• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media dan Kekerasan Terhadap Anak (Analisis Isi Berita Kekerasan Terhadap Anak dalam Harian Medan Pos)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Media dan Kekerasan Terhadap Anak (Analisis Isi Berita Kekerasan Terhadap Anak dalam Harian Medan Pos)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Paradigma Penelitian

2.1.1Perspektif / Paradigma Kajian

Perspektif adalah suatu kerangka konseptual (conceptual framework),

suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita, dan

pada gilirannya mempengaruhi cara kita bertindak dalam suatu situasi. Oleh

karena itu, tidak ada seorang ilmuan yang berhak mengklaim, bahawa

perspektifnya yang benar atau sah, sedangkan perspektif lain salah. Seperti

dikemukakan Tucker et al., oleh karena suatu paradigma adalah suatu pandangan

dunia dalam memandang segala sesuatu, paradigma mempengaruhi pandangan

kita mengenai fenomena, yakni teori. Teori digunakan peneliti untuk

menjustifikasi dan memandu penelitian mereka. Mereka juga membandingkan

hasil penelitian berdasarkan teori itu untuk lebihjauh mengembangkandan

mengaskan teori tersebut. Tingkat perkembangan teoritis suatu bidang akademik

merupakan indeks kecanggihan dan kematangan disiplin tersebut. Seraya merujuk

kepada Kuhn, Tucker et al. mengatakan bahwa disiplin yang belum matang

ditandai dengan persaingan di antara paradigma – paradigma, kurangnya khasanah

teori yang terintegerasi, dan pengumpulan fakta yang bersifat acak. Namun

pendapat Kuhn mungkin hanya cocok untuk ilmu – ilmu alam dan eksakta. Bagi

sebagian ilmu sosial, keistimewaan ilmu sosial, justru keanekaragaman

perspektifnya. Objek ilmu – ilmu alam (yang statis, tidak punya kemauan bebas)

memang berada dengan objek ilmu sosial, yakni manusia, yang mempunyai jiwa

dan kemauan bebas. Persaingan paradigma dalam disiplin komunikasi, misalnya,

antara lain disebabkan rumitnya fenomena komunikasi. Frank Dance mengakui,

disiplin komunikasi tidak punya grand theories, sejumlah teori parsial, dan

banyak teori yang partikularistik, berdasarkan alas an berikut.

(2)

• Sifat komunikasi yang hadir di mana – mana membuat penjelasan menjadi sulit.

• Fakta bahwa komunikasi adalah instrument dan objek studi

• Kekuatan dan pelecehan yang berasal dari perdebatan para digmatik.

• Persaingan antara disiplin – disiplin yang berkaitan.

Dalam bidang keilmuan, sekali lagi, perspektif akan mempengaruhi

definisi, model atau teori kita yang pada gilirannya mempengaruhi cara kita

melakukan penelitian. Perspektif tersebut menjelaskan asumsi – asumsinya yang

spesifik mengenai bagaimana penelitian harus dilakukan dalam bidang yang

bersangkutan. Perspektif menentukan apa yang dianggap fenomena yang relevan

bagi penelitian dan metode yang sesuai untuk menemukan hubungan di antara

fenomena, yang kelak disebut teori.

Oleh karena setiap peneliti memandang bidang ilmunya secara berbeda, ia

cenderung menafsirkan fenomena yang sama dengan cara yang berbeda pula.

Oleh karena tidak adannya paradigma, model, dan sudut pandang yang diterima

secara universal, semua interpretasi yang beraneka ragam dan sering tidak

konsisten itu sama – sama absah. Keragaman paradigma berguna karena hal itu

memberikan berbagai perspektif mengenai fenomena yang sama. Agar metode itu

disebut ilmiah, kita harus dapat memahami apa yang kita lakukan, dan bagaimana

kesimpulan yang kita peroleh. Berdasarkan kriteria ini, hamper semua metode

bersifat ilmiah bila peneliti dapat mempertahankan pengamatan dan hasilnya

secara sistematis dan teratur karena ada kejelasan dari panduan yang ada, antara

lain memperhatikan tingkat kepercayaan data dan tafsiran, serta keterbukaan

terhadap keritik dari public. Seperti ditegaskan Tucker et al., bila suatu paradigma

menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena, paradigma itu memperoleh lebih

banyak pendukukung. Lebih banyak lagi ilmuan yang mengeksplorasi,

memperbaiki dan menyempurnakan paradigma tersebut. Penelitian – penelitian

dan laporan – laporan penelitian berdasarkan paradigma tersebut berlipat ganda

sementara paradigma – paradigma saingannya memperoleh sedikit perhatian.

Lebih banyak orang menerima paradigma yang bersangkutan, dan para

(3)

sepanjang terus memungkinkan kita berhasil mengatasi problem kita dan

menjelaskan fenomena yang kita teliti (Mulyana, 2004, 18).

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada

dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan bentuk cara pandangnya

terhadap dunia. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam

kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya: paradigma menunjukkan

pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat

normatif, menunjukkan kepada praktisnya apa yang harus dilakukan tanpa perlu

melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang (Mulyana,

2004:9).

Di dalam buku Semiotika Komunikasi R.Bailey berpendapat bahwa

paradigma merupakan jendela mental (mental window) seseorang untung melihat

dunia.

Perbedaan antara paradigma penelitian biasa dilihat melalui empat

dimensi, yaitu:

1. Epitemologi, yang antara lain menyangkut asumsi mengenai hubungan

antara peneliti dan yang diteliti dalam proses untuk memperoleh

pengetahuan mengenai objek yang diteliti.

2. Ontologi, yang berkaitan denga asumsi mengenai objek atau realitas sosial

yang diteliti.

3. Metodologis, yang berisi asumsi – asumsi mengenai bagaimana cara

memperoleh pengetahuan mengenai suatu objek pengetahuan.

4. Aksiologis, yang berkaitan dengan posisi value judgements, etika an

pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian.

Paradigma dalam pandanga filosofis, memuat pandangan awal yang

membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berfikir seseorang.

Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi praktis berprilaku, cara

berfikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah (Salim,

(4)

2.1.2 Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini sama artinya

dengan faktual, yaitu apa yang didasarkan fakta-fakta. Positivisme adalah suatu

aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber

pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik,

tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana

untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme

khususnya idealisme Jerman Klasik). Pengetahuan demikian hanya bisa

dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang

karenanya spekulasi metafisis dihindari.

Positivisme lahir sebagai evolusi lanjut dari empirisme. Paham ini meyakini,

semesta hadir melalui data empirik sensual tertangkap indra. Ajaran positivist

menyatakan, puncak pengetahuan manusia adalah ilmu yang dibangun

berdasarkan fakta empirik sensual : teramati, terukur, teruji, terulang dan

teramalkan. Dan, karenanya, ia sangat kuantitatif (Vardiansyah, 2008).

Awalnya adalah Auguste Comte (1798-1857), dikenal sebagai bapak

sosiologi modern, yang mencetuskan pemikirannya pada abad ke-19. Comte

mengurai secara garis besar prinsip-prinsip positivisme yang hingga kini masih

digunakan. Menurut Comte, alam pikir manusia berkembang dalam tiga tahap :

teologik, metafisik dan positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang segala

sesuatu didasarkan adanya dewa, roh, atau Tuhan. Pada tahap metafisik,

penjelasan fenomena alam didasarkan pada pengertian-pengertian metafisik

seperti substansi, bentuk, dan sejenisnya. Pada jenjang positif, manusia

mengadakan pencarian pada ilmu absolut yang positif. Inilah akar kata

positivisme (Vardiansyah, 2008).

Positivisme lahir dan berkembang sebagai jawaban tegas atas kegagalan

(5)

spekulasi teoritis yang digunakan untuk merumuskan pengetahuan karena

menurut pandangan mereka, cara spekulatif sudah jauh keluar dari maksud

pencarian kebenaran yang sebenarnya. Alasan mereka juga, kebenaran

pengetahuan harus dapat teruji melalui verifikasi data / realitas yang ada.

Pada tahap awal, para ilmuwan yang bersikukuh memperkenalkan paradigma

ini kebanyakan muncul dari kalangan ilmu-ilmu alam yang berkembang pesat

pada masa itu. Dengan kata lain, positivisme sendiri sejak perkembangan awalnya

merupakan suatu aliran pemikiran filsafat yang secara tegas menyatakan bahwa

ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar

dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisik (Narwaya, 2006).

Comte menegaskan, dengan memberi penekanan pada aspek metodologi,

positivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmu menganut tiga prinsip utama:

empiris-objektif, deduktif-nomologis (jika…,maka…), serta instrumental-bebas

nilai. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu alam, tapi juga harus berlaku

pada ilmu-ilmu sosial. Implikasinya terurai sebagai berikut.

1. Prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada

ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana pada ilmu-ilmu yang objeknya benda alam,

subjektivitas manusia tidak boleh mengganggu observasi atas tindakan

sosial. Artinya, objek ilmu sosial disejajarkan dengan objek

ilmu-ilmu alam.

2. Seperti dalam ilmu-ilmu alam, hasil riset ilmu-ilmu sosial dirumuskan

dalam bentuk hukum-hukum yang universal, berlaku kapan pun dan

dimana pun, yang dalam bahasa filsafat ilmu disebut nomothetik.

3. Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, menyediakan pengetahuan yang

instrumental murni, tidak memihak. Pengetahuan harus dapat dipakai

untuk keperluan apa saja, sehingga tidak bersifat etis. Dengan kata lain,

sebagaimana ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial harus bebas nilai dan tidak

(6)

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1. Komunikasi

Komunikasi terjadi sejak manusia hidup lebih dari seorang karena

komunikasi merupakan sarana interaksi manusia. Tidak mungkin ada interaksi

tanpa komunikasi, baik dengan cara sederhana maupun dengan sarana canggih,

bahkan kelompok hewan juga berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan

bahasa yang mereka mengerti. Sebagai contoh di masa lalu, suku Indian memakai

asap sebagai saran komunikasi jarak jauh, sedangkan beberapa suku di berbagai

belahan dunia meniru suara yang ada di sekitarnya, seperti suara burung untuk

memberi tanda tentang sesuatu. Sistem komunikasi seperti itu sering dikatakan

sebagai bahasa isyarat (Mondry, 2008: 1).

Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata: common, yang

berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana dapat

dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran

dan rasa antara komunikator dengan komunikan (Mondry, 2008:1).Sebagai

makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia

ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa

manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 2006:1).

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang

sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebuah definisi

yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada

studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa:

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan

antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah

(7)

Seperti pendapat Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan

Amerika dalam (Cangara, 2006:19) yang telah banyak memberi perhatian pada

studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi

bahwa: Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Dalam suatu komunikasi harus ada unsur komunikasi di dalam nya.

Supaya proses komunikasi berlangsung baik, setiap unsur harus berperan dengan

baik. Salah satu saja dari unsur komunikasi tersebut tidak berjalan dengan baik,

tentu komunikasi tersebut akan terganggu. Unsur-unsur komunikasi tersebut

adalah (Cangara 1998: 22-27) :

a. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim,

komunikator, atau source, sender, atau encoder.

b. Pesan

Pesan (message, content, atau information) yang dimaksud dalam

proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada

penerima. Pesan dapat disampaikan melalui tatap muka atau melalui

media komunikasi.

c. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi

antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain

pancaindra manusia, telepon, surat, telegram juga digolongkan sebagai

media komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi massa media

komunikasi dapat dibedakan kedalam dua macam, yakni media cetak

dan media media elektronik. Media cetak bisa berupa surat kabar,

majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster,

spanduk, dan sebagainya. Sementara media elektronik dapat berupa

(8)

d. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai, atau negara. Penerima biasa disebut dalam berbagai

istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan, audience atau reciever.

e. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap,

dan tingkah laku seseorang.oleh karena itu, pengaruh bisa juga

diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan,

sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.

f. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah

satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi

sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan

dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

g. Lingkungan

Lingkungan atau sesuatu ialah faktor-faktor tertentu yang dapat

memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas

empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,

lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya

komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,

penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen

(9)

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau

elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa

terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada

juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang

telah disebutkan (Cangara, 2006:21).

1. Fungsi Komunikasi

Menurut Verderber (1978) dalam (Mondry, 2008:9) mengemukakan:

“Komunikasi itu memiliki dua fungsi; meliputi fungsi sosial dan

pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan,

menunjukkan ikatan, membangun dan memelihara hubungan dengan

orang lain. Pengambilan keputusan adalah berupa memutuskan melakukan

atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, misalnya apakah dirinya

harus kuliah atau bekerja di pagi ini, bagaimana mempersiapkan diri

menghadapi ujian di kampus atau tes promosi pekerjaan dikantor.

Keputusan yang diambil seseorang sebagian ditetapkannya sendiri,

sebagian lagi diputuskan setelah orang itu berkonsultasi/

membicarakannya dengan orang lain”

Menurut Zimmerman (1978) dalam (Mondry, 2008:10) membagi

komunikasi menjadi empat fungsi yang tidak saling meniadakan, meliputi

komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi

instrumental. Fungsi komunikasi menurut (Effendy, 2003:55) adalah

menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint)

dan mempengaruhi (to influence).

William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan

fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:

(10)

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari

tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja

sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi,

RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai

diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan

orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar

bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan

siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir

anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda

merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan

demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)

mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk

orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam

membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang

tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan

kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others,

untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan

emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep

diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group

(kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita,

dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat

ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan

ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan

Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai

ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok

(11)

b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan

dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi

pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri

terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun

mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan

langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara

panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang

terkadang tidak relevan.

c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh

kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk

mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang

lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum,

dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.

Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan

untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan

hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina

hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan

bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis,

keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu

kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin

memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk

memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa

diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat

dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan,

untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan

solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan

(12)

2. Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan

nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,

marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan

secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih

sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan

kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan

matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa

kampus dengan melakukan demontrasi.

3. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang

tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagarites of

passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,

siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan

kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain

seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara

bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan

lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang

berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali

komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau

agama mereka.

4. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,

yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan

tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita

gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk

(13)

berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja

lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.

Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi

dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan

jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang

baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik,

yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression

management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan,

mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada

dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita

inginkan.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi,

misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian

menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan

dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk

mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya

untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari

para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Misal pendapat Onong

Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan

informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D

Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi

komunikasi sebagai berikut:

1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni

penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai

masyarakat.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk

(14)

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

2. Tujuan Komunikasi

Manusia berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri,

membangun kontak sosial dengan orang-orang di sekitarnya, juga untuk

memengaruhi orang lain, untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang

diinginkan. Akan tetapi, secara individu, tujuan seseorang berkomunikasi adalah

guna mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis dirinya (Mondry, 2008:9).

Dalam berkomunikasi, tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu

dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada

umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain (Effendy, 1992:8) :

a. Untuk mengubah sikap (to change attitude), yakni memberikan berbagai

informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan

mengubah sikapnya. Misalnya, memberikan informasi mengenai bahaya

narkoba pada masyarakat dan remaja khususnya dengan tujuan agar

masyarakat dan remaja menjadi tahu bahaya narkoba.

b. Untuk mengubah opini (to change the opinion), yakni memberikan

berbagai informasi kepada mayarakat agar masyarakat mau mengubah

pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan,

misalnya informasi mengenai pemilu.

c. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior), yaitu memberikan

berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat

akan mengubah perilakunya. Misalnya informasi yang diberikan oleh

Pihak Kepolisian kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar selalu

menggunakan helm selama berkendara untuk keselamatan pengguna itu

sendiri.

d. Untuk mengubah masyarakat (to change the society), yaitu memberikan

(15)

masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang

disampaikan.

2.2.2. Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright

dalam Liliweri 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan

menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3). Komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi

surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang

ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop

(Effendy, 2003:79).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

(media cetak dan elektronik). Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata

media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti

komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan

media massa. Massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton,

pemirsa atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa

(Nurudin, 2004:2-3).

Meskipun berbeda-beda, ternyata komunikasi massa memiliki kesamaan,

walau terdapat perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan ahli komunikasi

dalam masalah komunikasi tersebut. Ahli psikologi sosial mengatakan,

komunikasi massa tidak selalu dengan menggunakan media massa. Berpidato di

lapangan yang disaksikan banyak orang, asal dapat menunjukkan perilaku massa

(mass behaviour), sudah dapat dikatakan komunikasi massa. Namun, ahli

komunikasi juga berpendapat bahwa komunikasi massa (mass communication)

merupakan komunikasi melalui media massa (cetak dan atau elektronik).

Jelasnya, komunikasi massa bagi ahli komunikasi merupakan singkatan dari

(16)

“Ketika menjelaskan pendapat Harold Lasswell tentang fungsi komunikasi

massa, Severin dan kawan-kawannya mengatakan begini; Harold Lasswell adalah

seorang pakar komunikasi, dan sebagai seorang profesor hukum di Universitas

Yale telah menunjukkan adanya tiga fungsi komunikasi massa yaitu, pertama

adalah fungsi pengawasan lingkungan; yang kedua adalah fungsi korelasi atau

hubungan berbagai bagian di dalam masyarakat dalam menanggapi

lingkungannya; sedangkan ketiga adalah fungsi transmisi/pewarisan-pewarisan

sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sementara itu, Charles R. Wright

menambahkan satu lagi fungsi komunikasi massa yaitu fungsi hiburan

(entertainment) (Fajar, 2009: 238)”.

Seperti pendapat Devito yang dikutip oleh Marhaeni Fajar, mengatakan

popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat

dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam di

antara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Menghibur

Devito menyebutkan, bahwa media mendesain program-program

mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja, sebenarnya mereka

memberi hiburan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak

mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan.

Inilah sebab utamanya adanya komunikasi massa.

2. Fungsi Meyakinkan

Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun

fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi

dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya: a) Mengukuhkan atau

memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang, b) mengubah

sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; c) Menggerakkan seseorang

untuk melakukan sesuatu, dan d) Memperkenalkan etika atau

(17)

3. Menginformasikan

Menurut Devito, sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari

sekolah, melainkan dari media. Kita belajar musik, politik, seni, film,

sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subjek lainnyadari

media.

4. Menganugerahkan Status

Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh

dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media.

Tanpa pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting,

setidak-tidaknya di mata masyarakat. Paul Lazarsfeld dan Robert Merton,

dalam karya mereka yang berpengaruh “Mass Communication, Popular

Taste, and Organized Social Action” (1951), mengatakan;

“jika Anda benar-benar penting, Anda akan menjadi pusat perhatian

massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda

memang penting”. Sebaliknya tentu saja, jika Anda tidak mendapatkan

perhatian massa, maka Anda tidak penting.

5. Fungsi Membius

Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak

dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing). Ini berarti bahwa

apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya

bahwa tindakan tertentu telah diambil.

6. Menciptakan Rasa Kebersatuan

Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang

menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi

anggota suatu kelompok bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang

sedang sendirian, duduk dikamarnya menyaksikan televisi sambil

(18)

yang kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih

besar (Fajar, 2009: 238-243).

Banyak pakar yang mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi,

kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Fungsi

komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (dalam Ardianto, 2004:15)

terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage

(keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment

(hiburan).

Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi,

meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan

kegembiraan dalam hidup seseorang. Selaku ketua komisi masalah-masalah\

komunikasi UNESCO (1980), Sean MacBride mengemukakan bahwa komunikasi

tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai

kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta, dan ide. Karena

itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk:

1. Informasi

2. Sosialisasi

3. Motivasi

4. Bahan diskusi

5. Pendidikan

6. Memajukan kebudayaan

7. Hiburan

(19)

2.2.3. Surat Kabar

1. Pengertian Surat Kabar

Secara etimologis, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Inggris

“newspaper” dan bahasa Belanda “courante” yang dipinjam pula oleh orang

Belanda dari bahasa Perancis “courant”. Surat kabar terdiri dari dua kata “surat

dan kabar”. Pengertian surat adalah kertas yang ditulis yang mempunyai isi

tertentu serta ditujukan kepada pihak tertentu dan kata kabar diketahui berasal dari

bahasa Arab “khabar” yang berarti berita.( Drs. Yanuar Abdullah, 1992 : 12.)

“Surat kabar ialah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara

tetap”. Chusaeri, dalam bukunya berjudul Riwayat Persuratkabaran, mencoba

memberi pengertian surat kabar.(Chusaeri, 1979 : 4.)

Menurut Vander Hout bahwa surat kabar tidak membeda-bedakan

golongan atau kebangsaan. Surat kabar mempunyai pengaruh besar terhadap para

pembacanya dan karena itu surat kabar mirip dengan “warung pengetahuan”. Jelas

disini surat kabar bukan hanya sebagai alat penghubung tetapi juga sebagai alat

pendidikan dan alat kontrol sosial, karena pemberitaannya meliputi segala aspek

kemasyarakatan. Selain itu, surat kabar juga sebagai penyambung lidah rakyat,

pelaksana kehendak rakyat yang memberikan penerangan dan pendidikan kepada

rakyat. Menurut Mr. Sumanang, bahwa surat kabar bukan sekedar memberikan

informasi juga membuat pikiran-pikiran, pandangan-pandangan dan

pendapatpendapat orang.

Uraian di atas sangat sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Teguh

Meinanda bahwa :

(20)

2. Fungsi Surat Kabar

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi ternama, pernah

mengemukakan pendapatnya bahwa fungsi surat kabar telah mempercepat

kemajuan pembangunan suatu negara, surat kabar juga dapat memberikan ide,

gagasan, pandangan-pandangan, mengajak berpartisipasi dan mengangkat harkat

dan martabat manusia. Lebih lanjut Wilbur Schramm mengatakan fungsi media

massa untuk negara berkembang yang semula hanya pemberi informasi, kini telah

bertambah fungsi baru media massa terutama surat kabar dalam hal, perubahan

sosial, mempercepat perkembangan keadaan, menampung pendapat dan

memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat serta pendidikan dan hiburan.

Teguh Meinanda dalam bukunya berjudul, Pengantar Ilmu Komunikasi,

mengemukakan lima fungsi surat kabar : (Teguh Meinanda, 1981 : 45-46)

a. Publishing The News

Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Disini berita harus dilaporkan

secara lengkap dan benar untuk memberi kepuasan kepada para pembacanya.

Namun demikian ada surat kabar yang menyiarkan hanya sebahagian dari

beritanya. Hal ini karena policy dari staf redaksinya, mungkin untuk menghindari

adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu, suatu pemberitaan harus

dilaporkan secara teliti dan disiarkan dengan fair.

b. Commenting On The News

Disini si pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk

memberikan komentarnya. Misalnya melalui editorial, tajuk rencana, dan

lain-lain.

c. Entertaining Readers

Banyak hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikel-artikel

dalam surat kabar mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel-artikel

ini dapat memberikan hiburan kepada para pembacanya. Dengan demikian fungsi

surat kabar disini adalah memberikan hiburan kepada para pembacanya.

(21)

Fungsi ini dapat membantu si pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu.

Misalnya mengenai resep makanan.

e. Publishing Advertising

Melalui fungsi ini dapat dipertemukan antara penawar dengan si pembeli

suatu barang atau jasa. Selain itu merupakan support bagi penerbitan surat kabar.

Untuk itu disini harus diciptakan pedoman AIDDA, yaitu : Attention, Interest,

Desire, Decision dan Action.

3. Bentuk Surat Kabar

Prof. Albert F. Henning membagi surat kabar menjadi empat bentuk :

(Teguh Meinanda, 1981 : 49)

a. Surat kabar umum

Meliputi surat kabar yang terbit tiap hari dan biasanya menurut

berita-berita yang bermanfaat dari kejadian-kejadian yang terjadi di tempat atau daerah

dimana surat kabar itu terbit, dan penyajiannya dipandang aktual, penting,

menarik bagi pembaca daerah tersebut.

b. Surat kabar yang memuat berita khusus.

Surat kabar ini ditujukan kepada publik tertentu atau publik khusus.

Misalnya tentang berita ekonomi, agama dan lain-lain.

c. Surat kabar yang terbit satu kali seminggu, dua kali seminggu dan seterusnya.

Surat kabar semacam ini biasanya hanya memuat berita-berita/

peneranganpenerangan seperti kebudayaan, mode dan lain-lain.

d. Surat kabar kecil (Tabloides)

Biasanya bersifat sensasional, berita-berita yang dimuatnya bersifat

(22)

4. Ciri Surat Kabar

Ciri media yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jurnalistik amat

berpengaruh kepada komponen-komponen proses komunikasi lainnya, jurnalistik

surat kabar berbeda dengan jurnalistik majalah, berbeda pula dengan jurnalistik

radio dan jurnalistik televisi meskipun dalam hal-hal tertentu ada kesamaannya.

Karena yang bobotnya dibicarakan disini adalah surat kabar, maka yang akan

dibahas adalah media tersebut.

Adapun ciri surat kabar menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA.,

sebagai berikut : (Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., 1993, : 154-155.)

a. Publisitas

Pengertian publisitas adalah bahwa surat kabar diperuntukkan umum,

karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut

kepentingan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah

universitas yang menerbitkannya secara berkala dalam bentuk dan dengan kualitas

kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat

kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas

tersebut.

b. Universalitas

Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat

kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia

dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah

maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus

mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik

di dalam negeri untuk meliput berita-berita nasional maupun diluar negeri guna

meliput berita-berita internasional. Untuk itu ada wartawan olahraga, wartawan

politik, wartawan ekonomi, wartawan kriminalitas, wartawan perang dan lain-lain.

c. Aktualitas

Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan

mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan

(23)

yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan

berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.

d. Periodisitas

Yang berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara

periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu

sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju,

syaratnya ialah harus teratur.

5. Sifat Surat Kabar

Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan

seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komuniksi sifat surat kabar adalah

sebagai berikut : (Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., 1993, : 155-156)

1. Terekam

Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun

dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak

pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam

sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa

dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif

Berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan

bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di atas kertas, maka untuk dapat

mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara

aktif. Kenyataan tersebut berbeda dengan proses penyiaran berita radio dan

televisi dimana setiap berita dibacakan oleh penyiar dan para pendengar serta

pemirsa tinggal menangkapnya saja dengan perangkat mental yang pasif.

Lebih-lebih lagi berita radio dapat didengarkan oleh pendengar sambil makan, sambil

mandi, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Karena berita surat

kabar menyebabkan pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara

aktif, maka wartawan yang menyusunnya harus menggunakan bahasa yang umum

dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernakannya. Hal ini erat kaitannya

(24)

tidak sama dan mayoritas dari mereka rata-rata berpendidikan rendah sampai

menengah.

2.2.4. Berita

1. Pengertian Berita

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam

gambaran yang sederhana, seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar

jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio,

dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap

fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak

setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang

terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.

Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya

masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada definisi

berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang

sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus

mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya.

Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer,

berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting,

dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta

relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut mengandung

unsur-unsur yang :

a. Baru dan penting,

b. Bermakna dan berpengaruh,

c. Menyangkut hidup orang banyak,

d. Relevan dan menarik.

Definisi lain dari berita, menurut Doug Newson dan James A. Wollert

(25)

dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui

orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat (dalam Sumadiria, 2005:64). Dengan

melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai apa yang mereka butuhkan.

Batasan-batasan yang diberikan oleh tokoh-tokoh lain mengenai berita,

yang dikutip Assegaff, 1983 (dalam Mondry, 2008:132-133) antara lain sebagai

berikut :

a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita

merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian

sebagian besar pembaca.

b. Williard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing

mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh

wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena dia dapat menarik minat

atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat

menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.

c. William S. Maulsby dalam buku Getting in News menulis, berita dapat

didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari

fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik

perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian

yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

Setelah merujuk kepada beberapa definisi diatas, meskipun berbeda-beda

namun terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi : menarik

perhatian, luar biasa dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa

berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,

menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala

seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Sumadiria,

(26)

Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media

massa dalam arti sempit dan tradisional, melainkan juga pada radio, televisi, film,

dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita pada awalnya,

memang hanya milik surat kabar. Tetapi sekarang, berita juga telah menjadi

‘darah-daging’ radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita,

sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai

kebutuhan dasar (basic need) masyarakat modern di seluruh dunia.

Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu berita berat

(Hard News) dan berita ringan (Soft News). Selain itu, berita juga dapat dibedakan

menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan

berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tak

diduga. Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang beraneka

macam.

Berita berat, sesuai dengan namanya, menunjuk pada peristiwa yang

mengguncangkan dan menyita perhatian seperti kebakaran, genpa bumi,

kerusuhan. Sedangkan berita ringan, menunjukkan pada peristiwa yang lebih

bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan

bintang film atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.

Berdasarkan sifatnya, berita terbagi atas berita diduga dan berita tak

terduga. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui

sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.

Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut Making News. Artinya kita

berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita. Proses penciptaan atau

perekayasaan berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat

redaksi, diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin

redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi dan

konfirmasi dilapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen peliputan yang

baku, jelas, terstruktur dan terukur. Orang yang meliputnya disebut sebagai

(27)

Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba tidak

direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung

perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak

sekolah disandera atau terjadi ledakan bom di pusat keramaian. Proses

penanganan berita yang sifatnya tidak diketahui dan tidak direncanakan

sebelumnya, atau yang sifatnya tiba-tiba itu disebut Hunting News. Orangnya

disebut sebagai hunter (pemburu).

Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita sangat penting bagi

setiap reporter, editor, dan bahkan para perencana dan konsultan media (media

planer) sebagai salah satu pijakan dasar dalam proses perencanaan (planning),

peliputan (getting), penulisan (writing), dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran,

atau penayangan berita (reporting and publishing). Pada akhirnya,

tahapan-tahapan pekerjaan jurnalistik itu sangat diperlukan dalam kerangka pembentukan,

penetapan dan pengembangan manajemen media massa secara profesional dan

visioner.

2. Nilai Berita

Nilai berita (News Value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh

para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas

dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita

merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan kriteria tersebut, seorang

reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan

dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan.

Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor dalam

mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik untuk

dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.

Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy,

Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980:6-17),

menunjukkan kepada sembilan hal mengenai nilai berita. Beberapa pakar lain

(28)

segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai

berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor

media massa. (Sumadiria, 2005:80) Sejumlah faktor yang membuat sebuah

kejadian memiliki nilai berita, adalah :

I. Keluarbiasaan (unusualness)

Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita

adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Untuk menunjukkan berita

bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchliffe, pujangga dan editor di Inggeris

abad 18, menyatakan dalam sebuah ungkapan yang kemudian sangat populer dan

kerap dikutip oleh para teoritis dan praktisi jurnalistik.

Lord menegaskan (Mot, 1958 dalam Sumadiria, 2005:81), apabila ada

orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila orang

menggigit anjing maka itulah berita. Prinsip seperti itu hingga kini masih berlaku

dan dijadikan acuan para reporter dan editor dimana pun.

II. Kebaruan (newness)

Suatu berita akan menarik perhatian bila informasi yang dijadikan berita

itu merupakan sesuatu yang baru. Semua media akan berusaha memberitakan

informasi tersebut secepatnya, sesuai dengan periodesasinya. Namun demikian,

satu hal yang perlu diketahui tentang barunya suatu informasi, yaitu selain

peristiwanya yang baru, suatu berita yang sudah lama terjadi, tetapi kemudian

ditemukan sesuatu yang baru dari peristiwa itu, dapat juga dikatakan berita

tersebut menjadi baru lagi.

III. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak

jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga

bahan minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit pemilikan

rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keuangan

semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang menimbulkan akibat

sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial,

budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai

(29)

Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal, yakni seberapa

banyak khalayak yang terpengaruh, pmberitaan itu langsung mengena kepada

khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak

media surat kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya.

IV. Aktual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana

aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai

dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan

berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam memperoleh dan

menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa

mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai

kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau nara

sumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin.

Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa. Kebaruan atau

aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu : aktualitas kalender, aktualitas

waktu dan aktualitas masalah.

V. Kedekatan (proximity)

Berita adalah kedekatan, yang mengandung dua arti yaitu kedekatan

geogarfis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu

peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat

suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan

semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan

psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau

kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

VI. Informasi (information)

Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa

menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki

nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan

(30)

Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada

publik yang patut mendapat perhatian media.

VII. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau

sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber

berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama orang menyukai

dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi

dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih terus

berkecambuk di berbagai belahan bumi, dan perdamaian masih sebatas

angan-angan, selama itu pula konflik masih akan tetap menghiasi halaman surat kabar,

mengganggu pendengaran karena disiarkan radio dan menusuk mata karena selalu

ditayangkan di televisi.

Ketika terjadi perselisihan antara dua individu yang makin menajam dan

tersebar luas, serta banyak orang yang menganggap perselisihan tersebut dianggap

penting untuk diketahui, maka perselisihan yang semula urusan individual,

berubah menjadi masalah sosial. Disanalah letak nilai berita konflik. Tiap orang

secara naluriah, menyukai konflik sejauh konflik itu tak menyangkut dirinya dan

tidak mengganggu kepentingannya. Berita konflik, berita tentang pertentangan

dua belah pihak atau lebih, menimbulkan dua sisi reaksi dan akibat yang

berlawanan. Ada pihak yang setuju (pro) dan ada juga pihak yang kontra.

VIII. Orang Penting (news maker, prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor,

selebriti, publik figur. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimana pun

selalu membuat berita. Jangakan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah

membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names

makes news).

Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang

sinetron, penyanyi, penari, pembawa acara, pejabat, dan bahkan para koruptor

sekalipun, selalu dikutip pers. Kehidupan para publik figur memang dijadikan

(31)

perkataan dan mengukuhkan perbuatan, sedangkan pers melaporkan dan

menyebarluaskannya. Semua dikemas lewat sajian acara paduan informasi dan

hiburan (information dan entertainment), maka jadilah infotainment. Masyarakat

kita sangat menyukai acara-acara ringan semacam ini.

IX. Kejutan (suprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan, tidak

direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa

menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang

dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati. Semuanya

bisa mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan,

mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah dan laut akan

musnah.

X. Ketertarikan Manusiawi (human interest)

Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada

seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat

tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam

perasaannya. Peristiwa tersebut tidak menguncangkan, tidak mendorong aparat

keamanan siap-siaga atau segera merapatkan barisan dan tak menimbulkan

perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat. Hanya karena naluri, nurani

dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa itu tetap mengandung nilai

berita. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke

dalam berita ringan, berita lunak (soft news).

XI. Seks (sex)

Berita adalah seks; seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban

manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan menjadi

sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Perempuan identik

dengan seks. Dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, selalu menyatu. Tak ada

berita tanpa perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan tanpa berita. Di

berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktifitasnya selalu layak muat,

(32)

selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan bahkan dicari. Seks bisa menunjuk

pada keindahan anatomi perempuan, seks bisa menyentuh masalah poligami. Seks

begitu akrab dengan dunia perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti.

Dalam hal-hal khusus, seks juga kerap disandingkan dengan kekuasaan. Seks juga

sumber bencana bagi kedudukan dan jabatan seseorang.

3. Syarat Berita

Wartawan atau reporter tugasnya sama, mencari informasi yang menarik

dan akhirnya dapat ditulis menjadi sebuah berita. Tidak mungkin bagus tulisan

seorang wartawan atau sebuah reportase yang disampaikan reporter bila dia tidak

mengerti sama sekali tentang persoalan yang diinformasikannya. Ada beberapa

prinsip dasar yang harus diketahui oleh wartawan atau reporter dalam menulis

berita, salah satunya adalah syarat berita. Dapat diketahui bahwa syarat berita

harus :

1. Fakta

Berita merupakan fakta, bukan karangan (fiksi) atau dibuat-buat. Ada

beberapa faktor yang menjadikan berita tersebut fakta, yaitu kejadian nyata,

pendapat (opini) narasumber dan pernyataan sumber berita. Opini atau pendapat

pribadi wartawan atau reporter yang dicampuradukkan dalam pemberitaaan yang

ditayangkan bukan merupakan suatu fakta dan bukan karya jurnalistik.

2. Obyektif

Sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak boleh dibumbui sehingga

merugikan pihak yang diberitakan. Reporter atau wartawan dituntut adil, jujur dan

tidak memihak, apalagi tidak jujur secara yuridis merupakan sebuah Pelanggaran

Kode Etik Jurnalistik.

3. Berimbang

Berita biasanya dianggap berimbang apabila wartawan atau reporter

memberi informasi kepada pembacanya, pendengarnya atau pemirsanya tentang

semua detail penting dari suatu kejadian dengan cara yang tepat. Porsi harus sama,

tidak memihak atau tidak berat sebelah. Reporter harus mengabdi pada kebenaran

(33)

(check, re-check and balance) yang perlu didukung dengan langkah konfirmasi

dari pihak-pihak yang terkait dalam pemberitaan.

4. Lengkap

Berita yang lengkap adalah berita yang memuat jawaban atas pertanyaan

who, what, why, when, where, dan how. Terkait dengan rumus umum penulisan

berita yakni 5W+1H :

1. What : Peristiwa apa yang terjadi (unsur peristiwa)

2. When : Kapan peristiwa terjadi (unsur waktu)

3. Where : Dimana peristiwa terjadi (unsur tempat)

4. Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian (unsur orang/manusia)

5. Why : Mengapa peristiwa terjadi (unsur latar belakang/sebab)

6. How : Bagaimana peristiwa terjadi (unsur kronologis peristiwa)

5. Akurat

Tepat, benar dan tidak terdapat kesalahan. Akurasi sangat berpengaruh

pada penilaian kredibilitas media maupun reporter itu sendiri. Akurasi berarti

ketepatan bukan hanya pada detail spesifik tetapi juga kesan umum, cara detail

disajikan dan cara penekannya.

Ada juga pendapat dari James B. Roston dalam bukunya “Your

Newspaper” menyebutkan, bahwa berita itu haruslah benar, lengkap, tidak berat

sebelah dan aktuil. Hal itu berbeda dengan pendapat lainnya, baik F. Fraser Bond

maupun Grant Milnor Hyde. Malahan Mitchell V. Charnley mengatakan, bahwa

kebenaran dari suatu berita adalah untuk menjamin kepercayaan pembaca (the

accuracy of news is in effect taken for guaranted by news consumer). Mengenai

lengkap atau “balance” dalam berita tidak lain adalah agar pembaca memperoleh

gambaran sebenarnya dari peristiwa itu. Tentang objektifitas atau tidak berat

sebelah dalam pemberitaan merupakan satu hal paling penting dalam jurnalistik

(34)

2.2.5. Analisis isi

Analisis isi (content analysis) menurut Jalaluddin Rakhmat, merupakan

suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. Analisis isi sering

dipakai untuk mengkaji pesan-pesan media. Sedangkan Kripendorff,

mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat

inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan

memperhatikan konteksnya.Warner J. Severin dan James W. Tankard menyatakan

bahwa analisis isi adalah sebuah metode analisis isi pesan (berita) secara

sistematis.Analisis ini adalah alat untuk menganalisis pesan dari komunikator

tertentu.

Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian muncul

dari gagasan Benard Berelson.Berelson mendefinisikan analisis isi dengan:

Content Analysis is a research technique for the objective, systematic and

quantitative description of the manifest content of communication. (Analisis isi

didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis

komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang

tampak). Prinsip sistematik diartikan bahwa ada perlakuan prosedur yang sama

pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan melakukan analisa hanya

pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada

keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti (yang telah ditetapkan dalam

pemilihan populasi dan sampel). Prinsip objektif, yaitu hasilnya tergantung pada

prosedur penelitian bukan pada orangnya. Yaitu dengan ketajaman kategorisasi

yang ditetapkan, sehingga orang lain dapat menggunakannya. Prinsip kuantitatif

berarti mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai

jenis isi yang didefinisikan. Sementara, isi yang nyata diberi pengertian, yang

diteliti dan dianalisis hanyalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang

dirasakan oleh si peneliti.

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik

(35)

mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari

komunikator yang dipilih. Analisis isi dapat digunakan untuk mempersoalkan

seberapa besar atau seberapa sering media massa memberikan poin pemberitaan

terhadap suatu peristiwa atau pihak-pihak yang terlibat di dalam peristiwa

tersebut.

Analisis isi juga dapat digunakan untuk melakukan perbandingan dengan

media lain (yang sejenis), untuk mengidentifikasi apa dan siapa yang tidak dimuat

dalam pemberitaan, adanya favoritisme atau bias berita.Penggunaan metode

analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya. Hanya saja karena

teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik kuantitatif

maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua

pendekatan itu. Analisis isi yang sifatnya kuantitatif hanya mampu mengetahui

atau mengidentifikasi manifest message (pesan-pesan yang tampak) dari isi media

yang diteliti. Prinsip analisis isi kuantitatif yang selama ini diterapkan adalah

prinsip objektivitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi.

Sedangkan analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu

mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent massage dari

sebuah dokumen yang diteliti. Dengan kata lain, analisis isi media secara kualitatif

akan lebih mendalam dan detail dalam memahami produk isi media dan mampu

menghubungkannya dengan konteks sosial/ realitas yang terjadi. Untuk klasifikasi

jenis analisis isi, Janis (1965) yang dikutip Krippendorff mengajukannya sebagai

berikut:

1. Analisis isi pragmatis; prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut sebab

atau akibatnya yang mungkin.

2. Analisis isi semantik; prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut

maknanya. Anakisis isi semantik dapat dibagi lagi dalam tiga hal yaitu:

a. Analisis penunjukan (designation) yang menggambarkan frekuensi

(36)

b. Analisis pensifatan (attribution) menggambarkan frekuensi seberapa sering

karakteristik tertentu dirujuk.

c. Analisis pernyataan (assertions) menggambarkan frekuensi seberapa

sering objek tertentu dikarakteristikan secara khusus. Analisis ini disebut

juga analisis tematik.

4. Analisis sarana tanda (sign-vehicle); prosedur yang mengklasifikan isi

menurut sifat psiko-fisik dari tanda.

2.2.5.1. Unit Analisis Isi

Unit analisis isi adalah sesuatu yang akan dianalisis. Jika survei, unit

analisis adalah individu atau kelompok individu, sedangkan analisis isi unit

analisisnya adalah teks, pesan atau medianya sendiri. Secara umum beberapa unit

analisis dalam analisis isi adalah :

Agar diperoleh ketegorisasi yang reliabel ( sejauh mana kategorisasi dapat

dipercaya atau dipercaya diandalakan bila digunakan untuk darin satu kali

mengukur fenomena yang sama), maka perlu dilakukan uji reliabilitas.

2.2.5.2. Definisi Operasional

Dalam analisis isi, validitas metode dan hasil-hasilnya sangat tergantung

dari kategori-kategori yang dibuat. Untuk mempermudah menganalisa isi media

yang akan diteliti, diperlukan kategorisasi. Yaitu:

Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar dan tidak

berpihak yang mengacu pada dimensi truth yakni sifat fakta ((Factualness). Ada

dua sifat fakta yaitu fakta sosiologis, berita yang bahan bakunya berupa peristiwa

kejadian nyata/factual.Fakta psikologis,berita yang bahan bakunya berupa

interpretasi subjektif(pernyataan /opini) terhadap fakta kejadian/gagasan.

Cek dan Ricek adalah mengkonfirmasi/menguji kebenaran dan ketepatan

(37)

Cover both sided adalah menyajikan dua/lebih gagasan/tokoh atau

pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan.

Pencampuran fakta dan opini adalah masuknya opini/pendapat pribadi

wartawan kedalam berita (fakta yang disajikan)

Kesesuaian judul dan isi: Substansi judul berita sesuai dengan isi/tubuh

berita.

Dramatisasi adalah penyajian fakta secara tidak proporsional sehingga

memunculkan kesan berlebihan (menimbulkan kesan ngeri,kesal, jengkel, senang

dan sejenisnya

2.2.6. Kekerasan Terhadap Anak

Kekerasan terhadap anak merupakan semua bentuk tindakan / perlakuan

menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual,

penelantaran, ekploitasi komersial atau eksploitasi lainnya, yang mengakibatkan

cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan

hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam

konteks hubungan tanggungjawab.

1. Pengertian Kekerasan

Menurut WHO (WHO, 1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan

fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau

sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar

mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan

perkembangan atau perampasan hak. Kekuatan fisik dan kekuasaan harus dilihat

dari segi pandang yang luas mencakup tindakan atau penyiksaan secara fisik,

psikis/emosi, seksual dan kurang perhatian (neglected).

(http://www1.bpkpenabur.or.id/charles/orasi6a.htm).

Kekerasan dalam arti lain juga bisa diartikan sebagai penggunaan kekuatan

Referensi

Dokumen terkait

segala sesuatu yang tidak biasa. Dan juga seorang wartawan bernama Walkley menambah kan “digabungkan dengan unsur kejutan”. Dari pengertian-pengertian tersebut diketahui bahwa

sekaligus menjadi jembatan sesama masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah (daerah dan wilayah) serta semua aparat yang memberikan pelayanan. Juga menjadi medium yang

Jenis pekerjaan korban atau pelaku di bawah umur 16 tahun disamarkan, berarti jenis pekerjaan korban atau pelaku di bawah umur 16 tahun dalam berita tersebut wartawan

Yaitu kejadian yang menyangkuthal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan (Siregar, 1998:28). Peristiwa/kejadian dikatakan memiliki nilai berita, jika relatif

“variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dikatakan variabel penelitian itu.. sebagai faktor-faktor yang berperan dalam

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Dari struktur ini terbagi lagi menjadi enam perangkat yakni elemen 5W+1H atau what, who, when, where,

Hasil analisis data menunjukkan kecendrungan penulisan berita lebih mengarah kepada isi berita yang presentatif (menjelaskan peristiwa secara kronologis), pada

Bahwa dari pemberitaan Bonek di harian Jawa Pos masih terdapat berita – berita yang belum memenuhi unsur-unsur objektivitas, ketidakobjektivan yang muncul itu adalah dari