• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA

ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP

PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA

THE EFFECT OF DIFFERENT LEVELS OF ARBUSCULAR

MYCORRHIZAL ON SOIL ULTISOL OF PRODUCTIVITY LEGUME CROP

Andrian Mustapa1, Nevy Diana Hanafi2, Iskandar Sembiring2

• Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara • Staff Pengajar Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.

The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumes L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag). The result of this research showed that granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh (P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05). The conclution of this research is provision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

Keywords: soil ultisol, fungi, arbuscular mycorrhizal, legume

ABSTRAK

Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens

dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5

gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol meningkatkan Produksi Bahan Segar (P<0,01), meningkatkan Produksi Bahan Kering (P<0,01) dan meningkatkan Biomasa Akar (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

(2)

PENDAHULUAN

Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di Indonesia, menyebabkan peningkatan produktivitas hasil ternak pula. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani seperti daging, telur dan susu. Peternakan ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau membutuhkan hijauan sebagai makanan tenak, baik berupa rumput-rumputan maupun hijauan.

Upaya peningkatan produksi peternakan memerlukan perbaikan produksi dan kualitas bahan pakan. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan utama ternak ruminansia terdiri dari rumput dan leguminosa. Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang termasuk keluarga polong-polongan atau kacang-kacangan.

Leguminosa mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Kandungan protein kasarnya antara 15 – 25 % (Reksohadiprodjo, 1985), serta andalan daerah tropik sebagai sumber nitrogen (Fuskhah, 2009). Leguminosa selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim dan ketersediaan air. Jika ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan. Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan pertumbuhannya akan terhambat, karena ketersediaan air dalam tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan unsur hara dan laju fotosintesis (Fuskhah, 2009).

Di Indonesia ada banyak jenis leguminosa yang tersedia di alam maupun yang sudah dibudidayakan oleh peternak. Beberapa diantaranya yaitu jenis Arachis, Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Gamal ( Gliricidia sepium), calopogonium mucunoides dan Stylo

(3)

(Stylosanthes glyanensis). Jika ketersediaan leguminosa banyak, maka kebutuhan pakan ternak akan hijauan pun dapat terpenuhi (Erythrina, et al., 2008).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan hara pada tanah serta untuk meningkatkan produktivitas leguminosa adalah dengan menggunakan fungi mikoriza arbuskula. Mikoriza adalah jenis bahan organik yang meningkatkan simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan unsur hara terutama posfor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit (Auge, 2001).

Meskipun hijauan makanan ternak (HMT) banyak tersedia di alam, namun ketersediannya pun semakin berkurang. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, ketersediaan hijauan khususnya leguminosa dapat lebih ditingkatkan terutama pada tanah ultisol.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari 2012 di lahan percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Peneltian Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 jenis tanaman leguminosa yaitu: Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica sebagai objek penelitian. Tanaman leguminosa diperoleh dari Laboratorium Sei Putih, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan tanah ultisol sebagai media tanam. Tanah ultisol diperoleh dari Desa Kuala Bekala, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Cara

(4)

pengambilannya yaitu dengan menggunakan alat berat berupa beko. Tanah ultisol terdapat pada kedalaman setelah 5 cm dari permukaan tanah. Polybag plastik ukuran 5 kg sebagai wadah menanam hijauan.

Alat

Alat yang digunakan antara lain: timbangan untuk menimbang bahan, meteran sebagai alat untuk mengukur jarak tanam, ayakan tanah sebagai alat untuk memisahkan tanah yang kasar dan halus, gunting sebagai alat untuk memotong, oven sebagai alat untuk mengeringkan bahan, alat tulis sebagai alat untuk mencatat data dan kamera digital sebagai alat untuk dokumentasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan yaitu: perbedaan dosis mikoriza dan dilakukan pada 3 jenis leguminosa.

Perlakuan tersebut yaitu:

T0= 0 gram FMA (kontrol) T1= 5 gram FMA/polybag T2 = 10 gram FMA/polybag T3 = 15 gram FMA/polybag

Pemberian dosis FMA yang berbeda dilakukan percobaan pada 3 jenis leguminosa, yaitu:

L1 = Arachis glabrata L2 = Centrosema pubescens L3 = Pueraria javanica

Penelitian ini terdiri atas: 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah.

Parameter yang Diamati

• Produksi bahan segar • Produksi bahan kering

(5)

• Biomassa akar •

Teknik Pelaksanaan

Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

• Tahap persiapan. Tanah ultisol diambil dari Desa Kuala Bekala Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Setelah tanah tersebut diperoleh, dikering udarakan selama 3 hari kemudian di ayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian diambil tanah sejumlah 5 kg untuk dimasukkan ke dalam polybag.

• Penanaman dan pemberian inokulan. Inokulan mikoriza diberi sesuai dengan perlakuan sebanyak 0 gr, 5 gr, 10 gr dan 15 gr/polybag diletakan 5 cm di bawah permukaan tanah pada polybag.

Trimming (penyeragaman tinggi tanaman). Trimming dilakuakan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman dengan tinggi 20 cm di atas permukaan tanah, dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan, juga untuk mempengaruhi produski tanaman. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan (Hanafi et al., 2005).

• Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 7 – 8 (sebelum pukul 9), karena pada waktu ini matahari belum terlalu panas dan terik. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan tanamannya. Pada musim hujan, sebaiknya frekuensi penyiraman dikurangi (tidak setiap hari) karena kondisi tanah sudah terlalu basah dengan air hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau penyiraman harus dilakukan setiap hari agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh setiap hari.

(6)

• Pemanenan dan pengambilan sampel. Pemanenan dilakukan dengan interval 35 hari. Panen dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada saat periode 1 dan periode 2 (Hanafi et al., 2005).

• Hasil panen dari perlakuan dan ulangan dilanjutkan dengan pengambilan data produksi bahan segar, lalu dikeringkan untuk mendapatkan data produksi bahan kering.

• Setelah pengambilan data tersebut dipenuhi (data bahan segar dan BK), selanjutnya secara sampling diambil akarnya untuk memperoleh data biomassa akar (bahan segar). • Pengolahan data melalui tahap tabulasi dianalisa sesuai dengan metode Rancangan Acak

Lengkap (RAL) Faktorial.

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar

Rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan I (interval 35 hari) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I. Jenis Leguminosa Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III L1 T₀ 0 0 0 0 0 T ₁ 0 0 0 0 0 T ₂ 0 0 0 0 0 T ₃ 0 0 0 0 0 L2 T ₀ 60,37 65,77 53,90 180,04 60,01 T ₁ 64,88 58,91 60,29 184,08 61,36 T ₂ 57,81 55,31 60,17 173,29 57,76

(7)

T ₃ 77,77 61,54 79,10 218,41 72,80 L3 T ₀ 62,34 56,22 63,81 182,37 60,79 T ₁ 53,81 58,20 69,66 181,67 60,56 T ₂ 64,70 62,83 71,57 199,10 66,37 T ₃ 61,11 73,81 79,73 214,65 71,55 Total 502,79 492,59 538,23 1533,61 511,20

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa sebesar 511,20 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan L2T3 (Centrosema pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 72,80 g, sedangkan rataan produksi bahan segar terendah pada L1(Arachis glabrata) untuk semua perlakuan yaitu sebesar 0 gr. Hal ini disebabkan L1 tidak dapat dipanen karena tinggi tanaman tidak sampai 20 cm dari permukaan tanah.

Produksi bahan segar pada pemotongan I diuji dengan uji Tukkey secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I Pengaruh Tunggal M Pengaruh Tunggal L Pengaruh Utama M L₁ L₂ L₃ M₀ 0 57,76 60,79 39,52A M₁ 0 60,0133 60,56 40,19A M₂ 0 61,36 66,37 42,58AB

(8)

M₃ 0 72,80 71,55 48,11777778B Pengaruh utama L 0A 62,99B 64,82B

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan segar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan segar.

Asumsi peneliti hal ini dikarenakan Mikoriza arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini menyebabkan pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Read (1997) yang menyatakan bahwa secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang. Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan fungsi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dabantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

Rataan produksi bahan segar (g) rumput pada pemotongan II dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

(9)

Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II.

Jenis

Leguminosa Perlakuan

ULANGAN

I II III Total Rataan

L1 T₀ 89,78 101,87 99,89 291,54 97,18 T ₁ 115,47 102,89 99,67 318,03 106,01 T ₂ 128,29 100,49 110 338,78 112,93 T ₃ 105,45 112,65 135,56 353,66 117,89 L2 T ₀ 121,23 110,37 114,97 346,57 115,52 T ₁ 119,35 112,56 125,25 357,16 119,05 T ₂ 134,92 128,68 129,42 393,02 131,01 T ₃ 138,89 123,21 145,13 407,23 135,74 L3 T ₀ 102,27 97,12 95,69 295,08 98,36 T ₁ 118,31 132,54 113,47 364,32 121,44 T ₂ 132,12 130,39 123,52 386,03 128,68 T ₃ 135,87 145,58 131,98 413,43 137,81 Total 1441,95 1398,35 1424,55 4264,85 1421,62

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pemotongan II sebesar 1421,62 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan L3T3 (Pueraria javanica dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 137,81 g, sedangkan rataan produksi bahan segar terendah pada L1T0 (Arachis glabrata tanpa pemberian Mikoriza) sebesar 97,18 g.

(10)

Produksi bahan segar pada pemotongan II diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II Pengaruh

Tunggal M

Pengaruh tunggal L Pengaruh

L₁ L₂ L₃ utama M M₀ 97,18 115,523 98,36 103,6877778A M₁ 106,01 119,053 121,44 115,5011111B M₂ 112,927 131,007 128,6766667 124,2033333BC M₃ 117,887 135,743 137,81 130,48C Pengaruh utama L 108,501A 125,332B 121,5716667B

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan II. Dari tabel diatas terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T1(Mikoriza 5g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2(Mikoriza 10g) namun berbeda nyata dengan perlauan T0 (tanpa Mikoriza). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan segar.

Mikoriza Arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini menyebabkan pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rungkat (2009) yang menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya

(11)

tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman adalah sebagai berikut: a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stress kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari pathogen akar, e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah.

Rataan produksi bahan segar (g) rumput pada pemotongan III dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 7. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III. Jenis

Leguminosa Perlakuan

ULANGAN

I II III Total Rataan

L1 T ₀ 389,97 451,5 250,6 1092,07 364,02 T ₁ 512,9 689,7 627,9 1830,5 610,17 T ₂ 698,7 589,96 743,6 2032,26 677,42 T ₃ 658,42 748,57 853,65 2260,64 753,55 L2 T ₀ 463,9 442,5 554,4 1460,8 486,93 T ₁ 791,5 809,5 808,2 2409,2 803,07 T ₂ 815,15 986,3 831,2 2632,65 877,55 T ₃ 1122,8 1047,3 1198,7 3368,8 1122,93 L3 T ₀ 461,1 409,9 292,3 1163,3 387,77 T ₁ 752 788,6 713,1 2253,7 751,23 T ₂ 1024,7 841,9 838,5 2705,1 901,70 T ₃ 989,6 1196,6 867,1 3053,3 1017,77 Total 8680,74 9002,33 8579,25 26262,32 8754,11

(12)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pemotongan III sebesar 8754,11 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan L2T3 (Centrosema pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 1122,93 g, sedangkan rataan produksi bahan segar terendah pada L1T0 ( Arachis glabrata tanpa pemberian Mikoriza ) sebesar 364,02 g.

Produksi bahan segar pada pemotongan III diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III

Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh

tunggal M L₁ L₂ L₃ utama M M₀ 364,023 486,933 387,7666667 412,9077778A M₁ 610,167 803,067 751,2333333 721,4888889B M₂ 677,42 877,55 901,7 818,89B M₃ 753,547 1122,93 1017,766667 964,7488889C Pengaruh utama L 601,289A 822,621B 764,6166667B

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan III. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata dimana pada perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Asumsi peneliti hal tersebut terjadi karena pada perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain sehingga

(13)

produksi bahan segar lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel tanaman cabai, ditemukna bahwa Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) tersebut mampu meningkatkan serapan unsur P pada cabai.

Haryantini dan Santoso (2001) menyatakan bahwa Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P dan meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air.

Produksi Bahan Kering

Bahan kering seluruh bagian legum pada akhir percobaan diukur dengan cara dikeringkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C selama 48 jam. Rataan produksi bahan kering legum dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 7. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan I Jenis Legum Perlakuan ULANGAN Total Rataan I II III L1 T₀ 0 0 0 0 0 T ₁ 0 0 0 0 0 T ₂ 0 0 0 0 0 T ₃ 0 0 0 0 0 L2 T ₀ 5,6 6,4 5,3 17,3 5,77 T ₁ 7,4 10,4 7,1 24,9 8,30 T ₂ 9,6 9,8 7,6 27 9,00 T ₃ 8,5 7,6 8,2 24,3 8,10 L3 T ₀ 6,6 6,2 5,9 18,7 6,23

(14)

T ₁ 8,8 9,3 6,8 24,9 8,30

T ₂ 12 11 6,2 29,2 9,73

T ₃ 10,1 11,3 6,7 28,1 9,37

Total 68,6 72 53,8 194,4 64,8

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa sebesar 64,8 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan L3T2 (Pueraria javanica

dengan FMA sebanyak 10 g) yaitu sebesar 9,37g, sedangkan rataan produksi bahan kering terendah pada L1(Arachis glabrata) untuk semua perlakuan yaitu sebesar 0 gr. Hal ini disebabkan L1 tidak dapat dipanen karena tinggi tanaman tidak sampai 20 cm dari permukaan tanah.

Produksi bahan kering pada pemotongan I diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I

Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh

tunggal M L₁ L₂ L₃ utama M M₀ 0 5,766667 6,233333 4a M₁ 0 8,3 8,3 5,533333ab M₂ 0 9 9,733333 6,244444b M₃ 0 8,1 9,366667 5,822222b Pengaruh utama L 0A 7,791667B 8,408333B

Keterangan : a,b,... = nyata (P<0,05)

(15)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan I. Dari tabel diatas terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan kering. Dari data produksi bahan segar pada pemotongan I didapat bahwa T3 juga berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya yang menyebabkan produksi bahan kering T3 berbeda dengan semua perlakuan.

Pemberian Mikoriza membantu pertumbuhan legum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brundrett et al (1996) yang menyatakan bahwa Fungi mikoriza arbuskula merupakan tipe mikoriza yang paling banyak mendapat perhatian, karena diketahui dapat bersimbiosis dengan sekitar 80% spesies tanaman. Cendawan ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan sebagai salah alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan,meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian, 2006).

Rataan produksi bahan kering rumput pada pemotongan II dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan II Jenis

Legum

PERLAKUAN ULANGAN

Total Rataan

(16)

L1 T₀ 15,14 15,87 16,62 47,63 15,88 T ₁ 17,89 16,14 13,98 48,01 16,00 T ₂ 18,51 17,34 19,82 55,67 18,56 T ₃ 18,45 20,98 23,67 63,1 21,03 L2 T ₀ 21,02 17,52 18,56 57,1 19,03 T ₁ 19,89 18,12 20,32 58,33 19,44 T ₂ 20,06 21,42 22,06 63,54 21,18 T ₃ 20,45 17,89 26,92 65,26 21,75 L3 T ₀ 14,08 13,92 11,85 39,85 13,28 T ₁ 19,27 21,26 18,73 59,26 19,75 T ₂ 21,06 18,65 19,89 59,6 19,87 Total 224,94 226,2 232,56 683,7 227,90

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa pemotongan II sebesar 227,90 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan L3T3 (Pueraria javanica dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 22,12 g, sedangkan rataan produksi bahan kering terendah pada L3T0 (Pueraria javanica tanpa pemberian Mikoriza) sebesar 97,18g.

Tabel 10. Uji Tukkey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II

Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh

tunggal M L₁ L₂ L₃ utama M

M₀ 15,87667 19,03333 13,28333 16,06444A

M₁ 16,00333 19,44333 19,75333 18,4B

(17)

M₃ 21,03333 21,75333 22,11667 21,63444C

Pengaruh utama L 17,8675a 20,3525b 18,755a

Keterangan : A, B, C : sangat nyata (P<0,01)

a, b, c : nyata (P<0,05)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan II. Dari tabel diatas terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T1(Mikoriza 5g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2(Mikoriza 10g) namun berbeda nyata dengan perlauan T0 (tanpa Mikoriza). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan kering. Dari data produksi bahan segar pada pemotongan II didapat juga bahwa T3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Asusmsi peneliti hal ini terjadi karena pengaruh dari pemberian mikoriza tersebut yang membantu pertumbuhan tanaman legum sehingga produksi bahan kering lebih baik dibandingkan yang tidak mendapatkan mikoriza. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya yang menggunakan mikoriza dengan level 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).

Rataan produksi bahan kering rumput pada pemotongan III dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

(18)

Jenis Legum Perlakuan ULANGAN Total Rataan I II III L1 T₀ 56,79 80,23 66,66 203,68 67,89 T ₁ 70,85 69,73 89,21 229,79 76,60 T ₂ 84,67 97,8 80,11 262,58 87,53 T ₃ 111,5 98,34 93,64 303,48 101,16 L2 T ₀ 85,69 84,32 90,37 260,38 86,79 T ₁ 120,21 128,71 129,31 378,23 126,08 T ₂ 145,91 142,39 132,99 421,29 140,43 T ₃ 197,23 173,85 204,24 575,32 191,77 L3 T ₀ 73,31 60,23 59,87 193,41 64,47 T ₁ 119,9 120,33 116,75 356,98 118,99 T ₂ 157,83 131,34 127,45 416,62 138,87 T ₃ 153,28 182,51 146,83 482,62 160,87 Total 1377,17 1369,78 1337,43 4084,38 1361,46

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa pemotongan III sebesar 1361,46 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan L2T3 (Centrosema pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 191,77 g, sedangkan rataan produksi bahan kering terendah pada L3T0 (Pueraria javanica tanpa pemberian Mikoriza) sebesar 64,47g.

Produksi bahan kering pada pemotongan III diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 12

Tabel 12. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III

(19)

tunggal M L₁ L₂ L₃ utama M M₀ 67,89333 86,79333 64,47 73,05222A M₁ 76,59667 126,0767 118,9933 107,2222B M₂ 87,52667 140,43 138,8733 122,2767C M₃ 101,16 191,7733 160,8733 151,2689D Pengaruh utama L 83,29417A 136,2683C 120,8025B

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan III. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata dimana pada perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Asumsi peneliti hal tersebut terjadi karena pada perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain sehingga produksi bahan kering lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1989) yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

(20)

Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha. Rataan biomasa akar masing-masing hijauan dapat dilihat pada Tabel 13

berikut ini.

Tabel 13. Rataan Biomassa Akar (g) Legum

Jenis Legum Perlakuan

ULANGAN Total Rataan I II III L1 T₀ 5,3 5,9 5,6 16,8 5,60 T ₁ 8 8,2 6,2 22,4 7,47 T ₂ 9 5,7 7 21,7 7,23 T ₃ 11,3 8,7 8,4 28,4 9,47 L2 T ₀ 8,9 6 6,6 21,5 7,17 T ₁ 8 6,7 8,8 23,5 7,83 T ₂ 5,9 5,7 5,8 17,4 5,80 T ₃ 8,2 7,3 7,4 22,9 7,63 L3 T ₀ 6,2 7,9 6,2 20,3 6,77 T ₁ 8,2 5,1 7,1 20,4 6,80 T ₂ 9,9 8,1 11 29 9,67 T ₃ 12 6,4 7,3 25,7 8,57 Total 100,9 81,7 87,4 270 90,00

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat rataan biomasa akar tanaman leguminosa sebesar 90 g. Rataan biomasa akar tertinggi terdapat pada perlakuan L3T2 (Pueraria javanica dengan FMA

(21)

sebanyak 10 g) yaitu sebesar 9,67 g, sedangkan rataan biomasa akar terendah pada L1T0 (Arachis glabrata tanpa pemberian Mikoriza) sebesar 5,60 g.

Tabel 14. Uji Tukey Biomasa Akar Tanaman Leguminosa

Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh

tunggal M L₁ L₂ L₃ utama M M₀ 5,6 7,166667 6,766667 6,511111a M₁ 7,466667 7,833333 6,8 7,366667ab M₂ 7,233333 5,8 9,666667 7,566667ab M₃ 9,466667 7,633333 8,566667 8,555556b Pengaruh utama L 7,441667 7,108333 7,95

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap biomasa akar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T0 (tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1 (Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap biomasa akar.

Asumsi peneliti mikoriza berperan dalam produktivitas legum, khususnya pada produksi unsur P dalam tanah ultisol yang memang rendah kandungan P. Sehingga pertumbuhan akar tanaman hijauan menjadi lebih baik setelah diberi perlakuan mikoriza arbuskula. Hal ini sesuai

(22)

dengan pernyataan Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa fungsi P bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya. Musfal (2010) juga menyatakan bahwa FMA sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P). Hal ini terjadi karena jaringan hifa eksternal FMA mampu memperluas bidang serapan. FMA menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam, serta Ca pada lahan berkapur sehingga hara tersedia bagi tanaman. FMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat tanah menjadi gembur.

KESIMPULAN

Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

DAFTAR PUSTAKA

Allen, O. N. & E. K. Allen. 1981. The Legumminosae, A. Source Book of Characteristic Uses and Nodulation. The University of Wisconsin Press, Wisconsin.

Auge, R. M., 2001. Water Relations, Drought and Vesicular-Arbuscular Mychorrhizal Symbiosis.

Balai Penelitian Ternak, 2007. Arachis Perenial Bukan Sekedar Pakan Ternak. Jurnal. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29 No. 2 Tahun 2007.

.

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave & N. Malajezuk. 1996. Working

Chen, C. P. and Aminah, A., 1992. Colopogonium mucuinodes In: ‘t Mannetje, L. and Jones, R. M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No.4 Forages. pp: 72 – 74. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Errythrina, B. Hafif, Z. Zaini. 2008. Keragaman Beberapa Varietas Kedelai di Lahan Kering Masam. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hal: 333.

(23)

Fakuara, M. Y., 1988. Mikorizaz, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. PAU. Bioteknologi, IPB. Francis, C. A., 1986. Introduction: Distribution and Importace of Multiple Cropping. In: CA

Francis (editor) Multiple Cropping Systems. Macmillan Publishing co. New York. Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi, & A. Maas. 2009. Pertumbuhan dan Produksi

Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada Media Tanam Salin. Dalam: Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.

Gohl, B. O., 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive Value. FAO, Rome.

Hanafi, N. D., S. Umar dan I. Bahari, 2005. Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura Campuran terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agribisnis Peternakan Vol. 1 (3). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Haryantini, B. A dan M. Santoso. 2001. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Andisol yang Diberi Mikoriza, Pupuk Posfor dan Zat Pengatur Tumbuh. Biosain 1 (30): 50 – 57. Ibrahim, T., 2005.Ciri-Ciri Leguminosa dalam Hijauan Makanan Ternak.Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Balikpapan.

Mansyur, Nyimas, P. I., dan Iin S., 2005. Peranan Leguminosa Tanaman Penutup pada Sistem Pertanaman Jagung untuk Penyediaan Hijauan Makanan Pakan Terna.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Sumedang.

Mcllroy, R. J., 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. (Diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini).

Noli, Z. A., Syahbuddin, Murni, H. S., 1999. Pengaruh Inokulasi Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Anakan Melinjo pada Tanah Ultisol. FMIPA UNAND, Padang.

Nurbaiti dan A. T. Maryani. 2007. Efek Pemberian Bahan Organik Leguminosa dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Sagu 6 (1) 34 – 35.

Partridge, I., 2003. Better Pastures for The Tropic and Subtropic.

Rao, N. S. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.

(24)

Rungkat, J. A., 2009. Peranan MVA dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Formas 2 (4): 270 – 276.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan: Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.

Sarwono, H., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta. Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-Press, Yogyakarta.

Setiadi, Y., 1998. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi, Bioteknologi Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.

Smith, S. E. dan D. J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, UK.

Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Triharso, 1994.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.

Tritradjaja, I., 2008. Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Bersama.UGM-Press, Yogyakarta.

Utama, M. Z. H. dan S. Yahya, 2003. Peranan Mikoriza VA, Rizhobium dan Asam Humat pada Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legume Penutup Tanah. Bulein Agronomi.

Walhi, 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. Artikel Pertanian, Jawa Barat.

With Mycorrizha in Forestry and Agriculture.Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR), Canbera.

Wicaksono, R. dan Ricky, 2011. Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuskula pada pembibitan Kentang (Solanum tuberosum L.) untuk Meningkatkan Efisiensi daya Serap Nutrient dalam Tanah.

Wulandari, A., 2011. Efek Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman Leguminosa Merambat dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I.
Tabel 2. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I  Pengaruh Tunggal  M Pengaruh Tunggal L  Pengaruh Utama M L₁ L₂ L₃ M₀ 0 57,76 60,79 39,52 A M₁ 0 60,0133 60,56 40,19 A M₂ 0 61,36 66,37 42,58 AB
Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada  Pemotongan II.
Tabel 4. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II  Pengaruh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak

Intisari: Kondisi kesehatan siswa merupakan salah satu faktor yang dimungkinkan mempengaruhi pretasi belajarnya di sekolah, karena dengan kondisi yang sehat maka

Hasil penelitian pada pertanyaan terbuka tentang sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif : Responden menyatakan bahwa bila tidak diizinkan memberikan ASI

1) Pada saat penyiapan administrasi pengajaran dilakukan dengan melihat contoh-contoh yang telah ada, disesuaikan dengan materi diklat yang akan diberikan. Setelah

Pada kelompok kelas eksperimen XI hasil belajar sangat memuaskan dibandingkan dengan kelompok kelas kontrol XI dengan perbedaan nilai rata- ratanya yang telah dihitung

terhadap perlindungan masyarakat dalam pemberitaan pers, dengan demikian apabila masyarakat yang merasa dirugikan karena pemberitaan pers telah menggunakan hak

Untuk membuat aplikasi berita secara sederhana, langkah pertama adalah merancang tabel-tabel database yang diperlukan.. Membuat File

spektr anya dan kemometr ika (SIMCA dan PCA) digunakan untuk mengolah data spektr anya dengan menggunakan bahan kopi Ar abika dan Robusta yang ber asal dar i Lampung Bar at