• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Karakteristik Karbon tetraklorida (CCl4)

Karbon tetraklorida (CCl4) termasuk hidrokarbon alifatik tidak berwarna, mudah menguap dan berbau tajam seperti eter, kelarutannya dalam air rendah dan tidak mudah terbakar. Senyawa CCl4 diketahui bisa merusak lapisan ozon, ada bukti yang kuat bahwa toksisitas CCl4 meningkat apabila berinteraksi dengan alkohol dan keton sehingga peminum alkohol mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kerusakan hati dan ginjal akibat CCl4,. Senyawa CCl4 masuk kedalam tubuh bisa secara inhalasi, ingesti dan kontak langsung dengan kulit. Efek toksik jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hepar, ginjal, paru dan pada beberapa kasus bisa menyebabkan kematian (Junieva, 2006). Manifestasi kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular dan akhirnya sirosis. Keracunan akut karbon tetraklorida juga dapat menyebabkan sistem saraf pusat (SSP), depresi serta efek gastrointestinal dan neurologis seperti mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala, pusing, dikoordinasi, gangguan berbicara, kebingungan, anestesi, kelelahan (Tappi dkk. 2003). Senyawa CCl4 pertama kali ditemukan pada tahun 1849 kemudian digunakan sebagai bahan anastesi dan antihelminth dalam pengobatan terhadap cacing tambang (Surya, 2009).

(2)

terserang radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi lipid yang selanjutnya akan mengubah struktur dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan meningkat yang selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan adanya kematian sel (Robins & Kumar, 1992).

2.2Tanaman Manggis

Manggis merupakan tumbuhan berupa pohon, yang memiliki tinggi hingga 15 meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang simodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut lemak berdiameter 6-8 cm . Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994).

Klasifikasi tanaman Manggis yaitu Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyte Sub-divisi :Angiospermae Kelas :Dicotyledoneae Ordo :Guttiferanales Family :Guttiferae Genus :Garcinia

Spesies :Garcinia mangostana L.

Manggis berasal dari hutan tropis dikawasan Asia tenggara, yaitu dari Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara, menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australis Utara (Arsana, 2014).

2.3Kandungan Kimia Kulit Manggis

Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa penggunaan tanaman obat tradisonal tidak menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman yang berkhasiat untuk obat adalah kulit manggis (Garcinia mangostana

(3)

manggis memiliki berbagai aktivitas seperti antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibakteri, serta antiviru, pengobatan diare dan disentri (Chaverri et al. 2008). Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan Indonesia dan Malaysia. Salah satu kandungan kimia kulit manggis adalah xanthone (Oktaviani, 2013).

Menurut Clarinta (2014), bahwa ekstrak kulit manggis mampu memberikan efek protektif terhadap hepar yang diinduksi oleh rifampisin yaitu pengiduksi enzim sitokrom P 450 yang mengakibatkan proses inflamasi dan mekanisme stress oksidatif yang menghasilkan radikal bebas. Menurut Ruslami (2010) menyatakan bahwa immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil, dan menurut Fauziah dkk. (2013), menyatakan bahwa kelebihan senyawa xanthone pada kulit buah manggis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tingkat depresi dan menstabilkan fungsi jaringan dalam tubuh. Senyawa xanthone berperan dalam mempercepat pembentukan eritrosit dalam darah yang berhubungan dengan proses hematopoetik. Menurut Handoko (2005), flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid diduga berpengaruh dalam menghambat kerusakan hepar dengan cara mengikat radikal bebas sehingga dampaknya terhadap hepar berkurang.

(4)

2.4Karakteristik Darah

Darah adalah jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Darah memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektroniknya (Sloane, 2003).

Sel darah ada tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah menyusun sedikitnya 45% dari total volume darah, sedangkan sel darah putih yang tersusun atas neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit menyusun kurang dari 1% dari seluruh total volume darah (Sloane, 2003). Nilai normal hematokrit tergantung jenis kelamin. Menurut Smith & Mangkoewidjojo (1988), rata-rata jumlah eritrosit mencit normal adalah berkisar 4x106– 6x106 butir/mm3, Jumlah eritrosit total pada tikus putih berkisar antara 7,2-9,6 juta/mm3 dan kadar hemoglobin normal pada mencit berkisar antara 10-14 gr/dL dan Kadar hemoglobin normal pada tikus putih antara 15-16 g/dL.

Menurut Shier et al. (2002) dalam Ganong (1979) eritrosit adalah sel yang berukuran kecil dan berdiameter kira-kira 7,5 μm. Sel ini berbentuk lempeng bikonkaf yang artinya tipis di bagian tengah dan tebal di bagian pinggir. Bentuk khusus eritrosit ini merupakan adaptasi fungsi sel darah merah yaitu dalam mentranspor gas. Bentuknya menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar di mana gas-gas dapat berdifusi. Pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milliliter kubik adalah 46 x 105 – 62 x 105 dan pada wanita normal 42 x 105– 54 x 105 Jumlah sel darah merah biasanya naik setelah beberapa hari melakukan latihan berat atau jika sedang berada di tempat yang lebih tinggi karena kenaikan jumlah oksigen yang dibutuhkan.

(5)

nilai supernormal dan distimulasi oleh anemia, juga distimulasi oleh hipoksia dan kenaikan pada jumlah sel darah merah yang bersirkulasi merupakan ciri umum karena aklimatisasi ketinggian (Ganong, 1979). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Di dalam globin terdapat hem yang mengandung zat besi dan hem berperan dalam proses pewarnaan darah (Sloane, 2003).

Menurut Patimah (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit). Defisiensi zat besi penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang kurang, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi (Wirakusumah, 1998).

2.5 Deskripsi umum hati

Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar, dengan berat sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati merupakan organ sensitif.Salah satu fungsinya yang penting adalah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar, seperti obat tertentu. Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati terletak diantara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat. Obat-obatan merupakan bahan kimia yang sangat mungkin mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh, terutama hati.Istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut

(6)

Semua bahan kimia yang dikonsumsi, akan mengalami berbagai proses dalam tubuh, di antaranya adalah proses metabolisme di hati. Jika sel-sel hati terpapar oleh zat yang bersifat toksis dalam dosis dan waktu tertentu, maka sel-sel hati dapat mengalami kerusakan, sehingga enzim-enzim yang terdapat di dalam sel akan terlepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat. Perubahan kadar enzim-enzim hati ini dalam darah dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati (Arfeliana, 2010). Gangguan hati dapat ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum, serta pepanjangan masa protombin (Wilmana, 1995).

2.6Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetik

Transaminase

Hati merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang diabsorbsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama metabolisme dan detoksifikasi (Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004). Enzim SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis kerusakan hepatoseluler. Kadar SGPT dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transaminase lainnya dalam kasus kerusakan hati akibat penggunaan obat atau zat kimia (Surya, 2009). Enzim SGOT SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan oleh sel-sel hati dalam peningkatan SGOT dan SGPT mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati, karena kedua enzim ini meningkat terlebih dahulu dan meningkat drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lain ketika terjadi kerusakan sel-sel hepar (Fajariyah dkk. 2010).

Referensi

Dokumen terkait

We found that: (1) the vertical accuracy of UAV normalized digital surface models (nDSMs) is sufficiently high to obtain temporal height profiles of low vegetation over a

untuk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, KPNK, dan GAPOKTAN lainnya yang memiliki usaha unggulan/ strategis dengan batas kredit sesuai dengan kebutuhan atau

We are grateful to the USGS and the South African National Geospatial Information (NGI) of the Department of Rural Development and Land Reform for the provision of

Penulisan Ilmiah ini berisikan bagaimana merancang dan membuat suatu aplikasi pengolahan data klub dengan menggunakan Microsoft Visual Foxpro 8.0, yang merupakan salah satu sarana

[r]

Oleh karena itu penulis membuat Aplikasi Resensi Film menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dengan harapan dapat membuat para pecinta film dapat menghemat waktu dan

Jika berdasarkan hasil audit, pemantauan dari evaluasi ternyata Pihak Kedua tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, maka Pihak Kedua akan

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat aplikasi belajar bahasa Inggris : mengenal hewan berkaki empat menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX, sebagai