• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Tulisan Mandarin pada Citra Biji Catur Gajah Cina Berdasarkan Pola Menggunakan Direction Feature Extraction dan Backpropagation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Tulisan Mandarin pada Citra Biji Catur Gajah Cina Berdasarkan Pola Menggunakan Direction Feature Extraction dan Backpropagation"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan permasalahan identifikasi jenis citra catur cina, serta metode

Backpropagation.

2.1. Citra

Citra adalah gambaran dari suatu objek yang dihasilkan dari pantulan atau pembiasan

sinar yang difokuskan dari sebuah lensa atau cermin (Simonett, 1983). Citra

didefenisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x,y), dimana x dan y adalah

koordinat spasial dan luasan dari f untuk tiap pasang koordinat (x,y) disebut sebagai

intensitas keabuan citra pada suatu titik tertentu. Jika x, y, dan nilai intensitas f

bersifat terbatas, maka citra tersebut dapat disebut sebagai citra digital (Gonzales et al,

2002). Citra yang digunakan pada penilitian ini adalah biji catur cina. Citra biji catur

cina merupakan sebuah gambaran citra foto yang didapatkan dari sensor kamera pada

webcam di dalam penelitian ini. Suatu gambar memiliki ciri yang berbeda dengan

gambar yang lain berdasarkan pada karakteristik yang mencolok pada gambar

tersebut. Ciri didefinisikan sebagai sebuah tanda yang khusus, dimana tanda tersebut

menbedakan suatu gambar dengan gambar lain. Citra dari biji catur cina dapat

dibedakan berdasarkan pada ciri pada biji catur cina tersebut seperti pola dari tulisan,

warna, tekstur dan sisi atas.

2.2. Image Processing

Image processing adalah sebuah transformasi input data yang mentah untuk

membantu kemampuan komputasional dan pencari ciri serta mengurangi noise(derau)

(Putra, 2008). Image processing adalah sebuah teknik untuk menemukan orientasi dari

(2)

citra sehingga memudahkan dalam proses pengklasifikasian dan penelitian lebih lanjut

tentang sebuah citra.

2.2.1. Canny Edge Detection

Edge detection adalah topik yang penting di dalam analisis citra (Soo-Ji, 2002).

Tujuan dari edge detection secara umum adalah untuk mengurangi jumlah data di

dalam sebuah citra dan juga menyediakan elemen struktural digunakan untuk

pemrosesan citra yang lebih mendalam (Canny, 1986). Walaupun algoritma Canny

menyertakan proses smoothing, tetapi algoritma Canny tidak menyampingkan

penggunaan dari median filter. Dikarenakan, proses smoothing hanya mengaburkan

citra dan proses smoothing hanya menyebabkan sedikit noise pada citra untuk

dikaburkan. Akantetapi, median filter menyebabkan banyak noise yang dihilangkan

(Nosrati et al, 2012).

2.2.1.1. Hough Circle Transform

Hough Transform telah dikenal sebagai sebuah tool yang kuat untuk pendeteksian

bentuk kurva-kurva yang bersifat parametirk di dalam citra (Duda & Hart, 1972;

Hough, 1962). Circle Hough Transform didesain untuk menemukan

lingkaran-lingkaran yang terbentuk oleh sebuah titik pusat (x0 , y0) dan sebuah radius r. Dalam

menentukan sebuah lingkaran, sangat penting untuk mengakumulasi nilai – nilai

parameter pada tiga ruang dimensi (x0 , y0, r) (Smereka & Duleba, 2008).

2.2.2. Image Enhancement

Proses perbaikan citra terdiri dari sekumpulan teknik yang bertujuan untuk

meningkatkan kondisi visual dari citra atau untuk mengubah citra menjadi bentuk

yang lebih baik disesuaikan untuk analisis oleh manusia atau mesin. Tujuan utama

dari perbaikan citra adalah untuk memodifikasi atribut-atribut dari sebuah citra untuk

proses yang diperlukan dan peneliti yang khusus. Selama proses perbaikan citra, satu

atau lebih atribut pada citra dimodifikasikan. (Snehal & Shandilya, 2012). Perbaikan

citra merupakan salah satu proses preprocessing image yang penting dan dapat

(3)

2.2.2.1. Dilation

Dilasi adalah operasi yang berkebalikan dari operasi erosi. Dilasi memperbesar

foreground sedangkan erosi memperkecil foreground. Foreground direntangkan dari

batas luar foreground tersebut. Jika terdapat lubang di dalam foreground pada citra,

lubang tersebut akan menghilang. Sama seperti erosi, operasi dilasi menggunakan

structural elements (Jawas & Suciati, 2013). Dilasi menggunakan persamaan 2.1

dibawah ini (Tambe et al, 2013).

X⊕ B= X + b = { x + b : x ∈ X &b ∈ B} (2.1) Dimana : X = citra grayscale asli

B = structuring elements

x = set dari citra asli

b = set dari structing elements

2.2.2.2. Gaussian Blur

Di dalam image processing, operasi yang paling umum adalah penggunaan dari kernel

filter. Persamaan dari Gaussian yang menghasilkan jenis-jenis dari kernel-kernel

tersebut dianggap memiliki nilai mean nol. Berikut adalah persamaan Gaussian satu

dimensi 2.2 didefinisikan dibawah ini (Robinson et al, 2012).

(2.2)

Dimana :

a = amplitude dari curve

σ = variansi dari Gaussian

2.2.3. Min-Max Linear Contrast Stretch

Sewaktu menggunakan minimum-maximum linear contrast strectch,nilai minimum

dan maximum dari citra asli diubah menjadi sekumpulan nilai-nilai yang spesifik yang

mewakili jangkauan dari tingkat kecerahan pada citra (Saleh et al, 2010). Berikut

persamaan dari Min-Max Linear Contrast Stretch 2.3 dibawah ini (Saleh et al, 2010).

(4)

Dimana : g(x,y) = citra Min-Max Linear Contrast Stretch dengan matriks x dan y

f(x,y) = citra input dengan matriks x dan y

min = nilai intensitas minumum pada citra input

max = nilai intensitas maximum pada citra input

2.2.4. Colour Space Conversion

Warna adalah cara dari HVS(Human Visual System) dalam menghitung sebuah bagian

dari gelombang elektromagnetik, diantara nilai 300 sampai dengan 830 nm.

Disebabkan oleh beberapa elemen dari HVS yang tidak dapat dilihat dari semua

kemungkinan pengabungan spektrum oleh mata manusia, tetapi manusia lebih

cenderung untuk membedakan keberagaman spektrum dengan warna. Colour space

adalah sebuah notasi yang dimana dapat menspesifikan warna (Tkalci & Jurij, 2003).

2.2.4.1. RGB2Grayscale

Semua pengubahan color-space menggunakan konvensi : citra-citra 8-bit berskala

0-255, citra-citra 16-bit berskala 0-65536, dan angka pecahan adalah diantara 0.0 dan

1.0. Ketika citra keabuan diubah menjadi citra berwana, semua komponen yang

menghasilkan citra dianggap menjadi sama; tetapi untuk transformasi yang

berkebalikan (RGB atau BGR menjadi Grayscale), nilai keabuan dihitung dengan

rumusan yang berbobot secara perseptual (Bradski & Kaehler, 2008).Berikut

persamaan 2.4 untuk menghitung transformasi citra RGB atau BGR menjadi citra

keabuan (Bradski & Kaehler, 2008).

(2.4)

Dimana : Y = nilai grayscale yang dihasilkan

R = nilai red dari citra RGB atau BGR

G = nilai green dari citra RGB atau BGR

(5)

2.2.5. Resizing

Sering dijumpai citra dengan berbagai ukuran yang perlu diubah sesuai dengan ukuran

yang diinginkan. Secara umum, diperlukan pemetaan dari sumber citra ke cirta resized

tujuan menjadi semulus mungkin (Bradski & Kaehler, 2008).

2.2.6. Image Normalization

Di dalam mendapatkan hasil pengenalan yang baik, normalisasi biasa digunakan

untuk mengskalakan dan memindahkan karakter ke dalam ukuran yang

ternormalisasikan dan sesuai dengan aspek rasio. Algoritma normalisasi yang baik

akan menggunakan grid untuk proses yang lebih jauh (Liu, Y., 2009). Berdasarkan

hasil penelitian oleh X.Ding, karakter yang ternormalisasikan berdasarkan pada center

mass lebih cepat untuk diproses daripada batas-batas citra yang mengakibatkan

beberapa informasi dari citra hilang ketika kualitas input tidak sempurna (Ding, 2002).

Dalam menghadapi ukuran font yang berbeda, normalisasi juga akan mengcocokkan

ukuran font dan sesuai dengan aspek rasio pada karakter (Liu, Y., 2009).

2.2.7. Thresholding

Threshold menjadi sangat sederhana tetapi merupakan sebuah tool yang efektif untuk

memisahkan objek dari background. Keluaran dari operasi threshold adalah citra biner

yang akan mengindikasikan objek foreground, yang merupakan, teks yang tercetak,

simbol-simbol, tujuan pada peta dan bahan materi dari sebuah objek. Berikut

persamaan 2.5 threshold dibawah ini (Romen et al, 2011).

{

(2.5)

Dimana : b(x,y) = citra yang terbinerisasikan

I(x,y) = citra asli yang akan dilakukan threshold

T(x,y) = nilai matriks threshold untuk citra.

2.2.8. Thinning

Goresan pada tulisan tebal dan besar secara normal lebih tebal dari font yang lain, hal

tersebut memberikan sebuah perbedaan yang sangat besar pada nilai fitur yang

terkandung di dalam citra font tersebut. Oleh sebab itu, proses thinning sangat

(6)

2.3. Ekstraksi Fitur

Ekstraksi fitur merupakan nilai fitur yang terkandung di dalam sebuah citra yang

mewakili ciri khusus dari sebuah citra. Nilai yang didapatkan dari hasil

pengekstraksian fitur dari sebuah citra kemudian akan di proses untuk diklasifikasi.

Ekstaksi Fitur yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Direction Feature

Extraction.

2.3.1. Direction Feature

Direction Feature adalah pencarian nilai-nilai fitur berdasarkan label arah pada setiap

pixel. Pada metode Direction Feature, setiap pixel foreground pada gambar memiliki

arah tersendiri dimana arah yang digunakan memiliki empat arah dan masing-masing

arah diberikan label nilai tersendiri (Liu & Blumenstein, 2008). Arah yang digunakan

dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini (Agung et al, 2009).

Tabel 2.1 Nilai Label dan Arah pada Direction Feature

Arah Nilai Bentuk

Vertikal 2 |

Diagonal Kanan 3 /

Horizontal 4 _

Diagonal Kiri 5 \

Nilai arah pada setiap pixel dapat diperoleh melalui proses pengecekan secara raster

dari arah kiri ke kanan. Pengecekan secara raster bertujuan untuk mencari pixel yang

memiliki nilai 1 atau pixel yang berasal dari foreground. Selama pengecekan raster

berlangsung, pixel yang memilii nilai1 atau berasal dari pixel foreground akan

mengecek nilai neighbour dari pixel tersebut. Apabila P adalah pixel foreground yang

tercek, pixel neighbour akan dicek adalah P1atau P5 terdapat pixel foreground maka

diberikan label nilai 2, P2 atau P6 terdapat pixel foreground maka diberikan label nilai

3, P3 atau P7 terdapat pixel foreground maka diberikan label nilai 4, P4 atau P8

terdapat pixel foreground maka diberikan label nilai 5. Tabel 2.2 menunjukkan

(7)

Tabel 2.2 Matriks neighbour pixel P dalam pelabelan nilai arah

P1 P2 P3 P8 P P4 P7 P6 P5

Selanjutnya, nilai-nilai fitur yang berdimensi sesuai dengan citra biner yang diubah

akan mengalami proses transisi. Proses transisi melakukan pengecekan secara raster

dari empat arah (kiri ke kanan, kanan ke kiri, atas ke bawah, bawah ke atas). Sebelum

melakukan transisi, nilai transisi maksimum didefinisikan terlebih dahulu. Apabila

nilai T adalah nilai transisi maksimum yang didefinisikan, nilai W dan H adalah nilai

lebar dan tinggi dari citra yang diproses.

Persamaan 2.6 ukuran dari Direction Feature dari kiri menuju kanan di bawah ini.

LR = T . H (2.6)

Persamaan 2.7 ukuran dari transisi pada Direction Feature dari kanan menuju kanan dibawah ini.

RL = T . H (2.7)

Persamaan 2.8 ukuran dari transisi pada Direction Feature dari atas menuju bawah dibawah ini.

UD = T . W (2.8)

Persamaan 2.9 ukuran dari transisi pada Direction Feature dari bawah menuju atas dibawah ini.

DU = T . W (2.9)

Dimana : LR = ukuran transisi kiri ke kanan

RL = ukuran transisi kanan ke kiri

UD = ukuran transisi atas ke bawah

DU = ukuran transisi bawah ke atas

T = nilai transisi

W = lebar dari citra asli

(8)

Proses berikutnya adalah menormalkan ukuran fitur dari transisi fitur pertama sekali

pada Direction Feature. Proses menormalkan ukuran matriks transisi bertujuan untuk

mengecilkan data input fitur supaya proses pengklasifikasian menghasilkan hasil yang

lebih akurat dan proses yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Ukuran

penormalan citra dilakukan secara berurutan dengan menjumlahkan baris pertama

sampai dengan baris yang berindeks jumlah transisi setiap arah. Persamaan 2.10

menunjukkan ukuran normalisasi dari nilai transisi direction feature.

(2.10)

Dimana : NS = ukuran fitur normalisasi setiap arah

DT =ukuran transisi pada direction feature pada setiap arah (kiri ke kanan, kanan ke kiri, atas ke bawah, bawah ke atas)

T = nilai transisi

Hasil akhir yang dihasilkan oleh fitur ekstraksi Direction Feature adalah nilai

normalisasi dari keempat arah yang digabungkan. Nilai fitur akhir dari Direction

Feature memiliki ukuran yang berukuran dengan jumlah dari normalisasi keempat

arah. Persamaan 2.11 menunjukkan ukuran akhir dari nilai fitur yang dihasilkan.

(2.11)

Dimana : DF = ukuran dari hasil akhir Direction Feature

NS = ukuran fitur normalisasi setiap arah(kiri ke kanan, kanan ke kiri,

atas ke bawah, bawah ke atas)

T = nilai transisi

2.4. Backpropagation

Jaringan feed-forward dapat digunakan untuk bermacam masalah klasifikasi dan

pengenalan. Di dalam algoritma Backpropagation, tidak penting untuk mengetahui

model matematika dari permasalahan pengenalan dan klasifikasi untuk melatih dan

(9)

Di dalam algoritma ini, apabila arsitektur dari jaringan yang dipilih tepat dan

sekumpulan data training yang memadai disertakan, jaringan Backpropagation akan

memberikan solusi yang tepat (Khusbu & Mehta, 2013).

Langkah-langkah yang dilakukan oleh algoritma Backpropagation adalah sebagai

berikut (Khusbu & Mehta, 2013):

1. Data input disertakan di dalam elemen yang memproses lapisan pertama dari

jaringan Backpropagation dan diperbanyak sepanjang jalur penghubung menuju

lapisan pertama.

2. Setiap elemen pemrosesan, h di dalam hidden layer menghitung jumlah dari

bobot input dari setiap input, i, dari lapisan sebelumnya. Persamaan 2.12

menunjukkan jumlah bobot yang terdapat pada setiap elemen di lapisan input

yang menuju lapisan hidden.

(2.12) Dimana : Weighted sum h = jumlah bobot pada elemen dari lapisan input ke

hiddden

weighth = bobot pada elemen dari lapisan input ke hidden

input h = nilai input yang berada pada lapisan hidden.

3. Keluaran dari pemrosesan pada lapisan hidden¸h, kemudian dikalkulasikan

dengan fungsi aktivasi, f, dan kemudian diperbanyak ke lapisan selanjutnya.

Fungsi aktivasi sigmoidal biasanya adalah f(x) = 1 / (1+ex). Persamaan 2.13

menunjukkan perhitungan fungsi aktivasi sigmoid keluaran elemen h dari lapisan

hidden.

(2.13)

Dimana : Hidden output h = nilai dari fungsi aktivasi sigmoidal elemen h dari lapisan hidden

weighted sum h = jumlah bobot di elemen h

biash = nilai bias pada elemen h

4. Langkah pada nomor 2 dan nomor 3 mengalami perulangan pada lapisan hidden

(10)

5. Setiap elemen pemrosesan o, di dalam lapisan output mengkalkulasikan jumlah

dari bobot input yang berada pada setiap elemen h, dari lapisan sebelumnya.

Persamaan 2.14 menunjukkan jumlah bobot yang berasal dari lapisan hidden

menuju lapisan output.

, untuk semua elemen h (2.14) Dimana : Weighted sum o = jumlah bobot dari lapisan hidden menuju output

weight oh = jumlah bobot pada elemen h pada hidden ke output layer

input oh = nilai input yang berada pada lapisan output

6. Nilai keluaran dari elemen pemrosessan lapisan output o, kemudian

dikalkulasikan dengan fungsi aktivasi, f. Persamaan 2.15 menunjukkan

perhitungan fungsi aktivasi elemen o di lapisan output.

(2.15) Dimana : Output o = nilai dari fungsi aktivasi elemen o di lapisan output

weighted sum o =jumlah bobot di elemen o

bias o = nilai bias di elemen o

7. Nilai output yang telah dihitung dibandingkan dengan output tujuan untuk

menghitung nilai error untuk setiap elemen pemrosesan lapisan output. Turunan

dari fungsi aktivasi f digunakan untuk mencari nilai rata-rata perubahan. Untuk contoh ini f’(x) = f(x) (1-f(x)). Persamaan 2.16 menunjukkan perhitungan kesalahan yang terjadi di lapisan output. Perulangan dan jaringan mempelajari

ketika melakukan perulangan sampai menemukan nilai error yang paling kecil. (2.16) Dimana : Error o = nilai error yang terdapat pada setap elemen o

target o = nilai elemen pada node target elemen o

output o = nilai output pada elemen o

weightedsumo = jumlah beban pada elemen o

biaso = nilai bias pada elemen o

8. Error pada lapisan-lapisan hidden di dalam elemen pemrosesan dihitung dengan

melajukan error kembali melalui jaringan. Sangat penting bahwa weightedh

(11)

weightedsumh = jumlah bobot yang berada pada elemen h

biash = nilai bias yang terdapat pada elemen h

erroro = nilai error yang terdapat pada elemen o

weightoh = nilai bobot yang berada pada elemen o

9. Bobot-bobot di dalam lapisan output telah terupdate, β = learning rate diantara 1 dan 0, α = konstanta momentum. Penggunaan β*erroro mewakili peran dari delta. Input o adalah nilai input bergerak di jalur-jalur yang berasal dari lapisan hidden

menuju lapisan output. Persamaan 2.18 menunjukkan proses update bobot yang

dilakukan oleh Backpropagation pada lapisan output.

( )

(2.18)

Dimana : Weighto() = bobot pada elemen o

t = indeks elemen pada bobot

α = konstanta momentum

β = learning rate antara 1 dan 0

erroro = nilai error pada elemen o

input = nilai input dari lapisan hidden menuju output.

input2 = nilai input dari lapisan hidden menuju output selanjutnya.

10. Bobot-bobot pada setiap lapisan hidden telah terupdate. β = konstanta learning

rate antara 1 dan 0, α = konstanta momentum. Persamaan 2.19 menunjukkan

proses update bobot yang dilakukan oleh Backpropagation pada lapisan hidden.

( )

(2.19) Dimana : Weighth() = bobot pada elemen o

t = indeks elemen pada bobot

(12)

β = konstanta learning rate

errorh = nilai error pada elemen h

input = nilai input dari lapisan hidden menuju output.

input2 = nilai input dari lapisan hidden menuju output selanjutnya.

Dalam menjalankan algoritma Backpropagation, proses feedforward menjalankan

langkah 1 sampai 6 dan proses backpropagation terjadi selama langkah 7 sampai 10

untuk mengecek error yang dihasilkan (Khusbu & Mehta, 2013).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengenalan huruf maupun tulisan dalam OCR (Optical Character

Recognition) atau pengenalan karakter optik telah banyak dilakukan dengan berbagai

metode. Pada umumnya, pengenalan huruf diimplementasikan untuk scanning teks,

automasi, robotik dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh (Wen, 2014) menggunakan metode Feature

Comparisons Technique untuk diimplementasikan dalam menghitung jarak dari tiap

contour yang terdapat pada setiap biji catur cina dan menghitung jarak tengah dari

citra biji catur cina. Pada penilitian ini, metode yang dilakukan adalah dengan

membandingkan fitur-fitur yang terdapat pada citra catur. Hasil dari penelitian ini

adalah 100% tingkat akurasi dengan persentase noise dibawah 20% dan sudut

inklanasi 40 derajat.

Penelitian yang dilakukan oleh (Jia et al, 2011) menggunakan metode Radial

Harmonic Fourier Moments untuk diimplementasikan dalam mengenali

karakter-karakter cina yang terdapat pada permukaan atas catur cina. Pada penelitian ini,

metode yang digunakan menunjukkan hasil keakuratan pada data training 99.14% dan

data testing 100%. Akantetapi, disebabkan oleh discrimination power pada metode

yang digunakan menghasilkan tingkat keakuratan yang tidak selalu sama dari dimensi

fitur yang berbeda-beda. Sampel data training yang digunakan adalah 10 derajat rotasi

(13)

karakter alphabet dengan menggunakan jaringan saraf tiruan. Pada peneltian ini,

ukuran vektor input pada input layer adalah 26x26 dengan tujuan error sebesar 0,01.

Jaringan saraf tiruan Backpropagation yang telah mengalami proses training selama

1000 epochs. Setelah proses training selesai, jaringan saraf tiruan dapat mengenali

semua karakter secara benar pada penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh (Agung et al, 2009) menggunakan metode

Modified Direction Feature Extraction dan Learning Vector Quantization untuk

diimplementasikan dalam mengenali huruf bali. Pada penelitian ini, hasil analisis pada

variasi ukuran normalisasi, jumlah transisi MDF dan pembagian gambar menjadi

beberapa bagian menunjukkan tingkat akurasi 88.89% pada data training dan 81.49%

pada data testing. Rangkuman dari penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada

tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel Peneltian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) Metode Keterangan

(14)

pada setiap dimensi pada

fitur-- Selama noise diproses dengan noise medium di dalam data

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

berfokus pada tingkat keakuratan berdasarkan pola karakter dari metode yang

digunakan. Berikut adalah metode beserta alasan penggunaan metode yang akan

diterapkan pada penelitian ini.

- Menggunakan fitur ekstraksi arah pada pola, sehingga penelitian ini juga dapat

mengklasifikasi tulisan karakter mandarin maupun karakter mandarin yang

dicetak dengan berbagai jenis font pada ukuran biji catur yang sama.

(15)

- Menggunakan dataset training yang bersifat real world dan pengujian

terhadap dataset font digital yang dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai set

sampel catur yang memiliki jenis font yangberbeda.

- Menerapkan salah satu metode jaringan saraf tiruan sebagai metode

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Label dan Arah pada Direction Feature
gambar menjadi beberapa bagian Hasil analisis berdasarkan variasi ukuran normalisasi, jumlah

Referensi

Dokumen terkait

Ahmad dahlan merupakan kondisi arus lalulintas simpang 4 lengan dan jam puncaknya terdapat di hari senin jam 17.00 – 18.00 WIB dapat di lihat pada Gambar 5.2

Tambah Data Pelanggan Isi Data Pelanggan Simpan Data Pasien Edit Data Pelanggan Isi Data Pelanggan Update Data Pasien Lengkap Lengkap Hapus Data Pelanggan

Berdasarkan kuesioner yang telah diedarkan kepada mahasiswa/I Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar- Raniry dan telah di uji dengan

Pasword Hak Akses tbl_akses 2.0 Data Master Tr_pasang 3.0 Transaksi Data Registrasi Pelanggan Baru Data Pembayaran Data Tunggakan Tr_register Tr_bayar Data Pemasangan 4.0

Data rata–rata hasil analisis pengaruh panjang stek dan limbah air cucian beras terhadap pertumbuhan bibit ubi kayu terhadap parameter waktu muncul tunas, jumlah tunas,

Saat dia memukul saya, dia selalu mengatakan bahwa dia diijinkan melakukannya; inilah mengapa saya menjadi sangat marah ketika orang Muslim mencoba berkata

Sangat sulit bagi buyer untuk mengganti speciality oils yang sudah tersertifikasi, diproduksi dengan benar, atau berasal dari area eksotis yang spesifik karena biasanya

Definisi Sindrom Tolosa-Hunt sesuai dengan International Headache Classification adalah nyeri orbital atau periorbital unilateral yang berkaitan dengan parese dari