• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Pungutan Liar yang Disertai Ancaman: Studi Kasus di Pasar Temanggung T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Pungutan Liar yang Disertai Ancaman: Studi Kasus di Pasar Temanggung T1 BAB II"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN

A. Peran Kepolisian Republik Indonesia

Kedudukan kepolisian dalam sebuah Negara selalu menjadi

kepentingan banyak pihak untuk duduk dan berada dibawah

kekuasan.Pada masa pemerintahan Orde Baru Kepolisian RI

dibenamkan dalam sebuah satuan Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (ABRI) yang bergerak dalam pengaruh budaya militer.

Militeristik begitu mengikat karena masa lebih dari 30 tahun

kepolisian di balut dengan budaya militer tersebut.9Tahun 1998

tuntutan masyarakat bgitu kuat dalam upaya membangun sebuah

pemerintahan yang bersih dan mempunyai keberpihakan terhadap

kepentingan masyarakat.

Maka selanjutnya Tap MPR No.VI/2000 dikeluarkan dan

menyatakan bahwa salah satu tuntutan Reformasi dan tantangan

masa depan adalah dilakukannya demokratisasi, maka diperlukan

reposisi dan restrukturisasi ABRI. Bahwa akibat dari penggabungan

terjadi kerancuan dan tumpang tindih peran dan fungsi TNI sebagai

kekuatan pertahanan dan Polri sebagai kekuatan Kamtibmas.Maka

Polri adalah alat Negara yang berperan dalam memelihara

9

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012,

(2)

keamanan. Oleh karena itu Polri kembali dibawah Presiden setelah

32 tahun dibawah Menhankam/Panglima ABRI, Berdasarkan

Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia menyebutkan bahwa (1) Polri merupakan alat

Negara yang berperan dalam pemeliharaan kamtibmas, gakkum,

serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya Kamdagri. Karena dalam

Bab II Tap MPR No. VII/2000 menyebutkan bahwa: (1) Polri

merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara

Kamtibmas,, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat. (2) Dalam menjalankan perannya,

Polri wajib memiliki keahlian dan ketrampilan secara professional.

Artinya Polri bukan suatu lembaga / badan non departemen tapi di

bawah Presiden dan Presiden sebagai Kepala Negara bukan Kepala

Pemerintahan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kepolisian, perlu ditata

dahulu rumusan tugas pokok, wewenang 10Kepolisian RI dalam

Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Peran dan Fungsi Kepolisian Negara Republik

Indonesia

10

(3)

Fungsi Kepolisian menurut Pasal 2 ” Fungsi Kepolisian

adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,

perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat”. Sedangkan

Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian khusus,

b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf a,b, dan c, melaksanakan fungsi Kepolisian

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

hukum masing-masing.

Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik

Indonesia dalam UU No.2 tahun 20002 adalah sebagai berikut

:Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, Menegakkan

hukum, Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat. “, penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi

apada Pasal 14 UU Kepolisian RI.

Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI adalah perincian

mengenai tugas dan wewenang Kepolisian RI, sedangkan Pasal 18

berisi tentang diskresi Kepolisian yang didasarkan kepada Kode Etik

(4)

weweang Polri sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 2002,

maka dapat dikatakan fungsi utama kepolisian meliputi :

Tugas Pembinaan masyarakat (Pre-emtif)

Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan

peraturan perundang-undangan. Tugas Polri dalam bidang ini

adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan

kepada masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme,

maka akan tercapai tujuan dari community policing tersebut.

Namun, konsep dari Community Policing itu sendiri saat ini

sudah bisa dengan pelaksanaannya di Polres-polres.Sebenarnya

seperti yang disebutkan diatas, dalam mengadakan perbandingan

sistem kepolisian Negara luar, selain harus dilihat dari

administrasi pemerintahannya, sistem kepolisian juga terkait

dengan karakter sosial masyarakatnya.

Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter

dan budaya Indonesia (Jawa) dengan melakukan sistem

keamanan lingkungan (siskamling) dalam komunitas-komunitas

desa dan kampung, secara bergantian masyarakat merasa

bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya

masing-masing.11Hal ini juga ditunjang oleh Kegiatan babinkamtibmas

(5)

yang setiap saat harus selalu mengawasi daerahnya untuk

melaksanakan kegiatan -kegiatan khusus.

a. Tugas di bidang Preventif

Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara

keselematan orang, benda dan barang termasuk memberikan

perlindungan dan pertolongan , khususnya mencegah terjadinya

pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini diperlukan

kemampuan professional tekhnik tersendiri seperti patrolil,

penjagaan pengawalan dan pengaturan.

b. Tugas di bidang Represif

Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi

Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu represif justisiil dan

non justisiil. UU No. 2 tahun 2002 memberi peran Polri untuk

melakukan tindakan-tindakan represif non Justisiil terkait dengan

Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi kepolisian” yang

umumnya menyangkut kasus ringan.

KUHAP memberi peran Polri dalam melaksanakan tugas represif

justisil dengan menggunakan azas legalitas bersama unsur

Criminal Justicesistem lainnya. Tugas ini memuat substansi

tentang cara penyidikan dan penyelidikan sesuai dengan hukum

12

UU No. 2 tahun 2002

13

(6)

acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Bilaterjadi tindak pidana, penyidik melakukan kegiatan berupa:

a) Mencari dan menemukan suatu peristiwa Yang dianggap

sebagai tindak pidana;

b) Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

c) Mencari serta mengumpulkan bukti

d) Membuat terang tindak pidana yang terjadi;

e) Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.

B. Pungutan Liar

Pungutan liar adalah perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara

meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak

berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.

Hal ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan, penipuan

atau korupsi.14

Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat

adanya prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan menjadi

penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang menyerah ketika

berhadapan dengan pelayanan publik yang korupsi. Hal ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat

14

(7)

cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dalam

penyelenggaraan pelayanan publik

Pungutan liar merupakan perbuatan-perbuatan yang disebut

sebagai perbuatan pungli sebenarnya merupakan suatu gejala sosial

yang telah ada di Indonesia, sejak Indonesia masih dalam masa

penjajahan dan bahkan jauh sebelum itu.15 Namun penamaan

perbuatan itu sebagai perbuatan pungli, secara nasional baru

diperkenalkan pada bulan September 1977, yaitu saat Kaskopkamtib

yang bertindak selaku Kepala Operasi Tertib bersama Menpan

dengan gencar melancarkan Operasi Tertib (OPSTIB), yang sasaran

utamanya adalah pungli.

Pada masa Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dikeluarkan Instruksi

Presiden No. 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban (1977-1981),

dengan tugas membersihkan pungutan liar, penertiban uang siluman,

penertiban aparat pemda dan departemen. Untuk memperlancar dan

mengefektifkan pelaksanaan penertiban ini ditugaskan kepada

Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara, untuk mengkoordinir

pelaksanaannya dan Pangkopkamtib untuk membantu

Departemen/Lembaga pelaksanaanya secara operasional .

15

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia,

16

(8)

Pungutan liar juga termasuk dalam kategori kejahatan

jabatan, di mana dalam konsep kejahatan jabatan di jabarkan bahwa

pejabat demi menguntungkan diri sendiri atau orang lain,

menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk

memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran

dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya

sendiri.

Dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU No. 20

Tahun 2001 berasal dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal

12 UU No.31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang

kemudian dirumuskan ulang pada UU No.20 Tahun 2001 (Tindak

Pidana Korupsi), menjelaskan definisi pungutan liar adalah suatu

perbuatan yang dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang

dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya

memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi

dirinya sendiri.

Istilah lain yang dipergunakan oleh masyarakat mengenai

pungutan liar atau pungli adalah uang sogokan, uang pelicin, salam

(9)

antara petugas dengan masyarakat yang didorong oleh berbagai

kepentingan pribadi.17

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

melakukan pungutan liar, yaitu:

a. Penyalahgunaan wewenang. Jabatan atau kewenangan seseorang

dapat melakukan pelanggaran disiplin oleh oknum yang melakukan

pungutan liar.

b. Faktor mental. Karakter atau kelakuan dari pada seseorang dalam

bertindak dan mengontrol dirinya sendiri.

c. Faktor ekonomi. Penghasilan yang bisa dikatakan tidak mencukupi

kebutuhan hidup tidak sebanding dengan tugas/jabatan yang

diemban membuat seseorang terdorong untuk melakukan pungli.

d. Faktor kultural & Budaya Organisasi. Budaya yang terbentuk di

suatu lembaga yang berjalan terus menerus terhadap pungutan liar

dan penyuapan dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.

e. Terbatasnya sumber daya manusia.

f. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.

Tindak Pidana Pungutan Liar

Dalam kasus tindak pidana pungutan liar tidak terdapat secara pasti dalam

KUHP, namun demikian pungutan liar dapat disamakan dengan perbuatan

17

(10)

pidana penipuan, pemerasan dan korupsi yang diatur dalam KUHP sebagai

berikut:

1. Pasal 368 KUHP: "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian

adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun

menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun".

2. Pasal 415 KUHP: "Seorang pegawai negeri atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus-menerus atau

untuk sementara waktu, yang dengan sengaja menggelapkan uang

atau surat-surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau

membiarkan uang atau surat berharga itu diambil atau digelapkan

oleh orang lain, atau menolong sebagai pembantu dalam melakukan

perbuatan tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun".

3. Pasal 418 KUHP: "Seorang pegawai negeri yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau sepatutnya harus diduganya,

bahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau

kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang

18

Pasal 368 KUHP

19

Pasal 415 KUHP

20

Pasal 418 KUHP

(11)

menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji itu ada

hubungan dengan jabatannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah".

4. Pasal 423 KUHP: "Pegawai negeri yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa orang lain untuk

menyerahkan sesuatu, melakukan suatu pembayaran, melakukan

pemotongan terhadap suatu pembayaran atau melakukan suatu

pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana penjara

selama-lamanya enam tahun".

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas, kejahatan pungutan liar dapat

dijerat dengan tindak pidana di bawah ini:

a. Tindak pidana penipuan

Penipuan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang mana terdapat

unsur-unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum

dengan rangkaian kebohongan untuk atau agar orang lain menyerahkan

(12)

b. Tindak pidana pemerasan

Penipuan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang mana terdapat

unsur-unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum

dengan rangkaian kekerasan atau dengan ancaman agar orang lain

menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya

c. Tindak pidana korupsi

Tindak pidana korupsi yang sangat erat kaitannya dengan kajahatan

jabatan ini, karena rumusan pada pasal 415 pasal penggelapan dalam

KUHP diadopsi oleh UU No. 31 tahun 1999 yang kemudian diperbaiki

oleh UU No. 20 tahun 2001, yang dimuat dalam pasal 8.

C. Pembahasan

1. Sejarah Pungutan Liar di Indonesia

Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai

akibat adanya prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan

menjadi penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang

menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publicyang

korupsi.Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik

(13)

Pada awalnya, tindakan kolutif dari masyarakat lebih

banyak karenaketerpaksaan, yaitu sebagai bentuk respons

mereka terhadap kerumitan, pemaksaandan ketidak pastian

pelayanan public. Namun, apabila pada perkembangannya

masyarakat pengguna layanan justru banyak yang merasa lega

ketika melakukan hal itu, atau bahkan mengharapkannya karena

beranggapan hal itu dapat mempercepat urusannya, dan tidak

menganggapnya sebagai praktiknegatif yang merugikan berarti

masyarakat kita telah ikut melembagakan praktik pungutan liar.

Pada masa Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dikeluarkan Instruksi

Presiden No. 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban

(1977-1981), dengan tugas membersihkan pungutan liar, penertiban

uang siluman, penertiban aparat pemda dan departemen. Untuk

memperlancar dan mengefektifkan pelaksanaan penertiban ini

ditugaskan kepada Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara,

untuk mengkoordinir pelaksanaannya dan Pangkopkamtib untuk

membantu Departemen/Lembaga pelaksanaanya secara

operasional.Pemberantasan pungutan liaryang dipimpin oleh

Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban

(14)

Pangkopkamtib pada masa orde-baru merupakan institusi super

bodybidang politik, hukum dan keamanan. Militer, dan seluruh

institusi penegak hukum dibawah kendali Pangkopkamtib.

Pungutan liar di jembatan timbang dijadikan simbol

pemberantasan pungutan liar.Karena “kebiasaan” di jembatan

timbang, telah terjadi puluhan tahun.Begitu pula dengan institusi

perizinan juga dituding sebagai sarang pungutan liar.

Prioritas penindakan Operasi Tertib adalah "pungutan

liar" dalam segala bentuknya.Khususnya pungutan liar yang

menyangkut kepentingan masyarakat luas, seperti pungutan liar

di jembatan timbang, pungutan liar oleh penegak hukum di

semua instansi (hakim, jaksa, polisi), per-caloan kreta

api/pesawat/kapal laut, pungutan liar pada pengurusan Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan lain sebagainya.

Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1977 Tentang Operasi Tertib bertujuan untuk

menghilangkan praktek-praktek yang dilakukan oleh

oknumoknum dalam aparatur Pemerintah yang tidak berdasarkan

peraturan seperti pungutan liar dalam berbagai bentuknya dan

untuk memperbaiki serta meningkatkan dayaguna dan hasilguna

(15)

penertiban secara menyeluruh dan terus menerus di dalam tubuh

aparatur Pemerintah.

Pada awalnya Operasi Tertib dibentuk untuk

pembersihan pungutan liar di jalan-jalan, penertiban uang

siluman di pelabuhan, baik pungutan tidak resmi maupun resmi,

tetapi tidak sah menurut hukum.Namun, pada tahun 1977 sasaran

penertibannya diperluas, beralih dari jalan-jalan ke aparat

departemen dan daerah.

Terbentuknya Operasi Tertib adalah juga pengakuan

bahwa masih banyak yang tidak tertib dalam administrasi

pemerintahan sehingga menciptakan pungutan liar. Adanya

Operasi Tertib di lain pihak juga menyajikan harapan kepada

masyarakat yang tahu bahwa tidak bersihnya aparatur negara

sudah pada titik yang menimbulkan putus asa.

Dengan undang-undang dan lembagalembaga penegak

hukum yang seharusnya menindak koruptor, pemerintah tetap

merasa perlu mengerahkan Kopkamtib dan Laksusda (Pelaksana

Khusus Kopkamtib Daerah yaitu Kodam) untuk melaksanakan

"Operasi Tertib" memberantas korupsi, manipulasi dan pungutan

liar. Operasi Tertib bergerak dengan jaringan Satgas Intel

(16)

ditempatkan inspektur Operasi Tertibuntuk "mendinamisir"

pengawasan.

Meskipun Operasi Tertib pada saat itu telah

menyelamatkan uang negara sebesar Rp.200 milyar dan

menindak 6.000 pegawai selama tahun 1977-1981, dan setiap

selambatnya tiga bulan melaporkan kepada Presiden tentang

penertiban di departemen dan jawatan pemerintah, Ketua BPK

menyatakan bahwa "tidak ada satu pun departemen yang bersih

dari korupsi". Sebulan kemudian, November 1981, Wakil

Presiden Adam Malik menimpali bahwa"korupsi sudah

epidemic.Memangkas biaya pungutan liar juga bertujuan untuk

meringankan beban pengusaha, dan mengalihkanbiaya tersebut

untuk kepentingan buruh. Pemerintah tak perlu menempuh

kebijakan populis yang seolah membela tapi sebenarnya

dalamangka panjang merugikan buruh.

Berhasil tidaknya Operasi Tertib ini juga tergantung dari

aparatur negara.Ada kesan bahwa atasan itu cenderung

melindungi bawahan. Satu dan lain hal disebabkan karena

pungutan liar memang terjadi dari atas sampai ke bawah. Bahkan

(17)

bawah.Beberapa contoh tentang bentuk penyelewengan tersebut

antara lain:

a. Pungutan atas gaji/pensiun Pegawai Negeri oleh

oknum instansi yang bersangkutan;

b. Pungutan atas pengangkatan Pegawai Negeri oleh

instansi yang bersangkutan;

c. Pungutan atas biaya-biaya perjalanan pegawai oknum

instansi yang bersangkutan;

d. Pungutan oleh oknum-oknum instansi atas pembelian

Departemenatau instansi, sehingga meningkatkan

harga di luar kewajaran (dalam hal tender misalnya);

e. Pungutan atas pemberian izin-izin seperti izin usaha,

izin dagang, izin bangunan, izin kerja, paspor dan

sebagainya oleh oknum instansi yang bersangkutan

dalam hal melakukan pelayanan kepada masyarkat

dan hal-hal semacam ini terjadi di hampir setiap

instansi yang mengeluarkan, perizinan-perizinan

tersebut;

f. Pungutan-pungutan oleh oknum-oknum KPN atas

penguangan SKO untuk belanja rutin maupun belanja

(18)

g. Pungutan-pungutan yang terjadi dalam hal penyetoran

pajak, sehingga besarnya pajak yang masuk ke

Negara relatif kecil dibandingkan yang masuk ke

oknum petugas pajak yang bersangkutan;

h. Pungutan-pungutan resmi yang tidak didasarkan atas

peraturan perundang-undangan yang sah baik di

Departemen maupun di Pemerintah Daerah;

i. Pungutan-pungutan yang berhubungan dengan

pemberian kredit oleh perbankan yang biasanya

disebut "uang hangus".

Pimpinan Instansi bersangkutan yang diawasi

memberikan bantuan pada pelaksanaan pengawasan baik

yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal atau Instansi

Pengawasan lainnya, seperti Direktorat Jenderal

Pengawasan Keuangan Departemen Keuangan.

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan ataupun Instansi

pengawas hendaknya tidak hanya berdasarkan formalitas

saja (yaitu kelengkapan laporan saja) tapi harus lebih

dipentingkan adanya pengawasan materiil dengan

memeriksa keadaan sesungguhnya. Apabila dalam

(19)

buktibukti adanya pelanggaran hukum pidana, maka

harus segera dilaporkan kepada alat-alat penegak hukum

yang berwenang (polisi atau jaksa). Peningkatan

pelaksanaan pengawasan dan penertiban di lingkungan

Departemen/Lembaga dan di lingkungan aparatur

Pemerintah Daerah telah dilaksanakan dengan

dilancarkannya Operasi Tertib terhadap penyalahgunaan

jabatan, komersialisasi jabatan, korupsi,

pemborosan-pemborosan, pungutan liar dan perbuatan tercela lain.

Operasi Tertib dimaksudkan untuk mendinamisasikan

fungsi aparatur pengawasan Pemerintah dalam

peningkatan tertib organisasi, kepegawaian, keuangan

dan ketatalaksanaan dalam lingkungan

Departemen/Lembaga dan Pemerintah Daerah

SelainOperasi Tertib yang dilaksanakan secara

fungsional dan secara operasional oleh atasan langsung

kepada bawahan dalam beberapa tahun berikutnya,

dilaksanakan pula penertiban-penertiban yang dilakukan

secara khusus, seperti Operasi Bersih dan Berwibawa

(20)

Pada tahun ketiga Repelita III telah dilaksanakan

operasi penertiban yang diberi nama"Operasi Bersih dan

Berwibawa" sebagai operasi untuk menangani adanya

penyimpangan dalam pengangkatan pegawai honorer

daerah dan pengangkatan lurah dan perangkat kelurahan

menjadi pegawai negeri.Desakan publik yang kuat bagi

pemerintahan baru untuk memberantas korupsi telah

melahirkan Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menggantikan

Undang No. 3 tahun 1971, karena

Undang-Undang No. 3 tahun 1971 dipandang oleh berbagai

kalangan mempunyai banyak kelemahan, sehingga

banyak koruptor yang lolos dari jerat hukum.

Dalam pemikiran hukum, tidak ada pemisahan

antara hukum alam dengan moral. Penganut hukum alam

mengangap bahwa hukum alam dan moral sebagai

cerminan dari pengaturan secara internal dan eksternal

kehidupan manusia dan berhubungan dengan sesama

manusia.22 Pada tahun 2004, pemerintah mengeluarkan

Instruksi Presiden Nomor5 Tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi, terdapat 12 (dua

22

(21)

belas) instruksikepada para pimpinan birokrasi.

Diantaranya adalah instruksiuntuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada publik, baik dalam bentuk jasa ataupun

perizinan melalui transparansi dan standardisasi

pelayanan yang meliputi persayaratan-persyaratan, target

waktu penyelesaian, dan tarif biaya yang harus dibayar

oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tersebut

sesuai peraturan perundang-undangan dan menghapuskan

pungutan-pungutan liar.Dalam Instruksi Presidentersebut,

Presiden antara lain secara khusus menginstruksikan

kepadaMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

untuk menyiapkan rumusan kebijakan dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik.Presiden juga

menginstruksikan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota

agar meningkatkan pelayanan publik dan meniadakan

pungutan liar dalam pelaksanaannya.Inpres itu sendiri

hanyalah instruksi yang bersifat umum dan bukan bersifat

teknis. Oleh karena itu, Instruksi PresidenNomor 5 Tahun

2004 perlu diterjemahkan masing-masing pimpinan

birokrasi dengan mengeluarkan rumusan-rumusan

(22)

dalam pelayanan publik, sehingga pelayanan yang

diberikan aparat birokrasi sesuai dengan harapan inpres

tersebut, yakni pelayanan berkualitas dan bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Sektor pelayanan publik yang dikelola

pemerintah, baik departemen, lembaga pemerintah non

departemen, maupun pemerintah daerah, seperti

pelayanan pajak, perizinan, investasi, pembuatan KTP,

SIM, STNK, IMB,transportasi, akta, sertifikat tanah,

listrik, air, telepondan sebagainyamerupakan sektor yang

rentan terjadinya pungutan liar, karena berkaitan

langsung dengan kepentingan masyarakat. Di sektor

pelayananpublik terjadi hubungan antar domain, yakni

pemerintah atau birokrasi sebagai penyelenggara

pemerintahan, sektor usaha, dan masyarakat umum.

Pada hakikatnya korupsiseperti tawar menawar

biaya, pungutan liar,kolusi, penjualan pengaruh,

nepotisme, kuitansi fiktif, manipulasi laporan keuangan,

transfer komisi, mark up, pemerasan, penyuapan (sogok)

yang disamarkan sebagai hibah, hadiah atau uang

(23)

dipertanggungjawabkan yang kesemuanya menimbulkan

ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Pada tahun 2012, Pemerintah meluncurkan

Instruksi Presiden (Inpres) nomor 17 tahun 2011 tentang

aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun

2012Inpres tersebut melakukan lanjutan dari Inpres

nomor 9 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi Tahun 2011 yang diluncurkan

pada Mei 2011 lalu. Pencegahan dan pemberantasan

korupsi akan selalu menjadi permasalahan yang menjadi

prioritas. Hal yang dibahas adalah yang sudah dilakukan

dilihat dari segi penataan dari berbagai tata kerja, maupun

dari segi prosedur dan lain-lain. Beberapa hal menonjol

yang mulai diterapkan pada tahun 2011, disebutkan,

seperti diterapkannya sistem yang transparan di

lembaga-lembaga kepolisian dan kejaksaan.Termasuk juga

berbagai macam perbaikan yang berlangsung di

Kemkumham.Tapi, yang menonjol adalah sistem whistle

blower dan justice collaborator.

Instruksi Presiden No.17 tahun 2011 terdiri dari

(24)

bidang pencegahan, 6 aksi bidang penegakan hukum, 5

aksi bidang penyusunan peraturan perundang-undangan,

7 aksi bidang kerja sama internasional dan penyelamatan

aset, 4 aksi bidang pendidikan dan penyebaran budaya

antikorupsi, serta 2 aksi bidang pelaporan. UKP4 yang

akan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Inpres

tersebut. Pada Bulan Januari 2012, Menteri Hukum dan

HAM mengukuhkan sebanyak 293 satuan kerja sebagai

wilayah bebas korupsi. Dengan pengukuhan ini, di 239

satuan kerja itu tidak lagi terdapat pungutan liar, suap,

atau praktik korupsi lainnya. 293 satuan kerja tersebut, di

antaranya adalah, 10 kantor wilayah, 65 lembaga

permasyarakatan dan 58 rumah tahanan negara.

Membersihkan instansi-instansi pemerintah dari

sarang korupsi dan pungutan liar, sebagaimana tertuang

dalam Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011tentang

Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun

2012, juga menyentuh kantor Badan Pertanahan Negara

(BPN). BPN ditargetkan bisa menyelenggarakan

pelayanan pertanahan yang cepat, non diskriminatif,

transparan dan akuntabel, serta bebas pungutan liar,

23

(25)

setidaknya pada akhir 2012 mendatang.Presiden juga

meminta Kepala BPN agar meningkatkan perlindungan

whistle blower, dengan menyusun mekanisme (SOP)

perlindungan bagi aparat/petugas di Kantor

Pertanahan/BPN, dan mendorong pengungkapan

penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan yang

dilakukan aparat Kantor Pertanahan(BPN).Indonesia

Corruption Watch (ICW) juga membuka 42 pos

pengaduan pengutan liar dalam Penerimaan Siswa Baru

tahun 2012/2013, hingga Oktober 2012.Laporan itu

menyusul temuan berbagai modus pungutan liar di

sejumlah sekolah mulai tingkat Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Pertama.

Pungutan yang diberlakukan pihak sekolah antara

lain untuk keperluan seragam, operasional, bangunan,

buku, dana koordinasi, internet, koperasi, amal jariyah,

formulir pendaftaran, perpisahan guru, praktek, SPP,

administrasi rapor, ekstrakurikuler, sumbangan

pengembangan institusi, uang pangkal dan pungutan

liarlainnya. Selain pungutanliar, masyarakat juga

(26)

siswa baru yang tidak tersosialisasi dengan baik. Mereka

mengeluhkan kurangnya informasi tentang

persyaratandan jangka waktu pelaksanaan PSB. Selain

itu, mereka juga mengeluhkan mengenai PSB Online

yang tidak transparan, proses seleksi diskriminatif,

adanya titipan anak pejabat.Pada saat ini, paradigma

mempersulit harus berhadapan dengan Komisi Pelayanan

Publik (KPP) yang telah didirikan di berbagai daerah.

Sehingga masyarakat pengguna layanan P2T maupun

perizinan lain yang kecewa dapat mengajukan

pengaduan. Terdapat standar (waktu dan harga) serta

kepatutan dalam segala urusan publik.

Berkurangnya ruang untuk menyalahgunakan

kekuasaan serta mempersulit birokrasi akan mengurangi

pungutan liar. Dengan memperbesar kemungkinan atau

bahkan jaminan terbongkarnya praktik pungutan liar

berjamaah tentu akan menurunkan keinginan untuk

melakukan korupsi. Apalagi ketika mekanisme

pengawasan dalam birokrasi menjadi semakin efektif

dengan mekanisme pengawasan yang bersifat

(27)

pengawasan seperti ini akan membuat semua aparatur

dalam birokrasi khususnya pelayanan publikakan

semakin sulit untuk melakukan pungutan liar.

Pengaturan Pungutan Liar Dalam

KUHPPungutan liar merupakan perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang atau Pegawai Negeri atau

Pejabat Negara dengan cara meminta pembayaran

sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan

peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.

Hal ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan.

Meskipun menurut pendapat Penulis, pemerasan

merupakan perbuatan awal, yang pada akhirnya bersama

serangkaian perbuatan yang lain menghasilkan pungutan

liar.

Pasal 12 huruf e menunjuk pada Pasal 423, Pasal

12 huruf f, rumusannya mengambil dari Pasal 425 ayat

(1). Termasuk pada golongan ini adalah perbuatan yang

kerap dilakukan yaitu perbuatan pungutan liar yang

dilakukan oleh seorang pegawai negeri.Sedangkan pasal

368 merupakan perbuatan pemerasan yang dilakukan

(28)

dikenal dengan “pemalakan”.Perbuatan pidana yang

berkaitan dengan premanisme merupakan

perbuatan-perbuatan yang lebih sederhana pembuktiannya

dibandingkan dengan kasus korupsi. Perbuatan

premanisme yang berkaitan dengan Pasal 368 tidak

memiliki unsur penyalahgunaan wewenang sehingga

menjadikan Pasal 368 tidakdikonversi ke dalam

UUPTPK.Adapun penjelasan beberapa Pasal di dalam

KUHP yang dapat mengakomodir perbuatan pungutan

liar adalah sebagai berikut:

a. Pasal 368 KUHP

Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan

dirumuskan dengan rumusan sebagai berikut :Barang

siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secaramelawan hukum,

memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang

seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain,

atau supaya memberikan hutang maupun menghapus

(29)

penjara paling lama sembilan tahun. Beberapa

penjelasan unsur-unsur adalah sebagai berikut :

1) untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

Pengertian "menguntungkan diri sendiri atau

orang lain" adalah menambah baik bagi dirinya

sendiri maupun bagi orang lain dari kekayaan

semula. Menambah kekayaan disini tidak perlu

benar-benar telah terjadi, tetapi cukup apabila

dapat dibuktikan, bahwa maksud pelaku adalah

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Sedangkan maksud menguntungkan diri sendiri

atau orang lain sebagai tujuan terdekat. Adanya

penyerahan sesuatu dari korban kepada pembuat

merupakan suatu keharusan dalam delik ini.

Keuntungan yang diperoleh haruslah secara

langsung, artinya mtidak diperlukan tahap-tahap

tertentu untuk mencapainya.

2) melawan hukum

Melawan hukum di sini merupakan tujuan untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Jadi,

(30)

menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dilakukan secara melawan hukum. Maksud di sini

merupakan sesuatu yang subyektif.

3) memaksa orang lain dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan

Pengertian "memaksa" dimaksudkan adalah

melakukan tekanan pada orang, sehingga orang

itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan

kehendaknya sendiri. Menurut Van Bemmelen,

bila ada seorang pemiutang memaksa dengan

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

seorang untuk membayarnya, yang memang dia

berutang dan harus membayarnya, maka bukan

perbuatan yang diatur dalam Pasal 368 KUHP.

4) memberikan atau menyerahkan sesuatu barang.

Berkaitan dengan unsur itu, maka

persoalan-persoalan yang muncul adalahkapan dikatakan

ada penyerahan suatu barang.Penyerahan suatu

barang dianggap telah ada apabila barang yang

diminta oleh pemeras tersebut telah dilepaskan

(31)

apakah barang tersebut sudah benar - benar

dikuasai oleh orang yang memeras atau

belum.Pemerasan dianggap telah terjadi, apabila

orang yang diperas itu telah menyerahkan

barang/benda yang Delik dalam pasal 468 KUHP

erat hubungannya dengan delik pencurian dengan

kekerasan atau perampokan dalam Pasal 365

KUHP. Karena keduanya mengenai pengambilan

barang orang lain. Perbedaannya ialah pada delik

pemerasan ada semacam “kerjasama” antara yang

meminta dan diminta, yang menyerahkan barang

itu dengan terpaksa (dengan ancaman),

sedangkan pada delik pencurian dengan

kekerasan tidaklah demikian.dimaksudkan si

pemeras sebagai akibat pemerasan terhadap

dirinya.Penyerahan barang tersebut tidak harus

dilakukan sendiri oleh orang yang diperas

kepadapemeras. Penyerahan barang tersebut

dapat saja terjadi dan dilakukan oleh orang lain

selain dari orang yang diperas.

(32)

Berkaitan dengan pengertian "memberi hutang"

dalam rumusan pasal ini perlu kiranya

mendapatkan pemahaman yanag benar. Memberi

hutang di sini mempunyai pengertian, bahwa si

pemeras memaksa orang yang diperas untuk

membuat suatu perikatan atau suatu perjanjian

yang menyebabkan orang yang diperas harus

membayar sejumlah uang tertentu. Jadi, yang

dimaksud dengan memberi hutang dalam hal ini

bukanlah berarti dimaksudkan untuk

mendapatkan uang (pinjaman) dari orang

yangdiperas, tetapi untuk membuat suatu

perikatan yang kewajiban bagi orang yang

diperas untuk membayar sejumlah uang kepada

pemeras atau orang lain yang Unsur "untuk

menghapus utang". dikehendaki.

6) Menghapuskan piutang yang dimaksudkan adalah

menghapus atau meniadakan perikatan yang

Pasal ini merupakan pasal yang digunakan oleh

aparat penegak hukum untuk menjerat

(33)

dilakukan oleh “debt collector”.sudah ada dari

orang yang diperas kepada pemeras atau orang

tertentu yang dikehendaki oleh pemeras.

Penghapusan utang misalnya dengan paksaan

seorang menandatangani kuitansi lunas padahal

sebenarnya utang tersebut belum dibayar. Hal itu

depat dilakukan dengan acaman maupun

kekerasan.

b. Pasal 423 KUHP

Kejahatan dengan maksud menguntungkan diri

sendiri atau orang secara melawan hukum, dengan

menyalahgunakan kekuasaan memaksa orang lain

penggolongan preman sebagai target operasi

berdasarkan Komisi Kepolisian Nasional:

1) preman yang mengganggu ketenteraman dan

ketertiban (mabuk-mabukan, mengganggu lalu

lintas, ribut-ribut dl tempat umum).

2) preman yang memalak (meminta dengan paksa) di

lokasi umum (misalnya menjual majalah secara

paksa, mengemis dengan gertakan, mendorong

(34)

masyarakat / perseorangan yang menaikkan dan

menurunkan bahan bangunan dl pabrik / industri /

komplek perumahan, parkir liar dengan meminta

uang secara paksa, dan lain-lain sejenis).

3) preman debt collector (penagih utang dengan

memaksa / mengancam nasabah, menyita dengan

paksa, menyandera).

4) preman tanah (menguasai / menduduki lahan /

poperty secara illegal yang sedang dalam sengketa

dengan memaksakan kehendak satu pihak).

5) preman berkedok organisasi (organisasi jasa

keamanan, preman tender proyek dan organisasi

massa anarkis)menyerahkan sesuatu, melakukan

suatu pembayaran atau melakukan suatu

pekerjaanuntuk pribadi sendiri oleh seorang

pegawai negeri seperti yang dimaksudkan dalam

Pasal 423 KUHP itu, termasuk dalam golongan

kejahatan jabatan. Pasal 423 KUHP itu berbunyi:

Pegawai negeri yang dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

(35)

kekuasaannya memaksa orang lain untuk

menyerahkan sesuatu, melakukan suatu

pembayaran, melakukan pemotongan terhadap

suatu pembayaran atau melakukan suatu pekerjaan

untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana

penjara selama-lamanya enam tahun. Menurut

ketentuan yang diatur dalam Pasal 12

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kejahatan

yang diatur dalam Pasal 423 KUHP merupakan

tindak pidana korupsi, sehingga sesuai dengan

ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 12 huruf

e dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999, pelakunya dapat dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau dengan

pidanapenjara paling singkat empat tahun dan

paling lama dua puluh tahun dan pidana denda

paling sedikit dua puluh juta rupiah dan paling

(36)

Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di

tempat yang tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut.

Kegiatan pungutan liar (selanjutnya disebut pungli) bukanlah

hal baru. Pungli berasal dari frasa pungutan liar yang secara

etimologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

memungut bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli

merupakan praktek kejahatan.Istilah pungli ini juga terdapat

dalam kamus bahasa China. Li artinya keuntungan dan Pung

artinya persembahan, jadi Pungli diucapkan Pung Li, artinya

adalah mempersembahkan keuntungan.

Pungutan liar merupakan perbuatan yang dilakukan

oleh seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara

dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak

sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan

dengan pembayaran tersebut. Hal ini sering disamakan

dengan perbuatan pemerasan.

Berdasarkan catatan dari Dokumen Perserikatan

Bangsa-Bangsa Tentang Upaya Pemberantasan Korupsi,

pungutan liar merupakan pungutan tidak resmi, permintaan,

penerimaan segala pembayaran, hadiah atau keuntungan

(37)

publik atau wakil yang dipilih dari suatu negara dari

perusahaan swasta atau publik termasuk perusahaan

transnasional atau individu dari negara lain yang dikaitkan

dengan maksud untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

tugas yang berkaitan dengan suatu transaksi komersial

internasional. Pungutan adalah penerimaan biaya pendidikan

baik berupa uang dan/atau barang/jasa pada satuan

pendidikan dasar yang berasal dari peserta didik atau

orangtua/wali secara langsung yang bersifat wajib, mengikat,

serta jumlah dan jangka waktu pemungutannya ditentukan

(38)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pungutan Liar (Pungli) yang saat ini tengah fokus diberantas pemerintah, terjadi di hampir seluruh wilayah

Indonesia.Untuk memberantas pungutan liar, tidak bisa

hanya dipercayakan ke kepolisian khususnya anggota

Reskrim Polres Temanggung dalam menjalankan tugasnya

harus mampu mengendalikan dan meminimalisir

kendala-kendala dalam yang ada baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Hal ini bertujuan agar kejadian pungutan liar dapat

dihindari dan diberantas, sehingga menekan angka kejadian

kejahatan atau pidana. Adapun peran masyarakat dalam

membantu tugas kepolisian juga menjadi faktor penentu

untuk keberhasilan tugas polisi, masyarakat sebagai warga

Negara yang baik harus bersikap aktif dalam membantu

kinerja kepolisian, apabila terjadi suatu tindak pidana harus

berani menindak pelaku dan berperan aktif menjadi saksi

dalam proses penyidikan karena saksi dan korban memiliki

(39)

peranan yang penting dalam proses penyidikan pada tahap

pertama proses peradilan pidana.

2. Peran Kepolisian dalam memberantas pungutan liar tidak dapat dilakukan secara independent. Karena bawasaannya hal

ini seperti yang sudah dibahas dalam Bab II, pungutan liar

melibatkan banyak pihak, sehingga jika polisi hanya bekerja

sendiri tanpa mengkoordinasi pihak – pihak yang

bersangkutan, maka mustahil untuk dapat diberantas.

Pungutan liar yang dalam hal ini terjadi di temanggung sudah

lama menyita perhatian dari Polres Temanggung. Untuk itu

saat ini mulai disiapkan upaya nyata dari Polres yang

berkerja sama dengan orang terkait supaya pungutan liar

dapat diatasi atau diberantas.

B. Saran

1. Pungutan Liar (pungli) adalah fakta yang praktiknya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan atau

kekuasaan atas kepentingan publik, dan masyarakat sangat

bergantung pada mereka.Masyarakat ada dalam posisi

membutuhkan dan merasa dirinya ada dalam posisi

”memohon” yang harus tunduk pada ”syarat-syarat” yang

(40)

pemberantasan pungli sebagai bagian reformasi hukum bisa

dibenarkan. Masyarakat harus mulai berani melaporkan

praktik- praktik pungli.Masyarakat tidak perlu merasa dirinya

sebagai objek yang dapat diperlakukan sewenangwenang

melalui praktik pungli karena secara yuridis justru

masyarakat berhak mendapatkan pelayanan baik dari negara

sesuai denan peraturan hukum yang berlaku.

2. Namun upaya pemerintah untuk memberantas pungli yang

sangat masif itu bukan hal yang mudah dilaksanakan di

tingkat lapangan.Jadi pungli menjadi semakin masif karena

ada sinergi kepentingan pemegang kewenangan publik

dengan masyarakat (publik) selaku pihak yang

membutuhkan. Praktik pungli dengan demikian, harus

ditindak tegas oleh negara. Oleh karena itu langkah

pemberantasan praktik pungli, melalui Perpres Nomor 87

Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungli harus

dibuktikan di lapangan, dan masyarakat pun harus berani ikut

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2011. dalam repository.usu.ac.id

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012

Andizaenal.2005. Asas-Asas Hukum Pidana (BagianPertama), Bandung

Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007)

Koencaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan Jakarta, PT. Gramedia, 1974,

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2008

Momo Kelana dalam www. hukumonline.co.id

Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidan

Soedjono D. SH., Pungli analisa hukum & Kriminologi, Penerbit Sinar Baru Bandung, Cet.II, Maret 1983

Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana:Raja Grafindo Persada

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia

Peraturan

Undang-Undang No. 3 Tahun 1971

Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011

Pasal 368 KUHP

Pasal 415 KUHP

Pasal 418 KUHP

Pasal 421 KUHP

UU No. 2 tahun 2002

Referensi

Dokumen terkait

Luaran dari tahap pelaksanaan kegiatan ini adalah: Guru-guru MTs Muqimus Sunnah Palembang mampu menggunakan Media Audio Visual untuk membuat media pengajaran, tolak

Kegunaan penulisan skripsi ini secara teoretis adalah untuk memberikan analisis terhadap pelaksanaan perjanjian kredit secara elektronik terkait dengan layanan

Tema pendidikan karakter dalam wujud karya game sangat menarik untuk diangkat dikarenakan penanaman kepedulian terasa lebih mengena diajarkan dalam bentuk

Satu bayi dalam penelitian ini mempunyai berat badan lahir 900 gram (BBLSAR/KMK) menunjukkan toleransi minum yang baik dengan pemberian enteral feeding pada usia kurang dari 24 jam

Wajib pajak akan berprilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban peprajakan apabila wajib pajak dapat memperoleh banyak manfaat atas kepemilikan NPWP, wajib pajak

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Pada unsur latar, diidentifikasi tiga jenis latar yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.Latar yang dilukiskan dalam kumpulan cerpen Sepotong Hati yang Baru dapat

Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan minat ibu nifas tentang postnatal massage di Puskesmas Jelakombo, Kecamatan Jombang, Kabupaten