• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KISAH PADA MATA PELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE KISAH PADA MATA PELAJAR"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE KISAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM di MTs ALKHAIRAAT

BITUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Oleh :

ABDUL WAHID

NIM : 11.2.3.120

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan termasuk hal yang dibutuhkan manusia sepanjang hayat.

Setiap individu membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia

berada. Pendidikan sangat urgen artinya, sebab tanpa adanya pendidikan maka

umat manusia sekarang tidak akan berbeda dengan generasi manusia terdahulu,

bahkan mungkin juga malah lebih minim, lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu,

dapat dipahami bahwa eksistensi peradaban masyarakat dalam suatu bangsa

sangat ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat tersebut.

Dewasa ini, pendidikan sangat diperlukan baik bagi anak-anak maupun

bagi orang dewasa. Sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya pendidikan

dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara

senantiasa berusaha meningkatkan mutu pendidikan, di samping bidang yang lain

dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan kompetitif.

Menuntut ilmu dalam agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap

laki-laki dan perempuan, karena pendidikan berusaha membentuk pribadi yang

berkualitas. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran strategis dalam

membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam

segi kognitif, afektif, psikomotorik tetapi juga aspek spiritual. Hal ini

(3)

untuk mengembangkan diri berdasarkan bakat dan potensinya.Melalui pendidikan,

memungkinkan anak menjadi pribadi shalih, pribadi berkualitas secara skill, kognitif, dan spiritual.1

Suatu hal menarik bahwa teknologi semakin meningkat, tetapi

kenyataannya pendidikan masih saja terlena dengan pola pendidikan tradisional,

disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang konsep dasar

pendidikan.2

Menurut Like Wilardjo, bahwa keberhasilan negara Cina pada IPTEK

adalah karena kecanggihan dalam investasi di dunia pendidikan di mana mereka

mengirim para siswa terbaiknya untuk belajar di luar negeri kemudian kembali ke

negaranya untuk mengembangkan pendidikan.3

Pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada pada keberadaan guru

yang bermutu. Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya

sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Pendidikan merupakan bahan kajian

yang selalu menimbulkan pertanyaan dan ketertarikan yang terus-menerus, ada

yang menjadi perdebatan dan ada pula menjadi sasaran penelitian di dalam

pengembangan pendidikan itu sendiri. Tidak heran kalau khususnya di Indonesia

pendidikan menjadi topik yang sangat sering dibahas baik dari segi perencanaan,

1 Sri Mahmudah, Jurnal Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI, ( Semarang, 2011), h. 1.

2 Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan,( Cet. 1; Bandung : Alfabeta, 2013), h. iii.

3

(4)

model, media, metode, dan masih banyak yang lainnya. Dalam hal ini sangat jelas

bahwa banyak pemerhati pendidikan yang salah satunya juga adalah pendidik

dapat memahami salah satu komponen peningkatan kualitas suatu bangsa adalah

pendidik.

Pendidik sangat berperan penting dalam perubahan kualitas pendidikan

mulai dari perancangan, pengelolaan, pelaksanaan, dan evaluasi.4Berbicara

mengenai guru, sesungguhnya mereka diharapkan menjadi masyarakat yang

memiliki pengetahuan luas dan pemahaman yang mendalam. Disamping

penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman metode dan model

pembelajaran, karena tidak ada satu metode atau model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang beragam. Apabila konsep

pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain

pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi pekerjaan yang menantang. Penulis

dalam hal ini akan lebih melihat dari sudut pandang metodologi pembelajaran

yang dimana menurut penulis adalah hal yang terpenting dalam menyampaikan

informasi kepada pendidik.

Menurut Hamdani bahwa proses belajar mengajar merupakan proses

interaksi edukatif antara pendidik yang menciptakan suasana belajar dan peserta

didik yang memberi respon terhadap usaha pendidik tersebut.5

(5)

Menurut banyak penelitian, bahwa masih sedikit pendidik yang berupaya

mencari metode pembelajaran secara meyakinkan, yang dapat menarik dan

memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh guru.

Akibatnya, proses pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya mencapai

tujuan. Dan sebagian besar guru masih menggunakan komunikasi searah/guru

sebagai pusat pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran itu seharusnya

sebagai teknik pendidik untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada

peserta didik agar dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh peserta didik

dengan baik.6

Metode pembelajaran sangat diperlukan seorang pendidik dalam upaya

mengefektivitaskan pembelajaran supaya peserta didik tidak monoton dalam

menerima pembelajaran dan juga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di

sekolah tersebut. Berbagai macam metode diusahakan oleh pendidik agar peserta

didik tidak jenuh dalam materi yang diberikan apalagi materi yang membahas

tentang sejarah misalanya pelajaran sejarah kebudayaan islam. Al-quran dan

hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti

kisah para malaikat, para nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan

sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai paedagogis religius yang

memungkinkan peserta didik mampu meresapinya. Cerita atau kisah adalah salah

5 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,( Bandung : Pustaka Setia,2011),h. 81

(6)

satu sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri.7 Kisah yang

dibawakan pendidik harus menarik, dan mengundang perhatian peserta didik dan

tidak lepas dari tujuan pembelajaran.

Mata pelajaran SKI adalah termasuk mata pelajaran yang sangat

memungkinkan diterapkan metode kisah seperti kisah tokoh-tokoh yang

berpengaruh dalam kemajuan Islam, sejarah Dinasti Umayyah, Abassiyah,

Fathimiyah, Ayubiyah, sejarah Islam masuk ke Nusantara dan penulis tertarik

pada kisah dakwah Rasulullah periode Mekkah dan Madinah untuk menjadi bahan

penelitian.

Beberapa macam teknik kisah yang dapat dipergunakan antara lain :

Pendidik dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari

buku gambar, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu kisah, atau

berkisah dengan menggunakan jari tangan. Sehingga dari variasi metode kisah

tersebut penulis tertarik untuk meneliti terhadap metode kisah pada pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-khairaat Bitung yang diharapkan proses

pembelajaran lebih variatif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Setelah itu

penulis memulai dengan observasi awal sebagai acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya agar dapat menjadi pertimbangan apakah kasus ini dapat

diangkat dan dijadikan penelitian sehingga dapat membantu memberikan referensi

tambahan di dunia pendidikan sekarang ini

7

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemahaman dari latar belakang masalah di atas yang

mendasari pentingnya penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “Bagaimanakah Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI Di

MTs Alkhairaat Bitung”?

Rumusan masalah yang diangkat dapat memberikan berbagai ruang

lingkup pembahasan dalam cakupan yang luas, sehingga penulis membatasi pada

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs

Alkhairaat Bitung ?

2. Apa saja kendala pendidik terhadap penerapan metode kisah dalam

pengembangan kreativitas siswa pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat

Bitung?

3. Bagaimana pengembangan kreativitas siswa melalui penerapan metode kisah

pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung?

C. Pengertian Judul

Skripsi yang akan diteliti oleh penulis diberi judul : Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI Di MTs Alkhairaat Bitung. Beberapa istilah atau kata-kata yang membentuk judul tersebut di anggap perlu untuk dipaparkan

pengertiannya masing-masing yang kemudian dijelaskan secara keseluruhan

sehingga dapat dipahami bersama. Berikut ini pengertian beberapa istilah atau

(8)

1. Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal, mempraktekkan.8 Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun

kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

2. Metode adalah cara sedangkan dalam pemakaian yang umum dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu.9Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan

hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas metode atau

metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak

didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno

Surachmad, mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara

pelaksanaan dari pada murid-murid di sekolah.Pasaribu dan simanjutak,

mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk

mencapai tujuan.10 Sehingga diambil kesimpulan bahwa metode adalah

prosedur atau cara yang diambil untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian

ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yaitu teknik

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia , ( Jogjakarta : GITA MEDIA PRESS, 2006), h. 752.

9

M. Sobry Sutikno, Metode dan Model-Model Pembelajaran (Cet. 1 ; Mataram : Holistica Lombok, 2014) , h. 33.

10

(9)

yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan

dalam melaksanakan prosedur.

3. Kisah adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa, kejadian, dan sebagainya, atau juga karangan yang menuturkan

perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang lain, lakon yang diwujudkan

dalam gambaran hidup ( sandiwara, wayang, dan sebagainya), omong kosong,

dongeng yang tidak dijamin kebenarannya.11

Dalam skripsi ini peneliti bermaksud untuk melihat sejauhmana proses

Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas maka adapun tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs

Alkhairaat Bitung.

2. Mengetahui Apa saja kendala dan solusi pendidik terhadap penerapan metode

kisah pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber data dan informasi

yang diperlukan dalam penelitian lainnya. Menjadi suatu bukti pengabdian yang

11

(10)

dipersembahkan penulis dalam memenuhi salah satu persyaratan dalam

penyelesaian studi Mahaasiswa program studi Tarbiyah pada Institut Agama Islam

(IAIN) Manado.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi semua pihak

yang berkompeten dalam bidang pendidikan, Memaksimalkan kemampuan

peserta didik dalam hal kecerdasan, perilaku, dan keterampilan. Dan diharapkan

juga bisa direalisasikan di kehidupan sehari-hari khususnya untuk pendidik dalam

memilih metode pembelajaran yang tepat.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Metode Kisah

Sekarang ini sudah tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat

dibutuhkan di setiap Negara khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan dapat

membentuk manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Bapak

pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, pada tahun 1920-an telah

mengumandangkan bahwa inti pendidikan adalah “memanusiakan manusia”. Oleh

karena itu seharusnya dengan pendidikan dapat membantu peserta didik menjadi

kepribadian yang merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota

masyarakat yang berguna. Kenyataannya penilaian terhadap tingkat keberhasilan

pendidikan tergantung pula pada pendidik itu sendiri. Pendidik yang kurang tepat

dalam pemilihan metode pembelajaran dapat berpengaruh pada keberhasilan

pemahaman peserta didik, sehingga sangat disadari perlunya kepekaan pendidik

dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi

peserta didik. Di Mts Alkhairaat khususnya Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam penulis tertarik dengan metode pembelajaran Alkisah yang diterapkan oleh

pendidik. Banyak metode yang perlu diketahui oleh pendidik salah satunya adalah

metode Alkisah dimana melalui metode ini pendidik dapat melihat efektivitas

metode tersebut dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Metode Kisah sangat diperlukan dalam hal pengembangan pembelajaran

(12)

dulunya terkesan hanya berhubungan dengan metode ceramah saja, yang

menimbulkan kejenuhan pada peserta didik.Metode kisah merupakan metode

yang sering digunakan oleh khususnya masyarakat di Indonesia. Metode kisah

atau cerita sangat digemari oleh anak-anak ketika mereka tidur maka sebelum itu

terasa tidak pas kalau tidak diceritakan sebuah dongeng oleh orang tua kepada

anak-anaknya. Namun, mungkin ketika kita melihat penerapannya dalam

pendidikan formal banyak di kalangan pendidik yang belum terlalu berminat

dengan metode tersebut karena banyak yang berpendapat bahwa metode tersebut

lebih pas digunakan di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman

Kanak-Kanak) sedangkan di SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA

(Sekolah Menengah Umum) itu kurang pas untuk diterapkan. Sebelum kita

membahasnya lebih jauh maka penulis akan mencoba memberikan pemahaman

tentang pengertian metode kisah itu sendiri.

1. Pengertian Metode

Metode dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan ﻂرﻴق bentuk jamaknya

ﻂر ﻕ yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan,12yaitu tujuan pendidikan anak dalam Islam. Sedangkan istilah metode

dengan pengertian jalan atau cara dalam Al-Qur‟an disebutkan sebagaimana

firman Allah swt dalam Surat Al-Maidah ayat 35:

ا َي ا يﻴ ا يﻴ ا ﻴا ا َ َا آ ي َا ُ

و

Terjemahnya:

(13)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah ; 35)13

Dengan kata lain metode dapat diartikan sebagai jalan atau cara yang

digunakan untuk menyampaikan dan menjelaskan materi pendidikan kepada anak

didik, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau untuk

mengembangkan sikap-sikap dan keterampilannya agar mampu mandiri dan

bertanggung jawab sesuai dengan norma, yang penulis maksud ialah norma atau

ajaran Islam.

Ketika kita melihat peninjauan dari kaidah ushul dijelaskan bahwa :

Terjemahnya :

Perintah melakukan suatu perkara (termasuk didalamnya adalah pendidikan ) maka juga diperintahkan untuk mencari medium/metodenya, dan medium tersebut hukumnya sama terhadap apa yang dituju.14

Kaidah ushul tersebut dijelaskan bahwa dalam proses pendidikan Islam

membutuhkan metode yang tepat, sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam metode pendidikan Islam sangat diperlukan dan dipahami bahwa

seorang pendidik harus dapat memahami hakikat metode dan relevansi dengan

tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya pribadi muslim yang beriman yang

senantiasa siap dalam pengabdian terhadap Allah SWT. Adapun pendidik juga

13Depag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Surat Al-Maidah Ayat 35, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur‟an, 1987, h. 165

(14)

diperlukan dalam pemahaman metode-metode instruksional yang aktual

sebagaimana yang sudah tertera dalam Al-Qur‟an yang disebut dengan pemberian

hadiah (tsawab) dan hukuman („iqab).

Selain daripada itu, seorang pendidik pun harus bisa memberikan

dorongan kepada peserta didik menggunakan akal pikiran dalam menelaah dan

mempelajari gejala kehidupan dan alam disekitarnya. Memotivasi peserta didik

untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan pengaktualisasi keimanan dan

ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik juga dalam hal ini harus

mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam adalah

kebenaran yang hakiki, serta dapat membimbing mereka tentang amaliah yang

benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.15

Istilah metode mengajar terbagi atas dua kata yaitu, metode dan mengajar.

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Sehingga dapat diartikan bahwa metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mancapai sebuah tujuan.

Sedangkan mengajar secara istilah dapat diartikan dengan menyajikan atau

menyampaikan. Sehingga dapt diambil kesimpulan bahwa metode mengajar

adalah sebuah cara yang harus dilalui untuk menyampaikan bahan pengajaran

agar mencapai tujuan pengajaran.16Adapun beberapa ahli pernah menjelaskan

tentang metode pembelajaran sebagai berikut :

15 Ibid, h.230

(15)

a. Abd. Rahman Ghunaimah menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah

cara praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan bahwa metode pembelajaran

adalah jalan yang diikuti oleh kita dalam memberikan pemahaman berbagai

macam materi pembelajaran kepada peserta didik.

c. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi menjelaskan bahwa metode

pembelajaran adalah teknik dalam penyampaian bahan ajar kepada peserta

didik dengan tujuan agar dapat mudah, efektif, dan dicerna dengan baik

dalam memahami pelajaran.17

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memilih dan

memilah metode pembelajaran yang tepat adalah sebagai berikut :

a. Capaian tujuan

Pendidik harus mengerti dan memahami dengan jelas tujuan pendidikan,

karena itu yang akan nmenjadi sasaran utama dan pengaruh tindakan-tindakan

dalam menjalankan fungsi pendidik.

b. Peserta didik

Peserta didik yang nanti akan menerima dan mempelajari materi juga

harus memperhatikan pemilihan metode mengajar, karena metode mengajar

itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecekatan tertentu.

c. Bahan ajar

Pada dasarnya metode pembelajaran adalah wadah dalam menyampaikan

bahan ajar dalam mencapai tujuan materi yang sesuai dengan tingkat

17

(16)

kematangan peserta didik dan kemampuan dalam menerima materi pelajaran

tersebut.

d. Fasilitas

Fasilitas disini yang dimaksud adalah alat peraga, ruang, waktu,

kesempatan, tempat dan alat-alatpraktikum, buku-buku, perpustakaan dan

sebagainya.

e. Pendidik

Setiap pendidik harus menguasai metode yang akan digunakan karena

berhubungan dengan profesionalitas pendidik dalam menyampaikan materi.

f. Situasi

Situasi dapat mempengaruhi metode yang akan disampaikan, keadaan

suasana, keadaan pendidik, keadaan kelas, dan sebagainya.

g. Partisipasi

Apabila pendidik menginginkan peserta didik aktif secara merata maka

pendidik harus pintar dalam memilih metode misalnya menggunakan metode

diskusi kelompok dan sebagainya.

h. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tertentu

Setiap metode pasti mempunyai kelamahan dan kelabihan masing-masing,

maka dalam hal ini pendidik harus pintar-pintar memilih dan mengkombinasi

metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.18

18

(17)

2. Pengertian Kisah

Kisah/Qishah berasal dari kata al-qasshu yang berarti mencari ataupun

mengikuti jejak. Kata al-qashash ditinjau dari segi bahasa berasal dari bentuk

mashdar yaitu al-qishah yang berarti berita atau keadaan.19 Terdapat dalam surat

Al-Kahfi, ayat 64 :

صصق مار ث ٰ يع َ ار ۚ غ ن َ ك آ كا ٰذ ل ق

Terjemahnya :

Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi, ; 64)20

Dan dalam surat Al-Qashash, ayat 11:

ل ق

و ا يع ا ص ۖ ﻴِصق

Terjemahnya :

Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. (QS. Al-Qashas; 11)21

Qashash juga berarti berita yang berurutan, sebagaimana firman Allah

surat Al-Imran, ayat 62 :

ﻴ ا ي ي ا ا َ َو ۚ َ َ ٰا يآ آ ۚ ُ ا ص ا ا ٰا َو

Terjemahnya :

Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .( QS. Al- Imran ; 62)22

19Manna‟Khalil Qathan, Mabahits fi „ulumil Qur‟an

, Cet. III, tanpa tahun, h. 305-310.

20

Depag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Surat Al-Maidah Ayat 35, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur‟an, 1987, h.564.

21

(18)

Dan dalam surat Yusuf, ayat 111 :

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf ; 111)23

Kata kisah atau cerita dapat juga berarti tuturan yang membentangkan

bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya) dan karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang,

kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya

rekaan belaka).24 Dalam bahasa arab, kata kisah atau cerita adalah

bentuk

jamaknya adalah

ص

, yang berarti kisah atau cerita.25

Dengan demikian metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode pendidikan yang

22

Depag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 165.

(19)

mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.

B. Macam-Macam Kisah dalam Al-Qur’an

Sepanjang sejarah peradaban Islam, terbentuknya suatu generasi yang

unggul adalaha dimasa sahabat Rasul. Sebagai produk yang asli system

pendidikan Islam yang dilakukan oleh Rasulullah dibawah Bimmbingan wahyu

Allah SWT secara langsung.

Adapun materi dan metode Nabi dalam mendidik sahabatnya adalah

materi dan metode yang diambil langsung dari kitab suci Al-Qur‟an yang mana

esensinya tidak akan pernah berubah sepanjang hayat.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh Rasulullah ini yakni metode Qur‟ani

yaitu cara ataupun tindakan dalam ruang lingkup peristiwa pendidikan yang

terkandung dalam Al-Qur‟an dan sunnah.26

Metode Qissah (kisah) banyak sekali ditemukan dalam Al-Qur‟an, yang hal tersebut sebagai salah satu cara (metode) untuk mendidik umat manusia. Didalamnya memuat perihal umat pada masa lalu beserta nabi mereka dan

peristiwa yang terjadi pada masa itu.27

Dalam Al-Qur‟an dijelaskan berbagai macam kisah antara lain :

26 Syahidin, Menelusuri metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 45

27

(20)

a. Kisah Nabi,yaitu berisi kisah dakwah para nabi, mukjizat, akhlak, dakwah,

serta akibat-akibat orang yang mendustai ajaran-ajaran paara Nabi.

b. Kisah Al-Qur‟an yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan figur

-figur orang yang dapat diambil hikmah.

c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa Rasulullah

SAW.

C. F aedah-F aedah Kisah

Dalam metode kisah terdapat beberapa faedah yakni :

a. Penjelasan mengenai dasar-dasar berdakwah dan dasar-dasar syariat bagi nabi

sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 25 :

و ع ن َ ٰا َن ﻴا ن َ ل َر يآ كي ق يآ ي ر آ

Terjemahnya :

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya‟ ; 25).28

b. Untuk meneguhkan hati dan mengokohkan kepercayaan orang mukmin akan

pertolongan Allah terhadap orang yang mukmin dan kehancuran bagi umat

yang melanggar. Hal ini terdapat dalam Q.S. Hud ayat 120 :

ع آ ُ ا ٰا ۚ ا ا ِ ثن آ ُ ا ن يآ كﻴيع ُ َن ك

يﻴ آ ميا ٰى كذ

Terjemahnya :

Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah

28

(21)

datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud ; 120 )29

c. Membenarkan Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan dan mengabdikan

jejak dan peninggalan-peninggalannya.

d. Membenarkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwah dan tentang orang

terdahulu disepanjang masa dan generasi.

e. Memperlihatkan kebohongan ahli kitab atas petunjuk yang disembunyikan

serta menantang mereka dengan keterangan dalam kitab mereka sebelum

terjadi penyimpangan, seperti dalam Q.S Al-Imran ayat 93 :

لَي ا و ق يآ س ن ٰ يع ﻴئ َ آ َ ﻴئ ِا و ك َطا ُ ك

diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar". (QS. Al-Imran ; 93 )30

f. Qashash atau cerita merupakan bentuk sastra yang menarik untuk didengar

dan mudah diserap ke dalam jiwa dan menjadi pembelajaran yang berharga

sebagaimana dalam Q.S. Yusuf ayat 111.31

Adapun hikmah-hikmah kisah dalam Al-Qur‟an adalah :

29

Depag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 434.

30

Depag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 112

31

(22)

a. Tingginya unsur balaghah dalam Al-Qur‟an.

b. Menunjukkan kehebatan Al-Qur‟an, hal ini terbukti dengan tak satupun para

pakar sastrawan Arab yang mampu menandingi kehebatannya.

c. Betapa besarnya perhatian dalam kisah-kisah terdahulu sehingga dilestarikan

dalam Al-Qur‟an.

D. Pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI

Sejarah ditinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa arab syajarah yang Terjemahnya adalah pohon. Dalam bahasa yang lainnya peristiwa sejarah

disebutkan dengan histore (Perancis),geschicte(Jerman). Sejarah menurut istilah disebut sebagai sesuatu yang terkumpul atau tersusun dari serangkaian peristiwa

dimasa lampau. Sejarah inilah yang kemudian memberikan pembelajaran terhadap

pemahaman objektif dan subjektif tentang masa lampau.32

Kebudayaan adalah sebuah manifestasi dari akal dan rasa manusia. Hal ini

dapat menjelaskan bahwa kebudayaan tercipta atas dasar dari manusia itu sendiri.

Kebudayaan Islam , dapat diartikan bahwa sebuah kebudayaan yang disaring dan

tidak melenceng dari ajaran Islam.

Menurut bahasa, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu budh

yaitu akal. Kemudian dari kata budh itu sendiri mengalami perubahan menjadi kata budhi yang kemudian jamaknya adalah budaya. Jika dilaihat dari segi bahasa Arab maka kebudayaan itu disebut dengan Ats-Tsaqafah. Jika dirunut dalam

32

(23)

bahasa inggris maka kebudayaan disebut culture. Dalam bahasa Belanda disebut dengan cultuur, dalam bahasa latin disebut cultura.33

Dalam bukunya Hamkah yang berjudul Pandangan Hidup Muslim

menjelaskan kata kebudayaan tersebut terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya.

Budi yang berarti cahaya atau sinar yang kemudaian terdapat dalam bentuk

manusia dan daya pikir yang kemudian berkaitan dengan upaya, yakni usaha

keaktifan manusia melaksanakan dengan anggota tubuh yang deigerakkan oleh

budinya.34

Al-Kroeber dan C. Kluckhon dalam bukunya berjudul Culture, A Critical Review of Concepts and Definitions telah menghimpun sebanyak 160 definisi kebudayaan itu sendiri. Dari sekian banyak pendapat tersebut, sehingga diambil

sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan adalah sebuah manifestasi dari kerja jiwa

manusia dalam artian yang luas.35

Islam adalah adalah agama yang ajaran-ajarannya berupa wahyu dari

Tuhan kepada umat manusia yang kemudian melalui Muhammad sebagai

Rasul.36Datangnya dari Allah, ada yang melalui perantaraan malaikat Jibril,

adapun juga secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga

menjelaskan dalam Al qur‟an bahwa islam itu sendiri adalah al-„amilush shalihat

33 Munawir, Jurnal PGMI Madrasatuna , volume 04, nomor 01, September 2012, h. 6

34 Ibid.

35 Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Amzah 2006), h. 16

(24)

yang maksudnya adalah iman dan amal. Abdul Qodir Audah menjelaskan definisi

Islam bahwa :

1) al-Islam „aqidah wa nizham (Islam adalah kepercayaan dan sistemsyariah) 2) al-Islam dinum wa daulah (Islam adalah Agama dan Negara)

Berdasarkan beberapa definisi diatas sehingga penulis dapat menyimpulkan

bahwa Islam berarti seorang mukmin yang saleh ataupun seorang mukmin yang

sungguh-sungguh mengamalkan syariat Islam. Kebudayaan islam berarti sebuah

manifestasi dari al-„amilush shalihat yakni seorang muslim atau golongan kaum muslimin.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sebuah mata pelajaran yang lebih

cenderung menelaah pada asal-usul, perkembangan, peranan

kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasiterhadapsejarah

Islam dimasa lalu, mulai dari sejarah masyarakat Arab sebelum Islam, sejarah

lahirnya dan kerasulan nabi Muhammad saw. Sampai pada masa

khulafaurrasyidin. Secara substansi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam tataran motivasi kepada peserta

didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati Sejarah Kebudayaan Islam,

yang mengandungnila-nilai kearifan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,

watak, dan perubahan kepribadian peserta didik.37

E. Efektifitas Metode Kisah Dalam Mata Pelajaran SKI

Setelah diuraikan definisi operasional metode kisah dan pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) disini kemudian akan dijelaskan tentang

37

(25)

efektifitas metode kisah pada mata pelajaran SKI. Sebagaimana yang telah kita

ketahui bersama bahwa tercapainya tujuan pembelajaran bergantung pada

berbagai komponen yang saling berkaitan salah satunya adalah metode

pembelajaran. Pembelajaran SKI diperlukan upaya dari pendidik agar peserta

didik merasa tertarik dan mudah dipahami maka pendidik harus terampildalam

mengolah metode pembelajaran kisah seefektif dan efisien mungkin. Metode ini

dapat dilaksanakan dengan mengkombinasikan sejarah Islam dengan cerita atau

kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Penyampaiannya juga harus

mudah dipahami, juga disesuaikan dengan karakteristik dan materi yang

disampaikan. Agar lebih menarik pendidik juga dapat menggunakan media

pembelajaran seperti audio visual seperti CD, film, dan media pembelajaran

lainnya, sehingga peserta didikpun dapat dengan antusias mengikuti pembelajaran

yang sedang berlangsung dan langsung meresap ke dalam pikiran dan hati.

Metode kisah sangat efektif dalam penbelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam ini karena didalamnya sangat berkaitan dan cocok dengan perkembangan

sejarah Islam.

Adapun beberapa indikator yang menjadikan metode kisah efektif dalam

pembelajaran SKI adalah sebagai berikut :

1. Selama proses pembelajaran peserta didik lebih antusias dan tidak mudah

merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Peserta didik lebih mudah memahami materi yang sedang diberikan.

3. Dapat merubah pola pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.

(26)

5. Dapat melahirkan muslim yang beriman, bertakwa, berakhlakul karimah, dan

cerdas,

Apabila indikator-indikator tersebut telah terwujud dengan baik dalam

proses pembelajaran SKI, maka dapat dikatakan bahwa metode kisah tersebut

sudah efektif dan bisa menjadi variasi metode yang dapat dipergunakan dalam

pendidikan agama Islam khususnya SKI sehingga materi tersebut yang pada

umumnya kurang diminati menjadi pembelajaran yang lebih menarik dan

menyenangkan. Hal ini tentunya bergantung pula pada kejelian pendidik dalam

mengkombinasi metode kisah ini dengan komponen-komponen pendidikan yang

lain, maka pendidik harus bisa menguasai dalam hal penggunaan metode, media,

dan sumber-sumber pembelajaran lainnya yang dapat mendukung terlaksananya

pembelajaran yang efektif.

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode kisah adalah sebagai

berikut :

1. Choosing a story, yaitu pemilihan cerita yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan.

2. Size of story group, yaitu pengorganisasian kelompok cerita, semakin sedikit anggota kelompok maka semakin efektif proses pembelajarannya.

(27)

4. Transition to story time, yaitu perubahan dalam cerita yang kemudian memberikan rangsangan terhadap aktivitas peserta didik dalam

mendengarkan cerita dengan perilaku dan kekacauan.38

Adapun menurut Agus F. Tangyong, dkk, berpendapat bahwa :

1. Peserta didik harusnya dibiasakan mendengarkan cerita dari pendidik.

2. Penduduk harus sering meminta peserta didik untuk menceritakan

kejadian-kejadian penting yang dialami.

3. Pendidik bercerita atau berkisah melalui gambar kemudian diceritakan lagi

oleh peserta didik sesuai dengan pemikirannya.39

Sheilla Ellison dan Barbara Ann Barnett mengungkapkan bahwa :

“Kids love hearing what their parents were like at their age. Let your child

tell you a story about their life now, their friends, toys, games, events, and

hobbies”.

“Anak-anak sering mendengar cerita tentang apa yang disukai orang tua mereka waktu kecil. Bukankah anak muda mengungkapkan suatu cerita tentang kehidupan mereka sekarang, teman, mainan mereka, kegiatan dan kebiasan-kebiasaan yang mereka suka”.40

Menurut Quthb bahwa pendidik dapat memberikan cerita-cerita yang

sederhana dan mamapu dipahami oleh peserta didik. Hal ini dapat menunjukkan

38Verna Hildebrand, h. 187, dalam Tomi Purwadi, Skripsi Efektivitas Metode Kisah Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII di SMP ALMUBARAk Pondok Aren Tangerang Selatan,(Jakarta : UIN SYARIF HIDYATULLAH PRESS 2014), h. 18.

39 Agus F. Tangyong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : PT GRAMEDIA, 1990), h. 119

(28)

daya tarik dan menyentuh perasaan juga mempengaruhi jiwa yang tentunya sesuai

dengan perkembangan anak.

Contoh menyampaikan cerita

Metode : cerita

Teknik : buku bacaan (teks)

Langkah pelaksanaan :

1. Pendidik mempersiapkan alat peraga.

2. Pendidik mengatur organisasi kelas.

3. Memberikan stimulus agar peserta didik mau mendengarkan.

4. Pendidik berkisah.

5. Pemberian tugas.41

Menurut Mahmud Yunus langkah-langkah metode kisah adalah sebagai

berikut:

1. Dimulai dengan pendahuluan.

2. Memulai menceritakan dengan bahasa yang teranga (jelas) lagi mudah dipahami dan menarik hati peserta didik.

3. Setelah kisah selesai kem udian pendidik dan peserta didik mengambil

kesimpulan serta mengajak peserta didik meneladani kisah tersebut.

4. Dalam kisah nabi pendidik harus dapat membandingkan orang mukmin yang

kemudian mendapatkan kebahagiaan dan orang kafir yang kemudian

(29)

mendapatkan kesengsaraan. Kemudian mengajak peserta didik untuk

mengamalkan apa-apa yang diajarkan Rasul.

5. Kemudian guru mulai menanyakan pertanyaan mulai dari awal kisah sampai

pada akhir kisah.

6. Setelah itu npendidik menyuruh peserta didik untuk menceritakan kembali

satu per satu.

7. Pada akhir pendidik memberikan pertanyaan tentang penyebab terjadinya

kejadian dalam kisah tersebut dan akibatnya.42

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada skripsi ini peneliti memprioritaskan pada metodologi penelitian

kualitatif yang esensinya adalah sebagai berikut :

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang diprioritaskan kepada

kualitas (Quality) fenomena atau gejala sosial yang kemudian menjadi suatu pengembangan konsep teori. Berg mengatakan bahwa : "Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning, concept, definition, characteristics, methapors,

simbols, and descriptons of things”.43

Maksudnya adalah penelitian kualitatif

lebih terfokus pada sesuatu yang bersifat deskriptif seperti pada proses suatu

langkah kerja, pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu

barang, gambar-gambar, simbol-simbol dan lain sebagainya.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan penelitian berada di lingkungan Madrasah Tsanawiyah

Alkhairaat Bitung. adapun peneliti merasa pentingnya mengambil sumber-sumber

data yang dirujuk, maka peneliti mengambil waktu penelititan selama tiga bulan,

dimulai dari observasi tempat-tempat yang akan dijadikan pilihan lokasi

penelitian. Kemudian berdasarkan dari hasil observasi ditentukan MTs Alkhairaat

Bitung sebagai lokasi Penelitian. Kemudian secara tertulis atau resmi, mengajukan

(31)

surat permohonan izin penelitian pada tanggal 25 Mei 2015. Sehingga

keseluruhan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti baik sebelum adanya

permohonan secara tertulis di sekolah tersebut sampai dengan selesai

melaksanakan penelitian terhitung mulai dari tanggal 26 mei sampai dengan

tanggal 31 Juli 2015.

Pemilihan tempat penelitian difokuskan di MTs Alkhairaat Bitung

dikarenakan sekolah tersebut adalah termasuk sekolah yang menerapkan

pendidikan yang mengacu pada dasar-dasar agama, dan termasuk sekolah yang

menurut peneliti adalah sekolah piloting atau sekolah yang menjadi patokan

pelaksanaan pendidikan Islam di kota Bitung.

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif konsep populasi dan sampel disebut sebagai

subjek penelitian atau unit analisis. Subjek penelitian memiliki kedudukan yang

penting dalam penelitian karena semua data ataupun masalah-masalah diambil

dari subjek penelitian. Konsep dari subjek penelitian ini adalah berhubungan

dengan apa atau siapa yang diteliti.44

Subjek yang dipaparkan peneliti disini adalah keseluruhan peserta didik

kelas VIII A sampai VIII E yang ada di MTs Alkhairaat Bitung karena menurut

Robert B. Burns populasi dapat berupa organisme, orang ataupun sekumpulan

orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang

(32)

semuanya memiliki ciri yang harus didefinisikan secara spesifik.45 Setelah itu

dapat dikatakan bahwa populasi merupakan objek atau subjek penelitian.

Dalam menetapkan sampel dari populasi, maka diperlukan metode sampel

penelitian yang dipaparkan oleh Djam‟an Satori bahwa sampel dalam penelitian

adalah bagian kecil dari suatu populasi yang diambil sesuai dengan prosedur

tertentu sehingga dapat mewakili populasi.46

Selanjutnya dalam menetapkan peserta didik yang dijadikan sampel, maka

peneliti menentukan menggunakan metode purposive sampling yaitu menentukan langsung peserta didik yang terdapat dikelas VIII A sampai VIII E. Pertimbangan

ini diambil karena berdasarkan fakta bahwa peserta didik di kelas terpilh

merupakan rombongan belajar yang sudah mengalami proses pembelajaran di

kelas VII dan akan menghadapi jenjang kelas IX sehingga dapat diyakini telah

siap dalam mengikuti semua tahapan yang diperlukan dalam prosedur penelitian

ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data terhadap obyek penelitian, maka peneliti

menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Metode ini digunakan peneliti dimaksudkan karena untuk mengetahui

secara langsung fakta-fakta yang berhubungan dengan aspek studi yang

45

Robert B. Burns, Introduction to Research Methods (French Forest NSW: Longman, 2000), h. 83.

46Djam‟an

(33)

dikembangkan peneliti. Observasi sangat bermanfaat terhadap pemecahan

masalah penelitian atau sesuai dengan tujuan penelitian skripsi. M.Q. Patton

mengatakan adapun manfaat observasi adalah sebagai berikut : 47

1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi atau memperoleh pandangan yang menyeluruh.

2) Memungkinkan peneliti melakukan pendekatan induktif yang akan membuka

kemungkinan melakukan penemuan.

3) Peneliti dapat mengamati hal-hal yang kurang atau hal-hal yang tidak dapat

diamati orang lain atau orang yang berada dalam lingkungan tersebut.

4) Peneliti dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat terungkap oleh responden

dalam wawancara.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar pandangan responden sehingga

mendapatkan gambaran secara lebih komprehensif.

6) Peneliti dapat mengumpulkan data yang lebih banyak, lebih terinci dan lebih

cermat.

b. Wawancara

Wawancara adalah merupakan teknik pengumpulan data secara langsung

dari sumbernya yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung

kepada yang diwawancarai oleh interviewer. Hal ini dimaksudkan sebagai berikut: 1) Mengkonstruksi tentang seseorang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,

tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.

(34)

2) Memverifikasi, merubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari

orang lain.

3) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan

peneliti.48

c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang juga sangat

berperan dalam penelitian kualitatif. Dokumen juga dikatakan adalah sesuatu yang

tertulis atau dicetak yang dapat digunakan sebagai bukti.

Adanya teknik ini peneliti dapat memperoleh informasi dari berbagai

macam sumber tertulis yang menjadi pelengkap teknik observasi dan wawancara.

E. Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul kemudian diproses oleh peneliti dengan

melakukan analisis data. Namun, peneliti juga melakukan analisis data pada saat

melakukan pengumpulan data yang bertujuan untuk memeriksa kembali data yang

telah ada dan untuk perencanaan pengumpulan data selanjutnya guna

mendapatkan hasil yang akurat.

Adapun menurut Moleong menganalisis data setelah data terkumpul

adalah sebagai berikut : 49

48Y. S. Licoln & E. G. Guba, Naturalistic Inquiry dalamDjam‟an Satori, Aan Jomariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. III ; Bandung : CV. ALFABETA, 2011), h. 132.

(35)

1. Reduksi data, yaitu dengan membuat abstraksi yang merupakan rangkuman

dari hasil penelitian yang ada.

2. Menyusun dalam satuan-satuan, yaitu mengidentifikasi data penelitian yang

kemudian disusun menjadi satuan-satuan yang sesuai dengan fokus penelitian.

3. Kategorisasikan, artinya adalah dengan mengelompokkan data-data tertentu.

4. Pemerikasaan keabsahan, dimaksudkan untuk mengecek keabsahan data dari

hasil penelitian dengan teori-teori yang digunakan.

5. Penafsiran dan kesimpulan, peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data

yang kemudian dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan.

F. Pengecekkan Keabsahan data

Hal ini dilakukan peneliti dengan empat cara yaitu :

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas adalah agar dapat menjadi tolak ukur peneliti terhadap

pengamatan dan yang ada dalam kenyataan sesuai dengan yang ada di lapangan.

a. Triangulasi, peneliti melakukan pengecekkan terhadap kebenaran data

tertentu dengan cara triangulasi data.

b. Bahan referensi, peneliti menggunakan referensi berupa dokumen, foto, dan

lain sebagainya yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

c. Mengkonfirmasi data terhadap yang telah diwawancarai agar dicek kembali

untuk lebih terjamin keabsahannya.

d. Pengamatan, peneliti mengadakan pengamatan agar lebih paham terhadap

(36)

2. Transferabilitas

Peneliti pada tahap ini berupaya dalam melakukan laporan penelitian

secermat mungkin dalam rangka agar pembaca dapat memahami isi laporan

tersebut.

3. Dependabilitas

Peneliti kembali menelusuri sejauhmana kualitas proses penelitian apakah

sesuai dengan proses penelitian atau tidak.

4. Konfirmabilitas

Peneliti dalam hal ini untuk melihat hubungan konfirmabilitas antara

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Girian adalah salah satu lembaga

pendidikan milik Yayasan Pendidikan Islam Alkhairaat. MTs Al-Khairaat Girian

berdiri atas inisiatif tokoh masyarakat dan tokoh agama di wilayah Girian weru

pada tanggal 16 Juni 1990. Dengan demikian MTs Al-Khairaat Girian telah

beroperasi sebagai Lembaga Pendidikan setingkat SMP kurang lebih 19 Tahun (

telah meluluskan 15 tahun pelajaran ). Kehadiran MTs Al-Khairaat Girian sebagai

satu – satunya Madrasah di Kecamatan Girian mempermudah masyarakat yang

berada diwilayah kecamatan Girian, kecamatan Ranowuluh, kecamatan Madidir,

dan kecamatan Matuari dalam menyekolahkan anaknya di Madrasah. Terbukti

dengan jumlah siswa yang cukup banyak mendaftar walaupun secara geografis

MTs Al-Khairaat diapit oleh SMP Negeri I Bitung dan SMP Al-Khairaat Bitung

yang masing-masing hanya berjarak kurang lebih 300 – 500 m.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi,

dan studi dokumenter serta hasil analisis data yang telah dilakukan dapatlah

dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dapat diungkap lewat paparan data

(38)

Dalam pembelajaran salah satu pendukung keberhasilan seorang pendidik

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah kemampuannya itu sendiri

dalam penguasaan dan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi, karakter dan kondisi peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan

haruslah sesuai dengan keterampilan seorang pendidik dalam penyampaian materi

pelajaran, penguasaan kelas, serta menarik perhatian peserta didik.

Analisis dan intepretasi dari data hasil penelitian selama dua bulan di MTs

Alkhairaat Bitung, dan dari data yang terkumpulkan, kemudian data tersebut

dilakukan pengelolaan data yaitu mulai dari pemeriksaan, pengeditan, dan analisis

yang kemudian hasil pengelolaan data tersebut diintepretasikan dan

dideskripsikan dalam sebuah penelitian.

C. Pembahasan hasil Penelitian

1. Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

di MTs Alkhairaat Bitung

Pada kegiatan belajar mengajar, salah satu yang mendukung keberhasilan

pendidik adalah kemampuan dalam penguasaan dan penerapan metode

pembelajaran yang disesuaikan dengan materi, karakter dan kondisi peserta didik.

Metode pembelajaran yang digunakan haruslah menyesuaikan dengan

keterampilan pendidik dalam menyampaikan materi, menguasai kelas, dan

menarik perhatian peserta didik. Semakin terampil pendidik dalam pengajaran

maka metode yang diterapkan akan tepat sasaran dan menjadi efektif. Penerapan

metode Kisah juga membutuhkan kreativitas pendidik, hal itu harus didukung

(39)

walaupun adakalanya tidak selalu menggunakan media namun media-media yang

digunakan serta strategi yang digunakan oleh pendidik agar penerapan metode

dapat berjalan dengan baik.

Penyampaian materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam selama ini

kebanyakan masih menggunakan metode ceramah, yang mana metode tersebut

kurang menarik perhatian dan semangat peserta didik, bahkan membuat peserta

didik lebih cepat bosan dan tidak dapat memahami materi yang disampaikan

secara maksimal karena penyampaiannya hanya teoritis saja. Maka perlu adanya

variasi dalam penggunaan metode dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, salah satunya yaitu dengan penerapan metode Kisah, hal ini diharapkan

dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik sehingga nantinya dapat

menghasilkan produk yang berkualitas.

Metode Kisah ini menghubungkan antara teori dengan ibrah atau gambaran kehidupan pada masa lampau untuk dijadikan titik acuan atau bekal dalam

mengarungi kehidupan yang selanjutnya, sehingga kualitas hidup manusia akan

semakin baik dari waktu ke waktu. Metode kisah yang diamati oleh peneliti dalam

pelaksanaan penelitian pada hasil pengamatan pertama, penulis pada pengamatan

pertama masih belum menunjukan hasil karena ada saat itu masih penyampaian

materi. Baru kemudian pada pengamatan kedua dan seterusnya pendidik

menggunakan metode kisah pada materi-materi khusus yang tepat. Pada

pengamatan I, II, dan III metode kisah masih dikuasai oleh pendidik, dalam artian

peserta didik masih enggan bertanya dan menjawab, ketika beberapa kali pendidik

(40)

peserta didik saja. Hal itu berbeda dengan pengamatan setelah itu yang dilakukan

penulis pada peserta didik sudah banyak yang ikut berpartisipasi mengikuti jalur

kisah cerita yang disampaikan oleh pendidik. Dalam penggunaan metode kisah

oleh pendidik tersebut, ada dua aspek yang penulis anggap penting untuk diangkat

dalam penulisan skripsi ini. Kedua aspek tersebut yaitu aspek pendidik dan aspek

peserta didik. Asek-aspek tersebut penulis anggap penting karena dalam

melakukan penelitian ini yang penulis temukan dilapangan adalah kedua aspek

tersebut.

Aspek Pendidik

Aspek pendidik berarti melihat dari sisi penggunaan metode kisah dari

pendidik yang menggunakan metode ini sebagai salah satu metodenya dalam

pengajaran. Ketika metode ini dilihat dari aspek pendidik, terutama metode kisah

yang berlangsung di MTs Alkhairaat Bitung yaitu mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dalam hal ini Jufrin Naki, S.PdI, sebagai pendidik mata

pelajarannya. maka data yang penulis tampilkan sebagaimana berikut:

a. Kemampuan pendidik dalam pembawaan sebuah kisah. Kemampuan ini

adalah yang dimiliki oleh pendidik dalam rangka menghidupkan kelas

sehingga peserta didik mempunyai semangat untuk memerhatikan dan juga

semangat dalam belajar. Hal ini tersebut terlihat dari:

b. Menceritakan kisah-kisah kontekstual.

Kemampuan pendidik dalam menceritakan stimulus kisah kaitannya dengan

memberikan kisah-kisah kontekstual yang kemudian ditunjukan dengan

(41)

c. Membangkitkan minat belajar peserta didik.

Dalam membangkitkan minat peserta didik untuk mendengarkan cerita yang

dibawakan seorang pendidik pada umumnya menunjuk salah satu dari peserta

didik untuk menjawab atau mengemukakan dari kisah yang telah dibawakan oleh

pendidik.

d. Memberikan rangsangan imajinasi.

Peserta didik akan spontan termotivasi ketika mendengarkan sebuah kisah

yang disampaikan melalui pendidik. Dan ketika itu maka terpacu pikiran dan nalar

peserta didik akan hikmah dari materi ajar yang pendidik sampaikan.

e. Kemampuan pendidik dalam mengaktifkan peserta didik dan mengelola

kelas.

Kemampuan ini ditunjukan oleh pendidik dengan banyak cara sesuai

dengan kreatifnya. Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar kelas tidak monoton

dan membosankan. Kemampuan-kemampuan tersebutdiantaranya adalah:

1) Memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang tidak aktif

mendengarkan agar mereka dapat mengemukakan sedikit dari kisah

yang disampaikan walaupun tidak banyak dalam penyampaiannya

nanti.

2) Tidak membiarkan peserta didik yang tidak memerhatikan pendidik

yang sedang bercerita. Apabila terdapat peserta didik terputus dari

memperhatikan pendidik yang sedang bercerita, maka peserta didik

(42)

3) Kemampuan pendidik dalam menyimpulkan hasil kisah. Setelah

kisah usai, materi yang telah dibahas disimpulkan oleh pendidik

berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan kepada peserta didik

setelah usai bercerita.

Aspek Peserta Didik

Peserta didik juga penting diperlukan untuk menemukan apakah metode

kisah ini dapat berjalan dengan baik sehingga dapat ditentukan bahwa metode ini

dapat diandalkan dan terbilang efektif. Aspek peserta didik yang diperhatikan oleh

penulis dalam penelitian ini antara lain adalah:

a. Keinginan peserta didik untuk mendengarkan dan mengamati sebuah kisah

yang disampaikan Sejarah Kebudayaan Islam. Hal itu ditunjukan

banyaknya peserta didik yang mengamati dan memerhatikan pendidik saat

bercerita. Meskipun di tengah waktu itu berlangsung masih ada yang

terlepas dari cerita yang disampaikan peserta didik.

b. Keberanian untuk bertanya usai cerita ketika ada bahasa atau cerita yang

tidak dipahami. Meskipun demikian ada juga peserta didik yang mungkin

kurang paham karena keadaan demikian sering terjadi karena jam

pelajaran yang letaknya di jam terakhir atau jam sebelum istirahat

sehingga peserta didik hanya memikirkan pulang atau istirahat saja,

karena sebagus apapun kisah yang diangkat pendidik tidak akan

menciptakan keefektifan bercerita apabila tidak adanya peran juga respon

(43)

Adapun keaktifan peserta didik dalam kelas saat metode kisah berlangsung

menurut penulis dapat diketahui melalui beberapa hal berikut ini, yaitu:

a. Mendengarkan Meskipun adakalanya harus diperintah terlebih dahulu

oleh pendidik agar tidak bercanda atau semacamnya, namun menurut

penulis hal itu sudah merupakan salah satu bentuk keikutsertaan peserta

didik atau keaktifan mereka dalam berlangsungnya metode tersebut.

b. Bertanya ketika telah usai bercerita. Ketika cerita berlangsung biasanya

ada bahasa atau jalur cerita yang muncul ketika peserta didik untuk

memahami akan isi dari cerita yang dibawakan peserta didik.

c. Meringkas kisah. Peserta didik siap menceritakan secara ringkas ketika

Sejarah Kebudayaan Islam memerintahkan untuk meringkas cerita yang

telah didengarkannya. Karena pemahaman peserta didik terhadap materi

kisah diperlukan untuk sejauh manakah pemahaman mereka terhadap

materi, yang baru saja disampaikan kepada mereka sesuai dengan yang

diharapkan.

Kemudian untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik

terhadap cerita yang disampaikan oleh pendidik melalui metode kisah. Dan hal ini

bertujuan agar dapat diketahui seberapa jauh antusiasme peserta didik dalam

menerima pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan keberhasilan pendidik dalam

penerapan metode tersebut. Maka adapun hasil dari penelitian tersebut dapat

diketahui berdasarkan kutipan hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak

Jufrin selaku pendidik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

(44)

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam karena dengan metode tersebut mereka dapat mengambil tauladan dan hikmah dari kisah-kisah yang saya sampaikan dan lebih berkesan di hati mereka sehingga hal itu akan tercermin dari tingkah laku atau akhlak mereka sehari-hari.”50

Penerapan metode kisah ini diakui oleh pendidik Sejarah Kebudayaan

Islam bukan merupakan sebuah pelaksanaan yang hanya dalam pemenuhan

tuntutan secara normatif belaka, namun metode ini dilakukan untuk menambah

wawasan terhadap metode pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik di

jenjang Sekolah Menengah Pertama, yang mana mereka mulai lebih berfikir logis

dan sistematis sehingga metode yang digunakanpun juga harus disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan dan sesuai karakter peserta didik.

Tujuan dari penerapan metode Kisah dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yaitu agar peserta didik dapat lebih gampang memahami

pelajaran tersebut dan menjadi lebih semangat serta bisa aktif selama proses

pembelajaran, sehingga mereka mampu menguasai materi Sejarah Kebudayaan

Islam sekaligus bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun

tujuan penerapan metode Kisah di antaranya adalah untuk meningkatkan

pemahaman tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam, baik teori maupun

penerapannya. Karena dalam metode tersebut pendidik dapat menghubungkan

antara materi yang ada dalam buku ajar dengan kisah-kisah dan tauladan yang

patut dicontoh untuk dijadikan acuan dalam kehidupan mereka. Sesuai hasil

wawancara dengan Bapak Jufrin, selaku pendidik mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam:

50

(45)

"Selama ini peserta didik kurang memahami tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam yang saya sampaikan, karena mungkin kurang adanya variasi dalam metode dan masih cenderung monoton, namun setelah saya berusaha melakukan penerapan metode Kisah peserta didik terlihat lebih antusias, lebih mudah faham, dan terlihat dari perubahan tingkah laku mereka menjadi lebih baik, di samping itu saya juga dapat menambah variasi metode yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini."51

Keefektifan penerapan metode Kisah harus didukung oleh

keterampilan Pendidik dalam pengelolaan kelas, penggunaan sarana dan

media pembelajaran, Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Jufrin Naki,

selaku Pendidik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, :

"Dalam penerapan metode Kisah, selain menggunakan buku panduan dan mushaf, saya juga menggunakan media lain seperti gambar dan media audio visual, hal ini diharapkan agar para siswa dapat ikut aktif dalam menganalisis kisah-kisah yang saya sampaikan dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya. Jadi, menurut analisis saya metode Kisah ini sangat efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, atau bisa juga diterapkan pada materi pelajaran lain yang memiliki relevansi dengan metode tersebut." 52

Pendidik sebagai mediator dalam kegiatan belajar mengajar memiliki

peran yang sangat penting dalam menghadapi permasalahan yang bisa terjadi

selama proses pembelajaran dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar

untuk keberhasilan peserta didik. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Jufrin

Naki, selaku Pendidik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, :

"Di samping faktor-faktor pendukung seperti yang telah saya sebutkan, dalam penerapan metode ini juga terdapat beberapa faktor penghambat, di antaranya adalah waktu yang sangat terbatas, jadi Pendidik harus mengatur

51

Hasil wawancara dengan Jufrin Naki selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam.

52

(46)

strategi agar dalam waktu yang terbatas tersebut dapat menyampaikan materi secara maksimal, sehingga metode yang digunakan dapat terlaksana secara efektif dan efisien."53

Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, guru harus terlebih dahulu

mempersiapkan perencanaan pengajaran agar materi yang akan disampaikan

kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan

terstruktur dengan baik.

Perencanaan pengajaran dirancang untuk memudahkan dalam proses

pembelajaran. Selain langkah-langkah yang sistematis, sarana dan metode,

keadaan siswa juga menunjang efektifitas pembelajaran.

Keefektifan metode Kisah dapat dilihat dari proses penerapan yang

dilakukan, hasil belajar juga dapat dijadikan tolak ukur efektifitas metode

tersebut. Hal ini dapat diketahui setelah guru mengadakan evaluasi terhadap siswa

baik secara lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan oleh siswa selama

proses pembelajaran di sekolah.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Jufrin Naki, selaku guru

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam :

"Metode Kisah sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, hal ini terlihat dari hasil pembelajarannya, yaitu para siswa dapat lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan dan nilai ulangan yang semakin meningkat dibandingkan sebelum menggunakan metode Kisah, hasil yang sangat terlihat adalah dari tingkah laku mereka sehari-hari yang semakin baik, khususnya di sekolah baik terhadap guru, teman sebaya atau adik kelasnya serta orang-orang yang ada di sekitarnya."54

53

wawancara dengan Jufrin Naki selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam.

54

(47)

Para siswa juga memberikan beberapa tanggapan dan komentar mengenai

penerapan metode Kisah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, berikut

kutipan hasil wawancara kami dengan beberapa siswa kelas VIII:

"Menurut saya metode Kisah ini sangat efektif karena kita menjadi lebih mudah dalam memahami maksud dari pelajaran tersebut, di samping itu dengan kisah-kisah yang disampaikan dapat kita jadikan sebagai tauladan dan kita juga tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam." (Riski Umar, VIII.A)

"Menurut saya metode Kisah ini lebih bisa membuat para siswa mengerti tentang materi yang disampaikan karena disertai dengan contoh kisah-kisah, sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, dan proses pembelajran menjadi lebih efektif, di samping itu kita juga bisa mengamalkan isi dari materi tersebut dalam kehidupan bermasyarakat" (Najiha Alamri, VIII B)

"Saya merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, karena sebelum metode ini diterapkan saya merasa cepat bosan karena kebanyakan materinya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Tapi setelah diterapkan metode Kisah saya tidak merasa bosan lagi dengan pelajaran ini, karena saya bisa lebih memahami dan mendalami materi yang disampaikan dan hasil ujian saya juga lebih bagus”.(Miftahul Fikriah Adudu, VIII C)

"Metode ini sangat bagus digunakan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, karena di dalamnya sarat dengan nasihat-nasihat yang dapat dijadikan pelajaran dari segi aqidah dan akhlak, sehingga kita bisa menjadi manusia yang sempurna seutuhnya." (Siti H.Amin, VIII D)

Dari beberapa hasil wawancara yang kami kutip dengan beberapa siswa

tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Kisah dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangat efektif karena mereka menjadi

lebih mudah memahami dan tidak mudah merasa bosan selama mengikuti

pelajaran tersebut. Jadi ada relevansi antara teori dengan kehidupan nyata melalui

penerapan metode Kisah ini, sehingga lebih mudah mengena dalam hati para

peserta didik.

(48)

mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Jadi, dalam penerapan metode

Kisah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan dapat

membantu pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan agama

Islam.

Adapun tujuan dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah:

a. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada peserta

didik akan sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga tercermin dalam sikap

dan tingkah lakunya sehari-hari.

b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk

mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam baik untuk dirinya sendiri, dan sesama manusia.

c. Memberikan bekal kepada peserta didik tentang Sejarah Kebudayaan

Islam untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam penerapan metode Kisah guru mempunyai peran yang sangat

penting dalam kelas dan juga tanggung jawab untuk keberhasilan siswa. Maka

guru sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan seharusnya terlebih dahulu

membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan disampaikan sesuai

dengan standar kompetensi yang ditetapkan.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap para siswa yang menjadi responden

peneliti baik secara tertulis, lisan maupun sikap mereka selama proses

pembelajaran atau setelahnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode Kisah

merupakan metode yang efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran Sejarah

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, karunia, anugerah, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Mula bukane tradisi kawiwitan saka saklompok uwong kang urip kanthi cara pindah-pindah panggonan (nomaden) kang nggunakake sadranan minangka wujud pangurmatan marang sesembahan

Berdasarkan hasil observasi peneliti permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengaturan koordinasi pengendalian keamanan penerbangan antara Kantor Pusat

menghapus  giudice isfrnc/toYt' (model  hakim komisari~   Pcrancis  dan  Bela;,da)  dan  menggantikannya  dengan  lembaga  baru  yang  disebut  giudice per Ie intltlgini

[r]

Hasil penenlitian menunjukkan bahwa sebanyak 101 mahasiswa Batak Toba memiliki sikap yang positif terhadap Dalihan na tolu, dan 99 berada dalam kategori yang netral..

5) Mengkosultasikan konsep data jumlah pegawai yang ada. 6) Memfinalisasi konsep data jumlah pegawai yang ada.. 1) Menghimpun data usulan kebutuhan pegawai dari

Wanita yang tidak bahagia dalam hubungan sex berpeluang mencari KEBAHAGIAN LAIN dengan berbagai cara, seperti mencari pria lain yang dapat membahagiakan dalam urusan