EMIEIilGffiIilNRilreIreNALM5
ffiEV&E
tf,S,r
KA'R,AKTMRffitrd
28
Oktober 2015, Aula Utama GedungA3 Lantai 2
UM
ilj.rq*
#ffiiffi
Itn +*--*ffrf
Hffiffi?#.
'd$;*i*Yi*
#ffi#ffi
ffiffi*4trs
Editor:
Muhammad
Mujtaba Habibi, S.Pd,
M.AP
ISBN:
978-602-7
150-68-3
\
I
lJr
'r.' ,
/.
r{irii! 1i!l sn\!r!
;,1*S
,ffitr
THI i,:'r $diF
j': li'i
/.:! i l
lg;j" ::'r;
i:
l.\ I
Editor:
Muhammad Mujtaba Habibi,
S.Pd,
M.AP
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
2015
REVOLUSI
PENDIDIKAN
KARAKTER
BANGSA
28 Oktob
er
2015,
Aula
Utama Gedung
A3
Lantai
2
UM
Fakultas
Ilmu
Sosial
Universitas
Negeri
Malang
PROSIDING
SE&fINARNASIONAL
2015REVOLUST
PENDIDIKAN
KARAKTER
BANGSA28 Oktober 2015 di Aula Utama Geclung ,{3 Lantai
2
rJM
ISBN:
978-502-71506-8-3Editor:
Muhammacl Mujtaba Habibi, S.pd,
M.Ap
Penyunting:
1. Dr. Nur Wahyu Rochmadi, M.pd., M.Si. 2. Drs. Margono, M.pd., M.Si.
3. Siti Awaliyah, S.pd,, M.Hum.
4. Rusdianto Limar, S.H, M.H.
Desain sarnpul dan tata letak: Eko Wahyu Setiawan, S.S
Penerbit:
Fakultas Ilmu Sosiai Universitas Negeri Malang
Redaksi:
Program Studi PpK-n, Jurusan
HKn
FISUM
Jl. Semarang No. 5, Malang
Telp. (0341) 5S5966
e-mail: hkn. fi s.um@gmail. corn
Hak cipta ada pada penulis dan dilindungi undang-undang Nomor
l9
Tahun 2002,pasal72tentang
IIAK
CIPTA.Dilarang memperbanyak buku ini tanpa seijin dari penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pencegahan Korupsi Ditinjau dari Eksistensi dan Relevansi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan
Pebriyenni (FKIP Universitas Bung Hatta Padang)
Membangun Modal Sosial Bangsa Melalui Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi
pada Mahasiswa
Muhqmad Abdul Roziq Asrori (STKIP PGRI Tulungagung)
Pendidikan Anti Korupsi Melalui Pendidikan Keteladanan
Ki
Hajar Dewantara IYolry* Hadi Trigutomo (SMK-PP NEGERI KUPANG, NTT)Strategi Pengembangan Pendidikan Kesadaran Hukum di IKIP PGRI Madiun
Indriyana Dwi lulustilmrini (Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun)
lll
Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mernbentuk Sikap Anti
Korupsi
l-4
Sri Suneki dan Agus Sutono (Universitas
PGN
Semarang)Tantangan Pendidikan Anti Korupsi: Gratifikasi, Suap dan Pemerasan
Membayangi
5-10 Pejabat dan aparat Penegak HukumSubelo Wiyono (Jurusan Tel*tologi Pangan Universitas Pasundan Bandung)
Korupsi di Indonesia: Antara Pencegahan dan
Penindakan
11-16Bambang Haramanto (FISH Universitas l{egeri Surabaya)
Pengintegrasian Pendidikan Anti Korupsi Melalui Pembelajaran PPKn dan Budaya
Sekolah
17-20 Dayang Djunaida Dewi Yudiani(SWN
14 Surabaya)Analisis Yuridis terhadap Upaya Pencegahan Korupsi dengan Membangun Karakter Bangsa 21-28
Catur Yunianto (IKIP
PGkl
Jombang)Kontribusi Pendidikan Karakter dalam Mencegah Nafsu (Potensi) Korupsi dan Mewujudkan 29-33 Hidup Bermakna
M.
Turhctn dan Rr Nanik Setyowati (FISH Universitas Negeri Surabaya)Implementasi
Nilai-nilai
PendidikanAnti
Korupsi Untuk Mewujudkan KarakterJLIPE
34'44MANDI
TANGSE KEBEDIL(Survey dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri 3Bantul Pada Tahun Pelajaran 201212013)
Sumaryati (Prodi PPKn UAD Yogyakarta)
Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencegahan
Korupsi
45-49Leni Anggraeni (Universitas Pendidikan Indonesia)
Pembelajaran Pendidikan KewarganegaraalBerbasis
Nilai
Kehidupandalam
50-55 Pembentukan Sikap Anti Korupsi Warga Negara MudaSyifa Siti Aulia (FKIP Universitas Ahmad Dahlan)
s6-64
65-71
72-78
79-82
Peran Politik Hukum dalam Pembangunan Hukum Untuk Membentuk Sistem
Hukum
83-92 Ideal yang Dicita-
Citakan Bangsa lndonesia yang Terkandung dalam PancasilaIlahyu Widodo dan Suwarno Widodo (Universitas
PGN
Semarang)Faktor Mentalitas sebagai Penghambat Peningkatan Pelayanan Publik dalam
Kerangka
93-100 Implementasi Good GovernanceWinardi dan Muslimin (STKIP PGN Jombang)
Pendidikan yang Berkeadaban Guna Pengembangan Kesadaran
Hukum
101-107Yogi Prasegto ( Universitas Muhammadiyah Ponorogo)
Membangun Pendidikan Berkaralcer Sejak Dini untuk Pembangunan SDM
Seutuhnya
108-111 Hadi Suryatto (STKIP PGN Laruongan)Pendekatan Pendidikan Karakter Budaya Akademik di Perguruan
Tinggi
112-118Halking (PPKn Universitas Negeri Medan)
Model Perkuliahan Berbasis Pendidikan Karakter dalam Meningkatkan Kecerdasan
Sosial
Ll9-125pada Mata Kuhah Umum di TINNES
Andi Suh urdiy ant o (Univers it as N egeri S emarang)
Potret Pendrdikan Karakter Di
Indonesia
126-132Andt
Ll/ahya PratamaPengembangan Pendidikan Karakter Sikap Peduli Sosial Melalui Kegiatan
Estrakurikuler
133-139Palang Merah Remaja
Ardhana J anuar Mahardhani (Univ ers it as Muhammadiy ah Ponoro go)
Pendidikan Karakter Merupakan
Solusi
140-145 Arbaiyah Prantiasih (Prodi PPKn Universitas Negeri Malang)Cerita Pendek Sebagai Media Pembelajaran Karakter dalam Pendidikan
Kewarganegaraan
146-154Agus tinus Tampub ol on (P as c as a$ ana PKn Univ ers itas Pendidikan Indones ia)
Teori Kognitif Sosial
"Ahert
Bandura" Sebagai Alternatif PembentukanKarakter
155-160Maya Mashita (Pascasarjana PKn, Universitas Pendidikan Indonesia)
Membangun Karakter Remaja Melalui Budaya Safety
Riding
16l'167Heppy Hyma Puspytasari (Prodi PPKn STKIP PGN Jombang)
Paradigma Baru Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Model
Pembelajaran
168'177Proj ect Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan Anita Trisiana (FKIP Universitas Slamet Riyadi)
Intemalisasi Fendidikan Karakter Melalui
Dongeng
178-181Sidik Nury anta ( FKI P (Jn iv ers itas Muhammadiyah Ponorogo)
Penggunaan Model Pembelajaran Kepala Bernomor untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar
182-190Ilmu Politik di Prodi PPKN FKIP LINRI
Sri Erlinda (Prodi PPKn Universitas Riau)
Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia
Berbasis l9I-212
Kearifan
Lokal
di Sekolah Dasar Kabupaten Luwu Utara Aziz Thaba fthiversitas Muhammdiyah Makassar)Character Buiiding Berbasis Kearifan Lokal Jawa
ferspekif
PendidikanKewarganegaraan)
213-217Triyanto (Pradi
PPKr
tlnivet"sitas Sebelas Maret)Pengernbangan Bahan A.jar Pendidikan Multikultural Berbasis Resolusi
Konflik
SebagaiUpaya
218-223Membangun Karakter Bangsa
Rusnaini (Prodi PPKN Llniversitas Sebelas Maret)
Membanglrn Karalter Remaja Melalui
Komunitas
224-227Seni Sulastri (Pdscasarjana PKn Llniversitas Pendidikan Indonesia)
Constitutional Question Sebagai ir4odel Pembelajaran
Kritis
Untuk PengembanganCivic
228-232Literacy
&
Karakter Calon Guru Dalam Rangka Pembentukan Living ConstitutionCh. Bsraroh, Machmud Al Rasyid dan Sri Haryati (I'IS Universitas Sebelas Maret)
Modei Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Mencapai
Civic
233-238Intelligence, Civic Participation dan Civic Responsibility
Ajar Dirgantoro (STKIP
PGN
Twlungagmg)Perrgaruh FemahamanNiiai-Nilai Pancasila Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi
Pkn
239-246di Smpk Maria Fatima Jember Kelas Mtr Tahun Pelajaran 201412015
J,
Agtng
indratmokoPendidikan Gender Unhrk Demokasi: Peran Lembaga Pendidikan Dalam
Membangun
247-260Nilai-Nilai Kesetaraan Dan Keadilan Gender
Ol<siana Jatiningsih (FISH Universitas Negeri Surabaya)
Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanMenjadi Aktifis
Kampung
261-265 Ahmad lzzullto'
(STKIPPGN
Tulungagung)Model PenguatanNiiai-Nilai Pancasila Melalui Pendampingan Organisasi
Kemasyarakatan
266-272 di Kota Surakartalil'inarno dan LVijianto (Prodi PFKv Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Proses Sosialisasi Penrbentukan Karakter
Mahasiswa
273-281 HassqnudinPendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan
Karakter
282-286Marta Elfransyak
Esensi Guru Berkarakter Dalam Perspektif Masyarakat Bugis Suatu Pendekatan
Hermeneutika
287-296Sitti Aida Azis ([.]niversitas Muhammadiyah Makassar)
Pendidikan Karakter N4elalui Collaboratir e
Learning
297-3OlLis tyanings ih (FI SFI Univer s itas N eger"i Surab aya)
Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pernbelajaran Pkn Melalui Budaya Jawa
Sebagai
302-307Kearifan Lokal untuk Menghadapi Globalisasi
Yuni Harma vi,,ati (P as c as arj ana PKn {.1 nivers iias Pen didiknn Indones ia)
Pola Pengerntrangan Fendidihan Karakter Taman Kanak-Kanak Di Kabupaten
Ponorogo
308-314H a d i C a hy on o (Un iv er s it a s Mah a mtn ad iy ah F o no r o ga)
Kontribusi Budal,a LJnggul Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Unggul
Siswa
315-322 Sabarudin (SW
NegeriI
Gantung)Menggagas Revolusi h{ental Melalui Konstruksi Model Pendidikan Karakter
Bangsa
323-331Berbasis Gerakan Cinta Produk Indonesia
Nurul Zttrict, Muhammarl syaifudin dan Marhan Taufik (univ. Muhammadiyah Malang)
pembangunan Pendidikan Lingkungan Berbasis Budaya Untuk Tercapainya
Pembangunan
332-335Karaklcr Bangsa Indonesia
Beti Indah Sari (Pascasarjana (Jniversitas Pendidikan Indonesia)
Implenrentasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa di
Sekolah
336'342Ambiro Ptrji Asmaroini (FKIP (Jniversitas Muhammadiyah Ponorogo)
Memformulasikan dan Mengimplementasikan 'Civic Engagement' PadaPerguruan
Tinggi
3'43-353untuk Mengembangkan Kehidupan Masyarakat lndonesia Muhammqd Monct Adha (Universitas Lampung)
pengembangan Instrumen Penilaian Karakter dalam Pembelajaran PPKN di Sekolah
Dasar
354-358 Lttrffi Arya Wardana (FKIP (Jniversitas Panco Marga Probolinggo)Implernentasi Nilai-Nilai Esensial Sebagai Basis Revolusi Karakter dalam
Pendidikan
359-368Kewarganegaraan di Sekolah
Sarbaini (Prodi PPKn, (Jniversitas Lambung Mangkurat)
,,Aja
Dulreh"
Nilai Kearifan Lokal Bagi Pendidikan Karakier MenujuMasyarakat
369-375 yang HarruonisSunirto (htrusan PKn FIS Universitas Negeri Semarang)
pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Nilai-Nilai Kearifan
Lokal
376-386Snpriyodi dan Trisna SuhnaYadi
pelaksanaan pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Strategi Internalisasi Nilai
Sosial
387 -394Triwahytmingsih (FKIP (Jniversitas Ahmad Dahlan)
Nilai-Nilai Esensial dalarn Pengenrbangan Pribadi Berkarakter
Cerdas
395-415Ponirin (Jtmtsan Pendidikan sejarah (Jniversitas Negeri Medan)
Kenakalan remaja Ditanggulangi dengan Agatna dan
Pancasila
416419Rahma Ayu WidiYanti
RekultLrral Karakter Dengan Penguatan Nilai Pancasila Sebagai Identitas
Bangsa
420-424Ratna l,htrdiana ( STKIP PGRI Lamongan)
Intemalisasi Nilai-Nilai Kebangsaan Melalui Kegiatan Kepramukaan Siswa sMP Negeri
01
42'5-449Watampone KabuPaten Bonc
Rukayih (prodi pindiditam Gunt Sekolah Dascr (Jniversitas Negeri Makassar)
Nilai-Nilai pendidikan Karaker dalam Elong Ugi Suatu Tinjauan Hermeneutika Paul
Ricoeur
450-481Abdttl Kaelir (pascasarjana Procli Penclidilian Bahcrsa Indonesia (Jniversitas Negeri Malang)
Urgensi PendidikanNilai Pada Usia
Dini
482486Kttstotrro (STKIP PGM Jontbang)
vill
t:
!-IMPLEMENTASI
NILAI.NILAI
ESENSIAL SEBAGAI
BASIS
REVOLUSI
KARAKTER DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGAIL{Vil\
DI SEKOLAH
Sarbaini
Prodi PPKn, Universitas Lambung Mangkurat
sar 8 aini 5 9 @,yahoo. c om
Abstrak: Para ilmuwan sosial sejak pertengahan dasawarsa 1970an sudah mengisyaratkan transformasi mental masyarakat lndonesia, agar dapat hidup modern (Lubis, 1985); yang memerlukan syarat
tum-buhnya mentalistas pembangunan (Koentjaramngrat, 1987). Di sisi larn, disadari bahwa di tingkat bu-daya, sikap-sikap negatif atau tidak sesuai dengan kondisi ideal terus diperLhatkan secara masif dan ter-us menerter-us. Hal ini sejalan dengan kondisi Pendidikan Kewarganegaraan, yakni substansi dan rujuan
PPKI yang mengandung muatan nilai-nilai Pancasila, seringkali terjadi jurang anlara yang diajarkan di
sekolair (nilai ideal) dengan kehidupan nyata di masyarakat (nilai real). Selain itu, sepanjang sejarah, mata pelajaran yang bekaitan dengan moral warga negara (Kewarganegaraan, Pendidikan Moral Pan-casila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan) selalu dikaitkan
dengan degradasi moral bangsa. Makalah ini mernaparkan nilai-nilai esensial yang menjadi landasan bagi revolusi karakter dalam PKn, dan bagaimana implementasrnya di sekolah
Kata Kunci: Nilai Esensial, Revolusi Karakter, Pendidikan Kewarganegaraan
Pendahuluan
Para ihnuwan sosial sejak peftengahan dasawarsa l970an srtdah mengisyaratkan transformasi mental masyarakat Indonesia, agar dapat hidup modern
(Lubis,
1985); yang memerlukan syarat tumbuhnyamentalistas pernbangunan (Koentjaraningrat, 1987).
Di
sisi lain, disadari bahwa di tingkat budaya,sikap-sikap negatif atau tidak sesuai dengan kondisi ideal terus diperlihatkan secara rnasif dan terus menerus. Kondisi degradasi moral sangat mengkhawatirkan,
jika
dibiarkan akan menyebabkan terjadinya krisiskaralder di Indonesia.
Kondisi degradasi moral yang terjadi
di
Indonesia, nampaknya sejalan dengan indikasi degradasi moral yang menjadi tanda kehancuan suatu negara, seperli dikemukakan oleh Lickona (1992), yaitumeningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan bahasa dan kata-katayang memburulg pengaruh peer
group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol,
dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruig menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya
ketidakju-juran, dan adanya saling curiga dan kebencian di antara sesamanya.
Kondisi
demikianjuga
nampaknya relevan dengan apayang
dikhawatirkan Mahatma Gandhi(Soenamo, 2010) tentang tujuh dosa yang mematikan, yaitu: berkembangnya nilai dan perilaku budaya
kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilnrtt
pengetahuan tanpa kemanusiaan, agatna tanpa pengorbanan.
Dilihat dari perspelrlif Pancasila sebagai falsafah maupun ideologi negara, maka Pancasila dalam im-plementasi sila-sila Pancasila
di
kehidupan bermasyarakat, berbangsadan
bernegaratelah
terjadip".g.r.rur,
penyimpangan dan pelanggaran. Beberapa pergeseran, penyimpangan dan pelanggaran adalahlMrrlyu*u,
Karinr, 2010, Sarbaini, 2015: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila perlama Pancasilaadalah "roh, dasar dan tujuan" bagi keempat sila lainnya, baik dalam konteks ketauhidan individu maupun
kesalehan sosial, yang hasilnya bermuara pada keadilan sosial. Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar
penghayatan dan pengamalan Pancasila, tampaknya masih belum dihayati benar oieh nrasyarakat pemeluk
agarn^ dan aparat pemerintahan sendiri, belum terjadi tranformasi nilai-nilai. Buktinya dalarn kehidupan masih terdapat perilaku kekerasan atas nama agama, memuliakan agama daripada Tuhan,tindakan secara
sepihak meftkulan pemaksaan dan memaksakan kebenaran agama menurut pahamnya kepada pihak lain,
360
I
Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi
Pendidikan
Karakter
Bangsakesalehan hanya terhenti pada acara ritual-formalistilq tidak berdampak pada kehidupan sosial
kemasyara-katan, juga dalam pralsis aparatpemerintahan. Namun yang paling miris bagi sila Ketuhanan Yang Maha
Esa sebagai basis "tauhid" dan sumber bagi perapan sila-silal lainnya bergeser menjadi "Keuangan Yang
Maha Kuasa" sebagai "tauhid materialisme" dalam berbagai aspek kehidupan. Tauhid materialisme
lahr
karena prinsip-prinsip neoliberalisme yang diterapkan oleh pemerintah dalam sistem ekonomi, yang
mem-buahkan anak-pinak dampaknya dalam sistem-sistem kehidupan lainnya. 2) Kemanusiaan yang adil dan
beradab sebagai sila kedua, menghendaki manusia berlaku adil dan beradab, mulai robek di sana-sini. Dr
dalam kehidupan sekarang, kita dipertontonkan kekerasan demi kekerasan, terutama dari massmedia dan
dunia maya. Kekerasan
politi(
vertikal dan horisontal secara privat maupun publik menjadi hal-hal yang biasa dilihat dan disaksikan, seperti pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, merampashak-hak sipil,
politi!
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, parodi kesenjangan sosial ekonomi, istilah "kamu" dan "kami: menggeser "Wtd', gaya hidup "eksklusivisme".Ini
manifestasi produk dari kekerasan kulturalkarena melembagakan ketimpangan dalam pembagian hak. Fenomena "asap" mungkinkah merupakan manifestasi kekerasan kultural? Masyarakat kehilangan hak hidup karena kerusakan sosial-ekologis dan
perampasan sumber daya, korupsi yang merajalela, bahkan persengkongkolan penguasa dan pengusaha
Lorup menjadi asal muasal kemelaratan rakyat. Korupsi kemanusiaan atau Kemanusiaan yang terkorupsi?
Sehingga berani melanggar peraturan yang dibuat sendiri, atau peraturan yang dibuat oleh pihak yang
ber-*.turg,
kesemrawutan lalulintas adalah salah satu buktinya. 3) Persatuan Indonesia, adalah esensiPancasi-la dan utuhnya negara-bangsa Indonesia ini. Berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin bangsa ini un-tuk memperkuat persatuun bungru. Wawasan Nusantara, Satelit Palapa, Manunggal ABRI-Rakyat, Bela
Negara, merupakan gagasan dan tindakan untuk memperkuat persatuan Indonesia. Sama halnya dengan si-la yang si-lain, maka persatuan bangsa akan terganggu, sejumlah sengketa hukum kasus kehutanan,
per-tambaigan nampakya perlu ditangani secara adil dan tegas. Era otonomi daerah telah mengeliminasi
disin-tegrasi, namun- dampak lainnya adalah korupsi yang merajalela
di
tingkat
daerab, penyalahgunaan*":*.nung
terjadi di mana-mana, elite bermain, rakyat yang menjadi korban. Kondisiini
dapat dilihat didaerah p"Id"ruun, terjauh dan di perbatasan, khususnya kesejahteraan rakyat. 4) Kerakyatan yang dipimprn
oleh
hilmat
kebijaksanaandalam
permusyawaratan perwakilan. Demokrasi berbasis pada hikmat danmusyawarah. Namun
di
zamanreformasi, bangsa Indonesia sedang menjalankan demokrasi tanpanilar-nilai yang menjadi acuan, permusyarawatan menjadi
hilang,
belajar atau bereksperimen dengandemo-krasi? melalui atau mewujud menjadi demokasi transalsional. Ekses paling nyata dari menguatrya peran-an partai
politik
dan pailemen pascareformasi adalah indikasi adanya permusyawaratan ffansaksionai lrsulun-us.rl un unggurinkontroveisial). Selain itu Partai politik menjadi penyewa perahu bagi kandidat un-t rk,r*j"
dalam pilkad a; danitu uang. Kandidat harus membayar konsultan politik untuk memoles citra danitu berarti uang, untuk pemilih pun harus diberi uang. Bagi pemilih, jika tidak memberi uang, maka
kandi-dat tidak
atan
a6iUtr.fupitut
menjadi salah satu faktor penting, akankahpolitik
dikuasai kelompok berkapital besar, simentarik"tu tidak tahu dari mana kapital itu asal-muasalnya o'Keuangan Yang MahaKuasi,.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesial, adalah hilir dari pengamalan sila-sila yang dimu-lai dari sila Ketuhanan, sila Kemanusiaan, sila Persatuan, dan Kerakyatan. Sila keadilan adalah kualitas dansemua pengalaman sila-sila lainnya. Jika hulu utama dari Pancasila, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa benar-u.nu, utrllal dr3ualtan landasan urJ4Lu[4lf lollwD( "tauhid individu" dan "kesalehan sosiaf', maka akan membuahkan manusia yan!
1ar-adil dan beradab, memperkuat persahran, dan mengutamakan hikmat dan permusyawaratan, akhirnr" mewujud pada keadilaniosial. Akan tetapi bila "Keuangan Yang Maha Kuasa" menjadi azas "tauhidini--vidu,', maka yang terwujud adalah "keserakahan sosiaf', menjadi manusia yang zalim dan rakus, merobe.'
persatuan, dan menunggangi kerakyatan untuk kepenting pribadi dan kelompoh dan ketidakadilan
dala:-semua lini kehidupan.
Sementara Paulus Wirutomo (2015) sebagai Ketua Pokja Revolusi mental (karakter) mengemukak;:
kondisi yang terjadi di Indonesia adalah (1) terjadinya krisis karakler, dengan indikasi; Ada sesuatu
1ar:
salah teirtang nilai. Ada nilai luhur bangsa yang terlupa; orang yang berperilaku baik,
jujur
danbersr-justru tidak populer, mereka yang baik menjadi musuh bersama; peradaban Indonesia sedang berhent',
Lisis
rnentailru*,
diubah dengan cepat; orang merasa pantas dan berhak melakukan tindak kekeras":'terhadap orang lain. (2) Intoleransi, indlkasinya; saat ini toleransi mengalami kemunduran dibandingkan
i:
berbei.'-Prosiding Seminar
Nasional
2A15
Revolusi Pendidikan
Karakter
Bangsa
I
561
=ruh:
kondisi semakin bwulq karena pemerintahan semakin tidak mendengarkan (rakyat), ada tetapi tidak-'dtr;
penegakkan hukum tidak jelas, antara yang salah san benar tergantung lobby; banyak pejabat:elakukan impunitas bagi pelaku kekerasan, bahkan dibentangkan karpet merah; masyarakat mengalami -'-ang kepercayaan kepada pemerintah.
(a).
Rakyat sebagaiobjek
pembangunan, indikasinya; ada ::ndangan masyarakat bahwa perempuan adalah warga kelas dua; yang perlu dirubah adalah mentalitas ::o1'ek. Kondisi yang terjadidi
Indonesia secara substansi menunjukan tiga permasalahan yan dialamir:ngsa Indonesia,
(l)
kewibawaan negara yang merosot;Q)
daya saing yang rendah; (3) intoleransi dan :,ruhnya persatuan bangsa, jika dibiarkan akan tajadi disintegrasi bangsa, danakanmengancam eksistensi\XRI.
Problematik lain adalah sejak tahun 2003, yaitu berdasarkan
UU
SPN, mata pelajaran Pendidikan?:ncasila
di
sekolah dan mata kuliah Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, justru ditiadakan.Peni-.;aan
demikian seakan-akan "mengusir" Pendidikan Pancasiladari
kurikulum
pendidikan nasional\\'inarno, 2010), dampaknya mahasiswa dan peserta didik tidak mendapatkan pengetahuan tentang
Pan-:asila, apalagi untuk menghayati dan mengamalkannya. Meskipun demikian materi tentang Pancasila dit-:mpung dalam Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi substansi dan tujuan kajian Pancasila sebagai materi
:erlu dikembangkan menjadi pengembang karakter keindonesiaan yang berbasis nilai-nilai Pancasila.
Ironisnya substansi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengembangkan karakter
kelndo-nesiaan berbasis nilai-nilai Pancasila selalu bertentangan dengan nilai-nilai real di masyarakat. Selain itu,
sepanjang sejarah, mata pelajaran
yang
berkaitan denganmoral warga
negara (Kewarganegaraan,Pendrdikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasiia dan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan)
selalu dikaitkan dengan degradasi moral bangsa.
Kondisi masyarakat dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) demikian perlu dilakukan perubahan,
khususnya yang berkaitan dengan karakter manusia, khususnya peserta
didih
sehingga sudah saatnyadrlakukan Revolusi mental (karakter). Namun revolusi mental (karakter) manakah yang dimaksud, nilai-nilai esensial apakah yang menjadi basis revolusi karakter dalam PKn, dan bagaimana implementasinya di
sekolah.
Revolusi Mental (Karakter)
mental (karakter) menjadi
dilai
yang populer, sejak Presiden Jokowi melontarkannyasebagai
isu-isu
shategisdalam
kampanyepemilihan calon
presiden,hingga menjadi
salah satuNawacitanya, yakni melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek penddikan kewarganegaraan.
Sementara menurut Mendikbud Anis Baswedan
Qfi$
memaparkan Nawacita yang terkait denganpendidika4 yaitu: 1) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui program "Indonesia Pintar"
dengan "Wajib Belajar 12 tahun bebas pungutan; 2) Meningkatkan produktivitas ralcyat dan daya saing di
pasar internasional, dengan membangun sejulan science and technopark di kawasan politeknik dan
SMK-SMK
dengan prasarana dan sarana teknologiterkini; 3)
Melakukan revolusi karakier bangsa, denganmembangun pendidikan kewarganegaraan; menghilangkan model penyeragaman dalam sistem pendidikan
nasional; jaminan hidup yang memadai bagi para guru, terutama bagi guru yang ditugaskan
di
daerahterpencil; 4) Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial lndonesia, dengan memperkuat
pendidikan ke-bhineka-an dau menciptakan ruang-ruang
dialog
antarwarga; mengembangkan insetifkhusus untuk memperkenalkan dan mengangkat kebudayaan lokal; dan rneningkatkan proses pertukaran
budaya urtuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya.
Berprjak pada Nawacita Presiden
Jokowi
dan MendikbudAnis
Baswedan, maka Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tugasyang
utama,yakni
melakukanrevolusi
karakter bangsa, danberperanserta dalam membangun PKn.
Revolusi
Istilah revolusi pada mulanya, menurut Karlina Supelli (2014) tidak memiliki arti sebagaimana kita
sekarang memilikinya. Pada abad ke-13, istilah revolusi digunakan untuk menggambarkan gerak
benda-benda
langit
yang senantiasa beredarbalik
(revolvere). Sementara perubahan mendasar dalam carapandang beserta metode dan praktiknya sampai permulaan zarro;r, modern digunakan istilah renovasi atau
J62
I
Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi
Pendidikan
Karakter
Bangsarestorasi (Francis Bacon).
Baru
sesudah peristiwa pemakzulan RajaInggris
1688, perjuangan koloni Amerika tahadap Inggris tafum 1775-1783, dan penggulingan Raja LousM
di Perancis tatrun 1789-1799, istilah revolusi digunakan untuk menunjukkan perubahan sosial-politik yang bolangsung cepat dan radikal,serta tidak jarang disertai kekerasan. Dalam sains, istilah "revolusi keilmuanl' mulai lazim digunakan untuk menandai
suatr
episode keilmuan yang ditandai dengan keterputusan paradigma, karena munculnyaparadigma baru yang sepenuh berbeda (Thomas
Kuhq
1962).-
D*gu,
demikian revolusi perubahan ketatanegaraan (pemerintahan) atau keadaan sosial yang dilakukan dengan kekerasan fisik (dimensi sosial-politik), perubahan cukup mendasar dalam suatu bidangilmu
(dimensi sains) dan peredaran bumi dan planet-planet lain dalam mengelilingi matahari (dimensi geografi).Inti
dari makna istilah revolusi adalah tuansformasi, perubahan rupa, perubahan struktur dasarmenjadi sfiultur lahir (KBBI).
Mental
Secara etimologi kata mental berasal dari bahasa Latin "mens" alav metis", yang memiliki arti
jiwa,
nyawa, sukma, roh, atau semangat. Mental adalah hal-hal yang berkaitan dengan psycho ataukejiwaan
yang
dapat mempengaruhiperilaku individu.
Setiapperilaku
dan ekspresi gerak-gerak individu merupaka dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental (Kartini Kartono dan JennyAndari, 1989).
Sementara Karlina Supelli
Q0l4)
mengemukakan istilah mental adalah nama_bagiq:"uLg3"
segala sesuatu yatrg menyangkut cara hidup. Hal-hal yang bersifat mental, kendati tidak bersifat fisik,
tetapi selalu
terkaii
dengan hal-hal keragawian tindakan danciri
fisik
benda-bendadi
dunia.,Dunia mental tidak mungkin terbangun tanpa pengalaman ragawi. Carahidup
zamar. tertentu adalah cata berpikir, cara mernandang masalah, cara merasa, mempercayailmeyakini sesuatu, cara berperilaku danberiindak dipengaruhi oleh zaman, sehingga disebut mentalitas zamar.. Jadi mental dipengaruhi oleh
jiwa, strukhr
dasar manusia, namun juga dipengaruhi unsur fisik, yakni stnrktur lahir' Kedua strukturlri
,.ruru
timbal balik dipengaruhi oleh zaman, maka lahirlah "mentalitai zaman".Karakter
Istilah karalAer (charactu) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan watalg adalah
sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat menonjol sehingga dapat dikenali
dalam berbagai situasi atau merupakan hade mark atau ciri khas orang tersebut (Tilaar, 2008). Karakter
adalihperangkat individual dari kaxakteristik psikologis yang mempengaruhi kemampuan dan
kecender-ungan seseorang untuk berfungsi secara moral. Karakter adalah terdiri dari karakteristik-karakteristik yang
meigarahkan ,er"orurg untulimelakukan sesuatu yang benar atau tidak melakukan sesuatu yang benar (Bertowitz, 2OO2). Lickona (Martadi, 2010) merujuk pada konsep good character yang dikemukakan oleh
Ari.tot"lo
"... the life of right conduct-riglrt conduct in relation to other persons and in relation to one self(karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik/penuh kebajikan, yakni berperilaku baik
terhadap pihak lain (Tuhan YME, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri).
Revolusi mental
(Karakter)
Istitah revolusi mental (karakte$ menjadi hangat dibicarakarL namtn dikupas secara mendalanr, apa
makna di balik istilah itu. Revolusi mental (karakter) menurut Soekarno msrupakan satu gerakan untuk
menggembleng manusa lndonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati
putr[
berkemauan baja,bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala (Soekarno, GPR Revolusi mental, 2015)'
Makna revolusi dari Soekamo
ini
nampak gerakan untuk membentuk etos manusia lndonesia. Sebagaireferensi GPR Revolusi mental, (2015) menawarkan makna Revolusi mental (karakter), yaitu: 1) Revolusi mental (karakter) merupakan gerakan seluruh masyarakat (pemerintah dan rakyat) dengan cara cepat, untuk rnengangkat kembali
-nilai-nilai
strategisyang
diperlukanoleh
bangsadan
negara,untuk
mampumenciptakan ketertiban
dan
kesejatrteraan rakyat, sehingga dapat memenangkan persaingandi
eraglobatisasi;
2)
Revolusi mental (karakter) sebagai gerakan mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan:
L
L
Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi Pendidikan
Karakter
Bangsa
I
363
puilalnr
ssetiap orang, untuk berorientasi pada kemajuan dan kemodernaq sehingga Indonesia menjadibangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa di dunia.
Kedua defurisi revolusi mental (karakter)
ini
selain menuju gerakan untuk melakukan hansformasisecara cepat terhadap ketiga aspek manusia
(kognitifl
afektifl dan psikomotor), berdasarkan nilai-nilaishategis, dan berorientasi pada kemajuan, kemodernan, dan kompetitif, guna memenangkan persaingan. Namun tidak memuat nilai-nilai luhur, sebagai landasan dari nilai-nilai stuategis, yakni nilai-nilai luhur
Pancasila, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan sebagai
nilai-nilai ideal, esensial dan nilai-nilai inti. Nilai-nilai strategis adalah nilai instrumental yang digunakan untuk mengarungi dunia yang berorientasi pada kemajuan, keemodernan dan kompetitif.
Revolusi mental (karakter) juga merupakan suatu bentuk strategi kebudayaan yang memberi arah bagi terciptanya kemaslahatan hidup bobangsa dan bernegara, basis revolusi mental (karakter) adalah Pancasila,
dengan tiga prinsip dasar Trisaksi; Berdaulatan secara
politit
Berdikari dalam bidang ekonomi, danBekepribadian dalam bidang kebudayaan. Stuategi kebudayaan lebih dari sekadar kebijakan, melainkan sebuah pengamatan terus menerus atas dinamika sosial budaya
di
masyarakat;segalakonflik
danpertentangan yang terjadi, untuk diolah menjadi suatu pelajaran (Semiarto
Aji
Purwanto, 2014;Yan
Peursen, 1996). Revolusi mental (karakter) sebagai sebuah shategi kebudayaaq menurut Heddy Shri
Ahimsa-Puta
Q0l0
adalah digunakan untuk mengatasi berbagai mentalitas negaiif dengan antitesinya,yaitu "mentalitas anti", yaitu (1) anti-kebodohan-pembodohan; (2) anti-kecurangan dan pencurangan; (3)
anti-kesenjangan dan penyenjangan;
(4)
anti-rendahdiri
dan perendahan; dan(5)
anti-kerusuhan dan perusuhan.Jadi revolusi mental (karakter) adalah gerakan hansformasi tiga aspek manusia secara integral yaitu
aku yang percaya (afektif), aku yang berpikir
(kogniti|,
dan aku yang bertindak (psikomotor), yang berlangsung baik dalam skala individu, kelompolq masyarakat, maupun skala bangsa, dilakukan secaraterus-menerus, terindikasi secara berkelanjutan menunjukkan adanya tahapan perubahan pada ketiga domain manusia (sosialized intenralized, personalized, civilized), sehingga berperilaku benar secara moral
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan nilai.nilai esensial-sfrategis, serta memiliki mentalitas anti, beretos
kemajuan, modern dan kornpetitif segala lini kehidupan
Nilai-Nilai Esensial Revolusi Mental
(Karaliter)
Landasan dan sumber dari revolusi mental (karakter) adalah nilai-nilai. Dapat dikatakan bahwa
revolusi mental (karakter) berkaitan dengan perubahan orientasi
nilai
dan landasan nilai yang dasar danorientasi dari berperilaku. Oleh karena itu perlu dikaji nilai-nilai esensial apakah yang menjadi muatan revolusi mental (karakter).
Salah satu wacana tentang nilai revolusi mental (karakter) adalah dari GPR Report (2015) yaitu (1)
Integritas terdiri dari
jujur,
dipercaya, berkarakter, dan tanggungjawab; (2) Kerja keras, terdiri dari etoskerja, daya saing, optimis, inovatif, dan
produktit
dan(3)
Gotong Royong,terdiri dari
kerjasama,solidaritas, komunal dan berorientasi pada kemaslahatan
Bandingkan dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang disepakati
untuk
implementasipendidikan karakter (Kemendiknas,2010; Pusat
Kurikulurn,2010,2011)
yangterdiri
dari
18 nilai,sebagaimana pada tabel
I
berikut ini:Tabel 1. Delapan Belas Nilai-nilai Budaya dan
Karakter
BangsaNo NILAI DESKRIPSI
1 Religius Sikap dan perilaku lang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutn\a
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upap menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan
J Toleransi Sikap dan tindakan png menghargai perbedaan agam4 suku, etnis, pendapa!
sikap. dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4 Disipiin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan perafuran
5 Keria keras Perilaku lan menruriukkan upala sungguh-sungguh dalam mcngatasi
t-..
:
:-:
364
I
Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi
Pendidikan
Karakter
BangsaBerpikir dan menghasilkan cara atau hasil baru c--sesuafu
Sikap perilaL'u yang tidak mudah tergantung pada orang lain
men
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak sama hak dan keu,a_ji:.
dirinta dan
sikap dan tindakan lang selalu berupaya
*@
meluas dari sesuatu )ang dipelajarinya, dilihat, danmelakukan sesuatu untuk
telah dimiliki
ekonomi, dan politik
aman atas
Kebiasaan menyediakan waktu untuk mernbaca
memberikan
kemsakan alam yang sudah teri
Sikap dan tindakan yang lelalu memberi banhtan pada orang lain
&
mas
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menu@
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,sosiat, uuaa',-.
Sikap dan tindakan lang mendorong dirinya
un@
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati kebertasilan or., .
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang@
dengan orang lainSikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabtan orirgGin merusa se,ra,.,g
;.
Sikap dan tindakan yang selalu UeruU
alam
di
sekitamya, dan mengembangkan upala-upaya untuk memperb:.,Sikap dan perilaku seseomng untuk melaksanakan tugas dari kewajibanffi
1:.;
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (al;:
sosial, dan dan Tuhan Yang Maha Esa
Referensi lainnya untuk nilai atau karakter bangsa Indonesia yang diturunkan dari setiap sila
pancasi-Ia.
Hal
demikian karena mengacu kepada hakekat Pancasila yang digali dari budaya bangsa Indonesia, axtnya Pancasila telah menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia yang mehberikan nilai, pola perilakqatau karakter bangsa Indonesia. Nilai, pola perilaku, atau karakter bangsa tersebut merupakan karakter yang
harus ada untuk membangun kehidupan berbangsa dan bemegara yan sesuai dengan falsafah dan dasar negara Pancasila.
Nilai, pola perilaku, atau karakter bangsa Indonesia tercermin dalam
(I)
Ketuhanan Yang Maha Es4(2)
Kernanusiaan yangadil
dan beradab, (3) Persatuan lndonesia, (4) Kerakyatan yang Apimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilarl dan (5) Keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.Adapun nilai, pola perilaku, atau karakter bangsa Indonesia yang diturunkan dari setiap sila p'ancasila
(Kemendikbud, 2013) dapat dilihat pada tabel2 berikut ini.
Tabel 2. Seperangkat
Karakter
dari Seti Sila PancasilaKetuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan Persatuan dan Kesatuan
Kerakyatan Keadilan Sosial
1.
Hormat danbekerja sama
antara pemeluk
agama dan
penganut kepercayaan
2.
Saling rnenghormatikebebasan
menjalankan
ibadah sesuai
agama dan
kepercayaan itu
3.
Tidak|1.
Persamaan derajat, hak, dankewajiban
2.
Saling mencintai3.
Tenggang rasa4.
Tidak semena-mena terhadap orang lain5.
Gemarmelalcukan kegiatan kerna-nusiaan6.
Menjunjung tingginilai-nilai
kemanusiaan
Menempatkan
persatan,
kesa-
tuan,kepenting-an, dan kescla-matan bangsa di
atas
kepen-tingan pribadi
atau golongan
Rela berkorban untuk
kepen-tingan bangsa dan negara Bangga menja-di bangsa
Indo-l.
Mengutamakan kepentinganmasyarakat dan
negara
2.
Tidakmemaksa-kan kehendak kepada orang lain
3.
Mengutamakan musyawarahun-tuk mufakat
4.
Beritikad baik dandan
bertang-gunglawab
da-lam
rnelaksana-1.
Sikap dansua-sana
kekeluar-gaan dan
kego-tongroyongan
2.
Sikap adil3.
Menjaga ke-harmonisan an-tara hak dankewajiban
4.
Hormatterha-dap hakJrak
orang lain
5.
Sikap sukame-nolong ol'ans lain yang menempatkan
berbagai bacaan ra.-.:
uf,- .
i I::
!-J\J i 1-Id. u. 1g dl 3h in
Prosiding Seminar
Nasional
2O15Revolusi
Pendidikan
Karakter
Bangsa
I
3Gsmemaksakan agama dan
kepercayaan kepada orang
lain
4.
Hubungan antara manusia denganTuhannya
7.
Berani membela kebenaran dankeadilan
8.
Merasakandiri-nya sebagai
bagian dari
selu-ruh umat manu-sia serta meng-embangkan si-kap hormat-menghormati
nesia yang
ber-tanah air
Indo-nesia, serta
menjunjung tinggi bahasa
Indonesia
4.
Memajukanpersafuan dan kesatuan yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika
kan keputusan bersama
Menggunakan akal sehat dan
nurani luhur
dalam
bermu-syawarah
Mengambil
ke-putusan yang
se-cara moral dapat
dipeftanggung-jawabkan kepa- da
Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai
kebe- naran dan
keadilan
6.
6.
Jauh dari sikappemerasan
7.
Tidak boros8.
Tidak bergayahidup mewah
9.
Suka bekerja kerasI0. Menghargai karya orang lain
Nilai, pola perilaku, atau karakter bangsa
ini
harus dapat diturunkan dan diimplementasikan untukmembangun karakter individu yang diterapkan
di
berbagai rnacam komunitasdi
masyarakat, termasukmasyarakat sekolah. Dalamperspektif karakter individu dengan menggunakanpendekatanpsikololis, nilai,
pola perilaku, atau karakter bangsa yang terdapat dalam setiap sila Pancasila ditempatkan dalam kerangka referensi olah hati, olah
pikir,
olah raga, olah rasa dan karsa (Kemendikbuds 2013). Muatan dari keempatolah tersebut dijabarkan seperti yang tercantum dalam Kebijakan Nasional, Pembangunan Karakter
Bang-sa, Tahun 20L0-2025, seperti gambar 1 berilnrt;
Karakter lndividu
Muatan karakter yang berasal dari olah lrati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa yang diturunkan
dari setiap sila Pancasila, kemudian
dipililr
satu jenis karakter (Kemendikbudr2013), yaitu: 1) Karakteryang bersudber dari olah hati adalah beriman dan bertakwa,
jujur,
amanab adil,tertib,
taat attran,bertanggungjawab, berempati, berani mengarnbil resiko, pantang menyerah, rela berkorbarU dan berjiwa pakiotik; '2) Karakter yang bersumber dari oleh
pikir
adalah cerdas,kitis,
kreatf,inovati{
ingin tahu, produktif berorientasi ipteks, dan reflektif; 3) Karakter yang bersumber dari olah ragalkinestetika adalahbersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif determinatifl kompetitif
ceria, ddan gigih; a) Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa kemanusiaan, saling menghargai, gotong
royong,
kebersamaan, ramah, hormat, tolerarq nasionalis,peduli,
kosmopolit (mendunia),Olah Hati, Pikir,
Raga, Rasa dan
Karsa
Citizenship education di sekolah Civic Education, mata
pelajaran PKn
di kelas
366
I
Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi
Pendidikan
Karakter
Bangsamengutamakan kepentingan umurr! cinta tanah air (patrioitisme), bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Dari
nilai,
pola perilaku,atal
karakter tersebut(esensial) karakter yang diberlakukan untuk masyarakat
(Kemendikbud, 2013).
diambil
satu karakter sebagainilai-nilai
dasarpersekolahan, yaitu sebagaimana tabel 3 berikut
Tabel 3 Pengertian Jujuro Cerdas, Tangguh, dan Peduli
Nilai-nilai Dasar Pendidikan Karakter
Deskripsi
Juiur Lurus hati, tidak bertohone; tidak curang; tulus; ikhlas
Tanezuh Sukar dikalahkan; kuat; andal; kuat sekali pendiriannya; tabah dan tahan menderita
Cerdas Sempuma perkembangan akal budirya untuk bemikir, taiam pikirann\xa Peduli Mengindahkan; memperhatikau menghiraukan
Nilai-nilai dasar inilah yang sepatutnya diimplementasikan
di
lingkungan masyarakat persekolahansebagai Citizenship Education, karena nilai-nilai yang terakhir
ini
benar-benar jelas turunan dari sila-silaPancasila sebagai karakter bangsa, untuk dijadikan menjadi karakter individu dalam lingkungan komunitas
tertentu, yakni masyarakat persekolahan, dan Civic Education melalui mata pelajaran di kelas.
Strategi Implementasi di Sekolah
Sfategi implementasi nilai-nilai esensial sebagai basis revolusi mental (karakter) yang dilakukan
secara umum
di
sekolah merupakan Citizenship Education yang dilakukan oleh semua guru dan pesertadidik
dalam semua kegiatan sekolah,baik
intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang bertujuanmenum-buhkembangkan nilai-nilai esensial sebagai basis pengembangan karakter kewarganegaraan, sementara
kegiatan Civic Education secara khusus dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam mata pelajaran PKn di
kelas. Shategi implementasi yang perlu dilakukan sekolah adalah terdiri dari: 1) Nilai-nilai dasar karakter
sebagai basis revolusi mental (karakter) harus ada dan terindikasi secara tertulis dalam visi, misi, dan tujuan maupun program dan kegiatan Citizenship Education
di
sekolah dan Civic Education di kelas, terencana dan terukur perubahan dan capaiannya melalui indikasi-indikasi tertentu, direalisasikan melalui proses,pe-nataan kehidupan situasi lingkungan sekolah dan kegiatan pendidikan serta tujuan yang diharapkan;2)
Proses implementasi nilai-nilai dasar karakter sebagai basis revolusi mental (karakteQ dalam kegiatan
Citi-zenship Education/Civic Education yang dilakukan guru di sekolah berdasarkan dan mengacu pada tujuan
dan berorientasi serta merealisasikan nilai-nilai dasar karakter ke dalam kegiatan-kegiatan berbasis siklus
waktu (harian, mingguan, bulana4 semesteran dan tahunan) dan lokus kegiatan (di dalam kelas, di luar
ke-las, di komunitas tertentu dan masyarakat dalam bentuk service learning atau civic proyect); 3) Setiap
im-plementasi nilai-nilai dasar karakter sebagai basis revolusi mental (karakter) dalam kegiatan Citizenship Education/Civic Education yang dilakukan di sekolah berlandaskan pada tujuan, materi, metode, dan
eval-uasi yang diselaraskan dengan siklus waktu dan lokus kegiatan; 4) Kegiatan implementasi nilai-nilai dasar
karaker sebagai basis revolusi mental (karakter) dalam Citizenship Education di sekolah dan Civic Educa-tion di kelas akan lebih
efektil
jika
dilakukan dengan muatan tujuan, materi, metode dan evaluasi yangselaras dan sinergis dengan kondisi lokus dan waktu kegiatan, menerapkan secara
keatif
beragam strategrpembelajaran yang berbasis pada teori dan model pendidikan karakter moral dan menyesuaikan pada
kon-disi sosial dan budaya masyarakat di lingkungan sekolah; 5) Materi kegiatan implementasi nilai-nilai dasar
karakter sebagai basis revolusi mental (karakter) dalam kegiatan Citizenship Education di sekolah dan Civ-ic Education di kelas disusun secara jelas, rinci dan kontekstual dan berorientasi pada pengembangan pG.
tensi peserta didik agar lebih efektif dan mudah mengukur keberhasilannya; 6) Metode implementasi
nilai-nilai
dasar karakter sebagai basis revolusi mental (karakter) dalam kegiatan Citizenship Education disekolah dan Civic Education di kelas dilalaanakan s@ara beragarn, kreatif, melihat 'osiapa dan kondisi"
yang dihadapi dan terstandar, baik metode pada kegiatan pengembangan diri maupun metode pada materi pelajaran, akan menumbuhkan dan mengembangkan potensi
diri
untuk membentuk karakterdiri
pesertadidik sesuai dengan nilai-nilai dasar yang diharapkan; 7) Evaluasi implementasi nilai-nilai dasar karakter
Educa-Prosiding Seminar
Nasional
2015
Revolusi Pendidikan
Karakter
Bangsa
I
367
tion di kelas sepatutrya dil4larkan secara
boaganl
komprehensif, berkelanjuta,n, terbuka, dan terstandar,terdiri
atas evaluasi yang dilalarkan guru,tim
pemantau pesertadidih
wali
kelas dan sekolah akanmenghasilkan pohet karakter y€ng integral dar,i nilai-nilai dasar yang dikehendaki, sosok peserta didik yarrg
jujur, tanggrrh cerdas dan peduli,
Simpulan
Revolusi mental (karakter) adala! gerakan tansformasi tiga aspek manusia secara integral yaitu
alu
yang percaya (afektif), alar yang
b.rpikir
(kognitif), dan aku yang bertindak (psikomotor), yang berlang-sung baik dalam skala individu,kelompot
masyarakat, maupun skala bangsa, dilalarkan secaraterus-*.i.rrr,
terindikasi secaxa bprkelanjutan,*.or*3r.rLtuo
adanya tahapan perubahan (sosializedinternal-iZed, personalized, clviinzec), sehingga berpuilalar benar secara moral berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai esensial, serta memiliki mentalitas anti, beretos kemajuan, modern dan kompetitif segala lini
ke--Nilai-nilai
dasar yang sepatutnya diimplementasikan di lingkungan masyarakat persekolahan sebagai Citizenship Education, adalah nilai-nilai yang benar-benar jelas turunan dari sila-sila Pancasila sebagai
karakter bangsa, untuk dijadikan menjadi karakter individu dalam lingtungan komunitas tertentu, yakni
masyarakat persekolahan, dan Civic Education melalui mata pelajaran di kelas, seperti jujur, tanggub,
cer-das dan peduli.
Implementasi nilai-nilai dasar karakter sebagai basis revolusi mental (karalder) harus ada dan
terindi-kasi secara tertulis dalam visi, misi, tujuan, pro$am dan kegiatan Citizenship Education sekolah dan Civic Education
di
kelas, terencana danteruhr
perubahan dan capaiannya melalui indikasiindikasi tertentu,direalisasikan melalui proses, penataan kehidupan situasi lingkungan sekolah dan kegiatan pendidikan
(ma-teri, metode, evaluasi) suta tujuan yang diharapkan.
DaftarRujukan
Anis Baswedan
Q}H).
Nawacita Pemerintah Jokowi-JK Terkait Pendidikan. Online. http.liputan6.com. [22 Oktober 2015]Berkowitz,
Marvin.
QOOZ). The Scienceof
Character Education in Damon, Williarn(2002). Bringingin
aneh Era in Character Education. California: Stanford University Hoover Institution Press.c.A.
van Peurse4 Qgls).Shategi Kebudayaarl Jogyakarta: Penerbit KanisiusGovernment Public Relations (GPR) Report.(2015). Revolusi Mental. Jakarta: Direktorat Je,nderal
Infor-masi dan Komunikasi Publik Kementoian Komunikasi dan Informatika RI.
Heddy Shri Ahimsa-Putra. QO14). Stategi Kebudayaan untuk Revolusi Mental di lndonesia, dalam
Semi-arto
Aji
Purwanto.(2014). Revolusi Mental sebagai Strategi Kebudayaan. Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan 2014. JaY,arta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Kemendik-bud.Karlina Supelli. (2014). Revolusi Mental sebagai Paradigma Strategi Kebudayaan, dalam Semiarto
Aji
Purwanto.(2014). Revolusi Mental sebagai Strategi Kebudayaan. Bunga Rarnpai Seminar Nasional Kebudayaan 2014. Jallaxta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan KemendikbudKartini Kartono dan Jenny Ahdari (1989). Hygiene Mental dan Kesehatan Mental. Bandung: Mandar
Ma-Kemendikbud. (2013). Naskah Akademik Pendidikau Karakter di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Kemendiknas. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Kogntjaraningrat. (1987). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Martadi, 2010. Grand Design Pendidikan Karakter. Makalah pada Saresehan Nasional Pendidikan Karakter
368
I
Prosiding Seminar
Nasional 2015
Revolusi
Pendidikan
Karakter
Banlsa
Moclttar Lubis.(1985). Transformasi Budaya untuk Masa Depan. Jakarta: Gunung Agung Mulyarvan Karim (ed).2010. Rindu Pancasila. Jakarta: PT Kompas NIedia Nusantara.
Paulus Wirutomo (2015). Mengapa Indonesia Membutuhkan Revolusi Mental, dalarn Government Public
Relations (GPR) Report.(2O15). Revolusi Mental. Jakarta: Direktorat Jenderal Inforrnasi dan
Komu-nikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan; Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengernbangan Kementerian Pendidikan
Na-sional.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pcdoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan
Pen-galaman
Di
Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Badan Pcnelitian dan PengembanganKementcri-an Pendidikan Nasional.
Sarbaini. 2015. Lnplemcntasi Pancasila: Rejuvenasi, Revitalisasi, Refungsionalisasi dan Reaktualisasi.
Ma-kalah. Temu Pakar/Tokoh. Irplementasi Pancasila, UIrID
NRI
1945 dan Sistem Ketatanegaraaantanggal 22 Oldober 2015 di Hotel Aria Barito. Banjarmasin: Kerjasama MPR zu dengan Universitas
Larnbung Mangkulat
Semiarto
Aji
Purwanto.(201a). Rcvoiusi Mental scbagai Strategi Kebudayaan, Bunga Ranrpai ScminarNa-sional Kebudayaan2014. Jakarla: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Kemendikbud.
Soerlarno Soerlarsono. (2009). Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang. Jakarla: PT Elex
Nfedia Komputindo.
Winamo.2010. Implerncntasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Makalah Seminar Internasional di Universitas Sultan Idris (IJPSI) dengan tema Pengalaman Indonesia dan
Malaysia dalam hal Pembinaan warga negara yang cerdas dan bak, tanggal 13 April 2010.
Thomas Kuhn. (1962). The Structrre of Scientific Revolutions. Chicago: University of Chicago Press.
Tlromas Lickona. (1992). Educating for Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibil-ity. New York: Bantarn Book