• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Hidroksiapatit Dari Tulang Ayam Berporogen Pati Biji Durian Dengan Metode Presipitasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Hidroksiapatit Dari Tulang Ayam Berporogen Pati Biji Durian Dengan Metode Presipitasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tulang adalah sebuah organ penting yang berfungsi untuk menyangga tubuh,

melindungi organ – organ dalam tubuh dan menyimpan ion – ion anorganik (kalsium

dan fosfor). Dalam memperbaiki kerusakan tulang, bahan buatan yang bebas dari

patogen dan tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas sangat dibutuhkan

(Kamitakahara et al., 2015). Material pengganti tulang yang umum digunakan adalah

autograft (penggantian satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya dalam satu

individu), allograft (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal dari

manusia lain), dan xenograft (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal

dari hewan) (Sulistioso et al., 2012). Material pengganti tulang tersebut biasanya

tersedia dalam jumlah yang terbatas (Sulistioso et al., 2012) dan terkadang kurang

memberikan hasil yang sempurna sebagai implan tulang karena ketidakstabilan

mekanis dan biologis dan ketidakcocokan dengan tulang (Mondal et al., 2012).

Salah satu bahan substitusi tulang yang paling cocok adalah hidroksiapatit.

Hidroksiapatit (HAp atau HA) termasuk ke dalam keluarga senyawa kalsium fosfat

yang mempunyai rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2 (Pudjiastuti, 2012). Hidroksiapatit

telah diakui sebagai bahan implan tulang dalam berbagai aplikasi medis dan gigi

karena komposisi kimianya yang mirip dengan komposisi tulang (Mondal et al.,

(2)

Media pertumbuhan jaringan tulang terjadi pada pori – pori hidroksiapatit.

Jaringan sel tulang baru akan tumbuh di dalam pori – pori hidroksiapatit, sehingga

dapat meningkatkan regenerasi tulang dengan baik. Pembentukan hidroksiapatit

berpori dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan

menggunakan bahan yang menguap (volatile particles) dimana akan terbakar habis

selama proses pemanasan. Bahan – bahan porogen (pembentuk pori) yang dapat

digunakan dalam cara ini antara lain: parafin, naftalena, karbon, pati (pati singkong,

kentang, dan beras ketan), hidrogen peroksida, dan polimer sintetis lainnya

(contohnya polivinil butiral) (Sopyan et al., 2007).

Hidroksiapatit berpori dari pati mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan. Hal ini disebabkan karena bahan porogen dari pati memiliki beberapa

kelebihan yaitu bersifat biodegradable, biocompatible dan ekonomis. Salah satu

sumber pati yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan porogen adalah pati dari

biji durian. Biji durian memiliki kandungan pati mencapai 47,6%, biji nangka 36,7%,

dan singkong hanya 37,6% (UGM, 2015). Kandungan karbohidrat yang tinggi ini

memungkinkan untuk dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan porogen. Selain

tidak bersaing dengan produk pangan, biji durian juga lebih ekonomis dan

ketersediaannya cukup tinggi. Perkembangan produktivitas durian di Indonesia

selama periode tahun 1990 – 2013 berfluktuasi, namun menunjukkan kecenderungan

meningkat dengan rata – rata peningkatan sebesar 4,86% per tahun (Sekretariat

(3)

Tulang ayam di Indonesia cukup besar ketersediaannya. Tulang ayam

merupakan sumber kalsium yang murah. Komposisi kalsium pada tulang ayam

adalah 30 g/100 g berat tulang ayam (Sittikulwitit et al., 2004). Metode yang telah

digunakan pada sintesis hidroksiapatit dari tulang ayam adalah hidrolisis alkalin

(Rajesh et al., 2012) dan kalsinasi. Penggunaan tulang ayam untuk pembuatan

hidroksiapatit dengan metode pengendapan kimia basah (wet chemical precipitation)

jarang dilakukan. Metode pengendapan kimia basah memiliki banyak kelebihan, yaitu

sederhana, harga bahan baku yang murah, suhu pemrosesan yang rendah, biaya

operasi yang murah, dan cocok untuk skala besar.

Adapun perkembangan penelitian sintesis hidroksiapatit dengan beberapa

metode dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Penelitian Sintesis Hidroksiapatit

Lingkup Studi Hasil

Perlakuan panas (annealing) tulang sapi pada T 400 – 1200°C (Ooi et al., 2007).

Kristalinitas meningkat pada suhu annealing di atas 700°C dan senyawa organik yang terkandung pada HAp hilang setelah dipanaskan pada suhu di atas 600°C.

Penggunaan metode sol – gel untuk sintesis HAp dengan T Kalsinasi 200°C – 800°C (Sanosh et al., 2009).

Peningkatan suhu dapat meningkatkan ukuran partikel dan kristalinitas dari HAp (20–60 nm). water dan proses hidrotermal alkali (Barakat et al., 2009).

(4)

Tabel 1.1. Perkembangan Penelitian Sintesis Hidroksiapatit (Lanjutan) memiliki kecocokan dengan HAp standar JCPDS. Hasil FE-SEM menunjukkan pembentukan HAp berstruktur nano (80–300 nm) pada suhu 600°C.

Penggunaan metode sol gel untuk sintesis HAp, T Kalsinasi 400°C – 750°C (Agrawal et al., 2011).

Hasil XRD menunjukkan pada T 400°C – 750oC menghasilkan HAp yang memiliki kemiripan dengan pola HAp standar. Hasil FTIR menunjukkan terdapat HAp pada sampel yang dibuktikan dengan munculnya gugus PO43- dan

HAp dengan kristalinitas tinggi dan distribusi ukuran yang seragam tercapai pada metode ultrasonik pada media aquabides dengan kalsinasi.

Hidrolisis alkalin tulang ayam dengan menggunakan komposit multiwalled carbon nanotubes dan kitosan (Rajesh et al., 2012)

Hasil XRD menunjukkan HAp yang dihasilkan memiliki kesesuaian dengan HAp standar. Analisis FTIR menunjukkan terdapatnya gugus PO43-, OH dan CO32- pada sampel HAp. Ukuran partikel HAp sebesar 50-100 nm dengan rasio Ca/P sebesar 1,88.

Pembuatan HAp berpori dari limbah tulang ikan berporogen kitosan dengan metode kalsinasi (1100°C, 5 jam). (Handayani et al., 2012)

(5)

Tabel 1.1. Perkembangan Penelitian Sintesis Hidroksiapatit (Lanjutan)

HAp dengan kemurnian yang tinggi diperoleh pada T<700°C. HAp berporogen kitosan memiliki ukuran pori sebesar 0,1 – 1,0 µ m. HAp berporogen kitosan dalam bentuk pelet terlihat mempunyai pori-pori yang lebih besar dan lebih banyak dari HAp yang tanpa porogen.

Pembuatan HAp dari limbah tulang sapi menggunakan metode sol – gel. (Pinangsih et al., 2014)

Hasil XRF menunjukkan fasa anorganik utama penyusun HAp adalah Ca 80,1 % dan P 14,0 %. Hasil FTIR menunjukkan terdapatnya gugus PO4

3-, OH dan CaO pada sampel HAp. Hasil SEM EDX menunjukkan ukuran partikel HAp sebesar 0,52 µm dan rasio Ca/P sebesar 1,04.

1.2Perumusan Masalah

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pori - pori pada

hidroksiapatit mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan

jaringan sel tulang baru. Pori – pori pada hidroksiapatit dapat dibentuk dengan

porogen dari parafin, naftalena, karbon, pati (pati singkong, kentang, gandum dan

beras ketan), hidrogen peroksida, dan polimer sintetis lainnya. Maka pada penelitian

ini akan dilihat bagaimana keefektifan dari penggunaan pati biji durian sebagai bahan

porogen terhadap karakteristik hidroksiapatit yang dihasilkan. Sehingga dapat

diaplikasikan sebagai bahan implan pada dunia medis maupun pada bidang lainnya.

Selain itu keefektifan dari tulang ayam sebagai bahan baku pembuatan hidroksiapatit

(6)

1.3Tujuan Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat:

1. Melakukan sintesis hidroksiapatit menggunakan tulang ayam sebagai sumber

kalsium.

2. Mengetahui pengaruh porogen pati biji durian terhadap luas pori

hidroksiapatit.

3. Mengetahui pengaruh suhu dan waktu kalsinasi terhadap karakteristik

hidroksiapatit berpori yang dihasilkan dari tulang ayam.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini bagi industri dan

masyarakat adalah:

1. Memberikan informasi bahwa tulang ayam dapat disintesis menjadi

hidroksiapatit sehingga meningkatkan nilai ekonomisnya.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam dunia biomaterial

medis yaitu sebagai material pengganti tulang (bone substitute), pelapis atau

pengisi tulang (bone filler), pengisi gigi, dan drug carrier. Aplikasi nonmedis

dari hidroksiapatit adalah meliputi media kemasan untuk kromatografi kolom,

sensor gas, katalis, dan penghilang logam berat.

3. Mendorong terciptanya usaha – usaha pengendalian pencemaran dengan cara

memanfaatkan biowaste.

(7)

1.5Lingkup Penelitian

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Bahan – bahan yang digunakan adalah:

1. Tulang ayam sebagai sumber kalsium.

2. Pati biji durian sebagai bahan pembentuk pori atau porogen.

3. Larutan NaOH untuk mempermudah menghilangkan daging dan kulit

yang menempel pada tulang ayam. Selain itu untuk mengatur pH pada

proses pengendapan.

4. Akuades sebagai pelarut.

5. Asam fosfat sebagai prekursor.

b. Tahap preparasi: melakukan dua metode preparasi sampel yaitu secara kimia

dan fisika. Secara kimia dilakukan terlebih dahulu dengan merebus tulang

ayam dan dilanjutkan dengan perendaman dengan NaOH yang kemudian

dicuci dengan air bersih. Secara fisika dilakukan dengan pengecilan ukuran

tulang yaitu dengan membuat tepung dengan ukuran 100 – 70 mesh.

c. Tahap sintesis hidroksiapatit:

1. Variabel berubah yang digunakan antara lain suhu kalsinasi (500 dan

900oC), waktu kalsinasi (2 dan 6 jam) dan penggunaan pati dan tanpa pati

biji durian.

(8)

d. Tahap analisis hasil proses:

1. Pengujian kandungan Ca tepung tulang ayam hasil kalsinasi dengan

analisis AAS.

2. Analisis gugus fungsi dari HAp tanpa porogen dan HAp berporogen pati

biji durian untuk suhu kalsinasi 500oC dan 900oC selama 6 jam dengan

analisis FTIR.

3. Analisis fasa, ukuran kristal dan kristalinitas dari HAp tanpa porogen dan

HAp berporogen pati biji durian untuk suhu kalsinasi 900oC selama 6 jam

dengan analisis XRD.

4. Analisis morfologi dari HAp tanpa porogen dan HAp berporogen pati biji

durian untuk suhu kalsinasi 500oC dan 900oC selama 2 jam dan 6 jam

dengan analisis SEM. Analisis rasio Ca/P untuk HAp tanpa porogen dan

HAp berporogen pati biji durian untuk suhu kalsinasi 900oC selama 6 jam

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Penelitian Sintesis Hidroksiapatit
Tabel 1.1. Perkembangan Penelitian Sintesis Hidroksiapatit (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Status gizi sangat gemuk yang lebih banyak dijumpai pada remaja dengan orang tua DM bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang bersifat genetik, lingkungan, maupun

Kendala dalam Model Pengembangan Modal Sosial melalui Peran dan Partisipasi POT ( Paguyupan Orang Tua) untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SDI

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja KUP Pasuruan berada pada kategori kuning yang berarti kinerja belum mencapai target baik walaupun nilai sudah

Dapat disimpulkan bahwa perusahaan jasa konstruksi belum dapat meningkatkan nilai ekonomis dari perusahaan tersebut karena tingkat modal yang dikeluarkan lebih besar

Ritual kong tek ( 德 )merupakan salah satu tradisi dalam ritual kematian masyarakat Tionghoa yang di dalamnya terdapat kepercayaan tradisional yang terkenal dengan

Hal ini di karenakan lansia yang mengikuti senam ergonomis terjadi pembuangan energi negatif dari dalam tubuh yang dapat melancarkan aliran darah serta asupan oksigen

bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

dengan penambahan jamur tiram dan jagung, formula terbaik berdasar analisis sensori ditinjau dari parameter warna, aroma, rasa, tekstur dan overall, mengetahui kadar