TUGAS AKHIR
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
RUSUNAWA UNIMUS
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata
Oleh :
HENDRA LAKSONO BUDI NIM. 06.12.0005
RICKY CHRISTIYANTO NIM. 06.12.0008
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG APRIL 2010
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR ASISTENSI ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
NOTASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Nama Perencanaan Tugas Akhir... 1
1.2 Lokasi Perencanaan Tugas Akhir... 1
1.3 Lokasi Perencanaan tugas Akhir... 1
1.4 Deskripsi Perencanaan Tugas Akhir ... 2
1.5 Tujuan Penulisan Tugas Akhir... 3
1.6 Tujuan Perencanaan Struktur Gedung ... 4
1.7 Pembatasan Masalah ... 4
1.8 Sistematika Penyusunan... 5
BAB II PERENCANAAN STRUKTUR ... 6
2.1 Tinjauan Umum ... 6
2.2 Pedoman Perencanaan... 6
2.3 Landasan Teori... 7
2.3.1 Elemen-Elemen Struktur Utama ... 9
2.3.2 Material/Bahan Struktur ... 9
2.4 Konsep Desain/Perencanaan Struktur ... 9
2.4.1 Desain Terhadap Beban Lateral (Gempa) ... 10
2.4.2 Pemilihan Material ... 12
2.4.3 Konsep Pembebanan... 12
2.4.4 Faktor Reduksi Kekuatan ... 21
2.5 Analisa Perhitungan Struktur ... 21
viii
2.5.1 Perencanaan Pelat ... 22
2.5.2 Perencanaan Struktur Portal Utama... 25
2.5.2.1 Prinsip Dasar Desain Kapasitas ... 25
2.5.2.2 Perencanaan Struktur Balok ... 27
2.5.2.3 Perencanaan struktur Kolom ... 29
2.5.3 Perencanaan Tangga ... 29
2.5.4 Perencanaan Struktur Bawah... 31
2.5.4.1 Penentuan Parameter Tanah ... 31
2.5.4.2 Analisis Daya Dukung Tanah... 32
2.5.4.3 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang... 32
2.6 Hipotesis... 40
2.6.1 Analisis dan Perhitungan ... 42
2.6.2 Penyajian Laporan dan Format Penggambaran ... 42
2.7 Diagram Alir Perencanaan Struktur ... 43
2.7.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir ... 44
2.7.2 Diagram Alir Perhitungan Gempa ... 45
2.7.3 Diagram Alir Perhitungan Pelat ... 46
2.7.4 Diagram Alir Perhitungan Balok ... 47
2.7.5 Diagram Alir Perhitungan Pondasi... 48
BAB III PERHITUNGAN STRUKTUR... 49
3.1 Perhitungan Atap ... 49
3.3.1 Perhitungan Kuda-Kuda RK1... 49
3.1.1.1 Perencanaan Gording... 50
3.1.1.2 Perhitungan Trekstang ... 53
3.1.1.3 Perencanaan Kuda-Kuda ... 54
3.1.1.4 Cek Penampang Batang Tarik ... 55
3.1.1.5 Perhitungan Sambungan Baut ... 58
3.2 Perhitngan Pembebanan Pelat Lantai ... 59
3.2.1 Pembebanan Pelat Lantai... 59
ix
3.2.2 Penulangan Pelat Lantai Dua Arah(two way slab) ... 60
3.3 Perhitungan Penulangan Kolom ... 64
3.3.1 Perhitungan Penulangan Lentur Kolom arah M3-3... 64
3.3.2 Perhitungan Penulangan Lentur Kolom arah M2-2... 66
3.3.3 Perhitungan Penulangan Geser Kolom arah M3-3 ... 69
3.4 Perhitungan Penulangan Balok... 70
3.4.1 Penulangan Lentur Balok ... 70
3.4.2 Penulangan Geser Balok... 76
3.4.3 Penulangan Torsi Balok... 80
3.4.4 Perhitungan Panjang Sambungan ... 82
3.5 Perhitungan Pondasi ... 83
3.5.1 Menghitung Daya Dukung ujung Pondasi Bore Pile... 83
3.5.2 Penulangan Pile Cap ... 85
3.5.3 Penulangan Bor Pile ... 87
3.6 Perhitungan Tangga... 89
3.6.1 Perencanaan Tangga ... 89
3.6.2 PembebananTangga... 89
3.6.3 Penulangan Tangga... 80
3.7 Perhitungan Gaya Gempa (Static Analitic) ... 93
3.7.1 Perhitungan Gaya Geser Dasar Horisontal ... 93
3.7.2 Perhitungan Waktu Getar ... 97
BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS ... 99
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA ... 160
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 161
DAFTAR PUSTAKA ... 16345
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beban Mati Pada Struktur ... 14
Tabel 2.2 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan ... 15
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Tanah ... 17
Tabel 2.4 Keutamaan Untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan ... 17
Tabel 2.5 Faktor Reduksi Gempa... 18
Tabel 2.6 Tabel Reduksi Kekuatan ... 21
Tabel 3.1 Beban Mati ... 91
Tabel 3.2 Beban Hidup... 91
Tabel 3.3 Berat Bangunan Tiap Lantai ... 92
Tabel 3.4 Distribusi Gaya Geser Dasar Horisontal total akibat gempa arah x. 95
Tabel 3.5 Distribusi Gaya Geser Dasar Horisontal total akibat gempa arah y. 95
Tabel 3.6 Waktu Getar Struktur Dalam arah x... 96
Tabel 3.7 Waktu Getar Struktur Dalam arah y... 96 Tabel 3.8 Perhitungan Tulangan Geser Kolom ... Tabel 3.9 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom ... Tabel 3.10 Perhitungan Tulangan Geser Balok ... Tabel 3.11 Perhitungan Tulangan LenturBalok ... Tabel 3.12 Perhitungan Tulangan Torsi longitudinal Balok ... Tabel 5.1 Daftar Harga Alat... Tabel 5.2 Daftar Harga Upah ... Tabel 5.3 Daftar Harga Bahan ... Tabel 5.4 Rencana Anggaran Biaya... Tabel 5.5 Rekapitulasi... Tabel 5.6 Kurva S ...
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Denah Lokasi ... 2
Gambar 2.1 Pemodelan Struktur dan Model Lump Mass ... 12
Gambar 2.2 Beban pada struktur ... 13
Gambar 2.3 Diagram spektrum respon gempa ... 18
Gambar 2.4 Arah sumbu lokal dan sumbu global pada elemen pelat ... 23
Gambar 2.5 Mekanisme Khas Yang Dapat Terjadi Pada Portal ... 26
Gambar 2.5.1 Perataan Beban ... 27
Gambar 2.5.2 Perataan Beban Segitiga ... 28
Gambar 2.5.3 Sketsa tangga ... 30
Gambar 2.5.4 Pendimensian Tangga ... 30
Gambar 2.6 Diagram Tekanan Pasif... 26
xii
DAFTAR NOTASI
1.
1. Perhitungan Atap :
An : luas bersih (mm2)
Ab : luas penampang lintang baut (mm2)
Ae : luas bersih efektif (mm2)
d : diameter nominal baut (cm)
α : sudut kemiringan atap
P : beban hidup (kg)
w : beban angin (KN/m2)
σ : tegangan leleh baja (kg/cm2) F : luas profil (cm2)
Ix , Iy : momen inersia terhadap sumbu x, y (cm4)
Wx , Wy : section modulus (cm3)
W : berat sendiri profil baja (kg/m) q : berat pembebanan (kg/m2)
qx , qy : berat pembebanan yang sudah diuraikan arah x dan y (kg/m2)
Mx , My : momen yang diterima atap (kgm)
m : banyaknya bidang geser Es : modulus elastisitas baja (t/m2) fu : tegangan putus (kg/cm2) fub : tegangan putus baut (kg/cm2)
δx , δy : lendutan terhadap sumbu x, y (cm)
L : jarak kuda-kuda (m)
ix , iy : jari-jari kelembaman (cm)
e : jarak titik berat (cm)
λ : angka kelangsingan batang
xiii
2. Perhitungan Struktur Beton
a : tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen (mm)
ab : tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen balanced (mm)
As : luas tulangan tarik (mm2)
At : luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah sejarak s untuk
menahan torsi (mm2)
AV : luas tulangan geser pada daerah sejarak s (mm2)
b : lebar balok (mm)
C : faktor respon gempa CC : gaya tekan beton (N)
d : deformasi lateral total akibat F (cm)
d : jarak terluar serat tekan ke pusat tulangan tarik, (mm) d’ : jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan (mm) ds : jarak dari serat tarik terluar ke pusat tulangan tarik(mm)
D : diameter tulangan > 19 mm
∅ : diameter tulangan < 19 mm
e : eksentrisitas (mm)
eb : eksentrisitas dalam kondisi seimbang (mm)
F : distribusi gaya geser horisontal akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung (ton)
f1 : faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam
stuktur gedung
fC’ : kuat tekan beton (MPa)
fs’ : tegangan tulangan tarik (MPa) fy : tegangan leleh tulangan (MPa)
g : percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2 h : tinggi balok (mm)
hi : tinggi lantai ke-i tehadap lantai dasar (m)
xiv
I : faktor keutamaan struktur K : faktor jenis struktur Ly : panjang pelat (m)
Lx : lebar pelat (m)
Mnb : momen nominal dalam kondisi seimbang (KNm)
M : momen rencana yang bekerja (Nmm) Mlx : momen lapangan dalam bentang x (Nmm)
Mtx : momen tumpuan dalam bentang x (Nmm)
Mly : momen lapangan dalam bentang y (Nmm)
Mty : momen tumpuan dalam bentang y (Nmm)
m : jumlah lapisan tanah yang ada di atas batuan dasar
μ : nilai faktor daktalitas
μmax : nilai faktor daktalitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh
beberapa jenis sistem atau subsistem stuktur gedung Pnb : kuat tekan nominal dalam keadaan seimbang (kN)
Pn : kuat tekan nominal (kN)
Pr : kapasitas kuat tekan rencana (kN)
ρmin : rasio tulangan minimal
ρmax : rasio tulangan maksimal
R : faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang berperilaku elastik penuh
Rm : faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh
system struktur yang bersangkutan T : waktu getar alami struktur gedung (detik) Tn : kuat momen torsi nominal (N)
Tu : momen torsi rencana (N)
Tx : waktu getar bangunan arah x (detik)
Ty : waktu getar bangunan arah y (detik)
xv
Tc : momen torsi yang disumbangkan oleh beton (Nmm)
Vc : kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton (N)
Vu : gaya geser terfaktor pada penampang (N)
Vx , Vy : gaya geser horisontal total akibat gempa (N)
3. Perhitungan Pondasi
P : daya dukung pondasi tiang pancang maksimum (m2) D : diameter penampang tiang (cm)
AS : keliling pondasi tiang pancang (cm)
Ab : luas selimut tiang pancang, (m2)
SF1 : nilai keamanan 1
SF2 : nilai keamanan 2
qc : daya dukung konus yang diambil pada kedalaman
pemancangan pondasi (kg/cm2)
m : banyaknya baris
n : banyaknya tiang pancang tiap baris : arc tan ( d/s )
d : diameter tiang pancang (cm) S : jarak antar tiang pancang (m)
P : beban yang diterima 1 tiang pancang (KN)
Vtotal : P dari analisa struktur + berat pile cap + berat tie beam (KN)
Wtiang : berat tiang pancang (KN)
n : banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang My : momen yang bekerja tegak lurus sumbu y (KNm)
Mx : momen yang bekerja tegak lurus sumbu x (KNm)
Ny : jumlah tiang pancang dalam baris arah y
Nx : jumlah tiang pancang dalam baris arah x
xmax : absis terjauh tiang pancang ke titik berat kelompok tiang (m)
ymax : ordinat terjauh tiang pancang ke ttk berat kelompok tiang (m)
xvi
Σx2 : jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Σy2 : jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
xvii
BAB 1 Pendahuluan Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Nama Perencanaan Tugas Akhir
Nama proyek yang data-data dan gambarnya digunakan untuk keperluan pembuatan Tugas Akhir perencanaan struktur gedung ini adalah “PERENCANAAN STRUKTUR RUSUNAWA UNIMUS”.
1.2. Tujuan Perencanaan Tugas Akhir
Kementrian Negara Perumahan Rakyat Satuan Kerja Penyediaan Perumahan, bermaksud untuk memberikan hunian yang nyaman dan aman bagi masyarakat, Namun keterbatasan tempat menjadi kendala tersendiri, namun berhubung banyak Universitas mempunyai lahan yang cukup luas, maka Menpera berinisiatif membangun Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa ) di area Universitas. Selain untuk masyarakat Rusunawa Unimus ini juga diperuntukan bagi mahasiswa juga. Dengan rusunawa Unimus ini pemerintah berharap agar masyarakat mendapatkan tempat hunian yang layak dan pantas. Dengan akhir kata pemerintah mengharapkan setelah di bangunnya Rusunawa Unimus ini masyarakat khususnya daerah kampus unimus mendapat tempat tinggal yang layak dan lebih baik.
Pada Proyek Tugas Akhir Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus ini dilakukan beberapa perubahan dari struktur aslinya antara lain :
1. Lantai gedung yang semula 4 lantai ditambah menjadi 6 lantai, 2. Perubahan pondasi minipile menjadi pondasii dalam
2.3. Lokasi Perencanaan Tugas Akhir
Lokasi proyek Rusunawa Unimus terletak di Jalan Kedungmundu 18 Semarang dengan batas – batas:
BAB 1 Pendahuluan Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 2
• Batas wilayah :
a. Sebelah Timur : Lahan Kosong. b. Sebelah Barat : Lahan Kosong.
c. Sebelah Selatan : Lahan Kosong/Makam.
d. Sebelah Utara : Perumahan Kampung Semawis.
GEDUNG RUSUNAWA
L
a
han Kos
o
ng
Lahan Kosong
Peruma
h
a
n Kampung Se
mawi
s
Gambar 1.1 Denah Lokasi
1.4 Deskripsi Perencanaan Tugas Akhir
Lokasi Rusunawa Unimus ini berada di Jalan Kedungmundu 18 Semarang. Gedung ini berada di atas tanah seluas 1512 m2 dengan tinggi total bangunan 24 m dan luas total bangunan 5247 m2 dengan perincian sebagai berikut:
a. Lantai 1 (+ 0,00 m) Luas = 602.1 m2
Berfungsi sebagai Kamar Tidur,ruang olahraga, ruang genset, ruang pompa.
b. Lantai 2 ( + 3,20 m ) Luas =602.1 m2
Berfungsi sebagai ruang kamar tidur dan ruang bersama.
BAB 1 Pendahuluan Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 3 c. Lantai 3 (+ 6,40 m)
Luas =602.1 m2
Berfungsi sebagai ruang kamar tidur dan ruang bersama. d. Lantai 4 (+ 9,60 m)
Luas =602.1 m2
Berfungsi sebagai ruang kamar tidur dan ruang bersama. e. Lantai 5 (+ 12,80 m)
Luas =602.1 m2
Berfungsi sebagai ruang kamar tidur dan ruang bersama.. f. Lantai 6 (+ 16,00 m)
Luas =602.1 m2
Berfungsi sebagai ruang kamar tidur dan ruang bersama.
1.5. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan tugas akhir ini yaitu:
a. Untuk lebih memahami dan mendalami langkah-langkah perhitungan dalam perencanaan struktur gedung dengan menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima selama mengikuti kuliah.
b. Dapat melakukan perhitungan dengan asumsi yang tepat dalam menyelesaikan perhitungan struktur, sehingga dapat mendukung tercapainya faktor keamanan dan ekonomis gedung.
c. Dapat menggunakan program SAP2000 versi 11.0 untuk perhitungan pembebanan atap dan AutoCAD 2008 untuk membuat gambar rekayasa antara lain: gambar detail, gambar potongan, gambar tampak dan gambar lokasi dari gedung yang digunakan untuk Tugas Akhir.
d. Dapat menerapkan hasil perhitungan Mekanika Struktur ke dalam perhitungan Struktur Beton maupun Struktur Baja dan gambar kerja.
BAB 1 Pendahuluan Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 4 e. Sebagai latihan awal sebelum menerapkan ke dalam dunia kerja
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
1.6. Tujuan Perencanaan Struktur Gedung
Tujuan dari perhitungan struktur gedung ini adalah untuk menghitung struktur gedung dari bagian-bagian gambar struktur gedung yaitu atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), Network Planning (NWP), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan Time Schedule pekerjaan struktur.
1.7. Pembatasan Masalah
Perencanaan struktur yang merupakan salah satu pekerjaan yang sangat rumit karena di dalamnya terdapat banyak unsur yang saling berhubungan. Untuk mempermudah perhitungan maka ada beberapa batasan yang diambil dalam perencanaan struktur ini antara lain :
a. Perhitungan pembebanan dan penulangan tangga dilakukan terpisah dari perhitungan portal utama.
b. Balok anak langsung dimasukkan dalam portal dengan menggunakan rigid frame, sehingga beban pelat langsung didistribusikan ke balok induk dan balok anak.
c. Dalam perencanaan ini mix design dari beton tidak dihitung karena dianggap beton dapat dipesan sesuai dengan mutu yang diinginkan. d. Pembuatan struktur yang sederhana diharapkan dapat mempermudah
dalam perhitungan struktur tersebut.
e. Perhitungan pembebanan pada struktur akibat gempa menggunakan cara statik ekivalen.
BAB 1 Pendahuluan Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 5 1.8. Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan ini dibuat untuk memudahkan para pembaca dalam memahami isi Tugas Akhir ini. Sistematika penyusunan tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini diterangkan mengenai nama proyek, maksud dan tujuan proyek, tujuan penulisan Tugas Akhir, tujuan
perencanaan struktur gedung, pembatasan masalah, dan sistematika penyusunan tugas akhir.
BAB II : Perencanaan Struktur
Dalam bab ini dibahas tentang uraian umum perencanan gedung, tinjauan pustaka meliputi peraturan-peraturan dan pembebanan yang digunakan pada struktur gedung, serta landasan teori yang mencakup rumus-rumus yang digunakan serta asumsi-asumsi yang dipakai.
BAB III : Perhitungan Struktur
Perhitungan struktur meliputi perhitungan kuda–kuda, perhitungan pelat, perhitungan tangga dan bordes, perhitungan portal utama (balok dan kolom), serta perhitungan pondasi.
BAB IV : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pada bagian ini diuraikan tentang rencana kerja beserta aturan-aturan dan syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan.
BAB V : Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pada bagian ini diuraikan tentang Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang meliputi perhitungan volume, analisa harga satuan, rencana anggaran biaya sampai dengan time schedule (kurva S) dan Network Planning (NWP) dari pekerjaan Struktur Gedung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 6
BAB II
PERENCANAAN STRUKTUR
2.1 TINJAUAN UMUM
Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebelum
dilaksanakannya suatu proyek. Kesalahan pemasangan ataupun urutan proses
yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya kerugian. Perencanaan yang
matang sebelum dimulainya suatu pekerjaan tidak hanya menghemat biaya tetapi
juga dapat menghemat waktu dan tenaga. Terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan dalam perencanaan struktur antara lain beban, kekuatan bahan dan
keamanan. Pada tahap perencanaan struktur Rusunawa Unimus ini, perlu
dilakukan studi pustaka untuk mengetahui hubungan antara susunan fungsional
gedung dengan sistem struktural yang akan digunakan, disamping itu juga
diharapkan mampu menghasilkan suatu tahap pengerjaan struktur yang efektif dan
efisien.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang tata cara dan langkah-langkah
perhitungan struktur mulai dari struktur atas yang meliputi pelat, balok, kolom,
tangga sampai dengan perhitungan struktur bawah yang terdiri dari pondasi
pancang. Studi pustaka dimaksudkan agar dapat memperoleh hasil perencanaan
yang optimal dan akurat. Oleh karena itu, dalam bab ini pula akan dibahas
mengenai konsep pemilihan sistem struktur dan konsep perencanaan struktur
bangunannya, seperti konfigurasi denah dan pembebanan yang telah disesuaikan
dengan syarat-syarat dasar perencanaan suatu gedung bertingkat yang berlaku di
Indonesia sehingga diharapkan hasil yang akan diperoleh nantinya tidak akan
menimbulkan kegagalan struktur.
2.2. PEDOMAN PERENCANAAN
Dalam perencanaan struktur Rusunawa Unimus Semarang
pedoman yang digunakan sebagai acuan adalah :
1. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIG 1983).
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 7
2. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 03 – 2847 - 2002).
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03 – 1726 – 2002).
2.3. LANDASAN TEORI
Perencanaan merupakan perhitungan setelah dilakukan analisis struktur.
Lingkup perencanaan pada beton konvensional meliputi pemilihan dimensi
elemen dan perhitungan tulangan yang diperlukan agar penampang elemen
mempunyai kekuatan yang cukup untuk memikul beban-beban pada kondisi kerja
(service load) dan kondisi batas (ultimate load). Struktur dirancang dengan
konsep kolom kuat balok lemah (strong column weak beam), dimana sendi plastis
direncanakan terjadi di balok untuk meratakan energi gempa yang masuk.
Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang
erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari
kedekatan antara jenis struktur dengan masalah-masalah seperti arsitektural,
efisiensi, serviceability, kemudahan pelaksanaan dan juga biaya yang diperlukan.
Adapun faktor yang menentukan dalam pemilihan jenis struktur sebagai berikut :
1. Aspek arsitektural
Pengolahan perencanaan denah, gambar tampak, gambar potongan,
dan perspektif, interior dan eksterior dan estetika.
2. Aspek fungsional
Perencanaan struktur yang baik sangat memperhatikan fungsi
daripada bangunan tersebut. Dalam kaitannya dengan penggunaan
ruang, aspek fungsional sangat mempengaruhi besarnya dimensi
bangunan yang direncanakan.
3. Kekuatan dan kestabilan struktur
Kekuatan dan kestabilan struktur mempunyai kaitan yang erat dengan
kemampuan struktur untuk menerima beban-beban yang bekerja, baik
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 8
beban vertikal maupun beban lateral, dan kestabilan struktur baik
arah vertikal maupun lateral.
4. Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan
Struktur harus mampu mendukung beban rancang secara aman tanpa
kelebihan tegangan ataupun deformasi yang dalam batas yang
dijinkan.Pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut
diharapkan dapat diselenggarakan dengan biaya sekecil mungkin,
namun masih memungkinkan terjaminnya tingkat keamanan dan
kenyamanan
5. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek lain yang ikut
menentukan dalam perancangan dan pelaksanaan suatu proyek.
Dengan adanya suatu proyek diharapkan akan memperbaiki kondisi
lingkungan dan kemasyarakatan. Sebagai contoh dalam perencanaan
lokasi dan denah haruslah mempertimbangkan kondisi lingkungan
apakah rencana kita nantinya akan menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan sekitar, baik secara fisik maupun kemasyarakatan,
atau bahkan sebaliknya akan dapat menimbulkan dampak yang
positif.
Sedangkan pemilihan jenis pondasi (sub structure) yang digunakan menurut
Suyono (1984) didasarkan kepada beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Keadaan tanah pondasi
Jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah keras, dan
beberapa hal yang menyangkut keadaan tanah erat kaitannya dengan
jenis pondasi yang dipilih.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya
Keadaan struktur atas sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi.
hal ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan
penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan diatasnya (statis
tertentu atau tak tertentu, kekakuan dan sebagainya).
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 9
3. Batasan-batasan dilingkungan sekelilingnya
Hal ini menyangkut lokasi proyek, pekerjaan pondasi tidak boleh
mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan yang
telah ada disekitarnya.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan
Suatu proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu
dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat
hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi ekonomis dalam
pembangunan.
2.3.1. ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR UTAMA
Pada perencanaan struktur gedung ini digunakan balok dan kolom sebagai
elemen-elemen utama struktur. Balok dan kolom merupakan struktur yang
dibentuk dengan cara meletakan elemen kaku horisontal diatas elemen kaku
vertikal. Balok memikul beban secara tranversal dari panjangnya dan mentransfer
beban tersebut ke kolom vertikal yang menumpunya. Kolom tersebut dibebani
secara aksial oleh balok dan mentransfer beban itu ke tanah / pondasi.
2.3.2. MATERIAL/BAHAN STRUKTUR
Secara umum jenis-jenis material struktur yang biasa digunakan untuk
bangunan gedung adalah menggunakan Struktur Beton Bertulang Cor Di Tempat
(Cast In Situ reinforced Concrete structure). Struktur beton bertulang ini banyak digunakan untuk struktur bangunan tingkat menengah sampai tinggi. Struktur ini
paling banyak digunakan dibandingkan dengan struktur lainnya.
2.4. KONSEP DESAIN/PERENCANAAN STRUKTUR
Konsep tersebut merupakan dasar teori perencanaan dan perhitungan
struktur, yang meliputi desain terhadap beban lateral (gempa), denah dan
konfigurasi bangunan, pemilihan material, konsep pembebanan, faktor reduksi
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 10
terhadap kekuatan bahan, konsep perencanaan struktur atas dan struktur bawah,
serta sistem pelaksanaan.
2.4.1. DESAIN TERHADAP BEBAN LATERAL (GEMPA)
Dalam mendesain struktur, kestabilan lateral adalah hal terpenting karena
gaya lateral mempengaruhi desain elemen - elemen vertikal dan horisontal
struktur. Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan lateral diperoleh dengan
menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh bidang geser kaku yang dapat
memikul beban lateral. Beban lateral yang paling berpengaruh terhadap struktur
adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya lebih
kompleks. Tinjauan ini dilakukan untuk mengetahui metode analisis, pemilihan
metode dan kritena dasar perancangannya.
A. Metode Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa
Metode analisis yang dapat digunakan untuk memperhitungkan pengaruh
beban gempa terhadap struktur adalah sebagai berikut:
1. Metode Analisis Statis
Merupakan analisis sederhana untuk menentukan pengaruh gempa tetapi
hanya digunakan pada banguan sederhana dan simetris, penyebaran
kekakuan massa menerus, dan ketinggian tingkat kurang dari 40 meter.
Analisis statis prinsipnya menggantikan beban gempa dengan gaya -
gaya statis ekivalen bertujuan menyederhankan dan memudahkan
perhitungan, dan disebut Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent
Lateral Force Method), yang mengasumsikan gaya gempa besarnya berdasar hasil perkalian suatu konstanta / massa dan elemen struktur
tersebut.
2. Metode Analisis Dinamis
Analisis Dinamis dilakukan untuk evaluasi yang akurat dan mengetahui
perilaku struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang.
Analisis dinamik perlu dilakukan pada struktur-struktur bangunan
dengan karakteristik sebagai berikut:
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 11
a. Gedung - gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak
beraturan.
b. Gedung - gedung dengan loncatan - loncatan bidang muka yang
besar.
c. Gedung - gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata.
d. Gedung - gedung dengan yang tingginya lebih dan 40 meter.
Metode ini ada dua jenis yaitu Analisis Respon Dinamik Riwayat
Waktu (Time History Analysis) yang memerlukan rekaman percepatan
gempa rencana dan Analisis Ragam Spektrum Respon (Spectrum
Model Analysis) dimana respon maksimum dan tiap ragam getar yang
terjadi didapat dan Spektrum Respon Rencana (Design Spectra).
B. Pemilihan Cara Analisis
Pemilihan metode analisis untuk perencanaan struktur ditentukan
berdasarkan konfigurasi struktur dan fungsi bangunan berkaitan dengan tanah
dasar dan wilayah kegempaan. Untuk struktur bangunan kecil dan tidak
bertingkat, elemen struktural dan non struktural tidak perlu didesain khusus
terhadap gempa, tetapi diperlukan detail struktural yang baik. Untuk struktur
bangunan sedang digunakan metode Analisis Beban Statik Ekivalen, sebaiknya
memeriksa gaya gempa yang bekerja dengan menggunakan Spektrum Respon
Gempa Rencana sesuai kondisi struktur. Untuk struktur bangunan yang cukup
besar menggunakan analisis dinamik, metode Analisis Ragam Spektrum respon.
Sedang untuk struktur bangunan tidak merata ke arah vertikal dengan
menggunakan Analisis Model.
Untuk analisis dinamis biasanya struktur dimodelkan sebagai suatu sistem dengan
massa - massa terpusat (Lumped Mass Model) untuk mengurangi jumlah derajat
kebebasan pada struktur.
Semua analisis tersebut pada dasarnya untuk memperoleh respon maksimum yang
terjadi akibat pengaruh percepatan genpa yang dinyatakan dengan besaran
perpindahan (Displacement) sehingga besarnya gaya - gaya dalam yang terjadi
pada struktur dapat ditentukan Iebih lanjut untuk keperluan perencanaan.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 12
Gambar 2.1. Pemodelan Struktur dan Model Lump Mass
2.4.2. PEMILIHAN MATERIAL
Spesifikasi bahan / material yang digunakan dalam perencanaan struktur
gedung ini adalah sebagai berikut :
Beton : f’c = 25 MPa E = 23500 MPa
Baja : BJTP = Polos : fy = 240 MPa Es = 200000 MPa
BJTD = Ulir : fy = 400 MPa Es = 200000 Mpa
2.4.3. KONSEP PEMBEBANAN
Struktur bangunan harus dapat menerima berbagai macam kondisi
pembebanan yang mungkin terjadi. Kesalahan dalam analisa beban merupakan
salah satu faktor utama kegagalan struktur. Oleh sebab itu sebelum melakukan
analisis dan desain struktur, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku
dan besar beban yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.
A. Beban - Beban Pada Struktur
Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran
yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-
beban yang bersifat statis dan dinamis.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 13
Gaya statik adalah gaya yang bekerja secara terus menerus pada struktur
dan yang diasosiasikan dengan gaya-gaya ini juga secara perlahan-lahan timbul,
dan juga mempunyai karakter steady state.
Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur.
Pada umumnya tidak bersifat steady state dan mempunyai karakteristik besar dan
lokasinya berubah-ubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban ini
juga berubah-ubah secara cepat. Gaya dinamis dapat menyebabkan terjadinya
osilasi pada struktur hingga deformasi puncak tidak terjadi bersamaan dengan
terjadinya gaya terbesar.
Gambar 2.2. Beban pada struktur 1. Beban Statis
Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan Pembebanan Untuk Rumah Dan
Gedung 1983 adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati (Dead Load/ DL)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian -
Beban Statik
Beban Mati :
- Beban akibat berat sendiri stuktur - Beban akibat berat elemen bangunan
Beban Dinamik
Beban Hidup :
- Beban hunian atau penggunaan (akibat orang, peralatan, kendaraan)
- Beban akibat air hujan
Beban Dinamik Menerus ( Osilasi ) : - Beban akibat gempa atau angin - Beban akibat getaran mesin
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 14
penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung itu.
Tabel 2.1. Beban Mati Pada Struktur (Sumber : SNI 03-2847-2002)
Beban Mati Besar Beban Batu Alam 2600 kg / m2 Beton Bertulang 2400 kg / m2 Dinding pasangan 1/2 Bata 250 kg / m2 Kaca setebal 12 mm 30 kg / m2 Langit-langit + penggantung 18 kg / m2 Lantai ubin semen portland 24 kg / m2 Spesi per cm tebal 21 kg / m2
Pertisi 130 kg / m2
b. Beban hidup (Live load / LL )
Beban hidup adalah beban - beban yang bisa ada atau tidak ada pada
struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat
berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-lahan pada
struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan pendekatan matematis
dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di
Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban hidup yang bekerja pada
suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup
bervariasi, tergantung dan banyak faktor. Oleh karena itu, faktor
beban-beban hidup lebih besar dibandingkan dengan beban-beban mati.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 15
Tabel 2.2. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan (Sumber : SNI 03-2847-2002)
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban Lantai Sekolahan 250 kg / m2 Tangga dan Bordes 300 kg / m2 Beban Pekerja 100 kg / m2
Lantai Atap 100 kg / m2
2. Beban Gempa (EarthquakeLoad/EL)
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan
pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah
satu faktor yang utama adalah benturan pergesekan kerak bumi yang
mempengaruhi permukaan bumi. Lokasi gesekan ini terjadi disebut fault zone.
Kejutan yang berkaitan dengan benturan tersebut akan menjalar dalam bentuk
gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di
atasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur
bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan
dirinya dan gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia. Besar gaya tersebut
bergantung pada banyak faktor yaitu:
a. Massa bangunan
b. Pendistribusian massa bangunan
c. Kekakuan struktur
d. Jenis tanah
e. Mekanisme redaman dan struktur
f. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri
g. Wilayah kegempaan
h. Periode getar alami
Besarnya Beban Gempa Dasar Nominal horizontal akibat gempa menurut
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung ( SNI
03-1726-2002), dinyatakan sebagai berikut:
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 16
V =
t W R CI
...(2.1)
Dengan:
V = Beban Gempa Dasar Nominal (Beban Gempa Rencana)
C = Koefisien gempa yang besarnya tergantung wilayah gempa dan
waktu getar struktur. Harga C ditentukan dari Diagram Respon
Spektrum, setelah terlebih dahulu dihitung waktu getar dari
struktur.
Wt= Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
I = Faktor Keutamaan Struktur
R = Faktor Reduksi Gempa
Untuk Tugas akhir ini,lokasi berada di Semarang sehingga
berdasarkan SNI 03 -1726 -2002, maka Semarang terletak di WG
(Wilayah Gempa) 2
Untuk menentukan harga C harus diketahui terlebih dahulu jenis
tanah tempat struktur bangunan itu berdiri. Untuk menentukan jenis
tanah menggunakan rumus tegangan tanah dasar sesuai dengan yang
tertera pada Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi sebagai berikut:
= c + σ tan φ...(2.2)
σ1 = 1. h1 ...(2.2.1)
Dengan:
= Tegangan geser tanah ( kg/cm2)
= Nilai kohesi tanah pada lapisan paling dasar lapisan yang
c
ditinjau
σ = Tegangan normal masing-masing lapisan tanah ( kg/cm)
= Berat jenis masing-masing lapisan tanah ( kg/cm)
= Tebal masing-masing lapisan tanah h
φ = Sudut geser pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 17
Tabel 2.3. Jenis-Jenis Tanah (Sumber : SNI 03-2847-2002
Jenis tanah
Kecepatan rambat gelombang geser
rata-rata vs (m/det)
Nilai hasil Test Penetrasi Standar
rata-rata
N
Kuat geser tanah rata-rata
Su (kPa)
Tanah Keras vs≥ 350 N ≥ 50 Su≥ 100 Tanah Sedang 175 ≤ vs < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤Su < 100
vs < 175 N < 15 Su < 50 Tanah Lunak Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m,
dengan PI > 20, wn≥ 40%, dan Su < 25 kPa Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi )
Tabel 2.4. Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (Sumber : SNI 03-2847-2002)
Jenis Struktur Bangunan/Gedung I Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instansi air bersih,pembangkit tenaga listrik,pusat penyelamatan dalam keadaan darurat,fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas,produk minyak bumi,asam,bahan beracun.
Cerobong,tangki diatas menara.
1 1
1,5
1,5 1,25
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 18
Tabel 2.5. Faktor Reduksi Gempa (Sumber : SNI 03-1726-2002) Sistem dan subsistem struktur
bangunan gedung Uraian system pemikul beban gempa Rm Sistem rangka pemikul momen
(Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur)
1.Rangka pemikul momen khusus
a. Baja b. Beton bertulang
2.Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) (tidak untuk wilayah 5 dan 6)
3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja
b. Beton bertulang
4.Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK)
8,5
8,5
5,5
4,5
3,5
6,5
Besarnya faktor respon gempa didapat dari diagram spektrum respon
gempa diperlihatkan pada gambar dibawah ini:
0.75
0.55
0.45
0.30
0.22 0.18
0.60.67
C= 0.33/T (Tanah Sedang)
C= 0.23/T (Tanah Keras) C= 0.50/T (Tanah Lunak)
Wilayah Gempa 3
C
T
0.2
Gambar 2.3 Diagram spektrum respon gempa
Perencanaan struktur di daerah gempa menggunakan konsep desain
kapasitas yang berarti bahwa ragam keruntuhan struktur akibat beban gempa yang
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 19
besar ditentukan lebih dahulu dengan elemen-elemen kritisnya dipilih sedemikian
rupa agar mekanisme keruntuhan struktur dapat memencarkan energi yang
sebesar-besarnya.
Konsep desain kapasitas dipakai untuk merencanakan kolom-kolom pada
struktur agar lebih kuat dibanding dengan elemen-lemen balok (Strong Coloumn
Weak Beam). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Pada mekanisme sendi plastis pada balok pemencaran energi gempa terjadi
di dalam banyak unsur, sedang pada mekanisme sendi plastis kolom
pemencaran energi terpusat pada sejumlah kecil kolom-kolom struktur.
b. Pada mekanisme sendi plastis pada balok, bahaya ketidakstabilan akibat
efek perpindahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan mekanisme sendi
plastis pada kolom.
c. Keruntuhan kolom dapat menyebabkan keruntuhan total dari keseluruhan
bangunan.Pada prinsipnya dengan konsep desain kapasitas elemen-elemen
utama penahan gempa dapat dipilih, direncanakan dan detail sedemikian
rupa, sehingga mampu memencarkan energi gempa yang cukup besar
tanpa mengalami keruntuhan struktur secara total, sedangkan
elemen-elemen lainnya diberi kekuatan yang cukup sehingga mekanisme yang
telah dipilih dapat dipertahankan pada saat terjadi gempa kuat.
3. Beban Angin (WindLoad/WL)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin
ditunrukan dengan menganggap adanya tekanan positip dan tekanan negatif
(isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m², ditentukan
dengan mengalikan tekanan tiup yang telah ditentukan dengan koefisien-koefisien
angin yang telah ditentukan dalam peraturan ini. Tekanan tiup diambil 25 kg/m2,
sedang untuk koefisien angin diambil untuk koefisien angin untuk gedung tertutup
dan sudut kemiringan atap ( α ) kurang dari 65º.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 20
B. Faktor Beban dan Kombinasi Pembebanan
Untuk keperluan desain, analisis dan sistem struktur perlu diperhitungkan
terhadap kemungkinan terjadinya kombinasi pembebanan (Load Combination)
dan beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur
rencana. Menurut Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1983, ada 2
kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu Kombinasi
Pembebanan Tetap dan Kombinasi Pembebanan Sementara. Disebut pembebanan
tetap karena beban dianggap dapat bekerja terus menerus pada struktur selama
umur rencana. Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati
(Dead Load) dan beban hidup (Live Load).
Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja secara terus menerus
pada struktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisa. Kombinasi
pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup dan beban
gempa. Nilai - nilai beban tersebut di atas dikalikan dengan suatu faktor
magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan komponennya
memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap berbagai kombinasi beban.
Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi perencanaan pembebanan
pada struktur. SNI 03 – 2847 – 2002 menentukan nilai kuat perlu sebagai
berikut:
a. Untuk beban mati / tetap : Q = 1.2
b. Untuk beban hidup sementara : Q = 1.6
Namun pada beberapa kasus yang meninjau berbagai kombinasi
beban,nilai kombinasi kuat perlu yang diberikan:
U = 1,2 D+1,6 L
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
Dengan:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
E = Beban Gempa
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 21
2.4.4. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN
Faktor reduksi kekuatan merupakan suatu bilangan yang bersifat
mereduksi kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling
buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang
ditetapkan sesuai standar bahan yang ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya.
SNI 03 – 2847 – 2002 menetapkan berbagai nilai faktor reduksi (ф) untuk
berbagai jenis besaran gaya yang didapat dari perhitungan struktur.
Tabel 2.6. Tabel Reduksi Kekuatan (Sumber : SNI 03-2847-2002)
Kondisi Pembebanan Faktor Reduksi Beban lentur tanpa gaya aksial 0.80 Beban aksial dan beban aksial dengan lentur
Gaya aksial tarik, aksial tarik dengan lentur Gaya aksial tekan, aksial tekan dengan lentur Dengan tulangan Spiral
Dengan tulangan biasa
0.80
0.70 0.65 Lintang dan Torsi
Pada komponen struktur penahan gempa kuat Pada kolom dan balok yang diberi tulangan diagonal
0.75 0.55 0.80
Tumpuan pada Beton 0.65
Daerah pengangkuran pasca tarik 0.85 Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen
struktur pratarik dimana panjang penanaman strand- nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan
0.75
Beban lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton polos
structural 0.55
2.5. ANALISIS PERHITUNGAN STRUKTUR
Struktur atas adalah struktur bangunan gedung yang secara visual
berada di atas tanah, yang terdiri dan struktur portal utama yaitu kesatuan
antara balok, kolom dan struktur sekunder seperti pelat, tangga, lift, balok
anak.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 22
Perencanaan struktur portal utama direncanakan dengan
menggunakan prinsip strong column weak beam, dimana sendi-sendi
plastis diusahakan terletak pada balok- balok.
2.5.1. PERENCANAAN PELAT
Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material
monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi - dimensi lainnya.
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak
hanya pembebanan, tetapi harus juga ukuran dan syarat-syarat dan peraturan yang
ada. Pada perencanaan ini digunakan tumpuan terjepit penuh untuk mencegah
pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir dan juga di dalam
pelaksanaan pelat akan dicor bersamaan dengan balok.
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin bertulangan
dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya. Apabila pada struktur pelat
perbandingan bentang panjang terhadap lebar kurang dan 2, maka akan
mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban pelat dipikul pada kedua arah
oleh empat balok pendukung sekeliling panel pelat, dengan demikian pelat
menjadi suatu pelat yang melentur pada kedua arah. Dengan sendirinya pula
penulangan untuk pelat tersebut harus menyesuaikan. Apabila panjang pelat sama
dengan lebarnya, perilaku keempat balok keliling dalam menopang pelat akan
sama. Sedangkan apabila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih
panjang akan memikul beban lebih besar dan balok yang pendek (penulangan satu
arah).
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 23
Dimensi bidang pelat Lx dan Ly dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.4. Arah sumbu lokal dan sumbu global pada elemen pelat
Langkah perencanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut ini:
1. Menentukan syarat-yarat batas, tumpuan dan panjang bentang.
2. Menentukan
x y L L
dimana Ly = 4,8 m dan Lx = 4,5 m
3. Menetukan tebal pelat. Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002 maka
tebal pelat adalah:
A. Untuk pelat dua arah ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a) Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus
menggunakan tabel diatas.
b) Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 ketebalan
pelat minimum harus memenuhi :
λn {0,8 + fy/ 1500}
h = ...(2.4)
36 + 5β (αm – 0,2)
c) Untuk αm lebih besar dari 2, 0 ketebalan pelat minimum tidak
boleh kurang dari:
λn {0,8 + fy/ 1500}
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 24
h = ...(2.5)
36 + 9β
Ln =
X L
y L
...(2.6)
Dimana : Ln = panjang bersih pelat
4. Memperhitungkan beban-beban yang bekerja pada pelat lantai.
5. Menentukan momen yang menentukan (Mu)
a. Mlx (momen lapangan arah-X)
b. Mtx (momen tumpuan arah-X)
c. Mly (momen lapangan arah-Y)
d. Mty (momen tumpuan arah-Y)
e. Mtlx = 0,5 Mlx (momen jepit tak terduga arah-X)
f. Mtly = 0,5 Mly (momen jepit tak terduga arah-Y)
6. Menghitung penulangan arah-X dan arah-Y
Data – data yang diperlukan :
a. Tebal pelat (h)
b. Momen (Mu)
c. Tinggi efektif (dx dan dy)
d. Tebal selimut beton (d)
e. Diameter tulangan
Proses yang harus dikerjakan dalam menghitung tulangan adalah:
a. Mn =
ϕ
M
u...(2.7)
b. k =
RI d b
M
u.
. ...(2.8)
c. F = 1- √1-2k ...(2.9)
d. Fmax = β x 450 x (600 + fy) ...(2.10)
e. Jika F>Fmax maka digunakan tulangan ganda
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 25
Jika F<Fmax maka: As = F x b x d x
y
f RI
...(2.11)
f . As terpasang bisa ditentukan
g. Pemeriksaan tulangan
ρmax= 0,75. ρb
ρmin = 0,0025 ( tabel 7 cur I Hal 51, mutu baja 240 untuk pelat )
ρ =
d b terpsang As
. ...(2.12)
Kontrol: ρmin < ρ< ρmax
ρ < ρmin digunakan rumus As = ρmin. b. d
2.5.2. PERENCANAAN STRUKTUR PORTAL UTAMA
Perencanaan portal mengacu pada SNI 03 – 1726– 2002 dimana
struktur dirancang sebagai portal daktail penuh (K = 1) dimana
penempatan sendi-sendi plastis pada balok (strong column weak beam).
Pengendalian terbentuknya sendi-sendi plastis pada lokasi-lokasi yang
telah ditentukan lebih dahulu dapat dilakukan secara pasti terlepas dan
kekuatan dan karakteristik gempa. Filosofi perencanaan seperti itulah yang
dikenal sebagai Konsep Desain Kapasitas.
2.5.2.1.PRINSIP DASAR DESAIN KAPASITAS
Dalam Konsep Desain Kapasitas, untuk menghadapi gempa kuat yang
mungkin terjadi dalam periode waktu tertentu, maka mekanisme keruntuhan suatu
portal dipilih sedemikian rupa, sehingga pemencaran energi gempa terjadi secara
memuaskan dan keruntuhan yang terjadi secara katastropik dapat dihindarkan.
Gambar 2.4. memperlihatkan dua mekanisme khas yang dapat terjadi pada
portal-portal rangka. Mekanisme goyang dengan pembentukan sebagian besar sendi
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 26
plastis pada balok-balok lebih dikehendaki daripada mekanisme dengan
pembentukan sendi plastis yang terpusat hanya pada ujung-ujung kolom suatu
lantai, karena:
1. Pada mekanisme pertama (Gambar 2.4.a) penyebaran energi gempa
terjadi dalam banyak unsur, sedangkan pada mekanisme kedua
(Gambar 2.4.b) penyebaran energi terpusat pada sejumlah kecil
kolom-kolom struktur.
2. Daktilitas kurvatur yang dituntut dan balok untuk menghasilkan
daktilitas struktur tertentu, misalnya u = 5 pada umumnya jauh lebih
mudah dipenuhi daripada kolom yang seringkali tidak memiliki
cukup daktilitas akibat gaya aksial tekan yang bekerja.
Gambar 2.5. Mekanisme Khas Yang Dapat Terjadi Pada Portal
Guna menjamin terjadinya mekanisme goyang dengan pembentukan
sebagian besar sendi plastis pada balok, Konsep Desain Kapasitas diterapkan
untuk merencanakan agar kolom-kolom lebih kuat dan balok-balok portal (Strong
Column-Weak Beam). Keruntuhan geser balok yang bersifat getas juga diusahakan agar tidak terjadi lebih dahulu dan kegagalan akibat beban lentur pada
sendi-sendi plastis balok setelah mengalami rotasi-rotasi plastis yang cukup besar.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 27
Pada prinsipnya, dengan Konsep Desain Kapasitas elemen-elemen utama
penahan beban gempa dapat dipilih, direncanakan dan didetail sedemikian rupa,
sehingga mampu memencarkan energi gempa dengan deformasi inelastisitas yang
cukup besar tanpa runtuh, sedangkan elemen-elernen lainnya diberi kekuatan yang
cukup, sehingga mekanisme yang telah dipilih dapat dipertahankan pada saat
terjadi gempa kuat.
2.5.2.2.PERENCANAAN STRUKTUR BALOK
Dalam pradesain tinggi balok menurut SNI 03-2847-2002 merupakan
fungsi dan bentang dan mutu baja yang digunakan. Secara umum pradesain tinggi
balok direncanakan L/10 - L/15, dan lebar balok diambil 1/2H - 2/3H dimana H
adalah tinggi balok.
Pada perencanaan balok maka pelat dihitung sebagai beban dimana
pendistribusian gayanya menggunakan metode amplop. Dalam metode amplop
terdapat 2 macam bentuk yaitu pelat sebagai beban segi tiga dan pelat sebagai
beban trapesium. Adapun persamaan bebannya adalah sebagai berikut:
Perataan beban pelat pada perhitungan balok
a. Perataan Beban Trapesium
Gambar 2.5.1 Perataan Beban
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 28
Momen Maximum beban trepesium berdasarkan grafik dan tabel
penulangan beton bertulang adalah :
Mmax =
(
)
24
4 2
2 3
a L
w −
= 1/48. Lx. qu. ( Ly² -.Lx²) ...(2.13)
Momen max beban segi empat berdasarkan grafik dan tabel
penulangan beton bertulang adalah :
Mmax = 1/8. w.L² = 1/8. qek. Ly ² ...(2.14)
pers (1) + pers (2)
1/48. Lx. qu. ( Ly² -.Lx²) + 1/8. qek. Ly ²= 0
q =
(
)
2 2 2
6 . .
y x y x
L L L qu
L −
...(2.15)
b. Perataan beban segitiga
Gambar. 2.5.2 Perataan Beban Segitiga
Momen Maximum beban trepesium berdasarkan grafik dan tabel
penulangan beton bertulang adalah :
Mmax = 1/12 .w. L² = 1/12 . 1/2 . Lx .qu . Lx²
= 1/24 . qu. Lx³ ...(2.16)
Momen Maximum beban trepesium berdasarkan grafik dan tabel
penulangan beton bertulang adalah :
Mmax = 1/8. qeq . Lx² ...(2.17)
Pers ( 1 ) + ( 2 )
1/24 . qu. Lx³ + 1/8. qeq . Lx²
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 29
qeq = 1/3. qu . Lx ...(2.18)
Perhitungan penulangan balok struktur beton menggunakan program SAP
2000 versi 11.0. Prosedur desain elemen-elemen balok dari struktur dengan SAP 2000 versi 11.0 terdiri dua tahap sebagai berikut:
a. Desain tulangan pokok untuk menahan momen lentur
b. Desain tulangan geser (sengkang) untuk menahan gaya geser
c. Desain tulangan untuk menahan torsi
2.5.2.3.PERENCANAAN STRUKTUR KOLOM
Kolom juga harus ditinjau terhadap kemungkinan adanya beban eksentris.
Pembebanan pada kolom dibedakan menjadi dua kondisi yaitu beban terpusat dan
beban eksentris. Umumnya beban pada kolom termasuk beban eksentris dan
sangat jarang beban kolom yang tepat terpusat. Pada beban eksentris pusat beban
tidak berada tepat dipusat titik berat penampang, tetapi terdapat eksentrisitas jarak
sebesar “e” dari pusat beban kepusat penampang. Adanya eksentrisitas ini harus
diperhitungkan karena menimbulkan momen.
Untuk mencari besarnya momen rencana kolom dapat dilihat dari besarnya
momen hasil perhitungan mekanika dengan program SAP2000 versi 11.0 dan dari
perhitungan momen aktual balok.
Perhitungan penulangan kolom dan struktur beton im menggunakan
program SAP2000 versi 11.0. Prosedur desain elemen-elemen kolom dari struktur
dengan SAP2000 versi 11.0 terdiri dua tahap sebagai berikut:
a. Desain tulangan pokok untuk menahan momen lentur
b. Desain tulangan geser (sengkang) untuk menahan gaya geser
2.5.3. PERENCANAAN TANGGA
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksebilitas antar lantai pada
gedung yang mempunyai tingkat lebih dan satu. Tangga merupakan komponen
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 30
yang harus ada pada bangunan berlantai banyak walaupun sudah ada peralatan
transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak memerlukan tenaga mesin.
Gambar 2.5.3 Sketsa tangga
Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur
tangga adalah sebagai berikut:
a. Tinggi antar lantai
b. Tinggi Antrede
c. Jumlah anak tangga
d. Kemiringan tangga
e. Tebal pelat beton
f. Tinggi Optrede
g. Lebar bordes
h. Lebar anak tangga
i. Tebal selimut beton
j. Tebal pelat tangga
Gambar 2.5.4 Pendimensian Tangga
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 31
Perhitungan gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur tangga seluruhnya
dilakukan dengan menggunakan SAP 2000. Untuk perhitungan penulangan pelat
tangga dapat mengikuti prosedur yang sama dengan penulangan pelat lantai
setelah didapat gaya - gaya dalam dari SAP 2000.
2.5.4. PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH (SUB STRUCTURE)
Berdarsarkan data tanah hasil penyelidikan, beban-beban yang bekerja dan
kondisi sekitar proyek, telah dipilih penggunaan pondasi tiang pancang.
Pemilihan sistem pondasi ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Beban yang bekerja cukup besar.
2. Pondasi tiang pancang dibuat dengan sistem sentrifugal, menyebabkan
beton lebih rapat sehingga dapat menghindari bahaya korosi akibat
rembesan air.
3. menggunakan pondasi pancang karena proyek yang jauh dari
pemukiman dan sarana fasilitas umum sehingga pelaksanaaannya tidak
mengganggu lingkungan sekitar.
2.5.4.1.Penentuan Parameter Tanah
Kondisi tanah selalu mempunyai peranan penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah landasan pendukung suatu bangunan. Untuk
dapat mengetahui susunan lapisan tanah yang ada, serta sifat - sifatnya secara
mendetail, untuk perencanaan suatu bangunan yang akan dibangun maka
dilakukan penyelidikan dan penelitian. Pekerjaan penyelidikan dan penelitian
tanah ini merupakan penyelidikan yang dilakukan di laboratorium dan lapangan.
Maksud dan penyelidikan dan penelitian tanah adalah melakukan
investigasi pondasi rencana bangunan untuk dapat mempelajari susunan lapisan
tanah yang ada, serta sifat-sifatnya yang berkaitan dengan jenis bangunan yang
akan dibangun di atasnya.
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 32
2.5.4.2.Analisis Daya Dukung Tanah
Analisis Daya dukung mempelajari kemampuan tanah dalam mendukung
beban pondasi struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung tanah ( Bearing
Capacity ) adalah kemampuan tanah untuk mendukung beban baik dan segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser.
Daya dukung batas ( ultimate bearing capacity ) adalah daya dukung
terbesar dari tanah dan biasanya diberi simbol q ult. Daya dukung mi merupakan
kemampuan tanah mendukung beban, dan diasumsikan tanah mulai terjadi
keruntuhan. Besamya daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung
batas dibagi angka keamanan, rumusnya adalah:
FK ult all
q
q = ...(2.19)
Perancangan pondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan geser dan
penurunan yang berlebihan. Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang,
perhatian harus diberikan pada perletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan
pada kedalaman yang cukup untuk menanggulangi resiko adanya erosi
permukaan, gerusan, kembang susut tanah dan gangguan tanah di sekitar pondasi.
2.5.4.3.Perencanaan Pondasi Tiang Pancang
A. Perhitungan Daya Dukung Vertikal Tiang Pancang
Analisis-analisis kapasitas daya dukung dilakukan dengan cara pendekatan
untuk memudahkan perhitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat dikaitkan
dengan sifat - sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan.
1. Berdasarkan kekuatan bahan
Menurut tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan
gedung SNI 03 – 2847 - 2002, kuat tumpu rencana pada beton tidak
boleh melampaui
A1 = φ.(0,85.f’c.A1) ...(2.20)
Keterangan :
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 33
φ = 0,8
f’c = 25 Mpa = 250 kg/cm2
Luas penampang tiang pancang (A1) = SL2 - SD2
2. Berdasarkan hasil sondir
Tes Sondir atau Cone Penetration Test ( CPT ) pada dasarnya adalah
untuk memperoleh tahanan ujung ( q ) dan tahanan selimut ( c )
sepanjang tiang. Tes sondir mi biasanya dilakukan pada tanah - tanah
kohesif dan tidak dianjurkan pada tanah berkerikil dan lempung keras.
Berdasarkan faktor pendukungnya, daya dukung tiang pancang dapat
digolongkan sebagai berikut.
a. End Bearing Pile
Tiang pancang yang dihitung berdasarkan tahanan ujung dan
memindahkan beban yang diterima ke lapisan tanah keras di
bawahnya.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan daya dukung
tanah terhadap tiang adalah
3 *p A
Qtiang = tiang ...(2.21)
Kemampuan tiang terhadap kekuatan bahan:
P tiang = Bahan x A tiang
dengan:
Qtiang = Daya dukung keseimbangan tiang ( kN )
Atiang = Luas permukaan tiang ( m )
P = Nilai conus hasil sondir ( kN/m )
3 = Faktor keamanan
P tiang = Kekuatan yang diijinkan pada tiang pancang (kg )
Bahan = Tegangan tekan ijin bahan tiang ( kg/cm )
b. Friction Pile
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 34
Jika pemancangan tiang sampai lapisan tanah keras sulit
dilaksanakan karena letaknya sangat dalam, dapat dipergunakan
tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan perletakan antara
tiang dengan tanah (cleef).
Persamaan daya dukung yang diijinkan terhadap tiang adalah:
5 *JHP O
Qtiang = ...(2.22)
Dengan:
Qtiang = Daya dukung keseimbangan tiang ( kN)
O = Keliling tiang pancang ( m)
JHP = Total friction ( kN/m )
5 = Faktor Keamanan
c. End Bearing And Friction Pile
Jika perhitungan tiang pancang didasarkan terhadap tahanan
ujung dan hambatan pelekat, persamaan daya dukung yang
diijinkan adalah:
5 * 3
*p O C A
Qtiang = tiang + ...(2.23)
Dengan:
Qtiang = Daya dukung keseimbangan tiang ( kN)
O = Keliling tiang pancang ( m)
JHP = Total friction ( kN/m)
3. Berdasarkan Pelaksanaan
Dengan rumus pancang A. Hilley:
P =
) (
5 ,
0 x c1 c2 c3 s
xWxHx b
h
+ +
+ η η ...(2.24)
Dengan:
P = kapasitas beban pada tiang
BAB 2 Perencanaan Struktur Perencanaan Struktur Rusunawa Unimus
Hendra Laksono Budi / 06.12.0005
Ricky Christiyanto / 06.12.0008 35
W = berat hammer dalam kg ( = 3250 kg = 3,25 ton )
H = timggi jatuh hammer dalam cm ( 2m = 200 cm )
S = penurunan perpukulan dalam cm ( = 1,4 cm)
c1 = tekanan elastis sementara pada tiang dan penutup = 0,3
c = simpangan tiang akibat tekanan elastis sementara = 0,4 2
c3 = tekanan elastis sementara pada tanah = 0,9
h
η = efisiensi hammer = 65 % untuk double acting hammer= 100 %
untuk drop hammer
b η = p W p e W + + 2.
jika W > e.p ...(2.25)
b η = p W p e W + + 2.
-2 . ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + − p W p e W
jika W < e.p...(2.26)
e = koefisien restitusi ( 0 s/d 0,5)
B. Daya Dukung Ijin Tiang Group ( Pall Group)
Dalam pelaksanaan jarang dijumpai pondasi yang hanya terdiri dan satu
tiang saja, tetapi terdiri dan kelompok tiang. Teori membuktikan dalam daya
dukung kelompok tiang geser tidak sama dengan daya dukung tiang secara
individu dikalikan jumlah tiang dalam kelompok, melainkan akan lebih kecil
karena adanya faktor efisiensi.
( ) (
)
tunggal) tiang dukung (daya P Eff P tiang antar jarak : s tiang diameter : d derajat dalam (d/s), tan arc : tiang jumlah : n baris jumlah : m : dimana n * m n 1n m m 1 n 90 1 Eff tiang 1 all group