• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712012008 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712012008 BAB III"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

3. Deskripsi dan Hasil Penelitian Kajian Teori Perkembangan Iman Terhadap Spiritualitas Pemuda GPIB Immanuel Semarang

3.1 Gambaran Umum Pemuda GPIB Immanuel Semarang

Tempat penelitian yang diambil oleh penulis ialah GPIB Immanuel

Semarang. Gereja tersebut terletak di Jalan Letjen Suprapto Nomor 32 Tanjung

Mas, Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah. GPIB merupakan gereja

sinodal dimana sinodenya terletak di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir,

Jakarta Pusat. Sinode GPIB merupakan pusat pelayanan gereja-gereja GPIB.

Menurut pembagian wilayah pelayanan, GPIB Immanuel masuk dalam

Musyawarah Pelayanan (MUPEL) Jawa Tengah-Yogyakarta (Jateng-Yo) dan

merupakan bagian dari regio 1. Seluruh pelayanan yang ada di GPIB secara

umum tersusun dalam Program Kerja Anggaran (POKJA) yang disusun setiap

satu tahun sekali dan secara umum berlaku pada setiap jemaat GPIB. Berdasarkan

pendataan ulang yang dimulai pada bulan April 2016 oleh Majelis Jemaat sampai

saat ini jemaat GPIB Immanuel Semarang berjumlah ±210 KK.1 Jemaat GPIB

Immanuel Semarang berasal dari berbagai suku, sebagian besar dari bagian timur

Indonesia, lainnya berasal dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Mereka

berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta dan pensiunan dari

berbagai instansi.

Keberadaan Gerakan Pemuda (GP) GPIB dilandaskan pada pelayanan

kategorial yang dilakukan oleh GPIB terhadap warganya. Oleh karena warga

jemaat juga terdiri dari pemuda, maka pelayanan kepada pemuda ini perlu

dilakukan. Mengacu pada Tata Gereja GPIB, perbedaan Pelayanan Kategorial

(PelKat) dan pelayanan jemaat terletak dalam hal spesifikasi dan bidang

pelayanannya. Jemaat kategorial dapat dibagi atas usia misalnya kelompok anak

(PelKat Pelayanan Anak), teruna (PelKat Persekutuan Teruna), pemuda (Gerakan

Pemuda), lansia (PelKat Persatuan Kaum Lanjut Usia) dan jenis kelamin misalnya

kaum perempuan (PelKat Persatuan Kaum Perempuan) dan kaum bapak (PelKat

Persatuan Kaum Bapak).2

1

Pendataan masih terus dilakukan karena banyaknya formulir pendataan ulang yang belum dikembalikan.

2

(2)

GP GPIB merupakan salah satu unit misioner dalam GPIB. Anggota

pelayanan kategorial gerakan pemuda adalah semua pemuda/pemudi warga GPIB

yang terdaftar di jemaat setempat, berusia sekitar 18 tahun atau sudah menerima

jabatan warga sidi jemaat sampai maksimal usia 35 tahun; orang-orang dari yang

bukan warga GPIB tetapi atas kemauan sendiri; belum menikah dan tidak

melebihi usia 45 tahun.3 Apabila usia pemuda/i telah melebihi 45 tahun maka

dianjurkan untuk mengikuti PelKat PKP bagi perempuan dan PelKat PKB bagi

laki-laki. Hal ini secara umum berlaku di jemaat GPIB Immanuel Semarang.

Jumlah anggota GP di jemaat ini berkisar antara 100 orang, akan tetapi yang aktif

paling banyak 25 orang saja.4 Anggota GP didominasi oleh mereka yang sudah

bekerja, baik sebagai PNS dan pegawai swasta, terdapat juga anggota-anggota

yang masih berada dalam jenjang pendidikan SMA-Perguruan Tinggi. Program

PelKat GP antara lain adalah ibadah kategorial, latihan paduan suara, GP Cares

dan perkunjungan kepada anggota yang sedang sakit dan tidak aktif.

Ibadah GP jemaat Immanuel Semarang dilaksanakan setiap Sabtu Pukul

18.00 WIB dan latihan paduan suara setiap Kamis. Jumlah kehadiran setiap

ibadah berkisar antara 12 sampai dengan 20 orang setiap minggunya.5 Jauh dari

jumlah keseluruhan anggota pemuda di jemaat ini. Ketika latihan paduan suara

pun jumlahnya lebih kurang dibandingkan dengan kehadiran dalam ibadah. Tidak

hanya minimnya jumlah kehadiran, akan tetapi setiap berlangsungnya ibadah

mereka cenderung terlambat sehingga waktu ibadah menjadi mundur sekitar 30

menit. Penyebab keterlambatan ialah kesulitan mengatur waktu dan saling

menunggu.6 Selain itu dikarenakan faktor pekerjaan yang mengakibatkan datang

terlambat.7 Konten ibadah disesuaikan dengan pedoman tata ibadah PelKat GP

secara sinodal. Pemilihan lagu-lagu ditentukan oleh liturgos yang bertugas setiap

minggunya dengan memakai lagu-lagu di dalam Kidung Jemaat (KJ), Gita Bakti

(GB), Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ), Kidung Muda-Mudi (KMM), dan juga

Wawancara dengan Raumanen Afriana Lomboan (Anggota GP), Semarang 01 Desember 2016, Pukul 11.00 WIB.

7

(3)

terselip lagu-lagu pop rohani. Penentuan tema ibadah belum ditetapkan pengurus

PelKat GP dalam hal ini, pembicara atau pelayan firman dapat bebas memilih

topik secara mandiri. Pemilihan pembicara ditetapkan oleh Pdt. Helen G. F.

Luhulima-Hukom, M. Th selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Immanuel

Semarang.8

3.2 Permasalahan Spiritualitas Pemuda GPIB Immanuel Semarang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menemukan

tiga permasalahan utama spiritualitas pemuda. Pertama, dimensi kepercayaan

anggota GP GPIB Immanuel belum menyentuh ranah spiritualitas. Sebagian besar

dari mereka kerap kali mempertanyakan hal-hal atau peristiwa di luar nalar

mereka, seperti kedukaan, pasangan hidup yang tak kunjung datang. Tak jarang

pergumulan tersebut membuat mereka merasa tidak mampu untuk melewatinya,

menyerah dengan kondisi yang ada. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya

pembinaan spiritualitas di aras jemaat. Pada aras sinodal pembinaan yang

dilakukan sebatas pada pengurus PelKat GP saja. Lebih lanjut dikatakan masih

dalam tingkat pemula, masih standar saja, bagaimana mengenal diri sendiri

sebagai pemuda; langkah dalam pekerjaan; mengenal pasangannya; kemudian

bagaimana menjelang pernikahan.9 Materi-materi selanjutnya dilakukan pada saat

para katekisan masuk ke pemuda dan lebih banyak pembicaraannya dalam

pembinaan itu kepada hal yang sifatnya teknis, yakni pengalaman-pengalaman

mereka. Bahkan pembinaan tentang spiritualitas itu sendiri belum pernah

dilakukan oleh jemaat GPIB yang berada di Kota Semarang.10

Kedua, dimensi praktis yang masih sangat kurang. Indikator yang

menandakan hal ini ialah komitmen religius yang kurang. Hal ini ditemukan

dalam ibadah ritual maupun devosional yang dilakukan oleh pemuda. Aspek ritual

yang ditandai dengan jumlah kehadiran pemuda dalam ibadah kategorial dapat

dikatakan minim bahkan dalam ibadah keluarga jumlahnya sangat minim.11

8

Wawancara dengan Pdt. Helen G. F. Luhulima-Hukom (KMJ GPIB Immanuel Semarang), Semarang 01 Desember 2016, Pukul 12.15 WIB.

9

Wawancara dengan Dkn. Arief Kusuma Sely (Ketua III PHMJ), Semarang 30 November 2016, Pukul 15.45 WIB.

10

Wawancara dengan Pdt. Helen G. F. Luhulima-Hukom.

11

(4)

Alasan beberapa responden ialah masalah waktu, lelah sepulang kerja, tata ibadah

yang sifatnya monoton, dan tidak adanya teman sebaya yang mengikuti. Aspek

devosional ditandai dengan sulitnya pemuda menyediakan waktu untuk saat

teduh. Saat teduh sendiri merupakan momentum pemuda menjalin hubungan yang

lebih intim dengan Tuhan melalui pembacaan firman dan kebenaran-Nya. Alasan

beberapa responden ialah menunda-nunda waktu saat teduh yang diakibatkan oleh

terlalu sibuk dengan rutinitas pekerjaan mereka. Alasan lainnya ialah jika sudah

lelah dengan rutinitas pekerjaan maka mereka memilih untuk tidak melakukan

saat teduh.12

Lebih lanjut dikatakan bahwa spiritualitas tidak sesempit saat teduh

setiap harinya, setiap minggu beribadah ke gereja atau mengikuti ibadah

kategorial. Spiritualitas itu tumbuh ketika memupuk dan menjaga hubungan

dengan sesama dan lingkungan, contohnya ketika kita menghargai dan mencintai

sesama menandakan kita sudah mencintai Tuhan, ketika kita menolong sesama

yang tidak mampu dengan perhatian saja dapat membangkitkan spiritualitas.13

Spiritualitas itu bersifat holistik dan seharusnya tidak hanya aspek rohani saja,

melainkan aspek fisik juga patut dipenuhi.14 Hampir seluruh responden menjawab

senada dengan kedua jawaban ini.

Ketiga, berkaitan dengan dimensi etis. Ketika menghadapi permasalahan

dengan rekan pelayanan, pemuda cenderung untuk berdiam diri dan tidak

menyelesaikan masalah secara langsung. Akibat dari permasalahan tersebut,

oknum-oknum yang berkonflik menarik diri dari pelayanan. Hal ini dibuktikan

dengan pemuda yang dulunya aktif pada wadah persekutuan ini menjadi tidak

aktif lagi. Bahkan beberapa dari mereka lebih memilih untuk berpartisipasi

dengan wadah persekutuan lainnya di luar GPIB Immanuel Semarang. Selain itu

orientasi hidup pemuda masih berkutat seputar karir dan jarang ingin terlibat

dalam organisasi gereja. Dalam mengambil keputusan yang krusial dalam

hidupnya, pemuda melibatkan pribadi-pribadi terdekat mereka seperti keluarga

12

Wawancara dengan Brian Wiliam Leimena (Anggota GP), Semarang 30 November 2016, Pukul 20.15 WIB.

13

Wawancara dengan Estiningtyas Diana Mandagi (Anggota GP), Semarang 01 Desember 2016, Pukul 11.35 WIB.

14

(5)

dan sahabat akan tetapi keputusan yang erat dengan kehidupannya sehari-hari

mereka mengambil dengan menggunakan suara hati.15

15

Referensi

Dokumen terkait

mengembangkan keunikan, budaya, keunggulan yang berbasis kearifan lokal. Buku ajar BSE penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas maupun penerbit lain yang digunakan guru-guru SMP

Tujuan dari penelitian ini adalah un- tuk menganalisa yang manakah diantara penurunan dan pengembangan yang lebih berperan menyebabkan terjadinya kerusa- kan pada

Dari hasil analisis data serta pembahasan, disarankan agar (1) potensi strategi pembelajaran Numbered Heads Together ini hendaknya dimanfaatkan dalam pembelajaran di sekolah,

- Berkenaan dengan pelaksanaan Ibadah Hari Minggu dan Ibadah Keluarga mohon agar kiranya dapat menginformasikan kepada Koordinator Sektor atau ke Kantor Majelis Jemaat

- Berkenaan dengan pelaksanaan Ibadah Hari Minggu dan Ibadah Keluarga mohon agar kiranya dapat menginformasikan kepada Koordinator Sektor atau ke Kantor Majelis Jemaat

Penggunaan mutual information untuk mengurangi dimensi fitur mampu memperbaiki kinerja dari naïve bayes classifier dengan akurasi 98.962% dan jumlah fitur terbaik

(2) faktor struktural: berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Dalam proses persepsi ini, proses atribusi pun

Pendidikan ibadah dalam keluarga mencakup semua ibadah, baik ibadah khusus yang hubungannya dengan Allah (salat, puasa, zakat, haji) maupun ibadah umum yang