• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

G. Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah, manajemen pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.38

Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara langsung menunjang evektifitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Keuangan dan pembiayaan sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah, yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat. Investasi tersebut harus dikelola secara efektif dan efesien dan diarahkan langsung terhadap pencapaian tujuan. Hal ini merupakan kegiatan manajemen keuangan yang mengatur penerimaan,

38Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen Berbasis Madrasah” tahun 2003. H.115

pengalokasian, dan pertanggungjawaban keuangan untuk menunjang pelaksanaan program pengajaran.39

Oleh karena itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan manajemen yang baik untuk mencapai tujuan pendidkan di sekolah sebagai salah satu investasi yang sangat berharga. Dan juga akan menentukan baik tidaknya pendidikan di sekolah tersebut.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya.40

Sekolah/madrasah merupakan system yang terdiri atas serangkaian komponen yang saling terkait, dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk melakukan proses transportasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan akan masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak dapat

dipungkiri dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan

lingkungannya. Masukan terhadap system sekolah terhadap mencakup perangkat lunak, keras dan manusia yang selaras dengan perkembangan lingkungan. Hal tersebut memberikan konsekwensi terhadap proses transformasi dalam system sesuai dengan tuntutan lingkungan terhadap keluaran.

Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup tiga

39

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung. H.171

40

DR. Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya: Bandung 2006. Hal. 23

kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban.

Dan di dalam perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran dan pengembangan rencana anggaran belanja madrasah (RAPBM).

1. Penyusunan anggaran

Salah satu cara berfikir, berkaitan dengan pengelolaan dana di sekolah adalah kreatif dan dinamis selaras dengan kebutuhan

perkembangan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan. 41

Proses penyusunan anggaran di sekolah, sangat sederhana dan kepala sekolah dapat melaporkan secara sederhana pula. Format yang digunakan untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM) meliputi (1) sumber pendapatan; (2) pengeluaran untuk kegiatan belajar-mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, pengembangan sumber belajar dan alat pelajaran, serta honorarium dan kesejahteraan.

Dalam kaitannya dengan proses penyusunan anggaran ini, Lipham (1985) mengungkapkan empat fase kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Merencanakan anggaran; yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan,

menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur,menganalisis alternative pencapaian tujuan dan membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai sasaran.

b. Mempersiapkan anggaran; yaitu menyesuaikan kegiatan dengan

mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakuan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia.

c. Mengelola pelaksanaan anggaran; yaitu mempersiapkan

pembukuan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.

41

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung. h.172

d. Menilai pelaksanaan anggaran; yaitu menilai pelaksanaan proses belajar-mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan

datang. 42

Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran. Banyak factor yang mempengaruhi proses penyusunan anggaran pendidikan di sekolah/madrasah, seperti perkembangan peserta didik, inflasi, pengembangan program, dan pebaikan serta peningkatan pendekatan belajar-mengajar.

2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM)

Proses pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedu sebagai berikut:

a. Pada tingkat kelompok kerja : kelompok kerja yang dibentuk madrasah, yang terdiri dari para pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi

kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, selanjutnya

diklarifikasian, dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah : kerjasama antara komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RSPBM.

c. Sosialisasi dan legalitas : setelah RAPBM dibicarakan dengan komite madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada tahap inikelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan usulan RAPBM

42

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung h.174

kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan

dan pengsahan. 43

Dan dalam Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua

kegiatan, yakni penerimaan dan pengeluaran serta

pertanggungjawaban.

a. Penerimaan

Penerimaan pembiayaan pendidikan madrasah dari

sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur

pengelolaan yang selaras dengan ketepatan yang disepakati, baik berupa konsep teoretis maupun peraturan pemerintah. Secara konseptual banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan, namun secara peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah ada beberapa karakteristik yang identik.

Berdasarkan buku pedoman rencana, program dan

penganggaran, sumber dana pendidikan yang dapat

dikembangkan dalam anggaran belanja madrasah antara lain meliputi anggaran rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan (DPP); dana masyarakat; donator; dan lain-lain yang dianggap syah oleh semua pihak. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat (pasal 33 No.2 Tahun 1989). Di samping itu, dapat pula digali sumber-sumber yang mungkin dari pihak masyarakat dalam bentuk kerjasama saling menguntungkan

(mutualisma).44

43

Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

Berbasis Madrasah” tahun 2003. h 118

44Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

Prosedur pembukuan penerimaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah di lingkungan Departemen Agama, nampaknya menganut pola paduan antara pengaturan pemerintah pusat dan madrasah. Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang intinya pihak madrasah tdak boleh menyimpang dari petunjuk pengunaan atau pengeluarannya, dan madrasah hanya sebagai pelaksana penguna dalam tingkat mikro kelembagaan.

Dengan demikian, pola manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijakan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasais madrasah, maka madrasah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen pembiayaan untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan madrasah.

b. Pengeluaran

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pembiyaan pendidikan di madrasah.

Pengeluaran madrasah berhubungan dengan

pemmbayaran keuangan madrasah untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses madrasah, seperti pendidik, tenaga kependidikan, bahan-bahan, perlengkapan, dan fasilitas. Ongkos menggambarkan seluruh sumber yang digunakan

dalam proses madrasah, apakah digambarkan dalam anggaran biaya madrasah atau tidak. Ongkos dari sumber madrasah termasuk nilai setiap input yang digunakan, sekalipun

madrasah menyumbangkan atau tidak terlihat ssecara akurat.45

Dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis

madrasah, pengeluaran keuangan (uang yang harus

dipertanggungjawabkan) atau UYHD harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya.

Dalam manajemen pembiayaan pendidikan madrasah penyusunan anggarana belanja madrasah dilaksanakan oleh kepala madrasah dibantu para wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan madrasah, serta komite madrasah di bawah pengawasan pemerintah.

c. Evaluasi dan Pertanggungjawaban

Evaluasi dan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dicapai harus dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggungjawaban dana pendidikan tingkat madrasah, dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal

madrasah. 46

45 Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

Berbasis Madrasah”…h. 121

46

Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

1. Evaluasi ; dalam evaluasi pembiayaan pendidikan, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah. Pengawasan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah harus dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang yang dibutuhkan oleh bendahara. Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang oleh petugas yang ditunjuk. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditandatangani sebagai berita acara.

Kepala madrsah sebagai atasan langsung

bertanggungjawab penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak berwenang melalui pemeriksaan yang dilaksanakan oleh instansi vertical, seperti petugas dari Departemen Agama, dan Bawasda. Pengawasan tersebut relative dilhat dari tugas rutinitas atas dasar kewenangan pengawasan pembiayaan yang masuk dan diserap di madrasah.

2. Pertanggungjawaban; pertanggungjawaban penerimaan dan

penggunaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada: (a) Kepala Kanwil Departemen Agama, (b) Kepala Badan administrasi Keuangan Daerah, (c) Kantor

Departemen Agama Setempat. Pertanggungjawaban

dilaporkan setiap bulan kepada pihak yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketetapan watu. Khusus untuk keuangan komite madrasah, bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat pengurus dan tidak secara langsung kepada orang tua peserta didik.

3. Keterlibatan Pengawas pihak eksternal madrasah ; sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya, pengawasan keuangan pihak eksternal madrasah dilaksanakan oleh petugas dari Bawasda, dan Departemen Agama, baik dana yang bersumber dari pemerintah maupun dana dari masyarakat (orang tua peserta didik). Pengawasan manajemen pembiayaan pendidikan yang dilakukan oleh Deparrtemen Agaa dan Bawasda tersebut dilakukan secara rutin satu tahun sekali melalui pemeriksaan pembukuan

keuangan madrasah. 47

47Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait