• Tidak ada hasil yang ditemukan

07. SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DASAR TIPIDUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "07. SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DASAR TIPIDUM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DASAR

TINDAK PIDANA UMUM

(07)

(2)

2 MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : Maret 2016

KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI

Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI

Disahkan di : Jakarta

pada tanggal : Maret 2016

KA LSP POLRI

Drs. FIANDAR

KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899 Menyetujui,

a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KALEMDIKLAT

Drs. SYAFRUDDIN, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI

Nomor Dokumen :

Nomor Salinan :

Status Distribusi : Terkendali

Tak terkendali

SKEMA SERTIFIKASI

PENYIDIK DASAR TINDAK PIDANA UMUM

Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi padaTingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memberikan tugas danwewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan sertifikasi Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.Skema ini dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.

Konseptor:

(3)

3 1. LATAR BELAKANG

Dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 3 Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana diatur pengertian Penyidik dan Penyidik Pembantu.Penyidik

adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri

sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan, sedangkan Penyidik pembantu adalah Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu

dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang.

Untuk menjadi seorang penyidik atau penyidik pembantu, tidak bisa

serta merta berada pada kursi jabatan sebagai penyidik atau penyidik

pembantu dan kemudian menangani perkara. Seorang penyidik harus

memahami dan mengerti betul tugas dan tanggung jawabnya dalam

pelaksanaan penyidikan.Penyidikan yang dimaksud adalah sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang- undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

guna menemukan tersangkanya.Berbagai perkara pidana yang terjadi dan

dilaporkan ke Kepolisian, memerlukan penanganan secara proporsional dan

professional oleh penyidik.

Seorang penyidik harus memiliki kompetensi di bidang tugas penyidikan

yang diembannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penyidik atau

penyidik pembantu meliputi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan

attitude (perilaku). Ketiga unsur inilah yang dapat menunjukkan seseorang

qualified atau tidak di bidang tugasnya.

Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik

pembantu dengan bidang tugas Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.Skema

sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi

kompetensi Penyidi katau Penyidik pembantu.

2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI

Ruang lingkup Skema Sertifikasi Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum

meliputi:

(4)

4 3. TUJUAN SERTIFIKASI

3.1. Untuk organisasi

3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa

pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga

yang kompeten.

3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten.

3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja.

3.2. Untuk personel

3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder

bahwa dirinya kompeten dalam bekerja.

3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk

meningkatkan percaya diri personel.

3.2.3. Membantu personel dalam mengukur tingkat pencapaian

kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan

Dasar Tindak Pidana Umum.

3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi.

3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral.

3.2.6. memberikan justifikasi bagi personel yang ditunjuk dalam

pelaksanaan tugas sebagai penyidik dan penyidik pembantu

Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum.

4. ACUAN NORMATIF

4.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946 tentang

KUHP;

4.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum AcaraPidana;

4.4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

(5)

5

4.5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional

Sertifikasi Profesi;

4.6. Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 1983 tentangpelaksanaan

KUHAP;

4.7. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan

Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

KUHAP;

4.8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

4.9. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri;

4.10. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

4.11. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

SatuanOrganisasipada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

4.12. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2012 tentangPenyidikanTindakPidana;

4.13. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 1 Tahun 2014

tentang SOP Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.14. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 2 Tahun 2014

tentang SOP Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana;

4.15. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 3 Tahun 2014

tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.16. Peraturan Kabareskrim Nomor 4 Tahun 2014 tentang Standar

Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana;

4.17. Peraturan BNSP Nomor 5 tahun 2014 tentang Pedoman

Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi.

5. KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA

(6)

6 5.2. Rincian Unit Kompetensi

Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum adalah anggota Polri yang

ditugaskan sebagaiPenyidikdanPenyidik pembantu.

Pada masing-masing bidang terdapat masing-masing Unit kompetensi:

5.2.1. Penyidik Dasar Tindak Pidana Umum

NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI

1 RSK.PD01.001.01 Melaksanakan Kegiatan Penyelidikan Tindak

Pidana Umum

2 RSK.PD01.002.01 Merencanakan Penyidikan Tindak Pidana

Umum

3 RSK.PD01.003.01 Melaksanakan Kegiatan Upaya Paksa

4 RSK.PD01.004.01 Melaksanakan Pemeriksaan Saksi, Tersangka

dan Ahli

5 RSK.PD01.005.01 Melaksanakan Penyelesaian dan Penyerahan

Berkas Perkara

6 RSK.PD01.006.01 Melaksanakan Penyerahan Tersangka dan

Barang Bukti

7 RSK.PD01.007.01 Melaksanakan Penghentian Penyidikan Tindak

Pidana Umum

6. PERSYARATAN

6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi

6.1.1. Memiliki SK Penyidik.

6.1.2. Telah direkomendasikan kompeten terhadap kompetensi Penyidik

Dasar dari Assesor

6.1.3. Memiliki pengalaman dinas yang bertugas sebagai penyidik di

fungsi Reskrim.

6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang

penyidikan sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana.

6.1.5. Sehat jasmani dan rohani.

(7)

7 6.2. Persyaratan dasar asesor kompetensi

6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi yang masihberlaku.

6.2.2. Anggota Polri atau purnawirawanPolri.

6.2.3. Sehat jasmani dan rohani.

6.2.4. Untuk anggota Polri direkomendasikan oleh Kasatkernya, untuk

Purnawirawan Polri direkomendasikan oleh Ka LSP.

6.2.5. Memiliki Surat Perintah Tugas melakukan uji kompetensi dari Ka

LSP Polri

7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak peserta sertifikasi

7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen

pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi.

Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai

penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana.

7.1.2 Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada

yang merasa dirugikan.

7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi

7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen.

7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen.

7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen.

8. BIAYA SERTIFIKASI

Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara

hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup:

8.1. Tahap persiapan

8.1.1. Biaya rapat persiapan.

8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal.

8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi.

8.2. Tahap pelaksanaan

8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi

(8)

8 8.2.3. Biaya rapat komite

8.2.4. Biaya cetak sertifikat

8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat

8.3. Tahap pembuatan laporan

8.3.1. Biaya penyusunan laporan

8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan

8.3.3. Biaya pengiriman laporan

9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran

9.1.1. Permohonan

Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari

kepala satuan kerja dengan melampirkan:

a. Foto copy ijazah pendidikan umum terakhir.

b. Foto copy Keputusan penempatan pada fungsi Reskrim

sebagai penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana

KUHP.

c. Foto copy ijasah/sertifikat/surat keterangan pendidikan

kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan penyidikan

Tindak Pidana KUHP.

d. Foto copy surat perintah tugas pada fungsi Reskrim sebagai

penyidik dan penyidik pembantu TindakPidana.

e. Daftar riwayat hidup.

f. Surat perintah untuk mengikuti sertifikasi dari kepala satuan

kerja.

g. Pas photo berwarn adengan PDH Polri denganukuran 3x4 = 2

lembar, 4x6 = 2 lembar.

h. Dokumen porto folio memadai terdiri dari:

1) Skep Penyidik/Penyidik Pembantu

2) SK Penempatan pada fungsi reskrim akumulasi 5 Tahun

3) Sprin Sidik terakhir

4) Dokumen penyelesaian perkara berupa berkas perkara

dan P-21

(9)

9 6) Dokumen pendukung lain yang terkait dengan fungsi

penyidikan.

9.1.2. Verifikasi

a. Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/

persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi :

- Keaslian

- Kecukupan

- Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup

kompetensi yang diajukan.

b. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi belum

memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai

dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka

yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi.

c. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi sesuai

dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang

bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi.

9.1.3. Persiapan uji kompetensi

a. Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK) berupa TUK

Sewaktu atau tempat kerja.

b. Penunjukan asesor kompetensi dan panitia uji kompetensi

ditunjuk oleh LSP Polri dengan menugaskan Tim Asesor

untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan

rencana uji kompetensi setelah berkoordinasi dengan

Pembina Fungsi.

(10)

10 9.2. Proses Asesmen

9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang

ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai

yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.

9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan

asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metoda dan

prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para

pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah.

9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen

direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan

bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta.

9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri

melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi.

9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan pesertaa

sesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagi

peserta sertifikasi yang berkebutuhan khusus, sepanjang

integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan

aturan yang berlaku di lingkungan Polri.

9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan

atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi,

LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman

yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.

9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid,

Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten

dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM

direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi.

9.3. Proses uji kompetensi

9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen.

9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis,

lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi

(11)

11 9.3.3. Peserta yang memenuhi bukti portofolio memadai akan disertifikasi

menggunakan metode verifikasi portofolio dan wawancara,

sedangkan bagi peserta yang belum memenuhi bukti portofolio

yang memadai atau peserta yang memenuhi bukti memadai tetapi

asesor meragukan kompetensi peserta, maka metode yang

digunakan observasi demonstrasi, pertanyaan lisan dan atau

pertanyaan tulisan.

9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat

lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi.

9.3.5. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang

kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi.

9.3.6. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor

kompetensi dan dilaporkan ke LSP.

9.3.7. Pembuatan rekomendasi dan laporan

a. Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan

rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen.

b. Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh

asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak

direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.

c. Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen

kepada panitia uji kompetensi.

d. Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi.

e. Panitia uji kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan

asesmen kepada Ka LSP Polri.

9.4. Keputusan Sertifikasi

9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite

sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri.

9.4.2. LSP Polri melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen

berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen

dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi.

9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang

(12)

12 9.4.4. Sertifikat kompetensi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun

terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan dapat diperpanjang

selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi Reserse.

9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat

9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang

sertifikat bilamana:

a. Penggunaan sertifikat kompetensi tidak sesuai dengan tugas

pokok.

b. Terbukti melanggar kode etik profesi Polri

c. Apabila pemegang sertifikat kompetensi menjadi status

tersangka dalam suatu tindak pidana maka LSP membekukan

sementara sertifikat kompetensi.

d. Sudah tidak bertugas lagi pada fungsi Reserse.

9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan

mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja

pada fungsi Reserse.

9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak

menggunakan sertifikat tersebut.

9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance

9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa

berlaku sertifikat kompetensi.

9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang

sertifikat.

9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan

9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang.

Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa

berlakunya berakhir dengan persyaratan:

a. Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker

mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat

(13)

13

b. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja

pemegang sertifikat kompetensi.

c. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan

diperpanjang.

d. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama

memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung.

e. Pas photo berwarna PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2

lembar, 4x6 = 2 lembar.

9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal

sertifikasi.

9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan

asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja.

9.8. Penggunaan Sertifikat

9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri.

9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan

promosi ke tingkat jabatan berikutnya.

9.8.3. Penyidik atau Penyidik pembantu pada Klaster Penyidik Dasar

Tindak Pidana Umum yang disertifikasi harus menandatangani

pernyataan untuk:

9.8.3.1. Mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema

sertifikasi;

9.8.3.2. Membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima

hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan;

9.8.3.3. Tidak menyalah gunakan sertifikasi yang dapat

mencemarkan Polri secara umum dan LSP Polri

khususnya, dan tidak membuat pernyataan terkait

sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat

dipertanggung jawabkan;

9.8.3.4. Menghentikan penggunaan semua pengakuan atas

sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan

(14)

14 9.9. Banding

9.9.1. LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan

kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara

konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambat-lambatnya

tujuh hari kerja setelah banding diterima.

9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia diubah sebagai berikut :.. Kepala

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara serta

Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 52 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan tata kerja Kepolisian

Ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik

Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kepolisian

Pol : Kep /54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) yang

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.. Peraturan Pemerintah