• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI. pdf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS XI

MADRASAH ALIYAH

Muhammad Helmi Azhar Toto Ruhimat1 Mohammad Ali2

Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Model Pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan keragaman baru dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris. Model Pembelajaran Kooperatif tipe scramble diterapkan dengan memberi tayangan mengenai teks deskriptif, setelah itu peserta didik diberikan pilihan untuk mencocokan bentuk kata, kalimat dan pronoun yang sesuai antara kolom jawaban dengan kalimat yang acak dan kolom pertanyaan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskriptif santri kelas XI di Madrasah Aliyah. Tujuan umum penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan keterampilan menulis teks deksriptif Bahasa Inggris yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation di Kelas XI Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut? Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana perkembangan keterampilan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble dan group investigation pada aspek word mechanism dan vocabulary, kemudian tujuan selanjutnya, untuk mengetahui apakah keterampilan menulis teks deskriptif Bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada aspek word mechanism, dan aspek vocabulary lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen. Desain penelitian menggunakan desain dengan kelompok tak setara. Simpulan dari penelitian ini secara umum adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskriptif Bahasa Inggris pada aspek word mechanism dan vocabulary

Kata Kunci : Model Kooperatif Scramble, Keterampilan Menulis, Bahasa Inggris

(2)

ABSTRACT

Cooperative Learning model type scramble is one of the models which aims to give a new diversity in English learning activities. Cooperative Learning model type scramble is applied by given videos about the descriptive text, after that, students are given options to match a word form, sentences and appropriate pronounce between column answers which contains random sentences and column questions. This research was conducted in Class XI at Madrasa Aliyah to improve students descriptive writing skills. The purpose of this research is to find whether there is a difference in writing skills between students who follow English learning with cooperative learning model type scramble and students who follow English learning with group investigation model in Class XI at Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut? Meanwhile the specific purpose of this research is to describe how the development of students writing skills who follow English learning with cooperative learning model type scramble and group investigation on word mechanism and vocabulary aspects and the next specific purpose is whether students writing skills on descriptive text who follow English learning with cooperative learning model type scramble based to word mechanism aspects, and vocabulary aspects are higher than students who follow learning with the learning group investigation. Research methods in this study is quasi-experiments method with no equivalent design. The conclusion of this research in general is the application of cooperative learning model type scramble is effective to improve students writing skills on descriptive text based to word mechanism aspect and vocabulary aspect.

(3)

Kemampuan berbahasa pada masa globalisasi ini harus lebih mendunia, polemik permasalahan bahasa asing dan urgensinya menjadi hal yang sering dibincangkan dan dirasakan oleh masyarakat. Apalagi dengan adanya deklarasi AFTA (Asean Free Trade Area) yang diisukan pada tahun 2015 silam, apakah bangsa Indonesia dapat mengikuti deklarasi tersebut. Penggunaan bahasa resmi di Indonesia adalah Bahasa Indonesia, sedangkan dilansir dalam harian Kompasiana.com bahwa beberapa bangsa yang kondisinya masih negara berkembang, menggunakan Bahas Inggris sebagai bahasa resminya. Pernyataan tentang kelemahan Indonesia dalam berbahasa asing ini ditegaskan kembali dalam data EPI (English Proficiency Index) lembaga pembelajaran bahasa inggris EF (English First) yang mengurutkan kemampuan berbahas Inggris Negara Indonesia berada pada posisi ke-32 setelah Vietnam. Hal tersebut harus menjadi pemicu bagi Indonesia dalam menningkatkan kualitas masyarakat, utamanya dalam berbahasa Inggris.

Kualitas berbahasa asing masyarakat Indonesia tergantung dengan pengembangan kapasitas berbahasa yang dilakukan pemerintah pada masyarakatnya. Pada Kurikulum 2013 terdapat perubahan tujuan dari kurikulum sebelumnya yang lebih mementingkan sisi kemampuan kognitif berbasis hafalan ke jenjang kemampuan diatasnya yaitu keterampilan. Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri dari empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan memiliki tingkatan kesulitan yang tinggi dibanding keterampilan berbahasa yang lain. Tarigan

(2008, hlm 2) menyatakan “keterampilan

menulis dibutuhkan waktu yang lama dan

latihan yang intensif.” Keterampilan

(4)

Tabel 1.1

Data Nilai Bahasa Inggris Keterangan Niali

Berdasarkan tabel tersebut jika dianalaisis kembali nilai tertinggi dalam sampel kelas sebesar 81 dan nilai terkecil sebesar 46 dengan rata-rata nilai sebesar 65,3. Hal tersebut dirasa kurang wajar menimbang pondok pesantren memiliki kebijakan hari berbahasa setiap minggunya, maka dirasakan sedikit timpang ketika siswa dibiasakan untuk melakukan kegiatan hari berbahasa setiap minggunya namun nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih dibawah standar kelulusan sekolah. Maka dari itu perlu dibentuk satu bentuk perubahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Peneliti merangkum rumusan masalah dalam penelitian ini menjadi beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan keterampilan menulis deskriptif yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan model pembelajaran

scramble dan siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation.

Sedangkan rumusan masalah secara spesifiknya sebagai berikut : (1) bagaimana keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation pada aspek word mechanism ? (2) bagaimana keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation pada aspek vocabulary (3) bagaimana keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran

scramble pada aspek word mechanism? (4) bagaimana keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

scramble pada aspek vocabulary? (5) Apakah keterampilan siswa dalam menulis teks deksriptif aspek word mechanism yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran scramble lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation? (6) Apakah keterampilan siswa dalam menulis teks deksriptif aspek vocabulary yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran scramble lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation?

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah melihat keefektifan penggunaan model pembelajaran scramble

dalam pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan tujuan spesifik pada penelitian ini yaitu (1) Mendeskripsikan keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif pada aspek

word mechanism yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation. (2) Mendeskripsikan keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif pada aspek

vocabulary yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran

group investigation. (3) Mendeskripsikan keterampilan siswa dalam menulis teks deskriptif pada aspek word mechanism

yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran

(5)

pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran scramble pada aspek word mechanism lebih tinggi daripada siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation. (6) Membuktikan keterampilan menulis teks deksriptif siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran

scramble pada aspek vocabulary lebih tinggi daripada siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation.

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk tindakan yang terukur dan terstruktur yang mengacu pada perencanaan yang telah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Desain pembelajaran dirancang dan diterapkan dengan tujuan tercapainya ketercapaian kemampuan siswa baik itu dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk tetap sejalan dengan kompetensi dan indikator yang telah ditentukan sebagai tolak ukur keberhasilan hasil belajar siswa. Corey dan Sagala dalam Darmawan (2013,

hlm. 7) menyatakan “proses pembelajaran

merupakan bentuk rekayasa kegiatan pengembangan kapasitas individu dengan kondisi yang memungkinkan perekayasa ikut andil dalam mengubah, mengembangkan dan mengarahkan respon yang dihasilkan oleh objek kegiatan

tersebut.” Gagne dalam Sanjaya (2015, hlm. 27) menjelaskan bahwa” instruction is a set of events that effect learners in such a way that learning is facilitated.”

Pembelajaran merupakan satu bentuk interaksi antara pengajar dan peserta didik demi terbentuknya hasil pembelajaran yang diharapkan. Sagala dalam Sumantri(2015,

hlm. 2) menjelaskan bahwa “pembelajaran

merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sedangkan

belajar dilakukan oleh peserta didik.” Perlu menjadi perhatian Pendidik bahwa dalam

subjek bahasa bahwa terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diambil dalam mengolah potensi yang dimiliki siswa. Berbahasa merupakan bentuk dari aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh manusia dengan manusia lainnya. Proses komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana manusia dapat saling memahami, mengungkapkan informasi, perasaan, pengetahuan, pengalaman, dan budaya yang mereka miliki. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan berbahasa adalah bagaimana seseorang dapat melakukan kegiatan olah wacana dengan orang yang ditujukannya, dalam hal ini proses olah wacana yang dimaksud terbagi menjadi beberapa jenis keterampilan yakni keterampilan reseptif meliputi keterampilan mendengar dan membaca, kemudian keterampilan produktif yang meliputi keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Pembagian keterampilan berbahasa terbagi menjadi 2 aspek besar secara praktek disadari sebagai bentuk tingkat kesukaran manusia dalam menguasai menerapkan aspek keterampilan berbahasa dalam kehidupannya. Wells (1987, hlm. 35) menjelaskan aspek literasi berbahasa terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu

Performative, Functional, informational,

dan Epistemic. Performative merupakan salah satu indikator ketercapaian dalam berbahasa yang diukur berdasarkan bagaimana cara siswa menulis, membaca, mendengarkan dan berbicara dengan berbagai simbol yang digunakan.

(6)

mengungkapkan pemikiran yang dimilikinya kedalam susunan kalimat dengan bahasa yang sesuai. Keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa Penguasaan jenis teks. Salah satunya merupakan teks deskriptif, teks deskriptif merupakan salah satu kompetensi teks yang perlu dikuasai oleh siswa. Setiap jenis teks yang harus dikuasai siswa memiliki tujuan, ciri dan struktur penulisan yang berbeda. Emilia (2011, hlm. 94) menjelaskan tujuan dari teks

deskriptif yaitu “memberi informasi

tentang sesuau atau seseorang melalui rincian yang bersifat menggambarkan

penerima pesan.” Jika siswa dapat

memberikan salah satu gambaran mengenai objek maka siswa dapat memenuhi salah satu tingkatan keterampilan berbahasa yaitu

Epistemic karena objek yang siswa pikirkan diturunkan menjadi teks tentang objek tersebut. Salah satu upaya dalam meningkatkan 4 tahapan keterampilan berbahasa tersebut perlu dukungan dan fasilitas yang menunjang pembelajaran bahasa adalah menggunakan model pembelajaran dan media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang cocok akan memberikan dampak yang positif dalam pengembangan kapasitas peserta didik. Robert Yinger dalam Sanjaya (2015, hlm.

48) menyatakan “ada beberapa bentuk

tahapan dalam perencanaan pembelajaran yang masing-masing membentuk siklus, yakni perencanaan tahunan, perencanaan term, perencanaan unit dan perencanaan

harian.” Perencanaan dalam kegiatan

pembelajaran membutuhkan beberapa pertimbangan. Model yang menjadi landasan dalam membentuk RPP juga harus sesuai dengan kondisi siswa. Lieach & Scott dalam Aunurrahman (2008, hlm. 111)

menjelaskan bahwa “beberapa hal perlu

dipertimbangkan guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran dengan

mengkaji fokus baik itu berupa hasil, proses

atau konten” alasan utama yang menjadi dasar mengapa model pembelajaran

scramble menjadi alternatif yang dipilih pada penelitian ini adalah kondisi siswa yang memiliki beban psikis yang berbeda menuntut siswa untuk lebih belajar secara mandiri dan terstruktur. Jam pelajaran yang berbanding dengan sekolah biasa menjadi salah satu pemicu kurang terstrukturnya pola pelaksanaan pembelajaran sehingga perlu adanya kegiatan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani dengan jam pelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris yang sedikit. Kemudian mudahnya bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe scramble

menjadi salah satu alasan mengapa model ini menjadi pilihan dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris. Langkah langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model pembelajaran

scramble secara umum terbagi menjadi beberapa tahapan, Menurut Huda (2014,

hlm. 305), “tahapan pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe Scramble terdiri dari proses persiapan materi, pembagian lembar jawaban secara acak, pengerjaan soal dalam durasi tertentu, dan

(7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi-eksperimen dengan desain kelompok tak setara. Metode penelitian kuasi-eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk melihat pengaruh atau hubungan antara perlakuan dan dampak yang dilakukan terhadap dua kelompok. Kelompok dalam penelitian ini ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah sampel penelitian per-kelasnya sebanyak 34 orang siswa. Sehingga total sampel pada dua kelasnya berjumlah 68 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal uraian bebas dan objektif dengan jumlah 10 soal. Sebelum instrumen diberikan kepada sampel penelitian, peneliti melakukan uji coba instrumen kepada 40 orang responden, untuk mengukur instrumen yang digunakan sudah valid dan tepat sasaran, instrumen tersebut yang diuji cobakan dan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dalam penelitian ini dengan cara melakukan expert judgement, dan selanjutnya dilakukan uji validitas empiris dengan rumus Pearson Product Moment. Sedangkan uji realiabilitas menggunakan pengukuran reliabilitas Spearman Brown. Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data yang dilakukan dibantu dengan Statistical Products and Solution Services (SPSS) versi 20.0. Analisis data yang akan dilakukan adalah uji normalitas dengan uji normalitas Kolmogorov Smirnov, selanjutnya uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene test, dan yang terakhir uji hipotesis dengan menggunakan dengan menggunakan uji t.

HASIL DAN TEMUAN

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pada uji coba instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari 10 soal uraian didapatkan rhitung sebesar 0,4112. Sedangkan rtabel pada

derajat kerpercayaan 95% adalah 0,2573.

Hasil perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan manual dengan menggunakan teknik Cronbanch Alpha. Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung

(1,24) dan rtabel (0,2573), dapat disimpulkan

bahwa rhitung (1,24) > rtabel (0,2573),

berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen tes yang digunakan reliabel.

Perbandingan hasil pembelajaran model pembelajaran scramble dan group investigation

Menurut data dari hasil penelitian, diketahui bahwa adanya perbedaan dari hasil belajar para peserta didik. Berikut merupakan penjelasan mengenai skor pretest, skor posttest dan skor gain peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Pelaksanaan penelitian yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan memakai instrumen berbentuk soal dengan tipe uraian objektif dan dengan jumlah 10 soal. Rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah 21,0 dengan skor tertinggi adalah 30,0 dan skor terendah adalah 15.

Rata-rata skor pretest kelompok kontrol 19,9 dengan skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 12.

Rata-rata skor posttest kelompok eksperimen adalah 31,8 dengan skor tertinggi yang diperoleh adalah 36 dan skor terendah adalah 25

Rata-rata skor posttest kelompok kontrol adalah 25,0. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 31 dan skor terendah adalah 19.

Tabel 1. 2

Skor Keseluruhan Kelas Eksperimen

Kelas Pretest Posttest Gain

(8)

Hasil Pembelajaran group

investigation pada Aspek word

mechanism

Hasil skor rata-rata pretest kelompok kontrol pada aspek word mechanism adalah 14,9 dengan skor tertinggi adalah 22 dan skor terendah adalah 8. Rata-rata skor posttest kelompok kontrol pada aspek word mechanism adalah 18,4 dengan skor tertinggi adalah 23 dan skor terendah adalah 13.

Peningkatan yang dihasilkan peserta didik adalah berdasarkan skor total rata-rata sebesar 4,5. Sedangkan berdasarkan nilai maksimalnya sebesar 1 dan berdasarakan nilai terkecil sebesar 5.

Hasil Pembelajaran group investigation pada Aspek vocabulary

Hasil skor rata-rata pretest kelompok kontrol pada aspek word mechanism adalah 2,9 dengan skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 1. Rata-rata skor posttest kelompok kontrol pada aspek word mechanism adalah 6,6 dengan skor tertinggi adalah 9 dan skor terendah adalah 3.

Peningkatan yang dihasilkan peserta didik adalah berdasarkan skor total rata-rata sebesar 3,7. Sedangkan berdasarkan nilai maksimalnya sebesar 3 dan berdasarakan nilai terkecil sebesar 1.

Hasil Pembelajaran scramble pada Aspek word mechanism

Hasil skor rata-rata pretest kelompok eksperimen pada aspek word mechanism

adalah 15,5 dengan skor tertinggi adalah 21 dan skor terendah adalah 9. Rata-rata skor posttest kelompok eksperimen pada aspek word mechanism adalah 22 dengan skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 16.

Peningkatan yang dihasilkan peserta didik adalah berdasarkan skor total rata-rata sebesar 6,6. Sedangkan berdasarkan nilai maksimalnya sebesar 5 dan berdasarakan nilai terkecil sebesar 7.

Hasil Pembelajaran scramble

pada Aspek vocabulary

Hasil skor rata-rata pretest kelompok eksperimen pada aspek word mechanism adalah 5,5 dengan skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 1. Rata-rata skor posttest kelompok eksperimen pada aspek word mechanism adalah 10 dengan skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah adalah 6.

Peningkatan yang dihasilkan peserta didik adalah berdasarkan skor total rata-rata sebesar 4,5. Sedangkan berdasarkan nilai maksimalnya sebesar 2 dan berdasarakan nilai terkecil sebesar 5.

Setelah melakukan perhitungan skor pretest dan posttest setiap aspek kedua kelompok, kemudian langkah berikutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji normalitas.

(9)

oleh peneliti di kelompok eksperimen bisa dikatakan normal.

Setelah melakukan uji normalitas dan diketahui semua data berdistribusi normal selanjutnya melakukan uji homogenitas. Sampel penelitian bisa dikatakan homogen apabila jumlah responden antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen jumlahnya sama.

Uji hipotesis dapat dilakukan setelah data diketahui berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test (uji t-independen). Berikut ini hasil analisis hipotesis. Hasil analisis uji hipotesis secara umum Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar

1,668 dengan α = 0,05 untuk satu pihak

(one tail) dan perolehan nilai thitung sebesar 17,706 dengan p-value (α) nya 0,00034 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis teks deskriptif siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran scramble lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation.

Pada aspek word mechanism hasil perolehan nilai ttabel yaitu sebesar 1,668

dengan α = 0,05 untuk satu pihak (one tail)

dan perolehan nilai thitung sebesar 10,246 dengan p-value 0,00088 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis teks deskriptif siswa pada aspek word mechanism dalam pelajaran Bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran scramble lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation

Pada aspek vocabulary hasil perolehan nilai ttabel yaitu sebesar 1,668

dengan α = 0,05 untuk satu pihak (one tail)

dan perolehan nilai thitung sebesar 5,881

dengan p-value (α ) 0,00077 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis teks deskriptif siswa pada aspek vocabulary

dalam pelajaran Bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran scramble lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pembelajaran group investigation

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan menulis yang signifikan antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran scramble dengan yang mengikuti pembelajaran group investigation. Secara khusus kesimpulan dari penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan keterampilan menulis yang signifikan pada aspek

word mechanism antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran

scramble dengan yang mengikuti pembelajaran group investigation. 2. Terdapat perbedaan keterampilan

menulis yang signifikan pada aspek

vocabulary antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran scramble

dengan yang mengikuti pembelajaran group investigation. 3. Terdapat peningkatan keterampilan

menulis aspek word mechanism pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran group investigation. Sebelum menerima perlakuan dan sesudah menerima perlakuan dengan angka peningkatan sebesar 3,5. 4. Terdapat peningkatan keterampilan

(10)

5. Terdapat peningkatan keterampilan menulis aspek word mechanism pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran scramble. Sebelum menerima perlakuan dan sesudah menerima perlakuan dengan angka peningkatan sebesar 6,6.

6. Terdapat peningkatan keterampilan menulis aspek vocabulary pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran scramble. Sebelum menerima perlakuan dan sesudah menerima perlakuan dengan angka peningkatan sebesar 4,5.

REFERENSI

Aunurrahman. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Darmawan, D. (2013). Komunikasi

Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Emilia, E. (2011). Pendekatan Berrbasis Teks Dalam Pelajaran Bahasa Inggris. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Huda, M. (2014). Model - Model Pembelajaran dan Pengajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman. (2010). Model-Model

Pembelajaran. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, W. (2015). Strategi dan Desain Pembelajaran. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Slavin, R. (2009). Cooperative Learning.

Bandung: Nusa Media. Sumantri, M. (2015). Strategi

Gambar

Tabel 1.1 Data Nilai Bahasa Inggris
Tabel 1. 2 Skor Keseluruhan Kelas Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Pusing ganti pekerja merupakan isu yang tidak dapat dielak oleh mana-mana syarikat dan menjadi suatu keutamaan untuk mengatasinya. Isu tersebut telah wujud di syarikat

Parameter komposisi dan suhu media gasifikasi banyak mempengaruhi kese- timbangan massa dan energi dalam proses gasifikasi. Untuk media gasifikasi yang tetap,

An additional factor in her use of a pen name may have been a desire to shield her private life from public scrutiny and to prevent scandals attending her relationship with

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada PT Indoroti Prima Cemerlang cabang Jember, secara keseluruhan perusahan sudah sangat baik dalam aktivitas produksinya pelayanan

interpersonal melalui permainan kelompok yang sesuai pada siswa kelas. VIII MTs Al Inayah Bandung tahun

Pesatnya perkembangan teknologi dan kecanggihan internet menjadi dasar pembuatan aplikasi kamus bahasa Latin pada hewan dan tumbuhan ini, saat ini hampir segala sesuatu

adanya kesadaran, pengetahuan dan perilaku kesehatan dan gizi yang baik pada anak. didasarkan dengan menerapkan program kelas aktif yang didukung

Kontrol yang digunakan adalah kloramfenikol (kontrol positif) dan DMSO 10% (kontrol negatif). Hasil : Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji