan ini sangat penting supaya siswa tidak tergantung pada bantuan dan isyarat.

6. Shaping

Perilaku terkadang dapat dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau yang ingin dicapai. Shaping merupakan prosedur yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku yang tidak ada pada diri seseorang. Shaping biasanya digunakan untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan yang sulit, seperti memakai baju, makan dan bersosialisasi dengan orang lain.

7. Chainning

Chainning adalah menciptakan perilaku yang rumit dengan

menggabungkan perilaku-perilaku sederhana yang telah menjadi bagian dalam diri seseorang. Contohnya dalam menyikat gigi: pertama menorehkan pasta gigi pada sikat gigi, kemudian memasukkan sikat gigi ke mulut dan kemudian mulai menggosok gigi ke atas ke bawah, ke samping kiri dan kanan

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran bersama anak autisme, yaitu:

a. gunakan bahasa yang sederhana dan hindari bahasa verbal yang berlebihan terlepas dari kemampuan komunikasi anak;

b. perkenalkan dukungan visual dalam seluruh sesi pembelajaran dan gunakan isyarat visual;

(23)

untuk mencapai hasil yang gemilang;

f. menyadari pentingnya konsistensi dan rutinitas dalam membantu individu dengan autisme untuk mengatasi kehidupan sehari-hari;

g. memaksimalkan penggunaan dari dukungan visual dan meminimalkan ketergantungan pada pemikiran abstrak;

h. mengurangi faktor yang menyebabkan stres termasuk menunggu,

kontak isik, ambiguitas dan yang berlebihan;

i. ketika memberi instruksi kepada siswa usahakan sekonkrit mungkin;

j. Untuk mempersiapkan siswa sebelumnya atas setiap perubahan pada rutinitas biasa dan menggunakan dukungan visual untuk memastikan bahwa pesan diterima; dan

k. menghindari instruksi secara verbal yang kompleks dan gunakan bahasa yang sederhana (Kemendikbud, 2014).

D. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Karena siswa dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

(24)

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi siswa.

Sedangkan tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah: mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain; lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas; guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Sebagai suatu model pembelajaran tematik, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

(25)

tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat leksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (leksibel) di mana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Dalam pembelajaran tematik tidak menjemukan/ membosankan bahkan dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka mendapatkan pengetahuan yang sangat utuh dan bermakna.

Siswa autis yang bersekolah di SLB memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dari anak seusianya, untuk itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yang di pusatkan pada tema adalah yang paling sesuai. Dan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, siswa mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

E. Model-Model Pembelajaran

(26)

menyatukan beberapa mata pelajaran dengan tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran menurut Kemen dikbud (2013) dapat disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut.

1. Mengamati

Dalam penyajian pembelajaran, guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat siswa mengalami gangguan autism, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual dan konkret.

2. Menanya

Siswa yang mengalami gangguan autis tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Dengan media gambar siswa diajak bertanya jawab kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa, misalnya agar rumah dan lingkungannya menjadi bersih dan sehat sekaligus membedakan rumah yang bersih dan yang tidak bersih (eksplorasi).

3. Menalar

(27)

ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas kontekstual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu (eksplorasi dan elaborasi). 4. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, siswa harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari.

5. Mengolah

(28)

aman, sehingga memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara sama. Siswa secara bersama-sama, saling bekerja bersama-sama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (kegiatan elaborasi).

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mengolah informasi.

7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendati pun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu.

Sehingga portofolio yang di masukkan ke dalam ile atau map siswa

terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.

8. Mengkomunikasikan

Pada kegiatan akhir, diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan

klariikasi oleh guru agar supaya siswa akan mengetahui secara benar

apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

Selain pendekatan saintiik, guru dapat menggunakan berbagai

model pembelajaran lain, misalnya sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Langsung

(29)

guru yang aktif dalam kegiatan belajar, sementara siswa pasif.

Robert E. Slavin dalam bukunya Educational Psychology

dari Johns Hopkins University yang diterbitkan oleh Needham Height Allyn and Bacon, Boston mendeinisikan direct instruction

sebagai sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Direct istruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structured by the teacher. p.231). Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.

Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows (1985) menyebut

direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Atau diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction). Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction (model pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model pembelajaran langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

a. Ciri-Ciri/Karakteristik Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)

Model pembelajaran langsung ini tentu saja dapat dibedakan dari model pembelajaran lainnya, karena ia memiliki karakteristik atau ciri-ciri tersendiri. Berikut ini beberapa karakteristik/ciri-ciri model pembelajaran langsung:

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.

(30)

3) Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung

Bila guru ingin melaksanakan model pembelajaran langsung ini, maka ada 5 fase atau langkah-langkah yang harus diperhatikan karena sifatnya memang sangat penting. Adapun kelima fase itu adalah sebagai berikut:

1). Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; Pada fase pertama ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi mengapa pembelajaran itu penting, dan

mempersiapkan siswa baik secara isik maupun mental untuk

mulai pembelajarannya,

2). Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan; pada fase kedua ini guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan secara benar, ia harus menyajikan informasi secara bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar.

3). Membimbing pelatihan; guru harus memberikan bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sedang diajarkan.

4). Mencek pemahaman dan memberikan balikan (umpan balik); Pada fase keempat ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.

(31)

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pembelajaran yang dirancang un-tuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pem-belajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap kerag-aman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif dilandasakan pada teori kognitif karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-man-faat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keun-tungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada

guru, kemampuan untuk berikir, mencari informasi dari sumber lain

dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.

Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

(32)

belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

b. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu: permasalahan sebagai kajian, permasalahan sebagai penjajakan pemahaman, permasalahan sebagai contoh, permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses, dan permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik.

c. Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1) Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendeinisikan dan mengorganisasikan

tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.

(33)

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu

mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

4. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian CTL

Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

1) Konstruktivisme

c. Ciri Pendekatan Kontekstual

1) Pengalaman nyata

2) Kerjasama saling menunjang

3) Gembira belajar dengan bergairah

4) Pembelajaran terintegrasi

5) Menggunakan berbagai sumber

6) Siswa aktif dan kritis

7) Menyenangkan tidak membosankan

8) Sharing dengan teman

(34)

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

1) Memilih tema

2) Menentukan konsep-konsep yang dipelajari

3) Menentukan kegiatan–kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar

4) Menentukan mata pelajaran terkait(dalam bentuk diagram)

5) Mereview kegiatan-kegiatan & mata pelajaran yang terkait

6) Menentukan urutan kegiatan

7) Menyiapkan tindak lanjut

F. Penggunaan Media Pembelajaran

Media dan sarana pembelajaran pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran tematik bagi anak autis pada tema ini adalah sebagai berikut :

1. Benda asli atau miniaturnya

2. Gambar-gambar/foto sesuai tema

3. Compact disc (CD) /Televisi (TV)

4. Media alternatif yangada disekolah/lingkungan

G. Metode Pembelajaran Tematik

1. Tanya jawab

2. Demontrasi

3. Eksperimen

4. Bermain peran

5. Observasi

(35)

H. Sistem Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi siswa pada buku ini mencakup kompetensi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Sikap

Sikap merupakan perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Kompetensi sikap terbagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan siswa yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial

yang terkait dengan pembentukan siswa yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.

Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2, penilaian sikap mencakup:

Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

7. percaya diri

a. Teknik dan bentuk Instrumen

1) Teknik observasi

(36)

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual siswa. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

kadang-kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Siswa : ……….

Kelas : ……….

Tanggal Pengamatan : ………..

Materi Pokok : ………..

No Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan

sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan 3 Memberi salam sebelum dan sesudah

menyam-paikan pendapat/presentasi

4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan

5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :

(37)

Contoh :

Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :

14/20 x 4=2,8

2) Penilaian Diri

Lembar penilaian diri sikap spiritual

Petunjuk :

1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti 2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan

keadaan kalian sehari-hari

Nama Siswa : ……….

Kelas : ……….

Materi Pokok : ……….

Tanggal : ……….

No Pernyataan TP KD SR SL 1 Saya semakin yakin dengan keberadaan

Tuhan setelah mempelajari ilmu pengetahuan

2 Saya berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu kegiatan

3 Saya mengucapkan rasa syukur atas segala karunia Tuhan

4 Saya memberi salam sebelum dan sesudah mengungkapkan pendapat di depan umum 5 Saya mengungkapkan keagungan Tuhan

apabila melihat kebesaranNya

Keterangan :

TP = Tidak pernah

KD = Kadang-kadang

SR = Sering

(38)

3) Penilaian Antar Siswa

Lembar Penilaian Antarsiswa

Sikap Disiplin

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh siswa untuk menilai sikap sosial siswa lain dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut :

Ya = apabila siswa menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan

Tidak = apabila siswa tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.

Nama penilai : Tidak diisi

Nama siswa yang dinilai : ...

Kelas : ...

Mata pelajaran : ...

No Sikap yang diamati Melakukan Ya Tidak 1 Masuk kelas tepat waktu

2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5

Tertib dalam mengikuti pembelajaran 6 Mengikuti praktikum sesuai dengan

langkah yang ditetapkan

7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 8 Membawa buku teks mata pelajaran

(39)

4) Jurnal

Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):

a) Tulislah identitas siswa yang diamati

b) Tulislah tanggal pengamatan.

c) Tulislah aspek yang diamati oleh guru.

d) Ceritakan kejadian-kejadian yang dialami oleh Siswa baik yang merupakan kekuatan Siswa maupun kelemahan Siswa sesuai dengan pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti.

e) Tulislah dengan segera kejadian

f) Setiap kejadian per anak ditulis pada kartu yang berbeda.

g) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Siswa

Format:

2. Pengetahuan

Teknik penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Tiap-tiap teknik tersebut dilakukan melalui instrumen tertentu yang relevan. Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut:

(40)

Tabel 2. Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen

Tes tulis Pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

Tes lisan Daftar pertanyaan.

Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3. Keterampilan

Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan terhadap siswa untuk menilaisejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan.

Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.

Contoh Format Laporan

a. Laporan Kualitataif

Mata Pelajaran :...

Kelas : ...

(41)

b. Laporan Kuantitatif

Mata Pelajaran :...

Kelas :...

No Nama Siswa Nilai Deskriptif

c. Porto Folio

Kompetensi Dasar :...

Alokasi Waktu :...

Nama Siswa :...

Kelas :...

No Aspek Yang dinilai

Skor Ketercapaian Keterangan

Skor Mandiri Sebagian

dibantu

Penuh Bantuan 1

2 3 4

Totall Skor Maksimal

Nilai Skor : Skor Perolehan x 100 Skor Maksimal

(42)

BAB III

PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN

A. SKL, KI DAN KD

Ada pelaksanaan pembelajaran tematik diperlukan beberapa strategi yang harus disusun dan dilaksanakan oleh guru, antara lain : Standar kelulusan, kompetensi Inti dan kompetensi Dasar, matrik KI-KD dan silabus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Standar Kompetensi Kelulusan

SMALB Autis

Dimensi Kualiikasi Kemampuan

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual dan kontekstual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

Keterampilan

(43)

Tabel 2. Kompetensi Inti

1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2

Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3

Memahami pengetahuan (faktual, kontekstual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian nyata dalam kehidupan

4

Mencoba, mengolah dan menyajikan dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodiikasi, dan membuat)

(44)

B. Pemetaan KompetensiDasar 3 Dan 4

(45)

C. Silabus Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran Dan Kegiatan Pembelajaran

Kelas /Semester : X / 1 ( Satu )

Tema 7 : Sumber Daya Alam

Alokasi Waktu : 62 jam pelajaran

Tema ini secara keseluruhan untuk mencapai sejumlah Kompetensi Dasar pada mata pelajaran berikut :

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Siswa mampu:

1.1. Menghayati makna Pancasila sebagai Dasar Negara

1.1. Mengamalkan makna Pancasila sebagai Dasar Negara

3.1. Memahami makna Pancasila sebagai Dasar Negara

4.1. Menjelaskan kembali makna Pancasila sebagai Dasar Negara

1.2. Mensyukuri nilai-nilai yang terkandung dalam pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2.2. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3.2. Memahami pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4.2. Menjelaskan kembali pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1.3. Menghayati makna sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka tunggal ika

(46)

tunggal ika

3.3. Mamahami makna sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka tunggal ika

4.3. Menjelaskan kembali makna sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka tunggal ika

1.4. Menghayati makna sumpah pemuda dalam hubungannya dengan NKRI

2.4. Mengamalkan makna sumpah pemuda dalam hubungannya dengan NKRI

3.4 Mamahami makna sumpah pemuda dalam hubungannya dengan NKRI

4.4. Menjelaskan kembali makna sumpah pemuda dalam hubungannya dengan NKRI

Bahasa Indonesia (BI)

Siswa mampu :

3.1. Memahami teks laporan sederhana hasil kunjungan, pengalaman, dan wawancara sederhana dengan tokoh masyarakat.

4.1. Menyajikan teks laporan tentang hasil kunjungan, pengalaman dan wawancara sederhana dengan tokoh masyarakat dalam bahasa In-donesia, baik lisan maupun tulis.

3.2. Memahami teks laporan hasil wawancara sederhana tentang voka-sional dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis

(47)

Matematika (MAT)

Siswa mampu:

3.1 Memahami operasi hitung bilangan asli (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) dalam pemecahan masalah pada

ke-hidupan sehari-hari.

4.1 Menghitung operasi bilangan asli (penjumlahan, pengurangan, per-kalian dan pembagian) dalam pemecahan masalah pada kehidupan sehari-hari.

3.2 Memahami bentuk persen dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Menghitung bentuk persen dalam kehidupan sehari-hari dengan bantuan kalkulator

3.3 Memahami konsep satuan panjang, waktu, berat dan volume dalam ketrampilan vocasoinal

4.3 Menerapkan konsep satuan panjang, waktu, berat dan volume dalam ketrampilan vocasoinal

3.4 Memahami tabel kebutuhan uang dan barang dalam kaitannya den-gan kegiatan keterampilan vocasional

4.4 Menerapkan tabel kebutuhan uang dan barang dalam kaitannya dengan kegiatan ketrampilan vocasional.

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )

Siswa mampu :

3.1. Memahami manfaat makhluk hidup bagi kehidupan manusia. 4.1. Mempraktekan satu kegiatan pemanfaatan hewan bagi kehidupan

manusia

3.2. Mendeskripsikan fungsi dan cara merawat panca indera pada manu-sia

4.2 Mendemonstrasikan cara merawat pancaindera. 3.3. Mengenal jenis – jenis energi yang ada di sekitar

4.3. Mengelompokkan jenis-jenis energi yang ada di sekitar. 3.4. Mengenal perkembangan teknologi komunikasi

(48)

Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

Siswa mampu :

3.1 Memahami kegiatan manusia dari aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dankeberlanjutannya, pada aspek sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan pada masa praaksara, Hindu Bud-ha, Islam

4.1. Menceritakan kegiatan manusia dari aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutannya, pada aspek sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan pada masa praaksara, Hindu Bud-ha, Islam

3.2. Memahami kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kondisi

(geograis, kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya)

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam

4.2 Menceritakan kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kondisi

(geograis, kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya)

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam

Seni Budaya dan Prakarya (SBdP)

Siswa mampu :

3.1. Mengenal cara membentuk objek lora dengan media bahan lunak

(clay/tanah liat/tepung/plastisin).

4.1. Membuat berbagai bentuk objek lora dengan media bahan lunak

(clay/tanah liat/ tepung/plastisin 3.2. Mengenal lagu daerah

4.2. Menyanyikan lagu daerah.

3.3. Mengenal alat musik daerah setempat. 4.3. Memainkan alat musik daerah setempat. 3.4. Mengenal tarian Nusantara.

(49)

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

Siswa mampu :

3.1. Mengenal prosedur variasi dan kombinasi gerak dasar non lokomo-tor, lokomolokomo-tor, dan manipulatif dalam permainan dan atau olahraga

tradisional dimodiikasi.

4.1. Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar non lokomo-tor, lokomotor dan manipulatif dalam permainan dan atau olahraga

tradisional bola kecil yang dimodiikasi.

3.2. Mengenal prosedur kombinasi dan variasi gerak dasar dominan statis dan dinamis untuk membentuk keterampilandasar senam lantai se-derhana sesuai dengan kemampuan, seperti; sikap lilin, handstand,-headstand. Kayang, meroda, handspring, dsb).

4.2. Mempraktikkan kombinasi dan variasi pola gerak dasar dominan statis dan dinamis untuk membentuk keterampilan dasar senam lantai sederhana sesuai dengan kemampuan, seperti ; sikap lilin, handstand, headstand, kayang, meroda, dsb.

3.3. Mengenal prosedur kombinasi dan variasi gerak dasar langkah kaki mengikuti irama (ketukan) tanpa/dengan musik dalam aktivitas ger-ak ritmik sederhana

4.3. Mempraktikkan prosedur kombinasi dan variasi gerak dasar langkah kaki mengikuti irama tanpa atau dengan musik dalam aktivitas ger-ak gerger-ak ritmik sederhana

3.4. Mengenal prosedur keterampilan kombinasi gerak tungkai kaki dan lengan tangan dalam aktivitas air secara sederhana.*

4.4.Mempraktikkan kombinasi gerak tungkaikaki dan lengan tangan-renang gaya tangan-renang dalam aktivitas air secara sederhana.

3.5. Mengenal prosedur makanan bergizi dan jajanan sehat dalam upaya menjaga kesehatan tubuh sesuai dengan kemampuan

4.5.Mempraktikkan pemilihan dan pengolahan makanan bergizi dan ja-janan sehat dalam upaya menjaga kesehatan tubuh sesuai kemam-puan

(50)

Kegiatan

sumpah pemuda dan keanekaragaman suku di Indonesia

• Bertanya jawab tentang penting sikap kebersamaan dan cinta tanah air

PPKn KD 1.1

PPKn KD 2.1

Makna Sumpah Pemuda

• Mengamati gambar tokoh-tokoh Sumpah Pemuda.

• Menyebutkan nama tokoh-tokoh Sumpah

(51)

Megidentiikasi

jenis-jenis energi

• M e n g e l o m p o k k a n jenis energi yang ada di sekitar

• Bercerita tentang manfaat energi dalam kehidupan sehari

• Mengamati beberapa gambar kegiatan

• Mengenal makanan jajanan sehat

• Memilih makanan sehat

(52)

Kegiatan tentang teks sumpah pemuda

(53)

Megidentiikasi

sumber energi yang berasal dari hutan

• Memanfaatkan sumber energi yang berasal dari hutan

IPA KD 3.3

IPA KD 4.3

Sumber Energi

• Mengamati kegiatan orang yang berhubungan dengan

pekerjaannya di lingkungan sekitar.( tempat tinggal )

• Mencatat jenis-jenis kegiatan / pekerjaan orang di lingkungan

• Mengidentiikasi obyek lora ( pohon,

bunga, buah ) yang dapat dibuat tiruan dari bahan lunak. (plastisin, tanah liat)

• Membuat bentuk tiruan dengan

dua obyek lora

dari bahan lunak, (plastisin, tanah liat,)

SBdP KD 3.5

SBdP KD 4.5

Obyek Flora

• Mengenal makanan bergiji yang berasal dari hutan

• Memperaktikkan mengolah makanan bergiji yang berasal dari hutan.

PJOK KD 3.5

PJOK KD 4.5

(54)
(55)

• Mengamati energi batu bara

• Mendaftar manfaat energi batu bara

IPA KD 3.3

IPA KD 4.3

Energi batu bara

• Mengamati membentuk objek

lora ( tanah liat,

tepung, plastisin)

• Mempraktikkan membentuk objek

lora dari bahan

lunak, (tanah liat, tepung, plastisin)

SBdP KD 3.1

SBdP KD 4.1

Membuat bentuk objek pohon dari tanah liat.

• Mengenal

makanan bergizi

(56)
(57)
(58)

Fokus Pembelajaran :

Bahasa Indonesia, PPKn, IPA dan IPS

Metode Pembelajaran :

Ceramah, Demontrasi,Tanya- jawab, Pemberian Tugas

Media Pembelajaran :

Gambar keanekaragaman setiap suku, Gambar kegiatan jalan-jalan ke gunung, Gambar profesii ; tukang bangunan, penambang, tukang kebun, petani, mandor, arsitek, dan polisi.

Tujuan Pembelajaran :

Melalui pendekatan scientiic dan kontektual, diharapkan siswa setelah

selesai pembelajaran dapat :

1. Memahami makna Sumpah Pemuda

2. Menyebutkan contoh Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia 3. Menyebutkan kegunaan energi dalam kehidupan sehari-hari

Langkah-langkah Kegiatan :

1. Siswa diingatkan kembali tentang sumpah pemuda dan keanekaragaman suku di Indonesia

2. Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan guru bahwa setiap warga negara harus selalu bekerja sama dalam hal kebaikan

3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang suku bangsa yang ada di Indonesia

(59)

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimak bacaan “Makna Sumpah Pemuda”

2. Siswa menyebutkan nama-nama pekerjaan yang dapat dikerjakan secara gotong royong

3. Siswa mengidentiikasi cara menjaga kebersihan lingkungan

Makna Sumpah Pemuda

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan. Setiap orang di Indonesia berbeda dalam bahasa, warna kulit, budaya, sumber daya alam. walaupun

Petunjuk untuk Guru

1. Guru menjelaskan tentang makna sumpah pemuda

2. Guru dan siswa melakukan kunjungan ke tempat orang berjualan

3. Siswa diperintahkan menuliskan hasil kunjungan ketempat orang berjualan.

4. Siswa diperintahkan mengamati jenis-jenis energi yang ada di lingkungan sekitar

5. Siswa diperintahkan menceritakan aktivitas orang-orang yang ada di lingkungan sekitar

(60)

1. Siswa mengamati gambar kegiatan orang sedang kerja bakti

2. Siswa menuliskan nama kegiatan tersebut

3. Siswa mengamati gambar kegiatan upacara bendera

4. Siswa menuliskan makna dari kegiatan kerja bakti dan upacara bendera

1. Siswa mengamati teks cerita “ Jalan-jalan ke gunung “

2. Siswa menyimak isi teks cerita “ Jalan-jalan ke gunung “

3. Siswa menceritakan isi teks cerita dengan bahasanya sendiri

(61)

1. Siswa membaca teks bacaan “ Perhiasan dari emas “

2. Siswa menyebutkan nama-nama perhiasan terbuat dari emas

3. Siswa membuat pertanyaan tentang perhiasan terbuat dari emas

4. Siswa melakukan tanya jawab dengan temannya tentang perhiasan dari emas

1. Siswa membaca teks bacaan “ Sumber Energi “

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang nama-nama sumber energi dan pemanfaatannya bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari

(62)

1. Siswa mengamati gambar kegiatan membangun rumah, gambar

orang sedang berkebun, gambar kegiatan menambang, gambar polisi sedang bertugas mengatur lalu lintas, gambar pak tani sedang mencangkul, dan gambar petugas kebersihan sedang menyapu jalan.

2. Siswa menuliskan jenis kegiatan

sesuai dengan yang ada dalam gambar pada tabel yang tersedia

3. Siswa menceritakan pekerjaan polisi dalam menjaga ketertiban lalu lintas

1. Siswa ditugaskan mengamati jenis-jenis kegiatan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya

(63)

4. Siswa menuliskan nama-nama pekerjaan sesuai dengan jenis kegiatan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, pada tabel yang disediakan

1. Siswa mengenal jenis-jenis energi

2. Siswa mengenal manfaat jenis energi

3. Siswa mengerjakan soal latihan.

Kunci Jawaban I

1. Matahari, listrik, dan gas 2. matahari

3. emas 4. polisi

5. penambang

Kunci jawaban II

1. Dikerjakan secara gotong royong

2. Dikerjakan sendiri

3. Dikerjakan secara gotong royong

4. Dikerjakan sendiri

(64)
(65)

Fokus Pembelajaran :

Bahasa Indonesia, PPKn, IPA, dan IPS

Metode Pembelajaran :

Ceramah, Demontrasi,Tanya- jawab, Pemberian Tugas

Media Pembelajaran :

Gambar energi matahari dan listrik, gambar mineral emas,minyak bumi, gas alam, gambar ibu sedang menyetrika dan menanak nasi.

Tujuan Pembelajaran :

Melalui pendekatan scientiic dan kontekstual, diharapkan siswa setelah

selesai pembelajaran dapat :

1. Menyebutkan nama-nama kekayaan mineral 2. Membacakan teks Sumpah Pemuda

3. Menceritakan kembali bacaan dengan bahasa sendiri

Langkah-langkah Kegiatan :

1. Siswa diingatkan kembali tentang sumpah pemuda dan keanekaragaman suku di Indonesia

2. Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan guru bahwa setiap warga negara harus selalu bekerja sama dalam hal kebaikan

3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang sumber energi dan kegunaannya

4. Siswa menyimak bacaan yang berjudul “ Energi “

(66)

Petunjuk untuk Guru

1. Siswa diperintahkan menyimak penjelasan guru tentang sumber energi dan kegunaannya

2. Siswa diperintahkan mengamati gambar gambar mineral yang disediakan

3. Siswa diperintahkan menceritakan pengalamannya tentang energi

4. Siswa diperintahkan membacakan teks Sumpah Pemuda

5. Siswa diperintahkan menceritakan aktivitas orang-orang yang ada di lingkungan sekitar

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimak bacaan “ Energi”

2. Siswa menyebutkan nama-nama energi yang sering digunakan sehari-hari

(67)

1. Siswa mengamati gambar hasil kekayaan mineral

2. Siswa menuliskan nama kekayaan mineral sesuai gambar

3. Siswa menuliskan alat rumah tangga yang menggunakan energi listrik

4. Siswa menuliskan mahluk yang memerlukan sinar matahari

1. Siswa mengamati teks bacaan “ Manfaat Energi Listrik “

2. Siswa menyimak isi teks bacaan “ Manfaat Energi Listrik “

(68)

1. Siswa membaca teks bacaan “ Manfaat Energi Listrik “

2. Siswa menyebutkan manfaat energi listrik

3. Siswa membuat pertanyaan tentang manfaat energi listrik

4. Siswa melakukan tanya jawab dengan temannya tentang manfaat energi listrik

1. Siswa diminta memperhatikan guru membacakan teks Sumpah Pemuda

2. Siswa ditugaskan membaca teks Sumpah Pemuda di depan kelas bergantian satu persatu

Sumpah Pemuda

(69)

1. Siswa ditugaskan mengamati kegiatan orang yang

mencerminkan sikap kebersamaan di sekitar rumah

2. Orang tua memperkenalkan jenis – jenis kegiatan orang di sekitar yang mencerminkan perilaku kebersamaan

3. Siswa menyebutkan jenis – jenis kegiatan orang di sekitar yang mencerminkan perilaku kebersamaan

(70)
(71)

Fokus Permbelajaran

Bahasa Indonesia, PPKn, IPA, dan IPS

Metode Pembelajaran :

Ceramah, Demontrasi,Tanya- jawab, Pemberian Tugas

Media Pembelajaran :

Gambar Tentara Nasional Indonesia, gambar dokter, gambar petani, gambar guru, dan gambar polisi

Tujuan Pembelajaran :

Melalui pendekatan scientiic dan kontekstual, diharapkan siswa setelah

selesai pembelajaran dapat :

1. Menyebutkan jenis – jenis profesi 2. Membacakan teks Sumpah Pemuda

3. Menceritakan kembali bacaan dengan bahasa sendiri

Langkah-langkah Kegiatan:

1. Siswa diingatkan kembali tentang sumpah pemuda dan keanekaragaman suku di Indonesia

2. Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan guru bahwa setiap warga negara harus selalu bekerja sama dalam hal kebaikan

3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang peran Tentara Nasional Indonesia

4. Siswa menyimak bacaaan tentang Tentara Nasional Indonesia

Gambar

Tabel 1. Indikator Ketercapaian
Tabel 2 Klasiikasi Tingkatan DSM V
Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap
Tabel 2. Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Investasi dalam aplikasi SI/TI penting untuk menopang strategi bisnis. ke depan IT enabled

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis 2, yang menyatakan bahwa ambiguitas berpengaruh negatif pada kepuasan kerja didukung, maka pengaruh tersebut sesuai dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan oleh sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: bahwa

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)

Untuk memperkuat hasil penelitian ini yaitu melihat sejauhmana terdapat pengaruh antara kedua variabel (Persepsi Tamu Kunjungan Terhadap Standarisasi Pelayanan Oleh

Pressure, Temperature, Spinner (PTS) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk pengukuran di bawah permukaan pada sumur panas bumi yang berfungsi untuk mengetahui

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “ Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui