( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )
SKRIPSI
Oleh :
FEBY MAYA ASTARI
0843010264
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Trans Tv )
Oleh :
FEBY MAYA ASTARI NPM. 0843010264
Telah disetujui untuk mengikti Ujian Skripsi
PEMBIMBING
J UWITO, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361
Mengetahui, DEKAN
Oleh :
FEBY MAYA ASTARI NPM. 0843010264
Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 31 Desember 2013
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1. Ketua
J UWITO, S.Sos, M.Si J UWITO, S.Sos, Msi
NPT. 367049500361 NPT. 367049500361
2. Sekr etar is
Dr s.Saifuddin Zuhr i, Msi NPT. 370069400351
3. Anggota
Zainal Abidin Achmad, Msi, MEd NPT. 37305990701
Mengetahui, DEKAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “MOTIF PEMIRSA
MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV”
(Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Tahan
Tawa di Trans TV) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis
juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril,
spiritual, maupun materiil. Untuk itu penulis mebgucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto MP, Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito. S.Sos, MSi,. Selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen, Staf, Dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Kepada Agus Listya selaku kepala seksi data di kantor dinas
7. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan atau
kritik kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diarapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada
khususnya.
Surabaya 29 Januari 2013
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Komunikasi Massa ... 13
2.1.2 Teori Kebutuhan ... 16
2.1.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 17
2.1.4 Awal Mula dan Perkembangan Televisi Swasta ... 20
2.1.5 Tahan Tawa ... 21
2.1.6 Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Aktif ... 22
2.1.7 Motif ... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional ... 34
3.1.1 Motif ... 34
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 36
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi ... 40
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.4 Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47
4.1.1 Sejarah Perkembangan Trans Tv ... 48
4.1.2 Gambaran Umum Acara Tahan Tawa ... 49
4.2 Penyajian dan Analisis Data ... 50
4.2.1 Larakteristik Responden ... 50
4.2.2 Motif Responden ... 56
4.3 Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
FEBY MAYA. MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA I TRANS TV ( Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Sur abaya Menonton Pr ogr am Acar a Tahan Tawa di Trans TV).
Menonton program acara Tahan Tawa di Trans TV memang selalu menarik perhatian orang yang terlepas dari kejenuhan. Sebagai media hiburan, televisi menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta meredakan ketegangan – ketegangan sosial Program acara Tahan Tawa itu sendiri adalah sebuah tayangan yang berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang pada akhirnya akan mengundang tawa.
Landasan teori yang digunakan yaitu Teori Uses and Gratification dimana anggapan dasar dari teori ini menyatakan bahwa teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap orang. Jadi anggota khalayak dianggap aktif menggnakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut mengacu pada tiga motif, yaitu motif kognitif motif identitas personal, dan motif diversi dengan masing – masing indikatornya.
Segmentasi dari penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia 18 – 40 tahun bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling . teknik pengumpulan data pada tiap motif menggunakan kuesioner yang disebar ke 100 responden, dan analisi data menggunakan analisis deskriptif.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi.
Dalam konteks manusia sebagai mahluk sosial, maka komunikasi tidak saja
sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu, namun
komunikasi juga merupakan alat bagi manusia untuk bertahan hidup.
Komunikasi adalah proses penyampaikan suatu pesan olehn seseorang
kepada orang lain untuk menyampaikan informasi atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik secara langsung, lisan, maupun tidak langsung
melalui media. (Effendy, 2003:5)
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian pesat secara langsung maupun tidak langsung akan berakibat
terhadap perubahan peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat membawa
ke arah positif maupun negatif. Disadari atau tidak, dengan semakin
berkembangnya teknologi komunikasi yang ada, dapat digunakan oleh seorang
pemasar untuk menimbulkan image dalam benak calon konsumen bahwa
produk yang mereka tawarkan akan memberikan sesuatu yang lebih bagi calon
konsumen tersebut.
Kehadiran media massa adalah salah satu gejala yang menandai
masyarakat seolah-olah diserbu di setiap penjuru waktu oleh berita, hiburan
atau informasi yang mengalir begitu saja dari berbagai media massa. Mulai
dari media cetak, seperti surat kabar, majalah, buku, sampai media elektronik
seperti televisi, radio, bahkan internet. Hampir tidak ada waktu tanpa
informasi.
Perkembangan teknologi komunikasi yang sedemikian canggih dalam
penggunanaan teknologi dan sistem teknologi modern, membuat semakin
terbukannya saluran komunikasi dalam masyarakat yang akhirnya menggiring
masyarakat ke abad informasi atau Alvin Toffler dalam Muchtar (2000:86)
menyebutnya sebagai “gelombang ketiga”, yaitu gelombang kemajuan
teknologi informasi akan mengalami puncaknya diawal millenium ketiga yang
tidak bisa dielakkan lagi. Hal ini merupakan era dimana masyarakat menjadi
sangat membutuhkan media dan menimbulkan ketergantungan terhadap
media.
Harold A Innis dalam Littlejohn (1996:266) mengatakan bahwa
komunikasi media adalah perpanjangan dari pikiran manusia. Media massa
inilah yang dapat mewakili dalam mengetahui sesuatu. Fungsi- fungsi yang
dapat diajalankan oleh media massa di jaman modern ini memungkinkan
anggota masyarakat dapat memenuhi semua hal (informasi,
hiburan,pendidikan,dll) tanpa harus memindahkan tubuhnya kesana kemari.
Dari beberapa media massa yang ada, salah satu media yang
dibutuhkan masyarakat adalah media televisi. Televisi hanyalah salah satu
komponen media massa, seperti halnya surat kabar dan radio. Tetapi jika
karena bersifat auditif (merangsang indera pendengaran) dan kelebihan lainnya media ini mampu menampilkan gambar-gambar bergerak dari realitas
empiris.
Dari semua media komuniaksi yang ada televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orag Amerika memiliki televisi
dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan.
Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari
(Agee, et. al. 2001:279.)
Nyaris semua karakteristik yang dimiliki oleh media massa terdapat
dalam televisi. Penggunaanya oleh masyarakat bisa bermacam-macam, mulai
dari sebagai instrumen untuk memperoleh hiburan, informasi, pendidikan,
sosialisasi pembangunan sampai dengan sekedar menghabiskan waktu luang.
Televisi telah hadir dengan segala acaranya yang berisi pesan-pesan
pilihan dari pihak produser atau pengelola stasiun televisi, sehingga khalayak
dihadapkan dengan banyak pilihan program acara yang disajikan televisi.
Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang
sekirannya sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Melvin Defleur dan Mc andrews dalam Depari (1998:5) bahwa
individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media menaruh perhatian kepada
pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan kepentingannya.
Kegiatan manusia (pemirsa televisi) dalam menonton televisi
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka baik
demikian besar pun dapat dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua
stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang menarik dan
menambah acara hiburannya.
Media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi dibandingakn
dengan radio yang sifatnya auditif (hanya dapat didengarkan), sedangkan
televisi bersifat audio visual, selain dapat didengarkan juga dapat dilihat, dan
segala sesuatunya berlangsung “hidup” seolah-olah khalayak berada di tempat
peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy, 1992:94).
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi komunikasi dan informasi setiap
media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan
nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media
cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam
sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak
secara geografis dan sosiologi. Televisi telah menjelma menjadi teleskop atau
jendela dunia tempat kita bisa menyaksikan semua peristiwa, baik itu dibidang
politik, ekonomi, pendidikan sosial, dan budaya dari luar maupun dalam
negeri.
Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga pola-pola kehidupan
mennjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tidak
menonton televisi sama saja dengan mahluk buta yang hidup dalam
keterasingan.
Pada akhirnya media televisi mampu menjadi alat atau sarana untuk
mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun
perdagangan, bahkan mampu melakukan perubahan ideologi serta tatanan
budaya manusia yang sudah ada sejak lama.
Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pertelevisian di Indonesia
berkembang pesat, yaitu dengan munculnya 11 stasiun televisi swasta yang
mengudara, antara lain : RCTI, SCTV, TPI, ANTV, METRO TV, TRANS
TV, GLOBAL TV, TV 7 yang pada akhir 2006 telah berganti nama menjadi
TRANS 7, dan LATIVI yang pada tahun 2008 telah berganti nama menjadi
TV ONE, ditambah dengan kehadiran TV lokal, seperti JTV, SBO TV, Arek
TV, MNC TV yang merupakan stasiun lokal Jawa Timur.
Munculnya banyak stasiun televisi, membuat khalayak dihadapkan
pada sebuah acara yang disajikan oleh para pengelola stasiun tersebut.
Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang
sekiranya sesuai dengan kebutuhan. Banyaknya pilihan program acara
mengenai berbagai macam informasi-informasi yang aktual, baik lokal,
nasional, maupun internasional yang meliputi berbagai bidang kehidupan yang
ada di masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain-lain
Banyak kesamaan program acara yang ditayangkan baik oleh televisi
hiburan, setiap stasiun televisi memiliki tayangan hiburan baik yang berskala
nasional maupun internasional.
Tayangan hiburan yang ringan dan tidak membutuhkan konsentrasi
atau ketegangan, saat ini menjadi alternatif tayangan yang dianggap paling
menguntungkan bagi media televisi. Hal tersebut selaras dengan salah satu
fungsi media televisi sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, televisi
menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta
meredakan ketegangan – ketegangan sosial (Alatas, 1997 : 21). Hal ini
membuktikan bahwa televisi telah hadir dengan segala acara yang berisi
pesan-pesan pilihan dari pihak pengelola stasiun televisi sehingga
menjadikannya salah satu media massa yang dibutuhkan oleh masyarakat
Program acara “Tahan Tawa” ini ditayangkan sejak 5 Maret 2012
setiap senin & selasa pkl 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup
digemari pemirsa dan cukup populer. Program acara “Tahan Tawa”
merupakan sebuah tayangan yang berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa
practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk
dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang
pada akhirnya akan mengundang tawa
.http://www1.transtv.co.id/frontend/home/view
Dalam tayangan “Tahan Tawa” timbul pro dan kontra terhadap
Salah satu pendapat pro :
Program acara yang masih tergolong baru di Trans Tv ini sudah
selayaknya mendapat acungan jempol, kekreatifan dan inovasi yang
ditampilkan jelas memberikan tontonan yang berbeda dari acara-acara sejenis
sebelumnya.
Ternyata acara seperti ini seperti kompetisi, yang melibatkan 3 peserta
(yang katanya artis) sebagai target tawa, dimana mereka disuguhi
pertunjukkan komedi yang dimainkan (oleh komedian katanya) dan para target
tawa diharamkan tertawa selama show comedy tersebut berlangsung. Maka
dengan susah payah para target tawa menahan diri untuk tetap serius dan tidak
tertawa supaya dapat memenangkan perlombaan, ada yang berhasil tetapi juga
ada yang gagal dan langsung terpingkal-pingkal walaupun tidak sampai
terjungkal.
Sedangkan yang berpendapat kontra adalah :
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan Teguran Tertulis
untuk program “Tahan Tawa” yang tayang di Trans TV. Dalam surat
bernomor 414/K/KPI/067/12 yang dirilis pada 2 Juli 2012, KPI membeberkan
pelanggaran yang dilakukan acara itu. Mengutip situs KPI, Jumat (6/7), pada
tanggal 8 Juni 2012 mulai pukul 19.00 WIB menayangkan adegan yang
menampilkan muatan yang melecehkan orang dengan orientasi seks dan
melecehkan orang dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelarangan atas perlindungan anak
dan/atau kelompok masyarakat tertentu, perlindungan kepada anak,
penggolongan program siaran, dan norma kesopanan yang disiarkan oleh
lembaga penyiaran.
http://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/55942-candaan-host
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang motif pemirsa Surabaya terhadap program acara “Tahan Tawa” di
Trans TV. Tentunya motif antara satu individu dengan individu yang lain tidak
ada yang sama sehingga aktifitas penggunaan media dan tujuan akhir yang
diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas memilih dalam memilih
dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain
untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan
sebuah informasi dan hiburan beragam acara di televise yang menyajikan
berbagai informasi, baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas
mengibur yang seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Surabaya,
karena wilayah Surabaya dapat menangkap dengan jelas siaran stasiun televisi
swasta yang ada di Indonesia, selain itu faktor kepemilikan dan penggunaan
media televisi di Surabaya relatif tinggi. Surabaya juga merupakan kota
metropolis dengan jumlah penduduk terpadat setelah kota Jakarta (Sumber:
BPS Surabaya 2008), selain itu masyarakat yang tinggal di Surabaya adalah
Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia di atas 18
- 40 tahun keatas. Dipilihnya pemirsa yang berusia 18 - 40 tahun keatas
sebagai responden karena segmentasi pemirsa Tahan Tawa adalah usia 18
tahun keatas, selain itu menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan menyatakan
bahwa secara psikologis pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa
dewasa, emosinya mulai stabil, pemikirannya mulai matang, dan bisa bersifat
lebih bijak lagi untuk menanggapi suat permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Penelitian ini berkaitan erat dengan motif pemirsa dalam program
acara Tahan Tawa, menurut pendapat Blumer, J. G dalam (Rakmat 2007:66 ).
Motif meliputi motif kognitif, motif diversi, dan motif identitas personal.
unsur permasalahan terhadap acara Tahan Tawa di Trans TV antara lain :
a. Motif Kognitif yang cenderung mengarah kepada keinginan khalayak
untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang informasi adegan lawakan
yang disajikan Dengan menonton acara Tahan Tawa
b. Motif Diversi yang mendasari penonton untuk melepaskan diri dari
permasalahan, bersantai, penyalur emosi dan mengisi waktu. Mungkin
dengan menonton tingkah para selebritis yang terlihat konyol dan lucu
saat melakukan degan lawakan “Tahan Tawa” pemirsa dapat lepas dari
kepenatan dan mendapatkan semangat baru untuk kembali beraktifitas.
c. Motif Identitas Personal yaitu pemirsa diharapkan bisa mengeksplorasi
semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kepercayaan diri, dan
mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun tokoh dalam lawakan
Tahan Tawa.
Maka apakah motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi melalui program-program acara televisi pada umumnya dan
Trans Tv pada khususnya. Dengan kata lain, apakah dengan menonton
program acara “Tahan Tawa” motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan
dapat terpenuhi atau tidak.
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media massa pada
penelitian ini maka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Uses and Gratification, inti dari teori ini bahwa khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. (Rakhmad,
2007 : 73).
Teori ini juga menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama
bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi
bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi
bobotnya pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk
mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000 : 289).
Sesuai dengan pendekatan model Uses and Gratification model ini
tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi model
ini tertarik pada apa yang dilakukan seseorang pada media. Anggota khalayak
atau pemirsa dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya dari sinilah timbul Uses and Gratification penggunaan dan
Berdasarkan uraian diatas memunculkan suatu pertanyaan yaitu, apa
yang menjadi motif pemirsa Surabaya menonton program acara “Tahan Tawa”
di Trans Tv. Fenomena komunikasi inilah yang mendorong penulis untuk
meneliti motif apa yang mendorong masyarakat Surabaya dalam menonton
acara “Tahan Tawa” di Trans Tv.
1.2 Perumusan Masalah
Dari berbagai uraian berlandaskan latar belakang masalah diatas maka
peneliti menetapkan suatu perumusan masalah adalah “Bagaimana motif
pemirsa Surabaya dalam menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ”
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah “ Untuk mengetahui motif pemirsa Surabaya
dalam menonton acara Tahan Tawa di Trans Tv ”.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Memberikan sumbangsih kajian ilmu komunikasi mengenai penelitian Uses
and Gratification khususnya tentang motif pemirsa menggunakan media massa
pada umumnya dan media elektronik, khususnya program acara Tahan Tawa
di Trans Tv, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada
perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi terutama dalam bidang
2. Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
merangsang pihak lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut,
khususnya dalam bidang komunikasi massa.
b. memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan remaja metropolis
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa berarti penyebaran pesan dengan menggunakan
media massa modern antar lain televisi, radio, surat kabar, dan film. Dengan
kata lain ditujukan pada massa yang abstrak yaitu sejumlah orang yang tak
nampak oleh si penyampai pesan. pembaca surat kabar, pendengar radio dan
penonton televisi tidak Nampak oleh komunikator. Dengan demikian jelas
bahwa komunikasi massa atau komunikasi dengan menggunakan media
sifatnya adalah satu arah (one way traffic). Begitu pesan disampaikan oleh
komunikator tidak diketahui apakah pesan ini diterima, dimengerti atau
dilakukan oleh komunikan wartawan, penyiar radio, penyiar televisi tidak
mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayaknya (Effendy,
2003:20).
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran
media yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen, dua
komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat. Pesan yang diberi
kode oleh sumber (encoded). Disalurkan melalui sebuah saluran dan diberi
kode oleh penerima (decoded). Tanggapan yang diamati penerima merupakan
umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan
Terkait dengan pendapat Joseph A Devito yang dikutif oleh Effendy
(2003:21) bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan
melalui media massa. Maka komunikasi massa mempunyai ciri – ciri khusus
yang disebabkan oleh sifat-sifat komponenya. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut :
1) Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antar personal (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication) komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication) ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.
2) Komunikasi pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatu institusi atau organisasi. Hal ini berbeda dengan komunikator
lainnya, misalnya kyai atau dalang yang munculnya dalam suatu forum
bertindak secara individual, atas nama dirinya sendiri sehingga ia
mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator pada komunikasi
massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi dan radio
karena media yang dipergunakan adalah suatu lembaga dalam
menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga,
sejalan dengan kebijakan (policy) surat kabar dan stasiun televisi atau radio siaran yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual.
expression atau freedom of opinion) merupakan kebebasan terbatasi
(restricted freedom).
3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public)
karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi
tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang
tertentu. Hal ini yang antara lain membedakan media massa dan media
nirmassa. Bukan media massa, surat kabar kampus, radio telegrafi atau
radio citizen band. Film documenter, dan televise siaran sekitar (closed circuit television) bukanlah media massa, melainkan media nirmasa karena
ditunjukan kepada sekelompok orqang tertentu.
4) Media komunikasi massa menimbulkan keserepakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya dalam menimbulkan
keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima
psan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan hal yang paling hakiki
dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Pesan yang disampaikan
melalui radio siaran dalam bentuk pidato. Misalnya pidato presiden akan
diterima oleh khalayak dalam jumlah jutaan bahkan puluhan juta atau
ratusan juta serempak bersama-sama pada saat presiden berbicara.
5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat
komunikator bersifat heterogen dalam keberadaanya secara
terpencar-pencar. Di mana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak
memiliki kontak pribadi. Masing-masing berbeda dalam berbagai hal :
jenis kelamin, usia, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman,
kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya.
Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang
komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media masa karena
setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya
dipenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak
mungkin untuk memenuhinnya, satu-satunya cara untuk dapat mendekati
keinginan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan
mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan,
kebudayaan, hobby dan lain-lain (Effendy, 2003: 22-26).
Demikian ciri-ciri komunikasi dengan menggunakan media massa
untuk membandingkan dengan komunikasi yang memakai media nirmassa.
Meskipun pada hakekatnya penggunaan media massa dan media nirmassa itu
saling mengisi pengoperasiannya, baik secara regional, nasional
maupun internasional.
2.1.2 Teori Kebutuhan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada
dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawau
terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira
sebagai menifestasi dari rasa puasnya.
Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut (Mangkunegara : 2000) :
a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat
terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dqan lingkungan hidup.
c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima
oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk
mencintai serta dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan
dihargai oleh orang lain.
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan
kritik terhadap sesuatu.
2.1.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (televisi
Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki cirri-ciri satu arah,
menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy,
1993:17).
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataanya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari
Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian
televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar
yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat di
rumah (Effendy, 1993:10)
Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar
media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi
khalayak, jadi peran media massa sebagai hiburan merupakan peran yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
Menurut Sastro (1992:24) menyatakan bahwa dari beberapa media
massa yang ada, televisi merupakan media massa eletronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh
audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang
relative tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi
sangat komunikatif dalam memberikan pesannya, karena itulah televisi sangat
bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus
radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi
yang menyentuh segi kejiwaan.
Menurut Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media massa
adalah :
1. Fungsi Penerangan (The Informaion Function), yaitu memberikan
informasi – informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron
di setiap stasiun televisi.
2. Fungsi Pendidikan (The Education Function), yaitu memberikan
informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan
penalaran masyarakat.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara – acara yang
ditayangkan di televisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi
memberikan hiburan terhadap khalayak luas.
Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya
media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media
massa jelas melarikan satu efek social yang bermuatan perubahan nilai-nilai
social dan budaya manusia. Kemampuan televise dalam menarik perhatian
massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara gografis
dan sosiologis. Daya tarik media televise sedemikian besar, sehingga pola dan
kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali.
Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar.
kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya
tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin
berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis
pemirsa
2.1.4 Awal Mula Dan Per kembangan Televisi Swasta Trans TV
Sejarah pertelevisian di Indonesia memang panjang, Dalam
perjalananya, Dunia pertelevisian Indonesia tak lepas dari adanya unsur politik
negeri Ini. Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah
stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang
dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung.
Dengan motto "Milik Kita Bersama" konsep tayang stasiun ini tidak banyak
berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT
Trans Corporation.
Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia) didirikan pada tanggal 1
Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski
baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai
TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang
presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV
kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Gus
Dur sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam,
TRANS TV memulai siaran secara resmi. PT. Televisi Transformasi Indonesia
(TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS
2.1.5 Tahan Tawa
Program komedi dimana akan ada 3 orang Target Tawa yang tidak
boleh tertawa disaat para pejuang tawa mencoba menggoda mereka dengan
lawakannya. Acara yang dipandu oleh Ichsan Akbar menampilkan Target
Tawa yang berasal dari kalangan artis, orang biasa dan public figure dengan
tugasnya harus dapat menahan tawa disetiap segmennya jika ingin
memenangkan hadiah jutaan rupiah. Diakhir segmen, perolehan mereka akan
diakumulasi dan siapa yang paling banyak mendapatkan point akan masuk ke
babak final dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama.
“ Tahan Tawa ” yang ditayangkan sejak 5 Maret 2012 setiap Senin &
Selasa pkl. 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup digemari pemirsa
dan cukup populer. Acara ini berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa
practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk
dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang
pada akhirnya akan mengundang tawa.
Target Tawa
tiga orang seleb dipilih untuk menonton performance para pejuang tawa. Mereka dilarang tertawa, tersenyum atau memperlihatkan gigi. Mereka
boleh menahan tawa dengan cara apapun, seperti menggoyangkan tangan atau
memonyongkan mulut. Para target tawa akan diberi modal uang sejumlah 250
ribu rupiah. Kalo mereka gak berhasil menahan tawa melihat penampilan
Pejuang Tawa
Orang atau kelompok yang tugasnya ngebanyol, berdandan atau
bertingkah lucu di depan para target tawa. Mereka akan berusaha keras
membuat target tawa untuk bisa ketawa. Minimal senyum. Dengan begitu
uang di tangan si target tawa akan berpindah ke tangan mereka. Ada 5 pejuang
tawa yang tampil dalam setiap episodenya.
Bintang tamu kejutan
Di setiap episode akan ada satu bintang tamu kejutan yang tampil
bareng salah satu pejuang tawa. Biasanya bintang tamu kejutan ini merupakan
suami, istri atau keluarga salah satu target tawa. Ini maksudnya untuk
membuat si target tawa makin susah nahan tawa.
2.1.6 Pemir sa Televisi Sebagai Khalayak Aktif
Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas
yang dirumuskan dengan jelas dan mempunyai sifat yang heterogen dan
anonim. Dimana dalam hal ini masyarakat yang teliti adalah pemirsa televisi
sebagai khalayak aktif yang mempunyai motif untuk memenuhi kebutuhannya
mengenai informasi. Sesuai prinsip Uses and Gratification adalah bahwa
khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut Paul B. Horton, masyarakat adalah sekumpulan
yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan
melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Frank Bioca (little john 1993:337) lebih jelas mengungkapkan empat
karakteristik audience yang aktif, yaitu :
1. Selectivity : Khalayak yang aktif melakukan pertimbangan dan
seleksiuntuk menentukan media yang akan mereka gunakan.
2. Utilirianism : Khalayak yang aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan untuk mencapai tujuannya.
3. Intentionaity : Menunjukkan bahwa slaah satu keunaan media adalah
memberi kepuasan
4. Involvecement of effort : Khalayak megikuti dan berfikir dengan aktif
dan menggunakan media. Dengan kata lain mereka tidak mudah
dipengaruhi oleh media.
Pemirsa televisi sebagai khalayak yang aktif dalam hal ini berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya, bebas memilih, menyeleksi dan menggunakan
berbagai media massa untuk mencapai tujuan tertentu. Media massa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah televise, karena televise merupakan
barang yang sudah umum dan dimiliki oleh sebagian masyarakat, jadi
khalayak aktif disini adalah khalayak yang memenuhi kebutuhan akan
2.1.7 Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan
ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakangi. Apa
saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut, apa motifnya,
untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif.
Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang meliputi
semua pengerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia
yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu itu disebabkan
adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya
untuk memenuhi kebutuhan.
Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif
merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya
dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi
subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku,
dan bertindak menurut tujuan atau kegiatan membangkitkan daya gerak yang
terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka
mencapai tujuan ataupun kepuasan. (Rakhmat, 2001 : 23)..
Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menyebabkan timbuknya motif yang
mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu
mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari pengguna media karena didorong
oleh sejumlah hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow
(1995) dan Effendy (2003:290), beliau membedakan 5 perangkat kebutuhan
1. Psychological need adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi
biologis bagi organisme manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan,
papan, dan kesehatan.
2. Safety need adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya,
perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.
3. Love need adalah kebutuhan akan dicintai dan diperhitungkan secara
pribadi
4. Esteen need adalah kenutuhan untuk dihargai secara prestasi, kemampuan,
kedudukan, dan status
5. Self Actualization adalah kebutuhna mempertinggi potensi-potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreatifitas, dan ekspres diri.
Disini khalayak diasumsikan sebagai individu yang aktif dan diarahkan
oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri
dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui
kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan bagaimana cara
memenuhinya. Media massa dianggap sebagai salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan
mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain.
Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah :
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif itu
berfungsi sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk
melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perubahan yakni kearah perwujudan suatu tujuan
atau cita-cita
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menetukan perbuatan – perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
(Purwanto, 1996:60)
Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut maka pada dasarnya
motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan
ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikan dengan kebutuhan.
Menurut Blumer (Rahmat, 2007:66) motif meliputi :
a. Motif kognitif (kebutuhan akan informasi)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi
tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan
pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta
b. Motif diversi (hiburan)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari
permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh
kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
c. Motif Identitas Personal (personal identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak
sendiri menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai, meningkatkan
harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.
d. Motif identitas personal yaitu keinginan menggunakan isi media untuk
memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau
khalayak sendiri.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan
aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan
motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman yang
bersifat konstan meskipun ada kemungkinan untuk berubah.
Motif merupakan pencerminan motif dan pengaktifan perilaku. Pada umunya
peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak
bahwa orang pada umumnya banyak rupanya dan mulanya berasal dari dalam
2.1.8 Teori Uses and Gratification
Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran arus pesan
dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada
awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah
masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa
audience tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.
Teori Uses and Gratifcation digambarkan sebagai suatu loncatan dramatis dari teori Jarum Hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal
membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa.
Oleh karena itu, model ini juga dapat digambarkan sebagai A Dramatic Break With Effect Tradition Of The Past (Swanson dalam Rachmat, 2007:65).
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan
khusus (Effendy, 2000:289). Model ini merupakan pergeseran focus dari
tujuan komunikator ke tujuan komunikan.
Herbert blumer dan elihu katz adalah orang pertama yang
media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media
tersebut.
Menurut Elihu Katz, Blumer dan Michael Gurevitch menjelaskan
mengenai asumsi-asumsi dasar dari teori Uses ang Gratification sebagai berikut :
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengakitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari bentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini bisa terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung
kepada perlaku khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.
Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui
(gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum, antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi,
dan kontak sosial (Nuruddin, 2004:183)
Model Uses and Gratification digambarkan hubungannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk
penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.
Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal ini
bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman
(Nuruddin, 2004:184).
Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja menggunakan
media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan
khusus. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari
penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhi.
Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk
memberikan kepuasan, sebagai dependensi media dan sebagai pengetahuan.
Sementara untuk motif sendiri sebenarnya jumlahnya tidak terbatas
namun berdasarkan operasionalisasi. Blumer (1980:209) praktis untuk
dijadikan petunjuk penelitian yaitu motif kognitif (kebutuhan akan informasi),
hiburan), motif identitas personal (menggunakan isi media untuk memperkuat
atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak
sendiri). (Rahmat, 2004:207)
2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki kebutuhan dalam hidupnya, dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka
munculah kepuasan.
Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan
sehari-hari hingga kebutuhan akan informasi mengenai peristiwa atau
fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Kebutuhan akan informasi ini dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi media yang ada, baik cetak maupun
elektronik.
Media elektronik memiliki kelebihan dibandingkan dengan media cetak.
Televisi sebagai salah satu media massa elektronik telah memperoleh daya
tarik pada masyarakat. Kebutuhan penggunaan media ini meliputi kebutuhan
kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrative personal, dan kebutuhan untuk melepaskan ketegangan. Dari adanya kebutuhan-kebutuhan ini
muncullah motif yang mendorong individu menggunakan media komunikasi.
Dalam penelitian ini media tersebut adalah Trans TV.
Trans TV yang merupakan singkatan dari Televisi Transformasi
Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara
terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung.
berbeda dengan stasiun swasta lainnya untuk memenuhi kebutuhan film,
hiburan, berita, informasi, seri, agama, Dan reality show.Stasiun televisi ini
merupakan salah satu bentuk dari media elektronik yang menjadi alat atau
sarana untuk mencapai kebutuhan akan motif-motif yang muncul dari diri
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti
akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara
sistematis mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara
3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yang dimaksud dengan variabel
definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian kegiatan –
kegiatan operasional guna mengukur variabel serta indikatornya. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan tipe penelitian deskriptif, yaitu
mendeskripsikan motif masyarakat dalam menonton program acara “Tahana
Tawa”di Trans TV. Motif dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan
atau dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu.
3.1.1 Motif
Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif
merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya
dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi
subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku,
terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan ataupun kepuasan. (Rakhmat, 2001 : 23).
Motif menonton yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif
menonton yang dikemukakan Blumer yaitu motif kognitif, motif identitas
personal, serta motif diversi adapun indikator dari ktiga motif tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Motif Kognitif : yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan
berkembang dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan informasi,
mengeksplorasi realitas atau surveillance.
a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan yang baru setelah
Menonton program acata Tahan Tawa di Trans TV
b. Ingin mengetahui sosok atau profil artis
c. Ingin mengetahui bintang tamu kejutan yang hadir di tahan tawa
d. Memuaskan rasa ingin tahu tentang adegan lawakan yang disajikan
2. Motif Identitas Personal, yaiut adanya dorongan yang tumbuh dan berkembang dalam diri individu untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan.
Motif Identitas Personal indikatornya antara lain :
a. Pemirsa menonton acara Tahan Tawa karena acara tersebut sedang
b. Menonton karena ingin mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun
tokoh dalam lawakan Tahan Tawa
c. Karena ingin memperoleh teman baru dengan kegemaran yang sama
dalam menonton program acara Tahan Tawa
d. Karena ingin memperoleh teman baru dengan kegemaran yang sama
dalam menonton program acara Tahan Tawa
3. Motif Diversi, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan
berkembang dalam diri individu, sehingga pemirsa memilih tayangan
program acara yang disukai di Trans TV karena sekedar ingin bersantai
atau melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.
Motif Diversi indikatornya antara lain :
a. Pemirsa menonton untuk bersantai sejenak setelah seharian
menjalankan tugas
b. Untuk menghilangkan stres karena rutinitas yang padat
c. Pemirsa menonton untuk mengisi waktu luang
d. Pemirsa menonton sebagai hiburan
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran motif dalam penelitian ini diukur melalui pemberian skor
dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan
penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai
motif dan sikap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh
responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya.
(Singarimbun, 1995 : 111).
Pilihan jawaban masing-masing jawaban digolongkan dalam empat
macam kategori, yaitu “Sangat Tidak Setuju”(STS), “Tidak Setuju”(TS),
“Setuju”(S), dan “Sangat Setuju”(SS). Dalam pilihan ini tidak digunakan
alternative jawaban ragu-ragu (undecided). Alasannya menurut Hadi (dalam Ariyanti, 2005:24 ) adalah sebagai berikut :
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecendrungan menjawab
ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecendrungan jawabanya.
c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat
dijaring oleh responden.
Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban di atas akan diberi
nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan
Sangat Tidak setuju (STS) : diberi skor 1
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
Setuju (S) : diberi skor 3
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items
dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pernyataanya
tersebut untuk masing- masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indicator untuk
motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada anket.
Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan di total. Total skor dari
tiap kategori dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah,sedang,dan
tinggi.
Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range
masing-masing dikategorikan ditentukan dengan :
Skor tertinggi – Skor terendah
Range (R) =
Jenjang yang diinginkan Keterangan :
Range : Batasan dari tiap tingkatan
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah nilai
item pertanyaan
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai
item pertanyaan
(14x3) – (14x1)
Interval =
3
= 42 – 13 = 9,333 = 10
3
Rendah = 14 - 23
Sedang = 24 - 33
Tinggi = 34 – 42
Jadi batasan skor dalam lebar interval motif adalah :
a. Jumlah skor 14 – 23 dalam kategori penilaian rendah
Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui tentang
tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans TV.
b. Jumlah skor 24 – 33 dalam kategori penilaian sedang
Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui sebagian
tentang tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans
TV.
c. Jumlah skor 34 – 42 dalam kategori penilaian tinggi
Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui keseluruh isi
tayangan program acara “Tahan Tawa” yang ada di Trans TV
Jadi interval dari tiap kategori motif
Motif rendah = 14 - 23
Motif sedang = 24-33
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pemirsa yang berumur 18-40
tahun dengan alasan asumsi bahwa pada usia tersebut telah memiliki
kematangan emosional sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap suatu
permasalahan yang terjadi di masyarakat dan yang bertempat tinggal di
Surabaya menurut data tahun 2011 berjumlah 3.024.321 jiwa (BPS Surabaya).
Menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan manyatakan bahwa secara psikologis
pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa dewasa, emosinya mulai
stabil, pemikirannya mulai matang, dan bias bersifat lebih bijak lagi untuk
menanggapi suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pemirsa yang menonton program
acara Tahan Tawa di Trans TV yang bertempat tinggal di Surabaya. Teknik
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan lebih dari beberapa tahap, mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam
wilayah kota Surabaya. Jumlah populasi dari keseluruhan masyarakat yang
berumur 18-40 tahun di Surabaya berjumlah 3.024.321 jiwa, untuk itu sampel
yang digunakan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin, 2005:105),
Keterangan :
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah polulasi
D = nilai presisi (0,1)
Maka :
= 100
Dimana populasi penelitian dipilih menjadi beberapa cluster
berdasarkan wilayah tempat tinggal dan atas dasar luas wilayah kota
Surabaya, dan banyaknya responden. Atas dasar luas wilayah kota Surabaya
dan banyaknya responden, maka secara sistematis teknik penarikan sampel
Tabel III.I
Diagram Teknik Penarikan Sampel
Setelah dilakukan beberapa tahap untuk teknik penarikan sampel dan
pengundian, maka diperoleh masing – masing populasi dari setiap kelurahan
sebagai berikut :
Kec. Tegalsari Kec. Bubut an
Tabel III.2
Tabel J umlah Populasi Tiap Kecamatan
Guna lebih proposionalnya dalam menentukan sampel yang
digunakan, maka dari jumlah yang dapat diperoleh sampel untuk masing –
masing kecamatan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
n1 : Jumlah penduduk di suatu kelurahan
N1 : Ukuran Stratum ke-1
N : Jumlah seluruh penduuduk
n : Jumlah sampel minimum yang telat ditetapkan
Maka :
1. Kelurahan Ngagel
n1 = 6,04 = 6
2. Kelurahan Ngagel Rejo
3. Kelurahan Petemon
n1 = 8,48 = 8
4. Kelurahan Sawahan
n1 = 7,58 = 8
5. Kelurahan Gundih
n1 = 18,41 = 18
6. Kelurahan Tembok Dukuh
n1 = 9,77 = 10
n1 = 14,54 = 15
8. Kelurah Keputran
n1 = 12,84 = 13
Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap
kelurahan sebagai berikut :
Tabel III.3
J umlah Sampel Tiap Kelur ahan
NO NAMA
KELURAHAN
JUMLAH
1 NGAGEL 6
2 NGAGEL REJO 22
3 PETEMON 8
4 SAWAHAN 8
5 GUNDIH 18
6 TEMBOK DUKUH 10
7 DR. SUTOMO 15
8 KEPUTRAN 13
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui daftar pertanyaan berstruktur kepada
responden yang berisi daftar pertanyaan semi terbuka dan daftar pertanyaan
tersebut telah disediakan jawaban berupa pilihan ganda yang harus dipilih
responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang berkaitan
dengan permasalaha penelitian. Bahan-bahan pustaka yang digunakan dapat
berupa buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya. Data ini
digunakan sebagai penunjang untuk melakukan analisis.
3.4 Teknik Analisi Data
Penganalisisan data bersifat deskriptif, yaitu melalui data kuisoner dan
selanjutnya dikelompokkan menurut identitas masing – masing, selanjutnya
disederhanakan dalam bentuk tabel frekuensi untuk memudahkan pembacaan
data sebagai kerangka analisis data. Proses selanjutnya adalah
menginterpretasikan data untuk mendapat gambaran tentang bagaimana motif
47
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (televisi Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki cirri-ciri satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy, 1993:17).
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan kenyataanya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat di rumah (Effendy, 1993:10)
4.1.1 Sejarah Per kembangan Televisi Swasta Tr ans TV
Sejarah pertelevisian di Indonesia memang panjang, Dalam perjalananya, Dunia pertelevisian Indonesia tak lepas dari adanya unsur politik negeri Ini. Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita Bersama" konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation.
4.1.2 Gambar an Umum Acara Tahan Tawa
Program komedi dimana akan ada 3 orang Target Tawa yang tidak boleh tertawa disaat para pejuang tawa mencoba menggoda mereka dengan lawakannya. Acara yang dipandu oleh Ichsan Akbar menampilkan Target Tawa yang berasal dari kalangan artis, orang biasa dan public figure dengan tugasnya harus dapat menahan tawa disetiap segmennya jika ingin memenangkan hadiah jutaan rupiah. Diakhir segmen, perolehan mereka akan diakumulasi dan siapa yang paling banyak mendapatkan point akan masuk ke babak final dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama.
“ Tahan Tawa ” yang ditayangkan sejak 5 Maret 2012 setiap Senin & Selasa pkl. 19.15 WIB dengan durasi +/- 60 menit itu cukup digemari pemirsa dan cukup populer.. Acara ini berisikan kejahilan (keusilan) isinya berupa practical joke yang sifatnya situasi atau yang menggunakan property untuk dapat mengerjai ataupun menjebak korbannya ke dalam situasi komedi yang pada akhirnya akan mengundang tawa
Target Tawa
ribu rupiah. Kalo mereka gak berhasil menahan tawa melihat penampilan pejuang tawa, maka uang tersebut akan jatuh ke tangan si pejuang tawa.
Pejuang Tawa
Orang atau kelompok yang tugasnya ngebanyol, berdandan atau bertingkah lucu di depan para target tawa. Mereka akan berusaha keras membuat target tawa untuk bisa ketawa. Minimal senyum. Dengan begitu uang di tangan si target tawa akan berpindah ke tangan mereka. Ada 5 pejuang tawa yang tampil dalam setiap episodenya.
Bintang tamu kejutan
Di setiap episode akan ada satu bintang tamu kejutan yang tampil bareng salah satu pejuang tawa. Biasanya bintang tamu kejutan ini merupakan suami, istri atau keluarga salah satu target tawa. Ini maksudnya untuk membuat si target tawa makin susah nahan tawa.
4.2 Penyajian dan Analisis Data
4.2.1 Kar akter istik Responden
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan dursi responden dalam menonton program acara Tahan Tawa di Trans TV. Selengkapnya tertera pada tabel berikut ini :
Tabel IV. 1
Responden ber dasar kan usia
No. Usia Fr ekuensi Pr esentase (% )
1. 18 – 23 55 55
2. 24 – 29 25 25
3. 30 – 35 12 12
4. 36 – 40 8 8
J umlah 100 100
Sumber : Pertanyaan I no. 1
Dari tabel IV. 1 menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah para pemirsa masyarakat yang berusia 18 – 23 yahun, yaitu sebanyak 55 responden atau 55 %. Responden yang terbanyak ke-2 adalah responden yang berusia 24 – 29 tahun, yaitu sebanyak 25 responden atau 25 %. Responden yang terbanyak ke-3 adalah responden yang berusia 30 – 35 tahun, sebanyak 12 responden atau 12 % sedangkan responden yang berusia 36 – 40 tahun, sebanyak 8 responden atau 8 %.
yang lebih matang dalam penentuan hobi dan apa yang digemari sudah terlihat jelas. (Sarwono, 2007:25).
Tabel IV.2
Responden Ber dasar kan J enis Kelamin
No. J enis Kelamin Fr ekuensi Pr esentase sebanyak 41 responden atau 41 %.
Banyaknya jumlah responden perempuan dalam penelitian ini, karena perempuan termasuk khalayak yang paling mudah termakan second-hand impressions televisi, yaitu pesan yang diseleksi sedemikian rupa semata
berdasarkan selera pribadi, sehingga kaum perempuan memperlakukan sajian televisi sebagai barang komsumsi indrawinya.(Kuswandi, 2008:63)
Tabel IV.3
Responden Ber dasar kan Tingkat Pendidikan