PERSEPSI MILANISTI MEDAN TERHADAP PROGRAM SOCCER
FEVER TRANS TV
( Studi Korelasional tentang Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV
Terhadap Persepsi Milanisti Medan )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Harris Wianda
090904084
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh
Nama : Harris Wianda
NIM : 090904084
Judul Skripsi : PERSEPSI MILANISTI MEDAN TERHADAP
PROGRAM SOCCER FEVER TRANS TV
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever
Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan )
Medan, Februari 2014
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si
NIP : 196609031990031004 NIP: 196208281987012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
Dekan FISIP USU
NIP: 196805251992031002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas Allah SWT dan juga junjungan besar Nabi
Muhammad SAW atas berkat dan rahmatnya yang sangat besar peneliti dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi ini.
Adapun judul daripada skripsi ini adalah “ Studi Korelasional Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan ”penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Peneliti sangat bersyukur atas penyelesaian skripsi ini dan banyak berterima kasih terutama
kepada keluarga tercinta ibu (Rosdahniar) adek (Ricky Meilandi) yang telah begitu banyak
memberi dukungan dan masukan. Dan kepada almarhum Ayah saya yang selalu mendoakan
saya dari surga sana.
Pada kesempatan ini izinkan penulis ucapkan terima kasih kepada masing-masing
yang telah membantu dan mendukung penulis hingga menyelesaikan penelitian ini.
1. Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak dosen pembimbing peneliti DR Iskandar Zulkarnain M,Si yang sudah
banyak membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, serta ibu Dra
Fatmawardy Lubis M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Safrin M.Si selaku dosen wali penulis yang sudah selalu membimbing
saya dari awal dimulainya perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu para dosen FISIP USU khususnya dosen Ilmu Komunikasi yang
sudah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah.
5. Kak Maya dan kak Puan yang sudah banyak membantu segala urusan administrasi
yang diperlukan penulis.
6. Seluruh Member Milanisti Indonesia Sezione Medan yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Seluruh keluarga besar dan Teman-teman diluar kampus penulis yang sudah
memberi dukungan moral dalam penyelesaian skripsi ini. Khususnya buat Amel
yang uda mendukung saya terus dari awal pembuatan skripsi ini sampai sekarang.
8. Teman-Teman sejawat dan seperjuangan di angkatan 2009 Ilmu Komunikasi
dan Nalom Andrew persahabatan yang kita jalin selama perkuliahan akan menjadi
kenangan manis bagi penulis
Saya menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun,
mudah-mudahan skripsi ini bisa memberi manfaat bagi siapapun yang
membacanya
Medan, 08 Februari 2014
Peneliti
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Harris Wianda
NIM : 090904084
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “ Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever
Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan ”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Medan, 8 februari 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari
saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku
Nama : Harris Wianda
NIM : 090904084
Tanda Tangan :
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Program Soccer Fever Trans TV dan Persepsi Milanisti sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi
Milanisti Medan. Adapun tujuannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi Milanisti Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi massa dan persepsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti
medan.
Metode penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan Variabel Y. Populasi dari penelitian ini adalah Member dari komunitas Milanisti Medan sebanyak 98 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampel. Pengumpulan data penelitian diperoleh melalui studi lapangan melalui teknik survei dengan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada responden, wawancara secara singkat dengan responden dan studi kepustakaan. Teknik Analisis data kuantitatif dengan Analisis Tabel tunggal dan Analisis Tabel Silang data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 13.0 for Window dan uji Hipotesis menggunakan Spearman Rho dan Koefisien Korelasi.
Hasil penelitian menunjukan hubungan antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti medan menunjukkan angka yang signifikan, yaitu 0,443 karena terletak diantara 0,40 – 0,599 pada skala guilford. Hal ini berarti program soccer fever trans tv membentuk hubungan yang cukup kuat terhadap persepsi milanisti medan. Sementara itu pengaruh antara program soccer fever terhadap persepsi milanisti medan adalah sebesar 19,62. Angka tersebut di peroleh melalui koefisien determinan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS... v
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 7
1.3 Pembatasan Masalah... 7
1.4 Tujuan Penelitian... 7
1.5 Manfaat Penelitian... 8
1.6 Kerangka Konsep...8
1.7 Operasional Variabel...9
1.8 Definisi Operasional Variabel...11
1.9 Hipotesis...12
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Ruang Lingkup Komunikasi... 13
2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi... 14
2.2 Komunikasi Massa...35
2.2.1 Unsur-unsur komunikasi Massa...18
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa...19
2.3 Media Massa...22
2.3.1 Karakteristik Media Massa...37
2.3.2 Peranan Media Massa...25
2.4 Persepsi...26
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 31
3.1.1 Sejarah Komunitas Milanisti Medan... 31
3.1.2 Visi Komunitas Milanisti Medan... 31
3.1.3 Misi Komunitas Milanisti Medan... 31
3.1.4 Tujuan Komunitas Milanisti Medan... 32
3.1.5 Struktur Kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan..32
3.2 Metode Penelitian... 33
3.2.2 Sampel... 33
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel... 34
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 34
3.2.5 Teknik Analisis Data... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif... 39
4.2 Deskripsi Tabel Silang... 60
4.3 Uji Hipotesis... 62
4.4 Pembahasan... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 67
5.2 Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA... 69
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Operasional Variabel... 10
Tabel 2 Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi.. 38
Tabel 3 Usia... 39
Tabel 4 Jenis Kelamin... 40
Tabel 5 Lama Keanggotaan... 41
Tabel 6 Frekwensi Menonton... 42
Tabel 7 Responden Mengetahui Nama Responden... 43
Tabel 8 Responden Mengetahui Acara Tersebut Dari... 44
Tabel 9 Konten Program... 45
Tabel 10 Cara Presenter Menyampaikan Konten Program... 46
Tabel 11 Pilihan Stasiun TV... 47
Tabel 12 Jam Tayang... 48
Tabel 13 Target Penonton Dari Program Tersebut... 49
Tabel 14 Kebutuhan Akan Informasi Terpenuhi... 50
Tabel 15 Cara Anda Mengkonsumsi Berita Sepak Bola... 51
Tabel 16 Setelah Menonton Acara Tersebut... 52
Tabel 17 Presenter Dalam Acara Tersebut Adalah... 53
Tabel 18 Presenter Soccer Fever Sangat Mengerti... 54
Tabel 19 Setujukah Anda Dengan Penampilan Presenter... 55
Tabel 20 Presenter Soccer Fever Hanya Mengandalkan... 56
Tabel 21 Bahasa Tubuh Presenter... 57
Tabel 22 Pengetahuan Anda Tentang Sepak Bola Bertambah... 58
Tabel 23 Program Soccer Fever Sesuai Harapan Anda... 59
Tabel 24 Usia * Responden Mengetahui Acara Tersebut Dari... 60
Tabel 25 Jenis Kelamin * Penampilan Presenter... 61
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Program Soccer Fever Trans TV dan Persepsi Milanisti sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi
Milanisti Medan. Adapun tujuannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi Milanisti Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi massa dan persepsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti
medan.
Metode penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan Variabel Y. Populasi dari penelitian ini adalah Member dari komunitas Milanisti Medan sebanyak 98 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampel. Pengumpulan data penelitian diperoleh melalui studi lapangan melalui teknik survei dengan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada responden, wawancara secara singkat dengan responden dan studi kepustakaan. Teknik Analisis data kuantitatif dengan Analisis Tabel tunggal dan Analisis Tabel Silang data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 13.0 for Window dan uji Hipotesis menggunakan Spearman Rho dan Koefisien Korelasi.
Hasil penelitian menunjukan hubungan antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti medan menunjukkan angka yang signifikan, yaitu 0,443 karena terletak diantara 0,40 – 0,599 pada skala guilford. Hal ini berarti program soccer fever trans tv membentuk hubungan yang cukup kuat terhadap persepsi milanisti medan. Sementara itu pengaruh antara program soccer fever terhadap persepsi milanisti medan adalah sebesar 19,62. Angka tersebut di peroleh melalui koefisien determinan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan jaman secara tidak langsung didukung oleh perkembangan media
yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi dengan menggunakan
media komunikasi, maka perkembangan yang ada akan semakin mudah untuk diteruskan
hingga kebelahan dunia yang lain. Informasi-informasi maupun peristiwa-peristiwa yang
terjadi di penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah.
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk
semua orang. Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa
dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya
dengan sifat heterogenitas komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari
orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang
sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat,
mempunyai berbagai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda
pula dalam kepentingan, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan serta pengaruh
(Effendy, 1993:81-82).
Seorang komunikator tidak akan dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan
mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau terkadang pesan tersebut
mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan. Proses menerima dan
menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi sering disebut penyandian-balik
(decoding). Proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses
informasi selanjutnya.Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi
sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian
penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diideranya (Walgito,
2007:25).
Komunikasi, dalam sekian banyak bentuknya, memiliki peran dan fungsi yang cukup
besar dalam kehidupan manusia. Watzalawick dalam Bradac and Bowers (1980) bahkan
mengungkapkan bahwa human being cannot not communicate. Setiap manusia memiliki potensi untuk berkomunikasi satu sama lain saat dia terdiam sekalipun. Komunikasi manusia
memiliki beberapa konteks tergantung dari jumlah komunikator, derajat kedekatan fisik,
saluran indrawi yang tersedia hingga kesegeraan umpan balik (Cassandra dalam Mulyana,
71;2002).
Salah satu konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi massa. Cassandra
menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks
komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah
bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat
kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan
balik yang tertunda(Mulyana, 71;2002).
Komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang
memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak
banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.Serupa dengan definisi komunikasi
massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli
komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi
massa yaitu, komunikasi massa bersifat tidak langsung, komunikasi massa bersifat satu arah,
komunikasi massa bersifat terbuka., memiliki publik yang secara geografis tersebar
(Rakhmat, 1983 : 92).
Trans TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area
di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita
Bersama", konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya.
Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation. Kantor Pusat stasiun ini berada di
Trans TV memperoleh izin siaran didirikan pada tanggal 1 Agustus 1998 Trans TV
mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans
TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan
dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV
kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Megawati
Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam,
TRANS TV memulai siaran secara resmi.
Trans TV mempunyai visi untuk menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun
ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat
diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat, dan misinya adalah menjadi wadah gagasan dan
aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat
persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
Trans Tv mempunyai beberapa program-program tayangan yang mengisi
waktu-waktu siaran. Tayangan-tayangan yang disuguhkan oleh Trans TV terdiri dari beberapa jenis,
seperti tayangan olahraga, tayangan berita, tayangan entertainment, dan lain sebagainya. Tayangan olahraga yang ada di Trans Tv merupakan salah satu tayangan yang diminati oleh
para penonton televisi di seluruh Indonesia. Diantara beberapa tayangan olahraga yang ada di
Trans Tv, Soccer Fevermerupakan tayangan yang menayangkan berita-berita olahraga dari dalam dan luar negeri.
Soccer Fever merupakan sebuah acara weekly dari Trans TV, yang di tayangkan setiap hari rabu pukul 02.30 WIB. Acara ini menyiarkan highlight sepak bola yang pandu
oleh presenter cantik nan seksi. Tidak seperti beberapa acara highlight sepak bola secara
umum, acara ini setiap minggunya di pandu oleh presenter wanita yang berbeda-beda. Para
presenter wanita yang ada di Soccer Fever menjadi nilai jual yang baik bagi Trans Tv, karena para presenter tersebut memaparkan berita-berita di Trans Tv dengan menyuguhkan
kemolekan tubuh serta wajah yang penuh pesona. Gaya dalam penyampaian berita serta isi
berita olahraga yang menarik menjadi perhatian para pecinta olahraga yang menonton
para presenter wanita Soccer Fever yang mempesona sehingga menarik perhatian para penonton.
Berita-berita sepakbola juga menjadi keunggulan berita yang ada di Soccer Fever
karena olahraga sepakbola merupakan olahraga terbesar dan terpopuler di dunia. Para
pencinta sepakbola sering menonton Soccer Fever untuk menikmati berita-berita sepakbola dunia. Disamping itu, karena presenter-presenter wanita Soccer Feveryang sangat mempesona, para pecinta sepakbola tertarik dan menyukai acara Soccer Fever. Hal ini merupakan salah satu strategi Trans Tv dalam menarik minat para penonton.
Dewasa ini, banyak anak muda baik pria dan juga wanita menyukai sebuah klub sepak
bola. Baik klub yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sehingga mendorong
mereka untuk bergabung di sebuah organisasi yang berlatar belakang klub sepak bola yang
mereka suka. Di Indonesia sendiri sudah banyak organisasi – organisasi resmi yang berlatar
belakang sebuah klub sepak bola, baik dalam maupun luar negeri. Diantaranya ada BONEK
(Suporter Klub PERSEBAYA Surabaya), SMECK (Suporter Klub PSMS Medan), Jack
Mania (Suporter Klub PERSIJA Jakarta), Milanisti (Suporter Klub AC Milan Italia), Manchunian (Suporter Klub Manchester United Inggris). Dan masih banyak lagi beberapa
organisasi yang berbasis klub sepak bola.
Berikut adalah perbedaan istilah antara penonton sepakbola dengan Suporter sepak
bola. Secara Harfiah, istilah “penonton” berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.
Sementara itu akar katanya, kata “suporter” berasal dari kata kerja (verb) dalam bahasa inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan. Dalam pemakaian awam, kedua kata tersebut sering kali
saling mengganti dalam pemaknaannya. Makna saling mengganti ini bisa ditemui di tulisan
maksum dan ataupun dalam berbagai tulisan di media massa. Penelitian ini memilih kata
suporter untuk menjelaskan orang yang menyaksikan maupun memberi dukungan pada tim
Dilihat dari kedua pengertian di atas jelaslah apabila antara ‘penonton’ dan ‘suporter’
memiliki makna yang berbeda, terlebih lagi apabila kata tersebut digunakan dalam
persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan
sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara suporter adalah orang yang memberikan
dukungan, sehingga bersikap aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitanya dengan
dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap team.
Terdapat tiga alasan dasar pemakaian istilah penonton pada kajian ini. ‘Penonton’
makna nya lebih luas daripada ‘suporter’,artinya setiap suporter adalah penonton, sebaliknya
tidak semua penonton itu suporter, tidak semua ‘suporter’ yang mendukung tim kesayangan
dalam suatu pertandingan menggunakan atribut didukungnya, sehingga sulitlah bila
mengidentifikasi apakah seseorang sebagai penonton atau sebagai suporter , dan baik
penonton maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu
situasi dan kondisi lingkungan tertentu (Suryanto, 1996).
Milanisti Indonesia sezione Medan sendiri adalah sebuah organisasi yang berlatar belakang tim sepak bola asal Italia (AC Milan). Semua yang termasuk di dalam organisasi ini
adalah suporter dari tim AC Milan. Jumlah suporter yang terdapat di dalam organisasi ini
sebanyak 98 orang. Itu semua terdiri dari pria wanita baik masih lajang dan ada juga yang
sudah berkeluarga. Yang berdomisili di kota Medan.Karena memiliki jumlah member yang
banyak dan termasuk menjadi salah satu Suporter sepak bola dengan anggota paling banyak
di kota Medan, Milanisti Indonesia Sezione Medan merupakan salah satu suporter sepakbola yang paling terkenal di Medan. Milanisti Indonesia ini sendiri terbagi dari 63 wilayah (Sezione) di seluruh indonesia. Para suporter Milanisti Medan juga sangat membutuhkan berita-berita yang menarik dan jelas dari berbagai media-media, seperti televisi, internet,
koran, majalah, dan sebagainya. Salah satu media yang paling diminati oleh Milanisti Medan adalah media dari televisi. Penyajian berita dari televisi menarik minat para suporter,
dikarenakan penyuguhan berita melalui presenter yang mempunyai pesona kecantikan serta
ciamik dan baik dalam menyampaikan berita, video-video berita yang bagus, update serta
jelas menjadi alasan mengapa para suporter dari Milanisti Medan menyukai program acara
Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
sebagai suatu penelitian ilmiah yaitu “Bagaimanakah persepsi komunitas Milanisti Medan terhadap representasi perempuan dalam program Soccer FeverTrans TV?”
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
“BagaimanakahPersepsi komunitas Milanisti Medan Terhadap pakaian yang digunakan
HostSoccer Fever TransTV?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah
yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibataskan kepada persepsi
terhadap pakaian yang digunakan Presenter Soccer Fever Trans TV
2. Program Soccer Fever TransTV dibataskan kepada perempuan yang menjadi PresenterSoccer Fever TransTV
3. Subjek penelitian ini adalah Komunitas Milanisti Medan.
1.4 Tujuan Penelitian.
Secara umum tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan
dan menganalisis Bagaimana Persepsi komunitas Milanisti Medan Terhadap Program Soccer Fever TransTV. Secara Khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bagaimana persepsi komunitas Milanisti Medan terhadap presentasi Presenter di Program Soccer FeverTrans Tv.
2. Mendeskripsikan perempuan yang menjadi presenter di Program Soccer Fever
TransTV.
3. Mendeskripsikan Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi
Milanisti Medan.
1.5 Manfaat Penelitian.
1. Secara teoretis, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi.
Temuan-temuan empiris dari hasil penelitian ini juga menjadi sumbangan
berharga sekaligus sebagai pengkayaan materi dalam pengembangan khazanah
keilmuan komunikasi.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan informasi tentang
sepak bola, kepada Komunitas Milanisti Medan. Dalam upaya menambah pengetahuan tentang sepak bola kepada setiap anggotanya.
3. Penelitian ini juga berguna bagi para peneliti lain yang berminat pada kajian
komunikasi massa, terutama relevan dengan variabel-variabel yang dibahas.
1.6 Kerangka Konsep
Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu
standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan
sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan
dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56).
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (X)
1. Variabel Bebas ( X )
Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Soccer Fever Trans TV.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel X Soccer Fever Trans TV
Variabel dependent atauterikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Persepsi Milanisti Medan.
3. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan dijadikan
sampel pada penelitian. Karakteristik tersebut meliputi usia, jenis kelamin, dan lama
keanggotaan.
1.7 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka
agar mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:
Variabel teoritis pada penelitian ini adalah iklim komunikasi (X) dan tingkat kepuasan
(Y). Variabel operasional pada variabel X (persepsi) diklasifikasikan dikarenakan faktor oleh
David Krech dan Richard S. Crutchfield. Variabel Y () diklasifikasikan berdasarkan hasil
penelitian yang diidentifikasikan oleh berdasarkan pertanyaan yang dibuat dalam
berkomunikasi dalam Harold D. Laswell. Pemaparan yang lebih terperinci mengenai variabel
teoritis dan variabel operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
Representasi Presenter
1. Who 2. Says what
5. With what effect
Variabel Terikat (Y)
Persepsi Milanisti
1. Faktor fungsional
2. Faktor struktural
3. Faktor situasional
4. Faktor personal
Karakteristik Responden 1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Lama Keanggotaan
1.8 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep yang
dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk
pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional yang
merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan
menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).
1. Variabel bebas (X)yaitu Soccer Fever Trans TV:
1. Who, yaitu presenter sebagai individu yang menjadi penyampai pesan. 2. Says what, yaitu pesan apa yang disampaikan oleh presenter.
2. Variabel Terikat (Y) yaitu persepsi terdiri dari :
1. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal lain para
suporter.
2. Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu para suporter.
3. Faktor situasional lebih banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal para suporter.
4. Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian para suporter.
Karakteristik responden, terdiri dari:
1. Usia : umur responden pada saat pengisian responden.
2. Jenis kelamin : jenis kelamin responden pada saat pengisiankuesioner.
3. Lama keanggotaan :berapa lama keanggotan responden pada saat pengisian
kuesioner.
1.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah atau
pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena sifatnya masih dugaan
atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat
dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat pengaruh antara program Soccer Fever di Trans TV terhadap persepsi
Milanisti Medan.
H0 : Tidak Terdapat pengaruh antara program Soccer Fever di Trans TV terhadap
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Ruang Lingkup Komunikasi
Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio”. Istilah ini
bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama
makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai
suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy,
1993:30).
Beberapa pakar menilai bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat. Suatu teori dasar biologi mengatakan
bahwa yang mendorong manusia untuk berkomunikasi adalah kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Harold D.Laswell menyebutkan tiga fungsi yang menyebabkan manusia berkomunikasi,
yaitu:
1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya
2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya
3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi(Cangara, 2006:2-3).
Joseph A.Devitodalam bukunya “Communicologi: An Introduction to The Study of Communication” menjelaskan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesankomunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik (Lubis, 2005:10).
Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci:
1. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku.
2. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.
3. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyebutkan bahwa komunikasi diantara manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari satu orang ke orang lain(Ardianto, 2007:18-19)
Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi
memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shannon dan Weaver bahwa
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama
lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Karena itu,
jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan
dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol–simbol yang
digunakan dalam berkomunikasi (Cangara, 2006:19-20).
Adapun tujuan dari proses komunikasi yakni:
1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2. Untuk mengubah opini dan/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour)
4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
Selain itu, komunikasi juga memiliki fungsi:
1. Untuk menginformasikan (to inform)
2. Untuk mendidik (to educate)
3. Untuk menghibur (to entertain)
4. Untuk mempengaruhi (to influence)(Purba.,dkk, 2006:3)
2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi
Dari definisi komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi
antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang
lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh
adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut
komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006:21).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi
adalah sebagai berikut:
1. Pengirim Pesan/Sumber
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Dalam komunikasi
antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga.
2. Pesan
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada si penerima. Pesan ini dapat
berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis maupun
lisan. Pesan nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada
suara.
3. Saluran/Media
Saluran atau media adalah jalan/alur yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si
penerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan
gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar. Media yang dimaksud di
sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima.
4. Penerima Pesan
Penerima pesan adalah pihak yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan
yang diterimanya. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience
atau receiver.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982).
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan
balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan danmedia, meski pesan belum
sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan
perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu
menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni
lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu
(Cangara, 2006:23-26).
2.2 Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam
Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi massa yang menggunakan saluran (media)
dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu
(Ardianto, 2004:3).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri ribuan bahkan
puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa
(Ardianto, 2004:3).
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).
Definisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A Devito yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches televisions; rather it means and audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by it forms: television, radio, newspaper, magazines, films, and tapes”.
Jika diterjemahkan berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini
tidak berarti pula bahwa khalayak itu lebih besar dan pada umumnya agak sukar
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan oleh
pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih
mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar,
majalah, buku, film, dan sebagainya (Nurudin, 2004:10-11).
Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tersendiri, dilihat dari sifat pesannya terbuka
dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi
kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat
(tertunda) dan sangat terbatas, sedangkan dari sifat penyebarannya pesan melalui media
massa berlangsung begitu cepat, serempak, dan luas (Cangara, 2003:27).
2.2.1 Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran
(channel), dan penerima (receiver) serta efek (effect). Harold D. Laswell mengatakan untuk
memahami komunikasi massa dapat dipahami dengan bentuk pertanyaan yang dibuatnya,
who says what in which channel to whom and with what effect:
Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang
yang bekerja dengan fasilitas lembaga. Lembaga yang dimaksudkan adalah
surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku dan majalah.
2. Says what (pesan)
Organisasi memiliki rasio keluaran yang tinggi atas masukannya dan sanggup
melakukan encode terhadap pesan-pesan yang sama pada saat bersamaan. Pesan
dalam komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan menjangkau
audiens yang jumlahnya cukup banyak.
3. In which channel (saluran)
Menyangkut pada peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan
pesan-pesan komunikasi massa. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah,
radio, film dan internet.
4. To whom (penerima atau mass audience)
Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright, ada tiga
karakteristik audiens, yaitu: (1) large, dimana besarnya mass audience yang
relatif dan menyebar di berbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan
tidak terikat di tempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai
semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim
diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak
saling mengenal secara pribadi dengan komunikator.
5. With what effect (unsur efek atau akibat)
Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan
dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran
komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu,
pengetahuan mass communication atau mass audience sangat terbatas dan cenderung
terlambat atau delayed (Ardianto, 2004:33-34).
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Sean Mac Bride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980)
mengemukakan bahwa komunikasi massa dapat berfungsi sebagai:
1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, dan
pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di
2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana
orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat
secara efektif.
3. Motivasi, yakni dorongan orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa
yang mereka baca, lihat, dengar dari media massa.
4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk
mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
menyangkut orang banyak.
5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara
luas, baik untuk pendidikan formal maupun non formal.
6. Memajukan kebudayaan, yakni menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui
pertukaran program siaran.
7. Hiburan, yakni media massa memberikan situasi yang menyenangkan atau hiburan
bagi khalayaknya. Karena salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan
yang cukup.
8. Integrasi, yakni menjembatani perbedaan-perbedaan dari khalayak di seluruh
tempat (Effendy, 2004: 27-28).
Adapun fungsi komunikasi massa menurut Wilbur Schramm adalah komunikasi
massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode
lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi
terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa
menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap
efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat
menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan yang memelihara
hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada
anggota-anggota masyarakat. Peluang ini dimungkinkan karena komunikasi massa
mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir
tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan suara dan kata-kata secara luas. Pendapat
Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell yang
menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut.
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebu sebagai decoder yang
menjalankan fungsi the watcher.
2. Correlation of the parts of society in responding to the enviroment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan.
Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi the forum.
3. Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher.
Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertaiment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut.
1. Surveillance
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian
dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan
apa yang disebut handling of news.
2. Correlation
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu
dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai
fungsi editorial atau propaganda.
3. Transmission
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat
kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
4. Entertainment
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untukmemberikan hiburan
2.3 Media Massa
Dalam masalah berkomunikasi, terlihat pergeseran yang mencolok. Kalau dahulunya
dalam berkomunikasi mengandalkan tatap muka dan komunikasi kelompok sebagai pola
komunikasi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat maka peralatan
modern menjadi andalan untuk mendukung proses komunikasi tersebut. Suatu kenyataan
yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat
modern sekarang ini adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi fenomena
tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada
media massa sudah sedemikian besar. Ketergantungan yang tinggi pada media tersebut akan
mendudukkan media sebagai alat yang ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat
(Nurudin, 2007:33-340).
Media yang sering dimaksudkan dalam proses komunikasi massa disebut dengan
media massa, yang memiliki ciri khas mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian
khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantanenous). Media massa inilah
pada akhirnya sering menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia. Sifat media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat
perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang diterpa (Ardianto, 2004:39).
Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc.Quail, 1991:3):
1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga
merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang
menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau
sumber daya lain.
3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk menampilkan
4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja
dalam pengertian perkembangan untuk seni atau simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh
gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.
Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.
Media massa sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena media massa yang
merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan
intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar.
Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang ini.
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan massa jika diartikan dalam konotasi negatif merupakan kerumunan ataupun sekumpulan orang banyak yang biasanya jumlahnya tidak teratur. Media merupakan saluran yang dimanfaatkanuntuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. Media melakukan banyak cara untuk menghubungkannya dengan realitas kehidupan kita (McQuail, 1996:53).
Media massa merupakan saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2007:4).
2.3.1 Karakteristik Media Massa
Karakteristik media massa (Cangara, 2006:122) adalah:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang,
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi dilakukan kurang memungkinkan terjadinya
dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun ada terjadi reaksi atau umpan balik,
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena
ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi
yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja
tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.3.2 Peranan Media Massa
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change yaitu sebagai
institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan
paradigmanya media massa berperan:
1. Sebagai institusi pencerahan massa, perannya sebagai media edukasi. Media massa
menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbentuk
pikirannya dan menjadi masyarakat maju.
2. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka
dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat. Maka
masyarakat akan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya
pula masyarakat akan menjadi mssyarakat informatif, masyarakat yang dapat
menyampaikan informasi-informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu,
informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai
masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuan.
3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media
massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi
corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agen of change yang
dimaksud adalah yang mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi
manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga
berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justrumerusak
Kehadiran media massa untuk mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak tidak
hanya menjadi wacana belaka. Seluruh aspek termasuk budaya, sosial dan politik dipengaruhi
oleh media. Media membentuk kristalisasi opini publik untuk membawanya pada perubahan
yang signifikan dan instan terhadap suatu tindakan tertentu. Walaupun terkadang kekuatan
media massa hanya sampai pada ranah sikap.
Sedangkan Dominick (2000) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan (Ardianto, 2004:57-58).
2.4 Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445).
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan
seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh
orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap
orang tidak terlepas dari proses persepsi.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007:179).
Definisi lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001:57).
Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data-data sensoris sampai kepada kita melalui lima indera kita (Severin, 2005:83).
Mergen, King & Robinson (Isbandi, 1994:55), persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain, persepsi dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami oleh manusia.
William James (Isbandi, 1994:55), menambahkan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh atau pengolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Menurut Hindle & Thomas (dikutip dari Isbandi, 1994:58) memberikan definisi bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang menerima, memilih atau menafsirkan informasi.
Kimbal Young mengatakan, “Persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial ” (Wagito, 1986:89). Definisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut.
Pendapat Young ini sejalan dengan William James (dalam Adi, 1994:55) yang mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita prosesdari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya diperoleh kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Sementara Joseph A. Devito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indera kita(Mulyana, 2007:180).Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi (Mulyana, 2007:180).
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu
hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu
berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam
batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya
diproses.
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) (dalam Rakhmat,
2001:58) menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, dan
faktor personal.
1. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal lain
persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respons pada stimuli itu. Dari sisi Krech dan Crutchfield merumuskan
dalil persepsi yang pertama, yaitu: persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa
objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2. Faktor Struktural
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari sini Krech dan Cruthfield melahirkan
dalil persepsi yang kedua, yaitu medan perseptual dan kognitif selalu
diorganisasikan dan diberi arti.
3 Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk
kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor-faktor
situasional yang mempengaruhi.
4. Faktor personal
Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman
bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara
motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses.
Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang
memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan
karakteristik seorang individu.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti
persepsi, yang identik dengan penyandian-penyandian balik (decoding) dalam proses
komunikasi (Mulyana, 2007:170). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita
tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita
memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan
persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan
sebagaI konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok
Sejalan dengan ini, Kasali (1994:23) mengemukakan faktor-faktor yang juga
menentukan persepsi, yaitu:
a) Latar belakang budaya
b) Pengalaman masa lalu
c) Nilai-nilai yang dianut
d) Berita-berita yang berkembang
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi (2005), mengungkapkan
bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan
efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu dan faktor fungsional yang
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor
personal.
Dalam Sobur (2003:446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen
utama yaitu:
1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur interpretasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan
seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penjelasan secara keseluruhan mengenai Komunitas Milanisti Medan diperoleh
melalui data yang bersumber dari wawancara beberapa pengurus pada tanggal 17 November
2013, berikut pemaparannya.
3.1.1 Sejarah Komunitas Milanisti Medan
Milanisti Indonesia sezione Medan sendiri adalah sebuah komunitas yang berlatar
belakang tim sepak bola asal Italia (AC Milan). Semua yang termasuk di dalam organisasi ini
adalah suporter dari tim AC Milan. Jumlah suporter yang terdapat di dalam organisasi ini
sebanyak 98 orang. Itu semua terdiri dari pria wanita baik masih lajang dan ada juga yang
sudah berkeluarga. Yang berdomisili di kota Medan.
Didirikan pada tanggal 28 Mei 2010, Milanisti Medan berawal dari pertemanan di
Media Sosial facebook. Melalui media sosial ini ahirnya mereka mengadakan kopi darat sehingga terbentuk Milanisti Medan.
3.1.2 Visi Komunitas Milanisti Medan
Menjadikan komunitas pendukung Ac Milan Terbesar di Kota Medan. Dan
membangun wadah bagi para pecinta Ac Milan khususnya di kota Medan. Memberi
kontribusi dukungan yang terbaik bagi klub Ac Milan di wilayah kota Medan. Menumbuhkan
nilai-nilai sosial dan kepedulian terhadap masyarakat.
3.1.3 Misi Komunitas Milanisti Medan
Berdasarkan visi di atas, maka Komunitas Milanisti Medan mengemban misi:
a. Sarana berkumpulnya seluruh Milanisti yang tersebar di Kota Medan.
b. Menjunjung tinggi dan mensosialisasikan nilai-nilai sprtifitas dan menghindari
konflik serta kerugian bagi pihak lain.
c. Menciptakan wadah berkarya pendukung Ac Milan di wilayah Kota Medan dan
3.1.4 Tujuan Komunitas Milanisti Medan.
Komunitas Milanisti Medan bertujuan untuk:
a. Menciptakan fanbase bagi seluruh masyarakat yang memiliki kecintaan yang sama
dengan Ac Milan khususnya di kota Medan.
b. Mengorganisir segala macam kegiatan yang di lakukan oleh member Milanisti
Medan.
c. Menciptakan wadah bagi masyarakat yang menyukai Ac Milan, untuk berbagi
informasi tentang klub sepak bola yang mereka cintai khususnya Ac Milan.
3.1.5 Struktur Kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan
Di dalam sebuah komunitas yang teroganisir, sudah sepantasnya ada beberapa
pengurus yang menjalankan visi misi dan tujuan dibangunnya komunitas tersebut. Berikut
adalah struktur kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan: • Pengurus
o Ketua : Jumi Subagus Ramot Tua Sitompul
o Wakil Ketua : Rasmadin Bangun
o Sekertaris : Suwito Martin
o Bendahara : Tasya Sabrina
• Divisi
o Membership : Rahmad Fadhlan
o Humas : Bobby Siagian
o Event : Apandi & Hendra
o Futsal : Zul Iskandar & Nugie
o Nonton Bareng : Sugenk
o Koreo &Chant : Paian Gogma RR Pasaribu
o Dokumentasi : Harris Wianda & Daniel Ginting
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk meneliti
hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini adalah
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia, wilayah
geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya,
populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek, tetapi meliputi seluruh karakteristik
yang dimiliki objek yang diteliti (Kholil, 2006:68).
Populasi dalam penelitian ini adalah para member di komunitas Milanisti Medan. Berdasarkan data yang diperoleh mahasiswa yang akan dijadikan responden sebanyak 98
orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggunakan
cara-cara tertentu. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi/total sampling (Arikunto, 1998:117). Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil
keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian (total sampling,). Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 98 orang.
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,
yaitu mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel. Karena jumlah populasi adalah di
bawah 100 orang.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan instrument atau
alat, yaitu kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan
tertulis yang akan dijawab oleh responden juga secara tertulis.
b. Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan
yang dianggap penting, untuk mendukung beberapa pertanyaan yang ada di kuisioner
c. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui
literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung kegiatan penelitian. Dalam hal
ini, kepustakan dilakukan melalui buku, laporan penelitian terdahulu, jurnal dan
sebagainya
3.2.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
muda dibaca dan diimplementasikan (Singarimbun, 1987: 263). Data yang diperoleh dari
hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal merupkan analisis yang dilakukan dengan
membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.
Analisis ini langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu
2. Analisis Tabel Silang
Anaisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan guna menganalisis dan
mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lain, kemudian
dapat diketahui nilai positif atau negative pada variabel tersebut (Singarimbun, 1987:
273).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis
yang di ajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam rumus Spearman (Spearman’s Rho Rank – Order Correlation) data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai yang terbesar (Krisyantono, 2006:174)
Rumus koefisien korelasinya adalah:
Rumus untuk koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:
∑ ∑
Jika di melambangkan pangkat bagi pengamatan xidanyimaka:
∑
r : Koefisien korelasi spearman
y
x, : Skor mentah variabel x dan y
T : Berangka sama yaitu 2 dan mempunyai variabel yang sama
di : xi −yi1
Selanjutnya untuk mengukur kuat-lemahnya korelasi digunakan skala Guilford,2
,
>0, 90 = Hubungan kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.
“Spearman” Rho koefisien adalah metode analisa data untuk melihat hubungan antara
dua variabel yang sebaran datanya tidak diketahui dengan menggunakan skala ordinal.
Jika maka hipotesis ditolak.
Jikars >0,maka hipotesis diterima.
Untuk melihat tingkat signifikan korelasi, digunakan rumus ttestkarena jumlah sampel
lebih dari 50 orang.
2
,
hitung tabel t
t > maka hubungan tidak signifikan
Tabel 2
Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi
INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
a. Koefisien Determinan
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai Koefisien Korelasi Product Moment (���) dan dikalikan
dengan 100%.
KD = ( ��� )2 x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinan