• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )

SKRIPSI

Oleh :

FEBY MAYA ASTARI

0843010264

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Trans Tv )

Oleh :

FEBY MAYA ASTARI NPM. 0843010264

Telah disetujui untuk mengikti Ujian Skripsi

PEMBIMBING

J UWITO, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361

Mengetahui, DEKAN

(3)

Oleh :

FEBY MAYA ASTARI NPM. 0843010264

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 31 Desember 2013

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

J UWITO, S.Sos, M.Si J UWITO, S.Sos, Msi

NPT. 367049500361 NPT. 367049500361

2. Sekr etar is

Dr s.Saifuddin Zuhr i, Msi NPT. 370069400351

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, Msi, MEd NPT. 37305990701

Mengetahui, DEKAN

(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “MOTIF PEMIRSA

MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV”

(Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Tahan

Tawa di Trans TV) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis

juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril,

spiritual, maupun materiil. Untuk itu penulis mebgucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto MP, Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito. S.Sos, MSi,. Selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen, Staf, Dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Kepada Agus Listya selaku kepala seksi data di kantor dinas

(5)

7. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan atau

kritik kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar – besarnya.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak sangat diarapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,

dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada

khususnya.

Surabaya 29 Januari 2013

(6)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Komunikasi Massa ... 13

2.1.2 Teori Kebutuhan ... 16

2.1.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 17

2.1.4 Awal Mula dan Perkembangan Televisi Swasta ... 20

2.1.5 Tahan Tawa ... 21

2.1.6 Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Aktif ... 22

2.1.7 Motif ... 24

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional ... 34

3.1.1 Motif ... 34

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 36

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi ... 40

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47

4.1.1 Sejarah Perkembangan Trans Tv ... 48

4.1.2 Gambaran Umum Acara Tahan Tawa ... 49

4.2 Penyajian dan Analisis Data ... 50

4.2.1 Larakteristik Responden ... 50

4.2.2 Motif Responden ... 56

4.3 Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

(8)

FEBY MAYA. MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA I TRANS TV ( Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Sur abaya Menonton Pr ogr am Acar a Tahan Tawa di Trans TV).

Menonton program acara Tahan Tawa di Trans TV memang selalu menarik perhatian orang yang terlepas dari kejenuhan. Sebagai media hiburan, televisi menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta meredakan ketegangan – ketegangan sosial Program acara Tahan Tawa itu sendiri adalah sebuah tayangan yang berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang pada akhirnya akan mengundang tawa.

Landasan teori yang digunakan yaitu Teori Uses and Gratification dimana anggapan dasar dari teori ini menyatakan bahwa teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap orang. Jadi anggota khalayak dianggap aktif menggnakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut mengacu pada tiga motif, yaitu motif kognitif motif identitas personal, dan motif diversi dengan masing – masing indikatornya.

Segmentasi dari penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia 18 – 40 tahun bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling . teknik pengumpulan data pada tiap motif menggunakan kuesioner yang disebar ke 100 responden, dan analisi data menggunakan analisis deskriptif.

(9)

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi.

Dalam konteks manusia sebagai mahluk sosial, maka komunikasi tidak saja

sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu, namun

komunikasi juga merupakan alat bagi manusia untuk bertahan hidup.

Komunikasi adalah proses penyampaikan suatu pesan olehn seseorang

kepada orang lain untuk menyampaikan informasi atau untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik secara langsung, lisan, maupun tidak langsung

melalui media. (Effendy, 2003:5)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

sedemikian pesat secara langsung maupun tidak langsung akan berakibat

terhadap perubahan peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat membawa

ke arah positif maupun negatif. Disadari atau tidak, dengan semakin

berkembangnya teknologi komunikasi yang ada, dapat digunakan oleh seorang

pemasar untuk menimbulkan image dalam benak calon konsumen bahwa

produk yang mereka tawarkan akan memberikan sesuatu yang lebih bagi calon

konsumen tersebut.

Kehadiran media massa adalah salah satu gejala yang menandai

(10)

masyarakat seolah-olah diserbu di setiap penjuru waktu oleh berita, hiburan

atau informasi yang mengalir begitu saja dari berbagai media massa. Mulai

dari media cetak, seperti surat kabar, majalah, buku, sampai media elektronik

seperti televisi, radio, bahkan internet. Hampir tidak ada waktu tanpa

informasi.

Perkembangan teknologi komunikasi yang sedemikian canggih dalam

penggunanaan teknologi dan sistem teknologi modern, membuat semakin

terbukannya saluran komunikasi dalam masyarakat yang akhirnya menggiring

masyarakat ke abad informasi atau Alvin Toffler dalam Muchtar (2000:86)

menyebutnya sebagai “gelombang ketiga”, yaitu gelombang kemajuan

teknologi informasi akan mengalami puncaknya diawal millenium ketiga yang

tidak bisa dielakkan lagi. Hal ini merupakan era dimana masyarakat menjadi

sangat membutuhkan media dan menimbulkan ketergantungan terhadap

media.

Harold A Innis dalam Littlejohn (1996:266) mengatakan bahwa

komunikasi media adalah perpanjangan dari pikiran manusia. Media massa

inilah yang dapat mewakili dalam mengetahui sesuatu. Fungsi- fungsi yang

dapat diajalankan oleh media massa di jaman modern ini memungkinkan

anggota masyarakat dapat memenuhi semua hal (informasi,

hiburan,pendidikan,dll) tanpa harus memindahkan tubuhnya kesana kemari.

Dari beberapa media massa yang ada, salah satu media yang

dibutuhkan masyarakat adalah media televisi. Televisi hanyalah salah satu

komponen media massa, seperti halnya surat kabar dan radio. Tetapi jika

(11)

karena bersifat auditif (merangsang indera pendengaran) dan kelebihan lainnya media ini mampu menampilkan gambar-gambar bergerak dari realitas

empiris.

Dari semua media komuniaksi yang ada televisilah yang paling

berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orag Amerika memiliki televisi

dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan.

Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari

(Agee, et. al. 2001:279.)

Nyaris semua karakteristik yang dimiliki oleh media massa terdapat

dalam televisi. Penggunaanya oleh masyarakat bisa bermacam-macam, mulai

dari sebagai instrumen untuk memperoleh hiburan, informasi, pendidikan,

sosialisasi pembangunan sampai dengan sekedar menghabiskan waktu luang.

Televisi telah hadir dengan segala acaranya yang berisi pesan-pesan

pilihan dari pihak produser atau pengelola stasiun televisi, sehingga khalayak

dihadapkan dengan banyak pilihan program acara yang disajikan televisi.

Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang

sekirannya sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Melvin Defleur dan Mc andrews dalam Depari (1998:5) bahwa

individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media menaruh perhatian kepada

pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan kepentingannya.

Kegiatan manusia (pemirsa televisi) dalam menonton televisi

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka baik

(12)

demikian besar pun dapat dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua

stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang menarik dan

menambah acara hiburannya.

Media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi dibandingakn

dengan radio yang sifatnya auditif (hanya dapat didengarkan), sedangkan

televisi bersifat audio visual, selain dapat didengarkan juga dapat dilihat, dan

segala sesuatunya berlangsung “hidup” seolah-olah khalayak berada di tempat

peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy, 1992:94).

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang

menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan

informasi yang bersifat massa. Globalisasi komunikasi dan informasi setiap

media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan

nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media

cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam

sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik

perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak

secara geografis dan sosiologi. Televisi telah menjelma menjadi teleskop atau

jendela dunia tempat kita bisa menyaksikan semua peristiwa, baik itu dibidang

politik, ekonomi, pendidikan sosial, dan budaya dari luar maupun dalam

negeri.

Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga pola-pola kehidupan

(13)

mennjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tidak

menonton televisi sama saja dengan mahluk buta yang hidup dalam

keterasingan.

Pada akhirnya media televisi mampu menjadi alat atau sarana untuk

mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun

perdagangan, bahkan mampu melakukan perubahan ideologi serta tatanan

budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pertelevisian di Indonesia

berkembang pesat, yaitu dengan munculnya 11 stasiun televisi swasta yang

mengudara, antara lain : RCTI, SCTV, TPI, ANTV, METRO TV, TRANS

TV, GLOBAL TV, TV 7 yang pada akhir 2006 telah berganti nama menjadi

TRANS 7, dan LATIVI yang pada tahun 2008 telah berganti nama menjadi

TV ONE, ditambah dengan kehadiran TV lokal, seperti JTV, SBO TV, Arek

TV, MNC TV yang merupakan stasiun lokal Jawa Timur.

Munculnya banyak stasiun televisi, membuat khalayak dihadapkan

pada sebuah acara yang disajikan oleh para pengelola stasiun tersebut.

Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang

sekiranya sesuai dengan kebutuhan. Banyaknya pilihan program acara

mengenai berbagai macam informasi-informasi yang aktual, baik lokal,

nasional, maupun internasional yang meliputi berbagai bidang kehidupan yang

ada di masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain-lain

Banyak kesamaan program acara yang ditayangkan baik oleh televisi

(14)

hiburan, setiap stasiun televisi memiliki tayangan hiburan baik yang berskala

nasional maupun internasional.

Tayangan hiburan yang ringan dan tidak membutuhkan konsentrasi

atau ketegangan, saat ini menjadi alternatif tayangan yang dianggap paling

menguntungkan bagi media televisi. Hal tersebut selaras dengan salah satu

fungsi media televisi sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, televisi

menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta

meredakan ketegangan – ketegangan sosial (Alatas, 1997 : 21). Hal ini

membuktikan bahwa televisi telah hadir dengan segala acara yang berisi

pesan-pesan pilihan dari pihak pengelola stasiun televisi sehingga

menjadikannya salah satu media massa yang dibutuhkan oleh masyarakat

Program acara “Tahan Tawa” ini ditayangkan sejak 5 Maret 2012

setiap senin & selasa pkl 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup

digemari pemirsa dan cukup populer. Program acara “Tahan Tawa”

merupakan sebuah tayangan yang berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa

practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk

dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang

pada akhirnya akan mengundang tawa

.http://www1.transtv.co.id/frontend/home/view

Dalam tayangan “Tahan Tawa” timbul pro dan kontra terhadap

(15)

Salah satu pendapat pro :

Program acara yang masih tergolong baru di Trans Tv ini sudah

selayaknya mendapat acungan jempol, kekreatifan dan inovasi yang

ditampilkan jelas memberikan tontonan yang berbeda dari acara-acara sejenis

sebelumnya.

Ternyata acara seperti ini seperti kompetisi, yang melibatkan 3 peserta

(yang katanya artis) sebagai target tawa, dimana mereka disuguhi

pertunjukkan komedi yang dimainkan (oleh komedian katanya) dan para target

tawa diharamkan tertawa selama show comedy tersebut berlangsung. Maka

dengan susah payah para target tawa menahan diri untuk tetap serius dan tidak

tertawa supaya dapat memenangkan perlombaan, ada yang berhasil tetapi juga

ada yang gagal dan langsung terpingkal-pingkal walaupun tidak sampai

terjungkal.

Sedangkan yang berpendapat kontra adalah :

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan Teguran Tertulis

untuk program “Tahan Tawa” yang tayang di Trans TV. Dalam surat

bernomor 414/K/KPI/067/12 yang dirilis pada 2 Juli 2012, KPI membeberkan

pelanggaran yang dilakukan acara itu. Mengutip situs KPI, Jumat (6/7), pada

tanggal 8 Juni 2012 mulai pukul 19.00 WIB menayangkan adegan yang

menampilkan muatan yang melecehkan orang dengan orientasi seks dan

(16)

melecehkan orang dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu. Jenis

pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelarangan atas perlindungan anak

dan/atau kelompok masyarakat tertentu, perlindungan kepada anak,

penggolongan program siaran, dan norma kesopanan yang disiarkan oleh

lembaga penyiaran.

http://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/55942-candaan-host

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang motif pemirsa Surabaya terhadap program acara “Tahan Tawa” di

Trans TV. Tentunya motif antara satu individu dengan individu yang lain tidak

ada yang sama sehingga aktifitas penggunaan media dan tujuan akhir yang

diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas memilih dalam memilih

dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain

untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan

sebuah informasi dan hiburan beragam acara di televise yang menyajikan

berbagai informasi, baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas

mengibur yang seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Surabaya,

karena wilayah Surabaya dapat menangkap dengan jelas siaran stasiun televisi

swasta yang ada di Indonesia, selain itu faktor kepemilikan dan penggunaan

media televisi di Surabaya relatif tinggi. Surabaya juga merupakan kota

metropolis dengan jumlah penduduk terpadat setelah kota Jakarta (Sumber:

BPS Surabaya 2008), selain itu masyarakat yang tinggal di Surabaya adalah

(17)

Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia di atas 18

- 40 tahun keatas. Dipilihnya pemirsa yang berusia 18 - 40 tahun keatas

sebagai responden karena segmentasi pemirsa Tahan Tawa adalah usia 18

tahun keatas, selain itu menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan menyatakan

bahwa secara psikologis pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa

dewasa, emosinya mulai stabil, pemikirannya mulai matang, dan bisa bersifat

lebih bijak lagi untuk menanggapi suat permasalahan yang ada di lingkungan

sekitarnya.

Penelitian ini berkaitan erat dengan motif pemirsa dalam program

acara Tahan Tawa, menurut pendapat Blumer, J. G dalam (Rakmat 2007:66 ).

Motif meliputi motif kognitif, motif diversi, dan motif identitas personal.

unsur permasalahan terhadap acara Tahan Tawa di Trans TV antara lain :

a. Motif Kognitif yang cenderung mengarah kepada keinginan khalayak

untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang informasi adegan lawakan

yang disajikan Dengan menonton acara Tahan Tawa

b. Motif Diversi yang mendasari penonton untuk melepaskan diri dari

permasalahan, bersantai, penyalur emosi dan mengisi waktu. Mungkin

dengan menonton tingkah para selebritis yang terlihat konyol dan lucu

saat melakukan degan lawakan “Tahan Tawa” pemirsa dapat lepas dari

kepenatan dan mendapatkan semangat baru untuk kembali beraktifitas.

c. Motif Identitas Personal yaitu pemirsa diharapkan bisa mengeksplorasi

semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kepercayaan diri, dan

(18)

mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun tokoh dalam lawakan

Tahan Tawa.

Maka apakah motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan tersebut

dapat terpenuhi melalui program-program acara televisi pada umumnya dan

Trans Tv pada khususnya. Dengan kata lain, apakah dengan menonton

program acara “Tahan Tawa” motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan

dapat terpenuhi atau tidak.

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media massa pada

penelitian ini maka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Uses and Gratification, inti dari teori ini bahwa khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. (Rakhmad,

2007 : 73).

Teori ini juga menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama

bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi

bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi

bobotnya pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk

mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000 : 289).

Sesuai dengan pendekatan model Uses and Gratification model ini

tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi model

ini tertarik pada apa yang dilakukan seseorang pada media. Anggota khalayak

atau pemirsa dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi

kebutuhannya dari sinilah timbul Uses and Gratification penggunaan dan

(19)

Berdasarkan uraian diatas memunculkan suatu pertanyaan yaitu, apa

yang menjadi motif pemirsa Surabaya menonton program acara “Tahan Tawa”

di Trans Tv. Fenomena komunikasi inilah yang mendorong penulis untuk

meneliti motif apa yang mendorong masyarakat Surabaya dalam menonton

acara “Tahan Tawa” di Trans Tv.

1.2 Perumusan Masalah

Dari berbagai uraian berlandaskan latar belakang masalah diatas maka

peneliti menetapkan suatu perumusan masalah adalah “Bagaimana motif

pemirsa Surabaya dalam menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah “ Untuk mengetahui motif pemirsa Surabaya

dalam menonton acara Tahan Tawa di Trans Tv ”.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangsih kajian ilmu komunikasi mengenai penelitian Uses

and Gratification khususnya tentang motif pemirsa menggunakan media massa

pada umumnya dan media elektronik, khususnya program acara Tahan Tawa

di Trans Tv, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada

perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi terutama dalam bidang

(20)

2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

merangsang pihak lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut,

khususnya dalam bidang komunikasi massa.

b. memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan remaja metropolis

(21)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa berarti penyebaran pesan dengan menggunakan

media massa modern antar lain televisi, radio, surat kabar, dan film. Dengan

kata lain ditujukan pada massa yang abstrak yaitu sejumlah orang yang tak

nampak oleh si penyampai pesan. pembaca surat kabar, pendengar radio dan

penonton televisi tidak Nampak oleh komunikator. Dengan demikian jelas

bahwa komunikasi massa atau komunikasi dengan menggunakan media

sifatnya adalah satu arah (one way traffic). Begitu pesan disampaikan oleh

komunikator tidak diketahui apakah pesan ini diterima, dimengerti atau

dilakukan oleh komunikan wartawan, penyiar radio, penyiar televisi tidak

mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayaknya (Effendy,

2003:20).

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran

media yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen, dua

komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat. Pesan yang diberi

kode oleh sumber (encoded). Disalurkan melalui sebuah saluran dan diberi

kode oleh penerima (decoded). Tanggapan yang diamati penerima merupakan

umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan

(22)

Terkait dengan pendapat Joseph A Devito yang dikutif oleh Effendy

(2003:21) bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan

melalui media massa. Maka komunikasi massa mempunyai ciri – ciri khusus

yang disebabkan oleh sifat-sifat komponenya. Ciri-cirinya adalah sebagai

berikut :

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antar personal (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication) komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication) ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.

2) Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,

yakni suatu institusi atau organisasi. Hal ini berbeda dengan komunikator

lainnya, misalnya kyai atau dalang yang munculnya dalam suatu forum

bertindak secara individual, atas nama dirinya sendiri sehingga ia

mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator pada komunikasi

massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi dan radio

karena media yang dipergunakan adalah suatu lembaga dalam

menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga,

sejalan dengan kebijakan (policy) surat kabar dan stasiun televisi atau radio siaran yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual.

(23)

expression atau freedom of opinion) merupakan kebebasan terbatasi

(restricted freedom).

3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public)

karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi

tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang

tertentu. Hal ini yang antara lain membedakan media massa dan media

nirmassa. Bukan media massa, surat kabar kampus, radio telegrafi atau

radio citizen band. Film documenter, dan televise siaran sekitar (closed circuit television) bukanlah media massa, melainkan media nirmasa karena

ditunjukan kepada sekelompok orqang tertentu.

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserepakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya dalam menimbulkan

keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima

psan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan hal yang paling hakiki

dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Pesan yang disampaikan

melalui radio siaran dalam bentuk pidato. Misalnya pidato presiden akan

diterima oleh khalayak dalam jumlah jutaan bahkan puluhan juta atau

ratusan juta serempak bersama-sama pada saat presiden berbicara.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat

(24)

komunikator bersifat heterogen dalam keberadaanya secara

terpencar-pencar. Di mana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak

memiliki kontak pribadi. Masing-masing berbeda dalam berbagai hal :

jenis kelamin, usia, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman,

kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya.

Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang

komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media masa karena

setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya

dipenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak

mungkin untuk memenuhinnya, satu-satunya cara untuk dapat mendekati

keinginan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan

mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan,

kebudayaan, hobby dan lain-lain (Effendy, 2003: 22-26).

Demikian ciri-ciri komunikasi dengan menggunakan media massa

untuk membandingkan dengan komunikasi yang memakai media nirmassa.

Meskipun pada hakekatnya penggunaan media massa dan media nirmassa itu

saling mengisi pengoperasiannya, baik secara regional, nasional

maupun internasional.

2.1.2 Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada

dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawau

(25)

terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira

sebagai menifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia

adalah sebagai berikut (Mangkunegara : 2000) :

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat

terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari

ancaman, bahaya, pertentangan, dqan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima

oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk

mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan

dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk

berpendapat dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan

kritik terhadap sesuatu.

2.1.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (televisi

Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki cirri-ciri satu arah,

(26)

menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy,

1993:17).

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan

kenyataanya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari

Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian

televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar

yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan melalui

gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat di

rumah (Effendy, 1993:10)

Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar

media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi

khalayak, jadi peran media massa sebagai hiburan merupakan peran yang akan

dibahas dalam penelitian ini.

Menurut Sastro (1992:24) menyatakan bahwa dari beberapa media

massa yang ada, televisi merupakan media massa eletronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang

paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas

karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang

relative tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi

sangat komunikatif dalam memberikan pesannya, karena itulah televisi sangat

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus

(27)

radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi

yang menyentuh segi kejiwaan.

Menurut Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media massa

adalah :

1. Fungsi Penerangan (The Informaion Function), yaitu memberikan

informasi – informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron

di setiap stasiun televisi.

2. Fungsi Pendidikan (The Education Function), yaitu memberikan

informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan

penalaran masyarakat.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara – acara yang

ditayangkan di televisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi

memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya

media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu

peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media

massa jelas melarikan satu efek social yang bermuatan perubahan nilai-nilai

social dan budaya manusia. Kemampuan televise dalam menarik perhatian

massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara gografis

dan sosiologis. Daya tarik media televise sedemikian besar, sehingga pola dan

kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali.

Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar.

(28)

kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya

tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin

berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis

pemirsa

2.1.4 Awal Mula Dan Per kembangan Televisi Swasta Trans TV

Sejarah pertelevisian di Indonesia memang panjang, Dalam

perjalananya, Dunia pertelevisian Indonesia tak lepas dari adanya unsur politik

negeri Ini. Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah

stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang

dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung.

Dengan motto "Milik Kita Bersama" konsep tayang stasiun ini tidak banyak

berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT

Trans Corporation.

Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia) didirikan pada tanggal 1

Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski

baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai

TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang

presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV

kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Gus

Dur sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam,

TRANS TV memulai siaran secara resmi. PT. Televisi Transformasi Indonesia

(TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS

(29)

2.1.5 Tahan Tawa

Program komedi dimana akan ada 3 orang Target Tawa yang tidak

boleh tertawa disaat para pejuang tawa mencoba menggoda mereka dengan

lawakannya. Acara yang dipandu oleh Ichsan Akbar menampilkan Target

Tawa yang berasal dari kalangan artis, orang biasa dan public figure dengan

tugasnya harus dapat menahan tawa disetiap segmennya jika ingin

memenangkan hadiah jutaan rupiah. Diakhir segmen, perolehan mereka akan

diakumulasi dan siapa yang paling banyak mendapatkan point akan masuk ke

babak final dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama.

“ Tahan Tawa ” yang ditayangkan sejak 5 Maret 2012 setiap Senin &

Selasa pkl. 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup digemari pemirsa

dan cukup populer. Acara ini berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa

practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk

dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang

pada akhirnya akan mengundang tawa.

Target Tawa

tiga orang seleb dipilih untuk menonton performance para pejuang tawa. Mereka dilarang tertawa, tersenyum atau memperlihatkan gigi. Mereka

boleh menahan tawa dengan cara apapun, seperti menggoyangkan tangan atau

memonyongkan mulut. Para target tawa akan diberi modal uang sejumlah 250

ribu rupiah. Kalo mereka gak berhasil menahan tawa melihat penampilan

(30)

Pejuang Tawa

Orang atau kelompok yang tugasnya ngebanyol, berdandan atau

bertingkah lucu di depan para target tawa. Mereka akan berusaha keras

membuat target tawa untuk bisa ketawa. Minimal senyum. Dengan begitu

uang di tangan si target tawa akan berpindah ke tangan mereka. Ada 5 pejuang

tawa yang tampil dalam setiap episodenya.

Bintang tamu kejutan

Di setiap episode akan ada satu bintang tamu kejutan yang tampil

bareng salah satu pejuang tawa. Biasanya bintang tamu kejutan ini merupakan

suami, istri atau keluarga salah satu target tawa. Ini maksudnya untuk

membuat si target tawa makin susah nahan tawa.

2.1.6 Pemir sa Televisi Sebagai Khalayak Aktif

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas

yang dirumuskan dengan jelas dan mempunyai sifat yang heterogen dan

anonim. Dimana dalam hal ini masyarakat yang teliti adalah pemirsa televisi

sebagai khalayak aktif yang mempunyai motif untuk memenuhi kebutuhannya

mengenai informasi. Sesuai prinsip Uses and Gratification adalah bahwa

khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan menurut Paul B. Horton, masyarakat adalah sekumpulan

(31)

yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan

melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.

Frank Bioca (little john 1993:337) lebih jelas mengungkapkan empat

karakteristik audience yang aktif, yaitu :

1. Selectivity : Khalayak yang aktif melakukan pertimbangan dan

seleksiuntuk menentukan media yang akan mereka gunakan.

2. Utilirianism : Khalayak yang aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan untuk mencapai tujuannya.

3. Intentionaity : Menunjukkan bahwa slaah satu keunaan media adalah

memberi kepuasan

4. Involvecement of effort : Khalayak megikuti dan berfikir dengan aktif

dan menggunakan media. Dengan kata lain mereka tidak mudah

dipengaruhi oleh media.

Pemirsa televisi sebagai khalayak yang aktif dalam hal ini berusaha

untuk memenuhi kebutuhannya, bebas memilih, menyeleksi dan menggunakan

berbagai media massa untuk mencapai tujuan tertentu. Media massa yang

digunakan dalam penelitian ini adalah televise, karena televise merupakan

barang yang sudah umum dan dimiliki oleh sebagian masyarakat, jadi

khalayak aktif disini adalah khalayak yang memenuhi kebutuhan akan

(32)

2.1.7 Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan

ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakangi. Apa

saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut, apa motifnya,

untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif.

Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang meliputi

semua pengerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia

yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu itu disebabkan

adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya

untuk memenuhi kebutuhan.

Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif

merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya

dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi

subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku,

dan bertindak menurut tujuan atau kegiatan membangkitkan daya gerak yang

terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka

mencapai tujuan ataupun kepuasan. (Rakhmat, 2001 : 23)..

Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menyebabkan timbuknya motif yang

mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu

mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari pengguna media karena didorong

oleh sejumlah hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow

(1995) dan Effendy (2003:290), beliau membedakan 5 perangkat kebutuhan

(33)

1. Psychological need adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi

biologis bagi organisme manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan,

papan, dan kesehatan.

2. Safety need adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya,

perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love need adalah kebutuhan akan dicintai dan diperhitungkan secara

pribadi

4. Esteen need adalah kenutuhan untuk dihargai secara prestasi, kemampuan,

kedudukan, dan status

5. Self Actualization adalah kebutuhna mempertinggi potensi-potensi yang

dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreatifitas, dan ekspres diri.

Disini khalayak diasumsikan sebagai individu yang aktif dan diarahkan

oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri

dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui

kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan bagaimana cara

memenuhinya. Media massa dianggap sebagai salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan

mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain.

(34)

Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah :

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif itu

berfungsi sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk

melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perubahan yakni kearah perwujudan suatu tujuan

atau cita-cita

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menetukan perbuatan – perbuatan

mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(Purwanto, 1996:60)

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut maka pada dasarnya

motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan

ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikan dengan kebutuhan.

Menurut Blumer (Rahmat, 2007:66) motif meliputi :

a. Motif kognitif (kebutuhan akan informasi)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi

tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,

masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan

pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta

(35)

b. Motif diversi (hiburan)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari

permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh

kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

c. Motif Identitas Personal (personal identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak

sendiri menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai, meningkatkan

harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.

d. Motif identitas personal yaitu keinginan menggunakan isi media untuk

memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau

khalayak sendiri.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan

aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan

motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman yang

bersifat konstan meskipun ada kemungkinan untuk berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan pengaktifan perilaku. Pada umunya

peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak

bahwa orang pada umumnya banyak rupanya dan mulanya berasal dari dalam

(36)

2.1.8 Teori Uses and Gratification

Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran arus pesan

dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada

awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah

masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa

audience tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.

Teori Uses and Gratifcation digambarkan sebagai suatu loncatan dramatis dari teori Jarum Hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal

membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa.

Oleh karena itu, model ini juga dapat digambarkan sebagai A Dramatic Break With Effect Tradition Of The Past (Swanson dalam Rachmat, 2007:65).

Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku

khalayak aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan

khusus (Effendy, 2000:289). Model ini merupakan pergeseran focus dari

tujuan komunikator ke tujuan komunikan.

Herbert blumer dan elihu katz adalah orang pertama yang

(37)

media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media

tersebut.

Menurut Elihu Katz, Blumer dan Michael Gurevitch menjelaskan

mengenai asumsi-asumsi dasar dari teori Uses ang Gratification sebagai berikut :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media

massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengakitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah

bagian dari bentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana

kebutuhan ini bisa terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung

kepada perlaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang

diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk

melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan

sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui

(38)

(gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum, antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi,

dan kontak sosial (Nuruddin, 2004:183)

Model Uses and Gratification digambarkan hubungannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

(39)

Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.

Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai

lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk

penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.

Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal ini

bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif

adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman

(Nuruddin, 2004:184).

Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja menggunakan

media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan

khusus. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari

penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhi.

Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk

memberikan kepuasan, sebagai dependensi media dan sebagai pengetahuan.

Sementara untuk motif sendiri sebenarnya jumlahnya tidak terbatas

namun berdasarkan operasionalisasi. Blumer (1980:209) praktis untuk

dijadikan petunjuk penelitian yaitu motif kognitif (kebutuhan akan informasi),

(40)

hiburan), motif identitas personal (menggunakan isi media untuk memperkuat

atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak

sendiri). (Rahmat, 2004:207)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki kebutuhan dalam hidupnya, dan berusaha

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka

munculah kepuasan.

Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan

sehari-hari hingga kebutuhan akan informasi mengenai peristiwa atau

fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Kebutuhan akan informasi ini dapat

dipenuhi dengan mengkonsumsi media yang ada, baik cetak maupun

elektronik.

Media elektronik memiliki kelebihan dibandingkan dengan media cetak.

Televisi sebagai salah satu media massa elektronik telah memperoleh daya

tarik pada masyarakat. Kebutuhan penggunaan media ini meliputi kebutuhan

kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrative personal, dan kebutuhan untuk melepaskan ketegangan. Dari adanya kebutuhan-kebutuhan ini

muncullah motif yang mendorong individu menggunakan media komunikasi.

Dalam penelitian ini media tersebut adalah Trans TV.

Trans TV yang merupakan singkatan dari Televisi Transformasi

Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara

terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung.

(41)

berbeda dengan stasiun swasta lainnya untuk memenuhi kebutuhan film,

hiburan, berita, informasi, seri, agama, Dan reality show.Stasiun televisi ini

merupakan salah satu bentuk dari media elektronik yang menjadi alat atau

sarana untuk mencapai kebutuhan akan motif-motif yang muncul dari diri

(42)

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti

akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara

sistematis mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yang dimaksud dengan variabel

definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian kegiatan –

kegiatan operasional guna mengukur variabel serta indikatornya. Penelitian ini

menggunakan metode survey dengan tipe penelitian deskriptif, yaitu

mendeskripsikan motif masyarakat dalam menonton program acara “Tahana

Tawa”di Trans TV. Motif dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan

atau dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat

sesuatu.

3.1.1 Motif

Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif

merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya

dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi

subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku,

(43)

terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan ataupun kepuasan. (Rakhmat, 2001 : 23).

Motif menonton yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif

menonton yang dikemukakan Blumer yaitu motif kognitif, motif identitas

personal, serta motif diversi adapun indikator dari ktiga motif tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Motif Kognitif : yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan

berkembang dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan informasi,

mengeksplorasi realitas atau surveillance.

a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan yang baru setelah

Menonton program acata Tahan Tawa di Trans TV

b. Ingin mengetahui sosok atau profil artis

c. Ingin mengetahui bintang tamu kejutan yang hadir di tahan tawa

d. Memuaskan rasa ingin tahu tentang adegan lawakan yang disajikan

2. Motif Identitas Personal, yaiut adanya dorongan yang tumbuh dan berkembang dalam diri individu untuk memperkuat atau menonjolkan

sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Motif Identitas Personal indikatornya antara lain :

a. Pemirsa menonton acara Tahan Tawa karena acara tersebut sedang

(44)

b. Menonton karena ingin mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun

tokoh dalam lawakan Tahan Tawa

c. Karena ingin memperoleh teman baru dengan kegemaran yang sama

dalam menonton program acara Tahan Tawa

d. Karena ingin memperoleh teman baru dengan kegemaran yang sama

dalam menonton program acara Tahan Tawa

3. Motif Diversi, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan

berkembang dalam diri individu, sehingga pemirsa memilih tayangan

program acara yang disukai di Trans TV karena sekedar ingin bersantai

atau melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.

Motif Diversi indikatornya antara lain :

a. Pemirsa menonton untuk bersantai sejenak setelah seharian

menjalankan tugas

b. Untuk menghilangkan stres karena rutinitas yang padat

c. Pemirsa menonton untuk mengisi waktu luang

d. Pemirsa menonton sebagai hiburan

3.1.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran motif dalam penelitian ini diukur melalui pemberian skor

dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan

(45)

penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai

motif dan sikap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh

responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya.

(Singarimbun, 1995 : 111).

Pilihan jawaban masing-masing jawaban digolongkan dalam empat

macam kategori, yaitu “Sangat Tidak Setuju”(STS), “Tidak Setuju”(TS),

“Setuju”(S), dan “Sangat Setuju”(SS). Dalam pilihan ini tidak digunakan

alternative jawaban ragu-ragu (undecided). Alasannya menurut Hadi (dalam Ariyanti, 2005:24 ) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang

memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecendrungan menjawab

ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecendrungan jawabanya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat

dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban di atas akan diberi

nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan

(46)

Sangat Tidak setuju (STS) : diberi skor 1

Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

Setuju (S) : diberi skor 3

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items

dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pernyataanya

tersebut untuk masing- masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indicator untuk

motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada anket.

Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan di total. Total skor dari

tiap kategori dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah,sedang,dan

tinggi.

Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range

masing-masing dikategorikan ditentukan dengan :

Skor tertinggi – Skor terendah

Range (R) =

Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range : Batasan dari tiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai

item pertanyaan

(47)

(14x3) – (14x1)

Interval =

3

= 42 – 13 = 9,333 = 10

3

Rendah = 14 - 23

Sedang = 24 - 33

Tinggi = 34 – 42

Jadi batasan skor dalam lebar interval motif adalah :

a. Jumlah skor 14 – 23 dalam kategori penilaian rendah

Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui tentang

tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans TV.

b. Jumlah skor 24 – 33 dalam kategori penilaian sedang

Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui sebagian

tentang tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans

TV.

c. Jumlah skor 34 – 42 dalam kategori penilaian tinggi

Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui keseluruh isi

tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans TV

Jadi interval dari tiap kategori motif

Motif rendah = 14 - 23

Motif sedang = 24-33

(48)

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pemirsa yang berumur 18-40

tahun dengan alasan asumsi bahwa pada usia tersebut telah memiliki

kematangan emosional sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap suatu

permasalahan yang terjadi di masyarakat dan yang bertempat tinggal di

Surabaya menurut data tahun 2011 berjumlah 3.024.321 jiwa (BPS Surabaya).

Menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan manyatakan bahwa secara psikologis

pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa dewasa, emosinya mulai

stabil, pemikirannya mulai matang, dan bias bersifat lebih bijak lagi untuk

menanggapi suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pemirsa yang menonton program

acara Tahan Tawa di Trans TV yang bertempat tinggal di Surabaya. Teknik

penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan lebih dari beberapa tahap, mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam

wilayah kota Surabaya. Jumlah populasi dari keseluruhan masyarakat yang

berumur 18-40 tahun di Surabaya berjumlah 3.024.321 jiwa, untuk itu sampel

yang digunakan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin, 2005:105),

(49)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dicari

N = jumlah polulasi

D = nilai presisi (0,1)

Maka :

= 100

Dimana populasi penelitian dipilih menjadi beberapa cluster

berdasarkan wilayah tempat tinggal dan atas dasar luas wilayah kota

Surabaya, dan banyaknya responden. Atas dasar luas wilayah kota Surabaya

dan banyaknya responden, maka secara sistematis teknik penarikan sampel

(50)

Tabel III.I

Diagram Teknik Penarikan Sampel

Setelah dilakukan beberapa tahap untuk teknik penarikan sampel dan

pengundian, maka diperoleh masing – masing populasi dari setiap kelurahan

sebagai berikut :

Kec. Tegalsari Kec. Bubut an

(51)

Tabel III.2

Tabel J umlah Populasi Tiap Kecamatan

Guna lebih proposionalnya dalam menentukan sampel yang

digunakan, maka dari jumlah yang dapat diperoleh sampel untuk masing –

masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

n1 : Jumlah penduduk di suatu kelurahan

N1 : Ukuran Stratum ke-1

N : Jumlah seluruh penduuduk

n : Jumlah sampel minimum yang telat ditetapkan

Maka :

1. Kelurahan Ngagel

n1 = 6,04 = 6

2. Kelurahan Ngagel Rejo

(52)

3. Kelurahan Petemon

n1 = 8,48 = 8

4. Kelurahan Sawahan

n1 = 7,58 = 8

5. Kelurahan Gundih

n1 = 18,41 = 18

6. Kelurahan Tembok Dukuh

n1 = 9,77 = 10

(53)

n1 = 14,54 = 15

8. Kelurah Keputran

n1 = 12,84 = 13

Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap

kelurahan sebagai berikut :

Tabel III.3

J umlah Sampel Tiap Kelur ahan

NO NAMA

KELURAHAN

JUMLAH

1 NGAGEL 6

2 NGAGEL REJO 22

3 PETEMON 8

4 SAWAHAN 8

5 GUNDIH 18

6 TEMBOK DUKUH 10

7 DR. SUTOMO 15

8 KEPUTRAN 13

(54)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua

pendekatan, yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui daftar pertanyaan berstruktur kepada

responden yang berisi daftar pertanyaan semi terbuka dan daftar pertanyaan

tersebut telah disediakan jawaban berupa pilihan ganda yang harus dipilih

responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang berkaitan

dengan permasalaha penelitian. Bahan-bahan pustaka yang digunakan dapat

berupa buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya. Data ini

digunakan sebagai penunjang untuk melakukan analisis.

3.4 Teknik Analisi Data

Penganalisisan data bersifat deskriptif, yaitu melalui data kuisoner dan

selanjutnya dikelompokkan menurut identitas masing – masing, selanjutnya

disederhanakan dalam bentuk tabel frekuensi untuk memudahkan pembacaan

data sebagai kerangka analisis data. Proses selanjutnya adalah

menginterpretasikan data untuk mendapat gambaran tentang bagaimana motif

(55)

47

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (televisi Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki cirri-ciri satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy, 1993:17).

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan kenyataanya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat di rumah (Effendy, 1993:10)

(56)

4.1.1 Sejarah Per kembangan Televisi Swasta Tr ans TV

Sejarah pertelevisian di Indonesia memang panjang, Dalam perjalananya, Dunia pertelevisian Indonesia tak lepas dari adanya unsur politik negeri Ini. Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita Bersama" konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation.

(57)

4.1.2 Gambar an Umum Acara Tahan Tawa

Program komedi dimana akan ada 3 orang Target Tawa yang tidak boleh tertawa disaat para pejuang tawa mencoba menggoda mereka dengan lawakannya. Acara yang dipandu oleh Ichsan Akbar menampilkan Target Tawa yang berasal dari kalangan artis, orang biasa dan public figure dengan tugasnya harus dapat menahan tawa disetiap segmennya jika ingin memenangkan hadiah jutaan rupiah. Diakhir segmen, perolehan mereka akan diakumulasi dan siapa yang paling banyak mendapatkan point akan masuk ke babak final dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama.

“ Tahan Tawa ” yang ditayangkan sejak 5 Maret 2012 setiap Senin & Selasa pkl. 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup digemari pemirsa dan cukup populer.. Acara ini berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang pada akhirnya akan mengundang tawa

Target Tawa

(58)

ribu rupiah. Kalo mereka gak berhasil menahan tawa melihat penampilan pejuang tawa, maka uang tersebut akan jatuh ke tangan si pejuang tawa.

Pejuang Tawa

Orang atau kelompok yang tugasnya ngebanyol, berdandan atau bertingkah lucu di depan para target tawa. Mereka akan berusaha keras membuat target tawa untuk bisa ketawa. Minimal senyum. Dengan begitu uang di tangan si target tawa akan berpindah ke tangan mereka. Ada 5 pejuang tawa yang tampil dalam setiap episodenya.

Bintang tamu kejutan

Di setiap episode akan ada satu bintang tamu kejutan yang tampil bareng salah satu pejuang tawa. Biasanya bintang tamu kejutan ini merupakan suami, istri atau keluarga salah satu target tawa. Ini maksudnya untuk membuat si target tawa makin susah nahan tawa.

4.2 Penyajian dan Analisis Data

4.2.1 Kar akter istik Responden

(59)

kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan dursi responden dalam menonton program acara Tahan Tawa di Trans TV. Selengkapnya tertera pada tabel berikut ini :

Tabel IV. 1

Responden ber dasar kan usia

No. Usia Fr ekuensi Pr esentase (% )

1. 18 – 23 55 55

2. 24 – 29 25 25

3. 30 – 35 12 12

4. 36 – 40 8 8

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan I no. 1

Dari tabel IV. 1 menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah para pemirsa masyarakat yang berusia 18 – 23 yahun, yaitu sebanyak 55 responden atau 55 %. Responden yang terbanyak ke-2 adalah responden yang berusia 24 – 29 tahun, yaitu sebanyak 25 responden atau 25 %. Responden yang terbanyak ke-3 adalah responden yang berusia 30 – 35 tahun, sebanyak 12 responden atau 12 % sedangkan responden yang berusia 36 – 40 tahun, sebanyak 8 responden atau 8 %.

(60)

yang lebih matang dalam penentuan hobi dan apa yang digemari sudah terlihat jelas. (Sarwono, 2007:25).

Tabel IV.2

Responden Ber dasar kan J enis Kelamin

No. J enis Kelamin Fr ekuensi Pr esentase sebanyak 41 responden atau 41 %.

Banyaknya jumlah responden perempuan dalam penelitian ini, karena perempuan termasuk khalayak yang paling mudah termakan second-hand impressions televisi, yaitu pesan yang diseleksi sedemikian rupa semata

berdasarkan selera pribadi, sehingga kaum perempuan memperlakukan sajian televisi sebagai barang komsumsi indrawinya.(Kuswandi, 2008:63)

Tabel IV.3

Responden Ber dasar kan Tingkat Pendidikan

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel III.I
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang ingin didapatkan dari motif informasi misalnya, mendapatkan informasi atau wawasan tentang kebudayaan Indonesia, motif identitas personal yang menggunakan isi media

Setelah dilakukan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa motif yang mendorong ibu rumah tangga dalam menonton talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV adalah motif

Motif Identitas Personal apabila penelitian ini telah didominasi oleh responden yang ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 responden atau 50%, hal tersebut menunjukkan

Untuk mengetahui kepuasan yang diperoleh dari motif identitas pribadi pada masyarakat dalam menonton acara Eight Elevn Show di Metro TV dengan mean skor Gratifications Obtained

Pendekatan yang digunakan untuk meneliti motif pemirsa dalam menonton acara X-Factor adalah pendekatan dengan Teori Uses and Gratification yang menunjukkan bahwa

Motif yang paling tinggi menjadi alasan masyarakat Surabaya menonton acara Indonesia Lawyers Club adalah motif identitas personal meliputi meningkatkan pemahaman

Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut mengacu pada motif-motif Informasi (kebutuhan akan informasi), motif Identitas Personal ( menggunakan isi media untuk memperkuat

Setelah dilakukan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa motif yang mendorong ibu rumah tangga dalam menonton talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV adalah motif