52
BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Kota Salatiga
Salatiga adalah salah satu kota di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, berpenduduk 176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggan 450-800 meter dari permukaan laut1. Data Pembangunan Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Data Pembangunan Kota Salatiga
No. Informasi Data
Wilayah dan Kependudukan
1. Luas Wilayah 56.781 Km2
2. Jumlah Kecamatan 4
3. Jumlah Kelurahan 22
4. Jumlah RW 199
5. Jumlah Penduduk 176.722 orang
6. Jumlah Kepala Keluarga 46.568 orang
7. Jumlah Single Parent 9.040
6. Jumlah Penduduk Usia 5-9 tahun 13.628
7. Jumlah Penduduk Usia 10-14 tahun 13.359
8. Kepadatan Penduduk 2.972 Km2
9. Jumlah Rumah Tangga 59.953
53
10 Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga 3,06
11. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera 1.722
12. Jumlah Keluarga Sejahtera I 8,741
Pendidikan
13. Jumlah Sekolah Dasar 96
14. Jumlah Murid Sekolah Dasar 17.176
15. Jumlah Sekolah Menengah Pertama 24
16. Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama 9.582
Sosial
17. Jumlah Cerai Talak Tahun 2015 379
18. Jumlah Cerai Gugat Tahun 2015 945
Sumber: Data Pembangunan Kota Salatiga Tahun 2015
Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng timur Gunung Merbabu. Mulai tahun 2015 dilakukan pemekaran wilayah di dalam kota Salatiga, yaitu membagi kelurahan Kutowinangun menjadi 2 wilayah sehingga menjadi kelurahan Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan Kutowinangun Kidul (selatan) mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang padat serta permintaan dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah dan sudah diajukan kepada pemerintah negara Republik Indonesia. Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh Kabupaten Semarang, antara lain di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, di bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Pabelan. Dari letak administratif yang ada menjadikan kota Salatiga menduduki peringkat luas wilayah ke-18 kotamadya terkecil di Indonesia (Majalah Hati Beriman Tahun 2016 Vol. I No.2)
54
Wilayah Kecamatan Tingkir seluas 1.054.851 ha adalah 18,58 persen dari total wilayah Kota Salatiga yang memiliki luas 5.078.110 ha. Jumlah penduduk Kecamatan Tingkir mencapai 42.888 jiwa pada tahun 2015, tumbuh sebesar 1,32 persen dibanding tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tingkir tahun 2015 mencapai 4.066 jiwa per km2 sedikit meningkat dibanding tahun 2014 yang sebesar 4.013 jiwa per km2. Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Tingkir hingga tahun 2015 didominasi oleh lulusan SMP yang tercatat sebesar 37,02 persen. Jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta sebanyak 30 sekolah dengan jumlah murid 5.088, adapun untuk SMP sebanyak 5 sekolah dengan jumlah murid 1.204 siswa (Statistik Daerah Kecamatan Tingkir Tahun 2016).
4.1.3. Kelurahan Kutowinangun Lor
Kelurahan Kutowinangun Lor merupakan salah satu kelurahan di wilayah administratif Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang terbentuk pada tahun 2015 hasil pemekaran dari Kelurahan Kutowinangun hal ini berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kelurahan Kutowinangun Lor dan Kelurahan Kutowinangun Kidul serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Wilayah administratif Kelurahan Kutowinangun Lor terdiri dari: RW I Butuh, RW II Karang Duwet, RW III Canden, RW IV Pancuran, RW V Ngentak dan RW VI Karang Pete.
Kelurahan Kutowinangun Lor memiliki jumlah penduduk 12.483 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 6.394 per Km2 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 3,04 jiwa. Kelurahan Kutowinangun Lor merupakan kelurahan dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) terbanyak di Kota Salatiga dengan 85 RT. Di bidang pendidikan tercatat 2.570 siswa SD dan 2.198 siswa SMP berdomisili di Kelurahan Kutowinangun Lor (Katalog BPS: 11010002.3373020).
55
Deskripsi data meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan anak dan rata-rata komunikasi dalam satu hari.
4.2.1. Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia (Tahun) Jumlah Responden Persentase %
1. Di bawah 28 tahun 4 10,26
2. 32-38 5 12,82
3. 39-43 13 33,33
4. 44-47 7 17,95
5. 50-51 3 7,69
6. Diatas 51 tahun 4 10,26
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa mayoritas orang tua single parent yang memiliki anak usia SD dan SMP berusia 39 hingga 43 tahun (33,33%).
4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Responden
Persentase %
1. Laki - Laki 11 28,21
2. Perempuan 28 71,79
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah perempuan single parent
56
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
No. Domisili Jumlah Anak
Persentase %
1. SD/MI 23 58,97
2. SMP/MTs 16 41,03
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 mayoritas responden memiliki anak usia Sekolah Dasar yaitu sebanyak 23 responden (58,97%).
4.2.4. Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi Orang Tua dengan Anak pada saat Mendampingi Belajar
No.
Komunikasi
(Jam)
Jumlah Responden
Persentase %
1. 0 – 1 18 46,15
2. 1 - 2 10 25,64
3. 2 -3 9 23,08
4. Lebih dari 3 jam 2 5,13
Jumlah 63 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel 4.5 rata-rata orang tua dapat mendampingi anak dalam belajar sehari hanya kurang dari 1 jam.
4.2.5. Data Nilai Kognitif Siswa
57
Tabel 4.6 Distribusi Nilai Siswa
No.
Nilai
( ̅)
Strata Persentase
%
SD SMP
1. Di bawah 65 2 3 12,82
2. 65 - 71 5 3 20,51
3. 71 - 74 6 3 23,08
4. 74 - 77 2 2 10,27
5. 77 - 79 3 3 15,38
6. Di atas 80 5 2 17,95
Jumlah 23 16 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.6 nilai kognitif siswa ̅ berada pada rentang 71-74 dengan persentase 23,08%.
4.2.6. Penilaian Responden terhadap Aspek Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
TABEL 4.6
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Keterbukaan Komunikasi Interpersonal Single Parent
No. Pernyataan SS S TS STS Jumlah
Responden
Q1 Saya mengikutkan anak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah 26 13 0 0 39
Persentase (%) 66,7 33,3 0 0 100
Q2 Saya mengungkapkan isi hati secara jujur kepada anak 27 12 0 0 39
Persentase (%) 69,2 30,8 0 0 100
Q3 Saya berusaha melibatkan anak dalam setiap aktivitas 29 9 1 0 39
Persentase (%) 74,4 23,1 2,6 0 100
58
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.6 mayoritas responden (71,79%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item kuesioner Q4 (orang tua menerima masukan pendapat dari anak)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30 responden (76,39%). 4.2.7. Penilaian Responden terhadap Aspek Empati Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Empati Komunikasi Interpersonal Single Parent
No. Pernyataan SS S TS STS Jumlah Q4 Saya aktif terlibat dalam
aktivitas anak
17 21 1 0 39
59 Q5
Saya memberikan solusi kepada anak yang sedang bermasalah
16 20 3 0 39
Persentase (%) 41,0 51,3 7,7 0 100
Jumlah Total 94 96 5 0 195
Total Presentase (%) 48,21 49,23 2,56 0 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.7 mayoritas responden (49,23%) memberikan penilaian sesuai (S). Item kuesioner Q2 (orang tua mengucapkan terima kasih kepada anak
yang telah membantu) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 22 responden (56,4%).
4.2.8. Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.8
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan Komunikasi Interpersonal Single Parent
60
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.8 mayoritas responden (51,28%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item kuesioner Q1 (orang tua berusaha memahami perasaan yang sedang
dialami anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30 responden (76,39%).
4.2.9. Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.9
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif Komunikasi Interpersonal Single Parent
No. Pernyataan SS S TS STS Jumlah Q2 Saya mengucapkan
selamat kepada
61
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.9 mayoritas responden (62,56%) memberikan penilaian sesuai (S). Item kuesioner Q2 (orang tua memberikan selamat kepada anak yang
mendapatkan prestasi) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).
4.2.10. Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.10
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan Komunikasi Interpersonal Single Parent
No. Pernyataan SS S TS STS Jumlah
Responden
Q1 Saya
menunjukkan
62
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.10 mayoritas responden (49,74%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item kuesioner Q1 (orang tua menunjukkan perasaan terbuka kepada
anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 27 responden (69,2%).
4.2.11. Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar Anak
TABEL 4.11
63
Sumber: Data Primer (diolah)
64
bergizi seimbang kepada anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).
4.2.12. Penilaian Responen terhadap Lingkungan Sosial
TABEL 4.12
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Lingkungan Sosial
No. Pernyataan SS S TS STS Jumlah
65
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.12 mayoritas responden (58,97%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item kuesioner Q3 (anak mendapatkan perhatian baik dari tetangga
sekitar) dan Q4 (anak merasa nyaman dengan lingkungan sekitar)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).
4.3.
Analisis Data
4.3.1. Analisis Regresi dengan Variabel Intervening dan Variabel
Moderating
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa persentase variasi variabel terikat (prestasi belajar) dapat diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi interpersonal) dan variabel intervening (motivasi belajar). Koefisien determinasi dari hasil perhitungan dari program PASW Statistics 18.0 dapat dilihat pada TABEL 4.13 berikut:
TABEL 4.13
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar sebagai
Variabel Intervening
66
Tabel 4.14
Uji F –Test Variabel Intervening
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 313,075 2 156,537 6,993 ,000a
Residual 2087,695 36 57,992
Total 2400,769 38
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Komunikasi Interpersonal b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Hasil F test > F tabel diperoleh angka 6,993 > 3,24 pada taraf signifikansi <
α
,
diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Grafik uji F variabel intervening dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:Gambar 4.1
Kurva Normal Uji F Variabel Intervening
67
TABEL 4.15
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan Sosial sebagai
Variabel Moderating
Hasil analisis regresi dengan variabel moderating
lingkungan sosial menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,777, artinya 77,7% variabel prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel lingkungan sosial, sisanya sebesar 22,3% dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel 4.14
Uji F –Test Variabel Moderating
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,659 2 9,330 4,141 ,000a
Residual 2382,110 36 66,170
Total 2400,769 38
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sosial, Komunikasi Interpersonal b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
68
Gambar 4.2
Kurva Normal Uji F Variabel Moderating
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Secara ringkas hasil uji F (simultan) dan hasil uji korelasi determinasi untuk menguji model fit dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Analisis Regresi Model Intervening dan Moderating
Model
Anova Summary
F test Signifikansi R2
Persentase
(%)
Intervening – Motivasi Belajar 6,993 0,000a 0,430 43,0 Moderating – Lingkungan Sosial 4,141 0,000a 0,777 77,7 Sumber: Data Primer (diolah)
4.3.2. Analisis Jalur (Path Analysis)
1. Koefisien Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa persentase variasi variabel intervening (motivasi belajar) dapat diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi interpersonal). Koefisien determinasi dari hasil perhitungan
69
Tabel 4.16
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Motivasi Belajar
Nilai R Square hasil analisis data didapatkan sebesar 0,54,3. Hal ini berarti variasi variabel komunikasi interpersonal (X) dalam menjelaskan variasi variabel motivasi belajar karyawan (Z1) sebesar 54,3% dan sisanya 55,7% dijelaskan oleh faktor
lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal Berpengaruh Signifikan terhadap
Motivasi Belajar
Tabel 4.17
Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single
Parent terhadap Variabel Intervening Motivasi Belajar
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4,430 2,504 1,518 ,014
Komunikasi Interpersonal ,252 ,110 ,378 2,230 2,819 a. Intervening Variable: Motivasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z1= βX +e1 (Persamaan I)
Z1 = 0,378X + 0,889
Keterangan:
Nilai 0,889 diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √ = √ = 0,889
70
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah 0,378 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan motivasi belajar anak sebesar 0,378 satuan dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. e1 = jumlah variance motivasi belajar (Z1) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan adalah sebesar 0,889.
Berdasarkan pengujian tabel 4.17, persamaan regresi pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap motivasi belajar dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Z1 = 4,430 + 0,252X (Persamaan II) Nilai konstanta 4,430 bernilai positif yang menunjukkan bahwa motivasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan lingkungan sosial sebagai varibel moderating bernilai nol. Variabel komunikasi interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,252. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai komunikasi interpersonal (X) sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka tingkat motivasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 25,2%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti bahwa semakin besar nilai komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
3. Motivasi Belajar Memediasi hubungan antara Komunikasi
71
Tabel 4.18
Uji Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z2= β1X + β2Z1 + e2 (Persamaan III)
Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah 0,295 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan prestasi belajar anak sebesar 0,295 satuan dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. Koefisien variabel motivasi belajar (Z1) adalah 0,352 dan
bertanda positif artinya setiap peningkatan nilai komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan prestasi belajar anak sebesar 0,352 satuan dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
c.
e
2 = jumlah variance motivasi belajar (Z2) yang tidak dapat72
variabel intervening motivasi belajar (Z1) dan adalah sebesar
0,755.
Berdasarkan pengujian tabel 4.18, persamaan regresi pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 3,812 + 0,216X + 0,192Z1 (Persamaan IV)
Nilai konstanta 3,812 bernilai positif yang menunjukkan bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan motivasi belajar sebagai varibel intervening bernilai nol. Variabel komunikasi interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,216. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai komunikasi interpersonal (X) sementara variabel intervening bersifat tetap, maka tingkat motivasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 21,6%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti bahwa semakin besar nilai komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan. Variabel motivasi belajar (Z1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,192. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai motivasi belajar (Z1) sementara variabel independen bersifat tetap,
maka tingkat prestasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 19,2%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti bahwa semakin besar nilai motivasi belajar, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkan.
73
a. Jika β2XY < β1XZ1 × β3Z1Y,maka terdapat pengaruh signifikan
komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening.
b. Jika β2XY > β1XZ1 × β3Z1Y, maka tidak terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening.
Dari hasil analisis regresi linier diketahui besarnya nilai jalur path
β1XZ1 = 0,378, nilai jalur path β3Z1Y = 0,352, nilai jalur path β2XY =
0,295, sehingga apabila dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Gambar 4.3
Diagram Jalur Uji Hipotesis Variabel Intervening
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel komunikasi
interpersonal terhadap prestasi belajar dan pengaruh tidak langsung komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening dalam analisis path dapat diringkas sebagai berikut:
TABEL 4.20
Uji Perbandingan Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung Variabel Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi
Belajar Sumber: Data Primer (Diolah)
74
Dengan membandingkan kedua hasil pada TABEL 4.20 dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pengaruh tidak langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening lebih besar nilainya dari pengaruh langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar, 0,295 > 0,133. Dengan demikian pernyataan hipotesis 1 dapat diterima (terdapat pengaruh signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening). Berdasarkan hasil analisis di atas maka memberikan suatu bukti bahwa komunikasi interpersonal single parent secara tidak langsung memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga melalui motivasi belajar sebagai variabel intervening.
4. Komunikasi Interpersonal Single Parent Berpengaruh
Signifikan terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan
Sosial sebagai Variabel Moderating
Tabel 4.19
Persamaan Regresi Variabel Moderating
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
75
prestasi belajar dengan lingkungan sosial sebagai variabel
moderating dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: Y = 10,730 + 0,525X + 0,511Z2 + 2,064 (Persamaan V)
Nilai 2,064 merupakan interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan nilai antara variabel komunikasi interpersonal
(X) dan variabel lingkungan sosial (Z2). Semakin besar perbedaan
tersebut maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Nilai konstanta 10,730 bernilai positif yang menunjukkan bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal
dan lingkungan sosial sebagai varibel moderating bernilai nol.
4.4.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan pembahasan dari hasil pengujian hipotesis yang berkaitan dengan analisis data yang telah diuji yaitu: Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi belajar sebagai variabel
moderating dan Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi
interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak dengan lingkungan sosial sebagai variabel intervening.
Hasil pengukuran komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar didapatkan koefisien nilai determinasi (Adjusted R2) adalah 0,282 artinya hanya 28,2% variabel prestasi belajar yang dapat dijelaskan oleh komunikasi interpersonal. Kemudian dengan menambahakan motivasi belajar sebagai variabel intervening didapatkan nilai > yaitu 6,993 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simulatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
76
dengan prilaku siswa disekolah. Didukung pada hasil analisis jalur (path analysis) pada penelitian ini yaitu bahwa intervensi motivasi belajar terhadap komunikasi interpersonal dengan prestasi belajar memiliki nilai
Standard Coefficients Beta lebih kecil yaitu 0,133 dibanding pengaruh langsung komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar yaitu 0,295. Sehingga Hipotesis 1 dapat diterima. Peneliti berpendapat bahwa turun atau naiknya prestasi belajar siswa berasal dari motivasi dalam diri siswa sendiri. Semakin besar motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi prestasi belajar yang akan didapatkan. Motivasi merupakan salah satu variabel yan sangat penting, maka dari itu untuk menunjang motivasi belajar salah satunya diperlukan komunikasi interpersonal yang lebih dari orang tua
single parent. Meskipun dalam keadaan keluarga lengkap semangat yang diberikan oleh orang tua single parent merupakan aspek yang sangat penting dalam peningkatan motivasi belajar anak.
Hasil pengukururan varibel moderating lingkungan sosial didapatkan nilai > yaitu 4,141 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan lingkungan sosial secara simulatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
77