• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010107 6 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010107 6 1."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis terbesar ke tiga di dunia, setelah Brazil dan Zaire. Hampir lebih tiga dasa warsa, pengelolaan hutan tropis tersebut berbasis kayu (w ood base forest management) melalui kebijakan konsesi hutan kepada para pengusaha. Akibatnya dalam kurun tiga dasa warsa, luas hutan tropis Indonesia mengalami penurunan tajam dengan laju deforestasi rata-rata 800.000 pohon/1 juta hektar per tahun (KLH, 2007). Laju deforestasi yang semakin meningkat menyebabkan berkurangnya gas CO2yang diserap sehingga gas CO2di atmosfer konsentrasinya semakin meningkat.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (2009) menyatakan bahwa emisi CO2Indonesia diperkirakan akan naik sebesar 2% per tahun. Dengan kenaikan sebesar 2% tersebut, maka pada tahun 2020 emisi Indonesia akan mencapai 2,8 miliar ton CO2dan pada tahun 2030 akan menjadi 3,6 miliar ton CO2. Sumber utama dari kenaikan emisi tersebut berasal dari pembangkit listrik, transportasi dan lahan gambut (Goldmisth dan Hexter, 1967). Oleh karena itu, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya menurunkan emisi gas CO2.

Solusi yang dapat dilakukan saat ini adalah mempertahankan luas hutan yang ada di permukaan bumi berdasarkan pada fungsi hutan sebagai tempat penyerap karbon dan penyimpanan karbon. Indonesia sangat berpotensi menjadi negara penyerap CO2atmosfer melalui pembentukan, pengembangan, dan pelestarian hutan. Pelestarian hutan sangat efektif mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer dengan meningkatkan laju fotosintesis. Semakin banyak CO2yang terserap maka semakin banyak CO2yang disimpan (stok karbon) dalam bentuk biomassa tegakan.

(2)

2

lateks dan kayu, maka tanaman karet telah dijadikan sebagai tanaman primadona yang dikebunkan secara besar-besaran oleh masyarakat maupun pemerintah (Nazarudin, et al.,

1992).

Perkebunan karet di Indonesia didominasi oleh perkebunan karet rakyat. Luas perkebunan karet rakyat mencapai 2,80 juta Ha atau 85% dari total areal perkebunan karet Indonesia yakni seluas 3,30 juta Ha (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2002). PT.Perkebunan Nusantara IX merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengusahakan komoditas utama yaitu karet disamping ada kopi, kakao, tebu, mahoni teh dan jati. Luas area PT.Perkebunanan Nusantara IX untuk perkebunan karet adalah 30.456,26 ha yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, sedangkan kebun Krumput untuk budidaya karet seluas 2.051,25 ha yang relief tanahnya berbukit-bukit (Novianto, 2008). Keberadaan perkebunan karet dapat terus diperluas dan dikembangkan pada lahan bekas hutan, lahan kritis atau lahan marginal, sehingga tegakan karet mampu berperan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Tanaman karet memiliki peran yang sangat besar dalam penyerapan CO2, karena memiliki kanopi lebih lebar dan permukaan daun hijau dan daun yang luas. Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan mampu mengolah CO2 sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis. Oleh karena itu, tanaman karet mampu membantu dan mendampingi hutan alam dalam penyerapan gas CO2(Indraty, 2005).

Gas CO2secara alami akan diproses oleh tegakan karet melalui fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Oleh karena itu, semakin luas tegakan karet maka laju penyerapan gas CO2(carbon shink), penyimpanan karbon (carbon st ock), serta produksi oksigen akan semakin cepat. Dengan kata lain, laju konversi gas CO2menjadi biomassa dan oksigen akan semakin cepat. Penanaman lahan kosong dengan tegakan karet merupakan nilai investasi yang sangat tinggi karena mampu memecahkan masalah naiknya emisi gas CO2di atmosfer (Indraty, 2005).

Tegakan karet sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan karena mampu berperan sebagai penyerap dan penyimpan karbon, serta sumber energi (Indraty, 2005). Hal ini disebabkan oleh karena tanaman karet merupakan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh (fast grow ing species). Dengan demikian melalui tegakan karet akan semakin cepat konversi gas CO2 atmosfer menjadi biomassa dan oksigen. Hasil penelitian Azwar et al. (1989), mendapatkan laju pertumbuhan biomassa rata-rata tanaman karet pada umur 3−5

(3)

3

tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa tegakan karet sangat berjasa dalam menurunkan emisi CO2di atmosfer. Atas dasar hal-hal tersebut maka perlu diuji daya serap CO2tegakan karet pada berbagai strata umur yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah umur tegakan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) mempunyai hubungan dengan daya serap karbondioksida?

2. Pada umur berapakah tegakan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang paling optimal dalam menyerap karbondioksida?

Terkait dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara daya serap karbondioksida tegakan karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) dengan umur tegakan.

2. Mengetahui umur tegakan karet (Hevea brasiliensis M uell. Arg.) yang paling optimal dalam menyerap karbondioksida.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan strata umur tegakan karet pada PT. Perkebunan Nusantara IX dengan daya serap CO2, serta memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya tegakan untuk membantu mengurangi emisi CO2yang semakin tinggi konsentrasinya menyebabkan global

Referensi

Dokumen terkait

Makna konjungsi koordinatif yang terdapat dalam novel Kasih Tak Terlerai karya Soeman HS sebanyak 5 makna yaitu: (1) makna penjumlahan dan , (2) makna perurutan

Pemrograman dan komunikasi pada Arduino Uno menggunakan software LDmicro berfungsi sebagai perangkat untuk pemrograman ladder diagram , simulator, dan compiler yang

Penelitian ini akan diawali dengan penginventarisan berbagai masalah akademik mahasiswa, setelah itu akan dilihat bagaimana peranan dosen PA mereka dalam membantu

Sesuai dengan indikator keberhasilan 85% maka penelitian tindakan kelas sudah dikatakan berhasil untuk meningkatkan perilaku disiplin anak melalui metode pembiasaan. Metode

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu pertumbuhan lilit batang TBM yang diukur dari TBM-1 sampai dengan TBM-4, tebal kulit dan anatomi kulit (jumlah cincin

Di antara sesuatu yang menarik untuk ditelaah lebih jauh adalah adanya indikasi-indikasi yang realistis bahwa sistem pendidikan pesantren tetap bertahan (eksis) dan relevan,

Jika dalam above the line iklan langsung disuguhkan langsung di depan mata melalui TV atau Koran, maka pada bellow the line mata publiklah yang dipancing

Risiko (risk) : adalah akibat yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi karena adanya bahaya yang terpapar pada populasi dalam dosis atau konsentrasi tertentu. Risiko