• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Keamanan dalam Upaya Pencegahan Pencurian Koleksi Buku (Studi Kasus pada Perpustakaan Universitas NegeriMedan) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Keamanan dalam Upaya Pencegahan Pencurian Koleksi Buku (Studi Kasus pada Perpustakaan Universitas NegeriMedan) Chapter III V"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum

UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan berdiri seiring dengan berdirinya Institusi induk yaitu IKIP Medan. Pada awalnya merupakan perpustakaan Fakultas FKIP USU.Pada September 2013 UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan pindah ke gedung baru Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan dengan luas 13.585 m2. Pada hari Sabtu, 14 Desember 2013 Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan yang dipimpin oleh Dra.Ratnawati Dora, SIP diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA didampingi Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar MSi.

(2)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti memilih Perpustakaan Universitas Negeri Medan sebagai objek penelitian karena Perpustakaan Universitas Negeri Medan memiliki perangkat keamanan yang lengkap. Lokasi penelitian berada di kampus Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar, Pasar V Medan Estate, Kode Pos 20221. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Mei 2016- 9 mei 2016.

3.3. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Menurut Syaifuddin (2004 : 5) “Pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan

deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati”.

3.4.Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, seperti sikap dan pemahaman dari petugas Perpustakaan UNIMED yang berkompeten tentang keamanan koleksi. 2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer dan diperoleh

(3)

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulan data peneliti ini adalah:

1. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut informan melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi.Menurut Cholid dan Abu (1997 : 83) “wawancara

yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan”. Beberapa petugas perpustakaan yang berkompeten dalam bidang keamanan koleksi dipilih kemudian dilakukan wawancara mendalam dengan bentuk kurang terstruktur. Petugas yang berkompeten tentang keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED akan diwawancarai mengenai bagaimana perencanaan dan penerapan sistem keamanan di Perpustakaan UNIMED.

Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara penulis menyusun Pedoman wawancara, agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara terdiri dari daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kemudian wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah di lampirkan oleh penulis.

2. Observasi

(4)

dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki”. Saat melakukan pengamatan peneliti akan mengungkapkan secara

menyeluruh apa yang dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti. Proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dalam penelitian ini termasuk pada observation non participant, dalam observasi ini peneliti terpisah dari kegiatan yang diobservasi. Peneliti hanya mengamati dan mencatat apa saja yang berkaitan tentang penerapan sistem keamanan koleksi.

Kegiatan observasi dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara, Peneliti akan mengamati kesesuaian informasi yang ada di lapangan dengan data yang diberikan oleh informan. Tujuannya adalah melihat apakah informasi yang sudah diberikan oleh informan itu benar atau tidak.

3. Studi Dokumentasi

Selain wawancara dan observasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan

studi dokumentasi. Peneliti melakukan suatu kegiatan pengumpulan berbagai informasi

dan data dari beberapa dokumen yang berhubungan, guna menunjang kelengkapan data

yang dibutuhkan yaitu melalui buku, majalah, jurnal, hasil seminar dan artikel, baik yang

tersedia dalam media on-line (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan. Studi

dokumentasi ini dilakukan agar mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi dan

setelah itu dibandingkan keadaan yang diteliti atau survei di lokasi atau tempat peristiwa

terjadi yaitu Perpustakaan UNIMED.

3.6. Mengidentifikasi Informan

(5)

adalah dengan melakukan teknik purposive sampling. “Teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2014 : 53-54)“. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih yaitu pimpinan dan petugas yang berkompeten dan mengetahui tentang perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED.

Tabel 3.1 Identifikasi Informan

NO KODE JABATAN

1 Informan 1 Staff Tata Usaha

2 Informan 2 Koordinator UnitAutomasi 3 Informan 3 Staff Unit Automasi

4 Informan 4 Koordinator Pelayanan Teknis 5 Informan 5 Koordinator Pelayanan Pengguna

6 Informan 6 Staff Pelayanan Sirkulasi

3.7. Analisis Data

(6)

Menurut Sugiyono (2014 : 91) analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai merangkum, memilih hal-hal pokok, kompleks, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Pada reduksi data penulis melakukan pengelompokan hasil wawancara sesuai dengan kategori yang telah penulis tentukan pada pedoman wawancara yang membahas tentang sistem keamanan pada Perpustakaan UNIMED yang meliputi 1) Pencurian Koleksi2) Keamanan fisik Perpustakaan 3) Penggunaan Teknologi Keamanan 4)Kebijakan, Prosedur dan Rencana Keamanan. 2. Penyajian Data

Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk teks naratif. Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam satuan bentuk yang disederhanakan dan selektif. Penulis melakukan penyajian data dengan bentuk teks naratif yang terdapat pada BAB IV hasil dan pembahasan dari penelitian.

3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

(7)

kepenarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses interpretasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi sambil terus menerus melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat.

Dari pendapat diatas dapat di ketahui bahwa teknik yang dilakukan untuk menganalisis data dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3.8. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi. Menurut Moleong (2007, 330) “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan. Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan data sekunder. Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi Data

(8)

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada Bab II untuk dipergunakan pada pembahasan penelitian dan menguji terkumpulnya data tersebut serta diperkuat dengan artikel jurnal,buku yangmembahas tetang Sistem Keamanan Koleksi.

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara metode observasi, serta metode dokumentasi. Metode yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah wawancara ke sumber penelitian dan observasi. Peneliti melakukan analisa dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap petugas Perpustakaan UNIMED.

(9)

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala perpustakaan dan petugas yang berkompeten dan mengetahui tentang perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED. Peneliti melakukan wawancara dengan 6 informan, dimana wawancara dilakukan dengan pendekatan dan perkenalan terlebih dahulu. Setelah melakukan perkenalan terlebih dahulu barulah kemudian diminta waktunya untuk bersedia diwawancarai. Adapun karakteristik dari para informan tersebut adalah sebagai berikut:

Table 4.1

Karakteristik informan

Kode Sumber Jabatan Lokasi Waktu

I1 Informan 1 Staff Tata Usaha Perpustakaan UNIMED

I3 Informan 3 Staff Unit Automasi Perpustakaan UNIMED

09 Mei 2016

I4 Informan 4 Koordinator Pelayanan Teknis

Perpustakaan UNIMED

09 Mei 2016

I5 Informan 5 Koordinator

(10)

Wawancara dilakukan berdasarkan pada pedoman wawancara. Topik yang akan ditanyakan kepada informan1 adalah mengenai peraturan, kebijakan dan prosedur yang dilakukan pengguna dari awal masuk, melakukan peminjaman sampai keluar perpustakaan. Informan 2 dan 3 berada di bagian yang sama maka topik yang dibahas juga sama, yaitu mengenai penggunaan teknologi keamanan dalam mengamankan koleksi perpustakaan yang terdiri dari RFID, CCTV, tattle tape dan security gate. Berdasarkan rujukan dari informan 2, topik yang ditanyakan kepada informan 4 mengenai RFID dan tattle tape. Untuk informan 5 dan I6 karena bekerja di bagian yang sama topik yang ditanyakan juga sama yaitu mengenai pencurian koleksi buku di perpustakaan, sanksi yang diberikan terhadap pelaku, perangkat keamanan yang digunakan serta kebijakan, peraturan dan prosedur dalam mengamankan koleksi perpustakaan.

Suasana wawancara berlangsung alamiah, apa adanya, dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu, begitu juga dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa informal. Isi wawancara berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan informan.

4.2. Kategori

(11)

4.2.1 Pencurian Koleksi Buku

Tindakan pencurian koleksi pernah terjadi di semua perpustakaan tidak terkecuali Perpustakaan UNIMED. Untuk melayankan koleksi yang ada Perpustakaan UNIMED menerapkan sistem layanan terbuka yang mengizinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang diinginkan dari rak. Hal demikian yang menyebabkan besarnya kemungkinan terjadi pencurian terhadap koleksi buku oleh pengguna. Untuk mengetahui pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED maka peneliti mewawancarai informan 5 dan 6.

Pertanyaan : Apakah pernah terjadi pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED ?

Berikut jawaban informan 5 dan 6 mengenai pertanyaan di atas :

I5 : “Selama saya bekerja disini pencurian koleksi buku secara utuh, belum pernah saya saksikan, dan menangkap secara langsung.

tetapi jika pencurian koleksi perpustakaan perhalaman itu sering terjadi.”

I6 :“Saya bekerja dibagian sirkulasi masih baru, sebelumnya saya bekerja dibagian lain. Selama saya bekerja di sirkulasi belum

pernah menangkap pelaku pencurian koleksi. Tetapi pencurian

koleksi buku di perpustakaan tentu saja ada. Hal ini dapat dilihat

dari koleksi yang hilang di perpustakaan, di cek terlebih dahulu

statusnya apakah sedang dipinjam atau sedang perbaikan. Kalau

(12)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pencurian terhadap koleksi buku di Perpustakaan UNIMED pernah terjadi, namun pencuri tersebut tidak pernah ketahuan oleh petugas perpustakaan pada saat melakukan aksinya. Pencurian tersebut dapat diketahui dari koleksi buku yang tidak ditemukan di jajaran koleksi perpustakaan, kemudian dilakukan pengecekan status dari koleksi tersebut. Apakah koleksi tersebut sedang dipinjam oleh pengguna atau sedang dalam perbaikan. Jika tidak ada status demikian maka koleksi tersebut dapat dinyatakan hilang. Untuk mengetahui koleksi buku yang hilang salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dengan melakukan pengecekan secara berkala / biasa di sebut stock opname. Kegiatan stock opname di Perpustakaan UNIMED dilakukan satu kali dalam setahun.

4.2.1.1 Metode dalam Pencurian Koleksi Buku

Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan pencuri untuk membawa koleksi ke luar perpustakaan tanpa melalui prosedur yang di tetapkan perpustakaan. Untuk mengetahui cara yang di lakukan pengguna saat mencuri koleksi buku di perpustakaan peneliti mewawancarai informan 5 dan 6.

Pertanyaan : Bagaimana cara yang dilakukan oleh pelaku pencurian ketika melakukan aksinya ?

Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa :

I5 :“Cara yang dilakukan pengguna untuk mengambil koleksi buku di perpustakaan dengan cara bertahap, mereka mengambil koleksi

perhalam atau perbab dari isi buku. hari ini satu bab, hari

(13)

hanya tinggal sampulnya saja. Bahkan ada beberapa kali ketahuan

mahasiswa yang melakukan pengembalian mandiri hanya

mengembalikan sampulnya saja, ada juga yang hanya mengembalikan setengah dari isi buku”

I6 :“Pada mesin pengembalian mandiri terdapat lima been atau kantong penampungan buku. Terdapat dua di sebelah kanan dan dua di

sebelah kiri, sedangkan satu berada dibagian ujung. Sort Been yang

satu tersebut merupakan tempat dari buku yang bermasalah, di

dalam been tersebut pernah di dapati buku yang hanya tinggal

sampulnya saja, ada juga yang hanya tinggal setengah dari isi buku

tersebut.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengguna perpustakaan melakukan berbagai cara untuk mengambil koleksi yang ada. Mereka bahkan telah mencari cara agar tidak ketahuan saat mencuri koleksi buku tersebut. Hal ini terbukti dari cara mereka mencuri beberapa bagian dari isi buku, dan hanya mengembalikan sampulnya saja. Pencuri tersebut mengetahui adanya perangkat keamanan yang dipasangi pada koleksi buku di perpustakaan, juga mengetahui letak dari perangkat keamanan tersebut. Pencurian seperti ini merupakan pencurian yang direncanakan, dimana seseorang datang ke perpustakaan dengan niat mencuri.

(14)

koleksi dan alasan lainnya. Untuk mengetahui jenis koleksi yang sering di curi , peneliti bertanya pada informan 5 dan 6.

Pertanyaannya : Jenis koleksi apa yang sering dicuri di Perpustakaan UNIMED ?

Berikut adalah jawaban informan 5 dan 6

“Koleksi yang sering dicuri adalah koleksi grey literature, koleksi

referensi, buku tandon, dan koleksi yang terdiri dari satu eksemplar”.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa koleksi yang sering dicuri adalah koleksi dengan sedikit eksemplar dan koleksi yang tidak dapat dipinjam oleh pengguna. Diketahui bahwa keterbatasan akan koleksi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap tingkat pencurian di perpustakaan. Karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah koleksi yang tersedia dengan jumlah pengguna perpustakaan. Ketidakseimbangan tersebut menimbulkan persaingan di antara sesama pengguna untuk mendapatkan buku yang dibutuhkan. Hal tersebut adalah salah satu penyebabpenyebabkan tejadinya pencurian koleksi di perpustakaan. 4.2.1.2 Sanksi Pelaku Pencurian Koleksi

(15)

Pertanyaannya : Sanksi apa yang di berikan kepada pelaku pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED ?

Jawaban informan 5 dan 6 atas pertanyaan diatas yaitu

I5 :“Sanksi pada pelaku pencurian koleksi yaitu kartu perpustakaannya di blokir selama satu semester sehingga mereka tidak diizinkan menggunakan dan meminjam koleksi di perpustakaan”

I6 : “Pengguna tersebut di skor selama satu semester, sehingga mereka tidak diizinkan masuk perpustakaan dan tidak diizinkan memanfaatkan seluruh fasilitas yang di sediakan perpustakaan.”

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sanksi yang diberikan kepada pelaku pencuarian koleksi adalah pemblokiran kartu anggota perpustakaan selama satu semester. Sehingga pelaku pencurian tersebut tidak dapat masuk ke perpustakaan dan tidak dapat mengunakan fasilitas yang di sediakan perpustakaan. Pemberlakuan sanksi tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan pencurian koleksi perpsutakaan.

(16)

4.2.2.1 Arsitektur

Suatu perpustakaan harus mempertimbangkan ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan koleksi agar tetap aman dan terlindungi. Jika di pandang dari segi keamanan dan pengawasan kepada pengguna maka harus diperhatikan hubungan antara ruang baca dan rak koleksi. Untuk mengetahui bagaimana perancangan dan tata letak di Perpustakaan UNIMED, penulis mengajukan pertanyaan kepada informan 5 dan 6.

Pertanyaan : Bagaimana perancangan dan tata letak di Perpustakaan UNIMED dalam mencegah tindakan pencurian koleksi ?

Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa :

I5 :“Penempatan koleksi di Perpustakaan UNIMED berbeda tiap lantainya, lantai satu terdiri dari koleksi tandon, dan referensi.

Lantai dua terdiri dari koleksi buku standar, sedangkan lantai tiga

terdiri dari koleksi grey literature. Untuk menjaga keamanana

koleksi perpustakaan membuat peraturan bahwa koleksi pada tiap

lantai tidak diizinkan di bawa ke lantai lain.

I6 :“Untuk keamanan koleksi perpustakaan menyediakan meja dan kursi sebagai tempat membaca di sebelah rak koleksi yang ada.

Sedangkan ruang baca di perpustakaan berada di tempat berbeda

dari ruang koleksi perpustakaan, ruang tersebut dinamakan ruang baca mandiri”.

(17)

tersebut memiliki jenis koleksi yang berbeda. Lantai satu terdiri dari koleksi referensi dan buku tandon, lantai dua terdiri dari buku standar, lantai tiga grey literatur yamg terdiri dari kertas kerja, skripsi, thesis, dan disertasi. Untuk menjaga keamanan terhadap koleksi tersebut perpustakaan menerapkan peraturan bahwa dilarang membawa koleksi dari satu lantai ke lantai lain. Untuk membantu pengguna perpustakaan telah menyediakan meja baca di samping rak koleksi di tiap-tiap jenis koleksi, jadi pengguna tidak diizinkan membaca suatu koleksi di meja baca koleksi yang lain. Selain itu perpustakaan juga memisahkan antara ruang baca dengan ruang koleksi perpustakaan. Koleksi harus dipinjam terlebih dahulu baru dapat di bawa ke ruang baca. Ruang baca di Perpustakaan UNIMED berada di luar ruang koleksi perpustakaan. Ruang baca tersebut dinamakan ruang baca mandiri.Sesuai gambar berikut menunjukan adanya jarak antara rak koleksi dengan meja dan kursi baca di Perpustakaan UNIMED.

Gambar 4.1 ruang koleksi Perpustakaan UNIMED

(18)

“Sistem penataan rak sejajar kesamping dengan meja petugas

perpustakaan, dan meja baca diletakkan pada tempat yang memudahkan

petugas mengawasi aktifitas pengguna. Tata letak ruang perpustakaan

yang tidak sesuai dapat menghalangi staf perpustakaan untuk melakukan

pengawasan terhadap gerak gerik pengguan perpustakaan.”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa rak koleksi di perpustakaan disusun sejajar kesamping dengan meja petugas perpustakaan, dan meja baca diletakkan di tempat yang memudahkan petugas untuk mengawasi kegiatan pengguna di perpustakaan.

Gambar 4.2 rak koleksi Perpustakaan UNIMED

(19)

Pertanyaan : Dimanakah letak dari layanan sirkulasi di Perpustakaan UNIMED ?

Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa :

”Untuk ruang sirkulasi berada di depan pintu masuk dan pintu keluar

ruang koleksi perpustakaan”.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tata ruang bagian sirkulasi dan meja keamanan perpustakaan harus di perhatikan. Karena petugas layanan sirkulasi dan keamanan berperan penting dalam mengawasi pengguna yang masuk dan keluar perpustakaan.

Sebagai tambahan, untuk penempatan tanda-tanda seperti tanda pintu masuk, keluar perpustakaan, dan tanda peringatan/imbauan harus diletakkan dengan tepat dan jelas. Hal ini di dukung dengan pernyataan informan 5 dan 6

”Sebelum pintu masuk ruang koleksi pihak perpustakaan meletakkan

barner yang berisikan peraturan saat masuk ke perpustakaan. selain itu

pada setiap aktivitas di Perpustakaan UNIMED seperti sirkulasi mandiri

di tempelkan petunjuk dan tata cara penggunaannya untuk memudahkan pengguna.”.

(20)

4.2.2.2 Staf keamanan

Staf keamanan sebagai bagian dari perencanaan keamanan perpustakaan perlu mengevaluasi kebutuhan petugas keamanan, baik selama jam kerja normal maupun setelah perpustakaan ditutup. Staf keamanan berpatroli di dalam serta di luar perpustakaan. Untuk mengetahui keberadaan staf keamanan di Perpustakaan UNIMED peneliti menanyakan kepada informan 5 dan 6.

Pertanyaan : Apakah Perpustakaan UNIMED memiliki staf keamanan yang bertugas mengawasi koleksi dan lingkungan perpustakaan ?

Jawaban informan 5 dan 6

I5 : ”Perpustakaan tidak memiliki staf yang khusus untuk keamanan”.

I6 : ”Perpustakaan UNIMED tidak memiliki petugas keamanan (security) yang khusus untuk mengawasi koleksi dan menjaga keamanan di

lingkungan perpustakaan. Tetapi pada setiap lantai gedung

perpustakaan ada petugas yang berpatroli untuk melakukan pengawasan terhadap koleksi.”

(21)

Pertanyaan : Apasaja yang dilakukan staf perpustakaan tersebut untuk menjaga keamanan koleksi dan lingkungan perpustakaan ? Informan 6menyatakan bahwa

I6 : “Petugas perpustakaan tersebut berkeliling ruang koleksi, melihat apakah ada pengguna yang gerak geriknya mencurigakan”

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa tugas dari staf perpustakaan yaitu melakukan patroli keliling ruang koleksi untuk mengawasi koleksi yang ada,danmengawasi pengguna yang gerak-gerinya mencurigakan. serta memeriksa ruang-ruang tersembunyi atau daerah di sekitar belakang rak yang kurang mendapatkan pengawasan.

Dengan adanya petugas yang melakukan patroli di perpustakaan akan mengurangi tingkat pencurian koleksi oleh pengguna. Tindakan tersebut sangat membantu perpustakaan dalam mengamankan koleksi yang ada, karena tidak semua kegiatan pengguna terjangkau CCTV.

4.2.2.3. Perlindungan pada pintu dan jendela perpustakaan

Dalam sistem pengamanan perpustakaan, pintu keluar perpustakaan merupakan area yang perlu mendapatkan perhatian yang utama dari petugas, karena saat pengguna akan masuk dan keluar perpustakaan haruslah melalui pintu. Bagian-bagian bangunan perpustakaan seperti jendela dan pintu harus dipastikan dapat terkontrol dan terlindungi dari akses orang yang tidak berkepentingan. Untuk mengetahui tindakan pengamanan yang di lakukan Perpustakaan UNIMED dari segi pintu dan jendela peneliti menanyakan kepada informan 5 dan 6

(22)

UNIMED untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi buku

Jawaban informan 5 dan 6 atas pertanyaan di atas

I5 : “Saat pengguna akan memasuki ruang koleksi perpustakaan harus mengisi data keanggotaan terlebih dahulu. Yang tidak termasuk

kedalam anggota perpustakaan UNIMED tidak dapat memasuki ruang koleksi”

I6 : “Perpustaakan UNIMED menyediakan dua unit komputer di sebelah pintu masuk ke ruang koleksi, tujuannya agar pengguna

menunjukkan identitas sebagai anggota perpustakaan“.

Dari pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna yang diizinkan masuk kedalam ruang koleksi perpustakaan hanya yang telah menjadi anggota. Hal ini dilakukan untuk mengontrol pengguna yang memanfaatkan koleksi perpustakaan dan mengontrol pintu masuk ruang koleksi sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat memasuki ruang koleksi Perpustakaan UNIMED.

Tidak hanya pintu masuk ruang koleksi tetapi juga pintu keluar dari ruang koleksi perpustakaan harus di kontrol dan selalu di awasi. Untuk mengetahui bagaimana pengamanan pada pintu keluar perpustakaan, peneliti menanyakan pada informan 5 dan 6

Pertanyaan : Bagaimana tindakan pengamanan pada pintu keluar

(23)

Informan 5 dan 6 mengatakan bahwa

I5 : “Perpustakaan UNIMED hanya memiliki satu pintu keluar dari ruang koleksi, yaitu berada di lantai satu. Pintu tersebut juga telah

dilengkapi dengan security gate. Untuk pintu darurat di setiap lantai

telah ditutup. Hal ini di lakukan untuk menghindari terjadinya pencurian terhadap koleksi perpustakaan”

I6 : “Untuk keluar dari ruang koleksi perpustakaan hanya menggunakan satu pintu di lantai satu. Selain itu pintu tersebut telah di lengkapi

gerbang pengaman untuk mencegah pencurian koleksi perpustakaan.”

Dari pernyataaan informan di atas dapat diketahui bahwa untuk dapat keluar dari ruang koleksi Perpustakaan UNIMED hanya melalui satu pintu di lantai satu perpustakaan. Selain itu pintu tersebut telah dilengkapi gerbang pengamanan yang dapat mendeteksi koleksi saat keluar dari perpustakaan. Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengamankan koleksi perpustakaan dari pencurian oleh pengguna dengan cara mengontrol pintu keluar dari ruang koleksi perpustakaan.

Selain pintu masuk dan pintu keluar ruang koleksi, jendela perpustakaan juga harus di amankan dari pengguna. Kemudian peneliti menanyakan pada informan 5 dan 6

Pertanyaan : Bagaimana tindakan pengamanan pada jendela perpustakaan

(24)

Berikut jawaban informan 5 dan 6 berdasarkan pertanyaan di atas :

I5 : “Setiap lantai di Perpustakaan UNIMED memiliki jendela kaca, gunanya untuk memberikan cahaya ruangan di setiap lantai. Untuk

menghindari tindakan pencurian koleksi jendela kaca tersebut di

pasang jerjak yang terbuat dari besi. Jendela tersebut di buka hanya saat jam layanan perpustakaan dan ditutup ketika sudah sore”.

I6 : “Setiap jendela di perpustakaan di pasang jerjak dari besi. Sehingga kemungkinan pengguna untuk melempar koleksi ke luar perpustakaan minim”.

Gambar 4.3 jendela Perpustakaan UNIMED

(25)

4.2.3 Penggunaan Perangkat Keamanan dalam Mencegah Pencurian Koleksi Perpustakaan membutuhkan pengamanan agar koleksi yang dimiliki tetap terjaga sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam jangka waktu yang lama. Dalam meningkat keamanan di perpustakaan penggunaan teknologi keamanan sangat membantu dalam pencegahan pencurian terhadap koleksi perpustakaan. Perangkat keamanan yang di gunakan perpustakaan dalam mencegah pencurian koleksi di antaranya :

4.2.3.1 RFID(Radio Frequency Identification)

RFID adalah suatu solusi yang di rancang untuk meningkatkan efisiensi operasional perpustakaan. Hal ini karena kemampuan tag RFID dalam melakukan pengidentifikasi buku dan keamanan buku ke dalam satu label. RFID membantu menekan angka kehilangan koleksi dan memudahkan kontrol inventarisasi buku di perpustakaan. Untuk mengetahui fungsi dari RFID peneliti menanyakan pada informan 2, 3, dan 4

Pertanyaan : Apa kegunaan dari RFID bagi Perpustakaan UNIMED ?

Ketiga informan menyatakan bahwa :

“Perpustakaan UNIMED menggunakan RFID dari perusahaan 3M, RFID

dari perusahaan ini hanya berfungsi sebagai identifikasi koleksi, tidak

sebagai pengamanan koleksi, hanya membantu dalam mengontrol koleksi

di perpustakaan. Dalam penggunaannya RFID di perpustakaan sangat

membantu petugas dalam mengidentifikasi koleksi yang ada, selain itu

(26)

koleksi. Untuk pengamanan koleksi perpustakaan menggunakan tattle

tape, RFID dan tattle tape itu satu paket”.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa RFID yang di gunakan Perpustakaan UNIMED tidak untuk mengamankan koleksi, tetapi hanya membantu petugas dalam mengontrol koleksi perpustakaan. RFID jenis ini berfungsi untuk identifkasi koleksi perpustakaan. Untuk mengamankan koleksi perpustakaan UNIMED menggunakan tattle tape. RFID dan tattle tape merupakan satu paket.

Metode identifikasi RFID dengan cara menyimpan suatu data secara elektronis pada suatu media yang dinamakan RFID tag, untuk kemudian dibaca melalui medium gelombang radio. Untuk mengimplementasikan RFID pada perpustakaan, setiap koleksi perpustakaan dipasangi RFID tag. Pada tag tersebut diisi data mengenai nomor inventaris, jenis buku, dan status pinjam buku. Untuk mengetahui data apa yang di masukkan Perpustakaan UNIMED ke RFID penulis menanyakan kepada informan 2, 3 dan 4

Pertanyaan : Data apa yang dimasukan petugas perpustakaan ke dalam RFID tag ?

Ketiga informan tersebut mengatakan bahwa :

“RFID di perpustakaan berperan sebagai pengganti barcode, jadi RFID

tag akan di pasangkan pada semua koleksi yang ada di Perpustakaan

(27)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa RFID pada koleksi berperan sebagai pengganti barcode, yang berfungsi untuk mengontrol koleksi yang ada di perpustakaan. Label RFID yang di tempelkan pada koleksi akan di masukkan data berupa nomor inventaris buku, dan nomor tersebut akan terhubung ke identitas dan status buku yang terdapat di database perpustakaan.

RFID memiliki beberapa bentuk dan ukuran, namun yang sering di gunakan adalah RFID berbentuk lable. Untuk mengetahui RFID jenis apa yang digunakan Perpustakaan UNIMED peneliti menanyakan pada informan 2, 3 dan 4

Pertanyaan : RFID jenis apa yang di gunakan Perpustakaan UNIMED ?

Jawaban ketiga informan menyatakan bahwa :

“RFID yang digunakan berbentuk lable, kemudian label tersebut

ditempelkan pada sampul buku di bagian dalam. Dikarenakan seringnya

terjadi perusakan terhadap RFID, Perpustakaan UNIMED kini menutup

RFID tersebut menggunakan kertas. Sehingga RFID tidak akan kelihatan kecuali kertas penutupnya di buka”

(28)

Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa RFID yang di gunakan Perpustakaan UNIMED berbentuk lable. Untuk pemasangannya RFID di- tempelkan pada sampul buku bagian dalam koleksi perpustakaan. Untuk mencegah perusakan terhadap RFID petugas menutup label tersebut menggunakan kertas yang agak tebal sesuai dengan ukuran buku tersebut. Sehingga RFID pada koleksi tidak akan kelihatan kecuali kertas penutupnya di buka.

Dengan penggunaa RFID di perpustakaan menjadikan semua kegiatan lebih efektif dan efisien. Karean RFID dapat membaca atau menulis setiap data yang telah di kodekan sehingga dapat mempercepat segala proses di perpustakaan.

4.2.3.2 Tattle Tape

Tattle Tape merupakan perangkat keamanan yang ditempelkan pada

koleksi untuk melindungi koleksi tersebut apabila dibawa keluar perpustakaan. Tattle Tape yang ditempelkan pada buku berbentuk strip pita magnetik yang sangat tipis, bening dan transparan sehingga sulit ditemukan kembali setelah di tempelkan pada koleksi yang ada. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tattle tape sebagai perangkat keamanan koleksi, penulis bertanya kepada informan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tattle tape yang digunakan untuk mengamankankoleksi buku di perpustakaan UNIMED? Semua informan menyatakan bahwa :

“Untuk pengamanan koleksi kami memasang tattle tape pada buku yang

(29)

tidak akan kelihatan setelah ditempel ke koleksi. Fungsi dari tattle tape

adalah untuk menghindari pencurian terhadap koleksi perpustakaan.

Gambar 4.5 Tattle Tape

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari pemasangan tattle tape di perpustakaan adalah untuk mengamankan koleksi agar terhindar dari pencurian oleh pengguna.

Untuk pemasangannya, tattle tape di pasang pada sela-sela halaman buku sehingga pengguna tidak mengetahui letaknya. Untuk mengetahui lebih jelas, penulis bertanya pada informan 1, 2, 3, dan 4

Pertanyaan : Koleksi apasaja yang dipasang tattle tape dan dimana posisi pemasangannya ?

Berikut jawaban informan 1, 2, 3, dan 4

“Untuk pemasangan tattle tape di pasangkan pada semua koleksi yang

ada di perpustakaan, apapun jenis koleksinya baik yang dapat di pinjam

(30)

batang buku tetapi halamannya tidak di tentukan, agar tattle tape tersebut

tidak dapat di temukan oleh pengguna”.

Dari pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa tattle tape di pasangkan pada semua koleksi yang ada di perpustakaan, termasuk koleksi yang tidak di pinjamkan kepada pengguna. Pemasangan tattle tape ditempelkan pada sela-sela halaman pada batang buku. Untuk halamannya tidak ditentukan, tapi di tempelkan secara acak. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan pengguna melakukan perusakan terhadap perangkat keamanan yang ada.

Kemudian peneliti bertanya kepada informan 1, 2, 3, dan 4 mengenai kendala dari penggunaan tattle tape, semua informan menyatakan bahwa harga adalah masalah utama. Karena harga perangkat keamanan relative mahal. Berikut adalah petikan wawancara mengenai kendala penggunaan tattle tape di Perpustakaan UNIMED :

“Untuk kendala dalam penggunaan tattle tape ini adalah harganya.

Karena harganya cukup mahal. Selai itu saat pemasangannya pada buku

harus hati-hati, karena jika pita magnetik tersebut bengkok atau patah

maka tidak akan terbaca oleh security gate.

(31)

Tattle tape merupakan pengamanan maksimal untuk koleksi

perpustakaan, karena tattle tape masih dapat terbaca oleh security gate walaupun sudah dimasukkan didalam tas, ransel, tubuh manusia, atau benda umum lainya. 4.3.3.3 Security Gate

Security gate merupakan teknologi keamanan yang digunakan

perpustakaan sebagai penangkal pencurian terhadap koleksi. Security gate berbentuk gerbang yang di tempatkan pada pintu masuk perpustakaan guna mendeteksi pita pengaman yang dilekatkan pada koleksi buku. Untuk mengetahui penggunaanya penulis bertanya pada informan 5dan 6

Pertanyaan : Bagaimana penggunaan security gate dalam mengamankan koleksi buku perpustakaan ?

Berikut jawaban informan 5, 6

“Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi buku perpustakaan

menempatkan security gate pada pintu keluar ruang koleksi perpustakaan.

Jika koleksi yang di bawa keluarperpustakaan tidak melalui prosedur yang berlaku maka alarm akan berbunyi”

Peryataan di atas menyatakan bahwa security gate hanya di pasang pada pintu keluar ruang koleksi di Perpustakaan UNIMED. Jika pengguna membawa koleksi keluar dari ruang koleksi tanpa melalui prosedur yang berlaku maka alarm pada security gate akan berbunyi.

(32)

melakukan peminjaman koleksi secara mandiri, pita pengaman pada buku akan di non aktifkan menggunakan alat DLA (digital library assistant), jika koleksi dibawa keluar tampa melalui proses peminjaman maka pita pengaman tersebut tidak di non-aktifkan, sehingga saat buku tersebut melewati security gate maka alarm akan berbunyi.Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 2, 3, 4, 5, dan 6 setelah penulis mengajukan pertanyaan :

Bagaimana cara kerja security gate dalam mencegah tindakan pencurian koleksi di Perpustakaan UNIMED ?

Berikut jawaban informan 2, 3, 4, 5, dan 6

“Saat pengguna melakukan peminjaman mandiri perangkat keamanan

yang di tempelkan pada koleksi akan di non aktifkan, sehingga ketika

melewati security gate alarm tidak akan berbunyi.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa perangkat keamanan yang di tempelkan pada koleksi buku hanya dapat di non aktifkan ketika pengguna melakukan peminjaman. Jika koleksi yang di bawa keluar perpustakaan tampa melalui prosedur peminjaman maka secara otomatis alarm akan berbunyi menandakan koleksi tersebut belum di pinjam.

Namun jika koleksi tersebut telah melalui proses peminjaman dan alarm tetap berbunyi mungkin terjadi kesalahan saat melakukan peminjaman koleksi tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut petugas perpustakaan akan melakukan cek out pada koleksi yang di bawa oleh pengguna. Untuk mengetahui cara kerja cek

(33)

Pertanyaan : Bagaimana cara kerja sistem cek out dan kapan dilakukan proses cek out tersebut ?

Berikut jawaban informan 5 dan 6 berkaitan dengan pertanyaan di atas. “Perpustakaan UNIMED menjalakan sistem cek out. Jika alarm berbunyi

saat pengguna melewati security gate maka petugas akan melakukan

pengecekan kembali terhadap koleksi yang di bawa oleh pengguna.

Apakah koleksi yang telah di pinjam sesuai dengan yang dibawa keluar atau tidak”

Dari pernyataan informan di atas dapat di ketahui bahwa proses cek out adalah proses di mana petugas perpustakaan melakukan pengecekkan kembali koleksi yang dibawa keluar oleh pengguna apakah sesuai dengan data koleksi yang dipinjam atau tidak. Jika sesuai maka pengguna tersebut diizinkan meninggalkan perpustakaan. Jika tidak maka petugas akan menganjurkan pengguna untuk melakukan peminjaman terhadap koleksi tersebut barulah di bawa keluar perpustakaan.

Selain itu alarm pada security gate juga dapat berbunyi ketika mendeteksi magnet yang terdapat pada peralatan elektronik yang biasa dibawa oleh pengguna seperti HP (hand phone) dan laptop. Untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan security gate, penulis bertanya pada informan 5 dan 6.

(34)

Berikut jawaban informan 5 dan 6 :

“Security gate sensitive dengan magnet sehingga bila ada pengguna yang

membawa peralatan elektronik seperti HP(hand phone) dan laptop

terkadang alarm akan berbunyi sendiri. Selain itu kendala dari

penggunaan security gate karena untuk menjalankannya menggunakan tenaga listrik. Jika lampu mati maka security gate tidak akan berfungsi”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dalam penggunaan security gate adalah karena alat tersebut terlalu sensitive terhadap magnet, tidak hanya membaca magnet pada pita pengaman namun juga magnet yang terdapat pada peralatan elaktronik yang dibawa oleh pengguna seperti HP dan laptop. Selain itu, dalammenjalankansecurity gate menggunakan tenaga listrik jika lampu mati maka security gate tidak akan berfungsi.

Perkembangan teknologi di perpustakaan yang menggunakan security gate membawa dampak positif bagi perpustakaan. Dengan adanya teknologi ini,

pengguna tidak harus melepaskan atribut seperti jaket dan tas, sehingga pengguna akan merasa lebih nyaman untuk datang ke perpustakaan.

4.2.3.4 CCTV (Closed Circuit Television)

(35)

yaitu area tersembunyi, penempatan koleksi berharga, pintu masuk dan pintu keluar perpustakaan. untuk mengetahui posisi CCTV di Perpustakaan UNIMED penulis mengajukan pertanyaan pada informan 2 dan 3.

Pertanyaan : Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi di

Perpustakaan UNIMED, tempat manasaja yang dipasangi CCTV ?

Menurut informan 2 dan 3

“Untuk mengamankan koleksi Perpustakaan UNIMED memasang CCTV

pada setiap lantai. Titik utama penempatannya yaitu pada layanan, yang

ada koleksi , barang, dan fasilitas. Jadi yang di amankan tidak hanya koleksi buku saja tetapi juga perlengkapan lain ”

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan UNIMED memasang CCTV tidak hanya untuk melindungi koleksi. Pemasangan pada setiap lantai bertujuan untuk mengawasi seluruh kegiatan pengguna saat berada di perpustakaan dan melindungi seluruh fasilitas yang di sediakan perpustakaan. Titik utama CCTV berada pada bagian layanan perpustakaan, koleksi, dan penempatan fasilitas di perpustakaan.

(36)

penyimpanan.Untuk mengetahui kegiatan pengguna di perpustakaan penulis bertanya pada informan 2 dan 3

Pertanyaan : Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi, Siapa yang bertugas mengawasi monitor CCTVdi Perpustakaan UNIMED ?

Berikut jawaban informan 2 dan 3 berdasarkan pertanyaan di atas :

“CCTV yang digunakan telah terhubung ke jaringan sehingga dapat di

lihat oleh siapa saja yang memiliki akses. Penggunaan CCTV di UNIMED

hanya sebatas merekam saja, tidak ada yang mengawasi layar monitor. CCTV baru akan dilihat jika ada masalah yang tidak diinginkan.”

Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa tidak adanya pengawasan yang di lakukan petugas perpustakaan pada layar monitor CCTV. Tetapi CCTV yang di gunakan telah terhubung ke jaringan maka dapat di akses oleh siapa saja.

4.2.4 Kebijakan, Prosedur dan Rencana dalam Mencegah Pencurian Koleksi Pengembangan kebijakan keamanan di perpustakaan sangat dianjurkan, karena kebijakan keamanan digunakan sebagai acuan dasar, serta panduan untuk staf perpustakaan dalam mengontrol keamanan asset yang ada. Hal ini juga memberikan pengetahuan bagi petugas maupun pengguna perpustakaan agar sadar akan perlindungan terhadap aset perpustakaan. Semua perpustakaan harus membuat dan menerapkan prosedur dan kebijakan keamanan.

(37)

rincian kegiatan dan segala informasi yang digunakan oleh pustakawan sebagai dasar dalam berfikir saat mengamankan koleksi perpustakaan.

Perpustakaan UNIMED telah memiliki kebijakan keamanan di perpustakaan, kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk peraturan dan tata tertib yang diterapkan di perpustakaan saat ini. Peraturan tersebut tertulis dalam sebuah brosur peraturan umum perpustakaan. Berikut isi dari peraturan tersebut : 4.2.4.1 Pengguna perpustakaan

Pengguna perpustakaan adalah masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan. Dalam peraturan bagi pengguna, Perpustakaan UNIMED menetapkan bahwa tidak semua orang dapat masuk dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Kemudian penulis mengajukan pertanyaan pada informan 1, 5 dan 6 .

Pertanyaan : Siapa saja yang diizinkan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang di sediakan Perpustakaan UNIMED ?

Berikut jawaban informan berkaitan dengan pertanyaan di atas :

I1 : ”Yang diizinkan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan hanya yang telah menjadi anggota perpustakaan UNIMED saja”.

I5 : “Hanya anggota perpustakaan yaitu sivitas akademika di UNIMED, staf perpustakaan dan tamu yang berkunjung ke perpustakaan.

(38)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang diizinkan menggunakan fasilitas perpustakaan hanya anggota Perpustakaan UNIMED saja. Yang tidak termasuk anggota perpustakaan tidak diizinkan masuk dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan. Untuk keanggotaan di Perpustakaan UNIMED ada dua jenis, yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa.

1. Anggota biasa, yaitu seluruh sivitas akademika UNIMED terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasi UNIMED. Untuk menjadi anggota biasa di perpustakaan UNIMED harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Melakukan registrasi anggota di counter registrasi anggota (counter

/ secara online melalui situs berikut, http\\library.unimed.ac.id)  Pembuatan kartu anggota perpustakaan tidak boleh diwakili

 Menyerahkan fotocopy SPP semester terakhir

 Mengisi data anggota secara online pada website perpustakaan

UNIMED.

 Harus memperlihatkan kartu identitas.

2. Anggota luar biasa, yaitu mahasiswa, staf pengajar atau masyarakat lainnya yang bukan sivitas akademika UNIMED. Untuk menjadi anggota luar biasa Perpustakaan UNIMED harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Membawa surat keterangan dari fakultas/ jurusannya dan identitas

dari ( KTP, SIM, atau kartu mahasiswa)

(39)

 Kartu perpustakaan ini berlaku untuk satu semester

 Kartu perpustakaan dapat di perpanjang apabila memenuhi

persyaratan administrasi.

 Khusus bagi anggota luar biasa fasilitas yang diberikan hanya

membaca di tempat dan memfotokopi.

Gambar 4.6 Kartu Anggota Biasa Perpustakaan UNIMED

Gambar 4.7 Kartu Anggota Luar Biasa Perpustakaan UNIMED

Bila persyaratan di atas telah terpenuhi dan telah melakukan pendaftaran sebagai anggota perpustakaan, maka petugas di bagian keanggotaan akan memberikan kartu yang menandakan seseorang telah menjadi anggota Perpustakaan UNIMED. Dengan menunjukan kartu tersebut pada petugas di depan pintu masuk ruang koleksi, dan melakukan pengisian daftar kunjungan barulah pengguna diizinkan masuk dan memanfaatkan fasilitas yang telah di sediakan.

Penggunanya yaitu seluruh sivitas akademika UNIMED terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasi UNIMED.

(40)

4.2.4.2 Peraturan Sebelum Masuk Perpustakaan

Saat akan memasuki Perpustakaan UNIMED ada beberapa etika yang harus di perhatikan oleh pengguna. Untuk mengetahui apasaja peraturan tersebut, peneliti bertanya pada informan 1, 5 dan 6.

Pertanyaan : Prosedur apa yang harus di lakukan pengguna sebelum memasuki ruang koleksi Perpustakaan UNIMED ?

Informan 1, 5, dan 6 menyatakan bahwa :

I1 : “Pengguna diharuskan memakai pakaian rapi dan sopan, pengguna tidak diizinkan membawa tas, sarung laptop, jaket, dan sandal ke dalam ruang koleksi ”.

I5 : “Persyaratan saat pengguna akan memasuki perpustakaan dapat dilihat pada barner di depan pintu masuk ruang koleksi. ”

I6 : “Sebelum masuk perpustakaan pengguna harus menitipkan seluruh barang bawaannya kecuali barang berharga pada loker digital yang telah disediakan Perpustakaan UNIMED”

(41)

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa pengguna tidak diizinkan membawa barang bawaan kedalam perpustakaan ketika memasuki ruang koleksi. Semua barang selain barang berharga harus di titipkan dilocker digital yang telah di sediakan Perpustakaan UNIMED. Locker tersebut hanya dapat digunakan sekali menggunakan satu tiket. Sedangkan peraturan perpustakaan yang tertulis pada barner merupakan bagian dari peraturan yang tertulis pada peraturan umum Perpustakaan UNIMED, berikut :

1. Berpakaian sopan, rapi dan bersih

2. Bersikap santun, tidak menimbulkan keributan dan menjaga keamanan 3. Tidak mencoret, merobek, merusak dan mencuri koleksi dan fasilitas

yang ada

4. Mematuhi ketentuan jumlah pinjam, masa pinjaman dan sanksi yang berkaitan dengan keterlambatan pengembalian buku

5. Membawa kartu identitas yang berlaku

6. Kartu perpustakaan tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain

7. Bagi pengunjung dari luar UNIMED, harus membawa surat pengantar dari instansi asal atau kartu identitas yang masih berlaku.

8. Menyimpan tas/map di locker room. Barang berharga seperti dompet, kalkulator, uang, perhiasan dan lain-lain, harap dibawa. Kehilangan di luar tanggung jawab perpustakaan.

9. Mengisi data pengunjung di conter yang di sediakan.

(42)

11.Tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman kedalam ruang baca perpustakaan.

12.Tidak diperkenankan memakai jaket, topi, dan sandal.

13.Bila di anggap perlu sewaktu-waktu petugas mengadakan pemeriksaan pada penggunjung.

Bagi pengguna yang tidak mematuhi aturan di atas tidak diizinkan masuk ke perpustakaan. Pintu masuk ruang koleksi perpustakaan UNIMED di jaga seorang petugas yang mengawasi pengguna saat akan memasuki ruang tersebut. Bila pengguna yang akan masuk tidak melalui prosedur yang di tentukan maka petugas akan memberi teguran dan melarang pengguna tersebut untuk memasuki ruangan koleksi.

4.2.4.3 Peraturan Peminjaman Koleksi

Dalam peraturan peminjaman koleksi, Perpustakaan UNIMED menetapkan peraturan bahwa jumlah maksimum buku yang dapat di pinjam adalah 4 judul. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1, 5 dan 6 setelah diwawancara oleh penulis mengenai peraturan dalam peminjaman koleksi Perpustakaan UNIMED. Berikut adalah petikan wawancara penulis denganinforman 1, 5, dan 6.

I1 : “Pengguna hanya di izinkan meminjam empat judul buku masing-masing satu eksemplar, yang terdiri dari dua koleksi buku standar

jangka waktu peminjaman dua minggu dan dua koleksi buku

(43)

I5 : “Koleksi yang boleh di pinjam hanya empat judul masing-masing satu eksemplar. Dua koleksi standard dan dua koleksi tandon”.

I6 : “Koleksi yang dapat dipinjam hanya koleksi standard an koleksi tandon, koleksi standar 2 judul dan koleksi tandon 2 judul”

Pernyataan informan di atas sesuai dengan peraturan tertulis pada brosur peraturan umum Perpustakaan UNIMED, yang isinya sebagai berikut:

1. Melakukan peminjaman mandiri dengan V series atau peminjaman dilakukan dimeja sirkulasi dengan menunjukkan kartu perpustakaan yang masih berlaku.

2. Pengembalian buku dengan pengembalian mandiri.

3. Perpanjangngan 2 (dua) kali, dapat dilakukan secara online pada situshttp://library,unimed.ac.id satu hari sebelum tajuh tempo.

4. Koleksi standar dapat dipinjam sebanyak 2 judul selama dua minggu. 5. Koleksi tandon dapat dipinjam sebanyak dua judul untuk jangka waktu

satu hari.

6. Keterlambatan pengembalian di kenakan denda sebesar Rp.500,- per hari per buku untuk semua koleksi dan di bayar pada counter pembayaran.

(44)

Gambar 4.9 Brosur Peraturan Umum Perpustakaan UNIMED

Keterbatasan jenis koleksi yang dipinjam tentunya dapat mendorong pengguna perpustakaan untuk membawa keluar koleksi secara illegal yaitu dengan melakukan pencurian secara langsung, maupun secara tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pengguna akan koleksi perpustakaan untuk menyelesaikan tugas maupun perkuliahan. Saat pengguna membutuhkan koleksi perpustakaan namun tak dapat di pinjam secara legal mereka akan mencari cara untuk mendapatkannya walaupun harus mencuri karena desakan kebutuhan.

4.2.4.4 Peraturan Pemberlakuan Sanksi

(45)

Pertanyaan : Sanksi apa yang diberikan Perpustakaan UNIMED jika ada

pengguna yang menghilangkan koleksi perpustakaan ?

Informan 1, 5, dan 6 menyatakan bahwa :

“Jika menghilangkan koleksi, pengguna harus mengganti dengan jenis

koleksi yang sama. Jika tidak di temukan di sarankan untuk membeli

secara online. Apabila buku aslinya masih ada di perpustakaan maka

disarankan untuk memfotokopi sebanyak dua eksemplar dengan sampul

tebal (hard cover). Jika tidak di temukan juga maka disarankan mencari

buku yang membahas subjek atau judul yang sama walaupun

pengarangnya berbeda.”

Pernyataan yang di sampaikan informan di atas sesuai dengan peraturan tertulis Perpustakaan UNIMED. Yang berisikan sebagai berikut :

1. Bahan pustaka yang hilang/rusak karena peminjaman harus diganti dengan buku yang sama sebanyak satu eksemplar, kalau tidak mungkin dapat di ganti dengan memfotocopy buku yang sama sebanyak dua eksemplar atau dengan uang sesuai dengan harga buku tersebut dan ditentukan oleh petugas yang berwenang di Perpustakaan UNIMED 2. Pengguna yang melakukan pelanggaran seperti merobek merusak,

menyembunyikan atau mencuri koleksi dikenakan sanksi akademis dan harus mengganti buku yang rusak sebanyak dua eksemplar

(46)

4. Bagi mahasiswa baru yang tidak mendaftar pada semester pertama dikenakan sanksi sebesar Rp.10.000,-

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan penelitian di atas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Di Perpustakaan UNIMED pernah terjadi pencurian terhadap koleksi perpustakaan, Hal ini disebabkan salah satunya oleh sistem layanan perpustakaan yang digunakan. Untuk melayankan koleksi yang ada Perpustakaan UNIMED menerapkan sistem layanan terbuka yang mengizinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang di inginkan di rak. Cara yang dilakukan pengguna dalam pencurian koleksi beraneka ragam, ada yang mencuri beberapa bagian dari isi buku, dan ada yang hanya mengembalikan sampulnya saja. 2. Untuk mencegah pencurian koleksi Perpustakaan UNIMED

menerapkan sistem keamanan koleksi di perpustakaan, yang terdiri dari 3 aspek yaitu keamanan fisik perpustakaan, penggunaan perangkat keamanan, dan penerapan kebijakan, prosedur dan rencana keamanan.

3. Pada keamanan fisik perpustakaan dalam mencegah pencurian terhadap koleksi, Perpustakaan mempertimbangkan 3 aspek yaitu :  Arsitektur dan tata ruang perpustakaan. Perpustakaan UNIMED

(48)

membantu pengguna perpustakaan telah menyediakan meja baca di samping rak koleksi di tiap-tiap jenis koleksi, jadi pengguna tidak diizinkan membaca suatu koleksi di meja baca koleksi yang lain. Selain itu perpustakaan juga memisahkan antara ruang baca dengan ruang koleksi perpustakaan. Penempatan layanan sirkulasi di tempatkan di depan pintu masuk dan keluar ruang koleksi perpustakaan.

 Staf keamanan. Perpustakaan UNIMED tidak memiliki staf

keamanan yang khusus untuk menjaga keamanan lingkungan dan koleksi perpustakaan. Sebagai ganti dari staf keamanan, perpustakaan memiliki petugas yang berpatroli di ruang koleksi. Tugasnya hampir sama dengan staf keamanan menjaga keamanan di perpustakaan.

 Perlindungan pintu dan jendela perpustakaan. Pengguna yang

diizinkan untuk masuk kedalam ruang koleksi perpustakaan hanya yang telah menjadi anggota. Untuk pintu keluar ruang koleksi perpustakaan telah dilengkapi gerbang pengamanan yang dapat mendeteksi koleksi saat keluar dari perpustakaan. perlindungan jendela perpustakaan memasang jerjak yang terbuat dari besi.

(49)

tape di pasangkan pada seluruh koleksi perpustakaan, security gate di

pasangkan pada pintu keluar ruang koleksi perpustakaan. sedangkan CCTV di pasangkan pada setiap lantai perpustakaan.

5. Penerapan kebijakan perpustakaan dalam upaya pencegahan pencurian koleksi. Perpustakaan UNIMED telah memiliki kebijakan keamanan di perpustakaan, kebijakan tersebut di tuangkan dalam bentuk peraturan dan tata tertib yang di terapkan di perpustakaan saat ini. Peraturan tersebut tertulis dalam sebuah brosur peraturan umum perpustakaan. peraturan tersebut terdiri dari peraturan keanggotaan, peraturan saat masuk perpustakaan, peraturan peminjaman koleksi dan pemberlakuan sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan pengguna.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah di paparkan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk dapat menjamin keutuhan dan keamanan koleksi, Perpustakaan UNIMED hendaknya memiliki staf keamanan yang khusus bertugas untuk berpatroli dan mengamankan lingkungan perpustakaan.

Gambar

Tabel 3.1 Identifikasi Informan
Table 4.1 Karakteristik informan
Gambar 4.1 ruang koleksi Perpustakaan UNIMED
Gambar 4.2 rak koleksi Perpustakaan UNIMED
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan pertama yang dialami Desa RongDalem Kecamatan Omben Kabupaten Sampang adalah persoalan terkait kekurangan kebutuhan air yang senantiasa dihadapi oleh

Bagi al-Ghazali, anak didik diharapkan menjadi manusia yang sempurna, yang mampu mengintegrasikan kemampuan rasional dan kekuasaan Tuhan. Sehingga ia tumbuh berkembang

Studi longitudinal dan pembahasan yang sistematis mengindikasikan bahwa stres di tempat kerja memiliki hubungan dengan kejadian penyakit jantung, depresi, dan

Pada penelitian Suma (2013) yang telah dilaksanakan pada masyarakat di lingkungan 2 Kelurahan Istiqlal Kecamatan Wenang Kota Manado Tahun 2013 dengan judul

Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperlukan untuk membantu siswa berkomunikasi secara matematis dalam menyatakan ide-ide

Kepribadian petani sampel yang berasal dari diri sendiri merupakan bagian dari karakteristik internal dengan melakukan usahatani pemanfaatan lahan pekarangan di

Sedangkan OCR dan GFR adalah mendeteksi kelebihan arus akibat beban lebih atau terjadi hubung singkat tiga fasa maupun satu fasa, jika salah satu rele tersebut

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar yang perlu.. dikembangkan melalui pendidikan dimanapun mereka