PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI MAHASISWA
TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV
(Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata KuliahKomunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh:
RUTH ELISABETH SILITONGA I34050173
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI MAHASISWA
TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV
(Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata KuliahKomunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh:
RUTH ELISABETH SILITONGA I34050173
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat September, 2009
ABSTRACT
The objectives of this study were to analyze the correlation between characteristics of audience and behavior while watching Jelajah, to analyze the correlation between characteristics of audience and audience’s perceptions, and to analyze the correlation between behavior while watching Jelajah and audience’s perceptions. This research was conducted at IPB campuss, Dramaga, Bogor, Indonesia. using survey sampling on 68 students of IPB. The respondents were selected using a Stratified Random Sampling method. Data were collected and analyzed using Chi Square’s Test and Spearman’s Test.
The results of this research showed that there were significant correlation between characteristics of audience and behavior while watching Jelajah. That correlation were significant between ages with durations of watching Jelajah, gender with the way of watching, semester with the way of watching and durations, know first about Jelajah with motivation source to watch, the way of watching, and location.
Perceptions of respondents about Jelajah were good, and there were significant correlation between perceptions with characteristics of audience, e.g correlation between gender with theme, correlation between father’s job with show time, correlation mother’s job with theme, correlation social-economic with object, correlation pocket money with object, and correlation know first about Jelajah with packaging design of Jelajah. There were significant correlation between all aspects of behavior while watching Jelajah with some of aspects of audience perceptions.
RINGKASAN
RUTH ELISABETH SILITONGA. PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. Kasus: Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2008/2009) (Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO)
Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis hubungan antara karakteristik khalayak dengan perilaku menonton terhadap program Jelajah, menganalisis hubungan antara karakteristik khalayak dengan persepsi terhadap program Jelajah, dan menganalisis hubungan antara perilaku menonton khalayak dengan pembentukan persepsi khalayak terhadap program Jelajah di Trans TV.
Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, dengan fokus pada responden mahasiswa yang sedang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan metode survai. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling). Berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah semester yang diambil mahasiswa tersebut, sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 68 orang. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, sementara data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 15.0 dengan tabulasi silang, Chi Square (χ²) dan Rank Spearman (.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa mahasiswa Mata Kuliah Komunikasi Bisnis sebagian besar berusia 19-20 tahun, berjenis kelamin perempuan dan sedang kuliah di semester 4. Sebagian besar ayah responden bekerja sebagai pegawai negeri dan ibu responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Latar belakang sosial ekonomi responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari golongan menengah. Sebagian besar responden mengetahui pertama kali program Jelajah dengan cara mengetahui sendiri dari televisi langsung.
Mengenai perilaku menonton responden tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku menonton responden sudah baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan perilaku menontonnya. Hubungan tersebut nyata antara usia dengan durasi, jenis kelamin dengan cara menonton, semester dengan cara menonton dan durasi, tahu pertama tentang Jelajah dengan sumber dorongan untuk menonton, cara menonton, dan lokasi menonton.
Perbedaan karakteristik responden ternyata membuat perbedaan persepsi mereka terhadap program Jelajah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap program Jelajah adalah baik, dimana rataan skor persepsi responden tentang Jelajah menunjukkan persepsi setuju bahwa program Jelajah sudah baik. Jika melihat hubungan antara kedua variabel ini, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan persepsi mereka, seperti hubungan jenis kelamin dengan tema, hubungan
pekerjaan ayah dengan penayangan, hubungan pekerjaan ibu dengan tema, hubungan sosial ekonomi dengan objek, hubungan uang saku dengan objek, dan hubungan tahu pertama tentang Jelajah dengan kemasan.
Sebagian besar aspek perilaku menonton responden yang bervariasi tersebut memiliki hubungan nyata dengan aspek persepsi responden terhadap program Jelajah. Ditunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi dengan tema dan penayangan Jelajah, ada hubungan antara frekuensi dengan kemasan, ada hubungan antara sumber dorongan dengan narasi, ada hubungan antara motivasi menonton dengan kemasan, ada hubungan antara cara menonton dengan kemasan, tema dan narasi, ada hubungan antara lokasi menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi, serta ada hubungan antara tingkat keseriusan menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi.
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Ruth Elisabeth Silitonga
NRP : I34050173
Judul : Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa terhadap Program Jelajah di Trans TV (Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 1988031004
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 1983031001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV (Kasus: Mahasiswa-Mahasiswi Pengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2008/2009)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 3 September 2009
Ruth Elisabeth Silitonga I34050173
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Mei 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Manahan A. Silitonga dan Melly Manalu. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Budi Murni 1 Medan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Katolik Budi Murni 3 Medan. Selanjutnya, penulis melanjutkan lagi pendidikannya ke SMU Negeri 5 Medan dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Semasa kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) selama satu periode pada bidang broadcasting. Penulis juga pernah menjadi penyiar di Agri FM pada periode 2007 sampai 2008. Selain itu, penulis juga menjadi assisten dosen untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis selama tiga semester mulai tahun 2008 sampai 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Yesus Kristus, Tuhan ku yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan judul “Perilaku Menonton dan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV”.
Melalui Skripsi ini, penulis mencoba untuk menganalisis bagaimana pembentukan perilaku menonton khalayak oleh karakteristik khalayak dan bagaimana hubungan karkateristik khalayak dengan penciptaan persepsi mereka, serta menganalisis hubungan perilaku dengan persepsi khalayak akan program Jelajah di Trans TV.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kekurangan. Akhir kata, penulis berharap bahwa Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mempunyai perhatian terhadap perilaku menonton dan hubungannya dengan persepsi khalayak akan suatu tayangan televisi.
Bogor, Agustus 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan Skripsi ini telah berhasil diselesaikan dan tidak lepas dari bantuan, petunjuk, saran, kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, memberikan masukan dan dengan sabar membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama. Terima kasih atas masukan dan saran-saran yang diberikan pada penulis selama sidang.
3. Ibu Ir. Siti Sugiah M. Mugniesyah, MS, yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil departemen. Terimakasih atas masukan yang diberikan pada penulis.
4. Di atas semuanya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Jesus Christ, Juru Selamat yang telah memberikan kekuatan, petunjuk, kebaikan, kasih dan bimbingan-Nya. Karena roh kudus Mu lah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dan dengan sebaik-baiknya.
5. Keluarga penulis, pada Mama, Papa dan Paul. Terimakasih untuk semangat dan doanya yang tidak henti-hentinya untuk penulis, sehingga penulis dapat terus semangat mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, Nantulang, Tulang, Kak Sondang, Kak Butet yang
telah menyemangati penulis untuk tetap sabar mengerjakan Skripsi ini. 7. Pihak Trans TV, khususnya crew program Jelajah yang telah membantu
memberikan data-data Jelajah kepada penulis. 8. Virgin dan Anda, Teman “seperjuangan” skripsi. 9. Anyes, sahabat ku di KPM.
10. Teman-teman KPM 42, khususnya Hesti, Novie, Liza untuk kebersamaan dan keceriaan selama kuliah yang telah banyak membantu dan memberikan semangatnya.
11. Teman-teman asisten dosen MK. Komunikasi Bisnis: Vbee, Anggi, Rio, Adit, dan Fahmie (KPM 42) juga Risman, Siska, Aero, Ayu, Rio (KPM 43).
12. Mba Maria, dan Mba Icha, sekretariat KPM yang banyak membantu. 13. Daisuke, onee chan, yang telah memberikan keceriaan, menemani, dan
memberikan semangat dalam pembuatan Skripsi ini.
14. Teman-teman kost ‘ITBers’: Ida, Deslie, Arni, Sella, Deborah, Vani, Amer, Metha
15. Pihak-pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu, menyemangati dan mengisi hari-hari ku dengan tawa, semangat dan doa.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR xi I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 4 1.4 Kegunaan Penelitian 5
II. PENDEKATAN TEORITIS 6
2.1 Tinjauan Pustaka 6
2.1.1 Komunikasi Massa 6
2.1.2 Siaran Televisi 7
2.1.3 Program Jelajah di Trans TV 10
2.1.4 Khalayak Siaran Televisi 10
2.1.5 Perilaku Menonton Televisi 12
2.1.6 Persepsi Khalayak tentang Siaran televisi 15
2.2 Kerangka Pemikiran 18
2.3 Hipotesis 20
2.4 Definisi Operasional 20
III. PENDEKATAN LAPANGAN 26
3.1 Metode Penelitian 26
3.2 Lokasi dan Waktu 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data 27
3.4 Teknik Analisis Data 27
IV. GAMBARAN UMUM 30
4.1 Trans TV 30
4.1.1 Program Siaran Trans TV 31
4.2 Karakteristik Responden Penelitian 33
4.2.1 Usia 35
4.2.2 Jenis Kelamin 35
4.2.3 Semester 36
4.2.4 Pekerjaan Orang Tua 37
4.2.5 Pendapatan Orang Tua 38
4.2.6 Uang Saku 38
4.2.7 Teman 39
V. HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA
DENGAN PERILAKU MENONTON 40
5.1 Deskripsi Perilaku Menonton 40
5.1.1 Durasi Menonton 41
5.1.2 Frekuensi Menonton 42
5.1.3 Sumber Dorongan Menonton 42
5.1.4 Motivasi Menonton 43
5.1.5 Cara Menonton 44
5.1.6 Lokasi Menonton 44
5.1.7 Keseriusan Menonton 44
5.2 Analisis Hubungan Karakteristik Mahasiswa
dengan Perilaku Menonton 45
5.2.1 Hubungan antara Usia dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di
Trans TV 47
5.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Menonton terhadap Program
Jelajah di Trans TV 49
5.2.3 Hubungan antara Semester dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di
Trans TV 51
5.2.4 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Perilaku Menonton terhadap Program
5.2.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Menonton terhadap Program
Jelajah di Trans TV 56
5.2.6 Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Menonton terhadap
Program Jelajah di Trans TV 58
5.2.7 Hubungan antara Uang Saku dengan Perilaku Menonton terhadap Program
Jelajah di Trans TV 58
5.2.8 Hubungan antara Teman dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
59 VI. HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA
DENGAN PERSEPSI MENONTON 63
6.1 Deskripsi Persepsi 63 6.1.1 Kemasan 64 6.1.2 Presenter 64 6.1.3 Tema Tayangan 65 6.1.4 Penayangan 66 6.1.5 Objek Liputan 66 6.1.6 Musik 67 6.1.7 Narasi 67
6.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi terhadap Program
Jelajah 68
6.2.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi
Menonton terhadap Program Jelajah 69 6.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan
Persepsi Menonton terhadap Program
Jelajah 69
6.2.3 Hubungan antara Semester dengan Persepsi
Menonton terhadap Program Jelajah 71 6.2.4 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan
6.2.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Persepsi Menonton terhadap Program
Jelajah 72
6.2.6 Hubungan antara Pendapatan Orang tua dengan Persepsi Menonton terhadap
Program Jelajah 74
6.2.7 Hubungan antara Uang Saku dengan Persepsi Menonton terhadap Program
Jelajah 75
6.2.8 Hubungan antara Teman dengan Persepsi
Menonton terhadap Program Jelajah 76
VII. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM
JELAJAH DI TRANS TV 78
7.1 Hubungan antara Durasi Menonton dengan
Persepsi Menonton 79
7.1.1 Hubungan antara Durasi Menonton
dengan Tema Jelajah 79
7.1.2 Hubungan antara Durasi Menonton
dengan Penayangan Jelajah 80
7.2 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan
Persepsi Menonton 80
7.3 Hubungan antara Sumber Dorongan Menonton
dengan Persepsi Menonton 81
7.4 Hubungan antara Motivasi Menonton dengan
Persepsi Menonton 82
7.5 Hubungan antara Cara Menonton dengan
Persepsi Menonton 83
7.6 Hubungan antara Lokasi Menonton dengan
Persepsi Menonton 85
7.7 Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton
VIII. KESIMPULAN 91
LAMPIRAN xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Tabel 1. Karakteristik Responden………..…34
Tabel 2. Perilaku Menonton Responden………43
Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara Karakteristik Responden dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV………..48
Tabel 4. Hubungan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Responden terhadap program Jelajah di Trans TV………....52
Tabel 5. Hubungan antara Semester dengan Cara Menonton Responden terhadap program Jelajah di Trans TV……….….54
Tabel 6. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Sumber Dorongan untuk Menonton……….….…57
Tabel 7. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Frekuensi Menonton……….60
Tabel 8. Hubungan antara Teman dengan Sumber Dorongan untuk Menonton……….………61
Tabel 9. Hubungan antara Teman dengan Cara Menonton………62
Tabel 10. Hubungan antara Teman dengan Lokasi Menonton……….63
Tabel 11. Persepsi Responden terhadap Jelajah………...…………63
Tabel 12. Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi tentang Jelajah………...68
Tabel 13. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tema Jelajah………70
Tabel 14. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Penayangan………...72
Tabel 16. Hubungan antara Teman
dengan Kemasan Jelajah………..77
Tabel 17. Hubungan antara Perilaku Menonton dengan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV……….……….78
Tabel 18. Hubungan antara Sumber Dorongan Menonton dengan Narasi………...82
Tabel 19. Hubungan antara Motivasi Menonton dengan Kemasan……….83
Tabel 20. Hubungan antara Cara Menonton dengan Kemasan………84
Tabel 21. Hubungan antara Cara Menonton dengan Tema Jelajah………..84
Tabel 22. Hubungan antara Cara Menonton dengan Narasi………85
Tabel 23. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Kemasan………...86
Tabel 24. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Narasi……….86
Tabel 25. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Presenter……….…87
Tabel 26. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Penayangan………88
Tabel 27. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Kemasan………..89
Tabel 28. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Presenter………..89
Tabel 29. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Narasi………...90
Tabel 30. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Penayangan……….90
Lampiran
Tabel 1. Persepsi tentang Kemasan xxi
Tabel 2. Persepsi tentang Reporter xxi Tabel 3. Persepsi tentang Daya Tarik Reporter xxii
Tabel 4. Persepsi tentang Tema xxiii
Tabel 5. Persepsi tentang Penayangan xxiii
Tabel 6. Persepsi tentang Objek xxiii Tabel 7. Persepsi tentang Musik xxiv
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMedia massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan informasi untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari menonton tayangan televisi. Melalui siaran televisi pula, masyarakat dapat mengetahui berita terbaru yang sedang terjadi ataupun sekedar ingin memperoleh hiburan.
Siaran televisi di Indonesia merupakan media massa yang sangat pesat perkembangannya. Pada tahun 1962, siaran televisi milik pemerintah Indonesia pertama kali disiarkan oleh TVRI. Stasiun TVRI cukup banyak mengalami perkembangan, yang dimulai dari tayangan hitam putih sampai tayangan full colour untuk pertama kalinya disiarkan di Jakarta pada tahun 1979. Pada tahun 1987, TVRI juga mendirikan stasiun-stasiun transmisi di berbagai daerah, seperti Medan, Ujung Pandang, Balikpapan, Palembang, dan Bandung.
Perkembangan TVRI di Indonesia ternyata membawa “angin segar” bagi pihak-pihak swasta yang ingin mendirikan stasiun televisi. Pada tahun 1987, RCTI merupakan stasiun televisi swasta pertama yang memiliki izin siaran (terbatas) di Indonesia. Stasiun RCTI memulai siaran terbuka di akhir tahun. Pada tahun yang sama berdiri media SCTV. Tahun 1991, pihak swasta lain pun mulai mendirikan stasiun pendidikan, yang diberi nama TPI dan memperoleh izin siaran siang. Setahun kemudian, TPI memperoleh hak siaran malam. Sampai akhir tahun 1999, semakin beragam stasiun televisi di Indonesia, sebut saja Indosiar dan ANTEVE. Pada awal tahun 2000, kebebasan pers di Indonesia semakin meningkat, yang membuat pihak-pihak swasta lain semakin meningkat pula dalam mendirikan stasiun televisi. Dalam kurun waktu sejak tahun 2000, sudah terdapat lima stasiun televisi swasta yang baru, Metro TV, Global, TV 7, Trans TV, dan Lativi.1
1
Dewasa ini, stasiun televisi berusaha menarik perhatian masyarakat dengan berlomba-lomba menyiarkan acara yang menarik, mengikuti tren, dan bermutu. Bagus atau tidaknya suatu acara, menarik atau tidaknya acara suatu televisi dapat diketahui dari tingkat kepuasan mahasiswanya. Komunikasi massa melalui media televisi memperlihatkan bahwa pesan yang diberikan pada masyarakat melalui media ini memiliki tujuan mendapatkan sasaran mahasiswa dan mengharapkan adanya feedback atau umpan balik dari mahasiswa tersebut.
Suatu stasiun televisi dengan program yang dimilikinya dapat mengetahui bahwa acara yang telah dibuat dan ditayangkannya dinilai cukup bagus dan diinginkan oleh mahasiswanya berdasarkan umpan balik mahasiswanya. Stasiun televisi cukup sering mengangkat fenomena yang sering terjadi dalam masyakarat dan menayangkannya kembali. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” mahasiswanya. Dengan demikian, bagus atau tidaknya mutu suatu acara televisi bergantung pada penilaian dan persepsi dari mahasiswa yang telah menonton acara tersebut. Persepsi mahasiswa terhadap tayangan yang ditontonnya dapat diketahui setelah mahasiswa tersebut menonton, dengan kata lain persepsi mahasiswa timbul dari tingkah laku selama menonton.
Salah satu stasiun televisi swasta yang kerap menayangkan acara yang berisi fenomena kehidupan masyarakat adalah Trans TV, antara lain melalui program Jelajah. Menurut Research and Creative Development (RCD) Trans TV, Jelajah merupakan feature entertaining, yang ingin menyajikan tayangan berbeda bagi penonton Indonesia dalam bentuk informatif, humanis, dan inspiring. Di awal terbentuk program, tema Jelajah sangat kental dengan nuansa budaya dan kisah kehidupan manusia yang luar biasa. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kurang menyukai tema budaya, sehingga sekarang lebih sering mengangkat tema-tema petualangan ataupun tema urban.
Jelajah adalah salah satu acara andalan Trans TV dan merupakan program news feature yang tertua di Trans TV. Berdasarkan data RCD Trans TV, walaupun program Jelajah ini memiliki share dan rating yang tidak tinggi dan mengalami perubahan yang terlalu signifikan, tetapi program Jelajah ini tetap dipertahankan. Menurut Trans TV, program ini baik dan harus dipertahankan.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas program Jelajah, maka setiap enam bulan sekali Trans TV melakukan rolling (pertukaran crew pada setiap program acara).
Untuk dapat bersaing dengan program-program di televisi lain, berbagai cara dilakukan oleh program Jelajah untuk meningkatkan kualitas isi maupun presenternya, agar penonton lebih tertarik untuk menonton tayangan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan presenter yang sekaligus merangkap sebagai reporter. Gaya reporter dalam meliput tayangan juga menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas Jelajah. Menurut produser program Jelajah, reporter diharapkan selain dapat PTC (Piece to Camera) harus dapat berpartisipatif dalam menyajikan informasi, dengan cara turut serta atau terjun langsung dengan objek liputan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tayangan ini terasa lebih hidup dan dinamis, serta penonton merasa diajak untuk menyimak dikarenakan ada aksi yang menarik (RCD Trans TV, 2008)
Sampai sejauh mana program Jelajah telah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan baik terhadap isi acaranya maupun waktu penayangan program Jelajah tersebut? Perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan menarik minat mahasiswanya untuk tetap setia menonton program Jelajah. Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan melakukan suatu studi yang dapat mengungkapkan bagaimana respon mahasiswa terhadap program tersebut. Ketertarikan mahasiswa dapat diungkapkan dari bagaimana mahasiswa menonton acara Jelajah dan bagaimana pendapat mereka tentang program tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan semakin berkembangnya acara televisi, membuat mahasiswa memiliki pola kebiasaan untuk mengubah tayangan acara sesuai dengan kesukaan. Acara-acara yang ditonton oleh mahasiswa tersebut juga sangat erat kaitannya dengan karakteristik mahasiswanya. Jenis kelamin, umur, serta tingkat pendidikan seseorang akan menentukan pemilihan acara yang berbeda oleh mahasiswanya.
Perilaku yang demikian membuat masyarakat memiliki persepsi akan suatu tayangan televisi yang berbeda-beda. Persepsi tersebut akan menghasilkan berbagai dampak bagi mahasiswa yang menontonnya. Dampak berupa perubahan
tingkat pengetahuan dan sikap biasanya sering terjadi di kehidupan masyarakat setelah menonton tayangan televisi, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak suka menjadi suka.
Setelah menonton program Jelajah, akan timbul adanya persepsi tentang tayangan tersebut, baik isi cerita, reporter yang mendukung cerita tersebut dan jam tayang acara tersebut. Persepsi mahasiswa dibentuk berdasarkan adanya penyerapan pesan yang diterima kemudian diberikan stimulus (ransangan) pada indera. Pembentukan persepsi dibutuhkan adanya proses, dan proses persepsi itu akan menghasilkan pendapat/ opini kita tentang sesuatu hal. Proses persepsi dipengaruhi oleh karakteristik mahasiswa itu sendiri maupun karakteristik televisi yang menayangkan siaran televisi.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini berusaha mengungkapkan tentang karakteristik mahasiswa dengan perilaku menonton dan persepsi mahasiswa dalam menonton tayangan Jelajah. Oleh karena itu, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku menonton mahasiswa dalam program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa?
2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tayangan program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa?
3. Bagaimana hubungan antara perilaku menonton mahasiswa dengan pembentukan persepsi mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mengkaji persepsi mahasiswa tentang program Jelajah dalam hubungannya dengan perilaku menonton dan karakteristik mereka. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis perilaku menonton responden dalam program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa.
2. Menganalisis persepsi responden terhadap tayangan program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa.
3. Menganalisis hubungan antara perilaku menonton mahasiswa dengan pembentukan persepsi mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca umumnya sebagai literatur yang mampu memperluas wawasan mengenai persepsi pembaca terhadap tayangan program Jelajah. Sementara bagi masyarakat (penonton Jelajah), penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang perilaku menonton terhadap Jelajah.
Penelitian ini diharapkan akan mempermudah Trans TV khususnya program Jelajah dalam menyusun program siaran yang baik. Dengan penelitian ini pula, program Jelajah Trans TV dapat menempatkan mahasiswanya tidak hanya sebagai objek siaran tetapi juga sebagai subjek yang berpengaruh terhadap kinerja sebuah televisi dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangannya di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan pula bermanfaat bagi program Jelajah sebagai masukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat program Jelajah bagi mahasiswa yang menontonnya.
II.
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa berarti suatu kegiatan menyampaikan pesan melalui media dan media yang digunakan harus dapat dijangkau khalayak yang kedudukannya tersebar luas, jumlahnya banyak atau bersifat massal, serta dalam waktu bersamaan (Gunardi, dkk, 2004). Sebagaimana dikutip Rakhmat (2003), komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, sementara menurut Gerbner dalam Rakhmat (2003), komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat. Komunikasi massa melibatkan sejumlah besar orang yang heterogen dan tidak dikenal oleh sumber pesan.
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang melibatkan media dalam menyampaikan informasi yang berasal dari sumber informasi kepada penerima informasi, dimana penerima informasi ini tidak mencakup berada dalam satu tempat dan pada waktu yang bersamaan (Jubido, 2007). Menurut De Vito (1997), pengertian komunikasi massa adalah sejumlah variabel yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet.
Wright dalam Gunardi, dkk (2004) menyatakan bahwa komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. Komunikasi massa dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi, membujuk orang lain, menciptakan persepsi atas masalah-masalah serta mempertimbangkan solusinya. Komunikasi massa merupakan bentuk adaptasi akan lingkungan.
2.1.2 Siaran Televisi
Televisi merupakan bagian dari perkembangan media massa. Melalui televisi, masyarakat dapat mengetahui kejadian yang terjadi di luar sana, baik kejadian yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir tidak ada berita yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat karena televisi. Masyarakat Indonesia khususnya dapat menikmati suguhan acara-acara yang ditayangkan baik televsi pemerintah maupun swasta. Untuk acara televisi swasta saat ini, cukup disenangi di hampir semua lapisan masyarakat.
Televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar secara bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak jauh (Setyobudi dalam Shanti, 2008). Menurut Kuswandi dalam Syarief (2008), televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang ditayangkan.
Komunikasi massa bersifat periodik dan penyelenggara komunikasi ini bukan perorangan melainkan sekelompok organisasi yang kompleks dengan pembiayaan yang sangat besar. Televisi sebagai bagian media massa menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk mendapatkan khalayak penonton serta mengharapkan adanya umpan balik baik secara langsung maupun tidak langsung (Shanti, 2008)
Pada awalnya televisi ditemukan oleh mahasiswa Jerman (dalam bentuk electrische teleskop) yang bernama Paul Nipkov yang dijuluki “bapak” televisi untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Kelebihan televisi antara lain menyampaikan pesan seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Media televisi bersifat hanya meneruskan sehingga pesan-pesan yang disampaikan tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi tentang suatu isu yang terjadi di masyarakat.
Selain itu, pesan yang disampaikan pula harus singkat dan jelas, intonasi dan artikulasi harus tepat dan baik. Kelemahan televisi yang bersifat hanya
meneruskan ini membuat isi pesan televisi tersebut tidak dapat ditangkap jelas oleh khalayak. Media televisi terikat oleh waktu dan tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan secara langsung dan vulgar (Kuswandi dalam Kurniasih 2006).
Televisi merupakan bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang adanya suatu isu yang berkembang dan terjadi di berbagai belahan bumi ini. Akan tetapi dengan kehadiran televisi ini, perlu diwaspadai pula akan monopoli negara maju terhadap arus informasi. Dimana dengan kemampuan media televisi untuk menarik perhatian massa berarti bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis (Shanti, 2008).
Menurut Hofmann dalam Kurniasih, 2006, terdapat lima teori fungsi televisi. Pertama fungsi pengawasan situasi masyarakat dan dunia yang disebut juga fungsi informasi, dimana televisi berfungsi mengamati kejadian dalam masyarakat dan melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Informasi-informasi yang diberitakan umumnya berkaitan dengan kebutuhan manusia, seperti informasi cuaca, finansial, atau produk barang, Kedua, menghubungkan hasil yang satu dengan yang lain: televisi tidak hanya berkesinambungan, tetapi dapat pula menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan lainnya secara lebih mudah daripada sebuah dokumen tertulis, Ketiga, menyalurkan kebudayaan: televisi tidak hanya mencari, tetapi ikut juga mengembangkan kebudayaan. Fungsi ini disebut juga fungsi pendidikan, Keempat, fungsi hiburan: saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia, dimana tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar, Kelima, pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat: jika terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi tentu akan menayangkan berita tentang daerah tersebut, sehingga masyarakat dapat mengetahui berita tentang adanya bahaya suatu penyakit. Berdasarkan fungsinya, maka televisi disebut sebagai pengawas. Televisi harus proaktif memberikan motivasi dan menganjurkan pada masyarakat agar orang-orang mau dibantu dan membantu.
Jika dikaitkan dengan media massa, khalayak atau receiver pesan selalu berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Khalayak bukanlah suatu ide yang abstrak. Secara umum, khalayak dapat didefinisikan bahwa khalayak dikaitkan dengan skala dan spesifitas (specifity). Khalayak merupakan komponen penting dalam komunikasi massa, karena jika tidak ada khalayak maka komunikasi massa pun tidak ada pula. Dengan kata lain, khalayak diartikan sebagai orang-orang yang berada dalam komunikasi massa.
Suatu tayangan televisi dapat memiliki mutu yang baik yang dinilai dari beberapa kriteria atau kebijakan. Setiap stasiun televisi memiliki kebijakan tersendiri untuk menciptakan suatu program yang bermutu. Materi atau isi program yang bermutu merupakan keunggulan suatu program, yang dapat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti (1) materi yang aktual, faktual dan sesuai dengan kebutuhan khalayak, dan (2) kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak. Selain itu, presenter atau penyiar yang membawakan program (jika ada), harus berpenampilan menarik dan berwawasan luas sehingga dapat menyuguhkan informasi pada khalayak. Sebagaimana dikutip Jubido (2007), Masduki menyatakan bahwa presenter atau penyiar harus memiliki sikap, bahasa dan memiliki wawasan professional. Selain itu, faktor biologis juga menentukan presenter yang baik menurut khalayak.
Kesesuaian jam tayang program serta jumlah jam tayang suatu program yang baik dapat meningkatkan mutu tayangan program tersebut. Stasiun televisi harus dapat ‘membaca’ khalayak, kapan waktu khalayak (dengan umur, jenis kelamin tertentu) menonton suatu acara.
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dan lain-lain. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat diklasifikasikan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam hard news atau
berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan soft news yang mengangkat berita bersifat ringan.2 Feature sebenarnya merupakan bagian dari soft news.
2.1.3 Program Jelajah di Trans TV
Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, diantaranya adalah siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program acara tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen Magazine, Departemen Buletin, dan Departemen Operasional. Untuk Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian.
Salah satu program yang di bawah tangung jawab Departemen Magazine adalah Jelajah. Program ini pertama kali ditayangkan pada tanggal 1 Desember 2001, sebelum launching Trans TV tanggal 15 Desember 2001. Semenjak itu Jelajah tayang seminggu sekali setiap hari Sabtu dengan durasi 30 menit. Setelah itu jam tayang dan durasi Jelajah beberapa kali mengalami perubahan. (Riyadi, 2008)
Program ini merupakan alternatif lain bentuk berita atau news feature yang unik dan menarik. Jelajah dikemas dalam bentuk story-line yang komunikatif dan menghibur namun tetap seimbang dan tajam. Jelajah sangat luas lingkupnya antara lain membahas tema hobi, gaya hidup, profesi, travel, budaya, kepercayaan, lingkungan, masalah perkotaan, sosial-ekonomi, penemuan, petualangan, misteri, dan kesehatan. 3
2.1.4 Khalayak Siaran Televisi
Khalayak massa adalah suatu fenomena dalam media khususnya pada abad ke-19. Orang-orang beramai-ramai membaca atau menonton produk yang sama. Televisi memiliki banyak khalayak untuk program acara yang berbeda-beda. Orang-orang yang sama tidak akan konsisten menonton pro4gram yang sama.
2
http://www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 22 Maret 2009
3
Dilain pihak, terdapat pula tipe-tipe khalayak yang serupa untuk program acara tertentu.
Khalayak-khalayak tersebut bersifat spesifik dan saling melengkapi: (1) khalayak yang didefiniskan menurut majalah, rekaman, film tertentu yang akan mereka konsumsi, (2) terdapat khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu seperti majalah komputer, musik jazz modern dan lain sebagainya, (3) khalayak-khalayak yang dispesifikasikan menurut profil/ karakteristik mereka, berdasarkan faktor-faktor seperti usia, kelas, jenis kelamin, tingkat pendapatan, gaya hidup dan seterusnya (Burton, 2008).
Selain karakteristik khalayak, terdapat pula istilah media exposure, yaitu usaha untuk mencari data-data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi maupun durasi. Disamping itu terdapat juga istilah audience rating yang digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap media, jenis informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak.
Menurut Caldwell dalam Shanti (2008), khalayak dibedakan ke dalam empat stage, antara lain seperti: the elite stage, the mass stage, the specialized stage, dan the interactive stage. The elite audience stage merupakan khalayak yang berada pada skala relative kecil dan merefleksikan segmentasi dalam komunitas. The mass audience stage merupakan khalayak yang berada hampir di seluruh populasi khalayak dengan berbagai segmentasi, sementara the specialized audience stage adalah khalayak yang tersegmentasi dari suatu khalayak yang memiliki minat yang sama. Adapun The interactive audience stage merupakan individu yang selektif terhadap jenis acara apa yang ditontonnya.
Secara garis besar ada dua tipe khalayak massa, yaitu general public audience dan specialized audience. General public audience merupakan khalayak yang sangat luas, heterogen dan anonim. Sedangkan specialized audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama anggota-anggotanya sehingga lebih homogennya. Pada prinsipnya, ada tiga sub kelompok dasar khalayak, yaitu the illiterate, the pragmatis, dan the intellectual. The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual dengan orientasi pada pesan superficial dan full action program, mereka kurang berorientasi pada ide. The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan
diri pada masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern. Sementara The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak massa (Sari, 1993)
Dengan demikian terdapat khalayak yang sangat spesifik untuk program-program tertentu bagi kaum wanita dan sebaliknya. Mungkin pula terdapat khalayak yang dideskripsikan untuk materi media yang dianggap menarik perhatian kaum wanita secara umum atau pria secara umum pula.
Blumerdalam Sari (1993), menegaskan empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai profil/ identitas khalayak massa, yaitu: berasal dari berbagai strata sosial (usia, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya idup), kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal, karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk berinteraksi, serta tidak terorganisasi sehingga mungkin untuk digerakkan demi kepentingan tertentu.
2.1.5 Perilaku Menonton Televisi
Kehadiran televisi di tengah-tengah khalayak pada zaman ini telah berubah dan bergeser peranannya dari media komunal menjadi media individual. Dimana pada awalnya orang-orang selalu beramai-ramai menonton televisi yang dikarenakan pada zaman dulu kepemilikan televisi masih jarang ditemui. Sementara pada zaman ini hampir disetiap rumah memiliki televisi. Perbedaan tersebut membentuk perilaku khalayak pada pola menontonnya, yang dulunya lebih bersosialisasi kini menjadi lebih individual. Keinginan khalayak untuk menonton televisi didasari oleh beberapa hal, salah satunya adalah motivasi.
Motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat/ melakukan kegiatan. Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku untuk menuntut/ mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Pengaruh motivasi individu untuk menonton disebabkan adanya faktor dari dalam diri individu (intrinsik) tersebut, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, serta tingkat pengetahuan dan pengalaman terhadap suatu acara televisi (Juariah, dalam Meilani, 2007). Purwati (2003) menyatakan bahwa motivasi seseorang
dalam menonton televisi tergantung pada kekuatan motifnya, seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu atau dengan kata lain sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu.
Berdasarkan pengertian motivasi menurut Juariah dalam Meilani, (2007), dapat diartikan bahwa motivasi seseorang akan tayangan televisi akan mempengaruhi perilaku menonton khalayak. Perilaku khalayak dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan, tidak hanya dari fisik manusia seperti badan atau ucapan. Perilaku khalayak merupakan perilaku yang kelihatan berupa tindakan nyata.
Menurut William J. Mc.Guire dalam Purwati (2003), ada dua motif khalayak yang menjadi dasar penggunaan media khususnya televisi, yaitu motif kognitif dan motif afektif. Motif kognitif menekankan proses penerimaan informasi dan pengetahuan seseorang dan penciptaan ide-ide tertentu dari informasi yang diterimanya, sementara motif afektif lebih pada perasaan seseorang akan informasi yang diterimanya yang dapat mempengaruhi kondisi emosional seseorang.
Penelitian Neilsen Media Research dalam Morrisan (2003) melaporkan bahwa perbandingan khalayak pria dan wanita adalah wanita lebih banyak menonton dibandingkan pria. Wanita banyak menghabiskan waktunya di rumah, sehingga alokasi waktu untuk menonton televisi lebih tinggi diabnding laki-laki. Sehingga wanita lebih mudah terpengaruh acara televisi dibanding pria. Dari sisi umur, penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi (26 %). Jumlah terbesar kedua adalah pemirsa berusia 25 – 29 tahun (15 %).
Motif-motif khalayak dalam menonton tayangan televisi dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: information, entertainment, social utility, dan personal identity. Kuswarno (1993) menyebutkan bahwa khalayak berjenis kelamin laki-laki memiliki motivasi rendah untuk memenuhi kebutuhan kognitif dengan menonton televisi, sebaliknya khalayak perempuan memiliki motivasi sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan kognitif dengan menonton televisi. Untuk kategori usia, disebutkan bahwa semakin rendah usia khalayak maka semakin rendah pula motivasi menonton televisi mereka, dan semakin tinggi usia khalayak berarti semakin mereka membutuhkan informasi dari televisi.
Pernyataan diatas yang mengemukakan bahwa semakin rendah usia seseorang memiliki motivasi menonton yang rendah tidak selamanya benar. Khalayak yang memiliki usia sekolah dasar biasanya memiliki motivasi menonton yang sangat tinggi. Jumlah jam menonton mereka lebih tinggi dibandingkan jumlah kegiatan mereka yang lain seperti belajar. Sementara khalayak remaja juga memiliki tingkat menonton yang cukup bervariatif. Motivasi menonton mereka dikarenakan ingin menonton salah satu acara favorit mereka dan tidak ingin ketinggalan cerita acara televisi tersebut. Selain itu motivasi mereka disebabkan karena pengaruh teman sepermainan mereka.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kebutuhan akan informasi dari televisi juga semakin besar (Bajari, 1995). Menurut Sudarsono (1997), kategori pekerjaan juga menentukan tingkat motivasi seseorang akan televisi. Berbedanya jenis pekerjaan seseorang menyebabkan perbedaan daya beli, pola pemanfaatan waktu luang dan rekreasi sehingga akan mempengaruhi pola pemilihan acara dan akan mengakibatkan efek yang berbeda pula. Sementara pendapat Budyatana (1994), ada perbedaan pola menonton antara wanita yang bekerja dan tidak bekerja yang diakibatkan adanya perbedaan pola pemanfaatan waktu luang.
Tingkat sosio-ekonomi seseorang akan mempengarui pembentukan pola menonton mereka. Khalayak yang tinggal di desa berbeda pola menontonnya dengan khalayak yang tinggal di kota karena berbedanya aktivitas, pekerjaan ataupun ekonomi mereka. Bagi khalayak desa yang tingkat ekonominya rendah memiliki pola menonton sangat rendah karena mereka disibukkan dengan bekerja di sawah. Sementara bagi khalayak kota yang tingkat ekonominya cukup tinggi memiliki pola menonton yang beragam, tetapi tidak sampai batas pola menonton rendah.
Selain itu pula, pola menonton khalayak dipengaruhi dari lamanya menonton (durasi), seringnya menonton (frekuensi) dan jumlah acara yang ditonton setiap harinya. Beragamnya acara yang ditayangkan oleh televisi merupakan faktor yang mempengaruhi pola menonton seseorang. Semakin beragam suatu acara membuat khalayak dapat memilih jenis acara yang diinginkan. Khalayak tidak menyukai siaran televisi yang menayangkan berita yang sama dan ‘itu-itu saja’ dalam satu hari. Khalayak juga kurang menyukai
program acara dengan tema yang sama. Saat ini banyak stasiun televisi yang menayangkan acara dengan tema yang hampir sama dengan stasiun televisi lain. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesan persepsi khalayak bahwa televisi tidak kreatif dalam menayangkan suatu acara. Televisi tidak dapat memuaskan pemirsanya dengan tayangan mereka.
2.1.6 Persepsi Khalayak tentang Siaran Televisi
Dalam kehidupan sehari-hari, kesadaran kita selalu dipengaruhi oleh indera. Melalui indera, kita dapat menerima informasi, kemudian mengolahnya dan kita merespon informasi tersebut. Proses pengolahan ini merupakan proses komunikasi antarpersonal yang sering kita alami. Komunikasi antarpersonal yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh orang-orang yang tinggal di sekitar kita. Semakin beragam budaya seseorang maka komunikasi yang terjadi pun akan semakin beragam. Komunikasi yang dimaksud disini adalah persepsi seseorang akan sesuatu yang terjadi. Perbedaan persepsi ini dapat menimbulkan konflik yang dikarenakan ketidaktahuan tentang keterbatasan kemampuan perseptual. Jika seseorang menyadari bahwa penginderaanya dapat salah, tentu tidak terlalu sulit untuk mengakui bahwa persepsinya keliru (Tubbs dan Moss, 1996).
Menurut Tubbs dan Moss (1996), persepsi adalah suatu proses aktif, dimana seseorang akan memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Setiap orang memilih stimulus (ransangan), bergantung pada minat, motivasi, keinginan dan harapannya. Persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (DeVito, 1996). Sementara menurut Sarwono (1999) menjelaskan pula bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif seseorang. Dalam mempersepsi benda maupun seseorang dapat ditinjau dari tiga unsur: pengamat, objek persepsi, dan konteks yang berkaitan dengan objek yang diamati (Tubbs dan Moss, 1996).
Menurut DeVito (1996) pula, ada enam proses yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implisit, (2) primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, (5) konsistensi, (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini membantu menjelaskan mengapa kita membuat perkiraan tertentu dan tidak membuat perkiraan yang lain tentang orang. Keenam proses ini merupakan pula penghambat kita dalam menentukan persepsi maupun berinteraksi dengan orang lain.
Ada dua faktor yang menentukan persepsi, yaitu: (1) faktor fungsional: berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang disebut faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respons stimuli. (2) faktor struktural: berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.
Dalam proses persepsi ini, proses atribusi pun perlu diperhatikan. Dari proses atribusi ini akan “lahir’ konsep-konsep tentang memahami bagaimana perilaku itu. Atribusi adalah proses dimana kita mencoba memahami perilaku orang lain selain perilaku kita sendiri. Kita juga dapat memahami alasan atau motivasi seseorang, apakah ada fakor-faktor tertentu yang mempengaruhi seperti faktor internal seseorang ataupun faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang.
Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh variabel yang dibentuk oleh individu akan kemasan tayangan tersebut. Kemasan acara-acara televisi tersebut berupa isi cerita, aktor/ aktris yang berlakon , dan jam tayang. Isi cerita merupakan faktor yang dapat menimbulkan persepsi bagi khalayak. Cerita yang sarat dengan sisi humanis, nyata seperti kehidupan manusia layaknya membuat dorongan dan motivasi khalayak untuk berpersepsi akan tayangan tersebut. Tayangan-tayangan realita akan membuat khalayak merasa terusik pikiran dan perasaannya sehingga akan meninggalkan kesan akan ceria tayangannya. Contoh tayangan yang realita yang
cukup sering ditayangkan di televisi, yaitu tayangan tindak kriminal/ tindak kekerasan. Tayangan tersebut menayangkan suatu kejadian yang benar-benar terjadi di kehidupan masyarakat. Khalayak yang menonton tayangan tersebut tidak saja dari kalangan orang dewasa/ itu tetapi kalangan anak-anak pun hampir tidak terlewatkan.
Tayangan kekerasan itu akan menimbulkan suatu kesan dan membuat suatu persepsi tersendiri bagi khalayak khususnya anak-anak. Bagi anak-anak yang cukup mengerti dan diberi pengarahan oleh orang tua mereka, maka mereka cenderung untuk tidak terpengaruh atau meniru. Lain halnya dengan khalayak anak-anak yang tidak memperoleh pembinaan dari orang tuanya maka cenderung untuk meniru. Artinya bahwa peranan keluarga dan latar belakang keluarga menentukan pembentukan persepsi seseorang.
Karakteristik khalayak juga mempengaruhi penciptaan persepsi seseorang akan sebuah tayangan televisi. Menurut McQuail dalam Sarwono, 1999) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap tayangan televisi dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Semua persepsi yang ditimbulkan oleh khalayak setelah menonton suatu tayangan akan menghasilkan suatu penilaian dan kepuasan tersendiri bagi khalayak. Khalayak yang menggunakan televisi ditawarkan suatu kepuasan yang diharapkan dan diramalkan oleh khalayak berdasarkan pengalaman mereka sebelum menonton televisi.
Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl (1995) menjelaskan teori tentang suatu model kepuasan khalayak dalam menggunakan media televisi. Perilaku khalayak dalam menggunakan media televisi yang terus menerus cenderung akan meningkat setiap waktu. Bila kepuasan yang diperoleh khalayak lebih besar daripada kepuasan yang diharapkan dari penggunannya maka dapat dikatakan bahwa persepsi khlayak akan puas karena kebutuhannya terpenuhi dan pada akhirnya berlanjut pada perhatian dan penghargaan yang besar pada acara yang ditayangkan.
Masih menurut Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl (1995), kepuasan yang diharapkan melalui televisi berdasarkan pada keyakinan terhadap isi tayangan televisi yang dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat
bagi diri mereka. Isi tayangan televisi dapat dikategorikan menjadi: news and public affairs yang berisi berita umum, berita buletin atau berita khusus yang membahas kasus-kasus yang terjadi dalam masyarakat; features and documentary yang berhubungan dengan aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya, atau laporan jurnal; education, yang tidak selamanya didefinisikan dengan pendidikan secara formal melainkan mendidik secara umum, arts and music, children program, drama, film, general entertainment, sport, religion, commercial (Williams, 1990).
2.2 Kerangka Pemikiran
Media massa khususnya televisi saat ini berperan sebagai pendukung bagi terciptanya pembangunan di masyarakat khususnya mahasiswa. Bagi mahasiswa media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang sedang terjadi di belahan dunia mana pun. Informasi yang dibutuhkan tersebut akan dipergunakan oleh mahasiswa tergantung pada tipe masyarakatnya. Mahasiswa atau yang sering disebut khalayak bagi dunia pertelevisian, dapat disegmentasi berdasarkan karakteristik khalayak tersebut, seperti usia, jenis kelamin, sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, teman sepermainan, dan uang saku.
Beragamnya karakteristik khalayak Jelajah akan mempengaruhi pembentukan perilaku mereka menonton. Perilaku mahasiswa dalam menonton televisi, khususnya dalam hal ini program Jelajah dapat dilihat dari berapa lamanya mereka duduk dan menonton tayangan televisi tersebut, seberapa seringnya mereka menonton, apakah rutin setiap program tersebut ditayangkan atau sesekali tergantung isi acaranya. Yang perlu diperhatikan pula adalah motivasi mahasiswa ketika menonton. Teman, keluarga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi motivasi seseorang untuk menonton. Selain itu, faktor lainnya seperti isi cerita yang menarik, reporter/ presenter yang menarik akan membuat khalayak termotivasi untuk menonton televisi, dalam hal ini program Jelajah. Hal lain yang dapat diukur untuk mengetaui perilaku mahasiswa menonton adalah bagaimana cara mereka menonton, apakah sendiri, bersama-sama dengan teman atau keluarga. Selain itu lokasi menonton dan tingkat
keseriusan menonton harus diperhatikan untuk mengetahui pola perilaku menonton mahasiswa.
Karakteristik mahasiswa ini juga mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang akan suatu tayangan televisi. Mahasiswa dapat berpersepsi tentang kemasan (isi cerita), presenter/ reporter, tema/ objek tayangan, kesesuaian penayangan, objek liputan, musik pengiring dan narasi. Selanjutnya, perilaku menonton mahasiswa ini akan mempengaruhi pembentukan persepsi khalayak juga.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Persepsi Khalayak
• Kemasan (isi cerita) • Presenter/ reporter • Tema/ objek tayangan • Penayangan • Objek • Musik • Narasi Perilaku Menonton Khalayak • Lama menonton (durasi) • Tingkat keseringan menonton (frekuensi) • Sumber Dorongan Menonton • Motivasi menonton • Cara menonton • Lokasi menonton • Tingkat keseriusan menonton Karakteristik khalayak • Usia • Jenis kelamin • Semester • Pekerjaan orangtua • Pendapatan orang tua • Uang saku
2.3 Hipotesis
Berdasarkan hasil kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan perilaku khalayak ketika menonton program Jelajah
2. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan persepsi khalayak dalam menonton program Jelajah
3. Ada hubungan antara perilaku menonton dengan persepsi khalayak terhadap program Jelajah.
2.4 Definisi Operasional
Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi secara operasional.
1. Karakteristik khalayak adalah unsur atau komponen yang menjadi faktor pembentukan perilaku menonton dan persepsi responden setelah menonton Jelajah. Karakteristik responden ini ditunjukkan melalui beberapa variabel, meliputi:
a. Usia adalah lama hidup mahasiswa dan mahasiswi pada saat diwawancarai (dalam satuan tahun).
b. Jenis kelamin adalah faktor biologis yang membedakan responden kedalam kategori:
• laki-laki • perempuan
c. Semester adalah tingkatan pada jenjang pendidikan formal yang diperoleh responden untuk mengenyam dan memperoleh ilmu di bangku kuliah, dalam hal ini, semester yang diukur adalah semester genap, yang dibagi menjadi tiga kategori:
• Semester 4 • Semester 6 • Semester 8
d. Pekerjaan orangtua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua (ayah dan ibu) sebagai penghasil utama (nafkah) dalam keluarga, yang dibedakan kedalam: bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta dan tidak bekerja.
e. Pendapatan orangtua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang dihasilkan oleh orangtua dari bekerja. Kategori pendapatan orangtua tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
• Golongan rendah, dengan pendapatan orangtua < Rp 2.000.000,00 • Golongan sedang, dengan pendapatan orangtua Rp 2000.000,00 -
Rp 4.000.000,00
• Golongan tinggi, dengan pendapatan orangtua >Rp 4.000.000,00 f. Uang saku adalah jumlah uang (dalam hitungan rupiah) yang diterima
responden dari orangtua per bulannya, yang dibedakan dalam: • Rendah, dimana jumlah uang saku per bulan <Rp 500.000,00 • Sedang, dimana jumlah uang saku per bulan Rp 500.000,00 – Rp
1.000.000,00
• Tinggi, dimana jumlah uang saku per bulan >Rp 1.000.000,00 g. Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan
menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton televisi. Variabel teman dapat diukur dalam beberapa kategori, yaitu:
• Teman kelas kuliah
• Teman satu rumah selama di IPB • Teman di lingkungan rumah (tetangga)
2. Perilaku menonton khalayak adalah tindakan-tindakan spesifik khalayak dalam menonton acara Jelajah, yang meliputi:
a. Sumber Dorongan: adanya orang lain yang mengajak responden untuk menonton, yang dibedakan atas kategori: teman, keluarga, dan orang lain. b. Motivasi: adanya dorongan responden untuk menonton program Jelajah
dengan alasan tertentu. Motivasi menonton ini dibedakan atas seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, atau pengisi waktu luang.
c. Durasi menonton: jumlah waktu atau lama waktu (dalam hitungan menit) yang digunakan responden untuk menonton Jelajah setipa kalinya. Durasi Jelajah setiap tayangnya adalah 30 menit, yang terdiri dari tiga segmen yang berdurasi 20 menit dan iklan berdurasi 10 menit. Durasi menonton responden ini dapat diukur dalam satuan menit yang kemudian dikategorikan dalam dua kategori:
• Durasi sedang : < 15 menit • Durasi lama : 15 - 30 menit
d. Frekuensi menonton: tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali) menonton Jelajah selama satu minggu. Dalam hal ini, Jelajah memiliki tiga jenis program Jelajah: Jelajah-Jelajah, Jelajah, dan Jelajah Dunia.
• Rendah: 1 kali seminggu • Sedang: 2 kali seminggu
e. Cara menonton: kebiasaan khalayak dalam menonton, dengan siapa responden menonton Jelajah, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Cara menonton responden ini dapat dikategorikan menjadi:
• Sendirian • Bersama teman • Bersama keluarga
• Bersama-sama orang lain selain teman dan keluarga
f. Lokasi menonton: tempat responden menonton Jelajah. Lokasi menonton responden dikategorikan menjadi:
• Tempat tinggal selama di IPB • Rumah
• Lainnya (kantin/ warung)
g. Tingkat keseriusan menonton: tingkat perhatian responden dalam menonton Jelajah, apakah hanya khusus menonton program Jelajah (tanpa melakukan kegiatan lain) atau menonton Jelajah sembari melakukan kegiatan lain. Indikator serius menonton adalah responden dapat menceritakan kembali isi cerita Jelajah secara lengkap. Keseriusan responden dalam menonton Jelajah ini dapat dikategorikan:
• Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain (menonton sepenuhnya, dari awal sampai akhir tanpa mengganti-ganti channel)
• Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain, tetapi mengganti-ganti channel
• Menonton Jelajah sembari melakukan kegiatan lain, seperti belajar,
makan :
3. Persepsi khalayak terhadap program Jelajah adalah pandangan dan pendapat responden terhadap tayangan program Jelajah. Persepsi ini akan membahas sejauh mana peran program Jelajah memberikan manfaat bagi responden sebagai media hiburan, informasi dan pengetahuan. Persepsi responden ini dapat diukur berdasarkan empat indikator:
a. Kemasan (isi cerita) adalah substansi yang terkandung dalam tayangan program Jelajah. Indikator baik atau buruknya suatu materi cerita dinilai dari:
• Faktual cerita tersebut
• Menarik dan tidak membuat bosan penontonnya.
• Konsisten materi mulai dari awal tayangan sampai selesai. • Kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak
• Cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita
b. Presenter atau reporter adalah orang yang membawakan program Jelajah. Berkualitas atau tidaknya seorang presenter atau reporter dapat diukur dengan beberapa kategori, yaitu:
• Jenis kelamin
• Jumlah presenter/ repor.ter
• Penguasaan materi: dapat menyampaikan informasi, tahu tentang objek liputannya
• Gaya bahasa: formal atau tidak formal
• Gaya bicara: mampu berimprovisasi dengan baik • Penampilan fisik
• Partisipasi dengan objek liputan • Dapat menghibur khalayak
c. Tema tayangan adalah jenis atau tema acara yang ditayangakan oleh program Jelajah. Setiap satu episode program Jelajah, biasanya menayangkan satu tema yang berbeda-beda. Tema-tema tersebut dikategorikan atas budaya, sejarah, nature, petualangan, suku terasing, animal, urban, lifestyle, dan leisure. Indikator suatu tema yang baik dapat diukur dari menarik atau tidaknya tema Jelajah tersebut dan monoton atau tidaknya acara tersebut.
d. Penayangan adalah waktu tayang program Jelajah dapat dilihat dari kesesuaian penempatan waktu tayang Jelajah dengan program-program lain dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden memindahkan saluran televisinya. Pengukuran variabel penayangan ini dapat dilihat berdasarkan:
• Kesesuaian jam tayang dengan waktu khalayak menonton • Kecukupan jumlah durasi Jelaja
• Lama slot iklan Jelajah
e. Objek Jelajah adalah apa atau siapa yang menjadi pusat liputan Jelajah, seperti alam, hewan, tumbuhan, maupun manusia. Variabel ini dapat diukur berdasarkan:
• Menarik tidaknya objek • Kesesuaian objek • Kelayakan objek
f. Musik merupakan musik pengiring/ latar atau backsound dalam program Jelajah. Baik atau tidaknya kualitas musik backsound dapat diukur berdasarkan:
• Menarik tidaknya musik pengiringnya
• Kesesuaian musik dengan tema cerita dan setiap segmen cerita • Ear catching atau akrab tidaknya musik tersebut di telinga
g. Narasi adalah serangkaian kalimat yang diceritakan secara lisan oleh seorang narator untuk mengantarkan isi liputan. Pada umumnya yang menjadi narator Jelajah adalah reporter atau presenter. Seorang narator dapat menjadi pengaruh akan kualitas tayangan tersebut. Indikator seorang narasi yang baik adalah:
• Isi narasi menarik
• Isi narasi sesuai dengan isi liputan • Suara yang menarik
• Gaya bicara yang gaul • Pengucapannya jelas • Kecepatan suara sesuai
• Tekanan/ pitch suara yang stabil • Dialek narator sesuai