ABSTRAK
Richi Sandi Sibagariang1
Prof. Dr. Madiasa Ablizar, S.H, M.S** Syaifruddin, S.H, M.H, DFM***
Skripsi ini berbicara mengenai tindak pidana pemerasan. Tindak pidana pemerasan merupakan salah satu tindak pidana yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tindak pidana ini dapat digolongkan sebagai suatu tindak pidana yang sangat merugikan masyarakat. Biasanya tindak pidana pemerasan ini paling sering dilakukan dengan menyalahgunakan kekuasaan atau kedudukan yang dimiliki oleh seseorang dan dilakukan secara bersama-sama, misalnya oleh seorang anggota Polri.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Turut Serta Melakukan Tindak Pidana Pemerasan Yang Dilakukan Oleh Oknum Polri Berdasarkan Putusan No. 80/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Bagaimana Penerapan Hukum Pidana Metriil Terhadap Turut Serta Melakukan Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Okunm Polri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap turut serta melakukan tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh oknum Polri dan bagaimana penerapan hukum pidana meteriil yang dilakukan terhadap turut serta melakukan tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh oknum Polri tersebut.
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dalam perkara Putusan No. 80/Pid.B/2010/PN.Mdn, oleh Majelis Hakim dengan pidana penjara 3 (tiga) bulan belum tepat karena tidak mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan Terdakwa yaitu tidak melihat latar belakang terdakwa sebagai anggota Polri yang seharusnya sebagai aparat penegak hukum, pelindung masyarakat, dan pengayom masyarakat. Selain itu, Majelis Hakim juga tidak mempertimbangkan latar belakang kasus yang berkaitan dengan narkotika, mengingat semakin bahayanya kejahatan mengenai narkotika saat ini. Penerapan hukum pidana materil terhadap pelaku dalam perkara Putusan No. 80/Pid.B/2010/PN.Mdn dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum memakai dakwaan alternatif yaitu pertama Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dalam tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa bersalah melakukan turut serta melakukan tindak pidana pemerasan , berdasarkan fakta-fakta baik dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, petunjuk serta barang bukti yang ada, maka penerapan hukum pidana materiil pada perkara ini yakni Pasal 368 ayat (1) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP telah sesuai dan tepat.
1 Penulis, Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing II, Staff Pengajar Departemen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara