DATAM MENSUKSESKAN WA'IB BELA'AR SEMBI1AN TAHUN DI MTS. S UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN
TANGERANG SEIATAN
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Strata Satu (S-1) Pada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas lslam Negeri
SYARIF H IDAYATU
LLAH JAKARTA
O l e h :
SINTA DWI PERMATA NIM:1040182qn64
JURUSAN
KEPENDIDIKAN
ISTAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN
FAKULTAS
ILMU TARBIVAH
DAN KEGURUAN
uNlvERslTAs
lstAM NEGERI
(UlNl
SYARIF
HIDAYATUTLAH
JAKARTA
2011 ifilt4'3'2H
t rln,
Unwaanunnajah Pondok Aren" yang disusun oleh Sinta Dwi Pennata, dengan Nomor Induk Mahasiswa 104018200634 telah diajukan pada tanggal 16 September 20l l dan telah diterima dan disalrkan oleh dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-l) pada jurusan Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan.
Jakart4 27 September 20ll Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia Tanggal
5 ?i, .o** r.ru.r.r*u
du /Yl
KetuaProgram Studi 24 1^ Drs. H. Muarif SAM. M.Pd ...:.'.y.7. NrP. 19650717 1994031 005
y/,i
NrP. 19560530 197903 1 004Penguji I
Prof. Dr. Zuinal Z. MA NrP. 19490801 197611 2 001 Penguji II
Drs. H. Mudjahid Ak M.Sc NIP. 19470714 196510 I 001
i!ls
- / /2ott
^Rnt I
(BOS) DALAM MENSUKSESKAN WAIIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN DI MTS UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN TA}IGSEL
Disetujui Untuk Diajukan Dalam Sidang Skripsi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu(S-l)
Oleh:
Sinta Dwi Permata NM: 104018200634
Disetujui:
Jakarta" 23 Agustus 2011
Dosen Pembimbing
(Dra. Nurlena Rifa'I, MA,Ph.D)
JURUS$I KEPENDIDIKAN ISLAM MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ketersediaan anggaftm yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan tersebut. Oleh karena itu pemerintah membuat suatu program yang bertujuan untuk meringankan balrkan membebaskan biaya pendidikan bagi rakyat miskin yaitu Program Bantuan Operasional (BOS. Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal seperti: (l)Madrasah mengelola dana secara professional, fransparan dan dapat dipertanggungiawabkan. Dan (2) BOS harus meqiadi sarma penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen madrasah. Berkaitan dengan ihq penulis ingin mengetahui lebih dalarn bagaimana suatu organisasi mengelola dana tersebut. Apakah sudah sesuai dengan buku panduan dan dapat membantu mensukseskan wajib belajar Sembilan tahun.
Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan teknik wawancara dan studi dokumenter. Dalam teknik wawancara narasumber yang penulis pilih adalah kepala sekolah, komite sekolah, kepala administasi, dan tiga orang guru bidang study ( satu orang laki-laki dan dua perempuan) yang fenulis pilih secara acak berdasarkan masa mengajar di madrasah tersebut. Sedangkan dokumen yang dikumpulkan adalatr data tentang dana BOS seperti data anak yang mendapat subsidi dan jumlah dana yang diperoleh serta data tentang sekitar madrasah.
Berdasarkan wawancara dan dokumen penulis menyimpulkan bahwa Pengelolaan dana BOS di MTs Unwaanunnajah sudalr sesuai dengan buku panduan dan cukup baik untuk meringankan biaya pendidikan di sekolatr tersebut, karena penggunaan dana BOS dialokasikan pada pos-pos yang tepat sesuai dengan RAPBS yang sebelumnya telah dirapatkan oleh pihak-pihak yang terkait, yaitu dengan orang tua siswa, guru-guru, dan komite sekolah.
Bismillahinohmanirrohim
Tiada kata yang patut terucapkan, kecuali rasa syukur terhadap Allah SWT maha Pemantau segala kegiatan makhluknya. Hanya dengan inayah-nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyatr ini, meskipunjauh dari kesempurnaan.
Salam sejahtera semoga senantiasa tercurahkan ke haribaan Nabi Mtrhammad SAW, sebagai Rasul mulia pembawa kebahagiaan dan kasih sayang serta pemimpin teladan sepanjang masa.
Selanjutnya sebagai tanda syukur atas penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyad4 MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2. Dra. Nurlena Rifa'I, MA, Ph.D, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Rusydi Zakaiu M.Ed. M.Phil, sebagai ketua jurusan Kependidikan Islam.
4. Drs. Muarif SAM, M.Pd, ketua progftrm studi Manajemen Pendidikan" yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Hasyim Asy'ari, M.Pd, penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat kepada penulis dalarn menyelesaikan studi dan skripsi ini.
6. H. Alam Syahrudin, S.Ag, sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Unwaanunnajalr, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan mengumpulkan data. Terima kasih pula untuk segenap guru, ketua komite, bagian adminishasi, dan TU.
Pertiwi, S.HI yang udah meluagkan waktu wat nganter and nemenin ke kampus.!
8. Semua salrabatku seperjuangan, KI-MP angkatan 2004 jangan menyerah, tetap berusaha..!
Dan akhirnya dengan segala keterbatasan dan kekurangan, penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Yang Matra Kuasa untuk membalas segala kebaikan mereka. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.
Jakart4 09 September 201I
Nama
NIM
Jurusan/Prodi
Fakultas
SintaDwi Permata 104018200634
Kependidikan Islam- Manajemen pendidikan
Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatalcan bahwa :
l' Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk merrrenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (s-l) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2' Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dijurusan Kl-Manajemen pendidikan.
3' Jika di kemudian hari terbulcti bahwa skripsi ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menenma sangsi yang berlaku.
LEMBAR PENGESAHAN PA}.IITIA UJIAN ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN I
I 8 9 9 l 0 l 0 l 0 A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah C. Batasan Masalatr D. Perumusan Masalatr E. Tujuan Penelitian F. Kegunaan Penelitian G. SistematikaPenulisan
BAB II. KAJIAN TEORI I2
A. Pengelolaan .. 12
B. Biaya Pendidikan 13
C. Bantuan Operasional Sekolatr 14
l. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah 14
2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah 16
3. SasaranProgramdanBesarBantuan t6
4. Penggunaan Dana BOS .. 18
5. LaranganPenggunaanDanaBos... 19
6. TataTertibPengelolaanDanaBos... 20
D. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 22 1. Pengertian Wajib Belajar Sembilan Tahun 22 2. Peran Serta Madrasah dalam Wajib Belajar Pendidikan Dasar 25 3. Masalah-masalah dalam Penyelenggarazrn Wajib Belajar Sembilan
Tahun 27
b. Pengeluaran
c. Evaluasi dan Pertanggungiawaban
BAB III. METODOLOGI PENELITI.AN 40
A. Waktu dan Tempat Penelitian 40
B. Metodologi Penelitian ... 40
C. Teknik Pengumpulan Data 4l
D. Instrumen Penelitian 42
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 42
a Penerimaan
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Profil MTs Unwaanunnajah
B. Deskripsi Data berdasarkan wawancara C. Proses Pengelolaan Dana BOS
1. PenerimaanDanaBOS
2. Peran Serta Orang Tua Dalam Perencanaan 3. Pengelolaan Dana BOS
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
35 36 37
44 44 49 50 5 l 52 53
57 57 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Upaya ini telah menjadi tekad bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi
sekarang ini yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta ekonomi yang sangat pesat dan penuh tantangan.
Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu kunci
penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki
keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, hal ini
disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan bahwa
setiap warga Negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar
yang dikenal dengan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun.1
Jika masalah pendanaan itu tidak mendapat perhatian maka program
wajib belajar yang telah ditetapkan dipastikan tidak akan terealisasi. Banyak
anak putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah
mereka. Kecenderungannya, pemerintah kita dewasa ini kesulitan memberikan
perhatian kepada masalah pendidikan. Apalagi banyaknya bencana alam dan
musibah yang menimpa negeri ini membuat pemerintah harus mengencangkan
ikat pinggang mengatur anggaran keuangannya. Sehingga harus ada yang
menjadi korban dan salah satunya anggaran pendidikan. Hal ini bisa dilihat
dari anggaran pendidikan nasional yang masih berada di bawah nilai anggaran
yang diperlukan. Meski dalam Undang-undang Sistem Pendidikan nasional
telah ditetapkan untuk anggaran pendidikan harus sebesar 20 persen dari total
APBN.
Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaraan
pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan tersebut.
Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas. Dalam pasal 49 ayat (1) tentang pengalokasian dana
pendidikan yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).2
Permasalahan lainnya yang juga penting untuk diperhatikan adalah
alasan pemerintah untuk berupaya merealisasikan anggaran 20% secara
bertahap karena pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk
mengalokasikan 20% secara sekaligus dari APBN/APBD.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 46 tentang
pendanaan pendidikan mengatakan bahwa „pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 4
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3 Dengan
demikian maka, jika ada masyarakat yang tidak mampu untuk mendanai
pendidikan, pemerintah bertanggung jawab ikut serta mandanai dan
memfasilitasi pendidikan nasional.
Di Indonesia terdapat tiga jenjang pendidikan, yakni pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi, pendidikan dasar merupakan jenjang yang
2
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BP. Dharm Bhakti, Jakarta. h.28
3
memerlukan perhatian lebih. Hal ini karena pendidikan dasar merupakan
pondasi yang sangat menentukan kuat-tidaknya daya pikir anak bangsa di
masa depan.
Pemerintah sangat menyadari peran strategis pendidikan dasar ini,
sehingga berkomitmen untuk mewujudkannya secara merata di seluruh
wilayah Tanah Air. Salah satu bentuk komitmen pemerintah adalah dengan
adanya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar; dan mengeluarkan Inpres Nomor 5
Tahun 2006 Tentang Percepatan Penuntasan Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun dan Penuntasan Buta Aksara. Undang-undang dan Inpres ini selain
sebagai payung pelaksanaan percepatan pendidikan dasar Sembilan tahun,
juga sebagai dasar hukum bagi Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Agama untuk melaksanakan pendidikan dasar yang dapat diakses
seluruh lapisan masyarakat.
Kemudian salah satu bentuk kepedulian dan keseriusan pemerintah
untuk menuntaskan wajib belajar sebilan tahun Negara membentuk program
yang berkaitan dengan pengurangan subsidi bahan bakar, pada tahun 2005
pemerintah Indonesia memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi
sekolah setara SD dan SMP baik sekolah negeri maupun swasta serta salafiyah
maupun sekolah non-Islami yang setara. Melalui program ini pemerintah ingin
membuktikan komitmennya terhadap jaminan hak warga Negara untuk
memperoleh layanan pendidikan di tingkat dasar.
Program Bantuan Operasional (BOS) bertujuan untuk membebaskan
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang
lain, agar mereka memperoleh pelayanan pendidikan dasar yang lebih bermutu
sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar Sembilan tahun.4
Bantuan operasional Sekolah adalah dana dari pemerintah pusat yang
didistribusikan melalui pemerintah daerah ke SMP/MTs. Yang sederajat
4
Kementerian agama RI Direktorat jenderal Pendidikan Islam, Buku panduan Bantuan
melalui rekening sekolah untuk membantu kegiatan operasional sekolah dalam
rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun. Besarnya
bantuan yang diberikan pemerintah setiap tahun terhitung dari tahun 2005
sampai tahun 2010 terus meningkat, pada jenjang setara SD di tahun 2005
sebesar Rp. 235.000/siswa/tahun, di tahun 2008 Rp. 254.000/siswa/tahun, dan
di tahun 2009 menjadi Rp. 397.000/siswa/tahun. Sedangkan pada jenjang
setara SMP di tahun 2005 sebesar Rp. 324.500/siswa/tahun, pada tahun 2008
Rp. 354.000/siswa/tahun, dan pada tahun 2009 570.000/siswa/tahun. 20 persen
dari APBN diharapkan telah terlaksana pada tahun 2010 ini.5
Dana bantuan yang dimaksud program ini digunakan untuk biaya
operasional non personil yaitu biaya yang digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar (KBM), evaluasi/penilaian,
perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa, pembinaan kesiswaan, rumah tangga
sekolah dan supervisi, pengembangan potensi guru dll. Pemerintah berharap
salah satu program yang diharapkan berperan besar terhadap percepatan
penuntasan wajib belajar Sembilan tahun yang bermutu adalah program BOS
ini. Meskipun tujuan utama program ini adalah untuk pemerataan dan
perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan
mutu.
Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan
penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, maka setiap lembaga pendidikan
harus mengelola dana BOS dengan baik dan sesuai dengan panduan
pemerintah.
Dalam dana BOS, dana diterima oleh madrasah secara utuh, dan
dikelola secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan dewan guru dan
Komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung
implementasi penerapan MBS yang secara umum bertujuan untuk
memberdayaan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi),
pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya
5
KOMUNIKA, Edisi 7/Yahun V/April 2009. Revolusi Diam Dunia Pendidikan
madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Khususnya di MTs
Unwaanunnajah.
Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih
mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal seperti: (1)
Madrasah mengelola dana secara professional, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dan (2) BOS harus menjadi sarana penting untuk
meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses,
mutu dan manajemen madrasah. sembilan tahun.6
Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa masalah yang timbul
dalam penerapann dana BOS. Diantaranya adalah masih ada sekolah yang
tidak transparan dalam mengelola dana BOS, dalam hal penerimaan dan
pengeluaran. Serta ketidakpastian turunnya dana tersebut sehingga hal ini
dapat menyulitkan pihak sekolah dalam mengatur keuangan.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi
pendidikan mengelola dana BOS ini dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan pemerintah. Dan yang paling penting dapat membantu siswa
untuk dapat melanjutkan pendidikan di tingkat dasar.
Kemudian, Program Wajib Belajar pada hakikatnya merupakan upaya
sistematis pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam keseluruhan pembangunan nasional
serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), yang muaranya adalah mendekatkan pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional, yakni masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, Program Wajib Belajar juga merupakan salah satu
pengembangan skenario pendidikan yang dijangkaukan untuk perluasan dan
pemerataan kesempatan belajar bagi setiap warga negara. Kebijakan tersebut
merupakan salah satu pengejawantahan isi pasal 31 UUD 1945 ayat 1 yang
6
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Juga ayat lainnya dari pasal 31 UUD 1945 yang telah diamandemen.
Ditinjau dari dimensi pembangunan nasional secara keseluruhan,
Program Wajib Belajar merupakan salah satu bentuk kebijakan nasional
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Meskipun secara makro, peningkatan sumber daya manusia tersebut juga
mencakup aspek sosial dan ekonomi, namun dimensi utama dan kuncinya
adalah pendidikan.7
Setelah menyadari betapa besar dan penting peran pendidikan dalam
peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia, lantas
pemerintah mengambil langkah antisipatif dengan pencanangan dan
pemberlakuan Program Wajib Belajar bagi setiap warga negara. Pada tahap
awal Pemerintah telah mencanangkan Program Wajib Belajar 6 Tahun yang
pada dasarnya merupakan prasyarat umum bahwa setiap anak usia sekolah
dasar (7-12 tahun) harus dapat membaca, menulis, dan berhitung.
Pada awal pencanangan wajib belajar tersebut, Program Wajib Belajar
6 Tahun yang dicanangkan Pemerintah pada PELITA III tersebut telah
memberikan dampak positif dan hasil yang menggembirakan, terutama pada
percepatan pemenuhan kualitas dasar manusia Indonesia. Salah satu hasil
yang paling mencolok dirasakan, bahwa Program Wajib Belajar 6 Tahun
tersebut telah mampu menghantarkan Angka Partisipasi (Murni) Sekolah.8
Dalam rangka memperluas kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara
dan juga dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia, Pemerintah melalui PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar
menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Orientasi dan
prioritas kebijakan tersebut, antara lain: (1) penuntasan anak usia 7-12 tahun
7
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib-belajar-9-tahun/ hal.3
8
untuk Sekolah Dasar (SD), (2) penuntasan anak usia 13-15 tahun untuk
SLTP, dan (3) pendidikan untuk semua (educational for all).
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu
mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan
Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang
dimaksudkan, mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU
No. 2 tahun 1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan menengah).
Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan dasar
yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The International
Development Research Center, meliputi: (1) kemampuan berkomunikasi; (2)
kemampuan dasar berhitung; (3) pengetahuan dasar tentang negara, budaya,
dan sejarah; (4) pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang kesehatan,
gizi, mengurus rumah tangga, dan memperbaiki kondisi kerja; dan (5)
kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai
warga negara, bersikap dan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan
perpustakaan, buku-buku bacaan, dan siaran radio. Program wajib belajar 9
tahun yang didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), juga sejalan dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia,
tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak.9
Gerakan wajib belajar Sembilan tahun pada dasarnya mempunyai
maksud meningkatkan kualitas bangsa. Melalui pelaksanaan wajib belajar
Sembilan tahun diharapkan setiap warga Negara Indoesia memiliki
kemampuan dasar yang diperlukan dalam kehidupan bangsa yang lebih tinggi,
sehingga secara politis mereka akan lebih menyadari hak dan kewajiban, dan
9
sebagai warga Negara serta mampu berperan serta sebagai tenaga
pembangunan yang lebih berkualitas
Bagi warga Negara yang memiliki kelainan emosional, mental,
intelektual, dan atau sosial serta warga Negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Demikian juga warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang berhak
memperoleh pendidikan dengan pelayanan khusus (pasal 5 ayat 2, 3 dan 4).
Lebih jauh dijelaskan bahwa pendidikan wajib belajar Sembilan tahun bagi
anak usia 7-15 tahun harus diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat tanpa dipungut biaya.10
Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa masalah yang timbul
dalam penerapann dana BOS. Diantaranya adalah masih ada sekolah yang
tidak transparan dalam mengelola dana BOS, dalam penerimaan dan
pengeluaran. Hal ini dibuktikan masih ada sekolah yang menggunakan dana
BOS tidak sesuai dengan buku panduan yang dicanangkan pemerintah. Serta
ketidakpastian turunnya dana tersebut sehingga hal ini dapat menyulitkan
pihak sekolah dalam mengatur keuangan.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi
pendidikan mengelola dana BOS ini dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan pemerintah. Dan yang paling penting dapat membantu siswa
untuk dapat melanjutkan pendidikan di tingkat dasar.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis ingin menggali lebih dalam
lagi tentang pengelolaan dana BOS yang baik dan kaitannya dengan wajib
belajar Sembilan tahun di Indonesia. Maka masalah ini akan penulis kaji
dalam karya yang berjudul “STUDY PENGELOLAAN DANA BOS DALAM MENSUKSESKAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN DI MTs.
UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN”.
B. Indentifikasi Masalah
Keberhasilan program pendidikan tidak hanya pada program yang
disusun dengan cermat atau juga pada kepala sekolah dan guru yang
10
mempunyai kesanggupan dan keinginan yang berprestasi tetapi diperlukan
pula perhatian pemerintah yang baik untuk membantu dalam memsukseskan
program pendidikan yang bermutu dalam rangka percepatan penuntasan wajib
belajar Sembilan tahun yang bermutu. Pada bulan Juli 2005, pemerintah
Indonesia membentuk program bantuan pendidikan yang diperoleh dari
pengalihan sebagian dari subsidi BBM yang disebut BOS. Dan sejak tahun
2007 program BOS ini manjadi program rutin yang tidak terkait lagi dengan
pengurangan subsidi.
Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasi masalahnya
sebagai berikut :
1. Penggunaan dana BOS tidak sesuai dengan ketentuan yang
dicanangkan pemerintah melalui buku panduan BOS.
Berdasarkan latar belakang yang penulis teliti, dalam penggunaan dana
BOS ini penulis hanya membahas masalah penggunaan dana BOS yang masih
menjadi masalah di beberapa sekolah. dan penulis ingin mengetahui apakah di
sekolah yang penulis pilihpenggunaan dana tersebut sudah sesuai atau tidak.
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penulis membahas masalah-masalah yang akan
diteliti dalam skripsi ini perlu dibatasi agar arah dan sasarannya menjadi jelas
dan teratur.
Adapun masalah yang akan dibatasi pada skripsi ini adalah
1. Pengelolaan dana BOS yang dimaksud adalah mempersiapkan, membuat
perhitungan, mengawasi penggunaan anggaran, dan membuat laporan
pertanggungjawaban.
2. Ketentuan penggunaan dana BOS dalam buku panduan.
3. Pengelolaan dana BOS dalam implementasi penerapan MBS.
D. Perumusan Masalah
Dari penjelasan yang diuraikan pada latar belakang masalah dan
penggunaan dana BOS di MTs Unwaanunnajah sudah sesuai dengan buku
panduan BOS ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui apakah penggunaan dana BOS sudah sesuai dengan
pos-pos yang di tentukan pemerintah dalam buku panduan BOS.
2. Untuk mengetahui apakah pengelolaan dana BOS dapat membantu
terlaksananya wajib belajar Sembilan tahun di MTs. Unwaanunnajah
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :
1. Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dana khususnya
untuk guru-guru di MTs Unwaanunnajah dan umumnya untuk masyarakat
2. Untuk memperluas wawasan dalam bidang manajemen pembiayaan
pendidikan yang baik
3. Sebagai salah satu alat ukur keberhasilan pencapaian target program BOS
terhadap program-program pemerintah sebelumnya, terutama program
penuntasan wajib belajar Sembilan tahun.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR : yang menguraikan
tentang pengertian Pengelolaan, Pembiayaan Pendidikan, Bantuan
Operasional Sekolah, tujuan BOS, penggunaan dana BOS, pengertian dan
latar belakang Wajar Dikdas sembilan tahun,dana BOS dan MBS/M,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN : berisi tentang metode yang
digunakan sebagai referenda pengelolaan data, serta mengurai waktu dan
tempat penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN : bab ini berisikan tentang profil dan keadaan
lembaga pendidikan MTs Unwaanunnajah, gambaran umum penggunaan dana
BOS di sekolah tersebut, serta interprestasi data.
BAB V PENUTUP : berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dari penulisan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa
oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, istilah
inggris tersebut lalu diindonesiakan menjadi “manajemen” atau “menejemen”.
Dalam kamus umum Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan berarti
penyelenggaraan. Yaitu penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.11
Menurut Drs. Winarno Hamiseno, Pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan
sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya.12
Dari yang dikemukakan Drs. Winarno ini penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu
bersama-sama menghasilkan suatu hasil akhir, yang memberikan informasi bagi
penyempurnaan per-kegiatan. Dalam hal ini pengelolaan yang ingin penulis kaji
lebih dalam adalah pengelolaan pendanaan yang meliputi perencanaan,
pemasukan, penggunaan, sampai dengan pengawasan dan pertanggungjawaban.
11
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa. PT.Rajagrafindo Persada, ( Jakarta 1996) h.7
12
B. Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Hamper tidak ada upaya
pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan
bahwa tanpa biaya proses pendidikan tidak akan berjalan.
Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam
bentuk uang maupun barang dan tenaga. Dalam artian ini misalnya, iuran siswa,
buku sekolah dan guru juga adalah biaya.13
Berikut akan dijelaskan beberapa jenis biaya pendidikan
1. Jenis Biaya Pendidikan
Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam bagian
ini akan diuraikan jenis-jeis biaya pendidikan sesuai dengan PP Nomor 48
Tahun 2008 tersebut.
Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan
Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan/pengelolaan Pendidikan, serta Biaya
Pribadi Peserta Didik.
a. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan yang meliputi:
(1). Biaya Investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
(2). Biaya Operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya
nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa
13
telekomunikasi, pemeliharaan sarana prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dll.
(3). Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yangorang tua atau walinya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
(4). Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang berprestasi.
b. Biaya Penyelenggaraan/Pengelolaan Pendidikan adalah biaya
penyelenggaraan/Pengelolaan Pendidikan oleh pemerintah Provinsi,
pemerntah Kabupaten/Kota atau penyelenggara satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat.
c. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisamengikuti prosespembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Pada dasarnya dana BOS digunakan untuk penyediaan pendanaan
biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai
pelaksana program wajib belajar. Namun demikian ada beberapa jenis
pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai oleh
dana BOS.
C. Bantuan Operasional Sekolah
1. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dalam rangka percepatan wajib belajar Sembilan tahun, sejak
tahun 2001 sampai bulan juni 2005 pemerintah mengalihkan subsidi BBM
untuk program pendidikan melalui program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dalam bentuk Bantuan
Khusus Murid (BKM) untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB yang
tidak mampu. Pada bulan juli 2005 program tersebut dirubah menjadi
sudah menjadi program rutin yang tidak lagi terkait dengan pengurangan
subsidi bahan bakar minyak.14
Program ini dikomandani oleh Departemen Pendidikan Nasional
dan Departemen Agama, yang penyaluran, penggunaan, dan
pertanggungjawabannya dilaksanakan secara terpadu oleh para pihak yang
terkait dari Menteri hingga Kepala madrasah/sekolah pada sekolah-sekolah
yang berhak menerima BOS.
Program Bantuan Operasional (BOS) bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh pelayanan pendidikan
dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib
belajar Sembilan tahun.
Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah untuk
penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar. BOS adalah program pemerintah
yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar. Namun demikian ada beberapa jenis pembiayaan investasi
dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.15
Hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen
Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas) Bantuan Operasional Sekolah
secara konsep mancakup komponen untuk biaya operasional non personil.
Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional,
maka penggunakan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa
kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personal dan biaya investasi.
Pelaksanaan penyaluran dan pengelolaan dana BOS wajib
berpedoman pada buku Panduan Pelaksanaan BOS yang diterbitkan setiap
14
Kementerian Agama RI, Direktorat jenderal pendidikan islam; Buku Panduan Bantuan
Operasional Sekolah dalam rangka wajib belajar Sembilan tahun ’. Jakarta 2008. iii
15
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
tahun oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama
sebagai departemen teknis yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan
pengelolaan program ini.
Oleh karena keterbatasan dana BOS dari pemerintah pusat, maka
biaya untuk investasi sekolah dan kesejahteraan guru harus dibiayai dari
sumber lainnya, dengan prioritas utama dari sumber pemerintah daerah
dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.16
2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar
sembilan tahun yang bermutu. Dan secara khusus dana BOS bertujuan
untuk :
1) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin
di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik
di madrasah negeri maupun madrasah swasta.
2) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh MI negeri dan
MTs negeri.
3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah
swasta.17
Dengan demikian pemerintah berharap agar pihak sekolah dapat
mencapai tujuan BOS sesuai harapan.
3. Sasaran Program dan Besar Bantuan
Sasaran program BOS adalah semua MI dan MTs negeri maupun
swasta serta Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ula dan wustha sebagai
penyelenggara Wajib belajar pendidikan dasar di seluruh Provinsi di
16
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS Buku dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Tahun 2006 h.8
17
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
Indonesia. Khusus untuk lembaga PPS, santri yang manjadi sasaran BOS
berusia maksimal 25 tahun.
Semua sekolah negeri dan swasta harus memiliki ijin operasional
(piagam penyelenggaraan pendidikan). Sekolah yang bersedia menerima
BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan dan
bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang dalam buku petunjuk
pelaksanaan.
Sekolah kaya/mapan/yang mampu secara ekonomi yang saat ini
memiliki penerimaan lebih besar dari dana BOS, mempunyai hak untuk
menolak BOS tersebut, sehingga tidak wajib melaksanakan ketentuan
seperti sekolah penerima BOS. Keputusan atas penolakan BOS harus
melalui persetujuan dengan orang tua siswa dan komite sekolah. Bila di
sekolah yang mampu tersebut terdapat siswa miskin sekolah tetap
menjamin kelangsungan pendidikan siswa tersebut (misalnya melakukan
subsidi silang dengan dana dari siswa yang mampu).
Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh Madrasah/PPS dihitung
berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan :
MI/PPS Ula di Kota sebesar Rp. 400.000.- / siswa / tahun
MI/PPS Ula di Kabupaten sebesar Rp. 397.000,- / siswa /tahun
MTs/PPS Wustha di Kota sebesar Rp. 575.000,- /siswa /tahun
MTs/PPS Wustha di Kabupaten sebesar Rp. 570.000,- / siswa
/tahun18
Dalam skripsi ini, penulis hanya membahas dana BOS dalam kurun
waktu satu semester yaitu pada semester ganjil, terhitung dari bulan juli
sampai desember 2010. Maka jika dihitung sekolah menerima sebesar Rp.
285.000,- /siswa/semester.
18
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
4. Penggunaan Dana BOS
Penggunaan dana BOS harus didasarkan pada kesepakatan dan
keputusan bersama antara Kepala Madrasah, Dewan Guru dan Komite
Madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan
dalam RAPBM. Dalam buku panduan BOS, Dana BOS dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru
dan pendaftaran ulang siswa lama, yaitu biaya pendaftaran,
penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, serta kegiatan lain
yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut.
b. Pembelian buku teks pelajaran untuk dikoleksi di perpustakaan.
c. Pembelian buku referensi, pengayaan dan panduan guru untuk
dikoleksi di perpustakaan.
d. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran,
pengayaan pemantapan persiapan ujian, olah raga, kesenian, karya
ilmiah remaja, pramuka, palang merah, pembinaan keagamaan.
UKS dan sejenisnya (misalnya honor jam mengajar tambahan di
luar jam pelajaran, biaya transportasi akomodasi siswa/guru dalam
suatu kegiatan, pembelian alat-alat olah raga, kesenian) dan yang
lainnya.
e. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian madrasah, ujian
nasional, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya unuk fotocopy,
honor koreksi ujian dan honor guru dalam penyusunan rapot
siswa).
f. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur
tulis/tinta spidol, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku
induk siswa, langgana Koran/majalah pendidikan, makanan dan
minuman ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta
pengadaan suku cadang alat kantor.
g. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon dan
h. Pembiayaan perawatan madrasah
i. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan honorarium
tugas tambahan kepala madrasah, wali kelas dan tenaga
kependidikan lainnya.
j. Pengembangan profesi guru, seperti pelatian dan sejenisnya.
k. Pembiayaan pengelolaan BOS, seperti alat tulis kantor, surat
menyurat, insentif kepala madrasah/ bendahara dalam rangka
menyusun laporan BOS dan biaya transportasi pengambilan dana
BOS di Bank/ Pos.
l. Pembelian laptop desktop untuk kegiatan belajar siswa, maksimal 1
set untuk MI dan 2 untuk MTs, pembelian 1 unit printer,
kelengkapan komputer serta suku cadang komputer/printer.
m. Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pndanaannya dari
BOS dan masih terdapat sisa maka dapat digunakan untuk membeli
mesin ketik, seragam sekolah untuk siswa miskin,dan mebeler
madrasah. 19
5. Larangan Penggunaan Dana BOS
Seperti halnya penggunaan dana BOS yang telah diatur, maka dana
BOS ini tidak boleh digunakan untuk :
a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud di bungakan
b. Dipinjamkan kepada pihak lain
c. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan
memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour dan
sejenisnya
d. Memberi bonus dan transportasi rutin untuk guru
e. Membeli pakaian seragam bagi guru untuk kepentingan pribadi
f. Digunakan untuk rehabilitas sedang dan berat
19
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
g. Membangun gedung/ruangan baru, membeli peralatan/ bahan yang
tidak mendukung proses pembelajaran
h. Menanamkan saham
i. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber
dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya kelebihan jam
mengajar guru PNS20
6. Tata Tertib Pengelolaan Dana
Di dalam pengelolaan dana BOS ada beberapa tata tertib yang harus
dilaksaakan oleh pihak madrasah, Adapun tata tertib dalam pengelolaan
dana BOS adalah sebagai berikut :
A. Tim Manajemen BOS Madrasah
a. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa
dengan maksud untuk memperoleh bantuan yang lebih besar
b. Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggung jawab
dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola
oleh madrasah dan rencana penggunakan dana BOS di awal tahun
ajaran, serta membuat laporan pengeluaran bulanan dana BOS dan
barang-barang yang dibeli dari dana BOS oleh madrasah
c. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh
dana yang dikelola oleh madrasah, baik yang berasal dari dana
BOS maupun dari sumber lain
d. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada
peserta didik di madrasah yang bersangkutan21
B. Tugas dan Tanggung jawab Madrasah
Madrasah sebagai instansi pendidikan yang dipercaya
dalam pengelolaan dana BOS, bertanggung jawab untuk :
20
. Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun
yang Bermutu…. h 25 21
. Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun
1. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa
yang ada, bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang
semestinya, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana
tersebut ke kas Negara dengan memberitahukan kepada Tim
Manajemen Kabupaten/Kota.
2. Bersama-sama dengan komite madrasah mengidentifikasi siswa
yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran
3. Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan
4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh
dibiayai oleh dana BOS serta pengguna dana BOS di madrasah
menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman
madrasah
5. Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di
madrasah
6. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat
7. Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS
Kabupaten/Kota. 22
C. Ketentuan Yang Harus Diikuti Sekolah Penerima BOS
Sekolah yang telah menyatakan menerima BOS harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila disekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah
diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan/iuran seluruh
siswa miskin yang ada disekolah tersebut. Sisa dana BOS (bila
masih ada) digunakan untuk mensubsidi sisw lain. Dengan
demikian sekolah tersebut menyelenggarakan sekolah gratis
terbatas.
2. bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS
digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat
22
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
mengurangi sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orang tua
siswa minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.23
D. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
1. Wajib Belajar Sembilan Tahun
Kepedulian pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang lebih
berkualitas diawali dari adanya program pendidikan yang bermutu. Salah
satu kebijakan tersebut adalah adanya program pendidikan wajib belajar 9
tahun. Program wajib belajar 9 tahun ini dicanangkan pada tahun1994
yang merupakan kelanjutan dari program wajib belajar 6 tahun.24
Sebenarnya diundangkannya atau dicanangkannya gerakan wajib
belajar tahun ini oleh presiden bukan barang baru, sebab pada tahun 1950
sudah ada undang-undang tentang itu, yakni UU No.4 tahun 1950. Dalam
undang-undang itu, pasal 10 ayat 1 dan 2 menegaskan bahwa semua anak
yang telah berusia 6 tahun berhak dan yang sudah 8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah, sedikit-dikitnya selama enam tahun.25
Sejak tahun 1984, tepatnya pada masa Menteri Pendidikan
Nugroho Notosusanto pendidikan wajib belajar 9 tahun sudah ditetapkan.
Namun pada waktu itu pendidikan belum dapat dinikmati oleh seluruh
anak Indonesia. Sebab, akses ekonomi masyarakat Indonesia belum
mencukupi untuk bisa mengenyam pendidikan secara komplit. Padahal,
bagi bangsa Indonesia pendidikan sesungguhnya adalah komitmen antara
Pemerintah dan masyarakat, seperti yang tertuang dalam UUD 1945
bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan Wajib Belajar 9 tahun sejalan dengan semangat untuk
membebaskan bangsa Indonesia dari kungkungan kebodohan dan
kemiskinan, jalan satu-satunya adalah dengan pendidikan. Dalam
23
Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan
Operasional Sekolah dan BOS buku dalam rangka wajib belajar 9 tahun. tahun 2006 h.9
24
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/
h.1 25
undang no. 20 tahun 2003 pasal 5 menyatakan”(1) setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”, dan pada pasal 13 ” (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”. 26
Selanjutnya, Dalam semua Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional yang pernah berlaku di Indonesia tersebut, dinyatakan bahwa
pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat
penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Hal ini,
terutama jika dikaitkan dengan peran dan fungsi pendidikan nasional
dalam pelaksanaan pembangunan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kemudian, Program Wajib Belajar pada hakikatnya merupakan
upaya sistematis pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam keseluruhan
pem-bangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang muaranya adalah mendekatkan
pada pencapaian tujuan pembangunan nasional, yakni masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 27
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan
mampu mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi
Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan
26
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional hal 7 dan 27
27
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/
Dasar yang dimaksudkan, mengacu pada kompetensi yang termuat dalam
Pasal 13 UU No. 2 tahun1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan menengah).
Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan
dasar yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The
International Development Research Center, meliputi: (1) kemampuan
berkomunikasi; (2) kemampuan dasar berhitung; (3) pengetahuan dasar
tentang negara, budaya, dan sejarah; (4) pengetahuan dan keterampilan
dasar dalam bidang kesehatan, gizi, mengurus rumah tangga, dan
mem-perbaiki kondisi kerja; dan (5) kemampuan berpartisipasi secara aktif
dalam masyarakat sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat,
memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara, bersikap dan
berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan perpustakaan, buku-buku bacaan,
dan siaran radio. Program wajib belajar 9 tahun yang didasari konsep
“pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), juga sejalan
dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia, tentang Hak Anak, dan
tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak.28
Sisi pelaksanaan wajib belajar baik 6 tahun maupun 9 tahun secara
umum bertujuan untuk: 1) memberikan kesempatan setiap warga negara
tingkat minimal SD dan SMP atau yang sederajat, 2) setiap warga negara
dapat mengembangkan dirinya lebih lanjut yang akhirnya mampu memilih
dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, 3)
Setiap warga negara mampu berperan serta dalani kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dan 4) Memberikan jalan kepada
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.29
28I
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/…h.4
29
2. Peran Serta Madrasah dalam Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
Madarasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan
formal sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke-5-6
H, yaitu sejak dikenal adanya Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di
Baghdad oleh Nizam Al-mulk, seorang wazir dar Dinasti Saljuk. Di Timur
Tengah instusi madrasah berkembang untuk menyelenggarakan
pendidikan keislaman tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani
mereka yang masih haus ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan
belajar di masjid-masjid dan atau dar al-khuttab. Dengan demikian,
pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dari
dan alamiyah dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat
Islam sendiri.30
Di Indonesia keadaannya tidak demikian, madrasah merupakan
fenomena modern yang muncul pada awal abad ke-20. Berbeda dengan di
Timur Tengah di mana madrasah adalah lembaga pendidikan yang
memberikan pelajaran ilmu agama tingkat lanjut, sebutan madrasah di
Indonesia mengacu pada lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran
agama Islam tingkat rendah dan menengah. Perkembangannya
diperkirakan lebih merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang
berkembang dari luar lembaga pendidikan yang secara tradisional sudah
ada, terutama munculnya pendidikan modern Barat.
Di awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya madrasah
dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional. Dibentuknya
Departemen Agama (Depag) pada tahun 1946 telah ikut membuka akses
madrasah ke pentas nasional, karena memang salah satu tujuan dari
pembentukan Deprtemen Agama adalah untuk memperjuangkan politik
pendidikan islam.31
30
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, visi, misi dan aksi. PT. Raja Grafindo, h.11-12
31
Deprtemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan agama Islam. Sejarah
Departemen Agama telah banyak berbuat untuk memajukan
madrasah salah satunya adalah kebijakan Departemen Agama yang cukup
mendasar dan dampaknya cukup panjang yaitu dibuatnya Surat
Kesepakatan Bersama(SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama tentang
„Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah‟. SKB 3 Menteri itu
dirasakan cukup mendasar karena direalisasikannya kurikulum 1976 yang
merupakan pertaruhan bagi identitas madrasah sebagai lembaga
pendidikan islam.
Seperti halnya sekolah negeri, madrasah juga mempunyai 3
tingkatan, yaitu Ibtidaiyah lama belajarnya 6 tahun, Tsanawyah lama
belajarnya 3 tahun dan Aliyah lama balajarnya 3 tahun. Dalam ketentuan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas ini lebih banyak
mengatur tentang kedudukan, fungsi, jalur, jenjang, jenis dan bentuk
kelembagaan madrasah.
Madrasah merupakan jenis pendidikan umum. Madrasah Ibtidaiyah
dan Madrasah Tsanawiyah sebagai bentuk pendidikan dasar (sama dengan
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) (Pasal 17 Ayat [2]);
Madrasah Aliyah sebagai bentuk Pendidikan Menengah (sama dengan
Sekolah Menengah Atas) dan Madrasah Aliyah kejuruan sebagai bentuk
Pendidikan Menengah Kejuruan (sama dengan Sekolah Menengah
Kejuruan) (Pasal 17 Ayat [3]).32
Dengan demikian madrasah mempunyai peran dan tugas yang juga
sama dengan pendidikan umum. Keduanya sama-sama bertugas untuk
mencerdaskan bangsa dan bertujuan agar anak didik dapat menuntut ilmu
dengan baik serta mengikuti pendidikan dasar Sembilan tahun.
Dalam penyelenggaraa wajib belajar pendidikan dasar Sembilan
tahun, Departemen Agama melakukan tugas yang diembannya yaitu
menyelenggarakan pendidikan dasar di madrasah dan pondok pesantren,
32
kemudian ikut aktif dalam gerakan nasional percepatan penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar Sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara
melalui lembaga-lembaga pendidikan di madrasah, pondok pesantren dan
lembaga keagamaan atau tenaga keagamaan seperti majlis taklim sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional.33
3. Masalah-masalah dalam Penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan Tahun
Ternyata penyelenggaraan wajib belajar Sembilan tahun tidak
semudah yang dibayangkan, ada saja masalah yang di temukan.
Diantaranya adalah:
1. Belum semua anak usia wajib belajar 7-12 tahun dapat mengikuti
pendidikan di sekolah dasar karena faktor kemiskinan, geografis dan
komunitas terpencil.
2. Anak usia wajib belajar belum memliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak di pedesaan,
pemdalaman atau terpencil belajar dengan fasilitas yang serba
kekurangan, sebaliknya anak-anak di perkotaan fasilitas belajarnya
relativ sudah memadai. Keadaan ini menimbulkan ketidakadilan dalam
memperoleh pendidikan.
3. Kekurangan guru di daerah pedalaman atau terpencil masih manjadi
kendala bagi pelayanan proses belajar.
4. Kualitas guru dalam memberikan pendidikan masih bervariasi, ada
guru yang sudah memadai, ada pula yang harus dikembangkan lagi
kearah yang lebih professional.
5. Kemampuan guru untuk melakukan pembaharuan (inovasi) dalam
proses pembelajaran masih lemah.34
33
http://m-ali.net/?p=73 h.6 34
E. BOS dalam Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun
Persoalan wajib belajar berkaitan dengan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Dengan adanya BOS ini Angka Partisipasi Kasar (APK) akan
meningkat karena anak-anak dari kalangan miskin akan mendapatkan
pelayanan pendidikan gratis. Namun meskipun ada dana BOS dan daya
28ublic28 sekolah yang memadai, ada saja sejumlah anak usia sekolah yang
tidak masuk sekolah karena mereka memerlukan biaya yang menunjang
proses pembelajaran yang tidak disediakan dari dana BOS seperti biaya
transportasi.
Dalam rangka penuntasan Wajib Belajar Sembilan tahun yang bermutu,
banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan, program-program
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan
akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta tata kelola,
akuntabilitas dan pencitraan 28ublic. Melalui program BOS yang terkait
dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, maka
setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan ha-hal berikut:
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk mempercepat penuntasan Wajar
dikdas 9 Tahun.
2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak
mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh madrasah/PPS.
3. Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan
pendidikannya ke tingkat MTs/setara. Tidak boleh ada tamatan MI/setara
tidak dapat melanjutkan ke MTs/setara.
4. Kepala Madrasah/Penanggung Jawab PPS mencari dan mangajak siswa
MI yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk
ditampung di MTs/PPS Wustha. Demikian juga bila teridentifikasi anak
putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke
bangku sekolah.
5. Kepala Madrasah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
6. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua, atau walinya memberikan
sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah/PPS, tetapi hal
itu harus diputuskan bersama dengan Komie Madrasah dan atau orang
tua/wali murid.35
F. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam program BOS dana diterima langsung oleh Madrasah secara
utuh dan dikelola secara mandiri oleh Madrasah dengan melibatkan dewan
guru dan komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat
mendukung implementasi penerapan Manajemen Bebasis Sekolah (MBS)
yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan Madrasah melalui
pemberian kewenangan (otonomi), pemberian fleksibelitas yang lebih besar
untuk mengelola sumber daya Madrasah, dan mendorong partisipasi warga
madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Madrasah.36
Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih
mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Madrasah mengelola dana secara professional, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan
pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan
manajemen madrasah.
Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik juga bertanggung
jawab atas biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/ uang
jajan, buku tulis dan alat-alat tulis.
35
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu,
Tahun 2010. Hal.8-9
36
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu,
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), dalam hal ini, penulis memakai kata Madrasah sebagai
pengganti kata Sekolah pada kalimat Manajemen Berbasis Sekolah (menjadi
Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). Kauangan dan pembiayaan
merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang
efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa
lagi dalam implementasi MBM, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di
sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan
yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak
disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola
sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam
rangka MBM yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari
dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan
masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan
pada masalah keterbatasan dana.37
Dana pendidikan merupakan isu yang paling 30dministrativ dalam
ekonomi pendidikan karena terdapat ketidaksepakatan tidak hanya pada
apakah pemerintah sebagai satu-satunya yang berperan dalam pendidikan,
tetapi juga mengenai seharusnya pemerintah hanya memainkan sebagian
peranan dalam penyelenggaraan pendidikan. Menguji lebih mendalam
37
Dr. E. Mulyasa, M. Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan
berbagai alasan mengapa pemerintah harus berperan aktif dalam pendidikan
sebagaimana disarankan oleh para ahli ekonomi dan ahli-ahli lainnya.
Alasan-alasan tersebut menyangkut proteksi Negara pada kelompok minoritas, efek
eksternalitas, upaya pendidikan merealisasikan perannya dalam kehidupan
masyarakat, persamaan kesempatan, pencarian dan penemuan nilai-nilai
umum, serta efek pendidikan pda pertumbuhan ekonomi.
Fungsi dana dalam MBM pada dasarnya untuk menunjang penyediaan
sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan,
media belajar, operasi pengajaran, pelayanan 31dministrative dan sebagainya.
G. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah, manajemen pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.38
Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara langsung menunjang evektifitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Keuangan dan pembiayaan sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah, yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat. Investasi tersebut harus dikelola secara efektif dan efesien dan diarahkan langsung terhadap pencapaian tujuan. Hal ini merupakan kegiatan manajemen keuangan yang mengatur penerimaan,
38Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen
pengalokasian, dan pertanggungjawaban keuangan untuk menunjang pelaksanaan program pengajaran.39
Oleh karena itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan manajemen yang baik untuk mencapai tujuan pendidkan di sekolah sebagai salah satu investasi yang sangat berharga. Dan juga akan menentukan baik tidaknya pendidikan di sekolah tersebut.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya.40
Sekolah/madrasah merupakan system yang terdiri atas serangkaian
komponen yang saling terkait, dan membutuhkan masukan dari lingkungan
untuk melakukan proses transportasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan
akan masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan
lingkungannya. Masukan terhadap system sekolah terhadap mencakup
perangkat lunak, keras dan manusia yang selaras dengan perkembangan
lingkungan. Hal tersebut memberikan konsekwensi terhadap proses
transformasi dalam system sesuai dengan tuntutan lingkungan terhadap
keluaran.
Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan bahwa
manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup tiga
39
E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung. H.171
40
kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pertanggungjawaban.
Dan di dalam perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah
sedikitnya mencakup du