• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) dalam pelaksanaan jaminan kesehatan yang meliputi seluruh penduduk, pemerintah Indonesia telah mengembangkan suatu sistem kebijakan kesehatan di Indonesia dengan membentuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (PMK No.28/2014).

Untuk mengembangkan program JKN tersebut pada tahun 2004 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dengan pertimbangan untuk memberikan Jaminan Sosial yang menyeluruh bagi rakyat Indonesia. Selanjutnya mengeluarkan Undang-Undang No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dan menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai badan penyelenggara program jaminan kesehatan tersebut (PMK No. 28/2014).

(2)

tinggal atau bekerja di Indonesia dalam kurun waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan yang telah membayar iuran.

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berupa kapitasi dan non kapitasi. Pembayaran kapitasi dilakukan per bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP seperti puskesmas berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan dan dibayarkan langsung kepada bendahara dana kapitasi JKN pada FKTP. Besaran alokasi pembayaran ditetapkan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan seleksi dan kredensial dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 4 PMK No.59 Tahun 2014). Tarif kapitasi yang dimaksud untuk melaksanakan pelayanan kesehatan tersebut berupa pelayanan rawat jalan tingkat pertama, dengan standar tarif kapitasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp 3.000,- s/d Rp 6.000,- (PMK RI No 59 Tahun 2014).

Dana kapitasi yang diterima oleh puskesmas dari BPJS Kesehatan dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan dana kapitasi digunakan untuk pembayaran jasa pelayanan, dan untuk pembayaran dukungan biaya operasional ditetapkan berdasarkan selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan (PMK No. 19 tahun 2014).

(3)

pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN oleh kepala puskesmas untuk disampaikan kepada kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan, kemudian SKPD Dinas Kesehatan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) Dinas Kesehatan yang memuat rencana pendapatan dana kapitasi JKN dan rencana belanja dana kapitasi (SE Mendagri No. 900/2280/SJ).

BPJS Kesehatan KCU Medan sebagai salah satu penyelenggara program JKN memiliki data peserta yang terdaftar di puskesmas se-Kota Medan dari Januari sampai dengan November 2015 sebanyak 1.092.799 jiwa (49,87%), dengan rincian untuk Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 739.677 jiwa (67,68%), Non PBI 353.122 (32,31%) Jiwa dari jumlah penduduk Kota Medan sebanyak 2.191.140 Jiwa.

(4)

Selain itu dalam mekanisme penggunaan dana kapitasi yang diperoleh puskesmas, dana tersebut digunakan oleh puskesmas 60% untuk jasa pelayanan dan 40% digunakan untuk alat kesehatan, obat-obatan, alat tulis kantor dan lain sebagainya seperti segala sesuatu yang diperlukan oleh puskesmas dalam mendukung pelayanan kesehatan misalnya penggandaan resep, penggandaan surat-surat, alat tulis kantor. Di dalam perencanaan penggunaan dana tersebut kepala puskesmas membuat rencana kerja anggaran yang dilakukan setiap awal tahun, dan ber dasarkan kepada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

Sementara itu, hasil di Puskesmas Polonia menemukan fenomena bahwasannya puskesmas tersebut belum sepenuhnya menangani pengobatan penyakit jantung dikarenakan belum adanya alat pemeriksaan untuk deteksi penyakit jantung seperti alat EKG. Skrining awal dalam menentukan pasien yang menderita penyakit jantung dengan mangukur tekanan darah, koleterol total serta hal lain yang dikeluhkan oleh pasien berupa sesak, nyeri pada bagian dada dan lain sebagainya. Selama ini dana tersebut masih digunakan untuk operasional puskesmas karena dalam pengadaan tahun berjalan belum dilakukan perencanaan untuk alat tersebut, serta belum terdapatnya sumber daya manusia (SDM) seperti dokter spesialis dan tenaga yang berkompetensi untuk mengoperasikan alat dan menginterpretasikan hasil.

(5)

dengan persyaratan peralatan puskesmas di ruang tindakan dan ruang gawat darurat, poin set tindakan medis /gawat darurat harus memiliki EKG.

Menurut penuturan salah seorang informan, bahwa hal tersebut terjadi karena dalam proses pengadaan barang dan jasa, puskesmas harus mengajukan perencanaan belanja kepada Dinas Kesehatan karena proses pembelian dilakukan secara e-catalogue dan yang memiliki sertifikasi pembelian barang hanya tersedia 1 orang yaitu di Dinas Kesehatan. Dana yang dapat dibelanjakan langsung oleh puskesmas hanya barang yang nilainya di bawah 10 juta. Fenomena lainnya bahwa puskesmas tersebut mengupayakan menangani salah satu dari 9 penyakit kronis yaitu diabetes melitus meskipun mengalami keterbatasan juga dalam melakukan pengobatan yang dalam perhitungannya dulu dalam 1 bulan hanya 2 kali pasien diperiksa, namun dalam kenyataannya pasien datang per-tiga kali setelah obat habis dan ingin diperiksa kembali.

(6)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnanto (2014) bahwa berdasarkan analisis skenario dalam monitoring awal pelaksanaan JKN, diperkirakan akan terjadi ketimpangan dan ketidakadilan yang semakin besar antara daerah maju dengan daerah sulit, hal tersebut dikarenakan bahwa masyarakat di daerah maju dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang tidak memadai akan mendapatkan manfaat JKN yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang maju/kota besar.

Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan diketahui bahwa angka rujukan puskesmas se-Kota Medan Januari s/d Oktober 2015 rata-rata 541pasien rujukan atau sekitar 51,07% pasien, tahun 2014 sebesar 12.534 Jiwa (37,01%) yang dirujuk sedangkan menurut pernyataan dari Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Fadjriadinur menyatakan bahwa pasien yang dirujuk dari FKTP ke RS tidak boleh lebih dari 10%. Tingginya angka rujukan diasumsikan karena kurangnya ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan di puskesmas. Bahkan ada satu puskesmas di Kota Medan yang melakukan rujukan 100% terhadap pasien BPJS Kesehatan yang berkunjung yaitu Puskesmas Pulo Brayan pada bulan januari 2015.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka diambil satu permasalahan yaitu bagaimana Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas se-Kota Medan, dengan mengambil perwakilan dari Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan untuk mewakili daerah Kota dan daerah Pesisir.

(7)

Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisis Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan untuk mewakili daerah Kota dan daerah Pesisir.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Badan Penyenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebagai bahan masukan dan rujukan dalam mengevaluasi Puskesmas;

2. Bagi Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk kemajuan pelayanan di Puskesmas;

3. Bagi Puskesmas diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal;

Referensi

Dokumen terkait

Mengharuskan perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja sesuai dengan ketentuan Islam dalam akad ( ijarah ) salah satu bentuk pekerjaan yang halal untuk dilakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk multimedia, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan multimedia dan keefektifan pembelajaran dengan

[r]

Perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mengindikasikan memberikan penegasan terhadap Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yaitu penegasan dianutnya sistem

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya wadah yang dapat mewadahi kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam bidang seni musik yaitu perancangan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian Analisis Perbandingan Keuntungan Usaha Docking Kapal Perikanan Berdasarkan Sistem Pembayaran : Studi Kasus Along Jaya Batang

Bantu, pada akhir bulan di rekap ke buku kuning atau merah sesuai dengan desa asal sasaran. ? Laporan hasil imunisasi di balai pengobatan swasta dicatat di buku biru dari bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 faktor yang telah dilakukan analisis faktor konfirmatori bahwa yang faktor yang memiliki nilai kontribusi tertinggi hingga terendah