• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 4 6 TAHUN 1 9 9 1 TENTANG

PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia yang didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962 dinilai memenuhi persyarat an unt uk dialihkan bent uknya menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969;

b. bahwa pengalihan bent uk Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia t ersebut , perlu dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 19 Prp Tabun 1960 t ent ang Perusahaan Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1989);

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) menj adi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);

(2)

Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 37);

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM).

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;

2. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;

3. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang Penerangan;

4. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung j awab dalam bidang Pembinaan Pers dan Graf ika;

5. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan Negara Republik Indonesia;

6. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan Negara Republik Indonesia;

7. Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan Negara Republik Indonesia;

(3)

9. Pegawai adalah Pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan Negara Republik Indonesia;

10. Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi Perusahaan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dengan maksud agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan f ungsinya secara berdayaguna dan berhasilguna sert a dapat berkembang dengan baik;

11. Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap Perusahaan, dengan t uj uan agar Perusahaan melaksanakan f ungsinya dengan baik dan berhasil mencapai t uj uan yang t elah dit et apkan;

12. Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/ at au dalam bidang t eknik operasional;

13. Pengelolaan Perusahaan adalah kegiat an perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Perusahaan sesuai dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri.

BAB II

PENDIRIAN DAN STATUS PERUSAHAAN

Pasal 2

(4)

ini.

(2) Dengan dialihkannya bent uk Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia dinyat akan bubar pada saat pendirian Perusahaan Umum (PERUM) t ersebut dengan ket ent uan segala hak dan kewaj iban, kekayaan dan seluruh Pegawai Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia yang ada pada saat pembubarannya beralih kepada Perusahaan Umum (PERUM) yang bersangkut an,

(3) Pengalihan st at us Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

Bagian Pert ama UMUM

Pasal 3

(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. ayat (1) adalah badan usaha yang diserahi t ugas dan kewaj iban menyelenggarakan percet akan.

(2) Perusahaan melakukan usaha-usahanya berdasarkan ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(5)

Bagian Kedua Tempat Kedudukan

Pasal 4

(1) Perusahaan berkedudukan dan berkant or Pusat di Jakart a.

(2) Perubahan t empat kedudukan dan Kant or Pusat Perusahaan dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(3) Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan Direksi set elah mendapat perset uj uan Ment eri.

Bagian Ket iga Sif at , Maksud dan Tuj uan

Pasal 5

(1) Sif at usaha Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanf aat an umum dan sekaligus memupuk keunt ungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

(6)

Bagian Keempat Lapangan Usaha

Pasal 6

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi sert a t erj aminnya

keselamat an kekayaan Negara, Perusahaan mengadakan/ menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :

a. penyelenggaraan dan pelayanan pencet akan barang-barang cet akan Pemerint ah;

b. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunj ang t ercapainya t uj uan Perusahaan yang dit et apkan dengan perset uj uan Ment eri.

Bagian Kelima ModaI

Pasal 7

(1) Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari Ang garan Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as saham-saham.

(2) Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh kekayaan Negara yang t elah t ert anam dalam Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia yang nilainya dit et apkan oleh Ment eri Keuangan berdasarkan hasil perhit ungan yang dilakukan bersama oleh Depart emen Keuangan dan Depart emen Penerangan.

(3) Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.

(7)

(5) Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan rahasia.

(6) Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh Perusahaan disimpan dalam Bank Milik Negara yang diset uj ui oleh Ment eri.

Pasal 8

(1) Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan Perusahaan dapat berasal dari:

a. dana int ern Perusahaan;

b. penyert aan modal Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara;

c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;

d. sumber-sumber lainnya yang sah.

(2) Anggaran invest asi diaj ukan di dalam anggaran Perusahaan sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara yang diat ur dalam Pasal 19.

Pasal 9

(1) Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana-dana yang diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.

(8)

Pasal 10

Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan, penghapusan akt iva t et ap, penerimaan pinj aman j angka menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara apapun, t idak menagih lagi, dan menghapuskan dari pembukuan piut ang dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri, set elah Ment eri mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri Keuangan.

Pasal 11

Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan dari Ment eri Keuangan.

Bagian Keenam

Pimpinan, Pembinaan dan Pengelolaan

Pasal 12

Perusahaan dipimpin dan dikelola ol eh suat u Direksi yang t erdiri dari seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.

Pasal 13

(9)

(2) Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan berianggung j awab kepada Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

(3) Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan sebagai badan usaha milik Negara t erhadap Pemerint ah, dalam hal ini Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan, dilakukan oleh Direkt ur Ut ama at as nama Direksi.

Pasal 14

Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :

a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan maksud dan t uj uan Perusahaan dengan senant iasa berusaha meningkat kan daya guna dan hasil guna Perusahaan;

b. menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;

c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;

d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan yang t elah digariskan oleh Ment eri;

e. menet apkan kebij aksanaan Perusahaan sesuai dengan kebij aksanaan umum yang dit et apkan oleh Ment eri;

f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan lengkap dengan anggaran keuangan;

g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u Perusahaan;

(10)

i. mengangkat dan memberhent ikan Pegawai sesuai dengan perat uran kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;

j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua, dan penghasilan lain bagi para Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya, sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku;

k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;

l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk Ment eri.

Pasal 15

(1) Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan:

a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama Direksi.

b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dan dalam bat as-bat as yang dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi.

(11)

(3) Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya, maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan Perusahaan dij alankan oleh seorang pej abat Direksi yang dit unj uk oleh Ment eri.

(4) Dalam menj alankan t ugas dan wewenang t ersebut Pasal 14 huruf c, Direksi dapat melaksanakan sendiri at au menyerahkan kekuasaan t ersebut kepada:

a. seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au

b. seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun bersama-sama, at au

c. orang at au badan lain, yang khusus dit unj uk unt uk hal t ersebut .

(5) Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dalam perat uran yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.

(6) Gaj i, t unj angan, emolemen dan penghasilan lain dari para anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.

Pasal 16

(1) Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2) Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.

(12)

ayat (2) belum berakhir, karena:

a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;

b. at as permint aan sendiri;

c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan,

d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan kepent ingan Negara;

e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat melaksanakan t ugasnya;

f . meninggal dunia; t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya

g. dengan baik;

h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam anggaran dasar Perusahaan.

(4) Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian t idak dengan hormat .

(5) Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf c dan huruf d, dilakukan, kepada anggot a Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri, yang harus dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi yang bersangkut an diberit ahu oleh Ment eri t ent ang rencana pemberhent ian it u.

(6) Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.

(13)

diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a Direksi yang bersangkut an t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi bat al dan anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera menj alankan j abat annya lagi, kecuali bilamana unt uk keput usan pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan Pengadilan dan hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.

Pasal 17

(1) Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.

(2) Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan dan keahlian dalam bidang pengelolaan perusahaan, memiliki penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin suat u perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbit an dan/ at au percet akan, mempunyai akhlak dan moral yang baik sert a memenuhi syarat lainnya yang diperlukan unt uk menunj ang Perusahaan yang dipimpinnya.

(3) Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara penuh pada t ugas, kewaj iban dan pencapaian t uj uan diadakannya Perusahaan.

Pasal 18

(1) Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping, t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan Presiden. Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan kekeluargaan yang t erlarang it u, maka unt uk dapat melanj ut kan j abat annya diperlukaii izin t ert ulis dari Presiden.

(14)

perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari laba.

(3) Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an rangkap sebagaimana t ersebut di bawah ini

a. Direkt ur Ut ama at au Direkt ur pada badan usaha milik Negara lainnya, at au perusahaan swast a at au j abat an lain yang berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;

b. Jabat an st rukt ural dan f ungsional lainnya dalam inst ansi/ 1embaga Pemerint ah Pusat at au Daerah;

c. Jabat an-j abat an lainnya berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ket uj uh

Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan

Pasal 19

(1) Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku baru mulai berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a sert a anggaran Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran eksploit asi kepada Ment eri unt uk meinperoleh pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan.

(2) Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.

(15)

pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan.

(4) Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah disahkan.

(5) Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas Direksi unt uk melaksanakan kegiat an-kegiat an yang t ercant um di dalamnya.

Pasal 20

(1) Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli, dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan dalam anggaran Perusahaan.

(16)

Bagian Kedelapan Tarip

Pasal 21

Ment eri menet apkan susunan t arip j asa percet akan set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

Bagian Kesembilan Sist em Akunt ansi

Pasal 22

Tahun buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan lain oleh Ment eri.

Pasal 23

(1) Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi, maupun oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva, hut ang, modal, biaya, dan pendapat an harus dilakukan at as dasar sat u sist em akunt ansi yang dapat dipert anggungj awabkan.

(2) Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan, dan pengawasan.

(17)

Bagian Kesepuluh Pengawasan

Pasal 24

(1) Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.

(2) Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung j awab kepada Ment eri.

(3) Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan.

(4) Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung. j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan pet unj uk- pet unj uk dari Ment eri.

Pasal 25

Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban:

a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan, sert a perubahan/ t ambahannya, laporan-laporan lainnya dari Direksi;

b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;

(18)

d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan Perusahaan;

e. melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh Ment eri;

f . memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara berkala (t riwulanan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas.

Pasal 26

Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan :

a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri dengan senant iasa memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;

b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku;

c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.

Pasal 27

Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban Dewan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya, memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa kekayaan Perusahaan;

(19)

kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;

c. memint a penj elasan-penj elasan dari pimpinan Perusahaan mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan Perusahaan;

d. memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;

e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan t erhadap hal-hal yang dibicarakan;

f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur dalam perat uran pendirian Perusahaan.

Pasal 28

(1) Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga) bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sesuai dengan t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj ibannya.

(3) Keput usan rapat Dewan Pengawas diambil at as dasar musyawarah unt uk muf akat .

(4) Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .

Pasal 29

Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas, Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.

Pasal 30

(20)

dari unsur-unsur pej abat Depart emen Penerangan, Depart emen Keuangan dan Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya berhubungan dengan Perusahaan at au pej abat lain yang diusulkan oleh Ment eri dengan memperhat ikan pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2) Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua Dewan t ersebut .

Pasal 31

(1) Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan pengawasan Pcrusahaan.

(2) Di samping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.

Pasal 32

(1) Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari Ket ua dan Anggot a Dewan.

(2) Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan kepada Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.

Pasal 33

(21)

(2) Anggot a Dewan Pengawas Set elah selesai masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

Pasal 34

(1) Pcngangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2) Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa wakt u t ernyat a t idak dapat menj alankan t ugasnya dengan baik, maka Ment eri dapat mengusulkan pemberhent iannya kepada Presiden.

Pasal 35

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.

Pasal 36

Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan kepent ingan Perusahaan.

Pasal 37

(22)

(2) Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang kepala yang bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.

Pasal 38

(1) Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian

pengelolaan (manaj emen) dan Pelaksanaannya pada Perusahaan dan memberikan saran-saran perbaikannya.

(2) Direksi Perusahaan menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempurnaan pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat dipert anggungj awabkan.

Pasal 39

Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awabnya masing-masing.

Pasal 40

Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.

Pasal 41

(23)

Pasal 42

Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh Direksi.

Pasal 43

(1) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan t ahunan Perusahaan.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

(3) Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan pemeriksaan operasional t erhadap Perusahaan.

Pasal 44

Hasil pemeriksaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, disampaikan pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi dan Dewan Pengawas.

Pasal 45

(24)

Bagian Kesebelas Kepegawaian

Pasal 46

(1) Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya ket ent eraman sert a ket enangan kerj a dalam Perusahaan dengan memberikan penghargaan yang layak kepada semua Pegawai sesuai dengan prest asinya.

(2) Kedudukan hukum, susunan j abat an, kepangkat an, pemberhent ian, gaj i, pensiun dan t unj angan bagi Pegawai diat ur berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3) Penghasilan-penghasilan lain Pegawai diat ur t ersendiri oleh Direksi set elah mendapat kan Perset uj uan Ment eri.

Pasal 47

Direksi mengangkat dan memberhent ikan Pegawai/ pekerj a Perusahaan berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 48

(1) Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.

(25)

Bagian Keduabelas

Tanggung j awab Pegawai dan Tunt ut an Gant i Rugi

Pasal 49

(1) Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan selaku demikian, yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang, surat -surat berharga dan barang-barang persediaan, yang karena t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan langsung maupun t idak langsung t elah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .

(2) Ket ent uan-ket ent uan gant i rugi t erhadap pegawai negeri berlaku sepenuhnya t erhadap Pegawai.

(3) Semua Pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan dalam gudang at au t empat penyimpanan yang khusus dan semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(4) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut ket ent uan yang dit elapkan bagi Bendaharawan yang oleh Badan Pemeriksa Keuangan dibebaskan dari kewaj iban pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.

(26)

Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu unt uk kepent ingan sesuat u pemeriksaan.

(6) Unt uk keperluan pemeriksaan yang berkait an dengan penet apan paj ak dan pemeriksaan akunt an pada umumnya surat bukt i dan surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) unt uk sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Bagian Ket igabelas Pelaporan

Pasal 50

(1) Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba-rugi.

(2) Neraca dan perhit ungan laba-rugi t ersebut dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada Ment eri Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur Jenderal dan Dewan Pengawas selambat -lambat nya 6 (enam) bulan set elah t ahun buku menurut cara yang dit et apkan oleh Ment eri.

(3) Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.

(4) Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), oleh Ment eri t idak diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u dianggap t elah disahkan.

(5) Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan at au Badan yang dit unj uknya.

(27)

pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .

(7) Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan dan laporan berkala lainnya sesuai bat as j angka wakt u yang dit et apkan, besert a laporan lainnya menurut ket ent uan Anggaran Dasar dan ket ent uan perat uran perundang-undangan kepada Pej abat / Inst ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 51

Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari Direkt ur Ut ama.

Pasal 52

(1) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan Pasal 51 disampaikan t epat pada wakt unya.

(2) Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar pert imbangan Ment eri.

Bagian Keempat belas Penggunaan Laba

Pasal 53

(1) Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 50 disisihkan unt uk:

(28)

persen);

b. Cadangan Umum sebesar 20% (dua puluh persen), hingga cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali modal Perusahaan;

c. Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);

d. Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk dana sosial, pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana pensiun yang perincian perbandingan pembagiannya dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.

(2) Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

Sebelum cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali modal Perusahaan, dengan perset uj uan Ment eri Keuangan at as usul Ment eri, Direksi dapat menggunakan dana cadangan t ersebut unt uk kepent ingan pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

(3) Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c ant ara lain dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

Bagian Kelimabelas Pembubaran Perusahaan

Pasal 54

(1) Pembubaran Perusahaan dan penunj ukan likuidat urnya dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

(29)

milik Negara.

(3) Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada Men- t eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.

BAB IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 55

Pada saat berlakunya Perat uran Pemerint ah ini maka ket ent uan-ket ent uan yang t elah dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962 besert a perat uran-perat uran lainnya masih t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i dengan ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56

Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962 dinyat akan t idak berlaku.

Pasal 57

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

(30)

Dit et apkan di Jakart a

pada t anggal 1 Agust us 1991

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 1 Agust us 1991

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

Referensi

Dokumen terkait

Hasil identifikasi kekuatan ( strength ) dan kelemahan ( weak- ness ), dan peluang ( opportunities ) serta ancaman ( threat ) STA Tempel yang diperoleh melalui FGD, wawancara,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpa karunia-Nya Penulis Dapat enyelesaikan enyusunan Tugas Akhir ini

Peserta festival dan lomba literasi ABK online tahun 2018 adalah peserta didik anak berkebutuhan khusus (ABK) yang terdaftar dan masih duduk di jenjang SD inklusif, SMP

Selain itu, kita dapat mengatur pengetahuan ke dalam unit-unit yang lebih kompleks yang menggambarkan situasi atau obyek yang rumit dalarn domain. Unit-unit ini disebut

Prasetyo Anton, 2015, Sistem Informasi Manajemen Preventive Maintenance Bus.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga penulisan laporan skripsi yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan

sebagai wider context pada penelitian tersebut dibatasi dalam konteks budaya komunikasi. Struktur budaya komunikasi

Dengan mengetahui jenis umpan yang digunakan untuk menangkap kepiting diharapkan melalui penelitian ini akan diketahui jenis umpan yang lebih disukai oleh kepiting untuk