• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru SMP Pada Yayasan Pendidikan Tunggal Alas (YPTA) Kota Cane

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru SMP Pada Yayasan Pendidikan Tunggal Alas (YPTA) Kota Cane"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1 Kepemimpinan

2.1.1.1. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan didefenisikan sebagai tindakan atau upaya untuk

meotivasi atau mepengaruhi orang lain agar mau berkerja atau bertindak kearah

pencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan subsituasi dari kepemimpinan

(leadership) ini adalah pelaksanaan (actuating), penginisiatipan (initiating),

pengarahan (directing), pembimbing (guiding), memerintah (commanding) dan

pemberian inspirasi (inspiring).

Kepemimpinan adalah suatu peroses mempengaruhi pikiran, perasaan,

tingkah laku, dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan bersama

yang telah ditetapkan secara bersama-sama pula (Hadari Nnawawi,2004:94).

Menurut Kartono (2006: 10) kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional,

kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif,yang mampu mempengaruhi

para angota untuk mengubah sikap, sehinga mereka menjadi conferm dengan

keinginan pemimpin. Sedangkan menurut Robbin (2003: 163), kepemimpinan

merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapai tujuan.

Pemimpin dalam suatu organisasi atau Yayasan memiliki gaya atau tipe

kepemimpinaan yang berbeda-beda. Masing-masing gaya atu tipe kepemimpinan

dapat dipastikan akan mengakibatkan dampak yang berbeda kepada para

(2)

tipe kepemimpinan yang dapat memajukan organisasi atau Yayasan yang

dipimpinannya, bukan sebaliknya.

2.1.1.2. Kepemimpinan Wanita

Pemimpin wanita adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk

bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan bersama.Pemimpin wanita

mengiditifikasikan bahwa mereka cenderung berprilaku model manajemen

transformatif dan partisipatif. Pemimpin wanita tampil berkerja secara koperatif

dan memberdayakan kolegannya serta memfungsikan kerja sama secara efektif.

Adapun para pemimpin yang partisipatif, konsultatif dan delegatif biasa

juga dikatakan sebagai sosok yang tidak otokrasi. Terdapat perbedaan penting

antara kepala sekolah laki-laki dan wanita dalam mempersepsi diri mereka

sendiri.kepala sekolah wanita mengklaim dirinya bersifat dengan model

kepemimpinan yang mendasarkan pada keputusan konsensus, melibatkan seluruh

kolega yang relevan dalam semua kegiatan, sehingga demikian biasa menjaga

komitmen dan motivasi, serta berperilaku dengan model kepemimpinan yang

hangat dan bersahabat (Lyons dalam Bush dan Coleman 2006).

Menurut Shakeshaft (dalam Bush dan Coleman 2006 ) ada beberapa perbedaan

antara laki-laki dengan wanita dalam manajemen yaitu :

1. Wanita lebih cenderung banyak melakukan kontak dengan atasan dan

bawahan, seperti Guru dan Murid.

2. Wanita menghabiskan banyak waktu dengan para angota komunitas dan

(3)

3. Wanita lebih informal.

4. Wanita lebih concern terhadap perbedaan-perbedaan individual murid.

5. Mereka lebih memandang posisinya sebagai orang pemimpin pendidik

daripada seorang manajer, dan melihat kerja sebagai suatu pelayanan

terhadap komunitas.

6. Terdapat suatu sikap kurang menerima terhadap para pemimpin wanita

dari pada laki-laki; oleh karenanya parapemimpin wanita hidup dalam

suatu dunia yang terpendam dan gelisah.

7. Mereka bias mendapatkan kepuasan yang banyak dari instruksi, sementara

laki-laki dari administrasi.

8. Dalam komunikasi mereka lebih sopan dari pada laki-laki.

9. Wanita lebih menggunakan model manajemen partisipator, dan

mengunakan strategi-strategi kolabotatif dalam menyelesaikan masalah.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan

2.1.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan

Menurut Nawawi (2003:115) gaya kepemimpinan adalah perilaku atau

cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran,

perasaan, sikap dan prilaku para anggota organisasi atau bawahannya. Menurut

Thoha (2003), gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti

yang ia lihat. Menurut Winardi (2002:78), gaya kepemimpinan adalah suatu

(4)

hubungan mana kita memusatkan perhatian pada yang dilakukan oleh pemimpin

tersebut.

Adapun gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2003:115) tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan Otokratis,gaya kepemimpinan ini menghimpun

sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada

pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota

organisasi dan kegiatannya dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.

2. Gaya kepemimpinan Demokratis, gaya pepemimpinan menempatkan

manusia sebagai faktor pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang

dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orentasi pada hubungan dengan

anggota organisasi. Terdapat kordinasi pekerjaan pada semua bawahan,

dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)

dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinandemokratis ini bukan

terletak pada orang atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru

terlatak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok.

3. Gaya kepemimpinan bebas (Laissez-Faire).Gaya kepemimpinan ini pada

dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasi mampu mandiri dalam

membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing,

dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam

merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas

(5)

Ralph White dan Ronald Lippitt (dalam Winardi, 2000:79) mengunakan

skema tiga macamgaya kepemimpin sebgai berikut:

Tabel 2.1

Tiga Macam Gaya Kepemimpinan

OTORITER DEMOKRATIS LAISSEZ-FAIRE (BEBAS)

1. Semua determinasi “policy” 1. Semua “policies” merupakan bahan

pembahasan kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.

1. Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau

individual

dengan minimum partisipasi pemimpin

2. Teknik teknik dan langkah-langkah aktivitas ditentukan oleh pejabat satu persatu, hinga langkah-langkah rah tujuan kelompok dan apabila diperlukan nasihat teknis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih.

2. Macam-macam bahan disediakan oleh pemimpin, yang dengan jelas mengatakan bahwa bahwa ia akan

menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.

3. Pemimpim biasanya mendite tugas pekerja khusus dan teman sekerja setiap angota.

3. Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah pada kelompok

3. Pemimpin tidak

berpartisipasi sama sekali.

4. “Dominator”cendrung bersifat pribadi dalam pujian dan kritik pekerja setiap angota; ia tidak turut serta dalam pertisipasi kelompok secara aktif kecuali apa bila ia memberikan demonstrasi.

4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental, tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut.

4. Komentar spontan yang tidak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.

Sumber: Winardi (2000:79)

Secara umum, gaya kepemimpinan laki-laki dan wanita adalah sama tetapi

situasinya yang akan mungkin berbeda karena wanita selalu lebih mementingkan

hubungan interpersonal, komunikasi, motivasi pekerja, berorientasi tugas, dan

bersikap lebih demokratis dibandingkan dengan laki-laki yang lebih

(6)

Rivai (2004:154) menyebutkan lima prinsip yang memungkinkan pemimpin

biasa menyelesaikan banyak hal yang luaar biasa. Kelima perinsip tersebut adalah:

a. Menantang Proses

Pemimpin harus berani menantang peroses yang berjalan secara alami.

Pemimpin adalah pelopor, orang yang bersedia melangkah keluar dan

memasuki apa yang belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko,

melakukan inovasi dan percobaan supaya bisa menemukan cara baru dan

lebih baik untuk melakukan banyak hal. Pemimpin adalah pengguna awal.

Pemimpin adalah orang yang sanggub belajar, mereka belajar dari

kegagalan mereka disamping dari keberhasilan mereka.

b. Menghadirkan wawasan bersama

Untuk mencapai tujuan bersama, pemimpin harus mampu memberi ilham

bagi munculnya wawasannya sebagai wawasan orang yang dipimpin.

Pimpinaan harus memahami kebutuhan, impian, harapan, inspirasi orang

yang dipimpin. Pimpinaan harus menempah kesatuan tujuan dengan

menunjukkan bagai mana impian dapat dicapai dan membangkitkan

antusialisme bagi anggotanya.

c. Memungkinkan orang lain bias bertindak

Seorang pemimpin akan berhasil jika mampu membuat anak buah merasa

kuat, mampu dan memiliki keyakinan. Pemimpin memungkinkan orang

yang dipimpin bisa bertindak dengan berbagai kepemimpinan.

Kepemimpinan sebaiknya terjadi akibat adanya hubungan yang berdasrkan

(7)

d. Menjadi penunjuk jalan

Seorang pemimpin akan berhasil jika mampu memberi contoh dan

membina komitmen melalui tindakan sehari-hari, yang menciptakan

kemajuan. Pemimpin harus mampu sebagai penunjuk jalan melalui contoh

pribadi dan pelaksanaan yang penuh pengapdian tampa pamrih atau

mengharap adanya imbalan.

e. Membesarkan hati

Pemimpin akan berhasil jika mampu membesarkan hati anak buah untuk

berjalan terus, menunjukan terus kepada anak buah bahwa mereka bisa

menghadapi segala masalah dan rintangan serta memberikan penggakuan

terhadap keberhasilan individu dan kelompok.

2.1.3. Kinerja

2.1.3.1. Definisi Kinerja

Seorang pemimpin pasti memiliki strategi dalam menjalankan Yayasan

nya atau perilaku pemimpin yang dapat meningkatkan kinerja pegawai dan

organisasi.Kinerja adalah hasil yang dicapai seorang pekerja dan diberikan kepada

Yayasan .Istilah kinerja sering digunakan untuk meyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bias diketahui hanya

jika individu atau kelompok tersebut mempunyai karakteria keberhasilan yang

telah ditetapkan. Kereteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target

tertentu yang hendak dicapai.

Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan

(8)

memberikan kontribusi kepada organisasi yang menghasilkan baik atau tudak

baik. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat

perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Malthis, 2002: 78).

Kinerja adalah yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk

pekerjaan yang bersangkutan. Meningkatka pekerjaan perorangan (individual

performance) maka kemukinan besarjuga akan meningkatkan kinerja Yayasan (corporate performance) karena keduanya mempunyai hubungan yang erat

(As’ad, 2001: 46-47).

2.1.3.2.Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur

berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru

dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian

sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja

guru oleh pengawas menjelaskan bahwa:

“Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknaspasal 39 ayat

(2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian

(9)

Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20

(a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan

mengevaluasi hasil embelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam

kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru

2.1.3.3. Indikator Kinerja

Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan

indikator dari suatu kinerja. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat

dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat

bahwa kinerja setiap hari di dalam lingkungan Yayasan dan perorangan terus

mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru

mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan

kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki

tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu:

1. Guru sebagai pengajar,

2. Guru sebagai pembimbing dan

3. Guru sebagai administrator kelas.

Berdasarkan keseluruhan defenisi diatas dapat kitaliahat bahwasanya kinerja

pegawai ini adalah merupakan output dari pengabunggan faktor-faktor penting

(10)

delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi

faktor-faktor diatas, maka semakin besar kinerja pegawai yang bersangkutan.

2.1.3.4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah karena dengan

penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau kriteria

yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut.

Menurut Mangkupawira (2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan adalah:

(1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4)

kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan pengembangan karir;

(6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan

rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan

eksternal; (11) umpan balik pada SDM.

Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan tentang manfaat penilaian

tenaga pendidikan: “Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi

individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya

penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang

bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik

terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada

gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan

karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam

mengambilkeputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah,

(11)

lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara

keseluruhan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting

dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk

sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi

guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian

kinerjaguru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik

sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan

peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.

Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari

kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna

mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan

meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola

pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan.

2.1.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih

ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada

belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan

masyarakat yang ada serta kebutuhan pembangunan, dalam hal ini peningkatan

kualitas pendidikan dapat diptimalisasikan melalui kinerja guru.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan

(12)

maupun anak didik. Pidarta (Susanto, 2000:2) mengemukakan bahwa, ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan

tugasnya yaitu: “(1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3)

harapan-harapan, dan, (4) kepercayaan personalia sekolah.

Menurut Burhanuddin (2001:272), paling tidak ada lima faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja guru selaku individu, yakni:

1. Kemampuan. Penguasaan terhadap kompetensi kerja mutlak diperlukan

guna mencapai sasaran kerja. Kemampuan guru dalam hal ini mampu

menguasai empat kompetensi dasar sebagaimana dipersyaratkan

Undang-Undang.

2. Motivasi, yaitu pemberian suatu insentif yang bisa menarik keinginan

seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motivasi tidak terlepas dari

kebutuhan dan dorongan yang ada dalam diri seseorang yang menjadi

penggerak, energi dan pengaruh segenap tindak manusia.

3. Dukungan yang diterima, merupakan menifestasi kebutuhan sosial

terhadap tugas dan tanggung jawab yang telah dilaksanakan.

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. Pada dasarnya pekerjaan

yang guru lakukan harus dapat diakui sehingga memberikan dampak

positif dan menjadi motivasi bagi guru. Sebaik apapun tugas yang

dilaksanakan, jika tidak memperoleh pengakuan maka tidak dapat

memberikan manfaat baik bagi individu pelaksana tugas maupun orang

(13)

5. Hubungan mereka dengan organisasi. Hubungan antara guru dengan

organisasi harus berjalan secara kondusif. Hubungan yang kondusif dapat

diciptakan apabila masing –masing anggota organisasi mengetahui

batas-batas tugas, tanggung jawab dan wewenangnya dalam menjalankan tugas.

Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun

kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami

atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk

berprestasi.

Menurut Mangkunegara (2001:87), faktor yang mempengaruhi kinerja

antara lain:

1. Faktor kemampuan; secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh

karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlihannya;

2. Faktor motivasi; motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi

yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk

berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Sedangkan Gibson (dalam Abdullah, 2008:43) mengemukakan tiga faktor

yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: (a) Faktor individu, terdiri dari;

(14)

sosial dan demografi seseorang; (b) Faktor psikologis, seperti; persepsi, peran,

sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; dan, (c) Faktor organisasi, yaitu;

struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward

system).

2.2Penelitian Terdahulu

Anbri (2009) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerna Kryawan PT. Central

Asia, Tbk KCP PULO BRAYAN Medan”. Hasil uji simulatif (Uji-F),

menunjukan bahwa nilai terhitung sebesar 22,985 lebih besar dari t tabel sebesar

3,31 pada tingkat siknifikan 5 % yang artinya gaya kepemimpinan dan lingkungan

kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Central Asia, Tbk KCP Pulo

Brayan Medab. Gaya kepemimpinan merupakan variabelyang paling dominan

yakni sebesar 6,007 jika dibandingkandengan lingkungan kerja sebesar 2,162

dengan tingkat siknifikan di bawah 0,05. Artinya gaya kepemimpinan memiliki

peran yang lebih besar dibandingkan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Lastiar (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi

Regional Wilayah Barat Medan”.Hasil penelitian menunjukkanbahwa Koefisien

Determinasi (R Square) sebesar 0.654. Untuk regresi berganda menggunakan

Adjusted R Square yang disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian yaitu 0.428 yang berarti 42,8 % variasi variabel

terikat (Motivasi Kerja) mampu dijelaskan oleh variabel independen gaya

(15)

laissez faire dan 57,2 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji Fhitung

sebesar 9,988 dan Ftabel sebesar 4,08 sehingga Fhitung > Ftabel (9,988 > 4,08) pada α = 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan

demokratis, gaya kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan laissez faire

secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai pada PT.

Indosat, Tbk. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Pada uji t, variabel gaya

kepemimpinan demokratis berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi

kerja pegawai.

2.3Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai

objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti.

Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis variabel yang

akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel

independen dan dependen (Sugiyono, 2005: 48).

Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan

prilaku para anggota organisasi atau bawahannyaMenurut Nawawi (2003:115).

Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola

bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan

(16)

Kinerja adalah yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk

pekerjaan yang bersangkutan (Malthis, 2002: 78). Indikator kinerja guru terdiri

dari: Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting

untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kulminasi

dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan

dan kondisi eksternal (Sulistyorini, 2001: 32).

Teori Michiga, Robbin (2003: 44) adalah bahwa pemimpin yang

berprorintasi pegawai memiliki hubungan dengan kinerja/ kelompok kerja. Tiori

jalur, Robbin (2003: 55) menggambarkan kepemimpinan yang suportif

menghasilkan kinerja dan kepuasan yang tinggi bila bawahan mengerjakan tugas

terstruktur, dan kepemimpinan yang berorientasi prestasi akan meningkat

pengharapan bawaha, bahwa upaya akan mendorong kinerja yang tinggi bila

tugas-tugas terstruktur.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Ohil State University dan Michigan

University di Amerika Serikat, terutama ternspirasi oleh gaya kepemimpinan,

menyimpulkan bahwa para pemimpin yang sukses menyesuaikan gaya

kepemimpinannya dengan kesiapan dan kematangan pare pengikut untuk berkerja

pada situasi tertentu. Hasi penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa gaya

(17)

Berdasarkan teori-teori pendukung tersebut, maka model kerangka

konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber : Menurut Robbin (2003: 44)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Gaya Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah penjelasan semua tentang perilaku, fenomena, atau

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dengan kata lain, hipotesis

merupakan jawaban sementara yang telah disusun peneliti, yang kemudian di uji

kebenarannya melalui peneliti yang dilakukan (Kuncoro, 2003: 48).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

ditetapkan maka hipotesis penelitian adalah “Gaya Kepemimpinan Wanita

Berpengaruh positif dan siknifikan terhadap Kinerja Guru pada Yayasan Tunggal

Alas Kota Cane”.

Gambar

Tabel 2.1 Tiga Macam Gaya Kepemimpinan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadin & Mardiono (2011), dengan menguji kelayakan minyak jelantah ditinjau penyerapan

Pada jam ke 48 sampai jam ke 72 rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi di kultur ganda dari pada di kultur tunggal karena sudah terjadi kontak dengan cendawan patogen sehingga

c( Kredit #on account'+ artin)a pemba)aran dilakukan dalam jangka ,aktu tertentu setelah barang diserahkan dari penjual kepada pembeli( 3eberapa perusahaan akan mena,arkan

Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan intrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa program pendidikan UNNES terutama yang mengambil program kependidikan

Jika total tagihan tidak dilunasi secara penuh atau pembayaran efektif diterima setelah Tanggal Jatuh Tempo atau tidak ada pembayaran sama sekali Bank akan membebankan bunga

Untuk itu diperlukan suatu sistem keamanan untuk memblokir spam dan bot- bot spam ini, yaitu bagaimana cara agar spammer dan bot-bot ini tidak bisa melakukan posting

Misalnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Young (1985) bahwa senjangan anggaran terjadi ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan informasi

Pada dasarnya tujuan pemeriksaan operasional yang utama adalah membantu manajemen dalam mencapai efektivitas dan efisiensi operasi perusahan atau bagian perusahaan,